Anda di halaman 1dari 81

TINJAUAN PENGGUNAAN SHOPEE PAYLATER TERHADAP PERILAKU

KONSUMEN MAHASISWA

Disusun untuk memenuhi Tugas Kelompok Mata Kuliah Kapita Selekta


Dosen Pengampu: Muhammad Iqbal Baihaqi, SE., MM

Kelompok 4 :

Ghallya Hannum 194010020


Dewi Kartika 194010031
Dandi Muhammad Yusuf 194010036
Hasna Luthfiyah H 194010098
Iqbal Lutfiana 194010134

PROGRAM STUDI MANAJEMEN


FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS
UNIVERSITAS PASUNDAN
BANDUNG
2022
KATA PENGANTAR

Puji dan syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT, karena berkat rahmat
dan karunia-Nyalah kami dapat menyelesaikan tugas yang berjudul “Tinjauan
Penggunaan Shopeepay Later Terhadap Perilaku Konsumen Mahasiswa”. Adapun
maksud dan tujuan dari penulisan tugas ini adalah untuk memenuhi salah satu tugas
mata kuliah Kapita Selekta Jurusan Manajemen Universitas Pasundan.

Selama pengerjaan dan penulisan tugas ini terdapat hambatan yang kami
alami, namun berkat bantuan, dorongan serta bimbingan dari berbagai pihak,
akhirnya tugas ini dapat terselesaikan dengan baik.

Kami beranggapan bahwa makalah ini merupakan karya terbaik yang dapat
kami persembahkan. Tetapi kami menyadari bahwa tidak tertutup kemungkinan
didalamnya terdapat kekurangan-kekurangan. Oleh karena itu kritik dan saran yang
membangun sangat kami harapkan. Akhir kata, semoga tugas ini dapat bermanfaat
bagi kami khususnya dan bagi para pembaca pada umumnya.

Bandung, 22 Februari 2022

Kelompok 4
DAFTAR ISI
DAFTAR TABEL
DAFTAR GAMBAR
BAB I
BAB II

KAJIAN PUSTAKA KERANGKA PEMIKIRAN

2.1 Kajian Pustaka

Kajian pustaka merupakan sekumpulan penjelasan dari berbagai ilmu


pengetahuan yang digunakan sebagai panduan dan informasi dalam melakukan
penelitian. Kajian Literatur atau kajian pustaka berisi deskripsi mengenai bidang atau
topik tertentu.

Kajian pustaka adalah salah satu bagian penting dari keseluruhan langkah-
langkah metode penelitian. Menurut Cooper dalam Creswell (2010) mengemukakan
bahwa kajian pustaka memiliki beberapa tujuan yakni; menginformasikan kepada
pembaca hasil-hasil penelitian lain yang berkaitan erat dengan penelitian yang
dilakukan saat itu, menghubungkan penelitian dengan literatur-literatur yang ada, dan
mengisi celah-celah dalam penelitianpenelitian sebelumnya (Creswell, 2010).

2.1.1 Manajemen

Menurut Afandi (2018:1) Manajemen adalah bekerja dengan orang-orang untuk


mencapai tujuan organisasi dengan pelaksanaan fungsi perencanaan (planning),
pengorganisasian (organizing), penyusunan personalia atau kepegawaian (staffing),
pengarahan dan kepemimpinan (leading), dan pengawasan (controlling). Manajemen
adalah suatu proses khas, yang terdiri dari tindakan perencanaan, pengorganisasian,
pergerakan, dan pengendalian yang dilakukan untuk menentukan serta mencapai
sasaran-sasaran yang telah ditentukan melalui pemanfaatan sumber daya manusia dan
sumber-sumber daya lainnya.

Sedangkan Hasibuan (2018: 26) Menjelaskan bahwa manajemen adalah suatu


ilmu dan seni yang mengatur proses pemanfaatan sumber daya manusia dan sumber-
sumber lainnya secara efektif untuk menapai suatu tujuan tertentu.
Sehingga berdasarkan kedua definisi diatas maka dapat disimpulkan bahwa
Manajemen adalah proses perencanaan, pengorganisasian, pelaksanaan, dan
pengawasan kegiatan-kegiatan dalam suatu organisasi untuk mencapai tujuan yang
telah ditetapkan oleh organisasi tersebut.

2.1.2 Pemasaran

Kotler dan Keller (2016: 27 ) mengungkapkan bahwa pemasaran adalah proses


dimana individu dan kelompok mendapatkan apa yang mereka butuhkan dan
inginkan melalui penciptaan, penawaran, dan pertukaran nilai produk dan jasa.

Menurut Dr. Budi Rahayu Tanama Putri (Manajemen Pemasaran, 2017)


Pemasaran yaitu suatu proses manajerial dan sosial dengan menciptakan serta saling
mempertukarkan produk serta nilai antara seorang individu dengan kelompok dimana
individu atau kelompok tersebut dapat memperoleh apa yang mereka inginkan dan
mereka butuhkan.

Menurut Dayle dalam Sudaryono (2016), pemasaran adalah proses


manajemen yang berusaha menciptakan keunggulan yang kompetitif dengan cara
memaksimalkan laba bagi pemegang saham.

Dari beberapa definisi diatas dapat disimpulkan bahwa pemasaran merupakan


salah satu kegiatan perusahaan dalam memperkenalkan suatu produk/jasa, melalui
strategi yang ditentukan oleh perusahaan sehingga dapat mengakibatkan keuntungan
bagi perusahaan dan konsumen

2.1.3 Manajemen Pemasaran

Manajemen pemasaran menurut Kotler dan Keller (2016:27) merupakan seni dan
ilmu memilih pasar sasaran dan meraih, mempertahankan, serta menumbuhkan
pelanggan dengan menciptakan, menghantarkan dan mengkomunikasikan nilai
pelanggan yang umum, kemudian manajemen pemasaran mengatur semua keinginan
pemasaran. Karna hal ini lah manajemen pemasaran sangat penting bagi perusahaan.

Manajemen pemasaran merupakan penganalisaan, perencanaan, pelaksanaaan,


dan pengendalian program-program yang dibuat untuk membentuk, membangun
memelihara keuntungan dari pertukaran melalui sasaran guna mencapai tujuan
organisasi (perusahaan) dalam jangka panjang (Assauri, 2011:28)

Manajemen pemasaran adalah proses perencanaan dan pelaksanaan penentuan


harga, promosi dan distribusi barang, jasa dan gagasan untuk menciptakan
pertukaraan sesuatu yang bernilai dengan kelompok sasaran memenuhi tujuan
pelanggan dan organisasi (Tjiptono, 2011:2).

Dari definisi diatas dapat disimpulkan bahwa manajemen pemasaran merupakan


suatu proses yang menyangkut analisis, perencanaan dan pelaksanaan serta
pengawasan program-program yang ditujukan untuk melayani pasar sesuai dengan
kebutuhan dan keinginan pasar.

2.1.3.1 Konsep Pemasaran

Menurut Assauri (2017:81) bahwa konsep pemasaran adalah suatu falsafah


manajemen dalam bidang pemasaran yang berorientasi kepada kebutuhan dan
keinginan konsumen dengan didukung oleh kegiatan pemasaran terpadu yang
diarahkan untuk memberikan kepuasan konsumen sebagai kunci keberhasilan
organisasi dalam usahanya mencapai tujuan yang ditetapkan sebelumnya.

Kotler & Amstrong (dalam Priansa, 2017:8) menyatakan bahwa terdapat lima
konsep pemasaran yang sering dijadikan rujukan oleh perusahaan untuk
melaksanakan kegiatan pemasarannya, yaitu:

1) Produksi Konsep produksi adalah konsep bisnis tertua dimana konsumen akan
lebih menyukai produk yang tersedia secara luas denga harga yang terjangkau.
2) Produk Konsumen akan menyukai produk yang menawarkan fitur mutu yang
terbaik. Konsep ini menunjukkan bahwa konsumen sangat berpengaruh dalam
penciptaan produk.
3) Penjualan Para konsumen dan perusahaan bisnis jika tidak teratur melakukan
penjualan maka, konsumen umumnya menunjukkan keengganan atau
penolakan untuk membeli
4) Pemasaran Konsep yang menegaskan bahwa kunci untuk mencapai sasaran
organisasi adalah perusahaan harus lebih efektif dalam menciptakan,
menyerahkan, dan mengomunikasikan nilai konsumen kepada sasaran pasar
yang dipilih.
5) Pemasaran Berorientasi Masyarakat Konsep ini masyarakat menegaskan
bahwa tugas organisasi dalah menentukan kebutuhan, keinginan, dan
kepentingan pasar sasaran serta memberikan kepuasaan yang diingkan secara
lebih efektif dan efisien.

Konsep pemasaran akan lebih terfokuskan pada perusahaan yang memproduksi


barang konsumsi daripada barang industri. Konsep pemasaran yang diterapkan ke
masyarakat merupakan suatu tugas perusahaan yang berhubungan dengan penentu
kebutuhan, keinginan, dan sasaran pasar yang mampu memberikan kepuasan yang
lebih efektif dibandingkan dengan pesaing dalam peningkatan dan perlindungan
kepentingan konsumen.

2.1.4 Digital Marketing

Menurut Chaffey dan Chadwick (2016:11) “Digital marketing is the application


of the internet and related digital technologies in conjunction with traditional
communications to to achieves marketing objectives.”. Artinya Digital Marketing
merupakan aplikasi dari internet dan berhubungan dengan teknologi digital dimana
didalamnya berhubungan dengan komunikasi tradisional untuk mencapai tujuan
pemasaran. Hal tersebut dapat dicapai untuk meningkatkan pengetahuan tentang
konsumen seperti profil, perilaku, nilai, dan tingkat loyalitas, kemudian menyatukan
komunikasi yang ditargetkan dan pelayanan online sesuai kebutuhan masing-masing
individu.

Menurut Chaffey dan Chadwick (2016:11), Dedi Purwana (2017:2) Jadi pada
dasarnya digital marketing merupakan kegiatan pemasaran yang menggunaan media
digital dengan menggunakan internet yang memanfaatkan media berupa web, social
media, e-mail, database, mobile/wireless dan digital tv guna meningkatkan target
konsumen dan untuk mengetahaui profil, perilaku, nilai produk, serta loyalitas para
pelanggan atau target konsumen untuk mencapai tujuan pemasaran.

Dari penjelasan di atas dapat disimpulkan bahwa digital marketing merupakan


pemasaran atas produk maupun jasa menggunakan internet dengan memanfaatkan
web, social media, e-mail, database, mobile/wireless dan digital tv guna
meningkatkan pemasaran serta target konsumen.

Beberapa hal yang mempengaruhi Digital Marketing sebagai berikut:

1) Website Merupakan web yang halaman selalu update, biasanya terdapat


halaman backend (halaman administrator) yang digunakan untuk menambah
atau mengubah konten. Web dinamis membutuhkan database untuk
menyimpan. Website dinamis mempunyai arus informasi dua arah, yakni
berasal dari pengguna dan pemilik, sehingga pengupdate-an dapat dilakukan
oleh pengguna dan juga pemilik website (Bahar, 2013)
2) Blog Arief (2011: 7) Pengertian blog menurut Arief adalah salah satu aplikasi
yang berisikan dokumen-dokumen multimedia (teks, gambar, animasi, video)
didalamnya yang menggunakan protokol HTTP (Hypertext Transfer Protocol)
dan untuk mengaksesnya menggunakan perangkat lunak yang disebut
browser.
3) Email marketing Menurut Dave Chaffey & Smith (2013:15) e-marketing
adalah pemasaran secara online baik melalui situs web, iklan online, opt-in
email, kios interaktif, TV interaktif atau mobile. Itu membuat hubungan yang
lebih dekat dengan pelanggan, memahami mereka dan memelihara interaksi
dengan mereka. E-marketing lebih luas dari e-commerce karena itu tidak
terbatas pada transaksi antara organisasi dan stakeholders, tetapi mencakup
semua proses yang berkaitan dengan pemasaran.
2.1.5 Komunikasi Masa

Komunikasi massa menurut pandangan para ahli dalam buku Romli (2016:1)
yang berjudul Komunikasi Massa diartikan sebagai berikut:

1. Definisi komunikasi massa yang paling sederhana dikemukakan oleh Birtner,


yakni: komunikasi massa adalah pesan yang dikomunikasikan melalui media
massa pada sejumlah besar orang. Dari definisi tersebut dapat diketahui
bahwa komunikasi massa itu harus menggunakan media massa.
2. Definisi komunikasi massa yang lebih rinci dikemukakan oleh ahli
komunikasi yang lain, yaitu Gerbner. Menurut Gerbner komunikasi massa
adalah produksi dan distribusi yang berlandaskan teknologi lembaga dari arus
pesan yang kontinyu serta paling luas dimiliki orang dalam masyarakat
industri. Dari definisi Gebner tergambar bahwa komunikasi massa itu
menghasilkan suatu produk berupa pesan-pesan komunikasi.
3. Definisi komunikasi massa menurut Meletzke memperlihatkan massa yang
satu arah dan tidak langsung sebagai akibat dari penggunaan media massa,
juga sifat pesannya yang terbuka untuk semua orang. Dalam definisi
Meletzke, komunikasi massa diartikan sebagai setiap bentuk komunikasi yang
menyampaikan pernyataan secara terbuka melalui media, penyebaran teknis
secara tidak langsung dan satu arah pada publik yang tersebar. Istilah tersebut
menunjukkan bahwa komunikan sebagai pihak penerima pesan tidak berada di
suatu tempat, tetapi tersebar di berbagai tempat.
4. Definisi komunikasi massa menurut Freidson dibedakan dari jenis komunikasi
lainnya dengan suatu kenyataan bahwa komunikasi massa dialamatkan kepada
sejumlah populasi dari berbagai kelompok dan bukan hanya satu atau
beberapa individu atau sebagian khusus populasi. Komunikasi massa juga
mempunyai anggapan tersirat akan adanya alat-alat khusus untuk
menyampaikan komunikasi agar komunikasi itu dapat mencapai semua orang
yang mewakili berbagai lapisan masyarakat pada saat yang sama.
2.1.5.1 Ciri-ciri Komunikasi massa

Ciri komunikasi massa adalah komunikasi yang menggunakan media massa, baik
media audio visual maupun media cetak. Komunikasi massa selalu melibatkan
lembaga, dan komunikatornya bergerak dalam organisasi yang kompleks. Apabila
pesan itu disampaikan melalui media pertelevisian maka prosesnya komunikator
melakukan suatu penyampaian pesan melalui teknologi audio visual secara verbal
maupun non-verbal dan nyata (Romli, 2016:4). Adapun beberapa ciri – ciri
komunikasi massa sebagai berikut.

