Anda di halaman 1dari 19

TRI SATYA

”Demi kehormatanku aku berjanji akan bersungguh-sungguh menjalankan kewajibanku terhadap


Tuhan Yang Maha Esa dan Negara Kesatuan Republik Indonesia, mengamalkan Pancasila, menolong
sesama hidup, dan ikut serta membangun masyarakat, serta menepati Dasadarma”

DASA DHARMA
1. Taqwa kepada Tuhan Yang Maha Esa
2. Cinta alam dan kasih sayang sesama manusia
3. Patriot yang sopan dan kesatria
4. Patuh dan suka bermusyawarah
5. Rela menolong dan tabah
6. Rajin, terampil, dan gembira
7. Hemat, cermat, dan bersahaja
8. Disiplin, berani, dan setia
9. Bertanggungjawab dan dapat dipercaya
10. Suci dalam pikiran, perkataan, dan perbuatan

INDONESIA RAYA
Cipta : W.R Soepratman
Indonesia tanah airku,
Tanah tumpah darahku, Di
sanalah aku berdiri, Jadi HYMNE PRAMUKA
pandu ibuku. Cipta : Husein Muntahar
Indonesia kebangsaanku,
Kami Pramuka Indonesia
Bangsa dan tanah airku,
Marilah kita berseru, Manusia Pancasila
Indonesia bersatu. Satyaku Kudharmakan
Hiduplah tanahku, Dharmaku Kubaktikan Agar
Hiduplah negeriku, Jaya Indonesia
Bangsaku, Rakyatku, semuanya, Indonesia Tanah Airku
Bangunlah jiwanya, Kami Jadi Pandumu
Bangunlah badannya,
Untuk Indonesia Raya.
Indonesia Raya,
Merdeka, merdeka,
Tanahku, negeriku yang kucinta
Indonesia Raya,
Merdeka, merdeka,
Hiduplah Indonesia Raya
SEJARAH HASYIM ASY’ARI DAN KARTIKA BUANA

A. Sejarah Ambalan Hasyim Asy’ari dan Kartika Buana

1. Pada tahun 1978 terbentuk organisasi Kepramukaan di MA NU 03 “Sunan


Katong” Kaliwungu dengan nama Esti Buana, bergugus depan Islam 523 dan 524
(1978 – 1988)
2. Tahun 1982, mengalami berubahan dengan nama Esti Buana (putera) dan
Fatmawati (puteri)
3. Pada tanggal 23 Oktober 1983 dalam musyawarah gugus depan, nama ambalan
untuk puteri diganti dengan nama Kartika Candra.
4. Pada tanggal 3 Nopember 1983 mengalami perubahan nama ambalan lagi,
dengan nama (yang dipakai sampai sekarang) :
a. Hasyim Asy’ari (untuk putera), dan
b. Kartika Buana (untuk puteri).
Nama Hasyim Asy’ari diambil dari nama tokoh sosialis pendiri organisasi
masyarakat Nahdlotul ‘Ulama yaitu Hasyim Asy’ari. Sedangkan nama Kartika
Buana yang artinya Kartika (bintang), dan Buana (dunia), dimaksudkan agar
ambalan Hasyim Asy’ari dan Kartika Buana akan selalu jaya dan cemerlang di
bumi persada ini.

5. Tahun 1988 – 1999, nomor gugus depan diganti dengan 07.101 dan 07.102. dan
pada Muayawarah Ranting Kaliwungu pada tanggal 11 Nopember 1999 nomor
gudep diganti lagi dengan 07.129 dan 07.130. Dan dengan adanya pemekaran
wilayah pada tahun 2007, nomor gudep diganti menjadi
6. Pendidikan Kepramukaan di MA NU 03 “Sunan Katong” Kaliwungu Selatan
dibina oleh :
a. Kakak Mochammad Ichsan S.IP, yang beralamatkan di Patebon Kendal.
Beliau lahir pada tanggal 14 Agustus 1953, dan wafat pada tanggal 13 Juni
2000 / 10 Rabi’ul Awal 1421 H. Beliau menjadi pembina di MA sejak
tahun
1983 – 2000
b. Kakak Mabrur, A.N, (Gadukan Kutoharjo Kaliwungu).
c. Kakak Nur Ahmad ( Kendal )
d. Kakak Zumarul Faizin (Kepatihan Kutoharjo Kaliwungu)
e. Kakak Purwanti (Pegandon Kendal)
f. Kakak Drs. H. Syamsudin, S.Pd (Ngebruk, Mangkang, Semarang Barat).
g. Kakak Anwar BJ (Gadukan Kutoharjo Kaliwungu)
h. ….
7. Tahun 1989, ambalan Hasyim Asy’ari dan Kartika Buana mengadakan Lomba
Galang Tangguh I di Kedungsuren Kaliwungu.
➢ Tahun 1991, LGT II di Kedungsuren Kaliwungu
➢ Tahun 1993, LGT III di Sumberejo Kaliwungu
➢ Tahun 1998, LGT IV di Ngebum Mororejo Kaliwungu

