Slhi 2020
Slhi 2020
LINGKUNGAN
HIDUP
INDONESIA
2020
STATUS
LINGKUNGAN
HIDUP
INDONESIA 2020
©2020 Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan, Republik Indonesia
Diterbitkan oleh :
Konten dan material dalam buku ini dapat direproduksi dan disebarluaskan dengan cara yang
tidak mengubah makna konten yang dimaksud dalam isi.
Diizinkan untuk mengutip materi buku ini dengan menuliskan referensi yang lengkap.
Editor Utama :
Siti Nurbaya
Managing Director :
Bambang Hendroyono
Senior Editor :
Mahfudz
Kontributor :
Hariadi Kartodihardjo, Firman Maulana, Poltak Hasiholan H., M. Tauqur Rahman, Triyono Saputro, Herti Winastuti R.,
Susi Oktalina, Ery Prasodjo O., Dedy Lukmansjah, M. Satori, Iskandar, Dhani Rhamdhany, Tantri Endarini, Wiyoga,
Ichsan Muliawan, Andry Januwardy, Hanum Sakina, Pepen Rivai
Fasilitator :
Iwan Juwana, M. Rangga Sururi, Didin Agustian Permadi, Mila Dirgawati
KO N S E P
DPSIR OVERVIEW
LINGKUNGAN
STUDI
LITERATUR LAHAN, AIR, UDARA
ISU
DPSIR LINGKUNGAN
ANALISIS
PENGUMPULAN EKOREGION
DATA
LINGKUNGAN NASIONAL
INDONESIA LAHAN, AIR, SAMPAH
LAHAN, AIR, SAMPAH
ISU
TEMATIK
SAMPAH &
KEANEKARAGAMAN
IMPLIKASI
KEBIJAKAN
SUMBER
DAYA
AIR
ISU
LINGKUNGAN
NASIONAL
SAMPAH LAHAN
Status Lingkungan Hidup Indonesia 2020 iii
Pada tahun 2019, penutupan lahan berhutan yang Sedangkan untuk lahan yang diperuntukkan
terluas terdapat di ekoregion Papua yaitu 32,5 sebagai areal penggunaan lain memiliki komposisi
juta Ha atau 34,5% dari luas total lahan berhutan sebagai berikut.
di daratan Indonesia (94,1 juta Ha), diikuti oleh
ekoregion Kalimantan dengan luas 24,7 juta Ha
(26,25%). Ekoregion Kalimantan, Sulawesi-
Maluku, dan Jawa memiliki lahan berhutan kurang
dari 15%, sedangkan ekoregion Bali-Nusa
Tenggara memiliki luas penutupan lahan berhutan
yang terkecil yaitu 1,7 juta Ha (1,81%).
Berdasarkan persentase luas lahan berhutan
terhadap luas lahan total per ekoregion,
ekoregion Papua memiliki kawasan hutan dengan
lahan yang berhutan paling luas yaitu 79,8% atau
32,5 juta Ha. Sebaliknya, ekoregion Jawa memiliki
persentase lahan berhutan terkecil yaitu sebesar
16,6% atau 2,2 juta Ha.
Luas Deforestasi
0,0897 juta hektar
Sumatera
0,0186 juta hektar
Jawa
0,0282 juta hektar
Bali Nusra
0,1491 juta hektar
Kalimantan
0,0764 juta hektar
Sulawesi Maluku
0,0774 juta hektar
Papua
c. Indeks Kualitas Tutupan Lahan (IKTL) Angka IKTL kemudian memperlihatkan tren
Indeks Kualitas Tutupan Lahan atau IKTL peningkatan menjadi 61,03 pada tahun 2018 dan
merupakan indeks yang menggambarkan kinerja 62,0 pada tahun 2019.
pengelolaan tutupan lahan termasuk di dalamnya Berdasarkan ekoregion, ekoregion Papua
aspek konservasi, rehabilitasi dan karakteristik memiliki IKTL sangat baik (>60) , diikuti oleh
wilayah secara spasial yang disajikan secara ekoregion Sulawesi – Maluku, dan Kalimantan.
sederhana sehingga mudah dipahami. Pada Ekoregion Bali – Nusa Tenggara dan Sumatera
prinsipnya, IKTL diperoleh dengan membanding yang memiliki IKTL pada rentang 50 - <60,
luas hutan dengan luas wilayah administratif. UU sedangkan ekoregion Jawa tercatat memiliki nilai
No. 41 tahun 1999 menetapkan bahwa setiap IKTL paling rendah dengan nilai IKTL <50. Secara
provinsi sekurang-kurangnya memiliki kawasan umum, ekoregion Papua, Sulawesi-Maluku, dan
hutan sekitar 30% dari luas wilayahnya. Dengan Kalimantan mengalami peningkatan nilai IKTL
demikian, provinsi yang memiliki kawasan hutan rata-rata pada tahun 2018 dibandingkan dengan
30% dari luas wilayah administrasinya diberi nilai tahun 2016 dan 2017. Ekoregion Sumatera dan
IKTL 50, sedangkan nilai IKTL tertinggi (100) Bali – Nusra tidak mengalami perubahan IKTL
untuk daerah yang memiliki kawasan hutan yang berarti selama tahun 2015 – 2019. Akan
84,3% dari luas wilayah admisnitratifnya. IKTL tetapi ekoregion Jawa terus mengalami
nasional yang dicapai pada tahun 2015 adalah penurunan IKTL rata-rata dari 46,65 pada tahun
58,30, menurun menjadi 56,88 pada tahun 2017. 2016 menjadi 39,10 pada tahun 2018.
Tantangan terkait sumber daya air di Indonesia Tantangan lain yang dihadapi terkait ketersediaan
diantaranya adalah tidak meratanya ketersediaan sumber daya air Indonesia adalah semakin
air di wilayah Indonesia. Pulau dengan terbatasnya suplai air baku akibat menurunnya
ketersediaan air terbesar adalah Pulau Kalimantan debit pada sumber air dan tingginya laju
sebesar 33,60% dari total potensi sumber daya sedimentasi pada tampungan-tampungan air,
air yang tersedia, sedangkan Pulau Jawa dengan seperti bendungan, embung, danau, dan situ; dan
jumlah penduduk terbesar di Indonesia memiliki penurunan kualitas air akibat pencemaran pada
ketersediaan air sebesar 4,20%, setelah wilayah sungai dan sumber air lainnya. Di sisi lain,
Bali dan Nusa Tenggara sebesar 7,70%. kebutuhan air baku semakin meningkat akibat
Perubahan iklim juga diperkirakan pesatnya pertumbuhan penduduk dan
mempengaruhi ketersediaan air di Indonesia. perkembangan industri, berkembangnya aktivitas
Hasil analisis melalui Sistem Informasi Geogras manusia, dan tidak esiennya pola pemanfaatan
(SIG) menunjukkan adanya risiko penurunan air.
ketersediaan air di Indonesia selama periode b. Kualitas Air
2010-2015 hingga periode 2025-2030. Wilayah
yang memiliki tingkat risiko dengan tingkat Air merupakan salah satu sumber daya alam yang
pengurangan ketersediaan air tertinggi terdapat memiliki fungsi sangat penting bagi kehidupan dan
di sekitar 75% wilayah Jawa-Bali, sebagian kecil di perikehidupan manusia, berperan penting untuk
wilayah utara, barat dan selatan Sumatera, mewujudkan kesejahteraan umum, dan menjadi
beberapa bagian dari Pulau Lombok (Nusa modal dasar dan faktor utama pembangunan
Tenggara), dan Sulawesi Selatan (Sulawesi) sebagaimana dinyatakan di dalam Peraturan
(KLHK, 2020). Permasalahan lainnya air adalah Pemerintah Nomer 82 Tahun 2001 tentang
ketersediaan air yang dapat dijamin melalui Pe n g e l o l a a n Ku a l i t a s d a n Pe n g e n d a l i a n
bendungan baru sekitar 11% dari 7,15 juta Ha Pencemaran Air. Kualitas air dapat berubah
areal irigasi yang telah dibangun (±760 Ha), karena beberapa faktor antara lain perubahan
sedangkan sisanya masih mengandalkan debit penggunaan lahan, litologi, waktu, curah hujan
sungai atau mata air; dan 46% dari jaringan irigasi dan aktivitas manusia yang mengakibatkan
di Indonesia berada dalam kondisi rusak. pencemaran air sungai, baik sik, kimia, maupun
Beberapa faktor utama yang menjadi biologi. KLHK secara bekesinambungan
penyebabnya antara lain adalah: (1) sebagian melakukan pemantauan kualitas air sungai
jaringan irigasi tidak berfungsi optimal akibat prioritas nasional di 34 provinsi untuk dapat
bencana alam serta belum lengkapnya sistem menggambarkan dan mengevaluasi kondisi air
jaringan irigasi; (2) alih fungsi lahan pertanian sungai Indonesia dan tren pencapaian tujuan
produktif semakin tinggi, mencapai 100-110 ribu pembangunan berkelanjutan di Indonesia. Data
Ha/tahun pada kurun waktu 2006-2013 hasil pemantauan kualitas air sungai kemudian
sedangkan pengembangan lahan rawa sebagai dianalisis untuk memperoleh angka Indeks
alternatif lahan irigasi baru masih terbatas dan Kualitas Air sungai.
penggunaan air irigasi cenderung boros karena Secara umum, indeks kualitas air Indonesia pada
rendahnya esiensi; (3) pembangunan jaringan tahun 2015 menunjukkan secara nasional kualitas
irigasi baru relatif sulit dilakukan, karena air sungai prioritas berada dalam kualitas cukup
keterbatasan ketersediaan lahan dan petani. baik dengan angka IKA sebesar 65,86, yang
kemudian turun menjadi 58,68 pada tahun 2017.
Kualitas air sungai pada tahun 2018 meningkat sebagian besar (70,1%) sungai Indonesia memiliki
dan berada pada kategori baik dengan IKA rata- kualitas baik dan cukup baik (IKA > 70). Akan
rata sebesar 72,77 , tetapi turun menjadi kategori tetapi, pada 2019 kualitas sungai prioritas
kurang baik pada tahun 2019. Pada tahun 2015 – Indonesia mulai menurun, dimana mayoritas
2017, sebanyak 58,82% – 44,12% sungai (76,5%) sungai memiliki kualitas kurang dan
berstatus kualitas cukup baik. Pada tahun 2018, cukup baik (IKA: 50 – 70).
Hasil pemantauan kualitas udara ambien Angka rata – rata nasional menunjukkan
kemudian dinyatakan sebagai Indeks Kualitas kecenderungan peningkatan kualitas udara untuk
Udara (IKU) dengan rentang skala 1 – 100. IKU parameter SO2 dan NO2 seperti terlihat pada
dihitung berdasarkan data konsentrasi rata-rata angka IKU 83,84 pada tahun 2015 naik menjadi
tahunan parameter pencemar udara SO2 dan NO2 87,03 pada tahun 2017 dan 86,56 pada tahun
yang diperoleh dari hasil pengukuran kualitas 2019. Pada tahun 2015 terdapat 21 provinsi
udara ambien kabupaten/ kota. Semakin besar (77%) dengan kualitas udara kategori baik (angka
nilai IKU menunjukkan semakin baik kualitas IKU > 80), meningkat menjadi 30 provinsi di
udara berdasarkan parameter NO2 dan SO2 di tahun 2017 hingga tahun 2019.
daerah tersebut. Parameter NO 2 mewakili Berdasarkan ekoregionnya, untuk tahun 2019,
pencemar udara terutama yang diemisikan dari nilai rata-rata IKU di ekoregion Sumatera adalah
aktivitas transportasi, dan SO 2 mewakili 89,37 (dengan rentang: 86,58 – 92,69), nilai IKU
pencemar udara yang diemisikan dari aktivitas Jawa adalah 78,49 (67,97 – 86,19), IKU Bali –
industri dan kendaraan diesel yang menggunakan Nusa Tenggara 88,48 (87,40 – 89,86), IKU
bahan bakar solar serta bahan bakar yang Kalimantan 90,36 (88,78 – 93,79), IKU Sulawesi -
mengandung sulfur lainnya. Pengukuran kedua Maluku 90,36 (86,88 – 92,98), dan Papua 92,60
parameter udara tersebut dilakukan dengan (92,56 – 92, 64).
menggunakan passive sampler pada lokasi yang
mewakili wilayah industri, pemukiman,
transportasi, dan perkantoran.
Gambar 8.
Kerangka DPSIR Ekoregion Sumatera
Sumber: Hasil Analisis, 2020
Gambar 9.
Kerangka DPSIR Ekoregion Jawa
Sumber: Hasil Analisis, 2020
c. Ekoregion Bali Nusa Tenggara (Nusra) permasalahan pencemaran air. Selengkapnya
Begitu pula pada ekoregion Bali Nusra, isu kerangka DPSIR Ekoregion Bali Nusra adalah
lingkungan hidup prioritas di ekoregion ini adalah sebagai berikut.
alih fungsi lahan (L), pencemaran air (A) dan
persampahan (S). Untuk isu yang berkaitan
dengan air di ekoregion Bali Nusra lebih ke
Gambar 10.
Kerangka DPSIR Ekoregion Bali Nusra
Sumber: Hasil Analisis, 2020
Gambar 13.
Kerangka DPSIR Ekoregion Papua
Sumber: Hasil Analisis, 2020
V. Sampah Plastik di Laut dan Vinyl Chloride (PVC), Polyethylene Terephthalate
Keanekaragaman Hayati (PET), Styrofoam, dll dengan komposisi terbanyak
adalah jenis PP dan HDPE. Banyak dari sampah
Sebuah studi global yang dilakukan oleh Jambeck
kantong plastik tidak sampai ke tempat
dkk. (2017), Indonesia adalah negara terbesar
pembuangan akhir sampah dan hanya sedikit yang
kedua di dunia yang menyumbang timbulan
didaur ulang, sehingga banyak sampah kantong
sampah plastik ke laut. Di dalam PPRI No. 59
plastik tersebut berakhir di saluran air, sungai,
tahun 2017 mengenai pelaksanaan pencapaian
sampai akhirnya ke laut. Studi yang dilakukan oleh
tujuan pembangunan global yang berkelanjutan,
Direktorat Jenderal Pengendalian Pencemaran
persampahan berkaitan dengan sasaran global 6.6
dan Kerusakan Lingkungan (PPKL) KLHK
(penanganan sampah perkotaan) dan 7.3
menunjukkan bahwa jenis sampah yang banyak
mengenai peningkatan pengelolaan sampah
ditemukan di perairan laut di Indonesia berupa
terpadu (3R). Di tahun 2019, dari total jumlah
plastik (42%), kayu (24%), dan karet (13%).
timbulan sampah sebesar 67 juta ton, komposisi
Dampak dari kondisi pencemaran sampah plastik
rata-rata sampah plastik nasional yaitu 17,14%
di laut tersebut salah satunya adalah terhadap
atau sekitar 11,4 juta ton per tahun (SIPSN,
keanekaragaman hayati. Kerangka analisis DPSIR
2018). Jumlah timbulan sampah plastik di
untuk permasalahan sampah plastik dan
Indonesia cenderung meningkat dari tahun 2011
kenakeragaman hayati ini dapat dilihat sebagai
ke tahun 2013 (Adipura, 2013) yaitu dari sebesar
berikut.
429,254 m3 menjadi 507,738 m3. Jenis plastik
yang ditemui di dalam sampah perkotaan antara
lain Light Density Poly Ethylene (LDPE), PP (Poly
Propilene), High Density Poly Ethylene (HDPE), Poly
Tidak dipungkiri bahwa faktor pendorong Papua (Ambon, Tual, dan Biak). Adapun kategori
permasalahan ini adalah pertumbuhan penduduk sampah laut yang dimonitor dikelompokkan
yang kian meningkat. Selain itu, gaya hidup yang menjadi tujuh kategori sampah, yakni plastik dan
erat kaitannya dengan tingkat kesejahteraan karet, logam, kaca, kayu (olahan), kain, lainnya,
terutama di perkotaan akan mempengaruhi serta bahan berbahaya. Pendekatan penelitian
komposisi sampah terutama sampah kemasan sampah laut yang dilakukan dalam naskah
plastik makanan yang diperkirakan akan akademik ini mengadaptasi metode standar dari
meningkat jika tidak diimbangi dengan peraturan NOAA Technical Memorandum NOS-OR & R-46,
yang melarang penggunaan plastik. Kemudian dari khususnya metode shoreline survey methodology
kondisi geogras, dimana Indonesia merupakan dan NOAA Technical Memorandum NOS-OR & R-
negara maritim dengan kawasan laut yang luas, 48.
yang akhirnya sering dijumpai sampah plastik yang Persentase rata-rata sampah plastik yang
tidak tertangani dengan baik. Padahal dengan terpantau selama monitoring adalah
luasnya wilayah laut yang ada, Indonesia memiliki 47,58±11,79% dari total sampah laut yang
potensi kelautan dan perikanan yang sangat besar. terdampar di pantai atau sekitar 3,26±1,30
Selain itu, Indonesia menyimpan potensi plastik/m2 atau 113,57±83,88 gr
pariwisata internasional dan domestik yang sangat plastik/m2/bulan. Dari 18 lokasi pengamatan,
besar dengan alam maritimnya. terdapat lima kawasan pantai dengan sampah
Berdasarkan hal tersebut diketahui bahwa plastik paling banyak, yakni Padang, Makassar,
timbulan sampah plastik meningkat dari 6,7 juta Manado, Bitung, Ambon. Sampah plastik yang
ton di tahun 2013 menjadi 7,4 juta ton di tahun dominan ditemukan pada seluruh wilayah dan
2019. Persentase rata-rata peningkatan timbulan lokasi pengamatan adalah sampah plastik sekali
sampah plastik berbanding lurus dengan pakai, seperti kantong kresek, sedotan, puntung
persentase peningkatan jumlah penduduk dengan rokok dan styrofoam. Rata-rata sampah plastik di
rata-rata agregat di kota dan desa yaitu 1,96% per musim barat mencapai 4,55±2,15 plastik/m2
tahun. dengan berat rerata 115,91±85,01 gr plastik/m2,
Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI), sedangkan pada musim timur, sampah plastik
Pusat Penelitian Oseanogra telah melakukan ditemukan mencapai 2,46±1,20 plastik/m2
studi inisiasi data sampah laut Indonesia untuk dengan berat rerata 90,15±74,30 gr plastik/m2.
melengkapi rencana aksi nasional Penanganan Dengan asumsi tidak ada sampah plastik yang
Sampah Laut Sesuai Peraturan Presiden RI No.83 berasal dari luar Indonesia (termasuk terbawa
Tahun 2018. Dalam studi ini, LIPI bekerjasama arus), dari seluruh sampah plastik yang
dengan berbagai UPT dan universitas serta dikonsumsi kegiatan antropogenik terakumulasi
lembaga swadaya masyarakat. 30% di garis pantai pantai serta garis pantai
Survey pemantauan sampah laut terdampar Indonesia 99,093 km; estimasi sampah yang
dilaksanakan pada enam wilayah (18 lokasi) di dihasilkan oleh kegiatan masyarakat adalah
Indonesia sejak Februari 2018 hingga Maret 2019, 268,740 - 594,558 ton per tahun. Jumlah sampah
yakni wilayah Sumatera (Aceh, Belawan, Bintan, plastik terbesar terpantau di Makasar, Ambon,
Padang), wilayah Jawa (Pulau Pramuka, Pulau Pari, dan Manado secara konsisten pada kedua musim
Semarang), wilayah Kalimantan (Pontianak), dimana lokasi lokasi ini adalah kota besar di
wilayah Nusa Tenggara (Denpasar, Mataram, Indonesia Timur dan Manado yang merupakan
Lombok Utara, Kupang), wilayah Sulawesi lokasi pariwisata bahari yang terkenal.