a) Pesan bersifat umum Komunikasi massa bersifat terbuka, artinya komunikasi


massa itu ditunjukkan untuk semua orang dan tidak ditunjukkan untuk
sekelompok orang tertentu. Oleh karena itu, komunikasi massa bersifat
umum. Pesan komunikasi massa dapat berupa fakta, peristiwa, atau opini.
Namun tidak semua fakta dan peristiwa yang terjadi di sekeliling kita dapat
dimuat media massa. Pesan komunikasi massa yang dikemas dalam bentuk
apapun harus memenuhi kriteria penting atau kriteria yang menarik.
b) Komunikannya anonim dan heterogen Pada komunikasi antarpersonal,
komunikator akan mengenal komunikannya dan mengetahui identitasnya,
sedangkan dalam komunikasi massa komunikator tidak mengenal komunikan
(anonim), karena komunikasinya menggunakan media dan tidak tatap muka
secara langsung. Di samping anonim, komunikan komunikasi massa aadalah
heterogen, karena terdiri dari berbagai lapisan masyarakat yang berbeda, yang
dapat dikelompokkan berdasarkan faktor usia, faktor jenis kelamin,
pendidikan, pekerjaan, latar belakang budaya, agama, dan tingkat ekonomi.
c) Media massa menimbulkan keserempakan Kelebihan komunikasi massa
dibandingkan dengan komunikasi lainnya adalah jumlah sasaran khalayak
atau komunikan yang dicapainya relatif banyak dan tidak terbatas, bahkan
lebih dari itu, komunikan yang banyak tersebut secara serempak pada waktu
yang bersamaan memperoleh pesan yang sama. Effendi (1981) mengartikan
keserempakan media massa itu sebagai keserempakan kontak dengan seumlah
besar penduduk dari jarak yang jauh dari komunikator, dan penduduk tersebut
satu sama lainnya berada dalam keadaan terpisah.
d) Komunikasi lebih mengutamakan isi daripada hubungan Salah satu prinsip
komunikasi mempunyai isi dan dimensi hubungan. Dimensi isi menunjukkan
muatan atau isi komunikasi, yaitu apa yang dikatakan dan apa yang dilakukan,
sedangkan dimensi hubungan menunjukkan bagaimana cara mengatakannya,
yang juga mengisyaratkan bagaimana hubungan para peserta komunikasi itu.
e) Komunikasi massa yang bersifat satu arah Selain ada ciri yang merupakan
keunggulan komunikasi massa, ada juga ciri komunikasi massa yang
menunjukkan kelemahannya, karena komunikasinya melalui media massa,
yang bersifat satu arah, maka komunikator dan komunikasinya tidak dapat
melakukan kontak secara langsung.
f) Stimulasi alat indra yang terbatas Ciri komunikasi massa lainnya yang dapat
dianggap salah satu kelemahannya adalah stilmulasi alat indra yang terbatas.
Dalam komunikasi massa, stimulasi alat indra bergantung pada jenis media
massa. Pada surat kabar dan majalah pembaca hanya melihat, pada radio
siaran dan rekaman auditif audience hanya mendengar, sedangkan pada media
televisi dan film audience menggunakan indra penglihatan dan pendengar.
g) Umpan balik tertunda dan tidak langsung Dalam dunia komunikasi komponen
umpan balik atau yang lebih populer disebut dengan feedback merupakan
faktor penting dalam proses komunikasi. Begitu pula dengan komunikasi
sering kali dibutuhkan guna mendapatkan feedback yang disampaikan oleh
komunikasinya. Umpan balik sebagai respons mempunyai volume yang tidak
terbatas artinya, komunikator komunikasi massa tidak dapat dengan segera
mengetahui reaksi khalayak terhadap pesan yang disampaikannya.
2.1.5.2 Fungsi Komunikasi massa

Komunikasi massa adalah salah satu aktivitas sosial yang berfungsi di


masyarakat. Robert K. Merton mengemukakan bahwa fungsi aktivitas memiliki dua
aspek, yaitu:

a) Fungsi nyata (manifest function) adalah fungsi nyata yang diinginkan.


b) Fungsi tidak nyata atau tersembunyi (latent function), yaitu fungsi tidak
diinginkan, sehingga pada dasarnya setiap fungsi sosial dalam masyarakat itu
memiliki efek fungsional dan disfungsional. Selain fungsi nyata (manifest
function) dan fungsi tidak nyata (latent function), setiap aktivitas sosial juga
berfungsi melahirkan (beiring function) fungsi-fungsi sosial lain, bahwa
manusia memiliki kemampuan beradaptasi yang sangat sempurna. Sehingga
setiap fungsi sosial yang dianggap membahayakan dirinya, walau ia akan
mengubah fungsi – fungsi suasana yang ada.
2.1.6 New Media

Media baru atau new media merupakan sebuah terminologi untuk menjelaskan
konvergensi antara teknologi komunikasi digital yang terkomputerisasi dan terhubung
ke jaringan. Media baru selalu dikaitkan dengan segala macam barang yang terkait
dengan internet, teknologi, gambar maupun suara yang terhubung dalam media –
media artifisial (Mahyuddin, 2019:18). Terry Flew (2007) dalam bukunya New Media
Fourth Edition menjelaskan bahwa media baru setidaknya dapat dilihat dari
kombinasi dari tiga faktor yang menjadi penciri utama, yaitu:

a) Komputer (media digital dan teknologi informasi)


b) Komunikasi (relasi sosial, alat teknologi, dan praktik komunikasi), dan
c) Konten (media dan informasi).
Media baru identik dengan penggunaan teknologi masyarakat modern. Ia
merupakan platform media yang digunakan dalam berkomunikasi untuk segala
keperluan yang diinginkan baik untuk pencarian hiburan, pengalaman dan
pengetahuan maupun kebutuhan hidup yang bersinggungan dengan fungsi teknologi
media. Media baru memiliki ciri tersendiri dalam perkembangan media komunikasi
manusia yang mutakhir. Pakar komunikasi Dennis McQuail (dalam Mahyuddin,
2019:18) dalam buku Teori Komunikasi Massa menjelaskan, ciri utama media baru
yaitu:

a) Ada saling keterhubungan (interkonektivitas)


b) Aksesnya terhadap khalayak individu sebagai pengirim maupun penerima
pesan
c) Interaktivitasnya
d) Kegunaan yang beragam sebagai akses yang terbuka
e) Sifatnya yang ada di mana – mana.

McQuail dalam Kamila (2017:14) memberikan lima konsep pembeda antara


media baru dan media lama, antara lain:

a) Derajat interaktivitas, di mana interaksi dalam new media lebih fleksibel dan
lebih tinggi dibanding media konvensional.
b) Derajat social presence (keberadaan sosial) di mana media massa bersifat
lebih personal, mengurangi ambiguitas. Media baru memungkinkan audience
untuk bisa berhubungan secara personal dengan media melalui kontak
langsung.
c) Derajat otonomi, di mana pengguna media memiliki kemampuan untuk
mengontrol isi dan pengguna medianya sendiri dan menjadi sumber
independen. Pengguna new media bisa memiliki media sendiri dan diolah
sendiri.
d) Derajat payfullness, kemampuan media menyediakan hiburan bagi user.
e) Derajat privasi, yang berhubungan dengan tepi isi yang dimiliki para
pengguna media. Mereka bebas menampilkan apapun di media baru (internet)
sehingga menghasilkan media yang unik (berbeda) dan personal.

Selain menjelaskan mengenai konsep pembeda antara media baru dan media
lama, McQuail juga menunjukkan perbedaan antara media lama dan media baru,
yaitu:

a) Media lama konsepnya satu objek berbicara pada banyak orang, sementara
media baru bersifat decentralized, yang artinya semua memiliki kesempatan
berbicara kedapa siapapun.
b) Media lama adalah one way communication, sementara media baru two ways
communication yang memungkinkan adanya feedback dari audience.
c) Media lama di bawah kontrol negara, sementara media baru diluar kontrol
negara, bahkan bisa dinikmati oleh siapapun yang ada di dunia tanpa batasan
negara.
d) Media lama memproduksi lapisan sosial sementara media baru adalah
memproduksi konsep demokratisasi.
e) Media lama memfragmentasikan audience sementara media baru meletakkan
audience pada posisi yang sama.
f) Media lama membentuk kebingungan sosial sedangkan media baru
berorientasi pada individu. Media baru (new media) adalah bukti nyata dari
perkembangan teknologi komunikasi yang bisa langsung kita rasakan.

Media baru merupakan perkembangan dari teknologi media yang sudah ada
sebelumnya. Salah satu bentuk new media yang sekarang ini dapat dengan mudah
kita temui dan tidak lepas dari kehidupan kita adalah internet. Menurut Internet
Society (ISOC), internet didefinisikan sebagai kemampuan menyampaikan informasi
global yang cepat, mekanisme penyebaran informasi dan media kolaborasi dan
interaksi antara individu dan komputer mereka tanpa melihat lokasi secara geografis
(Purwanto dalam Kamila, 2017:13).

Menurut Kurnia, internet adalah sebuah medium terbaru yang


mengkonvergensikan seluruh karakteristik media dari bentuk – bentuk yang
terdahulu. Apa yang membuat bentuk – bentuk komunikasi berbeda satu sama lain
bukanlah penerapan aktualnya, namun perubahan dalam proses komunikasi seperti
kecepatan komunikasi, harga komunikasi, persepsi pihak – pihak yang
berkomunikasi, kapasitas storage dan fasilitas mengakses informasi, densitas
(kepekatan atau kepadatan) dan kekayaan arus – arus informasi, jumlah fungsionalitas
atau intelijen yang dapat ditransfer (Ready, 2016:10).

Jadi menurut Santana, titik esensinya adalah bahwa keunikan internet terletak
pada esensinya sebagai medium. Untuk mengakses internet, seseorang membutuhkan
koneksi internet dan piranti keras seperti komputer, PDA, Blackberry dan lain
sebagainya. Internet yang dianggap sebagai gabungan dari beberapa bentuk media
dan fasilitas email, website, newsgroup, e-commerce dan sebagainya.

2.1.7 Teori Uses and Gratifications

Uses and Gratifications adalah salah satu teori dalam komunikasi massa yang
menjelaskan bahwa sekelompok orang atau orang itu sendiri dianggap aktif dan
selektif menggunakan media sebagai cara untuk memenuhi kebutuhannya. Studi di
dalam bidang ini memusatkan perhatian pada penggunaan (uses) media untuk
mendapatkan kepuasan (gratifications) atas kebutuhan seseorang. Oleh karena itu,
sebagian besar perilaku orang tersebut akan dijelaskan melalui berbagai kebutuhan
dan kepentingan individu (Al-Imam, 2019:355). Katz, Blumler & Gurevitch (1974)
(dalam Nurhadi, 2017:57) menjelaskan mengenai asumsi dasar dari teori Uses and
Gratifications, yaitu:
1) Khalayak dianggap aktif, artinya sebagian penting dari penggunaan media
massa diasumsikan mempunyai tujuan
2) Dalam proses komunikasi massa banyak inisiatif untuk mengaitkan pemuasan
kebutuhan dengan pemilihan media terletak pada anggota khalayak.
3) Media massa harus bersaing dengan sumber-sumber lain untuk memuaskan
kebutuhannya. Kebutuhan yang dipenuhi media lebih luas. Bagaimana
kebutuhan ini terpenuhi melalui konsumsi media amat bergantung kepada
perilaku khalayak yang bersangkutan.
4) Banyak tujuan pemilih media massa disimpulkan dari satu yang diberikan
anggota khalayak; artinya, orang dianggap cukup mengerti untuk melaporkan
kepentingan dan motif pada situasi – situasi tertentu.
5) Penilaian tentang arti kultural dari media massa harus ditangguhkan sebelum
diteliti lebih dahulu orientasi khalayak (Nurhadi, 2017:57).

Gambar 2.1 Logika Teori Users and Grafitications

Teori Uses and Gratifications menjelaskan mengenai kapan dan bagaimana


audiensi sebagai konsumen media menjadi lebih aktif atau kurang aktif dalam
menggunakan media dan akibat atau konsekuensi dari penggunaan media itu. Dalam
perspektif teori Uses and gratifications, audiensi dipandang sebagai partisipan yang
aktif dalam proses komunikasi, namun tingkat keaktifan setiap individu tidaklah
sama. Penggunaan media didorong oleh adanya kebutuhan dan tujuan yang
ditentukan oleh audiensi sendiri (Morissan, 2013:509).
2.1.7.1 Penggunaan dan Kepuasan Dalam Menggunakan Media

Menurut Rakhmat (1996) penggunaan media adalah jumlah waktu yang


digunakan dalam berbagai media, jenis media yang dikonsumsi, dan berbagai
hubungan antara individu konsumen media dengan isi media yang dikonsumsi atau
dengan media secara keseluruhan (dalam Faradilla, 2019:19). Penggunaan media
berdasarkan dari frekuensi, intensitas, durasi dan sebagainya:

1) Frekuensi
Frekuensi adalah tingkat keseringan dalam menggunakan suatu media.
2) Intesitas
Intensitas adalah tingkat pemahaman dalam menggunakan suatu media yang
terjadi; sebelum terkena terpaan media, saat terkena terpaan media, dan
sesudah terpaan media.
3) Durasi
Durasi adalah curahan waktu yang dibutuhkan dalam mengkonsumsi suatu
media (Fioni, 2019:19).

Rosengreen (dalam Faradilla, 2019:19) menjelaskan penggunaan media dapat


diklasifikasikan sebagai berikut:

1) Jumlah waktu yang digunakan dalam mengkonsumsi media.


2) Jenis isi media yang dikonsumsi.
3) Berbagai hubungan antara individu konsumen media dengan isi media yang
dikonsumsi atau dengan media secara keseluruhan.

Menurut McQuail (dalam Faradilla, 2019:19) di dalam menggunakan media,


kepuasan terhadap penggunaan media dapat diukur berdasarkan empat motif
kebutuhan yaitu:

1) Information Seeking (pencarian Informasi)


Adalah media yang menyediakan informasi untuk membuat pengguna
mengetahui ataupun mencari informasi-informasi yang dibutuhkan.
2) Personal Identity (Identitas pribadi)
Adalah dorongan untuk memperkuat nilai-niai pribadi, memperkuat
kredibilitas, stabilitas, dan status. Bisa dikatakan menggunakan isi media
untuk memenuhi kebutuhan identitas pribadi.
3) Social integration and Interaction (Integrasi dan intekasi sosial)
Adalah media pemberi ruang untuk berinteraksi dengan lingkungan sosial
4) Entertainment (Hiburan)
Pengguna menggunakan isi dari media untuk mencari ataupun mendapatkan
hiburan.

Katz, Gurevitch dan Haas (dalam Faradilla, 2019:19) mengemukakan kepuasan


terhadap suatu media bisa dilihat dari; isi media, sifat media massa, dan ciri terpaan
media.

