Anda di halaman 1dari 31

CRITICAL BOOK REPORT

PENDIDIKAN PANCASILA

“PENDIDIKAN PANCASILA DAN KEWARGANEGARAAN”

“Dr. Asep Sulaiman, M.Pd./2015”

Nama mahasiswa : -Amalia Anggraini (5203343005)

-Gesicawaty Rumapea (5203343017)

Dosen pengampu : Jamaludin,S.Pd.,M.Pd

Mata kuliah : Pendidikan Pancasila

PRODI PENDIDIKAN TATA BUSANA

FAKULTAS TEKNIK

UNIVERSITAS NEGERI MEDAN

2021
KATA PENGANTAR
‫الرحِ ي ِِْم‬
َّ ‫ن‬ِِ ‫الر ْح َم‬
َّ ‫للا‬
ِِّ ‫بِس ِِْم‬

Assalamualaikum Warahmatullahi Wabarakatuh, salam sejahtera bagi kita semua.

Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah melimpahkan rahmat
dan hidayah-Nya serta banyak kesempatan, sehingga saya dapat menyelesaikan tugas CBR
dengan judul “Pendidikan Pancasila dan Kewarganegaraan”. Selesainya tugas ini
tentunya tidak lepas dari berbagai pihak yang telah memberikan bantuan, baik secara
langsung maupun tidak langsung. Oleh karena itu, penulis mengucapkan terima kasih kepada
Allah SWT, bapak Jamaludin,S.Pd.,M.Pd selaku dosen pengampu mata kuliah ini.
Besar harapan saya bahwa tugas CBR ini dapat dimanfaatkan oleh masyarakat atau
pun pihak yang berkepentingan. Selain itu,tugas ini dapat menambah wawasan dan
pengetahuan penulis. Penulis menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari kesempurnaan,
baik dari bentuk maupun materinya. Kritik dan saran dari pembaca sangat penulis harapkan
untuk penyempurnaan tugas selanjutnya.

Medan, 8 September 2021

Kelompok 2

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR .................................................................................................... I

DAFTAR ISI .................................................................................................................. II

BAB I PENDAHULUAN .............................................................................................. 1

A. Rasionalisme cbr ................................................................................................ 1


B. Tujuan penulisan cbr .......................................................................................... 1
C. Manfaat cbr ......................................................................................................... 1
D. Identitas buku ..................................................................................................... 2

BAB II RINGKASAN BUKU ....................................................................................... 3

A. Buku pertama ...................................................................................................... 3


B. Buku kedua ......................................................................................................... 10

BAB III PEMBAHASAN .............................................................................................. 15

A. Segi cover ........................................................................................................... 15


B. Segi layout .......................................................................................................... 15
C. Segi tata Bahasa .................................................................................................. 15
D. Segi lainnya ........................................................................................................ 15

BAB IV PENUTUP ........................................................................................................ 16

A. Kesimpulan ......................................................................................................... 16
B. Saran ................................................................................................................... 16

DAFTAR PUSTAKA ..................................................................................................... 17

ii
BAB I

PENDAHULUAN

A. RASIONALISME CBR
Sering kali saat kita ingin memilih buku sebagai buku referensi merasa bingung
karena terlalu banyak buku yang memiliki isi yang serupa tapi tidak sama. Terkadang, saat
kita memilih suatu buku ada sesuatu yang kita rasa kurang dari buku tersebut, sehingga kita
harus memilih buku lain sebagai tambahan. Critical Book Report bertujuan untuk membahas
dan mengkritik tentang buku dan alasan di buatnya Critical Book Report ini untuk kita dapat
belajar memahami isi materi tersebut juga membandingkan kelebihan dan kekurangan dari
buku tersebut.

B. TUJUAN PENULISAN CBR


Tujuan dibuatnya Critical Book Review ini adalah untuk:
1. Sebagai penyelesaian tugas KNNI
2. Untuk menambahkan wawasan tentang Pendidikan Pancasila
3. Meningkatkan pengetahuan mengenai bagaimana Pancasila

C. MANFAAT CBR
Manfaat dari Critical Book Review ini adalah:
1. Menambah wawasan kita tentang bagaimana mengkritik buku yang benar
2. Melatih diri untuk lebih teliti dan kritis terhadap sebuah buku yang di baca
3. Menambah wawasan mengenai Pancasila di Indonesia
4. Menumbuhkan pola piker kreatif dalam membandingkan buku yang satu dengan
buku yang lainnya.

1
D. IDENTITAS BUKU

Buku Pertama

Judul buku : Pendidikan Pancasila dan Kewarganegaraan

Penulis : Dr. Asep Sulaiman, M.Pd

ISBN : 978-602-0939-41-4

Tahun terbit : 2015

Penerbit : CV. Arino Raya

Kota terbit : Bandung

Buku kedua

Judul buku : Pancasila dan Kewarganegaraan

Penulis : Kunawi Basyir, Helmi Umam, Fathoni Hakim dkk

ISBN : 9786027912250

Tahun terbit : 2013

Penerbit : IAIN Sunan Ampel Press

Kota terbit : Surabaya

2
BAB II

RINGKASAN BUKU
A. BUKU PERTAMA

1. Pendahuluan

Pancasila adalah dasar ilsafat negara Republik Indonesia yang secara resmi disahkan
oleh PPKI pada tanggal 18 Agustus 1945 dan tercantum dalam Pembukaan UUD 1945, serta
diundangkan dalam Berita Republik Indonesia tahun II Nomor 7 bersama-sama dengan
batang tubuh UUD 1945. Setiap bangsa di dunia dalam hidup bermasyarakat, berbangsa, dan
bernegara senantiasa memiliki suatu pandangan hidup, ilsafat hidup, serta pegangan hidup
agar tidak terombang-ambing dalam kancah pergaulan masyarakat internasional. Setiap
bangsa memiliki ciri khas serta pandangan hidup yang berbeda dengan bangsa lain. Negara
komunisme dan liberalisme meletakkan dasar ilsafat negaranya pada suatu konsep ideologi
tertentu. Misalnya, komunisme mendasarkan ideologinya pada suatu konsep pemikiran Karl
Marx. Landasan yuridis perkuliahan Pendidikan Pancasila di pendidikan tinggi tertuang
dalam Undang-Undang Nomor 2 Tahun 1989 tentang Sistem Pendidikan Nasional.

Tujuan pendidikan diartikan sebagai seperangkat tindakan intelektual penuh


tanggung jawab, yang berorientasi pada kompetensi mahasiswa pada bidang profesi masing-
masing. Kompetensi lulusan pendidikan Pancasila ialah seperangkat tindakan intelektual
penuh tanggung jawab sebagai seorang warga negara dalam memecahkan berbagai masalah
dalam hidup bermasyarakat, berbangsa dan bernegara dengan menerapkan pemikiran yang
berlandaskan nilai-nilai Pancasila.