(Makassar, Manado, Bitung), wilayah Maluku
Selain itu, selama kurun waktu 2017 - 2019, terhadap ekosistem pesisir dan laut, yang
Ditjen PPKL KLHK telah melaksanakan bermanfaat sebagai input dalam upaya
pemantauan sampah laut di 24 lokasi dalam 22 pengendalian pencemaran dan kerusakan pesisir
provinsi se-Indonesia. Adapun pemilihan lokasi dan laut. Sampah laut yang disampling adalah
disesuaikan dengan kriteria yang terdapat dalam sampah laut pantai (beach litter) yang berukuran
Pedoman Pemantauan Sampah Laut Direktorat makro (lebih besar dari 2,5 cm) dan meso (0,5 –
Jenderal PPKL. Seiring dengan apa yang telah 2,5 cm). Berat (gr/m2) dan juga komposisinya
dilakukan oleh LIPI, inventarisasi sampah laut dapat dilihat pada Gambar berikut. Secara umum
dilakukan untuk memperoleh data dasar sampah densitas sampah terbesar adalah di propinsi
laut (marine litter) di pesisir khususnya sampah Sulawesi Selatan dan Sulawesi Tengah diikuti oleh
pantai. Hal ini untuk mengetahui ancaman Jawa Barat dan Aceh.
Gambar 15.
Berat Sampah di Laut dan Komposisi Plastiknya (dalam gram/m2) di Berbagai Lokasi di Indonesia
Sumber: Direktorat PPKPL KLHK, 2019
Indonesia adalah salah satu negara dengan nilai laut Indonesia sudah ditetapkan sebagai biota laut
keanekaragaman hayati (kehati) tertinggi di dunia yang dilindungi sesuai dengan PPRI No 7 tahun
bersama dengan Brasil dan Kolombia yaitu 1999 termasuk diantaranya paus, lumba-lumba,
dengan nilai kehati 18 dan nilai endemisme 22 pesut mahakam, dan dugong yang jumlahnya kian
(KKP, 2017). Indonesia merupakan rumah bagi sedikit dari waktu ke waktu. Perairan laut
11% dari keseluruhan jenis tumbuhan di dunia, Indonesia juga menjadi tempat bagi berbagai jenis
lebih dari 40% jenis moluska, 12% dari penyu seperti penyu sisik, penyu belimbing,
keseluruhan mamalia, 17% dari keseluruhan penyu hijau, penyu lekang, dan penyu tempayang.
burung (peringkat 1 dunia), 24% dari jenis Selain itu ditemukan sebanyak 112 jenis hiu di laut
amphibia, 32% dari seluruh reptilia, dan lebih dari Indonesia. Selain itu, perairan laut Indonesia kaya
45% dari keseluruhan spesies ikan di dunia (KKP, akan berbagai jenis ikan (pisces), molusca dan
2017). coelenterata (bambu laut). Beberapa di antaranya
Perairan Indonesia merupakan tempat hidup dan termasuk jenis yang hampir punah. Terdapat 20
jalur migrasi mamalia laut dunia. Semua mamalia jenis ikan prioritas oleh Kementrian Kelautan dan
Status Lingkungan Hidup Indonesia 2020 xix
Perikanan untuk tahun 2015-2019 yaitu Arwana, pembahasan implikasi kebijakan untuk menangani
Napoleon, Terubuk, ikan Capungan Banggai, isu lingkungan utama tersebut.
Sidat, Pari Gergaji, Pari Manta, Mola Mola, Hiu a. Isu Lingkungan Sampah
Paus, Kuda Laut, Penyu, Dugong, Teripang, dll.
Biota perairan ini menjadi rentan terkena dampak Ÿ Implikasi Kebijakan Persampahan
dari meningkatnya jumlah sampah plastik di laut. Nasional Saat Ini
Keberadaan sampah plastik di laut ini juga dapat Sampah plastik di darat (land base) dan di laut (sea
memberikan dampak cukup serius terhadap base) sudah mendapatkan perhatian yang serius
ekonomi khususnya dari sektor pariwisata dan dari pemerintah melalui rencana aksi nasional
industri perikanan, gangguan lingkungan dan untuk marine debris pollution di Indonesia tahun
kehidupan di bawah laut serta kesehatan manusia. 2017-2025 yang dikawal oleh KLHK. Hal ini
S e b a g a i r e s p o n , Pe m e r i n t a h I n d o n e s i a selaras dengan berbagai kebijakan untuk
menyatakan target penurunan sampah plastik konservasi laut dalam rangka melindungi kehati
sampai dengan 70% pada tahun 2025 yang akan perairan laut di Indonesia yang di lakukan oleh
datang. Sebagai panduan strategis bagi KKP. Kerjasama antar kementerian akan menjadi
kementrian/ lembaga dan acuan bagi masyarakat kunci untuk suksesnya upaya-upaya yang telah
dan pelaku usaha untuk mempercepat dirancang. Pemerintah juga di dalam RPJMN
penanganan sampah plastik hingga tahun 2025, 2020-2024 menargetkan persentase penurunan
ditetapkan Rencana Aksi Nasional (RAN) Sampah sampah yang terbuang ke laut di tahun 2024
Plastik Laut tahun 2018 – 2025. RAN sampah sebesar 60% dari jumlah sampah plastik yang
plastik laut tersebut terdiri dari lima strategi terbuang di tahun 2019.
utama sebagai berikut: (1) gerakan nasional Ÿ Tantangan Permasalahan Persampahan
peningkatan kesadaran seluruh pemangku di Masa yang Akan Datang
kepentingan, (2) pengelolaan sampah plastik dari 1. Peningkatan jumlah sampah yang terkelola se-
sumber (darat), (3) pengelolaan sampah plastik di cara nasional.
pesisir dan laut, (4) mekanisme peningkatan 2. Pemilahan sampah di sumber.
kekuatan kelembagaan, pendanaan, dan 3. Persentase jumlah sampah yang terangkut ke
penegakan hukum, serta (5) penelitian dan TPA.
pengembangan. 4. Besaran peningkatan fasilitas pusat pengolahan
VI. Sintesis Isu Lingkungan Prioritas sampah menjadi bahan baku dan sumber
energi.
Setelah melakukan analisis lingkungan dengan 3 5. Penurunan jumlah sampah yang terproses di
pendekatan utama, yakni overview lingkungan TPA untuk meningkatkan masa layanan.
Indonesia, DPSIR berdasarkan ekoregion dan isu 6. Pengurangan laju timbulan sampah plastik.
lingkungan tematik, maka selanjutnya dilakukan 7. Peningkatan pengelolaan persampahan di kota-
sintesis isu lingkungan nasional dengan cara kota pesisir.
mengidentikasi isu dominan dari 3 analisis b. Isu Lingkungan Sumber Daya Air
lingkungan sebelumnya. Berdasarkan hasil analisis
RPJMN 2020-2024 menginformasikan bahwa
tersebut, didapatkan bahwa isu lingkungan
resiko kelangkaan air dipengaruhi oleh perubahan
sampah, sumber daya air (meliputi kualitas dan
iklim dan luas wilayah kritis air di Indonesia
kuantitas air), serta isu lingkungan lahan
diperkirakan akan meningkat dari 6 persen pada
mendominasi isu lingkungan di berbagai
tahun 2000 menjadi 9,6 persen pada tahun 2045.
ekoregion di Indonesia. Berdasarkan hal tersebut,
maka dalam bagian selanjutnya, dilakukan
Faktor pemicu utama terjadinya tekanan penyedia air baku yang aman dan layak di
terhadap sumber daya air permukaan khususnya Indonesia hingga tahun 2019 hanya mencakup
air sungai dan air tanah adalah faktor demogra 30% dari total kebutuhan air baku nasional.
dan kependudukan yang meliputi: (i) jumlah Kondisi ini mendorong maraknya pemanfaatan
penduduk dan laju pertumbuhan penduduk yang sumber air baku lain yang belum tentu aman dan
tinggi, dan (ii) urbanisasi. Wilayah dengan layak, baik secara kuantitas maupun kualitas.
kepadatan penduduk yang tinggi akan mengalami Secara teknis KLHK memantau kualitas sungai di
degradasi kualitas sungai dan air tanah. Indonesia secara reguler setiap tahun dan
Kebutuhan akan pemukiman, lahan untuk area melaporkannya kepada publik lewat suatu Indeks
komersil, pertanian, pertambangan, peternakan, Kualitas Air (IKA). KLHK (2019) telah melakukan
industri dan pariwisata menggeser lahan non pemantauan air sungai di 34 provinsi, pada 97
budidaya bahkan hingga area hulu sungai yang sungai dan 629 titik pemantauan. Secara
biasa dijadikan sumber air baku air minum. keseluruhan di tahun 2018 IKA ternilai sebesar
Perubahan dan kerusakan hutan diperkirakan 72,77.
akan memicu terjadinya kelangkaan air baku, Ÿ Implikasi Kebijakan
terutama pada pulau-pulau yang memiliki tutupan
hutan sangat rendah seperti Pulau Jawa, Bali dan RPJMN 2020-2024 (PP No. 19 Tahun 2020) telah
Nusa Tenggara. memotret keberhasilan yang telah dicapai hingga
tahun 2019, namun juga mencatat dan
Air sungai merupakan sumber air utama untuk memperhatikan permasalahan terkait isu kualitas
sistem penyediaan air minum (SPAM) skala dan kuantitas air. Beberapa kebijakan yang
perkotaan, namun sangat rawan terhadap dipertimbangkan adalah:
pencemaran. Hal tersebut diperkuat dengan fakta 1. Peningkatan kuantitas/ ketahanan air untuk
dampak nyata dari degradasi kualitas air baku air mendukung pertumbuhan ekonomi.
minum, karena pengelola air minum kota yang 2. Infrastruktur Pelayanan Dasar.
beroperasi di kota besar sebenarnya sudah mulai 3. Pengelolaan Air Tanah, Air Baku Berkelanjutan.
berat untuk mengolah air dengan pengolahan 4. Penyediaan Akses Air Minum dan Sanitasi Layak
konvensional. Hal lain yang menjadi masalah dan Aman.
adalah adanya kerusakan DAS yang diindikasikan 5. Waduk Multiguna dan Modernisasi Irigasi.
dengan besarnya gap antara debit minimum (Q 6. Penyediaan Akses Air Minum dan Sanitasi yang
min) dan debit maksimum (Q max) yang Layak dan Aman di Perkotaan.
menunjukkan menurunnya inltrasi air hujan
kedalam tanah dan base ow pada sungai-sungai. c. Isu Lingkungan Lahan
Selain itu, distribusi potensi ketersediaan air di Isu lingkungan lahan ini tidak lepas dari semakin
Indonesia tidak merata di wilayah Indonesia. pesatnya pertumbuhan penduduk Indonesia,
Di Indonesia, potensi ketersediaan air terbesar yang diiringi dengan meningkatnya kebutuhan
terdapat di Pulau Kalimantan yang mencapai penduduk, khususnya kebutuhan akan tempat
33,6%. Sebaliknya, Pulau Jawa hanya memiliki tinggal. Konsekuensinya, tutupan hutan Indonesia
ketersediaan air sekitar 4,2 persen. Dengan cenderung selalu mengalami pengurangan setiap
demikian, Pulau Jawa menjadi wilayah dengan tahun. Berkurangnya tutupan hutan akan memicu
ketersediaan air paling sedikit di antara pulau- deforestasi luas habitat keanekaragaman hayati,
pulau lainnya, padahal jumlah penduduk Pulau terutama spesies langka.
Jawa mencapai 60% dari total penduduk di Sebagai respons terhadap berbagai permasalahan
Indonesia. Kapasitas layanan infrastruktur terkait lahan, maka diantara kebijakan-kebijakan
Status Lingkungan Hidup Indonesia 2020 xxi
yang perlu dilakukan adalah (RPJMN 2020-2024) : 11. Pemulihan Lahan Berkelanjutan dengan
1. Peningkatan Kualitas Lingkungan Hidup indikator persentase lahan baku sawah yang
dengan indikator tutupan lahan. ditetapkan sebagai Lahan Pertanian Pangan
2. Pencegahan Pencemaran dan Kerusakan Berkelanjutan/ LP2B.
Sumber Daya Alam dan Lingkungan Hidup 12. Rendah Karbon Pesisir dan Laut dengan
dengan indikator luas area dengan nilai indikator luas pemulihan ekosistem mangrove
konservasi tinggi (high conservation value/ dan pantai.
HCV). Sebagai tindak lanjut kebijakan-kebijakan
3. Pencegahan Pencemaran dan Kerusakan tersebut di atas, diantara strategi-strategi yang
Sumber Daya Alam dan Lingkungan Hidup dapat dilakukan adalah:
dengan indikator luas kawasan konservasi
yang dikelola. 1. Strategi untuk Mewujudkan Arah
4. Pencegahan Pencemaran dan Kerusakan Kebijakan Peningkatan Kualitas Lingkungan
Sumber Daya Alam dan Lingkungan Hidup Hidup
dengan indikator persentase penurunan luas Ÿ Pencegahan Pencemaran dan Kerusakan
areal hutan dan lahan yang terbakar setiap Sumber Daya Alam dan Lingkungan Hidup.
tahun. Ÿ Pemulihan Pencemaran dan Kerusakan
5. Pemulihan Pencemaran dan Kerusakan Sumber Daya Alam dan Lingkungan Hidup.
Sumber Daya Alam dan Lingkungan Hidup Ÿ Penguatan Kelembagaan dan Penegakan
dengan indikator jumlah kawasan pesisir dan Hukum di Bidang Sumber Daya Alam dan
pulau-pulau kecil rusak yang dipulihkan. Lingkungan Hidup.
6. Penguatan Kelembagaan dan Penegakan 2. Strategi untuk Mewujudkan Arah
Hukum di Bidang Sumber Daya Alam dan Kebijakan Pembangunan Rendah Karbon
Lingkungan Hidup dengan indikator Ÿ Pembangunan Energi Berkelanjutan.
persentase pemegang izin yang taat terhadap Ÿ Pemulihan Lahan Berkelanjutan.
peraturan terkait pengelolaan lingkungan Ÿ Pengembangan Industri Hijau.
hidup dan kehutanan. Ÿ Rendah Karbon Pesisir dan Laut.
7. Persentase pemegang izin yang taat terhadap
peraturan terkait pengelolaan lingkungan
hidup dan kehutanan (persen) dengan
indikator jumlah kasus pidana dan perdata
lingkungan hidup dan kehutanan yang
ditangani.
8. Jumlah kasus pidana dan perdata lingkungan
hidup dan kehutanan yang ditangani (kasus)
dengan indikator jumlah luas hutan yang
diamankan dari gangguan dan ancaman.
9. Pemulihan Lahan Berkelanjutan dengan
indikator luas lahan gambut terdegradasi yang
dipulihkan dan difasilitasi restorasi gambut.
10. Pemulihan Lahan Berkelanjutan dengan
indikator luas tutupan hutan dan lahan yang
ditingkatkan secara nasional.
DAFTAR ISI
RINGKASAN EKSEKUTIF ii
DAFTAR ISI xxii
DAFTAR TABEL xxviii
DAFTAR GAMBAR xxxii
KATA PENGANTAR xxxviii
BAB I PENDAHULUAN I
I.1 Latar Belakang 3
I.2 Metodologi Penyusunan Status Lingkungan Hidup Indonesia 2020 3
1.2.1 Studi Literatur 4
1.2.2 Pengumpulan Data 4
1.2.3 Analisis Lingkungan Indonesia 4
1.2.4 Sintesis Isu Lingkungan Prioritas dan Implikasi Kebijakan 4
I.3 DPSIR dan Isu Lingkungan Ekoregion 5
1.4 Daftar Pustaka 6
BAB II OVERVIEW KONDISI LINGKUNGAN HIDUP INDONESIA 7
2.1 Tata Guna Lahan 9
2.1.1 Tata Guna Lahan /Luas tutupan hutan 9
2.1.2 Deforestasi 14
2.1.3 Indeks Kualitas Tutupan Lahan 17
2.2 Sumber Daya dan Pencemaran Air 21
2.2.1 Kuantitas Air 21
2.2.2 Kualitas Air 23
2.3 Kualitas Udara 26
2.4 Daftar Pustaka 28
BAB III STATUS LINGKUNGAN HIDUP EKOREGION SUMATERA 29
3.1 Prol Ekoregion Sumatera 31
3.2 Isu Lingkungan Hidup di Wilayah Ekoregion Sumatera 32
3.3 Analisis DPSIR dari Isu Lingkungan Hidup Prioritas di Wilayah Ekoregion Sumatera 32
3.3.1 Driving Force 33
3.3.1.1 Pertumbuhan Penduduk 33
3.3.1.2 Peningkatan Kebutuhan Energi 34
3.3.1.3 Pertumbuhan Ekonomi dan Pembangunan Infrastruktur 34
3.3.1.6 Peningkatan Sosial Ekonomi Masyarakat 35
3.3.2 Pressure 35
3.3.2.1 Pemanfaatan Lahan Hutan untuk Pertambangan dan Perkebunan 35
3.3.2.2 Tingginya Penduduk Miskin 37
3.3.2.3 Curah Hujan 38
3.3.2.4 Peningkatan Aktivitas Transportasi 39
3.3.2.5 Aktivitas Pariwisata 39
3.3.3 State 40
3.3.3.1 Luas Kawasan Lindung 40
3.3.3.2 Luas Penggunaan Lahan Utama 41
3.3.3.3 Luas Kebakaran Hutan dan Lahan 42
3.3.3.4 IKTL 43
Status Lingkungan Hidup Indonesia 2020 xxiii
Gambar 9.6 Peningkatan Timbulan Sampah Plastik Nasional Selama Kurun Waktu
2013-2019 191
Gambar 9.7 Rata-Rata Sebaran Berat Sampah Plastik Terdampar pada Lokasi Kajian
pada Musim Angin Muson Barat (Bulan Oktober - Maret) dan Angin Muson
Timur (Bulan April – Oktober) 192
Gambar 9.8 Berat Sampah di Laut dan Komposisi Plastiknya (dalam gram/m2) di
Berbagai Lokasi di Indonesia 193
Gambar 9.9 Sebaran Penyu dan Hiu di Perairan Laut Indonesia 194
Gambar 9.10 Sebaran Wisata Bahari di Indonesia 195
Gambar 9.11 Pencemaran Lingkungan Sampah Plastik di Kawasan Wisata Bahari 196
Gambar 9.12 Dokumentasi Ikan Pari Manta Penuh dengan Sampah Plastik di Lepas
Pantai Nusa Lembangan, Bali 196
Gambar 9.13 Infogras “Sampah Plastik yang Ditemukan dalam Perut Paus Mati di
Wakatobi” Tahun 2018 197
Gambar 9.14 Bahaya Sampah Plastik terhadap Keselamatan Fauna Laut 197
Gambar 9.15 Gangguan Sampah Plastik terhadap Terumbu Karang dan Mangrove 198
Gambar 9.16 Bahaya Sampah Plastik Bagi Burung Laut 199
Gambar 9.17 Kegiatan Pengambilan Sampah di Wilayah Pantai 200
Gambar 9.18 Edukasi Publik Mengenai Sampah Plastik Laut dan Kelestarian
Keanekaragaman Hayati di Laut 202
Gambar 10.1 Sintesis Isu Lingkungan Nasional 207
Gambar 10.2 IKA Tahun 2018 211
KATA PENGANTAR
P
otret kondisi lingkungan hidup di hak asasi dan hak konstitusional bagi setiap warga
Indonesia perlu dituangkan dalam negara Indonesia.
publikasi yang bisa di baca oleh berbagai Untuk mencapai tujuan tersebut, buku ini disusun
kalangan, termasuk diantaranya akademisi, dalam beberapa bagian. Bagian I merupakan
pelaku industri, politikus, pemerintah, dan pendahuluan yang menjelaskan latar belakang,
masyarakat luas dari berbagai kalangan. Buku ini tujuan dan sistematika penulisan buku. Bagian II
ingin menjawab kebutuhan tersebut. adalah ikhtisar isu lingkungan hidup di Indonesia
Potret lingkungan hidup yang disampaikan dalam berisi selayang pandang (overview) substansi buku
buku ini meliputi berbagai isu lingkungan yang yang membahas gambaran tentang isu lingkungan
terjadi di Indonesia, dan respon berbagai elemen per region di Indonesia dan penentuan isu
bangsa dalam memberikan kontribusi terhadap lingkungan prioritas yang diangkat pada buku ini.
isu lingkungan tersebut. Buku ini diharapkan Selanjutnya dalam bagian III, IV, V, VI, VII dan VIII
dapat merangsang elemen – elemen bangsa yang dibahas isu lingkungan dalam Kerangka Driver,
lebih luas untuk memberikan kontribusi lebih Pressure, State, Impact, and Response (DPSIR)
lanjut terhadap perbaikan lingkungan. Harapan yang meliputi matra air, udara dan lahan dari
lain, buku yang dinamakan Status Lingkungan masing-masing enam ekoregion diantaranya
Hidup Indonesia (SLHI) ini juga dapat menjadi Sumatera, Jawa, Bali Nusra, Kalimantan, Sulawesi
salah satu dasar dalam pengambilan keputusan dan Maluku serta Papua dan Papua Barat. Isu
terkait dengan pengelolaan sumber daya alam dan terkait manajemen lingkungan yaitu sampah
lingkungan dalam rangka menyongsong plastik di laut dan keanekaragaman hayati di bahas
pembangunan yang berkelanjutan. juga dalam kerangka DPSIR pada Bagian IX. Buku
Buku ini juga sangat sejalan dengan prinsip ini ditutup dengan bab terkait langkah-langkah
pembangunan berkelanjutan yang tertuang dalam penanganan lingkungan pada masa mendatang,
Sustainable Development Goals (SDGs). SDGs yang yang secara singkat dituangkan pada bab implikasi
telah diatur dalam Peraturan Presiden Nomor. 59 kebijakan.