2.1.8 E-commerce

E-commerce atau perdagangan elektronik adalah suatu kegiatan jual dan beli
barang atau jasa serta transmisi dana atau data dengan menggunakan jaringan
elektronik yaitu internet. Seiring dengan berkembangnya teknologi dan informasi,
transaksi yang biasanya dilakukan secara konvensional pun dapat dilakukan secara
elektronik dengan menggunakan Website yang saat ini telah menjadi pengganti toko
offline. Website e-commerce memiliki banyak fungsi, salah satu fungsi utamanya
adalah sebagai sarana dalam melakukan pembelian dan penjualan secara online.
Menurut Santosa, Dkk (2017), Istilah E-Commerce muncul sekitar tahun 1990-an
dengan adanya perubahan proses transaksi jual beli yang dulunya secara
konvensional lalu kemudian berubah menjadi digital elektronik yang berbasiskan
jaringan internet dan komputer. Di jaman yang modern ini teknologi berkembang
sangat pesat, terutama di bidang perdagangan. Untuk dapat menghadapi persaingan
dalam dunia bisnis maka dapat memanfaatkan teknologi informasi berupa internet
yang memang sudah menjamur serta berpengaruh dikalangan masyarakat. Internet
menjadi faktor utama berkembangnya E-Commerce karena dapat digunakan sebagai
media transaksi yang bisa diakses kapanpun dan dimanapun tidak terbatas oleh waktu
dan jarak.

Pengertian E-commerce menurut E. Turban, et al. dalam Rizki, Dkk (2019), E-


commerce atau electronic commerce ialah perdagangan elektronik yang mencakup
proses pembelian dan penjualan barang atau jasa, pertukaran produk, transfer dana,
pelayanan serta informasi yang menggunakan jaringan komputer atau internet. E-
commerce juga bisa diartikan sebagai konsep penerapan E-business dengan strategi
jual beli barang atau jasa menggunakan jaringan elektronik yang mana melakukan
transaksi data secara elektronik, sistem manajemen inventory yang dilakukan secara
otomatis dan juga sistem pengumpulan data yang dapat dilakukan secara otomatis.

Salah satu hal yang sedang berkembang dikalangan masyarakat saat ini adalah
e-commerce (perdagangan elektronik). Menurut Guay dalam Nursani, et al. (2019), e-
commerce diartikan sebagai suatu transaksi ekononi yang dilakukan oleh penjual dan
pembeli secara bersama-sama menggunakan media elektronik yang berasal dari
internet dengan membuat kontrak perjanjian tentang pengiriman dan harga suatu
barang serta menyelesaikan transaksi melalui pembayaran dan pengiriman suatu
barang yang sesuai dengan kontrak yang sudah ditetapkan.

Menurut Laudon dan Laudon dalam Nursani, et al. (2019), e-commerce


merupakan suatu keadaan dimana proses jual beli produk dilakukan secara elektronik
oleh konsumen serta dari perusahaan ke perusahaan dengan menggunakan computer
sebagai perantara dalam transaksi bisnis. E-commerce dikelompokkan menjadi tiga,
yaitu sebagai berikut :

1) Business to Consumer (B2C), merupakan penjualan suatu produk serta


layanan dan eceran kepada pembeli secara individu.
2) Business to Business (B2B), merupakan penjualan suatu produk dan layanan
yang dilakukan antar perusahaan.
3) Consumer to Consumer (C2C), merpakan penjualan yang dilakukan secara
langsung antara konsumen dengan konsumen.

Berdasarkan penjelasan diatas maka dapat disimpulkan bahwa E-Commerce atau


perdagangan elektronik merupakan suatu media yang dapat digunakan untuk
melakukan transaksi jual beli suatu produk atau jasa secara online atau daring
diamanapun dan kapanpun dengan menggunakan jaringan komputer atau internet
sehingga dapat memberikan kemudahan bagi para penggunanya dalam bertransaksi.

2.1.8.1 Market Place Consumer to Consumer (C2C)

Salah satu kategori e-commerce adalah consumer to consumer (C2C)


(Suyanto dalam Peranginangin, 2019:18). Dalam kategori ini, seorang konsumen
menjual secara langsung ke konsumen lainnya. marketplace consumer to consumer
adalah tempat jual beli online di mana satu pihak bisa berperan sebagai penjual
sekaligus bisa menjadi pembeli. Pihak penjual maupun pihak pembeli akan
mengandalkan pasar online ini untuk menjadi tempat transaksi utama mulai dari
pemasaran sampai proses pembayaran.

Menurut Laudon dan Traver (2016) Consumer to consumer (C2C) e-commerce


menyediakan jalan bagi consumer untuk berjualan kepada satu sama lainnya, dengan
bantuan dari pembuat pasar online seperti situs pelelangan eBay atau situs yang
terklasifikasi seperti Craiglist. Consumer-to-consumer e-commerce atau C2C
didefinisikan sebagai perdagangan antara individu (sektor swasta) dengan konsumen.
Consumer to Consumer (C2C) merupakan transaksi di mana konsumen menjal
produk secara langsung kepada konsumen lainnya. Dalam C2C seseorang menjual
produk atau jasa ke orang lain, atau disebut juga sebagai penjualan ke konsumen.
Menurut Rosusana (2017), dalam penerapan e-commerce konsumen biasanya
melakukan pelelangan komoditinya melalui situs-situs lelang seperti eBay.com
(Peranginangin, 2019:18).

2.1.9 Fin Tech (Financial Technology)

Teknologi finansial menurut peraturan Bank Indonesia Nomor 19/12/PBI/2017


adalah penggunaan teknologi sistem keuangan yang menghasilkan produk, layanan,
teknologi, dan / atau model bisnis baru serta dapat berdampak pada stabilitas
moneter, stabilitas sistem keuangan, efesiensi, kelancaran, keamanan dan keandalan
sistem pembayaran. Penyelenggara teknologi finansial yakni meliputi sistem
pembayaran, pendukung pasar, manajemen investasi dan manajemen risiko,
pinjaman, pembiayaan dan penyedia modal, dan jasa finansial lainnya (Rahma,
2018:647).

Fungsi penyelenggara teknologi finansial dikategorikan ke dalam bagian


sebagai berikut:

1) Sistem Pembayaran
Sistem pembayaran mencakup otorisasi, kliring, penyelesaian akhir dan
pelaksanaan pembayaran. Contoh penyelenggaraan teknologi finansial pada
kategori sistem pembayaran antara lain penggunaan teknologi blockchain atau
distributed ledger untuk penyelenggaraan transfer dana, uang elektronik, dan
mobile payments.
2) Pendukung Pasar Bahwa teknologi finansial yang menggunakan teknologi
informasi dan/ atau teknologi elektronik untuk memfasilitasi pemberian
informasi yang lebih cepat atau lebih murah terkait dengan produk atau
layanan jasa keuangan kepada masyarakat.
3) Kategori manajeman investasi atau manajemen risiko antara lain penyediaan
produk investasi online atau asuransi online.
4) Pinjaman (lending), Pembiayaan (financing atau funding), dan penyediaan
modal (capital raising) Kategori tersebut antara lain layanan pinjam
meminjam uang berbasis teknologi informasi (peer to peer lending) serta
pembiayaan atau penggalangan dana berbasis teknologi informasi (crowd-
funding).
5) Jasa finansial lainnya berupa selain sistem pembayaran, pendukung pasar,
manajemen investasi dan manajemen risiko, serta pinjaman, pembiayaan dan
penyediaan modal.

Teknologi finansial memiliki beberapa kriteria yang ada pada perusahaan


penyelenggara, antara lain sebagai berikut:

1) Bersifat inovatif
2) Dapat berdampak pada produk, layanan, teknologi, dan model bisnis finansial
yang telah eksis
3) Dapat memberikan manfaat bagi masyarakat
4) Dan dapat digunakan secara luas (Rahma, 2018:648).

Kewajiban yang harus dipatuhi oleh penyelenggara teknologi finansial yang


terdaftar di Bank Indonesia yaitu sebagai berikut:

1) Menerapkan prinsip perlindungan konsumen sesuai dengan produk, layanan,


teknologi, dan model bisnis yang dijalankan.
2) Menjaga kerahasiaan data dan informasi konsumen termasuk data dan
informasi transaksi antara lain dilakukan dengan mengelola dan
menatausahakan dokumen transaksi dan konsumen secara baik dan tertib serta
tidak memberikan data dan informasi transaksi dan konsumen kepada pihak
lain kecuali atas persetujuan tertulis dari konsumen atau diwajibkan oleh
ketentuan peraturan perundang – undangan.
3) Menerapkan prinsip manajemen risiko dan kehati – hatian, yakni telah
melakukan identifikasi, pengukuran, pemantauan, dan pengendalian atas
risiko yang mungkin timbul dalam kegiatan usahanya.
4) Menggunakan rupiah dalam setiap transaksi yang dilakukan di wilayah
Negara Kesatuan Republik Indonesia sesuai dengan ketentuan peraturan
perundang – undangan yang mengatur mengenai mata uang.
5) Menerapkan prinsip anti pencucian uang dan pencegahan pendanaan
terorisme sesuai dengan perundang – undangan.
6) Memenuhi ketentuan peraturan perundang – undangan lainnya antara lain
peraturan mengenai pendirian badan hukum serta penyelenggaran sistem dan
transaksi elektronik
7) Dilarang melakukan kegiatan sistem pembayaran dengan menggunakan
virtual currency. Virtual currency ialah uang digital yang diterbitkan oleh
pihak selain otoritas moneter yang diperoleh dengan cara mining, pembelian
atau transfer pemberian (reward). Virtual currency bukan merupakan alat
pembayaran yang sah di Indonesia (Rahma, 2018:649).
2.1.9.1 Peer to peer lending (P2P)

Jorgensen (2018) menggambarkan peer to peer lending sebagai “sumber


pembiayaan online baru, yang berbeda dari pembiayaan di bank tradisional”.
Platform peer to peer lending pertama kali muncul pada 2005; platform ZOPA
pertama kali diluncurkan di Inggris dan dikenal sebagai pemberi pinjaman P2P dunia
(Syamil dkk., 2020:6) Di bawah ini adalah penyederhanaan cara kerja pinjaman P2P
menurut LendenClub (2019) dalam Syamil dkk. (2020).
Gambar 2.2 Alur Kinerja Pinjaman P2P

Dapat dipahami bahwa platform P2P terhubung dengan peminjam dan


pemberi pinjaman. Platform P2P menyediakan pasar di mana peminjam dapat
meminta pinjaman dan pemberi pinjaman dapat meminjamkan uangnya, ketika
sepakat di bawah perjanjian pinjaman. Untuk mengajukan pinjaman P2P, platform
P2P akan menilai peminjam dengan memeriksa informasinya.

Pemberi pinjaman memiliki preferensi yang berbeda misalnya, untuk


pinjaman pribadi, mereka akan memerlukan informasi dasar peminjam untuk catatan
keuangan, dan untuk pinjaman bisnis, pemberi pinjaman biasanya akan memerlukan
informasi perusahaan dan laporan keuangan masa lalu untuk ditinjau. Peminjam akan
melakukan proses pendaftaran yang membutuhkan waktu untuk meninjau platform
dan memverifikasi informasi, platform kemudian memutuskan berdasarkan informasi
sebelumnya mengenai level atau peringkat peminjam. Banyak pemberi pinjaman
memiliki kriteria ketat untuk memastikan bahwa peminjam akan dapat
mengembalikan pinjaman.

Jika memenuhi syarat untuk melanjutkan, penilai akan membantu pemberi


pinjaman atau investor menghitung risiko pengembalian dengan meminjamkan
kepada peminjam ini. peminjam kemudian dapat membuat uraian tentang pinjaman
mereka, termasuk tingkat bunga yang ingin mereka kembalikan (sebagian besar
platform akan memberikan setiap kelas persentase skala bunga yang dapat dipilih
peminjam). Pemberi pinjaman juga dapat memilih kriteria lain seperti Tenor, yaitu
untuk melihat sampai berapa lama peminjam membayar kembali. Ketika pemberi
pinjaman telah memilih peminjam sesuai dengan keinginan mereka, mereka akan
dipandu oleh platform ke proses pembayaran, di mana pemberi pinjaman telah
menempatkan modal mereka ke e-wallet platform terlebih dahulu. Pemberi pinjaman
dilengkapi dengan fitur – fitur di platform yang akan memberi mereka pemberitahuan
dan pembaruan tentang proses pinjaman.

2.1.10 Shopee paylater

(Fahmi, 2016:25). menyatakan bahwa fitur adalah atribut dari suatu produk untuk
memenuhi tingkat kepuasan kebutuhan konsumen dan keinginan, melalui memiliki
produk, penggunaan, dan pemanfaatan produk Adapun indikator untuk fitur produk
adalah:

1) Kemudahan pengoperasian
2) Kepuasan dengan produk, dan
3) Desain.

Shopee PayLater merupakan fitur pembayaran baru dari aplikasi Shopee. Melalui
Shopee PayLater, para pengguna aktif Shopee akan mendapatkan kemudahan
berbelanja dalam bentuk pinjaman instan dengan bunga yang sangat minim. Berbeda
dengan Shopee PayLater yang dapat diaktifkan secara langsung, untuk saat ini
metode pembayaran melalui ShopeePayLater hanya dapat dinikmati oleh para
pengguna aktif aplikasi Shopee yang dianggap memenuhi syarat untuk menggunakan
Shopee PayLater.

Adapun persyaratan yang harus dipenuhi terlebih dahulu, seperti:

1) Akun Shopee harus terdaftar dan terverifikasi


2) Akun Shopee sudah berusia 3 bulan
3) Akun Shopee sering digunakan untuk bertransaksi
4) Harus update aplikasi Shopee terbaru

Setelah melakukan transaksi pembelian menggunakan Shopee PayLater nantinya


pengguna diwajibkan untuk membayar tagihan sesuai dengan periode cicilan yang
dipilih saat melakukan transaksi pembayaran di aplikasi Shopee. Melalui fitur Shopee
PayLater, Shopee menawarkan keuntungan dalam bentuk pinjman dana instan dengan
bunga yang sangat minim kepada para pengguna aktif di aplikasi Shopee. Nantinya,
setiap pengguna aktif yang terpilih akan mendapatkan limit kredit yang nilainya
disesuaikan dengan seberapa tinggi tingkat transaksi pembelian yang dilakukan.
Untuk saat ini, limit kredit yang tersedia mulai dari Rp 750.000 – Rp 1.800.000.

Untuk skema cicilan shopee paylater Konsumen yang melakukan pinjaman harus
mengembalikan dana yang dipinjam sesuai cicilan dan jangka waktu yang dipilih.
Pilihan cicilan Shopee PayLater yang tersedia yakni tiga bulan, enam bulan, hingga
12 bulan. Tagihan Shopee PayLater adalah wajib dibayar sebelum tanggal jatuh
tempo agar pembeli yang meminjam dana tidak dikenai denda keterlambatan.
Tagihan harus lunas dalam beberapa kali angsuran sesuai dengan masa pinjaman
yang dipilih sebelumnya. Batas pembayaran atau jatuh tempo tagihan Shopee
PayLater adalah setiap tanggal 5 di bulan berikutnya setelah tagihan muncul.