2. Pancasila Sebagai Dasar Filsafat Negara Indonesia

Secara etimologis, Pancasila berasal dari bahasa Sanskerta. Panca artinya lima,
sedangkan sila artinya dasar, sendi, atau unsur. Jadi, Pancasila mengandung arti lima dasar,
lima sendi, atau lima unsur

Adapun secara historis proses perumusan Pancasila adalah sebagai berikut.

a. Mr. Muhammad Yamin (29 Mei 1945),

3
Pada tanggal 29 Mei 1945, BPUPKI2 mengadakan sidang yang pertama. Pada
kesempatan ini, Mr. Muhammad Yamin mendapat kesempatan pertama untuk
mengemukakan pemikirannya tentang dasar negara di hadapan peserta BPUPKI lengkap
dengan Badan Penyelidik. Pidato Mr. Muhammad Yamin itu berisikan lima asas dasar
negara Indonesia merdeka yang diidam-idamkan sebagai berikut: 1) Peri Kebangsaan, 2)
Peri Kemanusiaan, 3) Peri Ketuhanan, 4) Peri Kerakyatan, dan 5) Kesejahteraan Rakyat.

b. Ir. Soekarno (1 Juni 1945)

Pada tanggal 1 Juni 1945 Soekarno menyampaikan pidatonya di hadapan Badan


Penyelidik. Dalam pidato tersebut, Soekarno secara lisan mengusulkan lima asas dasar
negara Indonesia yang akan dibentuknya, yang rumusannya sebagai berikut: 1)
Nasionalisme atau Kebangsaan Indonesia, 2) Internasionalisme atau Perikemanusiaan, 3)
Mufakat atau Demokrasi, 4) Kesejahteraan Sosial, 5) Bertakwa kepada Tuhan Yang
Mahaesa.

c. Piagam Jakarta (22 Juni 1945)

Adapunِ rumusanِ Pancasilaِ sebagaimanaِ termuatِ dalamِ “Piagamِ Jakarta”ِ sebagaiِ


berikut. 1) Ketuhanan dengan kewajiban menjalankan syariat Islam bagi
pemelukpemeluknya 2) Kemanusiaan yang adil dan beradab 3) Persatuan Indonesia 4)
Kerakyatan yang dipimpin oleh hikmat kebjaksanaan dalam permusyawaratan perwakilan
5) Keadilan negara bagi seluruh rakyat Indonesia.

3. Pancasila Dalam Sejarah Perjuangan Bangsa

Pancasila merupakan dasar negara Republik Indonesia (RI). Sebelum disahkan pada
tanggal 18 Agustus 1945 oleh PPKI, nilai-nilai Pancasila telah ada pada bangsa Indonesia.
Sejak zaman dahulu, sebelum bangsa Indonesia mendirikan negara, nilainilai itu telah ada
dan melekat dalam kehidupan sehari-hari sebagai pandangan hidup masyarakat. Nilai-nilai
itu diangkat dan dirumuskan secara formal oleh para pendiri negara untuk djadikan sebagai
dasar ilsafat negara Indonesia. Proses perumusan materi Pancasila secara formal dilakukan
dalam sidang-sidangِ BPUPKIِ pertama,ِ sidangِ Panitiaِ “9”,ِ sidangِ BPUPKIِ kedua,ِ danِ
akhirnya disahkan secara yuridis sebagai dasar filsafat negara Republik Indonesia.

Dasar negara kebangsaan Indonesia ini mulai tampak pada abad VII, yaitu ketika.
Dasar-dasar pembentukan nasionalisme modern dirintis oleh para pejuang kemerdekaan
4
bangsa, antara lain para tokoh pejuang kebangkitan nasional pada tahun 1908, kemudian
dicetuskan pada Sumpah Pemuda tahun 1928. Akhirnya, titik kulminasi sejarah perjuangan
bangsa Indonesia dalam mendirikan negara tercapai dengan diproklamasikannya
kemerdekaan Indonesia pada tanggal 17 Agustus 1945.

4. Pancasila Merupakan Sistem Filsafat

Secara etimologis ilsafat berasal dari bahasa Yunani, yaitu philein yang artinya cinta
dan sophos yang artinya hikmah, kebjaksanaan, atau wisdom. Jadi, secara hariah istilah
“filsafat”ِ mengandungِ maknaِ cintaِ kebjaksanaan.ِ Namunِ demikian,ِ jikaِ kitaِ membahasِ
pengertian filsafat dalam hubungannya dengan lingkup bahasannya maka mencakup banyak
bidang bahasan antara lain tentang manusia, alam, pengetahuan, etika, dan logika.

Pancasila yang terdiri atas lima sila pada hakikatnya merupakan suatu sistem ilsafat.
Sistem adalah suatu kesatuan bagian-bagian yang saling berhubungan, saling bekerja sama
untuk tujuan tertentu, dan secara keseluruhan merupakan suatu kesatuan yang utuh. Sistem
lazimnya memiliki ciri-ciri sebagai berikut. 1. Suatu kesatuan bagian-bagian 2. Bagian-
bagian tersebut mempunyai fungsi sendiri-sendiri 3. Saling berhubungan dan saling
ketergantungan 4. Keseluruhannya dimaksudkan untuk mencapai suatu tujuan tertentu
tujuan sistem 5. Terjadi dalam suatu lingkungan yang kompleks.

5. Pancasila Sebagai Paradigma Kehidupan Bermasyarakat, Berbangsa, Dan


Bernegara

Secara filosois, hakikat kedudukan Pancasila sebagai paradigma pembangunan


nasional mengandung suatu konsekuensi bahwa dalam segala aspek pembangunan nasional
kita harus mendasarkan pada hakikat nilai sila-sila Pancasila. Oleh karena itu, hakikat nilai
sila-sila Pancasila mendasarkan diri pada dasar ontologis manusia sebagai subjek pendukung
pokok sila-sila Pancasila sekaligus sebagai pendukung pokok negara. Hal ini berdasarkan
pada kenyataan objektif bahwa Pancasila merupakan dasar negara dan negara adalah
organisasi (persekutuan hidup) manusia. Oleh karena itu, negara dalam rangka mewujudkan
tujuannya melalui pembangunan nasional untuk mewujudkan tujuan seluruh warganya harus
dikembalikan pada dasar-dasarِhakikatِmanusiaِ“monopluralis”.

5
6. Kewarganegaraan

Warga negara merupakan orang-orang yang menjadi unsur negara. Pada masa dulu,
warga negara disebut dengan istilah hamba atau kawula negara. Akan tetapi, istilah warga
negara lebih sesuai dengan kedudukannya sebagai orang merdeka dibandingkan hamba atau
kawula negara. Warga negara mengandung arti peserta, anggota, atau warga dari sebuah
negara, yakni peserta dari suatu persekutuan yang didirikan dengan kekuatan bersama, atas
dasar tanggung jawab bersama dan untuk kepentingan bersama. Untuk itu, setiap warga
negara mempunyai persamaan hak di hadapan hukum. Semua warga negara memiliki
kepastian hak, privasi, dan tanggung jawab.

Untuk memperoleh status kewarganegaraan Indonesia, diperlukan bukti-bukti


sebagai berikut (berdasarkan Undang-Undang Nomor 62/1958):

1. Surat bukti kewarganegaraan untuk mereka yang memperoleh kewarganegaraan


Indonesia karena kelahiran adalah dengan akta kelahiran.