B. Arti Lambang Bedge Ambalan Hasyim Asy’ari Dan Kartika Buana


1. Warna dasar :
a. Kuning berarti kejayaan
b. Hijau berarti kemakmuran
c. Hitam berarti bersungguh-sungguh
d. Putih berarti kesucian atau ketulusan
e. Merah berarti keberanian dan semangat yang berkobar
2. Bentuk segi lima mengartikan bahwa Pramuka berdasarkan Pancasila.
3. Bola dunia melambangkan bumi tempat kita berpijak sebagai tempat kehidupan
manusia.
4. Bintang 9, melambangkan :
a. 1 bintang yang tengah berarti Rasulullah SAW.
b. 4 bintang yang kanan berarti Khulafaur Rasyidin
c. 4 bintang yang kiri berarti 4 Imam Madzhab
5. Batang putih berjumlah 9 melambangkan Wali Songo
6. Kitab sebagai lambang ambalan yang berjumlah 4, melambangkan : Al Qur’an,
Al Hadits, Ijma’, dan Qiyas.
7. Menara masjid melambangkan tempat beribadah umat Islam.
8. Jendela menara berjumlah 5 melambangkan rukun Islam.
9. Pita melambangkan persahabatan.
10. Undak-undakan yang berjumlah 3 melambangkan Tri Satya
11. 2 Tunas Kelapa yang berlawanan melambangkan satuan terpisah antara putera
dan puteri.

Makna dari lambang tersebut adalah Ambalan Hasyim Asy’ari dan Kartika Buana
merupakan Gerakan Pramuka yang berdasarkan Pancasila dan Ketuhanan Yang Maha
Esa sebagai pondasi utamanya.

Anggota ambalan harus dapat mengikat tali persaudaraan dan persahabatan antar
sesama Pramuka dan masyarakat, serta bersungguh-sungguh dan tulus hati untuk
mengikuti jejak Wali Songo dalam melestarikan syari’at Islam.

Kata Pengantar

Assalaamu’alaikum Wr.Wb

Puji syukur kami haturkan kepada Allah S.W.T atas kehadirat rahmat serta hidayahNya
sehingga kami dapat menyelesaikan buku adat ambalan Hasyim Asy’ari dan Kartika Buana
ini dengan baik.
Buku adat Ambalan Hasyim Asy’ari dan Kartika Buana dibuat tak lain bertujuan sebagai
pedoman Pramuka MA NU 03 SUNAN KATONG Kaliwungu. Supaya nantinya seluruh
warga Pramuka MA Sunan Katong dapat menjadi lebih baik, baik dalam Ketuhanan,
kesopanan, kesantunan, maupun kesusilaan. Buku ini tentu wajib dipatuhi dan dilaksanakan
oleh seluruh warga Pramuka MA NU 03 SUNAN KATONG Kaliwungu. Selain itu buku ini
memuat tentang adat dan kebiasaan yang berlaku dan ciri khas yang berhubungan erat dengan
ambalan Hasyim Asy’ari dan Kartika Buana.

Buku adat ini dibuat tidak lepas dari arahan dan dukungan kakak Pembina. Oleh karena itu
kami ucapkan banyak terimakasih.Semoga tata adat ini memberikan manfaat bagi seluruh
Pramuka MA NU 03 Sunan Katong Kaliwungu.

“ Satyaku Ku Dharmakan, Dharmaku Ku Baktikan “


Wassalaamu’alaikum Wr. Wb

DAFTAR ISI

TRISATYA
DASA DARMA
HYMNE PRAMUKA SEJARAH AMBALAN KH. HASYIM ASY’ARI
DAN KARTIKA BUANA KATA PENGANTAR

BAB I PENDAHULUAN
A. Pengertian Dan Fungsi Adat
B. Pemegang Adat
C. Hak, Kewajiban, Dan Wewenang Pemangku Adat
D. Tempat Dan Waktu
E. Tujuan

BAB II ISI
A. SANDI AMBALAN
B. ADAT KESEHARIAN
1. Pakaian Dan Penampilan
2. Makan
3. Berbicara
4. Tidur
5. Berdo’a
6. Rapat
7. Kegiatan Pramuka Rutin
8. Pertemuan
9. Iuran Kas Ambalan
10. Sanksi

C. UPACARA DAN APEL


1. Pengertian
2. Tempat dan Waktu
3. Jenis Upacara dan Apel
4. Formasi
5. Petugas

D. PUSAKA ADAT
1. Filosofi
2. Kegunaan
3. Nilai Kesakralan

BAB III PENUTUP

BAB I PENDAHULUAN

PASAL 1 PENGERTIAN DAN FUNGSI TATA ADAT

1. Tata merupakan peraturan-peraturan yg harus ditaati atau dilaksanakan.

2. Adat merupakan wujud gagasan kebudayaan yang terdiri atas nilai-nilai budaya, norma,
hukum, dan aturan yg satu dengan yang lainnya saling berkaitan menjadi suatu sistem.

3. Fungsi :
a. Sebagai identitas pangkalan yang menunjukkan ciri khas gerakan pramuka
pangkalan MA NU 03 SUNAN KATONG Kaliwungu
b. Sebagai dasar dan pedoman dalam setiap kegiatan pramuka

c. Sebagai peraturan yang mengikat seluruh anggota pramuka MA NU 03 SUNAN


KATONG Kaliwungu agar tercipta suatu ketertiban dan kedisiplinan.