Shopee PayLater awalnya memberikan kredit sebesar Rp 750 ribu untuk


pengguna baru. Kredit tersebut bisa digunakan untuk membeli barang dengan cara
bayar nanti atau dicicil. Kredit Shopee PayLater yang diberikan oleh Shopee akan
terus bertambah sesuai dengan jumlah transaksi yang dilakukan oleh pengguna
Sebaliknya, saat pengguna mengalami keterlambatan pembayaran, maka sistem di
Shopee Indonesia akan secara otomatis mengurangi jumlah limit pinjaman.  Untuk
diketahui, penggunaan Shopee PayLater adalah tidak bisa melakukan pembelian pada
produk dari kategori voucher, pulsa, tagihan, juga tiket moda transportasi.

Untuk sistem dendan dan bunga pada shopee pay later Dikutip dari laman resmi
Shopee Indonesia, transaksi menggunakan Shopee PayLater dikenakan biaya cicilan
(suku bunga dan biaya-biaya) minimal 2,95 persen.  Selain bunga Shopee PayLater
berjalan, pembeli di marketplace yang menggunaan fitur itu juga dikenakan biaya
penanganan sebesar 1 persen per transaksi. Sementara pabila terjadi keterlambatan
pembayaran, maka pengguna akan dikenakan denda sebesar 5 persen. Jumlah denda
ini akan terus bertambah apabila pengguna tidak melunasi cicilannya.  Tak hanya itu,
hal itu juga akan berdampak pada peringkat kredit di SLIK (Sistem Layanan
Informasi Keuangan) OJK (dulu dikenal dengan BI Checking) yang dapat mencegah
seseorang untuk mendapat pembiayaan dari Bank atau perusahaan lain.

Sebagaimana pinjaman online lainnya, pengguna yang diketahui terlambat


melakukan pembayaran dalam jangka waktu tertentu juga dapat mengalami
penagihan secara langsung oleh penagih utang alias debt collector. Meskipun
berbelanja di marketplace semakin mudah, termasuk saat dana tidak mencukupi, ada
baiknya pembeli tetap dituntut bijak dalam menggunakan Shopee Paylater.  Pastikan
pengguna Shopee PayLater punya kapasitas untuk membayar sebelum memutuskan
berutang di pinjaman online ini, seperti memiliki jaminan pendapatan tetap setiap
bulannya. 

2.1.11 Perilaku Konsumen

Kotler dan Keller (2016:179), perilaku konsumen yaitu sebagai studi tentang
bagaimana tindakan individu, organisasi, dan kelompok dalam membeli, memilih dan
menggunakan ide, produk maupun jasa dalam memuaskan kebutuhan dan keinginan
pelanggan. Konsep pendekatan perilaku konsumen mengajarkan agar pemasar
cenderung memiliki orientasi lebih kepada pelanggan dan bukan hanya sekedar
menjual apa yang diproduksi perusahaan. Perilaku konsumen merupakan hal-hal yang
mendasari konsumen untuk membuat keputusan pembelian. Ketika memutuskan akan
membeli suatu barang atau produk, konsumen selalu memikirkan terlebih dahulu
barang yang akan dibeli. Mulai dari harga, kualitas, fungsi atau kegunaan barang
tersebut, dan lain sebagainya. Kegiatan memikirkan, mempertimbangkan, dan
mempertanyakan barang sebelum membeli merupakan atau termasuk ke dalam
perilaku konsumen. Fokus dari perilaku konsumen adalah bagaimana individu
membuat keputusan untuk menggunakan sumber daya mereka yang telah tersedia
untuk mengkonsumsi suatu barang.

Berikut merupakan faktor-faktor yang mempengaruhi perilaku konsumen.


Menurut Kotler dan Keller (2016:181) Perilaku konsumen menggambarkan suatu
proses yang berkesinambungan, dimulai dari ketika konsumen belum melakukan
pembelian, saat melakukan pembelian, dan setelah pembelian terjadi sehingga
hubungan antara satu tahap dengan tahapan lainnya menggambarkan pendekatan
proses pembuatan keputusan oleh konsumen. Assael (2016:31) mengungkapkan
bahwa ketika konsumen membuat suatu keputusan, maka mereka juga akan
melakukan evaluasi pasca pembelian berupa feedback yang dapat dimanfaatkan para
pemasar sebagai dasar penyusunan strategi pemasaran. Seluruh aktivitas tersebut
dipelajari oleh para pemasar untuk mengetahui alasan pelanggan memilih salah satu
merek diantara sejumlah alternatif merek serupa yang ada di pasaran. Dengan
demikian, informasi yang dikumpulkan tersebut akan membantu manajemen dalam
memformulasikan kembali strategi pemasaran yang lebih mendekati kebutuhan
pelanggannya (Schiffman dan Kanuk, 2016:6).
2.1.11.1 Model Perilaku Konsumen

Kotler dan Keller (2016:161) Perilaku konsumen merujuk pada bagaimana


konsumen secara individu membuat keputusan pembelian dengan menggunakan
sumber-sumber yang tersedia dan kemudian ditukar dengan barang atau jasa untuk
dirasakan manfaatnya. menggambarkan bagaimana model perilaku konsumen dapat
dipelajari seperti pada gambar berikut.

Gambar 2.3 Model Perilaku Kosumen

Sumber kotler dan keller (2016:161)

Model perilaku konsumen menjelaskan bahwa stimuli atau rangsangan datang


dari informasi mengenai produk, harga, lokasi, dan promosi. Dalam pemasaran jasa
ditambah lagi dengan physical evidence, people, dan process. Para pembeli
dipengaruhi oleh rangsangan tersebut, kemudian dengan mempertimbangkan faktor
lain seperti ekonomi, budaya, teknologi maka masuklah segala informasi tersebut,
setelah itu konsumen akan mengolah segala informasi tersebut berdasarkan psikologi
dan karakteristik konsumen lalu memproses keputusan pembelian dan diambil
kesimpulan berupa respon yang muncul produk apa yang dibeli, merek, toko, dan
waktu atau kapan membeli.

2.1.11.2 Faktor yang mempengaruhi Perilaku konsumen

Menurut Kotler dan Armstrong (2016:175) Memahami konsumen sasaran dan


tipe dari proses keputusan yang akan mereka lalui merupakan tugas penting bagi
seorang pemasar. Disamping itu, pemasar juga perlu mengenal pelaku-pelaku lain
yang mempengaruhi keputusan membeli, memahami tingkah pembeli pada setiap
tahap pembelian dan faktor-faktor yang mempengaruhi tingkah laku mereka. Jika
pemasar tidak mengetahui faktor-faktor yang mempengaruhi, maka akan kesulitan
bagi pemasar untuk mengetahui tingkah laku perilaku konsumen. mengatakan bahwa:
“perilaku pembelian konsumen dipengaruhi oleh faktor-faktor budaya, sosial, pribadi,
dan psikologis”. Berikut faktor yang mempengaruhi perilaku konsumen:

1) Faktor budaya
Kebudayaan merupakan penentu keinginan dan perilaku yang paling
mendasar untuk mendapatkan nilai, persepsi, preferensi dan perilaku dari
lembagalembaga penting lainnya. Faktor kebudayaan memberikan pengaruh
paling luas dan dalam pada tingkah laku konsumen. Faktor Kebudayaan,
terdiri dari : Budaya, Sub budaya, Kelas sosial
a) Budaya Seseorang menciptakan kumpulan nilai, persepsi, preferensi,
dan perilaku dari keluarganya serta lembaga-lembaga penting lainnya.
b) Sub-budaya terdiri dari kebangsaan agama, kelompok, ras dan daerah
geografis. Sub-budaya ini terbagi dari beberapa jenis yang dibagi
untuk mempengaruhi perilaku konsumen untuk memudahkan
perusahaan dalam melihat perilaku konsumen.
c) Kelas sosial Stratifikasi kadang-kadang terbentuk sistem kasta dimana
anggota kasta yang berbeda dibesarkan dalam peran tertentu dan tidak
dapat mengubah keanggotaan kasta mereka
2) Faktor sosial
Kelas sosial merupakan pembagian masyarakat yang relatif homogen dan
permanen yang tersusun secara hierarkis dan yang anggotanya menganut
nilai-nilai, minat, dan perilaku yang serupa. Faktor Sosial, terdiri dari :
Kelompok, Keluarga, Peran dan status
a) Kelompok referensi adalah seseorang terdiri dari semua kelompok
yang memiliki pengaruh langsung (tatap muka) atau tidak langsung
terhadap sikap atau perilaku seseorang. Kelompok merupakan
pengaruh yang paling besar bagi setiap konsumen.
b) Keluarga, merupakan organisasi pembelian konsumen yang paling
penting dan masyarakat dan ia telah menjadi objek penelitian yang
luas.
c) Peran dan status Seseorang berpartisipasi kedalam banyak kelompok
sepanjang hidup keluarga, klub dan organisasi.
3) Faktor Pribadi
Faktor pribadi didefinisikan sebagai karakteristik psikologis seseorang yang
berbeda dengan orang lain yang menyebabkan tanggapan yang
relatifkonsisten dan bertahan lama terhadap lingkungan Faktor Pribadi, terdiri
dari : Usia dan tahap siklus hidup, Pekerjaan dan lingkungan, Gaya hidup,
Kepribadian dan Konsep Diri.
a) Usia dan tahap siklus hidup Setiap orang membeli barang-barang yang
berbeda pada tingkat usia terntentu dan tingkat manusia terhadap
pakaian, peralatan, yang juga berhubungan dengan manusia. Tentunya
untuk setiap kebutuhan setiap orang berbeda-beda baik itu anak kecil,
remaja, dan orang dewasa.
b) Pekerjaan dan lingkungan Ekonomi Pekerjaan seseorang juga
mempengaruhi pola konsumsinya. Seseorang direkrut perusahaaan
akan mempunyai pola konsumsi yang berbeda dengan seorang yang
berprofesi debagai dokter dan lain sebagainya.
c) Gaya hidup Merupakan pola hidup seseorang di dunia yang di
ekspresikan dalam aktivitas minat dan opini. Gaya hidup merupakan
kebiasaan seseorang atau keluarga yang sering dilakukan rutin.
d) Kepribadian dan Konsep diri Kepribadian diartikan sebagai
karakteristik psikologi seseorang yang berbeda dengan orang lain yang
menyebabkan tanggapan yang relatif konsisten dan bertahan lama
terhadap lingkungannya.
4) Faktor Psikologis
Faktor psikologis sebagai bagian dari pengaruh lingkungan dimana ia tinggal
dan hidup pada waktu sekarang tanpa mengabaikan pengaruh dimasa lampau
atau antisipasinya pada waktu yang akan datang. Faktor Psikologis, terdiri
dari : Motivasi, Persepsi, Pembelajaran, Keyakinan dan sikap.
a) Motivasi
Motivasi adalah kebutuhan yang mendorong seseorang untuk
bertindak. Motivasi bisa muncul dari dalam maupun dari luar.
b) Persepsi
Persepsi merupakan proses yang digunakan oleh individu untuk
memilih, mengorganisasikan, dan menginterpretasikan masukan-
masukan guna menciptakan gambaran dunia yang memiliki arti.
c) Pembelajaran
Pembelajaran Meliputi perubahan seseorang yang timbul berdasarkan
pengalaman dipenengaruhi oleh lingkungan tertentu.
d) Keyakinan dan sikap Keyakinan merupakan gambaran pemikiran yang
dianut seseorang tentang suatu hal. Keyakinan dapat berdasarkan
pengetahuan dan kepercayaan.

Perilaku pembelian seseorang dapat dikatakan sesuatu yang unik, karena


preferensi dan sikap terhadap objek setiap orang berbeda. Selain itu konsumen
berasal dari beberapa segmen, sehingga apa yang diinginkan dan dibutuhkan juga
berbeda. Beberapa segmen konsumen sangat mempengaruhi proses keputusan
pembelian. Keputusan seorang konsumen dipengaruhi oleh ciri-ciri kepribadiannya,
termasuk usia, pekerjaan, keadaan ekonomi. Perilaku konsumen akan menentukan
proses pengambilan keputusan dalam melakukan pembelian.

2.1.12 Penelitian Terdahulu

Penelitian terdahulu adalah upaya peneliti untuk mencari perbandingan dan


selanjutnya untuk menemukan inspirasi baru untuk peneltiain selanjutnya di samping
itu kajian terdahulu membantu penelitian dapat memposisikan penelitian serta
menujukkan orsinalitas dari penelitian. Pada bagaian ini peneliti mencamtumkan
berbagai hasil penelitian terdahulu terkait dengan penelitian yang hendak dilakukan,
kemudian membuat ringkasannya, baik penelitian yang sudah terpublikasikan atau
belum terpublikasikan. Berikut merupakan penelitian terdahulu yang masih terkait
dengan tema yang penulis kaji.

Tabel 2.1 Penelitian Terdahulu

JUDUL
No PENELITIAN HASIL PERBEDAA PERSAMAAN
DAN N
PENULIS
1 “Pengaruh Hasil Studi yang Fitur shopee
Penggunaan Penelitian dilakukan di Paylater belum
Fitur Shopee menunjukan Universitas lama digunakan
PayLater bahwa Pasundan
terhadap penggunaan Bandung
Perilaku fitur shopee
Konsumtif PayLater
Mahasiswa masih belum
FISIP USU”. lama < 3
Nadya bulan,
Anastasya responden
(2020) bertransaksi
melalui fitur
Shopee
PayLater
untuk
mendapatkan
promo
khusus.
Namun
terdapat juga
11,5%
responden
yang
menggunaka
n
ShopeePayLa
ter bertujuan
untuk
menunjang
penampilan
yang tidak
tercukupi
oleh uang
saku bulanan,
kebanyakan
fitur shopee
paylater ini
digunakan
oleh
mayoritas
perempuan
untuk
pembelian
akecantikan.
2 “Faktor-faktor Hasil Studi yang Kesamaan faktor-
yang penelitian dilakukan di faktor yang
dipertimbangka menunjukan Universitas menjadi alasan
n konsumen bahwa Pasundan keputusan
untuk diantara Bandung pembelian online
melakukan faktor harga,
pemberlian faktor
secara online kenyamanan,
(studi pada faktor
mahasiswa website,
fakultas faktor
ekonomi pelayanan
Universitas pelanggan,
Negeri faktor
Malang)”. berbelanja,
Novy Indarsih faktor resiko,
(2011) maka faktor
kenyamanan
paling
dominan
dalam
pertimbangan
konsumen
melakukan
pembelian
online.
3 “pengaruh Hasil Studi yang E-commerce
perilaku penelitian dilakukan di memiliki
konsumen menunjukan Universitas pengaruh
terhadap bahwa Pasundan terhadap perilaku
transaksi pengaruh Bandung konsumen
bebasis E- yang mahasiswa.
commerce signifikan
(studi Pada terhadap
Mahasiswa transaksi E-
Fakultas commerce.
Ekonomi
Universitas
Islam Negeri
Maulana Malik
Ibrahim
Malang)”. Furi
Ratna Sari
(2013)
4 “Analisis Uji t, Studi yang Jumlah uang yang
Pengaruh diperoleh t dilakukan di dimiliki/Pendapat
Pendapatan hitung > t Universitas an memiliki
Terhadap tabel atau Pasundan pengaruh
Perilaku diperoleh Bandung terhadap perilaku
Konsumsi 91,166 > konsumsi dan
Mahasiswa 1,66071 alasan
Universitas dengan penggunaan fitur
Samudra di demikian Ho shope Paylater
Kota Langsa”. ditolak dan
Nurlaila Ha diterima
Hanum, (2017) sehingga
dapat
dinyatakan
bahwa
pendapatan
berpengaruh
positif dan
signifikan
terhadap
tingkat
konsumsi
mahasiswa
UNSAM di
Kota Langsa.