Tahun 2017 tentang Pelaksanaan Pencapaian
Tujuan Pembangunan Berkelanjutan, menuntut
adanya keterbukaan informasi lingkungan sebagai
langkah awal peran serta masyarakat. Lebih Jakarta, November 2020
lanjut, komitmen Pemerintah Indonesia dalam MENTERI LINGKUNGAN HIDUP DAN
keterbukaan informasi termuat dalam Pasal 62 KEHUTANAN REPUBLIK INDONESIA
Undang – Undang (UU) Nomor 32 Tahun 2009
t e n t a n g Pe r l i n d u n g a n d a n Pe n g e l o l a a n
Lingkungan yang menyatakan bahwa “Pemerintah
dan pemerintah daerah mengembangkan sistem
informasi lingkungan hidup untuk mendukung
pelaksanaan dan pengembangan kebijakan
perlindungan dan pengelolaan lingkungan hidup”.
Dalam pasal yang sama, dinyatakan bahwa
dokumen sistem lingkungan hidup tersebut harus
dipublikasikan dan dapat diakses oleh masyarakat
luas. Hal itu mengingat pada hakikatnya Siti Nurbaya
lingkungan hidup yang baik dan sehat merupakan
Status Lingkungan Hidup Indonesia 2020 xxxix
ý
BAB 1
PENDAHULUAN
1985
WCED
World Commissions
on Environment and Development
metode
DPSIR
EKOREGION
Status Lingkungan Hidup Indonesia 2020 2
STUDI
LITERATUR
Dalam proses pengambilan data, validasi
dilakukan melalui Pusat Data dan Informasi
Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan
PENGUMPULAN
DATA Indonesia (Pusdatin KLHK). Semua data yang
digunakan dalam pembahasan buku SLHI telah
melalui validasi Pusdatin KLHK.
ANALISIS
LINGKUNGAN
1.2.3 Analisis Lingkungan Indonesia
INDONESIA
Setelah pengumpulan data, langkah berikutnya
adalah melakukan analisis lingkungan Indonesia,
OVERVIEW DPSIR ISU
yang dibagi menjadi 3 bagian utama, yakni
LINGKUNGAN BERDASARKAN
INDONESIA EKOREGION
LINGKUNGAN
TEMATIK
overview lingkungan Indonesia, DPSIR
berdasarkan ekoregion dan isu lingkungan
tematik. Overview lingkungan Indonesia dilakukan
SINTESIS ISU
IMPLIKASI
dengan memberikan informasi lingkungan
LINGKUNGAN
PRIORITAS
KEBIJAKAN Indonesia berdasarkan 3 matra utama, yakni air,
udara, dan lahan. Selanjutnya, analisis lingkungan
Indonesia dilakukan juga dengan menggunakan
Gambar 1.1 Metodologi Penyusunan SLHI 2020
Sumber: SLHI, 2019 kerangka DPSIR untuk 6 (enam) ekoregion yang
ada di Indonesia yakni Ekoregion Sumatera, Jawa,
1.2.1 Studi Literatur
Kalimantan, Bali & Nusa Tenggara, Sulawesi &
Penyusunan Buku SLHI 2020 dimulai dengan studi Maluku, serta Papua. Analisis lingkungan
literatur dari berbagai dokumen diantaranya: Indonesia terakhir dilakukan dengan membahas
Undang Undang No. 32 tahun 2009 tentang isu tematik yang diangkat tahun ini, yakni sampah
Perlindungan dan Pengelolaan Lingkungan Hidup; plastik dan kaitannya dengan keanekaragaman
Status Lingkungan Hidup Indonesia tahun-tahun hayati laut dan pesisir. Untuk isu tematik,
sebelumnya; situs Badan Pusat Statistik; produk- pembahasan juga dilakukan menggunakan
produk publikasi dari Badan Pusat Statistik, kerangka DPSIR.
seperti Statistik Daerah setiap provinsi, Provinsi
Dalam Angka, dan lainnya; serta teori-teori 1.2.4 Sintesis Isu Lingkungan Prioritas
pendukung lainnya dari berbagai literatur yang dan Implikasi Kebijakan
diperoleh, yang diutamakan berasal dari Setelah menganalisis kondisi lingkungan Indonesia
Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan dengan 3 (tiga) pendekatan utama, maka langkah
Indonesia. Berbagai sumber literatur ini menjadi selanjutnya adalah melakukan sintesis isu
dasar dalam pembahasan bagian-bagian dalam lingkungan prioritas. Hal ini dilakukan dengan cara
buku SLHI 2020. menganalisis isu dominan dari masing-masing
1.2.2 Pengumpulan Data ekoregion dan isu tematik nasional, yang
dikaitkan dengan tiga matra lingkungan utama.
Langkah selanjutnya dalam penyusunan SLHI Sintesis isu lingkungan prioritas ini menjadi dasar
2020, setelah studi literatur, adalah pengumpulan penetapan kebijakan-kebijakan nasional, yang
data dari berbagai sumber. Terkait dengan jenis pada kemudian diacu dan disesuaikan dengan
data, dalam penyusunan SLHI 2020 ini data yang kondisi lingkungan masing-masing provinsi.
dikumpulkan adalah data sekunder, mengingat
tidak dimungkinkannya pengambilan data primer.
1.3 DPSIR dan Isu Lingkungan Skema analisis DPSIR dijelaskan pada Gambar
Ekoregion 1.2. Driving forces atau disebut pemicu adalah hal-
hal yang berhubungan dengan penyebab terkait
Kerangka Driving, Pressure, State, Impact, dan
dengan adanya kebutuhan manusia, seperti
Response atau dikenal sebagai metode DPSIR
kondisi ekonomi dan faktor sosial (USEPA, 2015).
adalah sebuah metode universal yang diadopsi
Pressures atau penekan adalah aktivitas manusia
dari United Nations Environment Program. Model
yang menekan komponen lingkungan yang
DPSIR (Driving Forces, Pressure, State, Impact, dan
terbagi ke dalam dua kelompok besar, yaitu
Response) atau Faktor Pendorong-Tekanan-
penekan lingkungan dan perilaku manusia
Status-Dampak-Respon adalah pengembangan
(Kristensen, 2004). Contoh unsur penekan ini
dari model Pressure, State, dan Response (PSR)
seperti masuknya polutan ke matra air, tanah, dan
(OECD, 1994), dan merupakan kerangka analisis
udara. States adalah kondisi lingkungan, dalam hal
yang banyak dipakai untuk mengevaluasi kondisi
ini kondisi kualitas dan kuantitas perairan, kondisi
lingkungan dan dikembangkan lebih lanjut oleh
lingkungan udara, kondisi lahan, serta kondisi
lembaga lingkungan Uni Eropa (EEA, 1999).
pengelolaan sampah di Indonesia. Impacts adalah
Permasalahan lingkungan yang kompleks
akses dari perubahan kondisi/ keadaan/ sistem
memerlukan kerangka pendekatan yang mampu
lingkungan, terutama turunnya daya dukung
menggambarkan dan mengkomunikasikan
lingkungan. Impacts tersebut terkait dengan
permasalahan lingkungan secara komprehensif
kesejahteraan penduduk dan kesehatan
dan kerangka DPSIR mampu menjawab
masyarakat (Kristensen, 2004). Responses adalah
permasalahan tersebut (USEPA, 2015). Metode
tanggapan dari pembuat kebijakan ataupun
DPSIR menggambarkan hubungan sebab akibat
masyarakat terhadap dampak dan kondisi
antara berbagai komponen dalam pembangunan
lingkungan masyarakat (Kristensen, 2004).
berkelanjutan, yaitu ekonomi, lingkungan, dan
Responses yang akan dibahas pada laporan ini
sosial (USEPA, 2015). Oleh karena itu, metode ini
adalah kebijakan, program dalam skala nasional
relevan untuk membahas hubungan sebab akibat
dan daerah, serta response yang terkait dengan
terkait dengan isu lingkungan di Indonesia.
kearifan lokal.
Dengan demikian, pengambil kebijakan dapat
mengikuti informasi terkait dengan permasalahan
lingkungan yang kompleks melalui hubungan
sebab-akibat dan menyelesaikan permasalahan
lingkungan secara sistematis.
alih fungsi
lahan
kualitas &
kuantitas air
peningkatan
timbulan
sampah
Status Lingkungan Hidup Indonesia 2020 30
pengurangan konik
keanekaragaman satwa &
hayati manusia
3.1 Prol Ekoregion Sumatera dengan Selat Malaka. Sedangkan batas daratan
pulau Sumatera, sebelah utara berbatasan dengan
Ekoregion Sumatera ini terdiri dari 10 (sepuluh)
negara Malaysia.
provinsi, yaitu Aceh, Sumatera Utara, Sumatera
Barat, Riau, Kep. Riau, Jambi, Sumatera Selatan, Dalam ekoregion Sumatera ini, Provinsi Sumatera
Kep. Bangka Belitung, Bengkulu, dan Lampung. Selatan merupakan wilayah terluas sebesar
Pulau Sumatera merupakan pulau terbesar kedua 91.592,43 km2 atau 19,05% dari keseluruhan.
di Indonesia setelah Kalimantan. Pulau Sumatera Sedangkan wilayah terkecil adalah Kepulauan
memiliki luas sebesar 480.793,28 km2. Secara Riau dengan luas sebesar 8.201,72 km2 atau
astronomis letak pulau Sumatera berada pada 0o 1,71%. Jumlah pulau yang berada di ekoregion ini
LU dan 102o BT. Apabila dilihat secara geogras, berjumlah total sebanyak 5.277 pulau.
batas laut pulau Sumatera, sebelah utara Perbandingan luas provinsi yang ada di Ekoregion
berbatasan dengan Teluk Benggala, Laut Sumatera dapat dilihat pada Tabel 3.1 dan
Andaman; sebelah selatan berbatasan dengan Gambar 3.2.
Selat Sunda; sebelah Barat berbatasan dengan
Samudra Hindia; sebelah timur berbatasan
2
P r o v in si L u a s(k m ) % J u m la h
P u la u
A ceh 5 7 .9 5 6 ,0 0 1 2 ,0 5 663
S u m ate ra
U ta ra 7 2 .9 8 1 ,2 3 1 5 ,1 8 419
S u m ate ra
B a rat 4 2 .0 1 2 ,8 9 8 ,7 4 391
R iau 8 7 .0 2 3 ,6 6 1 8 ,1 0 139
K ep . R iau 8 .2 0 1 ,7 2 1 ,7 1 2 .4 0 8
Ja m b i 5 0 .0 5 8 ,1 6 1 0 ,4 1 19
S u m ate ra
S e latan 9 1 .5 9 2 ,4 3 1 9,0 5 53
K ep . B a n g k a
B e litu n g 1 6 .4 2 4 ,0 6 3 ,4 2 950
B en g k u lu 1 9 .9 1 9 ,3 3 4 ,1 4 47
L am pung 3 4 .6 2 3 ,8 0 7 ,2 0 188
S u m a ter a 4 8 0 .7 9 3 ,2 8 1 0 0 ,0 0 5 .2 7 7
Gambar 3.1 Peta Ekoregion Sumatera Tabel 3.1 Luas Ekoregion Sumatera
Sumber: Diva-gis, 2020 Sumber: SLHI, 2019
3.2 Isu Lingkungan Hidup di Wilayah 3.3 Analisis DPSIR dari Isu Lingkungan
Ekoregion Sumatera Hidup Prioritas di Wilayah Ekoregion
Berdasarkan hasil analisis, isu lingkungan hidup Sumatera
prioritas di wilayah ekoregion Sumatera adalah Gambar 3.4 menampilkan kerangka DPSIR
alih fungsi lahan, persampahan dan limbah, serta berdasarkan 3 (tiga) isu lingkungan hidup prioritas
kualitas dan kuantitas sumber daya air. di Ekoregion Sumatera seperti yang telah
disebutkan sebelumnya.
Ÿ Pertumbuhan
Penduduk (L, S, A) atan
Ÿ Peningkatan Kebutuhan em anfa an n
Ÿ P an Hut anga
Energi (L) Lah amb
rt )
k Pe an (L
Ÿ Pertumbuhan Ekonomi dan untu erkebun uduk
P d
Pembangunan Infrastruktur (L) dan inya Pen
Gambar 3.4 Ÿ Peningkatan Sosial Ekonomi ingg A)
Ÿ T kin (S, (A)
Kerangka DPSIR Masyarakat (A) Mis
h H ujan ktivitas
C ur a a nA
a t
gk si (A)
Isu Alih Fungsi Lahan Ÿ
enin
Ÿ P nsporta iwisata
(A)
Ekoregion Sumatera Tra itas Par
Ÿ Aktiv
Sumber: Hasil Analisis, 2020
Ÿ Reh
(R abilit
Ÿ R ebois asi dan
Response
ek asi) (L Pen
P lam
Ÿ P enambasi Laha
en an
)
nB
ghija
uan Monitoring
Alamundaan gan (L) ekas
(L
Ÿ P )
Prime Izin Ba
r r u
L : Lahan
d an L di Hu
Ÿ B enyusu ahan tan S : Sampah dan Limbah
an na Gam
P k Sa n RP
Ÿ P engura mpah, PLH da
but A : Air
G
Ÿ P enghar ngan Sa eraka n KLH (L) L)
engo gaan mpa n S (L)
L) ma n (
E la
an
L in h P
Ÿ P nergi d han Sam gkung lastik (S
an n g ( Uta Laha
ro p
(S gram KoGentingah menja(S)
)
du an n
Ÿ P , A)
ROP ta Ta (S)
npa
di Lin Lah n da
ER (A
)
Kum
uh a san aan uta
w n H )
Ka ggu aran ,A
as en
Lu as P ebak L) i (S
i t i s ( itas
Ÿ Lu
s K L) n Kr s Sa (S) n (A) n
Ÿ Lua
L ( ha ita ah kaa
K
Ÿ Ÿ IKT La asil mp u
Ÿ s F
Ÿ K eru Ÿ Lua lah n Sa Perm
Ÿ Ke eru sak Ÿ Jum bula Air (A)
Ÿ Be seh saka an D Ÿ Tim lita kans
K nc a n A
Pe on ana tan Lah S ( Ÿ Kua rna
Ÿ Ha ngu ik S (L, (L, S an L, A Ÿ Pet
e
Ÿ Pe a ra atw S, , A Ga )
y
Ÿ Ba nc ti ( nga a A) ) mb Ÿ
Ÿ Efe njir ema L) n K den ut
(L)
P k / ra ea ga
Airenur GasGen n Li ne n M
k
Mi una Ru anga ngk ara an
ga usia
nu n A ma n un ma d
m k h (S, ga
(A ses Ka A) n ( n an
) ca S,
(S) A)
3.3.1 Driving Force terkait isu alih fungsi lahan. Berdasarkan Badan
Pusat Statistika, data terkait kependudukan
3.3.1.1 Pertumbuhan Penduduk Ekoregion Sumatera berdasarkan provinsi Tahun
Pertumbuhan penduduk merupakan faktor 2016-2019 dapat dilihat pada Gambar 3.5.
pemicu adanya perubahan lahan atau
pertambahan kebutuhan lahan di ekoregion Pertumbuhan penduduk menjadi sebab
Sumatera. Seiring dengan jumlah penduduk yang utama peningkatan perumahan, yang pada
terus-menerus meningkat, pertumbuhan akhirnya berdampak besar pada alih fungsi
perumahan/ pemukiman penduduk juga akan lahan, kualitas dan kuantitas air, serta
meningkat yang akan menjadi faktor pendorong peningkatan timbulan sampah.
Selain pertumbuhan penduduk, representasi Gambar 3.6, provinsi Lampung dan Riau menjadi
driving force dapat juga dilihat dari tingkat provinsi dengan kepadatan penduduk lebih tinggi
kepadatan penduduk. Gambar 3.6 menunjukkan dibandingkan provinsi lain di Ekoregion
trend kepadatan penduduk setiap provinsi dari Sumatera.
tahun 2016 sampai tahun 2019. Berdasarkan
Gambar 3.7 Kepadatan Penduduk Berdasarkan Provinsi di Ekoregion Sumatera Tahun 2019
Sumber: BPS, 2020
Gambar 3.10 Laju Pertumbuhan Produk Domestik Regional Bruto Per Kapita
Atas Dasar Harga Konstan 2010 Untuk Tahun 2015-2019
Sumber: BPS, 2020a
Sebagai provinsi dengan wilayah terbesar di daerah aliran sungai karena pihak industri
ekoregion Sumatera, Sumatera Selatan memiliki memiliki akses yang mudah untuk mendapatkan
persentase PDRB per kapita atas dasar harga air dan membuang limbah hasil produksinya ke
konstan tertinggi pada tahun 2019 sebesar sungai. Hal ini berpotensi menyebabkan turunnya
4,46%. Sementara persentase terendah, yaitu kualitas air.
provinsi Riau sebesar 0,53%. Pertumbuhan
3.3.2 Pressure
ekonomi di ekoregion Sumatera ini umumnya
dihasilkan oleh industri pertanian, perkebunan 3.3.2.1 Pemanfaatan Lahan Hutan
dan kehutanan. untuk Pertambangan dan Perkebunan
3.3.1.4 Peningkatan Sosial Ekonomi Seperti yang telah dijelaskan sebelumnya pada
Masyarakat poin-poin di driving force, tekanan yang akan
timbul adalah alih fungsi lahan. Semakin tingginya
Peningkatan sosial ekonomi masyarakat sangat
pertumbuhan penduduk dan pertumbuhan
erat kaitannya dengan pertumbuhan penduduk.
ekonomi akan meningkatkan kebutuhan
Pertumbuhan penduduk yang tinggi
penduduk yang beriringan dengan perluasan
menyebabkan kebutuhan dan aktivitas
lahan untuk menunjang aktivitas-aktivitasnya.
masyarakat tinggi, sehingga untuk memenuhi hal
Contoh aktivitas yang berkaitan adalah
tersebut diperlukan pengembangan sektor
pertambangan dan perkebunan. Perluasan areal
industri, fasilitas sosial, dan fasilitas umum lainnya
tambang dan perkebunan yang tak terkendali
yang sangat mempengaruhi isu lingkungan air,
merambah kawasan hutan, bahkan kawasan yang
sampah mapun alih fungsi lahan.
dilindungi. Perkembangan izin pinjam pakai
Secara umum, peningkatan sosial ekonomi kawasan hutan untuk survey/ eksplorasi dan
ekoregion Sumatera dipengaruhi secara signikan operasi produksi dapat dilihat pada Gambar
oleh sektor perkebunan dan industri (tambang). 3.11 dan Gambar 3.12.