PASAL 2 PEMEGANG ADAT

Pemegang adat adalah orang yang mengatur tata adat di Ambalan MA NU 03 SUNAN
KATONG Kaliwungu yang berlaku demi tercapainya ketertiban.
1. Pemegang Adat Ambalan adalah Pemangku Adat ;
2. Pemangku Adat adalah seseorang yang memiliki hak, kewajiban dan wewenang dalam
memegang adat, yang tugas utamanya menjaga ketertiban pramuka dipangkalan MA
NU 03 SUNAN KATONG Kaliwungu ;
3. Pemangku Adat memiliki Pusaka Adat yang Wajib dijaga ;
4. Pelaksana Pemangku Adat dan seseorang yang diberi mandat diperbolehkan membawa
Pusaka Adat atau berstatus sebagai Pemegang Adat.

PASAL 3 HAK KEWAJIBAN DAN WEWENANG PEMANGKU ADAT


1. Hak Pemangku Adat
a. Dihargai semua apa yang menjadi kebijaksanaannya dalam lingkup tata adat;
b. Memberikan saran yang bersifat membangun;
c. Diperbolehkan mengambil keputusan secara sepihak apabila kondisi tidak
memungkinkan dalam lingkup tata adat;
d. Merevisi adat yang sudah tidak sesuai dengan kondisi melalui sarasehan adat
yang disetujui oleh peserta sarasehan adat;
e. Bersama-sama dengan Pradana ( Ketua Dewan Ambalan ) mengontrol kinerja
seluruh Dewan Ambalan;
f. Melakukan pencarian kaderisasi.

2. Kewajiban Pemangku Adat


a. Menjaga, mengamalkan, dan menjalankan adat ambalan;
b. Menjaga Pusaka Adat;
c. Menjaga Ketertiban di Pangkalan;
d. Mampu mendampingi Ketua Dewan Ambalan mengontrol setiap kegiatan
pramuka;
e. Mampu dengan sigap mengambil keputusan;
f. Mampu dengan cermat menyelektif suatu keadaan;
g. Mampu mendidik kader, sebagai generasi penerus.

3. Wewenang Pemangku Adat


a. Memberi sanksi kepada pelanggar Adat;
b. Mendampingi Pradana (Ketua Dewan Ambalan) dalam mengambil Keputusan;
c. Mengambil keputusan sepihak apabila kondisi mendesak;
d. Memperkenalkan Adat Ambalan;
e. Memilih kader yang baik dan siap untuk dilatih;
f. Memilih salah satu Dewan Ambalan untuk menjadi Pelaksana Pemangku Adat
apabila kondisi mendesak.

PASAL 4

TEMPAT DAN WAKTU

1. Adat Ambalan Hasyim Asy’ari dan Kartika Buana berlaku di Pangkalan MA NU 03


Sunan Katong Kaliwungu
2. Adat Ambalan Hasyim Asy’ari dan Kartika Buana berlaku sampai dirasa perlu untuk
diadakan revisi di sarasehan adat yang sudah disetujui peserta rapat.

PASAL 5

TUJUAN

1. Dapat mengamalkan Tri Satya dan Dasa Dharma;


2. Menghargai dan mentaati seluruh adat yang berlaku;
3. Menghargai cita-cita ambalan Hasyim Asy’ari dan Kartika Buana;
4. Bertanggung jawab penuh atas segala perilaku yang telah diperbuat;
5. Disiplin dalam melakukan berbagai aktivitas;
6. Bersikap sopan, ramah, cerdas, tegas.

BAB II ISI
PASAL 6

SANDI AMBALAN
KITA BERAMBALAN UNTUK BERSATU, BERSAUDARA, DAN BERKERJA PRAMUKA
INDONESIA PATRIOT PARIPURNA MANUSIA SEJATI TEGUH MEMEGANG JANJI
BERGUNALAH HIDUP INI BAGI KELUARGA, KAWAN, BANGSA DAN NEGARA

SETIA ITU PASTI, JUJUR ITU WAJIB SOPAN DALAM BERTINDAK SERTA PERWIRA
SEDAP DALAM BICARA KAWAN SETIA MAKHLUK MENOLONG SIAPA TANPA
BERSOMBONG DIRI SAYANG KEPADA SESAMA TAK HANYA DI BIBIR PEMUDA
BERWATAK KESATRIA SABDA PANDITA RATU

BERTANGGUNG JAWAB DALAM TUGAS DAN KEWAJIBAN


PANDU INDONESIA TERCINTA PERTIWI SENYUMLAH DALAM
DUKA, TENANGLAH DALAM SUKA HEMATLAH DALAM
BERBICARA, TENAGA DAN BENDA BERGUNA BAGI AMANAT
PENDERITAAN RAKYAT SUCI SEBAGAI TELADAN BERPIKIR,
BERKATA DAN BERBUAT BERJASA TANPA MINTA NAMA