2.2 Kerangka Pemikiran

Seorang peneliti harus menguasai teori teori ilmiah sebagai dasar menyusun
kerangka pemikiran yang membuahkan hipotesis. Kerangka pemikiran merupakan
penjelasan sementara terhadap gejala yang menjadi objek permasalahan .
Kerangka berfikir merupakan model koseptual tentang bagaimana teori
berhubungan dengan faktor faktor yang telah di identifikasikan sebagai hal yang
penting jadi dengan demikian bahwa Kerangka penelitian adalah sebuah pemahanan
atau konsep yang peneliti kuasai sebagi pedoman dan alur yang menyimpulkan
hipotesis secara konseptual.

2.2.1 Motif yang mempengaruhi penggunaan shopee PayLater

Minat menggunakan dalam teori Technology Acceptance Model (TAM) yang


dikembangkan oleh Davis, et. al (1989) masuk kedalam Behavioral Pengenalan
Masalah Pencarian Evaluasi Keputusan Keputusan Perilaku Pasca
Pembelian/penggunaan Intention to Use. Sampai saat ini, model TAM merupakan
model yang paling banyak digunakan dalam memprediksi perilaku penerimaan
konsumen terhadap suatu teknologi informasi dan telah terbukti sebagai model teori
yang bermanfaat dalam memahami serta menjelaskan perilaku konsumen (pemakai)
dalam mengimplementasikan suatu sistem informasi.

Gambar 2.4 Technology Acceptance Model (TAM)

Model TAM diatas menjelaskan bahwa Behavioral Intention to Use atau dalam
penelitian ini dimaknai sebagai minat menggunakan, pada asumsi dasarnya perilaku
seseorang dalam penggunaan atau penerimaan suatu teknologi, dipengaruhi oleh dua
variabel utama yakni perceived usefulness dan perceived ease of use. Indikator minat
menurut Walgito (2016:165) terdiri dari tiga indikator. Indikator inilah yang peneliti
pakai dalam penelitian minat menggunakan, dari ketiga indikator tersebut yaitu:

a) Ketertarikan pada obyek minat, yaitu calon konsumen atau konsumen


memiliki perhatian yang selalu tertuju dan terpusat pada e-money.
b) Perasaan senang, yaitu calon konsumen atau konsumen yang berminat untuk
menggunakan e-money terlihat memiliki perasaan senang dalam
menggunakan e-money dalam bertransaki.
c) Kecenderungan untuk menggunakan, yaitu sering tidaknya calon konsumen
atau konsumen berkeinginan untuk menggunakan e-money dalam bertransaksi
sehari-hari. Konsumen yang minat menggunakannya tinggi akan terlihat dari
frekuensinya dalam menggunakan e-money yang tinggi

Untuk kecenderungannya dikelompokkan menjadi tiga klasifikasi yakni sebagai


berikut.

1) Motif Fisiologis dan Psikogenik


Motif fisiologis lebih kepada arah pemenuhan kebutuhan biologis individu
secara langsung seperti rasa lapar, haus, pakaian, seks dan rasa sakit.
Sedangkan motif psikogenik lebih menitikberatkan pada kebutuhan psikologis
seperti prestasi, penerimaan sosial, status, kekuasaan dan lain-lain.
2) Motif Disadari dan Tidak Disadari
Motif disadari adalah motif yang sepenuhnya disadari oleh konsumen
sebaliknya motif tidak disadari adalah motif yanhg sepenuhnya tidak disadari
oleh konsumen.
3) Motif Positif dan Motif Negatif
Motif positif adalah motif yang menarik individu untuk lebih terfokus pada
tujuan yang diharapkan sedangkan motif negatif adalah motif yang
memberikan dorongan kepada individu untuk menjauhi konsekuensi yang
tidak diinginkan.
2.2.2 Pengalaman Dalam Penggunaan Shopree Paylater

Perilaku pasca pembelian maupun penggunaan menurut kotler (2016:185):

1) Kepuasan pasca pembelian


Kepuasan merupakan fungsi kedekatan antara harapan dan kinerja anggapan
produk. Jika kinerja tidak memenuhi harapan, konsumen kecewa. Sebaliknya,
jika memenuhi harapan, konsumen akan puas dan jika melebihi harapan,
konsumen sangat puas. Perasaan ini menentukan apakah konsumen akan
membeli kembali dan membicarakan hal-hal menyenangkan atau tidak
menyenangkan tentang produk itu kepada orang lain.
2) Tindakan pasca pembelian
Kepuasan dan ketidakpuasan terhadap produk akan mempengaruhi perilaku
konsumen selanjutnya. Jika konsumen merasa puas ia akan menunjukkan
kemungkinan yang lebih tinggi untuk membeli kembali produk tersebut.
Sebaliknya jika konsumen merasa tidak puas, maka ia mungkin tidak akan
membeli kembali produk tersebut.
3) Penggunaan dan penyingkiran pascapembelian
Pemasar juga harus mengamati bagaimana pembeli menggunakan dan
menyingkirkan produk. Pendorong kunci frekuensi penjualan adalah tingkat
konsumsi produk semakin cepat pembeli mengkonsumsi sebuah produk,
semakin cepat konsumen kembali ke pasar untuk membelinya lagi.
2.2.3 Dampak yang Dirasakan Setelah Penggunaan Shopee PayLater

Engel (2019: 26) memberikan definisi terhadap kepuasan adalah evaluasi pasca
konsumsi di mana suatu alternatif yang di pilih setidaknya memenuhi atau melebihi
harapan. Sedangkan ketidakpuasan adalah hasil dari harapan yang diteguhkan secara
negatif. Penilaian untuk kepuasan dan ketidakpuasan Engel membaginya ke dalam 3
(tiga) bentuk yang berbeda yaitu:

1) Diskonfirmasi positif: yaitu di mana kinerja (hasil) yang diperoleh lebih baik
dari apa yang diharapkan
2) Diskonfirmasi sederhana: yaitu di mana kinerjanya sama dengan yang
diharapkan
3) Diskonfirmasi negatif: yaitu kinerja yang didapatkan lebih buruk dari apa
yang diharapkan.

Gambar 2.5 Tingkat Kepuasan Pasca Pembelian/Penggunaan

Jika konsumen merasa puas maka ia akan menunjukan kemungkinan yang lebih
tinggi untuk menggunakan produk itu lagi. Konsumen yang merasa puas cenderung
akan mengatakan hal-hal yang baik mengenai suatu profuk terhadap orang lain.
Sebaliknya apabila konsumen merasa tidak puas, maka akan memungkinkan ia
melakukan salah satu dari dua tindakan ini yaitu: meng-uninstal produk atau
mengurangi kapasitas penggunaan.

2.2.4 Pengaruh Shopee PayLater Terhadap Perilaku Konsumen


Mahasiswa

Dampak yang diberikan kepada perilaku konsumen mahasiswa dengan


keberadaannya shopee Paylater adalah:

1) Meningkatnya jumlah konsumsi


Dengan adanya e-commerce dan kelengkapan fasilitas fitur di dalamnya
cenderung mengakinatkan konsumsi semakin meningkat karena berbelanja
selama 24 jam tanpa ada batas ruang tanpa disadari membeli barang yang di
inginkan tetapi kurang dibutuhkan.
2) Mempermudah konsumsi
Di dunia maya, pembeli bisa langsung menemukan banyak “toko” dari
berbagai penjual, apalagi ketika masuk ke marketplace yang layaknya mal
online. Keuntungannya adalah pembeli bisa membandingkan harga dari
berbagai toko berbeda dalam waktu singkat.Di tempat belanja konvensional,
pembeli kadang merasa canggung ketika terlalu lama memilih-milih barang
dan ditunggui oleh si penjaga toko.
3) Mempercepat konsumsi
misalnya pengiriman sangat cepat, artinya barang akan dikirim oleh pihak
toko online melalui jasa ekspedisi kepada konsumen dan tidak terbatas daerah
pengiriman barangnya. Dan juga bisa mempercepat kebutuhan yang di
inginkan pada suatu situs e-commerce, pelanggan dapat melakukan pencarian
produk melalui kolom pencarian yang pada umumnya terletak pada bagian
atas situs
4) Menurunkan biaya operasional
Hal ini pastinya menguntungkan para pembeli karena bisa menghemat biaya
dan konsumen bisa langsung menemukan banyak “toko” dari berbagai
penjual, apalagi ketika masuk ke marketplace yang layaknya mal online.
Dengan fitur pembayaran dengan cicilan juga memudahkan kosnumen untuk
melakukan transaksi.
2.2.5 Paradigma Penelitian

Gambar 2.6 Paradigma Penelitian


BAB III

METODE PENELITIAN

3.1 Jenis Penelitian

Peneliti menggunakan jenis penelitian kualitatif. Menurut Tohirin (2015:2)


penelitian kualitatif merupakan “penelitian yang berupaya membangun pandangan
orang yang diteliti secara rinci serta dibentuk dengan kata-kata, gambaran holistik
(menyeluruh dan mendalam) dan rumit.”. Menurut Afifuddin (2014:57) “metode
penelitian kualitatif adalah metode penelitian yang digunakan untuk meneliti kondisi
objek yang alamiah , (lawannya adalah eksperimen) dimana peneliti merupakan
instrument kunci, teknik pengumpulan data dilakukan secara triangulasi (gabungan),
analisis data bersifat induktif, dan hasil penelitian kualitatif lebih menekankan makna
daripada generalisasi”. Memahami jenis penelitian kualitatif adalah didasarkan pada
filsafat postpositivisme, yang mana digunakan untuk meneliti kondisi objek alamiah.
Di sini posisi peneliti sebagai instrument kunci, kemudian teknik pengumpulan data
dengan triangulasi, analisa data bersifat kualitatif, dan hasil penelitian menekankan
pada makna dibandingkan generalisasi (Sugiono, 2012: 9).

Melalui penjelasan menurut para ahli, maka dapat disimpulkan bahwa , metode
penelitian kualitatif merupakan pendekatan penelitian berorientasi pada fenomena gejala
yang bersifal alami untuk memahami masalah kemanusiaan dan sosial dimana peneliti
merupakan instrument kunci, teknik pengumpulan data dilakukan secara triangulasi
(gabungan), analisis data bersifat induktif, dan hasil penelitian lebih menekankan makna
daripada generalisasi.

Dalam penelitian ini melibatkan pendekatan penelitian Studi Kasus.


Pendekatan ini merupakan cara dalam menganalisis sebuah objek kajian dimana jenis
pendekatan ini merupakan jenis pendekatan yang digunakan untuk menyelidiki dan
memahami sebuah kejadian atau masalah yang telah terjadi dengan mengumpulkan
berbagai macam informasi yang kemudian diolah untuk mendapatkan sebuah solusi
agar masalah yang di ungkap dapat terselesaikan.
Pendekatan Studi kasus digunakan karena pendekatan ini lebih menitik
beratkan pada unsur prilaku pengguna Shopee Paylater dalam penelitiannya
pendekatan ini lebih terpaku pada wawancara . Hal ini berkaitan denga Shopee
Paylatter sebagai objek kajian. Shopee Paylatter dianalisis struktur teksnya, sehingga
pendekatan ini dirasa sesuai.

3.2 Definisi Variabel Penelitian dan Operasional variable


Berdasarkan judul penelitian yang diambil yaitu “Tinjauan Penggunaan
Shopee Paylater Terhadap Perilaku Konsumen” masing masing variabel didefinisikan
dan dibuat operasionaliasi variabelnya. Operasional variabel dalam penelitian ini
berguna sebagai bahan pembuatan quisioner penelitian kepada masyarakat.

3.2.1 Definisi Variabel


Variabel menurut Hatch dan Farhady (Sugiyono, 2015, h. 38) adalah atribut
atau obyek yang memiliki variasi antara satu sama lainnya. Identifikasi variabel
dalam penelitian ini digunakan untuk membantu dalam menentukan alat
pengumpulan data dan teknis. Arti variabel adalah segala sesuatu yang berbentuk apa
saja yang ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari sehingga diperoleh informasi
tentang hal tersebut, kemudian ditarik kesimpulannya (Sugiyono, 2009).

Identifikasi variabel dalam penelitian ini digunakan untuk membantu dalam


menentukan alat pengumpulan data dan teknis. analisis data yang digunakan.
Penelitian ini melibatkan variabel bebas karena mencari seberapa besarkah pengaruh
Shopee Paylater terhadap perilaku konsumen.

Variabel Dependen/Terikat merupakan variabel yang dipengaruhi atau yang


menjadi akibat karena adanya variabel independen. Dalam penelitian ini yang
dijadikan sebagai variabel dependen adalah Pengaruh penggunaan Shopee Paylatter
1. Motif
Motif-motif manusia dalam melakukan pembelian untuk memuaskan
kebutuhan dan keinginannya dapat dibedakan atas Motif pembelian primer
dan selektif, Motif rasional dan emosional (Basu Swasta dan Handoko,
2016). Motif merupakan segala sesuatu yang melatar belakangi dan
mempengaruhi individu untuk melakukan tindakan dan membeli barang, serta
menjelaskan alasan-alasan dilakukannya pembelian, sehingga berpengaruh
terhadap pola dan cara hidup yang ditunjukkan bagaimana aktivitas seseorang,
minat dan ketertarikan serta apa yang mereka pikirkan tentang diri mereka
sendiri. Sehingga motif akan berpengaruh terhadap apa yang dia beli lewat
Shopee Paylater yang berdasarkan keinginan ataupun kebutuhan dia.
2. Pengalaman
Pembelajaran Belajar menggambarkan perubahan perilaku individu
yang timbul oleh adanya pengalaman (Ginting, 2017). Pembelian yang
dilakukan individu merupakan proses belajar, di mana kepuasan membeli
suatu produk akan menentukan keputusan pembelian produk maupun
penggunaan Shopee Paylater tersebut di masa yang akan datang berdasarkan
pengalaman-pengalaman pembelian, transaksi, penggunaan yang telah
dilakukan.
3. Dampak
Dampak dapat memberikan definisi terhadap kepuasan adalah evaluasi
asca konsumsi di mana suatu alternatif yang di pilih setidaknya memenuhi
atau melebihi harapan (Engel, 2019:26)
Dampak ini mampu mempengaruhi perilaku konsumen di mana
individu yang tidak mampu mengontrol dirinya akan cenderung berperilaku
konsumtif. Dengan dampak yang terjadi diharapkan bisa mengontrol diri,
kontrol diri ini sangat penting dilakukan agar pembelian yang di lakukan
sesuai dengan kebutuhan, tidak hanya membeli sesuatu yang tidak
dibutuhkan. Serta dengan mengontrol diri dalam pembelian barang dengan
menggunakan Shopee Paylater tidak akan terjerumus kepada hal yang boros.