2. Surat bukti kewarganegaraan untuk mereka yang memperoleh kewarganegaraan


Indonesia karena pengangkatan adalah kutipan pernyataan sah buku catatan pengangkatan
anak asing dan peraturan pemerintah Nomor 67/1958, sesuai dengan Surat edaran Menteri
Kehakiman Nomor JB.3/2/25, butir 6, tanggal 5 Januari 1959.

3. Surat bukti kewarganegaraan untuk mereka yang memperoleh kewarganegaraan


Indonesia karena dikabulkannya permohonan adalah petikan keputusan presiden tentang
permohonan tersebut (tanpa pengucapan sumpah dan janji setia).

4. Surat bukti kewarganegaraan untuk mereka yang memeperoleh kewarganegaraan


Indonesia karena pernyataan adalah sebagaimana diatur dalam Surat edaran Menteri
Kehakiman Nomor JB./116/22, tanggal 30 September 1958 tentang memperoleh/kehilangan
kewarganegaraan Republik Indonesia dengan pernyataan.

7. Identitas Nasional

Identitas nasional pada hakikatnya merupakan manifestasi nilai-nilai budaya yang


tumbuh dan berkembang dalam berbagai aspek kehidupan suatu bangsa dengan ciri-ciri
khas. Dengan ciri-ciri khas tersebut, suatu bangsa berbeda dengan bangsa lain dalam hidup
dan kehidupannya. Diletakkan dalam konteks Indonesia, maka identitas nasional itu

6
merupakan manifestasi nilai-nilai budaya yang sudah tumbuh dan berkembang sebelum
masuknya agama-agama besar di bumi nusantara ini dalam berbagai aspek kehidupan dari
ratusan suku, kemudian dihimpun dalam satu kesatuan Indonesia menjadi kebudayaan
nasional dengan acuan Pancasila dan roh Bhineka Tunggal Ika sebagai dasar dan arah
pengembangannya dalam kehidupan berbangsa dan bernegara.

Nasionalisme merupakan situasi kejiwaan di mana kesetiaan seseorang secara total


diabdikan langsung kepada negara bangsa atas nama sebuah bangsa. Standar Kompetensi:
Mampu memahami arti penting identitas nasional, pengertian identitas nasional, serta
pembentukan identitas nasional.

8. Negara

Negara adalah suatu daerah atau wilayah yang ada di permukaan bumi di mana
terdapat pemerintahan yang mengatur ekonomi, politik, sosial, budaya, pertahanan
keamanan, dan sebagainya. Di dalam suatu negara minimal terdapat unsur-unsur negara
seperti rakyat, wilayah, pemerintah yang berdaulat, serta pengakuan dari negara lain.
Indonesia adalah sebuah negara kepulauan yang berbentuk republik, yang telah diakui oleh
dunia internasional dengan memiliki ratusan juta rakyat, wilayah darat, laut, dan udara yang
luas serta terdapat organisasi pemerintah pusat dan pemerintah daerah yang berkuasa.
Negara merupakan suatu organisasi dari rakyat negara tersebut untuk mencapai tujuan
bersama dalam sebuah konstitusi yang djunjung tinggi oleh warga negara tersebut. Indonesia
memiliki Undang-Undang Dasar 1945 yang menjadi cita-cita bangsa secara bersama-sama.

9. Konstitusi

Secara terminologi, konstitusi adalah sejumlah aturan dasar dan ketentuanketentuan


hukum yang dibentuk untuk mengatur fungsi dan struktur lembaga pemerintahan, termasuk
dasar hubungan kerja sama antara negara dan masyarakat (rakyat) dalam konteks kehidupan
berbangsa dan bernegara. Di bawah ini beberapa tujuan konstitusi : Memberikan pembatasan
sekaligus pengawasan terhadap kekuasaan politik. Melepaskan kontrol kekuasaan dari
penguasaan sendiri. Memberikan batasan-batasan ketetapan bagi para penguasa dalam
menjalankan kekuasaannya. Undang-undang dasar mempunyai fungsi yang khas dalam
negara yang berdasarkan demokrasi konstitusional, yaitu membatasi kekuasaan pemerintah
sedemikian rupa sehingga dalam penyelenggaraannya tidak bersifat sewenangwenang.
Dengan demikian, hak-hak setiap warga negara akan lebih terlindungi.
7
10. Demokrasi

Demokrasi berasal dari dua kata, demos berarti rakyat dan cratos berarti kedaulatan.
Demokrasi adalah keadaan negara yang dalam sistem pemerintahannya kedaulatan berada
di tangan rakyat, kekuasaan tertinggi berada dalam keputusan bersama rakyat, rakyat
berkuasa, pemerintahan rakyat, dan kekuasaan oleh rakyat. Jadi, hakikat demokrasi adalah
pemerintah dari rakyat, pemerintahan oleh rakyat dan pemerintahan untuk rakyat. Norma-
norma yang menjadi pandangan hidup demokratis, yaitu: pentingnya kesadaran akan
pluralisme, musyawarah, pertimbangan moral, pemufakatan yang jujur dan sehat,
pemenuhan segi-segi ekonomi, kerja sama antarwarga masyarakat dan sikap memercayai
itikad baik masingmasing, pandangan hidup demokratis harus djadikan unsur yang menyatu
dengan sistem pendidikan.

11. Otonomi Daerah

Istilah otonomi daerah dan desentralisasi dalam konteks bahasan sistem


penyelenggaraan pemerintah sering dicampuradukkan. Akan tetapi kedua istilah tersebut
secara akademik bisa dibedakan, namun secara praktis dalam penyelenggaraan pemerintah
tidak dapat dipisahkan. Dalam hal ini, tidak mungkin masalah otonomi daerah dibahas tanpa
mempersandingkannya dengan konsep desentralisasi. Bahkan menurut banyak kalangan,
otonomi daerah adalah desentralisasi itu sendiri. Tak heran dalam buku-buku referensi,
termasuk di sini, pembahasan otonomi daerah diulas dengan memakai istilah desentralisasi.
Keduanya bagaikan dua mata koin yang saling menyatu, namun dapat dibedakan. Di mana
desentralisasi pada dasarnya mempersoalkan pembagian kewenangan kepada organ-organ
penyelenggara negara, sedangkan otonomi menyangkut hak yang mengikuti pembagian
wewenang tersebut.

12. Good Governance

Menurutِ bahasa,ِ goodِ governanceِ diartikanِ denganِ “pemerintahanِ yangِ baik”.ِ


Adapun menurut istilah, good governance adalah suatu kesepakatan menyangkut pengaturan
negara yang diciptakan bersama oleh pemerintah, masyarakat madani (civil society), dan
sektor swasta. Good governance adalah pemerintahan yang baik dalam standar proses
maupun hasil-hasilnya, yang mana semua unsur pemerintahan bisa bergerak secara sinergis,
tidak saling berbenturan, memperoleh dukungan dari rakyat dan terlepas dari gerakan-
gerakan anarkis yang dapat menghambat proses pembangunan.
8
Dikategorikan pemerintahan yang baik jika pembangunan itu dapat dilakukan
dengan biaya yang sangat minimal menuju cita-cita kesejahteraan dan kemakmuran,
memperlihatkan hasil dengan indikator kemampuan ekonomi rakyat meningkat,
kesejahteraan spiritualitasnya meningkat dengan indikator masyarakat rasa aman, tenang,
bahagia, dan penuh dengan kedamaian.