TUHAN BESERTA KITA

ADAT KESEHARIAN DAN KEGIATAN RUTIN

PASAL 7

PAKAIAN DAN PENAMPILAN

1. Penggunaan seragam pramuka lengkap sesuai dengan SK Kwarnas Nomor 174 Tahun
2012, dan dapat disesuaikan dengan keadaan;
2. Badge Ambalan harus terpasang sebagai tanda Anggota Ambalan MA NU 03 SUNAN
KATONG Kaliwungu;
3. Badge ambalan yang terpasang wajib dijahit;
4. Di dalam pertemuan, saat Pemimpin mengenakan seragam Pramuka lengkap, maka
anggota wajib mengenakan seragam Pramuka lengkap;
5. Penggunaan seragam pramuka lengkap, wajib menggunakan atribut lengkap;
6. Yang putra wajib mengenakan hasduk, ring, baret, emblem, sabuk, nama, tanda
jabatan, badge ambalan, tali kur (bagi dewan inti), kaos kaki hitam menutupi mata kaki,
dan sepatu hitam bertali (75 % hitam 25% putih)
7. Yang putri wajib berjilbab coklat tua dan mengenakan hasduk, ring, baret, nama, tanda
jabatan, badge ambalan, tali kur (bagi dewan inti), topi, kaos kaki hitam menutupi mata
kaki, dan sepatu hitam bertali; (75% hitam 25% putih)
8. Sepatu wajib hitam dan bertali; (75% hitam 25% putih)
9. Pakaian harus selalu rapi;
10. Hasduk harus melebihi pusar;
11. Pada saat pelaksanaan Upacara maupun Apel wajib menenakan pakaian Pramuka
lengkap;
12. Segala atribut yang bersifat dijahit, harus dijahit sesuai aturan;
13. Tanda pengenal harus selalu dikenakan dalam kegiatan;
14. Saat baret tidak dipakai, tidak boleh dimasukan kedalam saku celana atau tempat
sembarangan wajib dipegang atau ditaruh di tempat yang semestinya;
15. Saat berada didalam ruangan baret tidak boleh dipakai;
16. Penggunaan Jilbab dengan rapi dan sesuai Syariat Islam;

PASAL 8
MAKAN

1. Sebelum makan Anggota Dewan Ambalan harus dalam bentuk barisan yang rapi.
2. Pemangku Adat memimpin dibukanya adat makan ( disesuaikan ).
3. Hasduk disrempangkan ke bahu kanan atau dimasukkan ke dalam baju.
4. Adat makan dibuka dengan tiga kali tepukan oleh PA, tepukan pertama(1x) bertanda
untuk duduk siap, tepukan kedua(2x) bertanda mulai berdo’a sebelum makan, tepukan
ketiga(3x) secara serentak pasukan makan mengatakan : “selamat makan”.
5. Makan dan minum menggunakan tangan kanan.
6. Makan dan minum tidak boleh berdiri.
7. Dalam kondisi makan tidak boleh bersenda gurau dan berbicara.
8. Selesai makan, ditutup dengan tiga kali tepukan lagi oleh PA, tepukan pertama(1x)
bertanda untuk duduk siap, tepukan kedua(2x) bertanda mulai berdo’a stelah makan,
tepukan ketiga(3x) secara serentak pasukan makan mengatakan : “terima kasih”.
9. Adat makan dilakukan dengan ketentuan waktu sesuai porsi makanan.

PASAL 9
BERBICARA
1. Dilarang membuat forum di dalam sebuah forum.
2. Di dalam sebuah forum apabila ingin menanggapi atau memberi saran wajib
mengacungkan tangan terlebih dahulu setelah itu memohon ijin untuk berbicara, dan
boleh berbicara jika sudah disilakan oleh pemimpin forum.
3. Dapat menjaga sopan santun.
4. Menjaga Lisan dari ucapan yang bersifat Mencela, Memfitnah, Menjelekkan orang lain
dan Sara.
PASAL 10
TIDUR

1. Tidur tidak boleh mengenakan pakaian Pramuka lengkap.


2. Dalam kegiatan kepramukaan, jam malam maksimal pukul 23.00 WIB. Kecuali ada
kepentingan yang mendesak.
3. Satuan Terpisah antara Dewan Ambalan Putra dengan Dewan Ambalan Putri.

PASAL 11
BERDO’A
1. Putra :
a. Dama posisi istirahat tangan kanan memegang hansduk dan ditempelkan di dada
sebelah kiri, sejajar dengan detak jantung;
b. Posisi kepala menunduk.
2. Putri :
a. Dalam posisi sikap sempurna kedua tangan disatukan didepan pusar, tangan
kanan di atas dan tangan kiri di bawah;
b. Posisi kepala menunduk.

PASAL 12 RAPAT

1. Ketika rapat harus datang tepat waktu;


2. Setiap rapat harus dihadiri oleh minimal 1 (satu) orang perwakilan setiap departemen;
3. Setiap Dewan Ambalan harus bersikap professional;
4. Saat rapat sedang berlangsung dilarang membuat forum dalam forum;
5. Apabila ada yang hendak meninggalkan rapat atau musyawarah harus seizin pimpinan
sidang.
6. Apabila tidak dapat menghadiri rapat maka harus melampirkan surat izin yang
ditandatangani oleh pemangku adat.
7. Hasil rapat harus disebarkan ke seluruh anggota departemen.

PASAL 13 KEGIATAN PRAMUKA RUTIN

1. Kegiatan pramuka rutin ambalan Hasyim Asy’ari dan Kartika Buana dilaksanakan pada
hari Jum’at sore pukul 13:30 – 15:30 WIB;
2. Setiap kegiatan rutin wajib dibuka dengan Apel Pembukaan dan ditutup dengan Apel
Penutupan. Apel ditiadakan jika kondisi tidak memungkinkan.
3. Setiap kegiatan rutin, peserta didik dan dewan ambalan wajib menunaikan sholat ashar
berjamaah di masjid.
4. Bagi peserta didik putri yang berhalangan maka akan diisi kegiatan keputrian.
5. Peserta didik dan Dewan Ambalan yang berhalangan mengikuti kegiatan pramuka rutin
wajib melampirkan surat izin sesuai prosedur surat yang telah ditentukan pemangku
adat.
6. Seluruh peserta didik dan Dewan Ambalan wajib mengenakan seragam pramuka
lengkap.
7. Seluruh Dewan Ambalan wajib menjaga kewibawaan setiap pribadinya selama
kegiatan berlangsung.