3.2.2 Operasionalisasi Variabel


Operasional variabel merupakan pedoman bagi pembuatan kuisioner guna
memperoleh data yang akuat dari responden .Penelitian ini terdiri dari 5 variable
pokok yaitu Motif (X1), pengalaman (X2), dampak (X3), Shopee Paylater (Y) dan
perilaku konsumen Mahasiswa sebagai variable terikat.
Operasionalisasi variabel diperlukan untuk menentukan jenis, indikator, serta
skala dari variabel-variabel yang terkait dalam penelitian, sehingga pengujian
hipotesis dengan alat bantu statistik dapat dilakukan secara benar sesuai dengan judul
penelitian .

Tabel 3.1
OperasionalisasiVariabel

Variabel Dimensi Indikator Ukuran No


Angk
et
Motif
Penggunaan Alasan
Motif-motif Shopeepay menggunakan 1
manusia dalam Later Shopepay Later
Kondisi
melakukan
pembelian untuk Kondisi Kondisi yang
konsumen menentukan 2
memuaskan dalam penggunaan
kebutuhan dan menggunakan ShopeePay
ShopeePay Later
keinginannya Later
dapat dibedakan
atas Motif
pembelian primer
dan selektif, Motif
rasional dan
emosional

(Basu Swasta dan


Handoko, 2016)
Lamanya Awal
menggunakan
konsumen
ShopeePay
Pengalaman dalam Later 3

menggunaka
dapat diartikan
n ShopeePay
sebagai sesuatu
Later
yang pernah Waktu
dialami, dijalani Sering atau Seberapa sering
maupun tidaknya menggunakan
dirasakan, baik ShopeePay 4
konsumen Later
sudah lama menggunaka
maupun yang n ShopeePay
baru saja terjadi Later
Pengetahuan Menggunakan
(Saparwati,2017) konsumen Shopee Pay
dalam Later
menggunakan 5
Shopee Pay
Later
Nominal kisaran
pembayaran
nominal 6
yang
Penggunaa dilakukan pembelian
n barang dengan
menggunakan
ShopeePay
Later
Angsuran Tingkat
yang
dilakukan angsuran
pada saat 7
membeli
suatu barang
menggunaka
n ShopeePay
Later
Yang Apakah
dihasilkan menggunakan
Dampak dari ShopeePay
penggunaan Later 8
Memberikan definisi Shopeepay memudahkan
terhadap kepuasan Later anda
adalah evaluasi asca
konsumsi di mana Konsumen Barang yang
suatu alternatif yang dalam
Sikap Diri dibeli sesuai 9
di pilih setidaknya mengatasi
memenuhi atau dorongan dengan
melebihi harapan pembeliaan
kebutuhan atau
keinginan
(Engel, 2019: 26) Dampak yang
dirasakan Kelebihan dan
kekurangan
ketika 10
menggunakan
Shopee pay
Latter
3.3 Objek dan Subjek Penelitian
3.3.1 Objek Penelitian

Objek penelitian ini adalah perilaku konsumen mahasiswa terhadap


penggunaan Shopee Paylater,dimana merupakan variable yang menjadi perhatian
pokok terhadap penelitian ini

3.3.2 Subjek Penelitian

Dalam penelitian kualitatif objek penelitian adalah mewawancarai


narasumber. Sumber data utama dalam penelitian ini berdasarkan wawancara, dan
tindakan selebihnya adalah data tambahan seperti dokumen dan lain-lain
Dalam penelitian kualitatif ini objek penelitian berupa teks Studi Kasus, yang
diperoleh dari 8 narasumber. Dimana pertanyaan itu di buat untuk mengetahui
perilaku konsumen mahasiswa dari tiap narasumber mahasiswa-mahasiswi setelah
menggunakan Shopee Paylatter Perbedaan tersebut meliputi penggunaan diksi,
jumlah larik, pengalaman dan proses penuturannya.

3.4 Lokasi dan Waktu Penelitian


3.4.1 Lokasi Penelitian
Penelitian yang berjudul ”Pengaruh Shopeepay Later terhadap perilaku
konsumtif Mahasiswa” ini mengambil lokasi penelitian di Kampus UNPAS
Tamansari, Kosan Mahasiswa, serta wawancara melalui video virtual Google Meet.
Hal ini dikarenakan mengingat lebih mudahnya penulis untuk memperoleh informasi
atau data-data dari para informan yang konsisten dalam menangani permasalahan
perilaku konsumtif mahasiswa terhadap penggunaan Shopee Paylater.
3.4.2 Waktu penelitian
Penelitian ini dilakukan pada bulan 5 Februari 2022
3.5 Prosedur Penelitian
Prosedur penelitian yaitu langkah-langkah yang dipakai untuk mengumpulkan
data guna menjawab pertanyaan penelitian yang diajukan di dalam penelitian ini.
Prosedur penelitian yang dilakukan, meliputi beberapa tahapan yang berkaitan
dengan analisis Shopee Paylater. Adapun rangkaian kegiatan yang dilakukan, yaitu
proses pencarian dan perekaman data di lapangan. Pada tahapan ini peneliti
mewawancarai 8 narasumber yang terdapat di kampus Unpas Tamansari, di kosan
narasumber, dan melalui virtual zoom. Dalam pencarian data Shopee Pay Latter,
peneliti menggunakan alat bantu perekaman suara melalui handphone dan catatan.
Kedua alat ini digunakan sebagai alat pendokumentasian data Shopee Pay Latter.
Pada proses pencarian data peneliti mendatangi narasumber langsung dan melalui
video meet yaitu google meet untuk mencari informasi Shopee Pay Latter.
Langkah kedua adalah transkripsi data. Sumber data yang berupa tuturan
ditranskripsi menjadi bentuk teks dan rekaman. Pada langkah ini peneliti
memanfaatkan catatan lapangan sebagai bahan rujukan transkripsi data. Hal ini
merupakan cara untuk menghindari kesalahan pada saat transkripsi data, sehingga
data yang ditranskripsi lebih akurat. Penentuan larik pada saat proses stranskripsi
mengikuti intonasi dan jeda penutur Shopeepay Latter, sehingga setiap kali
ditemukan jeda panjang dinggap sebagai pertanda larik.

3.6 Teknik Pengumpulan Data


Teknik pengumpulan data merupakan salah satu metode yang ada di dalam
pengumpulan data dengan menggunakan  teknik atau cara yang digunakan oleh para
peneliti untuk mengumpulkan data (Ridwan 2015:51) Teknik pengumpulan data
dalam penelitian Shopee Pay Latter ini adalah sebagai berikut:
1. Wawancara
Menurut Esterberg dalam Sugiyono (2015:72) wawancara adalah
pertemuan yang dilakukan oleh dua orang atau lebih untuk bertukar informasi
mupun suatu ide dengan cara tanya jawab, sehingga dapat dikerucutkan
menjadi sebuah kesimpulan atau makna dalam topik tertentu.
Teknik wawancara adalah salah satu teknik yang digunakan pada saat
seorang peneliti melakukan observasi ke lapangan maupun secara virtual.
Wawancara dalam suatu penelitian bertujuan untuk mengumpulkan
keterangan tentang kehidupan manusia dalam suatu masyarakat merupakan
suatu pembantu utama dari metode observasi (Koentjaraningrat, 2010, hlm.
162). Wawancara dilakukan sebagai cara peneliti menghimpun sumber data.
Wawancara yang dilakukan adalah wawancara sederhana dengan pertanyaan
mendasar yang berkaitan dengan Shopee Paylatter. Teknik wawancara ini
dilakukan oleh peneliti ketika bertemu dengan informan.
Menurut Koentjaraningrat (1981, hlm. 163) dalam proses pencarian
data melibatkan dua macam wawancara,
1. wawancara untuk mendapatkan keterangan dan data dari individu tertentu
untuk keperluan informasi
2. wawancara untuk mendapatkan keterangan tentang pendirian atau
pandangan dari individu yang diwawancara untuk keperluan komparatif
(perbandingan).
Individu pada wawancara bagian pertama disebut informan dan
individu pada bagian wawancara kedua disebut responden. Informan adalah
orang yang mempunyai keahlian tentang pokok wawancara, sedangkan
responden adalah orang yang dianggap representatif dengan pokok
wawancara. Teknik wawancara digunakan sebagai cara peneliti dalam
mengarahkan informan pada pokok masalah, sehingga semua informasi yang
dibutuhkan dalam penelitian terhimpun dengan lengkap.
3.7 Sampel dan Teknik Pengambilan Sampel
3.7.1 Sampel
Sampel merupakan suatu bagian dari keseluruhan serta karakteristik yang
dimiliki oleh sebuah Populasi. Apabila Populasi tersebut besar, sehingga para peneliti
tentunya tidak memungkinkan untuk mempelajari keseluruhan yang ada pada
populasi tersebut beberapa kendala yang akan di hadapi di antaranya seperti dana
yang terbatas, tenaga dan waktu maka dalam hal ini perlunya menggunakan sampel
yang di ambil dari populasi itu. Selanjutnya, apa yang dipelajari dari sampel tersebut
maka akan mendapatkan kesimpulan yang nantinya di berlakukan untuk Populasi
(Sugyono, 2008:118)
Sampel yang digunakan dalam penelitian ini adalah individu yaitu Mahasiwa.
Dalam penelitian kualitatif sampel bukan mewakili populasi, sehingga tidak
ditentukan berdasarkan ketentuan yang mutlak, tetapi sampel berfungsi untuk
menggali beragam informasi yang penting yang dibutuhkan peneliti dilapangan.
3.7.2 Teknik Pengambilan Sampel
Teknik sampling adalah cara untuk menentukan sampel yang jumlahnya
sesuai dengan ukuran sampel yang akan dijadikan sumber data sebenarnya, dengan
memperhatikan sifat-sifat dan penyebaran populasi agar diperoleh sampel yang
representative (Margono, 2004). Dalam penelitian ini, tehnik pengambilan sample
yang digunakan adalah sampling non probabilitas purposive sampling dimana
peneliti mempunyai peranan yang paling besar dalam menentukan siapa dan berapa
sampling

3.8 Instrumen Penelitian


Dalam penelitian kualitatif manusia yang bertindak sebagai peneliti ikut
dilibatkan sebagai alat dalam penelitian. Hal ini dikarenakan dalam penelitian
kualitatif sumber data yang digunakan berupa teks dan tuturan dari hasil wawancara.
Menurut Moleong (2012, hlm. 168) kedudukan peneliti dalam penelitian kualitatif
cukup rumit, peneliti bertindak sebagai perencana, pelaksana pengumpulan data,
analisis, penafsir data, dan pada akhirnya ia menjadi pelapor penelitiannya.
Pengertian instrumen atau alat penelitian di sini tepat karena ia menjadi segalanya
dari seluruh proses penelitian
Intrumen lain yang digunakan dalam penelitian, yaitu instrumen-instrumen
yang mempermudah peneliti dalam menghimpun data. Instrumen tersebut
difungsikan sebagai alat untuk mengumpulkan informasi mengenai Shopee Paylatter.
Berikut ini adalah intrumen yang digunakan dalam penelitian pengaruh Shopeepay
latter terhadap perilaku konsumtif mahasiswa diantaranya:.
1. Lembar pertanyaan, berupa lembaran yang disiapkan peneliti sebelum terjun
kelapangan. Lembar pertanyaan ini berfungsi sebagai acuan peneliti saat
mewawancara informan. Lembar pertanyaan berisi pertanyaan-pertanyaan
mendasar yang berkaitan dengan Shopee Paylatter.
2. Kamera digunakan sebagai alat untuk mendokumentasikan data dalam bentuk
gambar atau foto. Menurut Moleong (2012, hlm. 160) foto menghasilkan data
deskriptif yang cukup berharga dan sering digunakan untuk menelaah segi-
segi subjektif dan hasilnya sering dianalisis secara induktif. Penggunaan
kamera dalam penelitian kualitatif berperan penting karena gambar yang
didokumentasikan oleh kamera

3.9 Validitas Data


Untuk menguji keabsahan data yang terkumpul, perlu menggunakan
trianggulasi, yaitu teknik pemeriksaan keabsahan data yang memanfaatkan sesuatu
diluar data untuk keperluan pengecekan atau sebagai pembanding terhadap data itu.
Teknik trianggulasi yang akan digunakan dalam penelitian ini adalah trianggulasi
sumber. Dalam trianggulasi sumber digunakan beberapa sumber data untuk
mengumpulkan data. Data yang diperoleh kemudian diuji keabsahannya dengan cara
membandingkan hasil wawancara antara informan yang satu dengan yang lain.
Kemudian membandingkan hasil wawancara dengan data hasil penelitian. Dengan
demikian diharapkan mutu dari keseluruhan proses pengumpulan data dalam
penelitian ini menjadi valid.