13. Hak Asasi Manusia

Secara deinitif, hak merupakan unsur normatif yang berfungsi sebagai pedoman
berperilaku, melindungi kebebasan, kekebalan, serta menjamin adanya peluang bagi
manusia dalam menjaga harkat dan martabatnya. Hak mempunyai unsur-unsur sebagai
berikut: a) pemilik hak, b) ruang lingkup penerapan hak, c) pihak yang bersedia dalam
penerapan hak. Ketiga unsur tersebut menyatu dalam pengertian dasar hak. Jadi, hak
merupakan unsur normatif pada diri setiap manusia yang dalam penerapannya berada pada
ruang lingkup hak persamaan dan hak kebebasan yang terkait dengan interaksinya antara
individu atau dengan instansi. Hak merupakan sesuatu yang harus diperoleh.

14. Masyarakat Madani

Masyarakat madani atau civil society berasal dari terjemahan istilah Latin, civilis
societas, mula-mula dipakai oleh Marcos Tullios Cicero (106–43 S.M), seorang orator dan
pujangga Roma, yang pengertiannya mengacu pada gejala budaya perorangan dan
masyarakat. Masyarakat sipil disebutnya sebagai sebuah masyarakat politik (political
society) yang memiliki kode hukum sebagai dasar pengaturan hidup. Adanya hukum yang
mengatur pergaulan antarindividu menandai keberadaban suatu jenis masyarakat tersendiri.

Menurut cendekiawan muslim yang gigih memperjuangkan pembentukan


masyarakatِmadani,ِNurcholishِMadjid,ِistilahِ“madani”ِmengacuِpadaِ“madinah”.ِKataِ
iniِberasalِdariِkataِdasarِ“dana-yadinu”,ِyangِberartiِtunduk,ِpatuh,ِatauِtaat.ِ Dariِkataِ
dasarِ inilahِ terambilِ kataِ “din”ِ untukِ pengertianِ “agama”,ِ yaituِ “ikatanِ ketaatan”.ِ Jadi,ِ
istilahِ“masyarakatِmadani”ِyangِmengacuِpadaِkataِ“madinah”ِ(kota)ِmengandungِdalamِ
dirinya konsep pola kehidupan bermasyarakat (bermukim) yang patuh, yaitu pada hukum,
dalam hal ini hukum Allah, sebagaimana dipegang agama Islam.

9
B. BUKU KEDUA
1. Urgensi Pendidikan Pancasila Dan Kewarganegaraan

Secara etimologi dalam bahasa Sansekerta (bahasa Brahmana India), Pancasila


berasalِdariِِkataِ“Panca”ِdanِ“Sila”.ِPancaِartinyaِlima, sila atau syila yang berarti batu
sendi atau dasar. Kata sila bisa juga berasal dari kata susila, yaitu tingkah laku yang baik.
Jadi, Pancasila adalah lima batu sendi atau pancasila adalah lima tingkah laku yang baik.1
Secara terminologi, Pancasila digunakan oleh Bung Karno sejak sidang BPUPKI pada 1 Juni
1945 untuk memberi nama pada lima prinsip dasar negara. Pancasila dirumuskan berbeda-
beda oleh para tokoh pada masa lalu, dan mengalami perubahan dari waktu ke waktu.
Pancasila menurut Mr. Moh. Yamin sebagaimana yang disampaikan dalam siding

Pendidikan kewarganegaraan adalah proses pendidikan yang mengarahkan peserta


didik menjadi waga negara yang baik sehingga mampu hidup bersama-sama dalam
masyarakat baik sebagai anggota keluarga masyarakat maupun sebagai warga negara.
Pendidikan kewarganegaraan dapat dijadikan instrumen untuk mencapai tujuan pendidikan
nasional, yaitu berfungsi membentuk warga negara yang demokratis serta bertanggung
jawab serta terbentuknya peradaban bangsa yang bermartabat.

2. Peran Pancasila Dan Agama Dalam Membangun Negara Yang Demokratis

pendidikan Pancasila sangat diperlukan untuk membentuk karakter yang sesuai


dengan nilai dasar Pancasila. Untuk mengurangi sikap radikal di era reformasi ini, maka
sangat diperlukan pendidikan Pancasila di berbagai jenjang studi. Pancasila adalah dasar
falsafah Indonesia. Berdasar pengertian itu, dapat disimpulkan bahwa Pancasila pada
hakikatnya merupakan dasar falsafah dan ideologi negara yang diharapkan menjadi
pendangan hidup bangsa Indonesia sebagai dasar pemersatu, lambang persatuan dan
kesatuan serta sebagai pertahanan bangsa dan negara.

Sikap terbuka akan berdampak pada relasi sosial yang bersifat sehat dan harmonis
antar sesama warga masyarakat. Konsep inklusif-pluralis yang dilandasi toleransi ini, tidak
berarti bahwa semua agama dipandang sama. Sikap toleran hanyalah suatu sikap
penghormatan akan kebebasan dan hak setiap orang untuk beragama, perbedaan beragama
tidak boleh menjadi penghalang dalam upaya saling menghormati, menghargai, dan
kerjasama. Konsep inklusi-pluralisme agama sejak awal sudah ada dalam agama Islam, ia
merupakan bagian prinsip dasar dari agama Islam itu sendiri.
10
3. Demokrasi: Antara Teori Dan Praktik

demokrasi merupakan pemerintahan oleh orang banyak, dari rakyat, oleh rakyat dan
untuk rakyat. Definisiِdemokrasiِ tidakِtunggal.ِBatasannyaِbisaِdisesuaikanِdenganِlatarِ
belakangِpemikiranِsesuaiِkebutuhanِdanِkonteksnya.ِNamunِdemikian,ِdefiِnisiِdemokrasiِ
memuat unsur-unsur utama, di antaranya adalah kebebasan, kesetaraan hak, dan
permusyawaratan dalam segala hal. Demokrasi universal adalah hasil abstraksi dari
fenomena demokrasi yang dipraktikkan pada masing-masing negara beserta konteksnya
yang berbeda sepanjang sejarah dunia. Abstraksi itu menghasilkan kesimpulan bahwa
demokrasi universal memuat; asas liberatif, asas pembatasan kekuasaan, asas konstitusi
dalam mengelola kekuasaan dan asas toleransi.