PASAL 14 PERTEMUAN

1. Setiap anggota ambalan bila bertemu diharuskan saling mengucapkan salam;


2. Dilanjutkan saling berjabat tangan sesuai dengan kaidah agama yang berlaku

PASAL 15 IURAN KAS AMBALAN

1. Seluruh peserta didik dan Dewan Ambalan wajib membayar iuran kas yang telah
ditentukan jumlahnya. ( Rp 1.000,00 setiap latihan kepramukaan )
2. Iuran dibayarkan setiap bulannya, baik ada kegiatan maupun tidak ada.
3. Iuran dibayarkan kepada Juru Uang Hasyim Asy’ari dan Kartika Buana.
4. Iuran dibayarkan tepat waktu.
5. Waktu pembayaran iuran ditentukan oleh kebijakan Juru Uang.
SANKSI

PASAL 16 SANKSI

1. Sanksi diberlakukan jika terdapat suatu pelanggaran terhadap Adat Ambalan Hasyim
Asy’ari dan Kartika Buana dan atau terhadap ketentuan yang diberlakukan oleh pihak
sekolah yang berhubungan dengan kegiatan Kepramukaan.
2. Sanksi- sanksi yang terdapat di ambalan Hasyim Asy’ari dan Kartika Buana
diberlakukan kepada seluruh warga ambalan Hasyim Asy’ari dan Kartika Buana.
3. Sanksi- sanksi tersebut tidak berlaku bagi Ka Mabigus, Ka Pembina Gudep, Pembina
Satuan, dan Tamu Ambalan.
4. Jenis sanksi yang diberikan sesuai dengan kebijakan Pemangku Adat dan atau dari
hasil musyawarah Dewan Ambalan beserta Pembina.
5. Jenis- jenis sanksi yang diberikan dapat berupa:
a. Peringatan secara lisan melalui teguran dari Pemangku Adat atau Pembina.
b. Pemberian tugas terstruktur.
c. Fisik ( push up, lari, jalan jongkok, skot jump)
d. Sanksi adat makan : makan digabungkan dan digilir + push up 2 seri
e. Sanksi adat berbicara : membaca surat Al Ikhlas, Al Falaq, An Nas sebanyak 3
kali dan mengucapkan Dasa Dharma ke sepuluh sebanyak 33 kali
f. Sanksi upacara dan atau apel : bagi anggota pramuka menjadi petugas upacara
sekali pada upacara berikutnya bagi Dewan Ambalan 2 kali seri push up.
g. Sanksi tidur : bagi Dewan Ambalan membangunkan panitia + peserta dan 2 seri,
bagi anggota 2 seri.
h. Sanksi piket : membantu piket yang selanjutnya dan denda Rp.5.000,-
i. Sanksi rapat : menjadi pimpinan rapat selanjutnya.
j. Sanksi pramuka rutin : tidak hadir tanpa ijin, bagi Dewan Ambalan melaksanakan
10 gerakan dasar PBB dan 5 gerakan pindah tempat, serta denda Rp. 2.000,-;
melaksanakan 10 gerakan dasar PBB dan 5 gerakan pindah tempat, serta denda
Rp.
1.000,-; Sanksi berkemah : mengacu kepada tata tertib perkemahan
k. Sanksi iuran kas ambalan : kena alpa dan membayar 2x lipat.
6. Sanksi sewaktu-waktu bisa diganti oleh Pemangku Adat sesuai Situasi dan Kondisi.
7. Untuk pemangku adat jika melanggar terkena 2x lipatnya.

UPACARA DAN APEL

PASAL 17 PENGERTIAN

1. Upacara adalah serangkaian kegiatan yang ditata dalam suatu ketentuan peraturan yang
wajib dilaksanakan dengan hikmat sehingga merupakan kegiatan yang teratur dan tertib
untuk membentuk suatu tradisi dan budi pekerti yang baik serta sebagai awal dan akhir
kegiatan.
2. Apel adalah serangkaian kegiatan yang dilakukan untuk mengkoordinasikan suatu
kegiatan yang dilaksanakan secara teratur dan tertib sebagai awal dan akhir kegiatan
yang kedudukannya sebagai pengganti upacara.

PASAL 18 PETUGAS

1. Petugas Upacara dan/atau adalah sekumpulan orang yang mengatur jalannya upacara
dan/atau apel supaya berjalan lancar dan tertib.
2. Petugas Upacara dan/atau apel terdiri dari Pembina dan/atau apel, pemimpin upacara
dan/atau apel, pengatur upacara dan/atau apel, pembawa acara, pembawa bendera
(dalam upacara)

PASAL 19
JENIS UPACARA DAN APEL

1. Upacara Umum adalah upacara yang dilakukan untuk kegiatan tertentu dengan
menggunakan peraturan yang berlaku secara umum.
2. Upacara Pelantikan adalah upacara peresmian yang dilakukan untuk pengangkatan
pemegang jabatan tertentu dalam satuan atau kenaikan tingkat kecakapan.
3. Upacara Penerimaan Tamu Ambalan (PTA) adalah upacara yang dilakukan dalam
rangka penerimaan anggota baru.
4. Apel Pembukaan dan Apel Penutupan adalah apel yang dilakukan dalam rangka
melaksanakan dan mengakhiri suatu kegiatan di lingkungan.