3.10 Teknik Analisis Data


Teknik analisa data yang digunakan dalam penelitian Shopee Paylatter ini
adalah analisis interaktif. Dalam model ini ada tiga komponen analisis yaitu reduksi
data, penyajian data, dan penarikan kesimpulan. Untuk lebih jelasnya masing-masing
tahap dijabarkan sebagai berikut
1. Reduksi Data
. Artinya reduksi data berlangsung sejak peneliti mengambil keputusan
(meski mungkin tidak disadari sepenuhnya) tentang kerangka kerja
konseptual, melakukan pemilihan khusus, menyusun pertanyaan penelitian
dan juga waktu menentukan cara pengumpulan data yang akan digunakan.
Pada waktu pengumpulan data berlangsung, reduksi data dilakukan dengan
membuat ringkasan dari catatan data yang diperoleh dilapangan. Dalam
menyusun ringkasan tersebut peneliti memusatkan tema, menentukan batasan-
batasan permasalahan. Proses ini berlangsung secara terus-menerus. Sampai
laporan akhir penelitian selesai disusun. Ringkasnya reduksi data tersebut
adalah bagian dari proses analisis yang mempertegas, memperpendek,
membuat fokus, membuang hal-hal yang tidak penting
2. Penyajian Data
Penyajian data merupakan suatu rakitan organisasi informasi, deskripsi
dalam bentuk narasi yang memungkinkan simpulan peneliti dapat dilakukan.
Sajian ini merupakan rakitan kalimat yang disusun secara logika dan
sistematis sehingga bila dibaca akan bisa mudah dipahami berbagai hal yang
terjadi dan memungkinkan peneliti untuk berbuat sesuatu pada analisis
ataupun tindakan lain berdasarkan pemahaman tersebut. Sajian data ini harus
mengacu pada rumusan masalah yang telah dirumuskan sebagai pernyataan
peneliti, sehingga narasi yang tersaji merupakan deskriptif mengenai kondisi
yang rinci untuk menceritakan dan menjawab setiap permasalahan yang ada.
Sajian ini merupakan narasi yang disusun dengan pertimbangan
permasalahannya dengan menggunakan logika penelitinya.
3. Penarikan Kesimpulan
Merumuskan kesimpulan berdasarkan semua hal yang terdapat dalam
reduksi data dan sajian data.Kesimpulan perlu diverifikasi agar benar-benar
bisa dipertanggungjawabkan. Kesimpulan akhir yang ditulis merupakan
rangkaian keadaan dari yang belum jelas kemudian meningkat sampai pada
pertanyaan yang telah memiliki landasan yang kuat dari proses analisis
terhadap fenomena yang ada.
BAB IV
PEMBAHASAN

Shopee merupakan salah satu marketplace terbesar dan terpopuler di


Indonesia. Menurut data iprice apabila dilihat dari jumlah pengunjung bulanannya,
pada kuartal I 2020 Shopee menepati urutan pertama dengan jumlah pengunjung
sebanyak 71,5 juta (databoks, 2020a), pada kuartal II 2020 mendapatkan 93,4 juta
kunjungan dan tetap menempati posisi pertama dibanding dengan tokopedia dan
bukalapak (databoks, 2020b). Dengan melihat frekuensi seringnya kalangan
mahasiswa dan mahasiswi menggunakan smartphone, maka mereka akan melihat
barang-barang di online shop yang ada di smartphone.

Penelitian ini berfokus pada generasi muda di lingkungan mahasiswa yang


merupakan pemakai aktif aplikasi Shopee dan pengguna Shopee Paylater. Jumlah
subjek penelitian ditentukan sebanyak 5 orang dan wawancara dilakukan tanggal 5
Februari 2022 baik itu wawancara secara langsung ataupun melakukan wawancara
melalui google meet.

4.1. Motif yang mempengaruhi mahasiswa dalam menggunakan Shopee


Paylater
Dalam menggunakan atau melakukan sesuatu pasti terdapat motif yang
membuat seseorang menggunakan ataupun melakukan sesuatu, pada kasus ini setiap
mahasiswa pasti memiliki motif dalam menggunakan Shopee Paylater. Berikut adalah
laporan hasil wawancara dari kelima narasumber mengenai motif setiap mahasiswa
dalam menggunakan Shopee Paylater:

1. Kenapa anda menggunakan ShopeePay Later?


Tabel 4.1. Alasan menggunakan Shopee Paylater

No Nama/Narasumber Keterangan/jawaban
1 Yosef Suherlan Apabila tidak mempunyai uang untuk pembelian
barang masih bisa menggunakan shopee pay
latter dengan di cicil per bulan untuk
pembayarannya
2 Yunia Berliana Karena menggunakannya praktis dan bisa
membantu dalam keadaan terdesak. Terutama
ketika sedang membutuhkan barang yang sangat
di butuhkan tetapi dalam keadaan tidak punya
uang
3 Rhea Almira Karena ketika lagi butuh barang terus minim
uang, ataupun pembayarannya malas ke
Alfamart, serta m banking tidak ada saldonya,
cara tercepat menggunakan Shopee Paylatter
4 Diva Apresya Untuk membeli barang-barang dengan harga
yang mahal si pembayarannya bisa dalam jangka
6 bulan atau 3 bulan sesuai kemampuan kita.
5 Windi Widia Wati Untuk memenuhi semua kebutuhan dan
keinginan

2. Dalam kondisi seperti apa yang membuat anda menggunakan Shopee


Paylater?
Tabel. 4.2 Kondisi menggunakan Shopee Paylater

No Nama/Narasumber Keterangan/jawaban
1 Yosef Suherlan Dalam kondisi sedang menginginkan barang
ataupun pakaian yang dibutuhkan
2 Yunia Berliana Ketika dalam kondisi mendesak dan ada
keperluan yang ingin dibeli seperti baju
3 Rhea Almira Dalam kondisi mendesak dan sesuai dengan
kebutuhan
4 Diva Apresya Dalam keadaan kepepet membutuhkan barang
yang dibutuhkan tetapi tidak mempunyai
uang
5 Windi Widia Wati Ketika kondisi mendesak saat tidak
mempunyai uang dan ingin membeli sesuatu
hal yang di inginkan

Kesimpulan dari jawaban kedua pertanyaan tersebut yang diperoleh bahwa


mereka menggunakan Shopee Paylater karena tidak memiliki dana yang cukup
namun sedang membutuhkan suatu barang, sehingga motif mereka dalam
menggunakan Shopee Paylater yaitu sedang membutuhkan suatu barang namun tidak
memiliki cukup dana.

Hal ini selaras dengan penyataan yang diungkapkan oleh Walgito (2016:165)
bahwa Indikator minat terdiri dari tiga indikator yang dimana Indikator inilah yang
peneliti pakai dalam penelitian minat menggunakan, dari ketiga indikator tersebut
yaitu:

a) Ketertarikan pada obyek minat, yaitu calon konsumen atau konsumen


memiliki perhatian yang selalu tertuju dan terpusat pada e-money.
b) Perasaan senang, yaitu calon konsumen atau konsumen yang berminat untuk
menggunakan e-money terlihat memiliki perasaan senang dalam
menggunakan e-money dalam bertransaki.
c) Kecenderungan untuk menggunakan, yaitu sering tidaknya calon konsumen
atau konsumen berkeinginan untuk menggunakan e-money dalam bertransaksi
sehari-hari. Konsumen yang minat menggunakannya tinggi akan terlihat dari
frekuensinya dalam menggunakan e-money yang tinggi.
Untuk kecenderungannya dikelompokkan menjadi tiga klasifikasi yakni sebagai
berikut.

1) Motif Fisiologis dan Psikogenik


Motif fisiologis lebih kepada arah pemenuhan kebutuhan biologis
individu secara langsung seperti rasa lapar, haus, pakaian, seks dan rasa sakit.
Sedangkan motif psikogenik lebih menitikberatkan pada kebutuhan psikologis
seperti prestasi, penerimaan sosial, status, kekuasaan dan lain-lain.
2) Motif Disadari dan Tidak Disadari
Motif disadari adalah motif yang sepenuhnya disadari oleh konsumen
sebaliknya motif tidak disadari adalah motif yang sepenuhnya tidak disadari
oleh konsumen.
3) Motif Positif dan Motif Negatif
Motif positif adalah motif yang menarik individu untuk lebih terfokus
pada tujuan yang diharapkan sedangkan motif negatif adalah motif yang
memberikan dorongan kepada individu untuk menjauhi konsekuensi yang
tidak diinginkan.

Sehingga keterkaitan jawaban narasumber terhadap penyataan yang


diungkapkan oleh Walgito (2016:165) adanya kecenderungan untuk sering
menggunakan Shopee Paylater ketika ingin membeli suatu barang yang dibutuhkan
namun sedang tidak memiliki cukup dana. Selain itu adanya kecenderungan dalam
menggunakan Shopee Paylater ini didukung dengan adanya salah satu klasisfikasi
kecenderungan yaitu motif disadar dan tidak disadari, klasifikasi kecenderungan ini
sering dialami oleh para konsumen atau mahasiswa yang secara sadar dan tidak sadar
memiliki motif dalam menggunakan Shopee Paylater.

4.2 Pengalaman mahasiswa menggunakan Shopee Paylater


Setiap orang pasti memiliki pengalaman ketika telah menggunakan sesuatu
dengan cukup lama dan pengalaman tentu merupakan hal yang penting karena dengan
adanya pengalaman kita dapat menceritakan pengalaman kita dalam menggunakan
sesuatu. Dalam mencari narasumber tentu kita mencari narasumber yang telah cukup
lama dalam menggunakan Shopee Paylater. Berikut adalah laporan hasil wawancara
dari kelima narasumber mengenai pengalaman mereka dalam menggunakan Shopee
Paylater:

1. Apakah anda menggunakan Shopee Paylater?


Tabel 4.3 Penggunaan Shopee Paylater

NO Nama/Narasumber Keterangan

YA TIDAK

1 Yosef Suherlan 

2 Yunia Berliana 

3 Rhea Almira 

4 Diva Apresya 

5 Windi Widia Wati 

2. Sejak dari kapan menggunakan Shopee Paylater?


Tabel 4.4 Waktu penggunaan Shopee Paylater

No Nama/Narasumber Keterangan/jawaban
1 Yosef Suherlan Dari tahun 2020
2 Yunia Berliana Dari tahun 2020
3 Rhea Almira Akhir Desember 2021
4 Diva Apresya Dari tahun 2018
5 Windi Widia Wati Dari 6 bulan yang lalu (Agustus 2021)
3. Seberapa sering anda menggunakan Shopee Paylater?
Tabel 4.5 Daftar Seberapa sering menggunakan Shopee Paylater

No Nama/Narasumber Keterangan/jawaban
1 Yosef Suherlan Terbilang sering, sampai sekarang sering
menggunakan Shopee Paylater
2 Yunia Berliana Sejauh ini jarang menggunakan Shopee
Paylater
3 Rhea Almira Jarang menggunakan Shopee Paylater karena
lebih sering ke alfamart, ataupun lewat m
banking
4 Diva Apresya Jarang menggunakan Shopee Paylater, hanya
digunakan ketika sedang memerlukannya
5 Windi Widia Wati Lumayan sering

4. Berapa nominal yang digunakan anda melalui Shopee Paylater?


 100.000 – 300.000
 500.000 - 1.000.000
 1.000.000 - 1.300.000
Tabel 4.6 Nominal yang digunakan

No Nama/Narasumber Keterangan/jawaban
1 Yosef Suherlan Nominal yang digunakan untuk membeli
barang dari 100.000 sampai 1.000,000 rupiah
2 Yunia Berliana Nominal yang digunakan di Shopee Paylater
dari 100.000 sampai 500.000
3 Rhea Almira Nominal yang dibutuhin dari kisaran 100.000
sampai 300.000, karena berat untuk
cicilannya
4 Diva Apresya Transaksi yang dilakukan berada di kisaran
100.000 sampai 300.000
5 Windi Widia Wati Kisaran nominal yang digunakan untuk
membeli barang yaitu 100.000 sampai
1.000.000

5. Selama anda menggunakan Shopee Paylater untuk angsurannya itu sendiri


jangka panjang atau jangka pendek?
Tabel 4.7 Penjelasan angsuran Shopee Paylater

No Nama/Narasumber Keterangan/jawaban
1 Yosef Suherlan Selama ini angsuran yang di pilih adalah
jangka pendek sekitar sebulanan, karena
barang-barang yang dibeli pun bukan barang
yang mempunyai harga sangat mahal, maka
dari itu memilih angsurannya yang jangka
pendek
2 Yunia Berliana Sekitar sebulan, di sana ada 6 kali cicilan dan
bisa dibayar satu kali
3 Rhea Almira Kadang memilih angsuran jangka panjang
dan jangka pendek pula, hal itu di sesuaikan
barang kebutuhan yang di perlukan
berdasarkan nominalnya
4 Diva Apresya Tergantung dari barang yang dibeli, pernah
paling lama mencoba yang 6 bulan dengan
angsuran perbulan dengan nominal diatas
100.000 rupiah
5 Windi Widia Wati Jangka pendek karena sesuai dengan
kemampuan mahasiswa

Kesimpulan dari jawaban kelima pertanyaan tersebut, kelima narasumber ini


merupakan pengguna Shopee Paylater dan mereka cukup lama telah menggunakan
Shopee Paylater. Dalam penggunaan ShopeePay Later 3 dari 5 narasumber tidak
sering menggunakan Shopee Paylater, dan 2 dari 5 narasumber dapat dibilang sering
menggunakan Shopee Paylater. Untuk penggunaan Shopee Paylater mereka yang
menggunakan Shopee Paylater dalam membeli sebuah barang atau keperluan pada
kisaran harga barang Rp. 100.000 - Rp. 300.000 dan Rp. 500.000 – Rp. 1.000.000.

Oleh karena itu, adanya Shopee Paylater ini konsumen dapat membeli
kebutuhan mereka ketika sedang kekurangan dana, dan dalam memilih angsuran
sesuai dengan harga barang yang mereka beli, jika barang yang mereka beli bukan
merupakan barang mahal maka mereka akan memilih angsuran jangka pendek,
sedangkan apabila barang yang mereka beli merupakan barang yang harganya mahal
maka mereka akan memilih angsuran jangka panjang.

Pengalaman Para narasumber didapat dari sebuah perilaku pasca pembelian


yang diungkapkan oleh Kotler (2016:185) yang diantaranya yaitu:

1) Kepuasan pasca pembelian


Kepuasan merupakan fungsi kedekatan antara harapan dan kinerja
anggapan produk. Jika kinerja tidak memenuhi harapan, konsumen kecewa.
Sebaliknya, jika memenuhi harapan, konsumen akan puas dan jika melebihi
harapan, konsumen sangat puas. Perasaan ini menentukan apakah konsumen
akan membeli kembali dan membicarakan hal-hal menyenangkan atau tidak
menyenangkan tentang produk itu kepada orang lain. Penjelasan kepuasan
pembelian
2) Tindakan pasca pembelian
Kepuasan dan ketidakpuasan terhadap produk akan mempengaruhi
perilaku konsumen selanjutnya. Jika konsumen merasa puas ia akan
menunjukkan kemungkinan yang lebih tinggi untuk membeli kembali produk
tersebut. Sebaliknya jika konsumen merasa tidak puas, maka ia mungkin tidak
akan membeli kembali produk tersebut.
3) Penggunaan dan penyingkiran pasca pembelian
Pemasar juga harus mengamati bagaimana pembeli menggunakan dan
menyingkirkan produk. Pendorong kunci frekuensi penjualan adalah tingkat
konsumsi produk semakin cepat pembeli mengkonsumsi sebuah produk,
semakin cepat konsumen kembali ke pasar untuk membelinya lagi.

Ketiga hal ini yang membuat konsumen memiliki sebuah pengalaman dalam
menggunakan Shopee Paylater sehingga pengalaman para konsumen dalam
menggunakan Shopee Paylater dapat diceritakan kepada orang lain, baik itu kepuasan
konsumen dalam menggunakan Shopee Paylater atau ketidakpuasan konsumen dalam
menggunakan Shopee Paylater. Ketika konsumen merasa puas dalam menggunakan
Shopee Paylater konsumen tersebut akan menceritakan pengalamannya menggunakan
Shopee Paylater dan akan merekomendasikan fitur Shopee Paylater kepada orang
lain.