Kegiatan industri seringkali dijumpai di sekitar
Status Lingkungan Hidup Indonesia 2020 36
Tambang
Non Tambang
Gambar 3.11 Perkembangan Izin Pinjam Pakai Kawasan Hutan untuk Survey/Eksplorasi
Sumber: Direktorat Rencana, Penggunaan, dan Pembentukan Wilayah Pengelolaan Hutan, 2019
Tambang
Non Tambang
Gambar 3.12 Perkembangan Izin Pinjam Pakai Kawasan Hutan untuk Operasi Produksi
Sumber: Direktorat Rencana, Penggunaan, dan Pembentukan Wilayah Pengelolaan Hutan, 2019
3.3.2.2 Tingginya Penduduk Miskin pewadahan yang memadai atau tidak memiliki
Tingkat ekonomi penduduk suatu kota menajdi kemampuan dalam membayar retribusi sampah
salah satu faktor meningkatnya dampak terhadap untuk sistem pengumpulan ataupun
lingkungan. Terkait dengan persampahan pengangkutan. Gambar 3.13 dan Gambar 3.15
misalnya, masyarakat dengan tingkat ekonomi berikut menunjukkan kondisi penduduk miskin
rendah umumnya tidak memiliki sistem dan akses hunian layak di Ekoregion Sumatera.
Kep. Riau
Sumatera
Selatan 2.504.322,00 739.399,00 3.054.783,00 2.604.793,00 1.527.492,00 844.041,92
Kep. Bangka
Belitung 109.527,70 1.761,10 881.984,49 234.000,10 211.143,83 5.697,30
Tabel 3.4 Penggunaan Lahan Utama di Ekoregion Sumatera Berdasarkan Provinsi Tahun 2019
Sumber: DIKPLHD Provinsi, 2020
Gambar 3.21 Penggunaan Lahan Utama di Ekoregion Sumatera Berdasarkan Provinsi Tahun 2019
Sumber: DIKPLHD, 2020
Status Lingkungan Hidup Indonesia 2020 42
dijumpai masyarakat yang buang air besar 2015 2016 2017 2018 2019
Aceh 54,68 62,68 63,38 67,09 73,16
sembarangan/ di sungai. Sumatera Utara 67,89 72,86 73,00 74,60 79,59
Sumatera Barat 45,02 53,24 52,77 56,85 63,98
Permasalahan sanitasi ini merupakan masalah Riau 51,30 71,36 70,04 71,48 80,04
yang cukup serius, karena akan berdampak Jambi 58,21 65,65 64,20 63,99 75,60
negatif pada kesehatan dan kesejahteraan Sumatera Selatan 61,30 65,05 66,36 68,60 74,67
Bengkulu 39,22 49,75 42,71 44,31 75,91
masyarakat di ekoregion Sumatera. Persentase Lampung 44,83 58,58 52,89 52,48 79,22
rumah tangga yang memiliki akses sanitasi layak di Kepulauan Bangka Belitung 80,80 83,16 83,56 85,64 90,32
Kepulauan Riau 71,97 79,55 86,33 85,07 89,13
ekoregion Sumatera dapat dilihat pada Tabel 3.7,
serta data distribusi persentase rumah tangga dan Tabel 3.7 Persentase Rumah Tangga yang
fasilitas tempat BAB di Ekoregion Sumatera dapat Memiliki Akses Sanitasi Layak Ekoregion Sumatera
Sumber: BPS,2020f
dilihat pada Tabel 3.8. Untuk potensi
Provinsi Distribusi Persentase Rumah Tangga dan Fasilitas Tempat Buang Air Besar
Sendiri Bersama MCK Tidak Menggunakan Tidak Jumlah
Umum Ada
2018
Aceh 72,72 4,37 3,79 0,28 18,84 100,00
Sumatera Utara 84,66 3,93 2,13 0,07 9,21 100,00
Sumatera Barat 71,79 6,91 3,51 0,30 17,49 100,00
Riau 89,90 3,53 0,77 0,10 5,70 100,00
Jambi 81,09 4,65 1,46 0,02 12,78 100,00
Sumatera 78,24 8,01 3,88 0,07 9,80 100,00
Selatan
Bengkulu 80,33 5,17 1,56 0,11 12,83 100,00
Lampung 86,24 7,26 0,70 0,07 5,73 100,00
Kepulauan 88,08 2,80 1,56 0,13 7,43 100,00
Bangka Belitung
Kepulauan Riau 89,75 8,17 0,89 0,01 1,19 100,00
2019
Aceh 75,05 4,99 3,86 0,34 15,75 100,00
Sumatera Utara 86,75 3,40 1,79 0,09 7,98 100,00
Sumatera Barat 74,99 6,87 4,06 0,32 13,77 100,00
Riau 90,05 3,88 0,90 0,05 5,12 100,00
Jambi 83,98 3,71 1,11 0,07 11,13 100,00
Sumatera 80,32 6,86 2,77 0,17 9,88 100,00
Selatan
Bengkulu 84,18 4,00 0,87 0,15 10,80 100,00
Lampung 88,65 6,44 0,37 0,06 4,48 100,00
Kepulauan 88,84 3,38 1,55 0,08 6,15 100,00
Bangka Belitung
Kepulauan Riau 91,28 7,04 0,17 0,03 1,48 100,00
Tabel 3.8
Distribusi Persentase Rumah Tangga dan Fasilitas Tempat BAB Ekoregion Sumatera Tahun 2018-2019
Sumber: BPS,2020g
Status Lingkungan Hidup Indonesia 2020 46
Gambar 3.26 Peta Potensi Pencemar BOD (kg/hari) Ekoregion Sumatera Tahun 2019
Sumber: Hasil Perhitungan, 2020
3.3.3.8 Kualitas Air Permukaan Provinsi 2015 2016 2017 2018 2019
Parameter FE (gr/ekor/hari)
Sapi Kuda Babi Kerbau Kambing Domba
BOD 640,0 220,0 200,0 640,0 220,0 220,0
COD 1640,0 540,0 480,0 1640,0 540,0 540,0
T-N 2,6 3,8 3,8 2,6 0,3 0,3
T-P 0,2 0,3 0,3 0,4 0,3 0,1
Tabel 3.11 Beban Emisi Hewan Ternak Berdasarkan Provinsi di Ekoregion Sumatera Tahun 2019
Sumber: Statistika Peternakan dan Kesehatan Hewan, 2019; Hasil Perhitungan, 2020
Gambar 3.30 Jumlah Ternak dan Beban Emisi Hewan Ternak di Ekoregion Sumatera Tahun 2019
Sumber: Statistika Peternakan dan Kesehatan Hewan, 2019; Hasil Perhitungan, 2020
musim kemarau jumlah air sungai akan sangat banyak. Perubahan penggunaan lahan atau
sedikit atau bahkan kering. Hal ini terjadi karena penerapan agroteknologi yang tidak cocok pun
penebangan hutan secara sembarangan di bagian dapat mempengaruhi kualitas dan kuantitas air
hulu suatu DAS dapat mengganggu distribusi yang mengalir ke bagian hilir. Kerusakan DAS
aliran sungai di bagian hilir. Disamping itu kualitas berdasarkan ekoregion dapat dilihat pada
air sungai pun menurun, karena sedimen yang Tabel 3.12.
terangkut akibat meningkatnya erosi cukup
3.3.4.2 Kerusakan Lahan Gambut pertanian lahan kering campur semak serta lahan
terbangun. Diantara konversi lahan tersebut,
Lahan gambut sangatlah penting artinya, karena
kontributor terbesar terhadap kerusakan lahan
merupakan sistem penyangga kehidupan yang
gambut adalah terkait aktivitas perkebunan dan
berfungsi sebagai sumber air, sumber pangan,
pertambangan. Selain itu, kerusakan lahan
menjaga kekayaan keanekaragaman hayati, dan
gambut disebabkan akibat aktivitas budidaya yang
berfungsi sebagai pengendali iklim global.
dilakukan di lahan tersebut. Aktivitas budaya yang
Disamping itu juga lahan gambut berperan di
dilakukan pada lahan gambut mengakibatkan
dalam menjaga dan memelihara keseimbangan
terjadinya gangguan hidrologis yang terkandung
lingkungan. Secara hidrologi, ekosistem lahan
pada gambut. Agar budidaya dapat dilakukan,
gambut sangat penting dalam sistem kawasan hilir
kadar air yang tinggi pada lahan gambut biasanya
suatu Daerah Aliran Sungai karena
dikeringkan terlebih dahulu melalui sistem parit
kemampuannya menyerap air sampai dengan 13
pembuangan atau sejenisnya. Sifat hidrologis dari
(tiga belas) kali bobotnya.
gambut adalah tidak berbalik, artinya jika lahan
Namun gambut juga merupakan bentuk lahan gambut sudah terlanjur kering, maka gambut
organik yang memiliki kerentanan yang tinggi tidak lagi memiliki kemampuan dalam menyerap
terhadap bahaya kebakaran hutan. Penyebab air. Hal ini berdampak terjadinya kekeringan pada
kerusakan yaitu terkait konversi lahan gambut lahan gambut.
menjadi lahan perkebunan, pertambangan,
3.3.4.3 Kesehatan diindikasikan telah tercemar. Di sisi lain, potensi
radiasi yang bersumber dari mineral ikutan
Aktivitas manusia yang menimbulkan tekanan
sebagai produk samping penambangan timah
dalam tata guna lahan turut membawa dampak
menimbulkan ancaman di bidang kesehatan
kesehatan baik yang sifatnya temporer maupun
terkait sifat karsinogeniknya.
akumulatif. Berbagai pemanfaatan lahan baik itu
untuk aktivitas pertambangan, perkebunan, dan Contoh lain yaitu, dari kejadian kebakaran hutan
lainnya dapat berdampak terhadap kesehatan dan lahan yang menyebabkan timbulnya kabut
masyarakat. asap. Hal tersebut akan mengakibatkan polusi
udara karena adanya karbon monoksida (CO),
Sebagai contoh, pemanfaatan lahan untuk
nitrogen oksida, sulfur dioksida (SO2),
aktivitas pertambangan di Provinsi Kepulauan
formaldehid, akrelein, benzen, nitrogen oksida
Bangka Belitung meninggalkan jejak sik pada
(NOx) dan ozon (O3), timah, particulate matter
bentang alam berupa cekungan-cekungan buatan
(PM10), partikel halus (PM2,5), partikel kasar
hasil penggalian mineral yang biasanya terisi air
(PM25-10). Partikulat ini dapat menyebabkan
atau yang dikenal dengan istilah lokal “kolong”.
penyakit kardiovaskular sampai kematian.
Jumlah kolong ini mencapai ratusan yang
terdistribusi secara spasial hampir di semua Begitu pula dengan kejadian banjir akibat
wilayah administrasi kabupaten/ kota. Di musim berkurangnya lahan resapan air dengan kian
penghujan keberadaan kolong-kolong ini menjadi meningkatnya pembangunan. Hal tersebut
habitat bagi nyamuk vektor penyakit demam berdampak terhadap sanitasi, sanitasi yang buruk
berdarah maupun malaria. Sementara itu di menimbulkan waterborne diseases. Jumlah kasus
musim kemarau jumlah penderita diare terbanyak dan jenis penyakit di Ekoregion
mengalami peningkatan salah satunya diakibatkan Sumatera tahun 2018 dapat dilihat pada Gambar
oleh pemakaian sumber air baku domestik yang 3.31 dan Tabel 3.13.
berasal dari kolong hasil penambangan timah yang
Gambar 3.31 Jumlah Kasus Penyakit Terbanyak di Ekoregion Sumatera Tahun 2018
Sumber: BPS, 2020h
Status Lingkungan Hidup Indonesia 2020 52
Selain cairan dari lindi, sampah yang dibuang ke atmosfer yang dapat menyebabkan terjadinya
langsung ke sungai saat penguraiannya penipisan lapisan ozon, karena merupakan
menghasilkan asam organik dan gas cair organik kontributor utama GRK dari TPA dan 21 kali lebih
seperti metana yang menyebabkan bau dan berbahaya dibandingkan emisi gas
merupakan salah satu gas rumah kaca. Gas karbondioksida (CO2).
metana ini juga berpotensi untuk meledak jika Pada timbunan sampah organik, proses
konsentrasinya tinggi. dekomposisi anaerobik, akan menghasilkan salah
3.3.4.7 Banjir/ Genangan satu gas rumah kaca yaitu CH4 atau metana dan
efek yang ditimbulkannya adalah 20-30 kali lipat
Kebiasaan buruk masyarakat dalam pengelolaan
dibandingkan dengan gas CO2 (KLH, 2011).
sampah akan berdampak timbulnya bencana
Jumlah metan yang dihasilkan bergantung kepada
banjir. Kurangnya pengetahuan masyarakat dalam
komposisi sampah. Metan berkontribusi sebesar
mengelola sampah merupakan salah satu
15% pada pemanasan global dan secara teoritis
penyebab masih dijumpainya aktivitas membuang
dari setiap kilogram sampah dapat memproduksi
sampah sembarang, seperti di sungai. Aktivitas
0,5 m3 gas metan.
tersebut juga bahkan dilakukan oleh masyarakat
yang memiliki pengetahuan, karena kurang 3.3.4.9 Penurunan Akses Air Minum
tegasnya pemerintah dalam membuat kebijakan Penurunan akses air minum dapat terjadi karena
dan peraturan. menurunnya kuantitas dan kualitas sumber daya
Aktivitas buruk tersebut akan memperparah air, sehingga debit di sumber tidak memenuhi
turunnya kualitas air, sehingga dengan timbulnya debit kebutuhan air minum masyarakat. Kualitas
banjir akan menyeret masalah selanjutnya, yaitu sumber air yang buruk juga menyebabkan
kesehatan masyarakat. berkurangnya sumber air yang bisa diolah menjadi
air minum, dan menimbulkan biaya yang besar
3.3.4.8 Efek Gas Rumah Kaca
untuk mengolah sumber daya air menjadi air
Timbunan di lokasi Tempat Pemrosesan Akhir minum. Kebutuhan air minum serta sumber air
(TPA) akan menghasilkan emisi Gas Rumah Kaca minum yang layak di Ekoregion Sumatera
(GRK) seperti emisi gas karbondioksida (CO2) berdasarkan provinsi dapat dilihat pada Gambar
dan gas metana atau metan (CH4). Emisi metan 3.32, Tabel 3.15 dan Gambar 3.33.
Gambar 3.33 Persentase Rumah Tangga dengan Sumber Air Minum yang Layak
Sumber : BPS, 2020j
3.3.5.3 Penundaan Izin Baru di Hutan aspek lingkungan hidup. Sesuai dengan ketentuan
Alam Primer dan Lahan Gambut pada pasal 2 Peraturan Pemerintah No. 46 Tahun
2016 yang menyatakan bahwa KLHS wajib
Salah satu langkah dalam menurunkan deforestasi
dilaksanakan dalam penyusunan atau evaluasi
hutan sekaligus mitigasi terhadap perubahan iklim
Rencana Tata Ruang Wilayah (RTRW) beserta
yaitu melalui Inpres nomor 5 tahun 2019 tentang
rencana rincinya, Rencana Pembangunan Jangka
kebijakan penghentian izin baru di hutan alam
Panjang (RPJP) nasional dan daerah, Rencana
primer dan lahan gambut yang kemudian
Pembangunan Jangka Menengah (RPJM) nasional
diterjemahkan dalam Surat Keputusan Menteri
dan daerah serta Kebijakan, Rencana dan/ atau
Lingkungan Hidup dan Kehutanan No. SK.
Program yang berpotensi menimbulkan dampak
7099/MENLHK-PKTL/IPSDH/PLA.1/8/2019
lingkungan hidup.
tentang Penetapan Peta Indikatif Penghentian
Pemberian Izin Baru (PIPPIB) Tahun 2019. 3.3.5.5 Bank Sampah, Gerakan
Kebijakan pusat ini turut berlaku di wilayah Pengurangan Sampah Plastik
ekoregion Sumatera dimana sebelumnya banyak
Program bank sampah merupakan salah satu
terjadi tumpang tindih kegiatan perkebunan di
upaya yang dilakukan pemerintah untuk
dalam lahan gambut.
mengatasi permasalahan persampahan. Dasar
3.3.5.4 Penyusunan RPPLH dan KLHS hukum program bank sampah adalah Undang-
Undang Nomor 18 Tahun 2008 tentang
Pembangunan yang berwawasan lingkungan
Pe n g e l o l a a n S a m p a h b a h w a p a r a d i g m a
bersumber dari perencanaan berbasis
pengelolaan sampah harus berubah dari kumpul-
perlindungan dan pengelolaan lingkungan hidup.
angkut-buang menjadi pengurangan pada
Mengacu pada Undang-Undang No. 32 Tahun
sumbernya dan daur ulang sumber daya. Dengan
2009, tahapan perencanaan ini memerlukan suatu
strategi 3R yaitu Reduce, Reuse dan Recycle, bank
instrumen yang disebut Rencana Perlindungan
sampah dapat diterapkan di masyarakat.
dan Pengelolaan Lingkungan Hidup. RPPLH
memiliki fungsi penting dalam menyelaraskan Pada beberapa wilayah di Indonesia bank sampah
kebijakan lingkungan yang dibuat oleh lembaga- terbukti membantu dalam upaya pengelolaan
lembaga yang tugas pokok dan fungsinya lingkungan hidup.
bersinggungan dengan persoalan lingkungan 3.3.5.6 Penghargaan Lingkungan
hidup. Hal ini penting untuk mencegah terjadinya
tumpang tindih kebijakan serta tidak saling Dalam rangka memotivasi pelaku usaha, instansi,
melempar tanggung jawab jika terjadi masalah maupun masyarakat suatu daerah dalam
terkait lingkungan hidup. melaksanakan pengelolaan atau pelestarian
lingkungan, pemerintah memberikan berbagai
Kajian Lingkungan Hidup Strategis (KLHS) adalah
macam penghargaan bagi mereka yang terbukti
rangkaian analisis yang sistematis, menyeluruh
berhasil dalam bidang pengelolaan ataupun
dan partisipatif untuk memastikan bahwa prinsip
pelestarian lingkungan.
pembangunan berkelanjutan telah menjadi dasar
dan terintegrasi dalam pembangunan suatu 3.3.5.7 Pengolahan Sampah Menjadi
wilayah dan/ atau kebijakan, Rencana dan/ atau Energi dan Genting
Program. Dengan kata lain KLHS disusun agar Semakin besar fraksi sampah yang tidak
setiap rencana pemanfaatan ruang tetap tertangani, biaya pengelolaan sampah di TPA akan
berpedoman pada prinsip pembangunan yang semakin besar, sehingga dapat dicari alternatif
berkelanjutan dengan tetap memperhatikan pengelolaan sampah yang modern dengan
mengubah sampah menjadi produk bernilai jual 3.3.5.9 PROPER
(Pratamasyari, 2019). Mengubah sampah menjadi
PROPER adalah penilaian kinerja pengelolaan
produk bernilai jual akan menambah reduksi
lingkungan suatu perusahaan yang memerlukan
sampah masuk ke TPA, dan dapat menekan biaya
indikator yang terukur. Salah satu indikator yang
pengelolaan sampah karena meminimumkan
diukur adalah air limbah, apabila sampel air limbah
banyaknya sampah yang diangkut ke landll.
yang diuji melebihi baku mutu yang ditetapkan,
Provinsi Kepulauan Bangka Belitung khususnya perusahaan tersebut akan diberi peringatan.
pemerintah Kabupaten Bangka Selatan bersinergi
dengan PT. PLN Unit Induk Wilayah Bangka
3.4 Daftar Pustaka
Belitung untuk mengolah sampah melalui BPS. 2020. Penduduk, Laju Pertumbuhan Penduduk,
program waste to energy. Distribusi Persentase Penduduk, Kepadatan
Penduduk, dan Rasio Jenis Kelamin Penduduk
Bersama Kelompok Swadaya Masyarakat Sekar Menurut Provinsi, 2019. Diunduh melalui
Rukun, PT. PLN dan Pemerintah Kabupaten https://www.bps.go.id/indikator/indikator/view_d
Bangka Selatan mengolah sampah menjadi ata_pub/0000/api_pub/50/da_03/1 pada 5
sumber energi listrik Pembangkit Listrik Tenaga Oktober 2020.