Konsep demokrasi di dunia dapat dikenali melalui 5 jenis tipikal dan model praktik.
Kelimanya adalah (1) demokrasi langsung, (2) demokrasi perwakilan, (3) demokrasi
konstitusional, (4) demokrasi liberal dan (5) demokrasi deliberatif. Secara historis, bangsa
Indonesia harus menghormati semua proses ikhtiar penemuan demokrasi tersebut sebagai
bagian dari perjuangan menuju kemerdekaan sejati. Terlepas dari semua tafsir dan makna
sejarah bagi demokrasi, Indonesia hanya punya satu karakter demokrasi, Demokrasi
Pancasila. Prinsip-prinsip demokrasi Pancasila sebagaimana dalam uraian adalah; demokrasi
dikelola oleh negara melalui struktur konstitusional, kebebasan dilaksanakan dengan
batasan-batasan, memiliki karakter pembelajaran menuju kesejahteraan,

5. Menanamkan Kesadaran Konstitusional Dalam Berbangsa Dan Bernegara

Negara modern harus memiliki konstitusi atau UUD yang memiliki legitimasi tinggi
dan efektif dalam mengatur kelembagaan negara sesuai konsensus nasional yang mereka
lakukan. Dalam hal ini konstitusi atau UUD minimal berfungsi sebagai sumber hukum
tertinggi untuk mengatur kekuasaan lembaga negara dengan bentuk pemisahan kekuasaan
(sparation of power) antara lembaga legislatif, lembaga eksekutif dan lembaga yudikatif.
Undang-Undang Dasar 1945 merupakan konstitusi modern yang dimiliki negara Republik
Indonesia dalam mengatur roda pemerintahan yang sah dan mencegah terjadinya
penyalahgunaan kekuasaan atau abuse of power oleh aparatur negara dalam menjalankan
kekuasaan politik.

Tata urutan perundangan yang berlaku di Indonesia merupakan dasar hukum bagi
warga negara untuk memperjuangkan hak konstitusional dengan berbasis rule by law dan
11
bersikap demokratis melalui mekanisme dan prosedur hukum yang telah diundangkan. Sikap
dan komitmen untuk menjunjung tinggi supremasi hukum dalam memperjuangkan hak dan
politiknya merupakan manifestasi kesadaran konstitusional yang harus dimiliki oleh setiap
warga negara dan memperjuangkan aspirasi dapat dilakukan diperadilan yang sah dan tidak
melakukan tindakan street of justice (peradilan jalanan) dan menghindarkan diri dari sikap
main hakim sendiri.

6. Identitas Nasional

Identitas nasional adalah ciri khas kebangsaan yang muncul dan berkembang secara
dinamis dan terbuka sebagai manisfestasi nilai-nilai budaya yang membedakan dengan
bangsa lain. Identitas nasional harus dipahami sebagai produk dari akumulasi nilai-nilai
yang berkembang secara dinamis dalam masyarakat. Identitas nasional kerapkali dinilai
sebagai jatidiri bangsa, karena setiap produk identitas akan melahirkan sifat bangsa,
kepribadian bangsa, dan karakter bangsa (nation building). Unsur identitas yang secara
normatif mampuِmenjelaskanِciriِkhasِsuatuِbangsa,ِyaituِantaraِlainِletakِgeografiِs,ِadat-
istiadat, nilai, bahasa. Sedangkan dimensi identitas nasional antara lain, pola perilaku,
simbol-simbol, instrumen properti dan tujuan bersama. Faktor-faktor pembentuk identitas
nasional antara lain, sejarah, suku bangsa, bahasa, agama dan kebudayaan. Ketika suatu
bangsa sedang mengalami krisis identitas, maka harus ada upaya sistematis dan
komprehensif dari pemerintah (struktural) dan berbagai stake holders (kultural) sehingga
identitas nasional kembali menjadi tidak hanya sebagai public discourse tapi lebih jauh lagi
mengakar dalam keseharian hidup warga negara.

7. Komitmen Terhadap Nkri

NKRI adalah singkatan dari Negara Kesatuan Republik Indonesia. N KRI berdiri
sejak proklamasi kemerdekaan Republik Indonesia pada 17 Agustus 1945. Wilayah NKRI
meliputi seluruh tanah air Indonesia yang membentang mulai dari ujung barat sampai ujung
timur. Dari wilayah Sabang di provinsi Nanggroe Aceh Darussalam sampai ke ujung timur,
yakni Merauke di provinsi Papua. Pulau-pulau yang berjajar lebih dari 17.000 dihubungkan
oleh laut yang membentuk wilayah N KRI. NKRI terbentuk melalui suatu proses sejarah
yang cukup panjang sejak zaman Kerajaan Kutai, Sriwijaya, Majapahit sampai datangnya
bangsa lain yang menjajah serta menguasai bangsa Indonesia. Prinsip-prinsip hidup dalam
berbangsa dan bernegara yang senantiasa dipegang teguh oleh N KRI tertuang dalam

12
Pembukaan UUD 1945 yang terdapat pada alenia pertama s/d alenia keempat. Disamping
itu juga terdapat beberapa faktor yang dapat menjadi pendukung keutuhan N KRI, yaitu
antara lain: faktor persatuan dan kesatuan bangsa, faktor penghargaan terhadap keaneka
ragaman sosial budaya NKRI, dan faktor kecintaan terhadap N KRI yang bisa dipupuk mulai
dari lingkungan keluarga, lingkungan sekolah, dan lingkungan masyarakat.

8. Tata Kelola Yang Baik Dalam Bingkai Pemerintahan Yang Bersih

Otonomi daerah pada hakikatnya adalah hak, wewenang, dan kewajiban daerah
otonom untuk mengatur dan mengurus sendiri urusan pemerintahan dan kepentingan
masyarakat lokal sesuai dengan peraturan perundangan yang berlaku (pasal 1 Ayat 5 UU
Nomor 32 Tahun 2004). natijah bahwa pemberlakuan otonomi daerah erat korelasinya
dengan cita-cita tercapainya good governance di Indonesia, karena didasarkan pada prinsip
kemaslahatan umat yang berpatokan pada penegakan lima prinsip dasar (ushulul khomsah)
yaitu; Khifdzu al-din, khifdzu al–nafs, khifdzu al-aql, khifdzu al-nasl dan khifdzu al–maal
yang selaras dengan cita-cita dan visi pembangunan nasional 2020 dalam rangka
mewujudkan good governance yaitu terwujudnya masyarakat Indonesia yang relegius,
manusiawi, bersatu, demokratis, adil, sejahtera, maju, mandiri, serta baik dan bersih dalam
penyelenggaraan negara sebagaimana yang telah dirumuskan dalam ketetapan MPR Nomor
VII Tahun 2001.

9. Hak Asasi Manusia

Proses kelahiran dan perkembang hak asasi manusia begitu panjang, merentang dari
Mesir, Arab, Yunani, Eropa sampai ke Amerika, yang akhirnya terakumulasi dalam Piagam
PBB. Piagam PBB lahir pada tanggal 12 Desember 1948 di Jenewa yang merupakan usul
serta kesepakatan seluruh anggota PBB. Isi pembukaan Declaration of Human Right PBB
mencakup 20 hak yang diperoleh manusia seperti hak hidup, kebebasan, keamanan pribadi
hak atas benda dan lain-lain. Konstitusi hadir sebagai kunci kehidupan masyarakat modern,
sebagai bagian yang terpenting dalam kehidupan bernegara, konstitusi sekaligus
mencerminkanِhubunganِyangِsignifiِkanِantaraِpemerintahِdanِrakyat,ِtidakِdapatِdinafiِ
kan konstitusi berperan penting sebagai hukum dasar yang menjadi acuan bagi kehidupan
sebuah negara tidak terkecuali pengaturan tentang perlindungan HAM.