4.3 Dampak Penggunaan Shopee Paylater terhadap mahasiswa


Tentu adanya Shopee Paylater memiliki dampak, dampak tidak selalu
mengarah ke arah negatif. Berikut adalah laporan hasil wawancara dari kelima
narasumber yang memberikan penjelasan mengenai dampak penggunaan Shopee
Paylater terhadap mahasiswa:

1. Apakah menggunakan Shopee Paylater memudahkan anda?


Tabel 4.8 Daftar kemudahan penggunaan Shopee Paylater

NO Nama/Narasumber Keterangan
YA TIDAK

1 Yosef Suherlan 

2 Yunia Berliana 

3 Rhea Almira 

4 Diva Apresya 

5 Windi Widia Wati 

2. Saat membeli barang menggunakan Shopee Paylater, apakah barang yang


dibeli itu sesuai dengan kebutuhan anda atau hanya sekedar memenuhi
keinginan?
Tabel 4.9 Kesesuaian penggunaan Shopee Paylater

No Nama/Narasumber Keterangan/jawaban
1 Yosef Suherlan Pada awalnya menggunakan Shopee Paylater
karena ada kebutuhan tapi makin sini jadi
ketagihan untuk membeli barang yang di
inginkan.
2 Yunia Berliana Sejauh ini menggunakan Shopee Paylater
untuk memenuhi keinginan bukan kebutuhan
3 Rhea Almira Tentu untuk menggunakan Shopee Paylater
sesuai kebutuhan, kalau misalnya tidak ada
kebutuhan yang di perlukan hanya ingin
memenuhi keinginan akan kebilang rugi juga
4 Diva Apresya Untuk saaat ini saya menggunakan Shopee
Paylater ketika ada kebutuhan saja, karena
apabila membeli semua yang di inginkan
takutnya malahan boros
5 Windi Widia Wati Sejauh ini menggunakan Shopee Paylater
untuk memenuhi keinginan bukan kebutuhan

3. Kelebihan dan kekurangan ketika menggunakan Shopee Paylater?


Tabel 4.10 Kelebihan dan kekurangan Shopee Paylater

NO Nama/Narasumber Keterangan

Kelebihan Kekurangan

1 Yosef Suherlan Bisa mempermudah untuk Terbatasnya limit


membeli apapun dengan
bayar cicilan
2 Yunia Berliana Proses peminjamannya Shopee Paylater
cepat, dan bisa dipakai apabila sehari saja
ketika waktu yang lagi tidak bayar akan
mendesak, dan tanggal mendapatkan bunga
jatuh temponya bisa milih yang terbilang besar

3 Rhea Almira Lebih simpel karena Ada bunganya dan


tinggal bayar dengan cicilan yang harus
Shopee Paylater dan disana kita bayar ketika
sudah ada limitnya telat bayar

4 Diva Apresya Membantu kita apabila ketika melihat


ingin membeli barang teman-teman yang
ketika males untuk mengisi menggunakan
Shopee Pay dan tidak ada Shopee Paylater
uang cash. Untuk pada boros, karena
pembayarannya tidak harus bisa membeli barang
sesuai dengan tanggalnya apapun yang
tetapi masih bisa bayar diinginkan, tetapi
pada minggu depannya pas muncul
tagihannya pada
numpuk. Apabila
pembayarannya
melewati tanggal
yang sudah di
tentukan, maka dia
kena biaya
tambahan

5 Windi Widia Wati Bisa mendapatkan barang Menyebabkan lebih


dan bayarnya bisa nanti boros, karena
karena bisa dicicil mempermudah
untuk membeli
semua barang yang
di inginkan tanpa
melihat kemampuan
keuangan

Dari ketiga pertanyaan tersebut dapat disimpulkan dampak positif dari


penggunaan Shopee Paylater bagi mahasiswa yaitu dapat memudahkan mahasiswa
dalam memenuhi kebutuhan ketika sedang tidak memiliki cukup dana hanya dengan
menggunakan Shopee Paylater, sedangkan dampak negatif dari penggunaan Shopee
Paylater yaitu munculnya sifat konsumtif atau boros karena terlalu sering
menggunakan Shopee Paylater akan muncul rasa ketertarikan untuk selalu ingin
membeli suatu barang menggunakan Shopee Paylater walaupun barang yang dibeli
bukan merupakan barang yang sedang dibutuhkan.

Adanya dampak yang dirasakan konsumen mahasiswa setelah menggunakan


Shopee Paylater tidak luput dari adanya kepuasan, Engel (2019: 26) memberikan
definisi terhadap kepuasan adalah evaluasi pasca konsumsi di mana suatu alternatif
yang dipilih setidaknya memenuhi atau melebihi harapan. Sedangkan ketidakpuasan
adalah hasil dari harapan yang diteguhkan secara negatif. Penilaian untuk kepuasan
dan ketidakpuasan Engel membaginya ke dalam 3 (tiga) bentuk yang berbeda yaitu:

1) Diskonfirmasi positif: yaitu di mana kinerja (hasil) yang diperoleh lebih baik
dari apa yang diharapkan
2) Diskonfirmasi sederhana: yaitu di mana kinerjanya sama dengan yang
diharapkan
3) Diskonfirmasi negatif: yaitu kinerja yang didapatkan lebih buruk dari apa
yang diharapkan.

Dalam hal ini terdapat 2 bentuk yang sering dirasakan konsumen mahasiswa
yaitu Diskonfirmasi Positif dan Diskonfirmasi Negatif, ketika konsumen mahasiswa
merasakan Diskonfirmasi Positif maka kemungkinan munculnya dampak buruk lebih
besar, karena hasil yang diperoleh dalam penggunaan Shopee Paylater lebih baik dari
apa yang diharapkan. Contohnya seperti munculnya perilaku konsumtif dan muncul
rasa ketertarikan untuk selalu ingin membeli suatu barang menggunakan Shopee
Paylater walaupun barang yang dibeli bukan merupakan barang yang sedang
dibutuhkan, namun tetap ada dampak positif yang dirasakan konsumen mahasiswa
seperti dapat membantu konsumen mahasiswa ketika sedang membutuhkan suatu
barang namun sedang tidak memiliki cukup dana, sedangkan ketika konsumen
mahasiswa merasakan diskonfirmasi negatif maka mereka menghindar dari dampak
negatif seperti munculnya perilaku konsumtif dan muncul rasa ketertarikan untuk
selalu ingin membeli suatu barang menggunakan Shopee Paylater walaupun barang
yang dibeli bukan merupakan barang yang sedang dibutuhkan, Sehingga terhindar
dari keinginan pembelian yang besar.

4.4 Pengaruh Shopee Paylater terhadap perilaku Konsumen mahasiswa


Dari data-data yang diperoleh berdasarkan tentang pengaruh Shopee Paylater
terhadap perilaku konsumen mahasiswa. Kesimpulan disajikan berdasarkan jawaban
asli dari setiap narasumber menurut bahasa, pandangan dan ungkapan mereka bahwa
tindakan membeli mereka terhadap suatu barang didasari oleh kebutuhan mereka,
namun biasanya hal itu akan berubah menjadi sebuah keinginan. Terlebih ketika
mereka melihat suatu barang yang ingin dimiliki tetapi mereka tidak memiliki uang
yang cukup saat itu juga, maka Shopee Paylater ini dapat menjadi jalan pintas dalam
mendapatkan barang tersebut. Kemudian banyak mahasiswa yang menggunakan
Shopee Paylater karena kemudahan dalam penggunaanya dan dapat dilakukan kapan
saja. Dengan adanya Shopee Paylater dapat memicu tumbuhnya perilaku konsumtif di
kalangan mahasiswa, karena kemudahan dalam pembayaran dan bisa dilakukan
kapanpun dan dimanapun, walaupun mereka tidak memiliki uang. Terlebih jika
mereka melihat harga dari suatu barang yang mereka inginkan turun harga atau
diskon, maka tanpa pikir panjang mereka akan langsung membeli agar tidak
kehabisan stok dengan pembayaran melaui fitur Shopee Paylater.

Penggunaan Shopee Paylater ini dapat menjadi bumerang bagi mereka apabila
terus menerus dilakukan tanpa pertimbangan yang jelas. Karena seperti yang kita
ketahui, banyak remaja yang belum mempunyai penghasilan atau pendapatan yang
tetap. Jika para mahasiswa mempunyai pola hidup konsumtif, mereka akan
mempunyai pikiran untuk menganggap sepele mengenai tagihan Shopee Paylater ini.
Padahal tagihan tersebut bukanlah hal sepele dan akan memiliki dampak jika tidak
dilunasi secara tepat waktu.

Apabila mereka telat dalam membayar tagihan Shopee Paylater ini, maka
mereka akan terlilit utang dan terjebak dalam kesulitan pembayaran tagihan karena
tidak memiliki penghasilan yang tetap. Hal ini juga akan berdampak kepada
pencatatan nama di Lembaga Otoritas Keuangan Jasa (OJK) karena fitur Shopee
Paylater ini langsung diawasi oleh OJK. Selain itu, akun Shopee pemilik akan
ditangguhkan. Bahkan, jika sudah menunggak lama, pihak Shopee akan
mendatangkan pihak yang terkait secara langsung.

Munculnya perilaku konsumtif ini didukung dengan adanya peningkatan


jumlah konsumsi sehingga dapat menimbulkan perilaku konsumtif terutama di
lingkup mahasiswa yang secara tidak disadari para konsumen mahasiswa membeli
suatu barang yang diinginkan namun kurang dibutuhkan.

Selain meningkatnya jumlah konsumsi, terdapat beberapa dampak yang dapat


mempengaruhi perilaku konsumen mahasiswa, yaitu:

1) Mempermudah konsumsi
Di dunia maya, pembeli bisa langsung menemukan banyak “toko” dari
berbagai penjual, apalagi ketika masuk ke marketplace yang layaknya mal
online. Keuntungannya adalah pembeli bisa membandingkan harga dari
berbagai toko berbeda dalam waktu singkat. Di tempat belanja konvensional,
pembeli kadang merasa canggung ketika terlalu lama memilih-milih barang
dan ditunggui oleh si penjaga toko.
2) Mempercepat konsumsi
Misalnya pengiriman sangat cepat, artinya barang akan dikirim oleh
pihak toko online melalui jasa ekspedisi kepada konsumen dan tidak terbatas
daerah pengiriman barangnya. Dan juga bisa mempercepat kebutuhan yang di
inginkan pada suatu situs e-commerce, pelanggan dapat melakukan pencarian
produk melalui kolom pencarian yang pada umumnya terletak pada bagian
atas situs.
3) Menurunkan biaya operasional
Hal ini pastinya menguntungkan para pembeli karena bisa menghemat
biaya dan konsumen bisa langsung menemukan banyak “toko” dari berbagai
penjual, apalagi ketika masuk ke marketplace yang layaknya mal online.
Dengan fitur pembayaran dengan cicilan juga memudahkan kosnumen untuk
melakukan transaksi.
BAB V
KESIMPULAN

5.1 Kesimpulan
Berdasarkan hasil analisis dan pembahasan yang telah diuraikan pada bab
sebelumnya, maka dapat disimpulkan bahwa:

1) Motif yang mempengaruhi mahasiswa menggunakan Shopee Paylater yaitu


dapat memudahkan kegiatan bertranskasi dalam kehidupan sehari-hari
termasuk dalam ruang lingkup pencapaian kebutuhan mahasiswa. Dalam
penggunaan Shopee Paylater, mahasiswa memenuhi kebutuhannya secara
mudah baik dalam transaksi serta pembayaran angsurannya. Sehingga ketika
mahasiswa tidak memiliki dana yang cukup namun sedang membutuhkan
suatu barang, menguatkan motif mahasiswa dalam penggunaan Shopee
Paylater.
2) Pengalaman mahasiswa menggunakan Shopee Paylater yaitu mahasiswa jadi
mengenal adanya situs perbelanjaan online dengan sistem pembayaran yang
bisa ditunda sehingga memudahkan mahasiswa memenuhi keinginan dan
kebutuhannya ketika tidak memiliki dana yang cukup. Namun dalam
penggunaan Shopee Paylater, mahasiswa perlu memikirkan jangka panjang
dalam kapasitas pembayaran. Sehingga meminimalisir risisko pengalaman
tidak baik dalam penggunaan Shopee Paylater
3) Dampak penggunaan Shopee Paylater terhadap mahasiswa yaitu terdapat 2
dampak yang ditimbulkan dalam kehidupan sehari-hari yaitu dampak positif
dan dampak negatif. Dampak positif dari penggunaan Shopee Paylater
terutama bagi mahasiswa yaitu dapat memudahkan mahasiswa dalam
memenuhi kebutuhan ketika sedang tidak memiliki cukup dana, Shopee
Paylater menjadi alternative pemenuh kebutuhan. Sedangkan dampak
negatif dari penggunaan Shopee Paylater yaitu munculnya sifat konsumtif
atau boros karena ketika terlalu sering menggunakan ShopeePay Later akan
muncul rasa ketertarikan untuk selalu ingin membeli suatu barang walaupun
barang yang dibeli bukan merupakan barang yang sedang dibutuhkan,
sehingga dibutuhkan kebijaksaan dalam penggunaan Shopee Paylater.
4) Pengaruh Shopee Paylater terhadap perilaku konsumtif mahasiswa yaitu
dapat memudahkan mereka dalam memenuhi kebutuhannya namun
menimbulkan dampak lain yaitu ketergantungan dan kecanduan berbelanja
karena Shopee telah memberikan metode pembayaran yang dapat
memudahkan mahasiswa dalam memenuhi suatu kebutuhan mereka
walaupun sedang kekurangan dana, dimana daya beli mahasiswa akan
semakin tinggi karena melihat mudahnya bertransaksi saat pembayaran.
Sehingga ketika sudah muncul perilaku konsumtif dalam berbelanja akan
memunculkan rasa ketertarikan untuk selalu ingin membeli suatu barang
menggunakan Shopee Paylater walaupun barang yang dibeli bukan
merupakan barang yang sedang dibutuhkan.

5.2 Saran
Sehingga harapan kami setelah membuat penelitian ini yaitu para konsumen
khususnya mahasiswa lebih bijak dalam bertransaksi sehingga tidak menjadi candu
dalam berbelanja. Selain itu akan muncul perilaku konsumtif pada mahasiswa,
mereka akan menganggap remeh mengenai tagihan Shopee Paylater ini dan akan
memiliki dampak negatif jika tagihan tersebut tidak dilunasi secara tepat waktu
maka menimbulkam bunga yang lebih besar. Namun penelitian ini masih secara
sampling yang tidak mewakilkan keseruluhan pengguna Shopee Paylater sehingga
dibutuhkan penelitian lebih.
Dan harapan kami untuk Shopee yaitu diberlakukan limit transaksi kepada
para mahasiswa dengan sesuai pendapatan yang mereka miliki, sehingga para
mahasiswa dapat membatasi diri dalam bertransaksi.
LAMPIRAN

Anda mungkin juga menyukai