Sampah (PLTSa) yang hasilnya disalurkan untuk BPS. 2020a. [Seri 2010] Laju Pertumbuhan Produk
memenuhi kebutuhan listrik Pulau Tinggi. Hal ini Domestik Regional Bruto Per Kapita Atas Dasar
dilaksanakan dengan teknologi peuyeumisasi Harga Konstan 2010 (Persen). Diunduh melalui
yaitu sampah organik dan anorganik difermentasi https://www.bps.go.id/indikator/indikator/view_d
menjadi pelet sampah sebagai sumber energi ata/0000/data/296/sdgs_8/1 pada 5 Oktober
2020.
listrik yang diolah menggunakan teknologi gasier.
BPS. 2020b. Penduduk Miskin Menurut Provinsi,
3.3.5.8 Program Kota Tanpa Kumuh 2019-2020. Diunduh melalui
Program Kota Tanpa Kumuh (KOTAKU) adalah https://www.bps.go.id/indicator/23/185/1/jumlah-
salah satu program lainnya yang salah satu penduduk-miskin-menurut-provinsi.html &
https://www.bps.go.id/indikator/indikator/view_d
tujuannya berkenaan menjaga kualitas air.
ata/0000/data/192/sdgs_1/1 pada 5 Oktober
Program ini satu dari sejumlah upaya strategis
2020.
Direktorat Jenderal Cipta Karya Kementerian
BPS. 2020c. Persentase Rumah Tangga yang Memiliki
Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat untuk
Akses Terhadap Hunian yang Layak dan
mempercepat penanganan permukiman kumuh
Terjangkau (Persen). Diunduh melalui
di Indonesia dan mendukung “Gerakan 100-0- https://www.bps.go.id/indicator/29/1241/1/perse
100”, yaitu 100% akses universal air minum, 0% ntase-rumah-tangga-yang-memiliki-akses-
permukiman kumuh, dan 100% akses sanitasi terhadap-hunian-yang-layak-dan-terjangkau-
layak. Arah kebijakan pembangunan Dirjen Cipta menurut-provinsi.html pada 5 Oktober 2020.
Karya adalah membangun sistem, memfasilitasi BPS. 2020d. Panjang Jalan Menurut Provinsi dan
pemerintah daerah, dan memfasilitasi komunitas Tingkat Kewenangan Pemerintahan (km).
(berbasis komunitas). Program KOTAKU Diunduh melalui
dilaksanakan di 34 provinsi, yang tersebar di 269 https://www.bps.go.id/indikator/indikator/view_d
kabupaten atau kota, pada 11.067 desa atau ata_pub/0000/api_pub/149/da_10/2 pada 5
kelurahan. Oktober 2020.
BPS. 2020e. Statistik Daerah Provinsi-Provinsi di
Sumatera. Sumatera: BPS.
Status Lingkungan Hidup Indonesia 2020 58
BPS. 2020f. Persentase Rumah Tangga yang Memiliki Peta Indikatif Penghentian Pemberian Izin Baru
Akses Sanitasi Layak. Diunduh melalui (PIPPIB) Tahun 2019
https://www.bps.go.id/statictable/2009/04/06/155 KLHK. 2019. IKLH, 2018. Jakarta: KLHK.
0/persentase-rumah-tangga-menurut-provinsi-
tipe-daerah-dan-sanitasi-layak-2009-2019.html KLHK. 2019. Statistik Lingkungan Hidup Indonesia,
pada 5 Oktober 2020. 2019. Jakarta: KLHK.
BPS. 2020g. Distribusi Persentase Rumah Tangga dan KLHK. 2020. DIKPLHD Provinsi-Provinsi di
Fasilitas Tempat BAB. Diunduh melalui Sumatera, 2019. Jakarta: KLHK.
https://www.bps.go.id/indikator/indikator/view_d KLHK. 2020. Direktorat Rencana, Penggunaan, dan
ata_pub/0000/api_pub/102/da_04/1 pada 5 Pembentukan Wilayah Pengelolaan Hutan, 2019.
Oktober 2020. Jakarta: KLHK.
BPS. 2020h. Jumlah Jenis Kasus Penyakit di Ekoregion KLHK. 2020. Laporan Kinerja KLHK, 2019. Jakarta:
Sumatera Tahun 2018. Diunduh melalui KLHK.
https://www.bps.go.id/indikator/indikator/view_d
Peraturan Pemerintah No. 46 Tahun 2016 tentang
ata_pub/0000/api_pub/91/da_04/1 pada 5
Tata Cara Penyelenggaraan Kajian Lingkungan
Oktober 2020
Hidup Strategis
BPS. 2020i. Jumlah Kejadian Bencana di Ekoregion
Peraturan Pemerintah Nomor 76 Tahun 2008 tentang
Sumatera Tahun 2018-2019. Diunduh melalui
Rehabilitasi dan Reklamasi Hutan
https://www.bps.go.id/indikator/indikator/view_d
ata_pub/0000/api_pub/169/da_04/1 pada 5 Perdirjen PPKL No. P.1/PPKL/PKLAT/PKL.4/1/2018
Oktober 2020. tentang Pedoman Penghitungan Indeks Kualitas
Tutupan Lahan dan Pengelolaan Tutupan Lahan
BPS. 2020j. Persentase Rumah Tangga dengan
Tahun 2018
Sumber Air Minum yang Layak. Diunduh melalui
https://www.bps.go.id/indicator/23/1554/1/perse Undang-Undang No. 32 Tahun 2009 tentang
ntase-rumah-tangga-yang-memiliki-akses- Perlindungan dan Pengelolaan Lingkungan Hidup
terhadap-layanan-sumber-air-minum-layak-dan- Undang-Undang Nomor 18 Tahun 2008 tentang
berkelanjutan-40-bawah-menurut-provinsi.html Pengelolaan Sampah
pada 5 Oktober 2020.
Diva-gis. (2020). Peta Administrasi Indonesia.
Diunduh melalui http://www.diva-gis.org/gdata
pada 10 Oktober 2020.
DLH Kabupaten Bandung. 2009. Indikator Beban
Pencemar Aktivitas Peternakan. Kab. Bandung:
DLH.
Kementerian ESDM. 2019. Handbook of Energy &
Economic Statistics of Indonesia, 2018. Jakarta:
ESDM.
Kementerian Pertanian. 2019. Statistik Peternakan
dan Kesehatan Hewan. Jakarta: Kementerian
Pertanian.
Keppres Nomor 32 tahun 1990 tentang Pengelolaan
Kawasan Lindung
Keputusan Menteri Lingkungan Hidup dan Kehutanan
No. SK. 7099/MENLHK-
PKTL/IPSDH/PLA.1/8/2019 tentang Penetapan
BAB IV
STATUS LINGKUNGAN HIDUP
EKOREGION JAWA
alih fungsi
lahan,
deforestasi
timbulan
sampah dan
limbah B3
kualitas &
kuantitas air
Status Lingkungan Hidup Indonesia 2020 60
pertumbuhan pencemaran
ekonomi aktivitas emisi gas
peternakan, rumah
pertanian, kaca
domestik & industri
tingkat kemampuan
kemiskinan mengelola timbulan
masyarakat limbah & sampah
sampah rendah tidak pada
tempatnya
Provinsi Jawa Timur merupakan wilayah terluas atau 0,51%. Jumlah pulau yang berada di
sebesar 47.799,75 km2 atau 36,93% dari ekoregion ini berjumlah total sebanyak 1.086
keseluruhan. Sedangkan wilayah terkecil adalah pulau. Data luas Ekoregion Jawa dapat dilihat
DKI Jakarta dengan luas sebesar 664,01 km2 pada Tabel 4.1 dan Gambar 4.2.
Jumlah
Provinsi Luas(km2) % Pulau
DI
Yogyakarta 3.133, 15 2,42 23
4.2 Isu Lingkungan Hidup di Wilayah 4.3 Analisis DPSIR dari Isu Lingkungan
Ekoregion Jawa Hidup Prioritas di Wilayah Ekoregion
Berdasarkan hasil analisis, isu lingkungan hidup Jawa
prioritas di wilayah ekoregion Jawa adalah alih
fungsi lahan, persampahan dan limbah, serta
kualitas dan kuantitas sumber daya air.
ngsi
n Fu ya
Ÿ Pertumbuhan dan
eru baha
usu sn
Kepadatan Penduduk (L, S, A) Ÿ P an, Kh (L)
L a h s i )
r e sta m (L
Ÿ Pertumbuhan Ekonomi (L, S, A) Defo ahan Ikli in (S)
Ÿ Peran dan Lokasi Strategis Skala P erub uk Misk ha
d a
n Us
Ÿ
endu
Regional dan Nasional (L) Ÿ P ingkata an (L) vitas
en
Ÿ P tamba
ng aran Akti
m n,
Gambar 4.4 P e r
a n
eb akan,
c e
Pen Pertania i (A)
ustr Air
Ÿ B rn n Ind
Skematik Model DPSIR Pete estik, da butuhan
e
Dom gkatan K
Ekoregion Jawa Ÿ P
enin (A)
m
Minu
Sumber: Hasil Analisis, 2020
Response
Ÿ P Monitoring
Ÿ P enghija
en uan
Rua yusunan dan Re L : Lahan
RTR ng dan Araha boisasi S : Sampah dan Limbah
Ÿ Bank W dan Pola Ruan Struktu(L)
F ly Sam RZW ng d r A : Air
Ÿ T (BSF pah d P3K (L alam
Ÿ E PA Re ) (S) (L)
an
g Blac )
Ÿ G covillag ional (S k Sold ng
erak e (S, A )
an C
ier (L) Kara
(A
Ÿ P ) itaru) ve
Ÿ K enegak mH g ro mbu
amp an H arum L) an ru A)
ung u
Iklim kum (A
Juara n ( M Te (S,
ha an isi B3
(A) ) La as nd
( L) upan Kaw n Ko b ah
L ut an da ) Lim
IKT as T utup san ah (L dan
Ÿ Lu as T awa Tan ah A)
Ÿ L as ka am i (S,
u K n p
Ÿ Lu rusa lan S nitas )
Ke mbu s Sa A (S A)
Ÿ t(
Ÿ Ÿ Ti silita i TP au
Ba Ÿ Fa ndis ) A ir L
Ÿ Be njir, Ÿ Ko A (A Mut
u
Jumlah Penduduk tahun 2019 terbanyak di penduduk, semakin tinggi penduduk semakin
ekoregion Jawa adalah Provinsi Jawa Barat, meningkat juga kebutuhan akan tempat tinggal
sedangkan angka kepadatan penduduk tertinggi yang layak, sehingga kebutuhan akan lahan dan
adalah DKI Jakarta, sedangkan laju pertumbuhan rumah tinggal yang layak dapat menjadi tekanan
penduduk tertinggi, adalah Provinsi Banten. terhadap lingkungan untuk beberapa tahun
Adanya tekanan populasi tersebut akan kedepan. Pada Tabel 4.3 dapat dilihat merupakan
berbanding lurus terhadap kebutuhan rumah bagi data persentase rumah tangga yang memiliki
akses terhadap hunian yang layak dan terjangkau.
Provinsi Persentase Rumah Tangga yang Memiliki Akses
Terhadap Hunian Yang Layak Dan Terjangkau (Persen)
2015 2016 2017 2018 2019
DKI JAKARTA 99,25 99,49 99,49 99,36 34,25
JAWA BARAT 94,8 96,37 96,84 97,09 49,29
JAWA TENGAH 94,96 95,94 96,75 97,4 64,69
DI YOGYAKARTA 98,77 98,42 99,1 8 99,46 81,61
Tabel 4.3 Persentase Rumah Tangga
JAWA TIMUR 95,51 95,95 96,65 96,95 65,61 yang Memiliki Akses Terhadap Hunian
BANTEN 93,17 95,36 96,71 96,93 56,92 Yang Layak Dan Terjangkau (Persen)
Sumber: BPS, 2020c
4.3.1.2 Pertumbuhan Ekonomi Tekanan terhadap lingkungan hidup tidak hanya
bersumber dari pertumbuhan ekonomi domestik
Produksi barang dan jasa akan membutuhkan
saja. Dalam ekonomi yang semakin terglobalisasi,
energi dan material yang semuanya berasal dari
produksi barang bisa untuk konsumsi domestik
lingkungan (logam, mineral, air, makanan, dan
maupun ekspor.
serat). Dampak dari ekstraksi sumber daya alam
ini merupakan inti dari bagaimana kegiatan Dengan demikian, tekanan lingkungan hidup pada
ekonomi mempengaruhi kondisi dan tren kegiatan ekonomi terjadi melalui aktivitas
lingkungan. Dengan memahami hubungan- produksi dan distribusi baik untuk keperluan
hubungan antara aktivitas ekonomi, domestik maupun untuk ekspor yang pada
kesejahteraan sosial, dan degradasi lingkungan akhirnya akan meningkatkan emisi gas rumah
dapat digunakan untuk menciptakan masa depan kaca. Perubahan dalam kesejahteraan dapat pula
yang berkelanjutan. mempengaruhi kondisi lingkungan hidup.
Pertumbuhan ekonomi yang cepat dapat
Pertumbuhan ekonomi dapat dilihat dari PDRB
memberikan hasil positif, tetapi pada saat yang
yang dimiliki oleh wilayah yang bersangkutan.
sama peningkatan permintaan untuk kebutuhan
Menurut Muta'ali (2015), PDRB merupakan
hidup (makanan, bahan, energi, dan pariwisata)
indikator untuk mengatur sejauh mana
juga akan dapat meningkatkan tekanan pada
keberhasilan pemerintah daerah dalam
lingkungan hidup.
memanfaatkan sumber daya yang ada dan dapat
digunakan sebagai bahan utama perencanaan dan Data PDRB Atas Dasar Harga Berlaku dan Harga
pengambilan keputusan. Pertumbuhan ekonomi Konstan di Ekoregion Jawa dapat dilihat pada
akan dapat menunjukkan adanya peningkatan Gambar 4.9 sebagai berikut.
aktivitas-aktivitas yang dilakukan oleh masyarakat
dan dapat mempengaruhi tata guna lahan di suatu
wilayah.
Gambar 4.9 PDRB Atas Dasar Harga Berlaku dan Harga Konstan
Sumber: BPS, 2020a
Status Lingkungan Hidup Indonesia 2020 66
4.3.2.2 Perubahan Iklim bahwa laut terus menghangat selama periode ini.
Laporan IPCC menegaskan bahwa aktivitas
Berdasarkan Laporan Kajian Ke-5 (Assessment
manusia merupakan penyebab terjadinya
Reports 5 atau AR5) Intergovernmental Panel on
perubahan iklim, terutama dalam 50 tahun
Climate Change (IPCC), suhu bumi telah
terakhir. Pengaruh manusia (antropogenic caused)
meningkat sekitar 0,8°C selama abad terakhir.
tampak dari meningkatnya emisi gas rumah kaca
Pada akhir tahun 2010, suhu global diperkirakan
(karbon dioksida, metana, nitrogen oksida, dan
akan lebih tinggi 1,8-4°C dibandingkan rata-rata
sejumlah gas industri) yang dihasilkan oleh
suhu pada 1980-1999. Jika dibandingkan periode
aktivitas manusia, antara lain dari penggunaan
pra-industri (1750), kenaikan suhu global ini
bahan bakar fosil seperti batu bara dan minyak
setara dengan 2,5-4.7°C (Gambar 4.11). Proses
bumi pada sektor industri, rumah tangga,
pemanasan global terutama disebabkan oleh
transportasi, energi, alih guna lahan, dan limbah
masuknya energi panas ke lautan (kurang lebih
domestik. Hal tersebut dapat dilihat pada
90% dari total pemanasan), dan terdapat bukti
Gambar 4.11 sebagai berikut.
Gambar 4.11 Kenaikan Suhu Rata-Rata Global Berdasarkan Data Pengamatan dan Proyeksi
Skenario Representative Carbon Pathway (RCP) 2.6, RCP 4.5, RCP 6.0, dan RCP 8.5
Sumber: IPCC, 2014
Status Lingkungan Hidup Indonesia 2020 68
Parameter FE (gr/ekor/hari)
Sapi Kuda Babi Kerbau Kambing Domba
BOD 640,0 220,0 200,0 640,0 220,0 220,0
COD 1640,0 540,0 480,0 1640,0 540,0 540,0
T-N 2,6 3,8 3,8 2,6 0,3 0,3
T-P 0,2 0,3 0,3 0,4 0,3 0,1
Gambar 4.15 Peta Potensi Pencemar BOD (kg/hari) Ekoregion Jawa Tahun 2019
Sumber: Hasil Perhitungan, 2020
4.3.2.6 Peningkatan Kebutuhan Air
Minum
Kebutuhan air minum adalah perkiraan angka air
yang dibutuhkan oleh masyarakat. Target RPJMN
(Rencana Pembangunan Jangka Menengah
Nasional) tahun 2015 - 2019 yaitu tercapainya
universal access atau cakupan akses 100% untuk
air minum, 0% kawasan kumuh, dan 100% untuk
sanitasi. Cakupan 100% air minum yang
dimaksud adalah semua daerah di Indonesia
100% terlayani oleh air bersih. Kebutuhan air
minum dan persentase sumber air minum layak di
Ekoregion Jawa dapat dilihat pada Gambar 4.16 Gambar 4.16 Kebutuhan Air Minum
Sumber: Hasil Perhitungan, 2020
dan Tabel 4.6.