13
10. Kearifan Lokal: Aktualisasi Dan Tantangannya

Kearifan lokal adalah unsur budaya yang menjadi identitas suatu komunitas yang
membuatnya mampu bertahan ketika berhadapan dengan budaya lain maupun dengan
lingkungannya. Dimensi kearifan lokal tersebut mencakup apresiasi terhadap budaya lain
secara natural dan kreatif. Manfaat kearifan lokal dapat diperoleh sesuai konteks
kebutuhannya. Manfaat tersebut dapat diperoleh dalam konteks otonomi daerah,
pemberdayaanِ sosial,ِ membangunِ keunggulanِ lokal,ِ meredakanِ konflِ ik,ِ meresponِ
perubahan, konservasi alam dan lingkungan, dan sebagainya. Bentuk dan aktualisasi
kearifan lokal disesuaikan dengan konteks gerakan dan kepentingan yang diusung, yang
dapat dipilahkan ke dalam skala pemberdayaan masyarakat, skala lokal atau daerah dan skala
nasional. Eksplorasi dan aktualisasi kearifan lokal dapat dilakukan bilamana beberapa
tantangan dapat diatasi. Tantangan tersebut adalah budaya industialisasi dengan segala
dampak yang menyertai; pemerintahan yang dikendalikan oleh aparat-aparat korup;
apresiasi berlebihan terhadap nilai-nilai luar; berkembangnya radikalisme; serta masih
bertahannya kecenderungan otoriterisme dan sentralisme.

11. Membangun Masyarakat Madani

Mencuatnya wacana masyarakat madani lahir dari kondisi sosio-historis kekuasaan


yangِhegemonik.ِDenganِdemikianِmenguaknyaِmasyarakatِ madaniِ merupakanِreflِeksiِ
keinginan yangِ kuatِ untukِ mendapatkanِ ruangِ gerakِ yangِ signifiِ kan,ِ setelahِ beberapaِ
lamanya posisi negara dan masyarakat tidak seimbang, di mana negara cenderung menjadi
kekuatan yang hegemonik yang menguasai masyarakat. Dengan munculnya masyarakat
madani muncul harapan bagi masyarakat, yaitu sebuah masyarakat yang bebas dari interfensi
negara, memiliki kemandirian, cerdas, aman, egaliter dan demokratis. Masyarakat madani
bisa terwujud bila terdapat prasyarat sebagai berikut: Free Public Sphere, demokratis,
toleransi, pluralisme, keadilan sosial, dan juga berkeadaban. Prasyarat tersebut bukan dalam
pengertian otoritas manusia sepenuhnya tanpa batas seperti dalam pemahaman masyarakat
Barat, akan tetapi merupakan otoritas manusia yang tidak boleh bertentangan dengan nilai-
nilai ketuhanan. Sebagai bagian dari masyarakat madani, tentunya harus mengejawantah
dalam wadah sosial-politik di masyarakat, seperti organisasi keagamaan, profesi, komunitas,
media, dan juga lembaga pendidikan

14
BAB III

PEMBAHASAN

A. SEGI COVER

Pada buku pertama covernya sangat menarik, pada covernya di letakkan gambar
semboyan Indonesia yaitu burung garuda, warna nya juga cukup menarik dan warna
merah menggambarkan semangat Indonesia.

Pada buku kedua covernya cukup menarik, gambar yang digunakan pun
menggambarkan isi pembahasan buku. Tetapi lebih menarik lagi jika di tampilkan warna
yang cerah tidak pucat seperti itu.

B. SEGI LAYOUT

Pada buku pertama layout nya sudah bagus penggunaan katanya juga sangat baik,
untuk ukuran font hurufnya cukup kecil lebih baik lebih di besarkan lagi fontnya. Tata letak
tiap paragraph juga sudah baik.

Pada buku kedua layout nya sudah baik penggunaan katanya baik, tetapi ada
beberapa kata yang penulisannya salah. Ukuran fontnya sudah baik dapat di lihat dengan
jelas. Tata letak nya sudah baik pula.

C. SEGI TATA BAHASA

Pada buku pertama tata Bahasa yang digunakan sudah sangat baik, memang ada
beberapa kata yang menggunakan Bahasa yang mungkin orang awam belum mengetahuinya.

Pada buku kedua tata Bahasa yang di gunakan sudah sangat baik pula, terdapat juga
beberapa Bahasa asing tetapi penulis sudah mengartikan Bahasa tersebut.

D. SEGI LAINNYA

Pada buku pertama kurang menampilkan banyak gambar- gambar. Sedangkan pada ada
buku kedua banyak menampilkan gambar-gambar sehingga para pembaca bisa memahami
kondisi saat itu.

15
BAB IV
PENUTUP

A. KESIMPULAN

Pembelajaran Pancasila dan Kewarganegaraan dilakukan melalui suatu pola


pembelajaran di dalam kelas dan juga di luar kelas (outdoor activities). Pembelajaran di luar
kelas merupakan model pembelajaran yang dirancang untuk membantu mahasiswa
mengimplementasikan materi yang didapatkan di dalam kelas secara mendalam dan
kontekstual melalui pengalaman belajar secara langsung (learning by doing) sehingga
pengetahuan tersebut menjadi lebih bermakna.Pancasila merupakan ideologi terbuka yang
berakar dari masyarakat, sehingga memiliki ciri yang berbeda dengan ideologi tertutup.
Pancasila sebagai ideologi bangsa Indonesia, harus terinternalisasi dalam seluruh aspek
kehidupan masyarakat Indonesia dalam kehidupan berbangsa dan bernegara. Pendidikan
kewarganegaraan adalah proses pendidikan yang mengarahkan peserta didik menjadi waga
negara yang baik sehingga mampu hidup bersama-sama dalam masyarakat baik sebagai
anggota keluarga masyarakat maupun sebagai warga negara.

B. SARAN

Pada buku pertama saran saya lebih banyak menampilkan gambar gambar agar lebih
menarik dan memudahkan pembaca dalam memahami suatu peristiwa yang terjadi pada saat
itu. Pada buku kedua saran saya lebih ringkas dalam menyampaikan materinya agar tidak
terlalu banyak, jika terlalu banyak pembaca akan bosan. Saya berharap buku ini bisa terus
di produksi setiap tahun nya karena buku ini sudah sangat bagus. Saran ini berguna
membangun sebagai bahan evaluasi untuk kedepannya.

16
DAFTAR PUSTAKA

Dr. Sulaiman Asep, M.Pd. 2015. Pendidikan Pancasila dan Kewarganegaraan. Bandung:
CV. Arino Raya

Basyir,Kunawi, Helmi,Umam, Fathoni Hakim dkk.2013. Pancasila dan Kewarganegaraan.