PASAL 20
TEMPAT DAN WAKTU

1. Apel dan atau Upacara dapat dilaksanakan di dalam maupun di luar ruangan.
2. Apel dan atau Upacara dilaksanakan di awal dan di akhir kegiatan.
➢ Dalam upacara pembukaan dilaksanakan dengan :
▪ Menyanyikan lagu kebangsaan Indonesia Raya
▪ Manyanyikan lagu Satya Dharma Pramuka
▪ Pembukaan Kitab Pusaka Ambalan dan Bendera Citra Ambalan
➢ Dalam upacara penutupan dilaksanakan dengan :
▪ Menutup Kitab Pusaka Ambalan dan Bendera Citra Ambalan
▪ Berdo’a
▪ Menyanyikan lagu Syukur
3. Jenis Upacara :
a. Upacara Penerimaan Tamu Ambalan
1) Di luar Ruangan
a) Susunan Petugas
(1) Pemimpin Pleton Putra (Pendamping Kanan)
(2) Pemimpin Pleton Putri (Pendamping Kiri)
(3) Pemimpin Upacara
(4) Perwira
(5) Protokol
(6) Pembaca Doa
(7) Pengucap Dasa Darma
(8) Pembawa Bendera Merah Putih ( jika diperlukan)

b) Petugas
(1) Petugas upacara ditempatkan di sayap kiri Pembina.
(2) Pradana Putra dan Putri menempatkan diri di belakang Pembina
(3) Perwira bertanggung jawab atas berjalanannya Upacara beserta
persiapannya
(4) Perwira menempatkan diri di sebelah kiri Protokol

c) Peserta
(1) Satu Pleton terdiri atas Dewan Ambalan dan Anggota
(2) Dewan Ambalan Putra Berada di sebelah kanan Anggota Putra (3)
Dewan Ambalan Putri Berada di sebelah kanan Anggota Putri
(4) Formasi peserta upacara dalam bentuk bershaf.
(5) Peserta upacara berdiri berhadapan dengan Pembina.
(6) Peserta upacara ditempatkan dengan satuan terpisah.
(7) Tamu undangan menempatkan diri di sebelah kanan belakang
Pradana atau Pembina.

d) Pembina Petugas
(2) Pembina upacara berdiri berhadapan dengan peserta.
(3) Pembina upacara berdiri di tengah pleton Putra dan Putri.

2) Di dalam Ruangan
b) Susunan Petugas
(1) Pemimpin Pleton Putra (Pendamping Kanan)
(2) Pemimpin Pleton Putri (Pendamping Kiri)
(3) Pemimpin Upacara
(4) Perwira
(5) Protokol
(6) Pembaca Doa
(7) Pengucap Dasa Darma
(8) Pembawa Bendera Merah Putih ( jika diperlukan)

a) Petugas
(1) Petugas upacara ditempatkan di sayap kiri Pembina.
(2) KDA Putra dan Putri menempatkan diri di belakang Pembina
(3) Perwira bertanggung jawab atas berjalanannya Upacara beserta
persiapannya
(4) Perwira menempatkan diri di sebelah kiri Protokol

c) Peserta
(1) Satu Pleton terdiri atas Dewan Ambalan dan Anggota
(2) Dewan Ambalan Putra Berada di sebelah kanan Anggota Putra (3)
Dewan Ambalan Putri Berada di sebelah kanan Anggota Putri
(4) Formasi peserta upacara dalam bentuk bersaf.
(5) Peserta upacara berdiri berhadapan dengan Pembina.
(6) Peserta upacara ditempatkan dengan satuan terpisah.
(7) Tamu undangan menempatkan diri di sebelah kanan belakang
Pradana atau Pembina. (menyesuaikan)

d) Pembina Petugas
(1) Pembina upacara berdiri berhadapan dengan peserta.
(2) Pembina upacara berdiri di tengah pleton Putra dan Putri.

b. Upacara Pelantikan Calon Bantara


1) Diluar Ruangan
a) Susunan Petugas
(1) Pemimpin Pleton Putra (Pendamping Kanan)
(2) Pemimpin Pleton Putri (Pendamping Kiri)
(3) Pemimpin Upacara
(4) Protokol
(5) Pembawa Bendera
(6) Pembaca Doa
(7) Perwira
b) Petugas
(1) Petugas upacara ditempatkan di sayap kiri Pembina.
(2) Pradana Putra dan Putri menempatkan diri di belakang Pembina
(3) Perwira bertanggung jawab atas berjalanannya Upacara beserta
persiapannya
(4) Perwira menempatkan diri di sebelah kiri Pembawa Acara

c) Peserta
(1) Satu Pleton terdiri atas Dewan Ambalan dan Anggota
(2) Dewan Ambalan Putra Berada di sebelah kanan Anggota Putra (3)
Dewan Ambalan Putri Berada di sebelah kanan Anggota Putri
(4) Formasi peserta upacara dalam bentuk bersaf.
(5) Peserta upacara berdiri berhadapan dengan Pembina.
(6) Peserta upacara ditempatkan dengan satuan terpisah.
(7) Tamu undangan menempatkan diri di sebelah kanan belakang
Pradana atau Pembina.

d) Pembina Petugas
(1) Pembina upacara berdiri berhadapan dengan peserta.
(2) Pembina upacara berdiri di tengah pleton Putra dan Putri.