Tahun
Provinsi
2015 2016 2017 2018 2019
DKI Jakarta 93,4 92,44 88,93 89,59 99,82
Jawa Barat 67,2 67,62 70,5 71,06 92,3
Jawa Tengah 73,63 76,3 76,09 78,16 93,82
DI Yogyakarta 80,99 81,04 77,19 80,62 94,94
Jawa Timur 76,64 75,83 75,54 75,2 94,39
Banten 67,68 67,47 66,11 72,83 91,64
Tabel 4.6 Persentase Rumah Tangga dan Sumber Air Minum Layak
Sumber: BPS, 2020d
tanah atau pembangunan yang bersifat merusak buruk bagi tanah dan tanaman. Hasil penelitian
keadaan sik tanah. Alih fungsi lahan hutan Cuff (1978) dalam Mastur et al. (2000), erosi yang
menjadi lahan budidaya berkontribusi besar mengikis 1 cm lapisan olah tanah dalam luasan 1
terhadap terjadinya erosi. Padahal vegetasi Ha akan membawa setara 350 kg nitrogen (N), 90
berperan sebagai penahan tanah di tempatnya. kg fosfat (P), 1.000 kg kalium (K), 650 kg
Jika vegetasi berkurang, maka tanah akan menjadi magnesium (Mg), dan 1.050 kg kalsium (Ca).
rentan terhadap pengikisan. Pengikisan tanah
4.3.3.6 Timbulan Sampah dan Limbah
secara besar-besaran akan menyebabkan tanah
longsor. Sedangkan air yang tidak meresap ke
B3
dalam tanah akan mengalir di atas tanah terbuka Setiap tahunnya timbulan sampah dan limbah B3
lalu menyebabkan banjir. mengalami peningkatan, hal ini dipengaruhi oleh
meningkatnya jumlah penduduk serta jumlah
Selain itu, erosi tanah dapat mengakibatkan
industri. Data tersebut dapat dilihat pada
terjadinya penurunan produktivitas lahan. Erosi
Gambar 4.19.
dapat menggerus lapisan atas tanah berakibat
Jawa Timur 48,25 40,08 37,08 74,43 50,79 Tabel 4.9 Nilai IKA Ekoregion
Jawa Tahun 2015-2019
Banten 72,75 80,00 35,98 67,32 43,11 Sumber: IKLH, 2018; Laporan Kinerja
KLHK, 2019
Gambar 4.22 Jumlah Bencana Banjir dan Kebakaran Hutan di Ekoregion Jawa Tahun 2018-2019
Sumber: BPS, 2020f
4.3.4.2 Kesehatan Masyarakat itu misalnya kolera, disentri, tipus, diare, malaria.
Laporan Badan Pusat Statistik tahun 2019
Te m p a t - t e m p a t p e n u m p u k a n s a m p a h
menunjukkan diare masih merupakan penyakit
merupakan lingkungan yang baik bagi hewan
utama yang paling banyak diderita oleh
penyebar penyakit misalnya: lalat, nyamuk, tikus
masyarakat di Provinsi Jawa Barat, dengan jumlah
dan bakteri patogen (penyebab penyakit). Adanya
penderita mencapai 1.009.347 jiwa pada tahun
hewan-hewan penyebar penyakit tersebut
2018. Hal itu dapat dilihat pada Tabel 4.11 dan
menyebabkan penyakit mudah tersebar dan
Gambar 4.23.
menjalar ke lingkungan sekitar. Penyakit-penyakit
Status Lingkungan Hidup Indonesia 2020 78
Provinsi Jumlah Jumlah Jumlah Jumla h Jumlah Jumlah Jumlah Jumlah Jumlah Jumlah Jumlah
Kasus Kasus Kasus Kasus Kasus Kasus Kasus Kasus Kasus Kasus Kasus
Penyakit – Penyakit Penyakit – Penyakit Penyakit – Penyakit Penyakit Penyakit Penyakit – Penyakit – Penyakit
Malaria – TB Pneumonia – Kusta Tetanus – – Diare – Demam HIV/AIDS HIV/AIDS – Infeksi
(Suspek) Paru Neonatorum Campak Berdarah Kasus Kasus Menular
Dengue Baru Kumulatif Seksual
(DBD) (IMS)
DKI Jakarta 60 24.545 42.305 344 0 578 305.841 2.965 717 9.932 NA
Jawa Barat 14.004 8.650 124.475 2.102 0 254 393.434 8.732 247 6.749 NA
Jawa Tengah 21.758 13.649 52.032 859 0 473 583.700 3.133 1.941 10.111 NA
DI 2.876 36.075 6.021 42 0 546 68.043 547 48 1.459 NA
Yogyakarta
Jawa Timur 15.578 20.535 92.913 2.701 0 401 819.729 8.449 1.586 19.829 NA
Banten 84 1.444 33.775 360 0 49 248.242 1.023 207 2.989 NA
Tabel 4.11 Jenis Penyakit Ekoregion Jawa Tahun 2018
Sumber: BPS, 2020g
Perbedaan yang utama adalah pada lokasi lahan m³), Papua Barat (1.439.000 m³) dan Papua
penanaman serta penghijauan itu sendiri (1.230.000 m³) merupakan provinsi yang
merupakan salah satu bagian dalam langkah usaha mendapatkan kuota terbesar.
reboisasi. Dalam kurun waktu 2003-2007, kuota tahun
Reboisasi dilakukan pada kawasan hutan atau 2006 dan 2007 meningkat dibanding tahun-tahun
kawasan kosong yang akan dijadikan hutan sebelumnya.
dengan penanaman kembali jenis pohon yang
4.3.5.2 Penyusunan Arahan Struktur
sama di kawasan tersebut atau penanaman jenis
pohon lainnya sesuai rencana tata guna lahan yang
Ruang dan Pola Ruang Dalam RTRW
telah ditetapkan oleh pemerintah sebagai dan RZWP3K
kawasan hutan. Merupakan salah satu respon yang berasal dari
Penghijauan dilakukan di luar kawasan hutan Provinsi Jawa Tengah. Dokumen RTRW Provinsi
terutama pada tanah milik rakyat dengan tanaman Jawa Tengah memuat Kebijakan, Rencana, dan
keras, misalnya jenis-jenis pohon hutan, pohon Program (KRP) yang ada. Kebijakan kemudian
buah, tanaman perkebunan, tanaman penguat dijabarkan menjadi rencana yang terdiri atas
teras, tanaman pupuk hijau, dan rumput pakan Rencana Struktur Ruang (Sistem Pusat Kegiatan
ternak. Selain untuk memulihkan lahan, dan Sistem Jaringan Prasarana Wilayah), Rencana
penghijauan bertujuan untuk mencegah erosi Pola Ruang (Kawasan Lindung dan Kawasan
tanah. Budidaya) dan Rencana Kawasan Strategis.
Implementasi dari KRP tersebut akan dapat
Dalam upaya meningkatkan upaya pengelolaan mengubah penggunaan lahan yang ada di Provinsi
hutan secara lestari, pemerintah telah Jawa Tengah, yang pada akhirnya akan dapat
mengeluarkan sertikasi pengelolaan hutan memberikan resiko terhadap lingkungan. Sebagai
lestari yang terdiri dari Sertikasi Wajib dan contoh perubahan penggunaan lahan menjadi
Sertikasi Sukarela. Dalam kurun waktu 2002- jalan tol, pemukiman, industri, dan lain
2007, Departemen Kehutanan telah melakukan sebagainya. Namun terkadang masih dijumpai
penilaian kinerja Pengelolaan Hutan Alam penggunaan lahan yang tidak sesuai dengan
Produksi Lestari (PHAPL) untuk 143 Unit RTRW.
Manajemen (UM). Dari sejumlah UM tersebut,
74 UM dengan luas hutan 7.467.699,00 Ha telah Selain RTRW, sebagai daerah yang memiliki
mendapat sertikat wajib. Sistem penilaian wilayah pesisir maka Jawa Tengah juga telah
kinerja PHAPL ini dilakukan dalam 3 tahun sekali menyusun Rencana Zonasi Wilayah Pesisir dan
dan masa berlakunya setiap sertikat hanya tiga Pulau-Pulau Kecil (RZWP3K). Implementasi
tahun. rencana yang ada RZWP3K juga akan dapat
mempengaruhi tata guna lahan yang ada.
Dalam upaya mengatur kegiatan penebangan agar Harapannya adalah penggunaan lahan di lapangan
kerangka pengelolaan hutan lestari tetap sesuai dengan yang ada dalam RZWP3K,
terwujud, Pemerintah melalui Departemen walaupun terkadang masih dijumpai penggunaan
Kehutanan pada setiap tahunnya menetapkan lahan yang tidak sesuai peruntukannya. Dampak
jatah produksi tahunan (kuota tebangan) pada ketidaksesuaian ini akan dapat menurunkan
masing-masing provinsi. Pada tahun 2007, kuota kualitas lingkungan.
tebangan secara nasional seluas 9.100.000 m³
tersebar di 17 provinsi. Kalimantan Timur
(2.350.000 m³), Kalimantan Tengah (1.850.000
4.3.5.3 Bank Sampah dan Black Soldier 4.3.5.5 Ecovillage
Fly (BSF) Desa atau Kelurahan Berbudaya Lingkungan
Salah satu strategi yang diupayakan dalam (ecovillage) merupakan kegiatan berbasis
pengurangan sampah adalah pengelolaan sampah masyarakat. Pada program ini, pengelolaan
berbasis masyarakat antara lain melalui bank lingkungan dilakukan dengan melibatkan peran
sampah. Bank sampah merupakan salah satu serta semua pemangku kepentingan. Lebih lanjut,
kegiatan social enterprise yang berfokus pada program ini membangun budaya dan perilaku
pengelolaan sampah berbasis pemberdayaan ramah lingkungan di dalam 4 aspek, yaitu ekologi,
masyarakat dimana sampah dikelola dengan ekonomi, sosial budaya, dan spiritual.
optimal sebagai barang yang bernilai guna Adapun tujuan ecovillage adalah mewujudkan
(Setyaningrum, 2015). kampung percontohan berbudaya lingkungan,
Selain dengan bank sampah, pengelolaan sampah dimana masyarakatnya memiliki perilaku dan
organik juga dilakukan dengan larva Black Soldier budaya positif terhadap lingkungan sekitar.
Fly (BSF). Maggot atau larva dari lalat Black Soldier Masyarakat di perkampungan tersebut
Fly (Hermetia Illucens, Stratimydae, Diptera) atau melakukan pengolahan sampah, sanitasi,
BSF memiliki ukuran yang lebih panjang dan besar pengelolaan limbah, penanaman pohon,
dari larva pada umumnya. BSF tidak menularkan konservasi, rehabilitasi hutan, tanah dan air.
bakteri, penyakit, bahkan kuman kepada 4.3.5.6 Program Gerakan Citarum
manusia. Secara ekologis, BSF berfungsi sebagai
Harum Juara
dekomposer bahan-bahan organik. Proses
dekomposisi dilakukan dengan memakan sampah Merupakan program dari provinsi Jawa Barat.
organik berupa sisa sayuran dan buah buahan. Sungai Citarum sepanjang 269 km mengalir di 12
Sebanyak 10.000 maggot dapat menghabiskan 1 wilayah administrasi kabupaten/ kota menjadi
kg sampah organik per hari. sumber penghidupan bagi masyarakat Jawa Barat
dan sumber air minum untuk masyarakat di
4.3.5.4 TPA Regional Bekasi, Karawang, Purwakarta, Bandung, dan
Persoalan persampahan di kabupaten/ kota DKI Jakarta. Selain itu, Sungai Citarum mengaliri
seperti di Provinsi Jawa Barat adalah: 1) Situasi areal irigasi untuk pertanian seluas 420.000 Ha.
kritis kondisi TPA yang penuh dan tidak aman bagi Sungai ini mengalirkan air baku untuk kebutuhan
lingkungan sekitar; 2) Sulitnya mencari lokasi domestik untuk sekitar 27 Juta penduduk.
TPA baru yang layak ancaman gangguan sampah Kondisi Sungai Citarum yang semakin tercemar
terhadap keselamatan dan kesehatan lingkungan; memerlukan sinergitas program dan kegiatan di
3) Kelengkapan sarana pengangkutan jajaran pemerintahan, baik pemerintah pusat
persampahan dari sumber menuju TPA; dan 4) maupun pemerintah daerah.
Perlunya peran pemerintah provinsi dalam Pada tahun 2018, Pemerintah Indonesia
pengelolaan sampah, yaitu kewenangan lintas berkomitmen untuk melakukan penanganan
kabupaten/ kota, meliputi MoU pengelolaan dan Sungai Citarum melalui Peraturan Presiden
pemrosesan akhir sampah regional antar Nomor 15 tahun 2018 tentang Percepatan
kabupaten/ kota di Jawa Barat. Pembangunan Pengendalian Pencemaran dan Kerusakan DAS
TPA regional yang baru, menjadi salah satu tahap Citarum. Pada Perpres ini, Gubernur Jawa Barat
p emerinta h Pro vinsi Ja wa B a ra t d a la m dimandatkan menjadi Ketua Satuan Tugas
pengelolaan sampah. (Satgas). Gubernur Jawa Barat menindaklanjuti
mandat dengan menerbitkan Kep Gub 614/
Status Lingkungan Hidup Indonesia 2020 82
Dalam upaya penegakan hukum lingkungan BPS. 2020a. [Seri 2010] Laju Pertumbuhan Produk
Domestik Regional Bruto Per Kapita Atas Dasar
tersebut, salah satu upaya yang ditempuh adalah
Harga Konstan 2010 (Persen). Diunduh melalui
memfasilitasi pengaduan masyarakat tentang https://www.bps.go.id/indikator/indikator/view_d
dugaan terjadinya pencemaran atau perusakan ata/0000/data/296/sdgs_8/1 pada 5 Oktober
lingkungan baik oleh kegiatan industri, kegiatan 2020.
pertambangan maupun oleh berbagai jenis
BPS. 2020b. Penduduk Miskin Menurut Provinsi,
kegiatan lainnya yang berdampak terhadap 2019-2020. Diunduh melalui
lingkungan hidup. Upaya ini bertujuan untuk https://www.bps.go.id/indicator/23/185/1/jumlah-
meningkatkan pemberdayaan lingkungan secara penduduk-miskin-menurut-provinsi.html &
konsekuen dan untuk memfasilitasi permasalahan https://www.bps.go.id/indikator/indikator/view_d
kasus pencemaran atau perusakan lingkungan. ata/0000/data/192/sdgs_1/1 pada 5 Oktober
Upaya ini diharapkan akan menghasilkan manfaat 2020.
berupa terselesaikannya masalah sengketa BPS. 2020c. Persentase Rumah Tangga yang Memiliki
lingkungan yang pada akhirnya berdampak pada Akses Terhadap Hunian yang Layak dan
meningkatnya kepercayaan masyarakat terhadap Terjangkau (Persen). Diunduh melalui
pemerintah. https://www.bps.go.id/indicator/29/1241/1/perse
ntase-rumah-tangga-yang-memiliki-akses-
terhadap-hunian-yang-layak-dan-terjangkau-
menurut-provinsi.html pada 5 Oktober 2020.
Status Lingkungan Hidup Indonesia 2020 84
BPS. 2020d. Persentase Rumah Tangga dan Sumber Keputusan Kepala Badan Informasi Geospasial No.54
Air Minum Layak. Diunduh melalui Tahun 2015 Tentang Wali Data Informasi Geopasial
https://www.bps.go.id/indikator/indikator/view_d Tematik
ata_pub/0000/api_pub/107/da_04/1 pada 5 Keputusan Presiden Nomor 23 Tahun 1992 tentang
Oktober 2020 BPS. 2020e. Distribusi Persentase Pengesahan Vienna Convention For The
Rumah Tangga dan Fasilitas Tempat BAB. Protection Of The Ozone Layer Dan Montreal
Diunduh melalui Protocol On Substances That Deplete The Ozone
https://www.bps.go.id/indikator/indikator/view_d Layer As Adjusted And Amended By The Second
ata_pub/0000/api_pub/102/da_04/1 pada 5 Meeting Of The Parties London, 27 29 June 1990.
Oktober 2020
KLHK. 2019. IKLH, 2018. Jakarta: KLHK.
BPS. 2020f. Jumlah Kejadian Bencana Ekoregion Jawa
Tahun 2018-2019. Diunduh melalui KLHK. 2019. Statistik Lingkungan Hidup Indonesia,
https://www.bps.go.id/indikator/indikator/view_d 2019. Jakarta: KLHK.
ata_pub/0000/api_pub/169/da_04/1 pada 5 KLHK. 2020. Laporan Kinerja KLHK, 2019. Jakarta:
Oktober 2020 KLHK.
BPS. 2020g. Jenis Kasus Penyakit di Ekoregion Jawa Peraturan Daerah Jawa Timur No. 2 tahun 2008
Tahun 2018. Diunduh melalui tentang Pengelolaan Kualitas Air dan Pengendalian
https://www.bps.go.id/indikator/indikator/view_d Pencemaran Air Di Provinsi Jawa Timur
ata_pub/0000/api_pub/91/da_04/1 pada 5
Peraturan Gubernur Jabar No.78 Tahun 2015 tentang
Oktober 2020
Gerakan Citarum Bersih, Sehat, Indah dan Lestari
Diva-gis. (2020). Peta Administrasi Indonesia.
Peraturan Gubernur No. 28 Tahun 2019 tentang
Diunduh melalui http://www.diva-gis.org/gdata
Rencana Aksi Pengendalian Pencemaran dan
pada 10 Oktober 2020.
Kerusakan Daerah Aliran Sungai Citarum tahun
DLH Kabupaten Bandung. 2009. Indikator Beban 2020-2025
Pencemar Aktivitas Peternakan. Kab. Bandung:
Peraturan Presiden Nomor 15 Tahun 2018 tentang
DLH.
Percepatan Pengendalian Pencemaran dan
IPCC. 2014. Summary for Policymakers. Climate Kerusakan Daerah Aliran Sungai Citarum
Change 2014: Impacts, Adaptation and
Peraturan Presiden Nomor 46 Tahun 2005 tentang
Vulnerability - Contributions of the Working
Pengesahan Montreal Amendment to The
Group II to the Fifth Assessment Report.
Montreal Protocol on Substances that Deplete The
https://doi.org/10.1016/j.renene.209.11.012
Ozone Layer
Kementerian Pertanian. 2019. Statistik Peternakan
Setyaningrum, Ika. 2015 'Peningkatan Pengelolaan
dan Kesehatan Hewan. Jakarta: Kementerian
Sampah Melalui Bank Sampah'. Dalam Teknik PWK.
Pertanian.
No. 2. Hal. 185-196.
Kep Gub 614/ Kep1303-DLH/2018 tentang Sekretariat
SNI 7645 Tahun 2010 tentang Klasikasi Penutup Lahan
Satgas PPK DAS Citarum
Undang-Undang Nomor 4 Tahun 2011 tentang
Kep Gub 614/Kep1304-DLH/2018 tentang Kelompok
Informasi Geospasial
Kerja PPK DAS Citarum
Kepmen LHK Nomor 51 Tahun 2004 tentang Baku
Mutu Air Laut.
BAB V
STATUS LINGKUNGAN HIDUP
EKOREGION BALI NUSA TENGGARA
alih fungsi
lahan
pencemaran
air
persampahan
Status Lingkungan Hidup Indonesia 2020 86
kekayaan
sumber destinasi
daya alam wisata
perekonomian
meningkat
tingkat pembuangan
akses sampah
kemiskinan sanitasi tidak pada
masyarakat tidak baik tempatnya
5.3 Analisis DPSIR dari Isu Lingkungan Ekoregion Bali Nusra yang terdiri dari isu alih
Hidup Prioritas di Wilayah Ekoregion fungsi lahan, pencemaran air dan persampahan
Bali Nusra dapat dilihat pada Gambar 5.2 di bawah ini.
Gambar 5.3 Jumlah Penduduk dan Laju Pertumbuhan Penduduk Ekoregion Bali Nusra
Sumber: (BPS), 2020
Gambar 5.4 Peta Kepadatan Penduduk Ekoregion Bali Nusra Tahun 2019
Sumber: (BPS), 2020
Status Lingkungan Hidup Indonesia 2020 90
5.3.1.2 Kekayaan Sumber Daya Alam Pemandangan yang indah pada wilayah lautan,
pesisir dan daratan menyebabkan ekoregion Bali
Perairan Bali dan Nusa Tenggara sangat strategis
Nusra sangat berperan pada penyerapan devisa
bila dilihat dari peta ekoregion, karena berada
dari sektor pariwisata. Tentunya sektor ini
pada pertemuan Samudera Hindia dan Samudera
menjadi daya tarik untuk proses migrasi serta
Pa s i k . Po s i s i s t r a t e g i s t e r s e b u t j u g a
eksploitasi sumber daya alam. Jumlah wisatawan
menyebabkan di Kawasan ini terdapat kawasan
yang datang ke ekoregion Bali Nusra dapat dilihat
konservasi terumbu karang, yang dikenal dengan
pada grak berikut. Gambar 5.5 menguatkan
"Coral Triangle Initiative" (CTI) (Torres-Pulliza et
bahwa Provinsi Bali masih menjadi primadona
al., 2013).
destinasi wisata yang sebenarnya tidak hanya di
ekoregion ini, namun juga di Indonesia. Secara
konstan di Provinsi Bali jumlah wisatawan terus
meningkat dari 4.001.835 jiwa di tahun 2015
menjadi 6.275.210 jiwa di tahun 2019.