Surabaya: IAIN Sunan Ampel Press

17
CRITICAL JOURNAL REVIEW
PENDIDIKAN PANCASILA

Nama mahasiswa : -Amalia Anggraini (5203343005)

-Gesicawaty Rumapea (5203343017)

Dosen pengampu : Jamaludin,S.Pd.,M.Pd

Mata kuliah : Pendidikan Pancasila

PRODI PENDIDIKAN TATA BUSANA

FAKULTAS TEKNIK

UNIVERSITAS NEGERI MEDAN

2021
KATA PENGANTAR

Puji syukur kami ucapkan kepada Tuhan Yang Maha Esa karena atas rahmat-Nya kami
dapat menyelesaikan Critical Journal Review untuk mata kuliah Pendidikan Pancasila.
Terwujudnya Critical Journal Review ini tidak dapat terlepas dari bimbingan dan dorongan serta
arahan dari berbagai pihak, baik secara langsung maupun tidak langsung. Maka dengan
kesempatan ini, kami menyampaikan ucapan terima kasih kepada Bapak Jamaludin,S.pd.,M.pd
selaku dosen mata kuliah Pendidikan Pancasila yang telah banyak membantu dalam penyelesaian
Critical Journal Review ini.

Penulisan Critical Journal Review ini bertujuan agar pembaca dapat lebih memahami
materi yang kami sajikan. Kami sadar bahwa dalam penulisan Critical Journal Review ini banyak
sekali kekurangan. Oleh karena itu, kami mengharapkan saran dan kritik dari pembaca agar
penulisan Critical Journal Review ini dapat lebih baik lagi.

Akhir kata kami mengucapkan semoga Critical Journal Review ini bermanfaat bagi para
pembaca dan dapat lebih mengerti tentang materi yang telah kami sajikan.

Medan, 9 September 2021

Kelompok 2
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR................................................................................................................... I

DAFTAR ISI ............................................................................................................................... II

BAB 1 PENDAHULUAN ............................................................................................................ 1

A.Latar belakang ............................................................................................................................ 1

B. Tujuan..........................................................................................................................................1

C. Manfaat ............................................................................................................................……...1

BAB II PEMBAHASAN................................................................................................................2

A. Identitas buku .......................................................................................................................…..2

B. Hasil review jurnal .................................................................................................................... 2

C. Kelebihan jurnal .........................................................................................................................5

D. Kekurangan jurnal .................................................................................................................... 5

BAB III PENUTUP ...................................................................................................................... 5

A.Kesimpulan .................................................................................................................................5

B.Saran ................................................................................................................………………..6
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar belakang

Penyusunan critical jurnal review ini khusus ditujukan untuk memenuhi tugas
mata perkembangan peserta didik . Tugas ini dimaksudkan supaya para mahasiswa
memahami dan menguasai cara mengkritik Jurnal. Dan juga lebih bisa
membandingkan dan mendapatkan intisari dari dua jurnal yang dirangkum.

B. Tujuan
Dengan selesainya critical jurnal report ini penulis bertujuan untuk memberi
pengetahuan dan wawasan mengenai bagian dari pancasila. Selain itu penulis juga
bertujuan untuk memenuhi tugas mata kuliah pancasila dan juga mengkritik jurnal
serta menumbuhkan minat baca dengan mengidentifikasi jurnal tersebut.

C. Manfaat

Penulis menulis berharap laporan ini memiliki manfaat bagi kita semua. Manfaat
yang didapatkan penulis yaitu memiliki tambahan wawasan mengenai topik yang
dibahas, penulis memiliki referensi jurnal yang patut dibaca oleh pembaca melalui
paparan kelemahan dan kelebihan jurnal tersebut dan penulis juga mampu menilai
jurnal.
BAB II

PEMBAHASAN

A. IDENTITAS JURNAL

Jurnal pertama :

Judul MENJAGA EKSISTENSI PANCASILA


DAN PENERAPANNYA BAGI
MASYARAKAT DI ERA GLOBALISASI
Volume dan nomor Vol. 1, No. 2
Tahun Januari 2017
Halaman 50-64
Penulis Ambiro Puji Asmaroini, M.Pd
ISSBN E-ISSN 2527-7057, P-ISSN 2545-2683
Riviewer Gesica waty rumapea
Amalia anggraini
Tanggal 09 september 2021

Jurnal kedua :

Judul Philosophy of Education in Indonesia: Theory and


Thoughts of Institutionalized State (PANCASILA)

Volume dan nomor Vol. 9, No. 12

Tahun 2013

Halaman 28-68

Penulis Dwi Siswoyo

ISSN 1911-2017
Gesica waty rumapea
Reviewer
Amalia anggraini
Tanggal 09 epetember 2020
B. Hasil Review Jurnal
• Review Jurnal Utama

Tujuan pemerintahan Negara Indonesia didasari oleh


empat hal yang tercantum di dalam JPK: yaitu:
1) Melindungi segenap bangsa Indonesia dan seluruh
Tujuan Penelitian tumpah darah Indonesia,
2) Memajukan kesejahteraan umum,
3) Mencerdaskan kehidupan bangsa, dan
4) Ikut melaksanakan ketertiban dunia yang
berdasarkan kemerdekaan, perdamaian abadi dan
keadilan sosial.

Dasar Negara, Pancasila lahir berdasarkan nilai-nilai


Objek Penelitian
budaya yang terkandung sejak zaman dulu

Pancasila itu terdiri dari Panca dan Sila. Nama Panca


diusulkan oleh Ir. Soekarno sedangkan nama Sila
diusulkan oleh salah seorang ahli bahasa. Pancasila
dirasakan sudah sempurna dan mencakup segala
aspek pada Bangsa Indonesia. Setelah puluhan tahun
lahirnya Pancasila dari tahun 1945 hingga saat ini,
Metode Penelitian Negara di dunia mengalami pengembangan yang
pesat dalam berbagai bidang kehidupan. Masuknya
era globalisasi menjadikan bangsa dunia hampir tidak
memiliki batas. Dambak baik dan buruknya
globalisasi tentunya mari kita kaji bersama dengan
melandaskan Pancasila sebagai pedoman hidup
masyarakat Idonesia dalam menghadapi segala
permasalahan seiring perkembangan zaman. Kondisi
bangsa saat ini mencerminkan adanya penyimpangan
dari Pancasila tidak sesuai dengan nilai seharusnya.
Namun masih ada upaya pelurusan kembali terhadap
nilai-nilai Pancasila. Kelangsungan hidup negara dan
bangsa Indonesia di era globlalisasi, mengharuskan
kita untuk melestarikan nilai-nilai Pancasila, agar
generasi penerus bangsa tetap dapat menghayati dan
mengamalkannya dan agar intisari nilai-nilai yang
luhur itu tetap terjaga dan menjadi pedoman bangsa
Indonesia sepanjang masa.