2) Di dalam Ruangan
a) Susunan Petugas
(1) Pemimpin Pleton Putra (Pendamping Kanan)
(2) Pemimpin Pleton Putri (Pendamping Kiri)
(3) Pemimpin Upacara
(4) Protokol
(5) Pembawa Bendera
(6) Pembaca Doa
(7) Ajudan

b) Petugas
(1) Petugas upacara ditempatkan di sayap kiri Pembina.
(2) Pradana mendampingi Pembina dengan menempatkan diri di
belakang Pembina.
(3) Ajudan upacara menempatkan diri di sebelah kiri Pradana atau
Pembina.
(4) Pemangku Adat berada di belakang pemimpin upacara dan di
depan peserta

c) Peserta
(1) Formasi peserta upacara dalam bentuk bersaf.
(2) Peserta upacara berdiri berhadapan dengan Pembina.
(3) Peserta upacara ditempatkan dengan satuan terpisah.
(4) Tamu undangan menempatkan diri di sebelah kanan belakang
Pradana atau Pembina.

d) Pembina
(1) Pembina upacara berdiri berhadapan dengan peserta.
(2) Pembina upacara berdiri di tengah pleton Putra dan Putri.

c. Upacara Adat Kegiatan


1) Di luar Ruangan
a) Susunan Petugas
(1) Pemimpin Pleton Putra
(2) Pemimpin Pleton Putri
(3) Pemimpin Upacara
(4) Dirigen
(5) Pembaca Doa
(6) Pembawa Bendera ( jika diperlukan )
(7) Protokol
(8) Perwira
(9) Pembaca Dasa Dharma
(10) Pembawa Baki
b) Petugas
(1) Petugas upacara ditempatkan di sayap kiri Pembina.
(2) KDA Putra dan Putri menempatkan diri di belakang Pembina
(3) Perwira bertanggung jawab atas berjalanannya Upacara beserta
persiapannya
(4) Perwira menempatkan diri di sebelah kiri Pembawa Acara

c) Peserta
(1) Satu Pleton terdiri atas Dewan Ambalan dan Anggota
(2) Dewan Ambalan Putra Berada di sebelah kanan Anggota Putra (3)
Dewan Ambalan Putri Berada di sebelah kanan Anggota Putri
(4) Formasi peserta upacara dalam bentuk bersaf.
(5) Peserta upacara berdiri berhadapan dengan Pembina.
(6) Peserta upacara ditempatkan dengan satuan terpisah.
(7) Tamu undangan menempatkan diri di sebelah kanan belakang
Pradana atau Pembina.

d) Pembina Petugas
(1) Pembina upacara berdiri berhadapan dengan peserta.
(2) Pembina upacara berdiri di tengah pleton Putra dan Putri.

2) Di dalam Ruangan
a) Petugas
(1) Petugas upacara ditempatkan di sayap kiri Pembina.
(2) Pradana Putra dan Putri menempatkan diri di belakang Pembina
(3) Perwira bertanggung jawab atas berjalanannya Upacara beserta
persiapannya
(4) Perwira menempatkan diri di sebelah kiri Pembawa Acara

a) Peserta
(1) Satu Pleton terdiri atas Dewan Ambalan dan Anggota
(2) Dewan Ambalan Putra Berada di sebelah kanan Anggota Putra (3)
Dewan Ambalan Putri Berada di sebelah kanan Anggota Putri
(4) Formasi peserta upacara dalam bentuk bersaf.
(5) Peserta upacara berdiri berhadapan dengan Pembina.
(6) Peserta upacara ditempatkan dengan satuan terpisah.
(7) Tamu undangan menempatkan diri di sebelah kanan belakang
Pradana atau Pembina.

b) Pembina Petugas
1) Pembina upacara berdiri berhadapan dengan peserta.
2) Pembina upacara berdiri di tengah pleton Putra dan Putri.
d. Apel Pembukaan dan Apel Penutupan
1) Di luar Ruangan
a) Petugas
(1) Petugas apel ditempatkan di sayap kiri Pembina.
(2) Pradana mendampingi Pembina dengan menempatkan diri di
belakang Pembina.
(3) Ajudan apel menempatkan diri di sebelah kiri KDA atau
Pembina.
(4) Pemangku Adat menyesuaikan diri.

b) Peserta
(1) Formasi peserta apel dalam bentuk bersaf.
(2) Peserta apel berdiri berhadapan dengan Pembina.
(3) Peserta apel ditempatkan dengan satuan terpisah.
(4) Tamu undangan menempatkan diri di sebelah kanan belakang
Pradana atau Pembina.

c) Pembina Petugas
(1) Pembina apel berdiri berhadapan dengan peserta.
(2) Pembina apel berdiri di tengah pleton Putra dan Putri.