Sementara jumlah wisatawan di NTB dan NTT
juga meningkat pada kurun waktu 2015-2017.
Aktivitas sektor pariwisata ini tidak hanya akan
meningkatkan kegiatan perekonomian di
Ekoregion Bali-Nusra, namun berpotensi menjadi
pemicu isu kerusakan lingkungan secara langsung
ataupun tidak langsung termasuk alih fungsi lahan,
Gambar 5.5 Jumlah Wisatawan Mancanegara
di Ekoregion Bali Nusra Tahun 2015-2019 peningkatan kebutuhan air, bahkan timbulan air
Sumber: BPS, 2020a limbah dan sampah.
5.3.2 Pressure penekan bagi seluruh isu, karena aktivitas ini akan
menyebabkan terjadinya alih fungsi lahan,
5.3.2.1 Perkembangan Pemukiman peningkatan kebutuhan air minum serta secara
Penduduk otomatis akan meningkatkan timbulan air limbah
Peningkatan jumlah penduduk yang terjadi setiap dan sampah yang berasal dari aktivitas domestik.
tahun di wilayah ekoregion Bali Nusra seperti Persentase rumah tangga yang memiliki akses
dipaparkan pada bagian 5.3.1.1 menyebabkan hunian layak dan terjangkau di Ekoregion Bali
peningkatan kebutuhan pemukiman. Peraturan Nusra tahun 2015-2019 dapat dilihat pada Tabel
Pemerintah Republik Indonesia nomor 14 tahun 5.1 berikut.
2016 tentang penyelenggaraan perumahan dan Persentase Rumah Tangga yang
kawasan pemukiman menyatakan bahwa Memiliki Akses Terhadap Hunian
Provinsi
kawasan pemukiman adalah bagian dari Yang Layak Dan Terjangkau
lingkungan hidup di luar kawasan lindung, baik 2015 2016 2017 2018 2019
berupa kawasan perkotaan maupun perdesaan. BALI 98.7 98.97 99.29 99.03 77.24
Pemukiman berfungsi sebagai lingkungan tempat NUSA TENGGARA
BARAT 93.73 96.52 96.39 97.06 56.35
tinggal atau hunian dan tempat kegiatan yang
NUSA TENGGARA
mendukung perikehidupan dan penghidupan. TIMUR 56.4 59.67 66.25 72.06 32.08
Kebutuhan tempat tinggal beserta sarana dan INDONESIA 92.85 94 95.05 95.7 56.51
prasarananya merupakan kebutuhan dasar setiap Tabel 5.1
manusia. Persentase Rumah Tangga yang Memiliki Akses
Terhadap Hunian yang Layak dan Terjangkau
Perkembangan pemukiman ini merupakan di Ekoregion Bali Nusra Tahun 2015-2019
Sumber: BPS, 2020c
Status Lingkungan Hidup Indonesia 2020 92
Kondisi perumahan yang layak semestinya kelayakan. IUP Khusus Eksplorasi yang
menjadi syarat utama dalam menjaga derajat selanjutnya disebut IUPK Eksplorasi yang
kesehatan penghuninya. Peraturan Menteri merupakan izin usaha untuk melakukan tahapan
Perumahan Rakyat Republik Indonesia no kegiatan penyelidikan umum, eksplorasi, dan
22/Permen/M/2008 menetapkan rumah layak studi kelayakan di WIUPK. Data yang disajikan
huni adalah dengan luas lantai per kapita minimum pada Gambar 5.8 adalah perkembangan izin
7,2 m2 per jiwa. Berdasarkan kriteria-kriteria usaha pertambangan di provinsi Bali, NTB dan
tersebut, secara umum perumahan layak huni di NTT pada tahun 2018. Tercatat jumlah Izin Galian
ekoregion Bali Nusra pada tahun 2019 tercatat Berbadan Hukum (BH) dan Galian Usaha Rumah
mengalami penurunan dibandingkan tahun 2018. Tangga (URT) terbanyak di Provinsi NTT diikuti
Secara keseluruhan di ekoregion Bali Nusra oleh provinsi NTB. Sementara di Provinsi Bali
persentase rumah tangga yang memiliki akses hanya terdapat 5 Galian BH dan 482 Galian URT.
terhadap hunian layak menurun tajam dari Namun demikian kontribusi PDRB sektor
95,70% menjadi 56,51%. Angka kemiskinan yang pertambangan dan galian terbesar ternyata ada di
tinggi di Provinsi NTT menyebabkan persentase Provinsi NTB dibandingkan provinsi NTT hingga
rumah tangga dengan akses hunian yang layak di mencapai 13,96% di Tahun 2019. Hal itu dapat
wilayah ini menjadi yang terkecil jika dibandingkan dilihat pada Tabel 5.2 sebagai berikut.
provinsi lainnya.
Provinsi GalianBH GalianURT Jumlah
5.3.2.2 Izin Usaha Pertambangan dan
Bali 5 482 487
Perkebunan
NTB 5 6.716 6.721
Peraturan Menteri ESDM No.26 Tahun 2018 NTT 20 11.7 74 11.794
terdiri dari IUP eksplorasi yaitu izin usaha yang
diberikan untuk melakukan tahapan kegiatan Tabel 5.2 Banyaknya Usaha/ Perusahaan
penyelidikan umum, eksplorasi, dan studi Penggalian di Ekoregion Bali Nusra 2018
Sumber: Statistika Pertambangan Bahan Galian Indonesia, 2018
Pada sektor perkebunan, undang-undang nomor Nusra didominasi oleh Provinsi NTT dengan
18 Tahun 2004 menyatakan bahwa perkebunan produksi di Tahun 2019 mencapai 114,4 ribu ton,
adalah segala kegiatan yang mengusahakan diikuti Provinsi NTB dengan produksi mencapai
tanaman tertentu pada tanah dan/ atau media 106,1 ribu ton dan Bali hanya mencapai 89,1 ribu
tumbuh lainnya dalam ekosistem yang sesuai, ton. Aktivitas perkebunan dapat mengancam alih
mengolah dan memasarkan barang dan jasa hasil fungsi hutan dan penurunan inltrasi air tanah
tanaman tersebut. Data pada Gambar 5.9 karena akan meningkatkan koesien run off
menunjukkan perkebunan di ekoregion Bali wilayah hutan hingga 300%.
Bali
NTB
NTT
NTB
NTT
tinggi dari Provinsi lainnya, serta menunjukkan tangga yang memiliki akses terhadap sanitasi layak
bahwa sektor industri merupakan salah satu di Provinsi Bali, NTB dan NTT. Terdapat
penekan yang penting bagi isu lingkungkan peningkatan secara gradual persentase rumah
prioritas di Provinsi NTT. tangga yang memiliki akses terhadap sanitasi layak
pada setiap provinsi di ekoregion Bali Nusra pada
kurun waktu 2015-2019. Pada tahun 2019
terdata 94,59% penduduk Bali dan 80,02%
penduduk NTB memiliki akses sanitasi layak.
Persentase tersebut melebihi rata-rata nasional
yang mencapai 77,39% di tahun 2019.
Sedangkan angka persentase akses sanitasi layak
di NTT hanya 64,55% (lebih rendah dari rata-rata
nasional), kondisi ini harus diperhatikan
mengingat penduduk di Provinsi NTT paling
Gambar 5.13 Kontribusi Terhadap PDRB dan
Pertumbuhan Kategori Industri di NTT, 2015-2019
banyak di ekoregion ini dan angka pertumbuhan
Sumber: BPS, 2020d penduduknya cukup tinggi yaitu 1,66%.
Sementara di Provinsi NTT sektor industri terus
Namun demikian jumlah industri di Provinsi NTT mengalami perkembangan sehingga dapat
jauh lebih sedikit jika dibandingkan Provinsi Bali, memicu pertumbuhan penduduk dan
sehingga jumlah tenaga kerja yang terserap masih meningkatkan tekanan terhadap lingkungan.
jauh lebih sedikit. Tentunya hal ini menjadi Fakta ini juga menunjukkan terdapat hubungan
pekerjaan rumah bagi pemerintah agar jumlah antara kemiskinan dan akses sanitasi mengingat
industri terus mengalami peningkatan sehingga angka kemiskinan di Provinsi NTT yang tertinggi
dapat menyerap tenaga kerja lebih banyak dan di ekoregion Bali Nusra (sub bab 5.3.1.3).
mampu menurunkan angka kemiskinan.
5.3.2.4 Akses Sanitasi Layak dan
Potensi Pencemaran Limbah Domestik
KBBI mendenisikan sanitasi sebagai usaha untuk
membina dan menciptakan suatu keadaan yang
baik di bidang kesehatan, terutama kesehatan
masyarakat dengan cara menyehatkan lingkungan
hidup manusia terutama lingkungan sik, yaitu
tanah, air, dan udara. Menurut pengertian
keciptakaryaan sanitasi terdiri dari air bersih,
sistem pengelolaan limbah rumah tangga, Gambar 5.14 Persentase Akses Layanan Sanitasi
sampah, dan drainase. Layak (Rumah Tangga) Tahun 2019
Sumber: Statistik Indonesia, 2020
Terkait air limbah, sanitasi sendiri terdiri
bangunan atas dan bawah, selain water closet Pertumbuhan penduduk yang cepat dan arus
tentunya ada leher angsa dan sistem sewerage urbanisasi menyebabkan penumpukan
ataupun tangki septik. Kondisi sanitasi yang tidak pemukiman pada daerah perkotaan. Beban
layak tentunya akan sangat berpotensi limbah domestik pada daerah padat penduduk
menyebabkan degradasi kualitas lingkungan. dapat melebihi kapasitas asimilasi sungai terutama
Gambar 5.14 mencatat persentase rumah pada musim kemarau (Sururi et al., 2019). Beban
limbah domestik pada daerah padat penduduk Jika diasumsikan beban pencemaran BOD
dapat melebihi kapasitas asimilasi sungai terutama sebesar 57 gr/orang/hari, TSS sebesar 36
pada musim kemarau (Sururi et al., 2019). Beban gr/orang/hari, dan COD sebesar 56 gr/orang/hari
pencemaran akibat limbah domestik dapat (standar desiminasi PLP Cipta Karya) dan 1 KK
diestimasi dengan mengalikan beban pencemaran terdiri dari 5 jiwa, serta dengan memperhatikan
akibat limbah domestik per kapita dengan angka BABS pada setiap provinsi maka potensi
populasi penduduk di daerah tersebut. pencemaran limbah domestik di setiap Provinsi di
Ekoregion Bali Nusra dapat dilihat pada Gambar
5.15 berikut.
Gambar 5.16 Peta Potensi Pencemar BOD Ekoregion Bali Nusra Tahun 2019
Sumber: Hasil Perhitungan, 2020
Status Lingkungan Hidup Indonesia 2020 98
al. (2019) dapat menimbulkan pencemaran bahan Sapi Kuda Babi Kerbau Kambing Domba
organik yang sangat besar terutama jika hulu
BOD 640,0 220,0 200,0 640,0 220,0 220,0
sungai dijadikan area peternakan. Lebih jauh
Sururi et al. (2020) menunjukkan bahwa senyawa COD 1640,0 540,0 480,0 1640,0 540,0 540,0
organik yang teridentikasi dari kotoran ternak T-N 2,6 3,8 3,8 2,6 0,3 0,3
adalah protein yang akan menyulitkan proses
pengolahan air minum. T-P 0,2 0,3 0,3 0,4 0,3 0,1
Seperti terlihat pada Tabel 5.3, jenis hewan Tabel 5.4 Faktor Emisi Hewan Ternak
Sumber: DLH Kabupaten Bandung, 2009
terbanyak yang diternakkan di ke-3 provinsi di
ekoregion Bali Nusra adalah babi. Peternakan
babi dominan ditemui di Provinsi NTT (2.432.501 Ekoregion/Pro vinsi Hewan Jumlah Beban Emisi (kg/hari)
Ternak BOD COD T-N T-P
ekor), sementara sapi dominan di Provinsi NTB Bali Sapi 607.131 388.564 995.695 1.579 121
(1.242.749 ekor), walaupun di NTT juga tercatat Kerbau 1.192 763 1.955 3,10 0,48
jumlah ternak sapi yang sangat tinggi (1.087.644 Kuda 195 43 105 0,74 0,06
Kambing 65.558 14.423 35.401 20 20
ekor). Secara keseluruhan dari 6 jenis hewan Domba - - - - -
ternak, maka provinsi dengan jumlah terbanyak Babi 850.870 170.174 408.418 3.233 255,26
Jumlah 1.524.946 573.966 1.441.574 4.835 397
ada di Provinsi NTT (4.688.642 ekor), Provinsi
Nusa Tenggara Sapi 1.242.749 795.359 2.038.108 3.231 249
NTB (2.202.419 ekor), dan Provinsi Bali Barat Kerbau 124.527 79.697 204.224 324 50
(1.524.946 ekor). Dengan menggunakan faktor Kuda 47.576 10.467 25.691 180,79 14,27
Kambing 701.427 154.314 378.771 210 210
emisi yang tercantum pada Tabel 5.4, maka Do mba 27.241 5.993 14.710 8,17 2,72
perkiraan potensi beban BOD, COD, T-N, dan T- Babi 58.899 11.780 28.272 224 18
P dari masing-masing jenis hewan di Ekoregion Jumlah 2.202.419 1.057.610 2.689.776 4.178 543
Nusa Tenggara Sapi 1.087.644 696.092 1.783.736 2.828 218
Bali Nusra dapat dilihat pada Tabel 5.5. Timur Kerbau 174.903 111.938 286.841 455 70
Kuda 109.355 24.058 59.052 415,5 5 32,81
Kambing 818.650 180.103 442.071 246 246
Domba 65.589 14.430 35.418 20 6,56
Babi 2.432.501 486.500 1.167.600 9.244 730
Jumlah 4.688.642 1.513.121 3.774.718 13.207 1.302
C Jumlah 2.649,03
E Jumlah 7.269,57
Tabel 5.7 Luas Tutupan Lahan dan Statusnya (Tahun 2018)
Sumber: KLHK, 2019
Tipologi Kesatuan Pengelolaan Hutan (KPH) terbatas dan hutan produksi. Tipologi lainnya
disusun melalui pengelompokkan KPH adalah hutan produksi yang dapat di konservasi
berdasarkan karakteristik pengelola KPH, seluas 78,49 ribu Ha (1,08%). Data tersebut
partisipasi para pihak dan potensi usahanya. menginformasikan wilayah hutan di ekoregion
Berdasarkan tipologinya maka wilayah hutan Bali Nusra sebanyak 36,44% sementara sisanya
tetap di ekoregion ini terdata seluas 2.570,53 ribu (63,56%) merupakan areal penggunaan lainnya.
Ha (35,36%) dengan peruntukan untuk hutan Hal itu dapat dilihat pada Tabel 5.8.
konservasi, hutan lindung, hutan produksi
Tabel 5.8 Persentase Luas Tutupan Lahan dan Statusnya (Tahun 2018)
Sumber: KLHK, 2019
Gambar 5.18 menunjukkan kepadatan Provinsi (22%) dibandingkan Provinsi NTT (30,5%) dan
Bali yang sangat tinggi menyebabkan luas kawasan NTB (55,8%).
hutan dan konservasi di wilayah ini paling kecil
Gambar 5.18 Luas Kawasan Hutan dan Kawasan Konservasi Perairan Indonesia
Berdasarkan SK Menteri Lingkungan Hidup dan Kehutanan sampai Desember 2019
Sumber: KLHK, 2020
5.3.3.2 Indeks Kualitas Tutupan Lahan yang mencapai angka 750 jiwa/km2 di Provinsi
bali menyebabkan IKTL secara gradual
Kualitas tutupan lahan diukur berdasarkan luas
mengalami penurunan hingga mencapai 41,56 di
tutupan lahan dan dinamika vegetasi sehingga
tahun 2018. Selain itu seperti dijelaskan di bagian
menggambarkan adanya aspek konservasi, aspek
penekan bahwa angka pariwisata dan industri di
rehabilitasi dan karateristik wilayah secara spasial.
Provinsi Bali lebih tinggi dibandingkan provinsi
IKTL di Provinsi Bali di tahun 2019 hanya
lainnya. Sementara tren positif terlihat di NTB
mencapai 41,34 dan termasuk pada kategori
dan NTT dengan peningkatan IKTL secara
kurang baik, sementara IKTL di NTB dan NTT
perlahan, walaupun laju pertambahan penduduk
termasuk kategori cukup baik (Gambar 5.19).
di wilayah ini mengalami kenaikan. Jika dilihat
Fenomena ini menggambarkan bahwa kepadatan
lebih detail, penekan di NTB dan NTT adalah
penduduk merupakan parameter pemicu (driving
sektor peternakan, walaupun di NTT terdapat
f o r c e ) y a n g l e b i h m e m p e n g a r u h i I KT L
fenomena sektor industri yang terus meningkat
dibandingkan angka pertumbuhan penduduk.
dan NTB memiliki perkebunan yang cukup
Tabel 5.9 menunjukkan trend IKTL di 3 provinsi signikan namun kondisi ini masih bisa terkelola
pada ekoregion Bali Nusra. Kepadatan penduduk dengan baik sehingga IKTL dapat meningkat.
Gambar 5.19 Peta Nilai IKTL Ekoregion Bali Nusra Tahun 2019
Sumber: KLHK, 2020
5.3.3.3 Indeks Kualitas Air Sungai status mutu air dengan metode indeks
pencemaran sesuai Keputusan Menteri
Perilaku masyarakat dalam mengelola lingkungan
Lingkungan Hidup Nomor 115 Tahun 2003
selain berpengaruh terhadap kondisi biosik
tentang Pedoman Penentuan Status Mutu Air.
lahan, juga berpengaruh terhadap kualitas air.
Status kualitas air dilihat dari Indeks Kualitas Air
(IKA) yang dihitung berdasarkan perhitungan
Gambar 5.20 menunjukkan rekapitulasi IKA 5.3.3.4 Kuantitas Sumber Daya Air
tahun 2015-2019 dari ketiga provinsi di ekoregion Permukaan
Bali Nusra. Gambar tersebut memperlihatkan
Pe r t u m b u h a n p e n d u d u k d a n a k t i v i t a s
nilai tertinggi, rata-rata, dan nilai terendah. Secara
pembangunan yang tinggi menambah masalah
keseluruhan, nilai IKA provinsi Bali lebih tinggi
dalam penyediaan air bersih. Gambar 5.22
dibandingkan dengan dua provinsi lainnya, namun
berikut merupakan persentase penggunaan
secara kontinyu terus menurun. Sementara
sumber air minum di Ekoregion Bali Nusra.
Provinsi NTB, nilai IKA dari tahun 2015-2019
Secara keseluruhan sumber air dominan yang
terlihat naik turun dengan nilai IKA tertinggi di
digunakan di Ekoregion Bali Nusra adalah air
tahun 2018 yang kemudian menurun drastis pada
tanah (sumur tanah dangkal dan sumur bor) dan
tahun 2019. Provinsi NTT pun sama seperti NTB,
air kemasan, serta mata air terlindung.
namun pada range tahun 2017-2019 terus
meningkat. Apabila dilihat berdasarkan
kategorinya, Provinsi Bali terkategori dari sangat
baik (> 70) sampai akhirnya terkategori baik (>
60, < 70). Sedangkan Provinsi NTB, sempat
terkategori sangat baik sampai akhirnya
terkategori sangat kurang baik (< 50) di tahun
2019. Provinsi NTT, terkategori kurang baik (>
50, < 60) di tahun 2019 (Gambar 5.21). Jika
melihat rata-rata pada gambar di atas, dapat
disimpulkan ekoregion Bali Nusra terkategorikan
masih kurang baik di tahun 2019, walaupun
sempat terkategorikan sangat baik di tahun 2018.