Langkah penelitian
Langkah penelitian yang di lakukan melakukan
tinjauan terhadap bagaimana Pancasila, membaca
sumber sumber buku tertentu untuk di jadikan
referensi bahan penelitian. Pancasila sebagai dasar
Negara diwujudkan dalam hukum nasional
Indonesia, dimana Pancasila menjadi sumber dari
segala sumber hukum yang ada di Negara
Indonesia. Pancasila Sebagai Ideologi. Ideologi
memainkan peranan yang penting dalam proses
dan memeliara integrasi nasiona, terutama di
Negara-negara yang sedang berkembang seperti
Indonesia. Sebagai suatu ideologi bangsa dan
Negara Indonesia maka. Ideologi berkaitan dengan
tertib sosial, dan tertib politik yang ada, berupaya
untuk secara sadar sisteatis mengubah.

Hasil penelitian
Pancasila merupakan dasar Negara dan pandangan
hidup bangsa Indoesia. Sebagai dasar Negara,
Pancasila dijadikan sebagai dasar dalam
membangun Negara Kesatuan Republik Indonesia.
Arus globalisasi tidak mungkin dihentikan.
Berjalannya globalisasi tidak terlepas dari
perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi
sebagai penyebabnya. Dampaknya juga tidak bisa
dihindarkan. Bagi masyarakat, bangsa dan Negara
Indonesia, globalisasi memiliki dampak positif
dan negative. Pembudayaan nilai-nilai luhur
Pancasila perlu diupayakan. Diharapkan terdapat
penghayatan dan pengalaman nilai-nilai luhur
Pancasila di berbagai bidang kehidupan bagi
seluruh masyarakat.

• Review Jurnal kedua

Tujuan dari penelitian ini adalah menyimpulkan Citra


Ideal Manusia Indonesia dalam Konstruksi Filsafat
Pendidikan Nasional Pancasila, yaitu mengkonstruksi
Filsafat Pendidikan Nasional Indonesia yang
Tujuan Penelitian diharapkan menjadi muara acuan dalam pembentukan
Manusia Indonesia. Konstruksi Filosofis Bangsa
Pancasila Pendidikan akan dinamika upaya
pengembangan teori kerangka kontekstual, sistem
pendidikan nasional dan praksis, serta sebagai acuan
penyelesaian masalah pendidikan nasional dari segi
filosofis.
Pandangan Pancasila tentang kenyataan, manusia,
pengetahuan dan nilai mengandung makna bahwa
pendidikan bertujuan untuk berkembang potensi
Objek Penelitian siswa untuk menjadi manusia yang beriman, berbudi
luhur, sehat, berilmu, kretif dan menjadi warga
negara yang demokratis dan akuntabel. Demikianlah
sistem filsafat, teori, pengajaran, praktik Pendidikan
nasional pancasila harus diatur sedemikian rupa
sehingga menjadi kebijakan tunggal untuk
menyelesaikan permasalahan bangsa pendidikan, dan
membangun citra ideal manusia Indonesia.

Metode penelitian yang digunakan adalah


hermeneutika dialektika. Analisis data penelitian ini
digunakan pendekatan dialektika hermeneutik (Gbr.
Madison, 1988: 29-30) yang unsur-unsurnya adalah
Metode Penelitian sebagai berikut:
(1). Koherensi, (2) pemahaman, (3) penetrasi, (4)
akurasi, (5) kelayakan, (6) kontekstualisasi, (7)
sintesis, dan (6) Bernada.

Langkah penelitian membuktikan bahwa falsafah


pendidikan nasional Pancasila sebagai landasan bagi
pendidikan pelaksanaan, perluasan, dan peningkatan
sistem pendidikan nasional. Warga negara Indonesia
adalah diharapkan mengadopsi skala nilai-nilai
Pancasila, khususnya di bidang pendidikan. Pendidik
memiliki peran untuk menjadi contoh yang baik agar
Langkah penelitian siswa dan peserta didik mampu berkembang menjadi
individu yang memiliki kebebasan dan kesempatan
untuk belajar mandiri. Selain itu, pengadopsian nilai-
nilai Pancasila juga dapat digunakan dalam metode
pengajaran. Pendidikan metode yang digunakan guru
dengan mempertimbangkan tujuan pendidikan yang
ingin dicapai dan aktif berpusat pada siswa belajar
Hasil penelitian membuktikan bahwa falsafah
pendidikan nasional Pancasila sebagai landasan bagi
pendidikan pelaksanaan, perluasan, dan peningkatan
sistem pendidikan nasional. Warga negara Indonesia
adalah diharapkan mengadopsi skala nilai-nilai
Pancasila, khususnya di bidang pendidikan. Pendidik
memiliki peran untuk menjadi contoh yang baik agar
Hasil penelitian siswa dan peserta didik mampu berkembang menjadi
individu yang memiliki kebebasan dan kesempatan
untuk belajar mandiri. Selain itu, pengadopsian nilai-
nilai Pancasila juga dapat digunakan dalam metode
pengajaran. Pendidikan metode yang digunakan guru
dengan mempertimbangkan tujuan pendidikan yang
ingin dicapai dan aktif berpusat pada siswa belajar

C. KELEBIHAN JURNAL

• Struktur dari jurnal ini sudah bagus, yaitu terdapat abstrak yang sudah merangkum keseluruhan
isi jurnal, yaitu pendahuluan atau pengantar, metode penelitian, pembahasan, hasil penelitian dan
kesimpulan.

• Pada bagian metode penelitian penulis menjelaskan dengan jelas metode penelitian yang
digunakan.

• Hasil penelitian dan pembahasan pada jurnal ini sudah bagus karena dijelaskan dengan rinci.

• Kesimpulan sudah jelas, singkat, dan padat. Serta sudah merefleksikan hasil penelitian.

• Tulisan atau font yang digunakan baik, sehingga jelas pada saat dibaca.

D. KEKURANGAN JURNAL

Sampai sejauh ini kekurangan cukup sedikit yang tidak ada di tampilkan atau tidak di
bikin judul besar jadi kita agak susah untuk mencari daan menentukannya di manan metode
penelitian di mana pembahasaan nya dan di mana rangkuman pebahasaannya
BAB III

PENUTUP

A. KESIMPULAN

Dari penjelasan kelebihan dan kekurangan yang telah dijelaskan atau dipaparkan di atas,
jurnal memiliki kelebihan dan kekurangan baik dari segi segi materi, pembahasan, hasil,
penelitian, dan judul. Maka dapat disimpulkan bahwa jurnal tersebut bagus dan dapat dijadikan
referensi walaupun ada beberapa yang harus diperbaiki. Akan tetapi, jurnal tersenut tetap bagus
dan layak dijadikan sebagai bahan referensi.

B. SARAN

Kami menyadari bahwa kajian review yang telah kami lakukan ini tidak terlepas dari
kekurangan, seperti halnya pepatah yang mengatakan, “tak ada gading yang tak retak, tak ada
satupun manusia yang sempurna”. Maka saran dan kritik yang bersifat membangun dari pembaca
sangat kami harapkan sehingga dapat dijadikan bahan evaluasi untuk kedepannya lebih baik.
Akhirnya, semoga kajian ini memberikan manfaat bagi pembaca dalam menambah wawasan
dalam keilmuan tentang pengkajian sebuah jurnal. AmiIn.

Anda mungkin juga menyukai