2) Di dalam Ruangan
a) Petugas
(1) Petugas apel ditempatkan di sayap kiri Pembina.
(2) Pradana mendampingi Pembina dengan menempatkan diri di
belakang Pembina.
(3) Ajudan apel menempatkan diri di sebelah kiri Pradana atau
Pembina.
(4) Pemangku Adat menyesuaikan diri.

b) Peserta
(1) Formasi peserta apel dalam bentuk bersaf.
(2) Peserta apel berdiri berhadapan dengan Pembina.
(3) Peserta apel ditempatkan dengan satuan terpisah.
(4) Tamu undangan menempatkan diri di sebelah kanan belakang
KDA atau Pembina.

c) Pembina
(1) Pembina apel berdiri berhadapan dengan peserta.
(2) Pembina apel berdiri di tengah pleton Putra dan Putri.

PASAL 21 ADAT MENERIMA TAMU AMBALAN

1. Tamu ambalan merupakan individu atau kelompok yang mempunyai maksud dan
tujuan tertentu terhadap Pramuka MA NU 03 SUNAN KATONG Kaliwungu.
2. Adat menerima tamu ambalan merupakan adat yang dilakukan untuk menyambut tamu
ambalan. Adat menerima tamu ambalan di pangkalan MA NU 03 SUNAN KATONG
Kaliwungu adalah menyanyikan yel-yel ambalan.
PUSAKA ADAT
PASAL 22 FILOSOFI

1. Pusaka Adat merupakan suatu benda yang disakralkan oleh seluruh anggota pramuka
disetiap pangkalan yang digunakan sebagai identitas pramuka sebuah pangkalan. Dan
Pramuka Pangkalan MA NU 03 SUNAN KATONG Kaliwungu menggunakan KITAB
(Kitab Hadits, misalnya Jawahirul Bukhori, Riyadussholichin, dsb) sebagai Pusaka Adat.
2. Diambil Kitab Hadits sebagai Pusaka Ambalan, karena Hadits sebagai dasar hukum
Islam kedua setelah Al Qur’an.

PASAL 23 KEGUNAAN

1. Untuk membuka dan menutup suatu kegiatan, seperti : Penerimaan Tamu Ambalan,
Pelantikan Penegak Bantara atau Laksana ataupun Adat kegiatan lainnya.
2. Sebagai tanda berlakunya adat dalam suatu kegiatan.
3. Sebagai identitas adat pangkalan.

PASAL 24 NILAI KESAKRALAN

1. Pusaka Adat hanya boleh dipegang dan digunakan oleh Pemangku Adat (selain
Pemangku Adat jika menyentuh/menyenggol sengaja / tidak tetap mendapat sanksi).
2. Jika Pemangku Adat tidak dapat melaksanakan maka tugas diberikan kepada PLPA
(Pelaksana Pemangku Adat) yang telah ditunjuk oleh Pemangku Adat.
3. Dalam keadaan mendesak, pusaka adat dapat dipegang oleh orang – orang yang diberi
mandat oleh Pemangku Adat

BAB III PENUTUP


AMANDEMEN TATA ADAT
PASAL 25
PENGERTIAN

Amandemen tata adat merupakan suatu perubahan yang dilakukan terhadap adat yang
telah berlaku untuk memperbaiki, melengkapi, dan menyempurnakan

PASAL 26
SEBAB AMANDEMEN ADAT

• Adat yang berlaku telah gagal dilaksanakan.


• Adat yang berlaku akan disempurnakan kembali.

PASAL 27
ATURAN AMANDEMEN ADAT

Amandemen adat hanya dapat dilakukan melalui sarasehan adat yang telah disetujui
seluruh peserta adat. Peserta sarasehan adat meliputi DA,anggota pramuka MA NU 03
SUNAN KATONG Kaliwungu yang didampingi oleh Pembina. Sarasehan adat dapat
dilaksanakan jika peserta yang hadir lebih dari sama dengan 50% dari undangan.

PASAL 28
KEBIJAKAN PEMANGKU ADAT

Kebijakan Pemangku Adat untuk memperbaiki, melengkapi, dan menyempurkan tata adat
yang sedang berlaku. Kebijakan ini dapat diberlakukan jika :
✓ Keterbatasannya waktu dan tempat pada saat akan terjadi perubahan adat.
✓ Diperintah oleh Pembina secara pribadi untuk membuat tata adat tanpa melalui
sarasehan adat.

PASAL 29
PENUTUP

1. Hal-hal yang belum ditetapkan dalam buku adat ini akan ditetapkan melalui sarasehan
adat selanjutnya.
2. Apabila terdapat ketidaksesuaian dengan kondisi ambalan, maka selanjutnya dilakukan
revisi terhadap adat tersebut.
3. Buku adat ini hanya dapat ditetapkan dan berlaku sesuai dengan,
a. Persetujuan minimal dari setengah peserta sarasehan adat
b. Pemangku Adat setelah berkonsultasi dengan Pembina, apabila terdapat kondisi
yang tidak memungkinkan diadakannya sarasehan adat.
4. Tata adat ini berlaku sejak tanggal ditetapkan.

Ditetapkan di : Kaliwungu
Pada Tanggal : 16 November 2019

Pemangku Adat
Naufal Hakim

Mengetahui,
Ka. Mabigus Pembina Gudep

Nur Hadi Wigiya Wimpi P,S,Si

Anda mungkin juga menyukai