Status Lingkungan Hidup Indonesia 2020 104
Gambar 5.22 Persentase Penggunaan Sumber Air Minum di Ekoregion Bali Nusra
Sumber: BPS, 2020
5.3.3.5 Peningkatan Timbulan Sampah pun sama terdiri dari kota/kabupaten sedang
Gambar 5.23 menunjukkan timbulan dan besar, dan sementara NTT teridiri dari
sampah (ton/hari) pada Tahun 2019 di kota/kabupaten sedang dan kecil, standar
ekoregion Bali Nusra. Timbulan sampah akan timbulan sampah per orang per hari untuk
sangat tergantung dari tingkat ekonomi dan kota kecil, yaitu 0,625 kg/orang/hari (SNI,
jumlah penduduk yang ada di masing-masing 1995). Perhitungan timbulan
provinsi.Provinsi terdiri dari kabupaten/kota memperhitungkan jumlah penduduk di
dengan kategori sedang dan besar, timbulan Tahun 2019 yang mencapai 4.336.900
sampah per orang per hari di Provinsi Bali penduduk, maka timbulan sampah di Provinsi
tercatat sebesar 0,7 kg/orang/hari untuk Bali tercatat sebanyak 3.314,84 ton/hari,
kota/kabupaten sedang dan 0,8 kg/orang/hari sementara di NTB dan NTT tercatat
untuk kota/kabupaten besar, Provinsi NTB timbulan sampah mencapai 3.791,25 ton/hari
dan 3.806,58 ton/hari secara berurutan.
Gambar 5.23 Jumlah Timbulan Sampah Ekoregion Bali Nusra Tahun 2019 (Ton/hari)
Sumber: Hasil Perhitungan, 2020
Grak 5.24 – 5.26 menampilkan jumlah kabupaten/kota dibagi menjadi 3 kategori,
timbulan sampah di setiap kabupaten/kota di yakni besar, sedang, dan kecil. Untuk
ekoregion Bali Nusra. Dalam data timbulan kota/kabupaten besar sebesar 3,25
sampah ini menggunakan standar timbulan L/orang/hari, untuk sedang sebesar 2,75
sampah per orang per hari berdasarkan SNI L/orang/hari, dan kecil sebesar 2,5
19-3983-1995. Berdasarkan SNI, timbulan L/orang/hari.
sampah per orang per hari untuk
Gambar 5.24 Jumlah Penduduk dan Timbulan Sampah di Provinsi NTT Tahun 2019
Sumber: Hasil Perhitungan, 2020
Gambar 5.25 Jumlah Penduduk dan Timbulan Sampah di Provinsi NTB Tahun 2019
Sumber: Hasil Perhitungan, 2020
Status Lingkungan Hidup Indonesia 2020 106
Gambar 5.26 Jumlah Penduduk dan Timbulan Sampah di Provinsi Bali Tahun 2019
Sumber: Hasil Perhitungan, 2020
2013-
2014 2014-2015 2015-2016 2016-2017 2017-2018
Di Provinsi Bali, perubahan dan alih fungsi lahan 248 unit hotel berbintang dengan jumlah kamar
erat hubungannya dengan kebutuhan mencapai 33.636. Selain itu, perkembangan hotel
pengembangan pariwisata, seperti pertumbuhan melati juga terjadi cukup pesat yaitu mencapai
fasilitas akomodasi penginapan serta industri 1.178 unit hotel dengan 24.358 kamar pada tahun
(lihat bagian 5.3.2.3). Pada tahun 2014 jumlah 2014. Jumlah tersebut bertambah menjadi 1.771
hotel berbintang di Bali sebanyak 217 unit hotel unit hotel dengan 39.175 kamar, pada tahun 2018.
dengan jumlah kamar mencapai 29.541. Pada Kemudian, penginapan berupa pondok wisata
tahun 2018, angka tersebut meningkat menjadi mencapai 2.905 unit pondokan dengan 11.603
kamar, pada tahun 2018. Sehingga, secara total, di 2019 dapat dilihat pada Tabel 5.11 di bawah.
Provinsi Bali terdapat 4.924 unit akomodasi Pada tahun 2014 angka kebakaran huran di
penginapan dengan jumlah 84.414 kamar pada ekoregion ini terdata seluas 4.988,42 Ha, namun
tahun 2018. pada tahun 2019 angka tersebut mengalami
Alih fungsi lahan di Provinsi Nusa Tenggara Barat peningkatan sebesar 23 kali lipat hingga mencapai
(NTB) didominasi oleh akibat ekspansi lahan 116.220,00 Ha. Tabel tersebut juga menunjukkan
pertanian dengan membuka lahan hutan menjadi kebakaran terluas pada setiap tahun selalu terjadi
lahan pertanian hal ini juga terlihat pada unsur di Provinsi NTT, diikuti NTB kemudian di Provinsi
penekan yang dibahas pada bagian 5.3.2.2. Bali. Berkurangnya curah hujan dan terjadinya
kemarau panjang adalah dampak langsung yang
5.3.4.2 Kebakaran Hutan bisa memicu masalah lain pada sektor pertanian
Data terkait kebakaran hutan di wilayah seperti gagal panen dan melemahnya ketahanan
ekoregion Bali Nusra pada kurun waktu 2014- pangan.
Tabel 5.11 Luas Kebakaran Hutan dan Lahan (Ha) Tahun 2014-2019
Sumber : KLHK, 2020
5.3.4.3 Ketersediaan Air kebutuhan air minum akan terus meningkat tidak
hanya untuk keperluan domestik tapi untuk
Keberlanjutan pembangunan juga menghadapi
menunjang kegiatan lainnya seperti pariwisata,
tantangan degradasi dan deplesi SDA terbarukan
industri dan perkebunan.
seperti hutan, air dan keanekaragaman hayati.
Walaupun laju deforestasi telah berkurang secara Pengelolaan cadangan air juga masih perlu
signikan dibandingkan sebelum tahun 2000, ditingkatkan. Cadangan air secara nasional
tutupan hutan diperkirakan tetap menurun dari sebenarnya masih dalam kategori aman. Namun,
50,0 persen dari luas lahan total Indonesia (188 perhatian khusus perlu diberikan untuk cadangan
juta Ha) di tahun 2017 menjadi sekitar 38,0 air di Pulau Jawa yang sudah memasuki status
persen di tahun 2045. Hal ini akan berdampak langka, dan di wilayah Bali-Nusa Tenggara yang
pada kelangkaan air baku khususnya pada pulau- sudah berstatus stres (Bappenas, 2019).
pulau yang memiliki tutupan hutan sangat rendah Perbaikan juga perlu dilakukan untuk kualitas air
seperti Pulau Jawa, Bali dan Nusa Tenggara. yang cenderung menurun sejak tahun 2015.
Resiko kelangkaan air baku juga meningkat di 5.3.4.4 Banjir dan Kekeringan
wilayah lainnya sebagai dampak perubahan iklim.
Luas wilayah kritis air diperkirakan akan Banjir adalah fenomena alam yang sumbernya dari
meningkat dari 6,0 persen di tahun 2000 menjadi curah hujan dengan intensitas tinggi dan durasi
9,6% di tahun 2045 (Bappenas, 2019). Tentunya lama pada daerah aliran sungai (DAS). Kerusakan
kondisi ini harus segera diperhatikan mengingat lingkungan, perubahan sik permukaan tanah
Status Lingkungan Hidup Indonesia 2020 108
menyebabkan penurunan daya tampung dan daya manusia. Kekeringan yang terjadi secara alamiah
simpan air hujan, sehingga sebagian besar curah dibedakan menjadi empat, yaitu kekeringan
hujan dialirkan sebagai air limpasan (run off) yang meteorologis (karena tingkat curah hujan suatu
sangat berpotensial menjadi bencana banjir daerah di bawah normal), kekeringan hidrologis
terutama pada daerah hilir (HK et al.). Jumlah (pasokan air tanah dan air permukaan berkurang),
kejadian banjir di tahun 2018-2019 tercatat kekeringan agronomis (berkurangnya kandungan
tertinggi di Provinsi NTB. Sementara jika air di dalam tanah, sehingga pertumbuhan
dibandingkan dengan kejadian di tahun 2018, tanaman dapat terganggu), dan kekeringan sosial
kejadian banjir di tahun 2019 jauh mengalami e k o n o m i ( b p b d . n t b p r o v. g o . i d ) . J u m l a h
penurunan dan tercatat hanya 5 kali di Bali, 19 kali kekeringan terparah tercatat di Provinsi NTT
di NTB dan 1 kali di NTT. diikuti NTB dan Bali. Jumlah kejadian bencana
Sementara kekeringan adalah salah satu bencana banjir dan kekeringan dapat dilihat pada Tabel
yang terjadi secara alamiah maupun karena 5.12 sebagai berikut.
Box 5.1 Contoh Upaya Panen Air Hujan di Ekoregion Bali - Nusa Tenggara
Ÿ Penduduk Taman Petanu Eco Neighborhood, Alam Santi, Gianyar, memanfaatkan air hujan sebagai sumber air
utama sehari-hari selain penggunaan air bersih dari pemerintah atau sumur bor untuk mengurangi tekanan
penggunaan air tanah. Setiap rumah dilengkapi talang air khusus yang kuat, dilengkapi jaring kasa untuk
menyaring kotoran, dan terhubung ke tangki air dalam rumah. Ukuran tangki disesuaikan dengan perhitungan
jumlah penghuni dan kebutuhan air sehari-hari, serta luas permukaan atap bangunan sebagai media panen air
hujan pertama. Sebelum menuju tangki, ada beberapa titik pengontrol sumbatan aliran, pipa pembuang aliran
air pertama hujan yang kotor dan pipa lter khusus yang membunuh bakteri, kuman, dan lainnya, sehingga air
layak minum.
Ÿ Gerakan Panen Air Hujan untuk Air Minum merupakan peran aktif masyarakat dalam konservasi sumber daya
air. Gerakan ini merupakan hasil kolaborasi masyarakat dengan dengan Conservation International (CI)
Indonesia dan Youth Conservation Initiative.
Ÿ Masyarakat Bajawa, NTT memanfaatkan setiap bangunan/ gedung sebagai media untuk menyalurkan air hujan
yang melimpah di musim hujan ke bak penampungan yang dibangun secara integratif di lantai dasar rumah/
bangunan. Air hujan disaring dengan bahan-bahan alami berupa pasir, kerikil, ijuk atau menggunakan penyaring
elektrik rumahan sebelum digunakan.
SNI, S. N. I. N. 1995. 19-3983-1995 tentang Sururi, M. R., Notodarmojo, S., Roosmini, D., Putra,
Spesikasi Timbulan Sampah Untuk Kota Kecil P. S., Maulana, Y. E., & Dirgawati, M. 2020. An
dan Sedang di Indonesia. Badan Standar Nasional Investigation of a Conventional Water Treatment
(BSN). Plant in Reducing Dissolved Organic Matter and
Soemirat, J. 2011. Kesehatan lingkungan. Yogyakarta, Trihalomethane Formation Potential from a
Gamapress. Tropical River Water Source. Journal of
Engineering & Technological Sciences, 52(2).
Sururi, M. R., Notodarmojo, S., & Roosmini, D. 2019.
AQUATIC ORGANIC MATTER Torres-Pulliza, D., Wilson, J. R., Darmawan, A.,
CHARACTERISTICS AND THMFP Campbell, S. J., & Andréfouët, S. 2013.
OCCURRENCE IN A TROPICAL RIVER. Ecoregional scale seagrass mapping: A tool to
International Journal, 17(62), 203-211. support resilient MPA network design in the
Coral Triangle. Ocean & coastal management, 80,
55-64
Undang-Undang Nomor 18 Tahun 2004 tentang
Perkebunan
alih fungsi
lahan
penurunan
uh a n p
kualitas air mb
laju pertu
end
uduk
bencana
Status Lingkungan Hidup Indonesia 2020 114
pertumbuhan perkembangan
penduduk kebutuhan air
pemukiman & timbulan
penduduk air limbah
peningkatan
pembangunan
kekayaan & investasi potensi
sumber kerusakan
daya alam lingkungan
wilayah terluas di Pulau Kalimantan sekitar 6.2 Isu Lingkungan Hidup di Wilayah
153.564 km2 serta memiliki 13 kabupaten dan 1 Ekoregion Kalimantan
kota. Letak astronomis Provinsi Kalimantan
Berdasarkan hasil penelusuran DIKPLHD 2019
Selatan berada di antara 1o21'49” hingga 4o10'14”
dari beberapa provinsi yang ada di ekoregion ini,
lintang selatan dan 114o91'13” hingga 116o33'28”
maka isu lingkungan potensial yang akan dibahas
pada bujur timur. Luas wilayah Kalimantan Selatan
adalah alih fungsi lahan, penurunan kualitas air dan
mencapai 3.874.423 Ha serta memiliki 11
bencana. Model DPSIR untuk isu potensial dapat
kabupaten dan 2 kota. Provinsi Kalimantan Utara
dilihat pada Gambar 6.2.
merupakan provinsi termuda di Indonesia.
Provinsi ini terletak pada posisi 1˚21'36” -
4˚24'55” Lintang Utara dan 114˚35'22” -
118˚03'00” Bujur Timur. Wilayah berupa daratan
Provinsi Kalimantan Utara seluas 75.467,70 km2
serta memiliki 4 kabupaten dan 1 kota.
n
anga
Ÿ Jumlah dan Laju Pertumbuhan emb
erk iman
Ÿ P k ) an
Penduduk (L, A, B) Pemu (L, B
u k bang
ud rtam
Ÿ Kekayaan SDA (L) Pend saha Pe ayu (L)
U K
Ÿ Iz
in uksi hotelan/
Ÿ Urbanisasi (A) Prod r
dan saha Pe
in U n
Ÿ Iz iwisata si Laya
(L) k da
Par it a (A)
s e s Sa n
e m aran
k c
Ÿ A ban Pen maran (A)
Gambar 6.2 Be
eban
e
Penc rnakan han
ete tu
Ÿ B tivitas P a Kebu
Skematika Model DPSIR Ak g k atny
enin um (A)
M
Sumber: Hasil Analisis, 2020 Ÿ
Air M
in
Ÿ
Ÿ
Pera
Reh turan d
Response
d abilit an K
Ÿ
Ÿ an asi eb
Pen Penghij Lahan ijakan (L
PROgawasanauan) (LKritis (Re , A, B)
Monitoring
Ÿ PE (L ,B bo
Pen R (L , A) ) isasi
Kua gawasa , A) L : Lahan
Ÿ
PROlitas Air n dan P
Ÿ
Peng KASIH Secara emantau A : Air
e ru (A P e a n
Ÿ
(A)
Pem
kan )
Rutin
ri odik
(A) B : Bencana
Berk antaua Alur
Pem ala (B) n Data H
Sung n
aa
Ÿ ai Ba
rito
Pem bentuk un
Ÿ otsp
o
Ped bentuk an Satg t Sec
ara gg
Ÿ
Patr uli Karh an Kelo as Karh en
Pem oli Karh utla (B) mpok Mutla (B) nP
Ÿ
b
Gam entuk tla (B u
Mem but Da an Tim )
asya
raka da
an
Ÿ t
Sosi buat P erah (B Restora ah
Ÿ
Ÿ
Keg alisasi K eta Raw ) si
nL (L)
Karhiatan Simarhutla an Karh a ) utan )
utla u la si (B) utla
tup (L ai
(A
Tu han an H
(B) Pena (B)
nggu
langa
Ÿ La s u ng
wa L) r S
n
Ka L ( Ai
Ÿ IKT litas
Ÿ Kua
Ÿ Ÿ
Ÿ Ke
Ÿ W bak
Ba ater aran
nji bo H
r ( rne uta
L,
A) Dis n (L
ea )
se
s(
A)
6.3 Analisis DPSIR dari Isu Lingkungan penduduk di lima provinsi di ekoregion
Hidup Prioritas di Wilayah Ekoregion Kalimantan. Seperti ditunjukkan oleh Gambar
Kalimantan 6.2, laju pertumbuhan penduduk merupakan
driving force atau pemicu untuk isu lahan, air dan
6.3.1 Driving Force bencana. Jumlah penduduk yang besar
6.3.1.1 Jumlah dan Laju Pertumbuhan menyebabkan tingginya kebutuhan akan lahan,
peningkatan kuantitas kebutuhan air minum serta
Penduduk
by-product berupa air limbah yang dapat berasal
Tabel 6.1 memperlihatkan jumlah penduduk, dari aktivitas domestik dan non domestik.
pertumbuhan penduduk serta kepadatan
Tahun 2019 laju pertumbuhan penduduk tertinggi penduduk dan laju pertumbuhan penduduk dapat
di ekoregion Kalimantan terdata di Provinsi dilihat pada Gambar 6.3. Adapun peta
Kalimantan Utara sebesar 3,84%, walaupun kepadatan penduduk tahun 2019 disajikan pada
seperti terlihat pada Gambar 6.3 jumlah Gambar 6.4.
penduduk di wilayah provinsi ini jauh lebih rendah
dibandingkan provinsi lainnya di ekoregion ini.
Pada tahun yang sama jumlah penduduk
terbanyak tercatat di Kalimantan Barat dengan
jumlah penduduk sebanyak 5.069.127 jiwa.
Sementara kepadatan penduduk tertinggi di
ekoregion ini di tahun 2019 mencapai 109,54
jiwa/km2 di Provinsi Kalimantan Selatan. Tabel
kependudukan ekoregion Kalimantan dapat Gambar 6.3 Jumlah Penduduk dan Laju
dilihat pada Tabel 6.1 serta grak jumlah Pertumbuhan Penduduk Ekoregion Kalimantan
Sumber: BPS, 2019
6.3.1.2 Kekayaan Sumber Daya Alam mencapai 3.859 IUP (Data ESDM,2012) dengan
luas: 16.285.863 Ha atau 30% dari Luas
Kalimantan selama ini dikenal memiliki potensi
Kalimantan. Sementara Izin usaha pertambangan
sumber daya alam yang berlimpah untuk
Batubara mencapai 2.636 IUP (Kalimantan
mendukung kebijakan pemerintah dalam
Timur: 1.363 IUP). Secara khusus Bappenas
membangun perekonomian Indonesia. Oleh
(2019) menyatakan pemanfaatan sumber daya
karena itu laju pembangunan dan investasi di
gas bumi dan batubara untuk industri dan
Kalimantan mengalami peningkatan dari tahun ke
kelistrikan ke depan akan difokuskan pada
tahun melalui investasi modal dalam negeri
pemanfaatan batubara dari Kalimantan Selatan,
maupun investasi modal asing.
dan Kalimantan Timur. Penyediaan energi bagi
Tahun 2012, ekoregion Kalimantan masih industri dan kelistrikan juga akan dipenuhi melalui
memiliki 46,61% hutan primer dan hutan pengembangan potensi energi terbarukan di
sekunder. Morfologi dan morfogenesa ekoregion Kalimantan bagian timur.
Pulau Kalimantan dapat diklasikasikan dalam 10
Melimpahnya sumber daya alam di Pulau
kelas, yaitu: (1). Dataran Pantai; (2). Dataran
Kalimantan tentunya menyebabkan besarnya
Fluvial; (3). Dataran Gambut; (4). Dataran
upaya eksplorasi sumber daya alam tersebut,
Struktural; (5). Perbukitan Karst; (6). Perbukitan
sehingga jika tidak dikendalikan dengan prinsip
Denudasional; (7). Perbukitan Struktural; (8).
kehati-hatian tentunya berpotensi menyebabkan
Pegunungan Denudasional; (9). Pegunungan
bencana alam. Eksplorasi sumber daya alam
Struktural; dan (10). Pegunungan Vulkanik
tentunya akan merubah bentang alam serta
(Intrusif Batuan Beku Tua Kalimantan). Sumber
menimbulkan migrasi dan akan meningkatkan
daya mineral, batubara dan migas di ekoregion
jumlah penduduk di Pulau Kalimantan. Sumber
Kalimantan sangat kaya dengan potensi dan
daya alam Ekoregion Kalimantan dapat dilihat
cadangan mineral, batubara, dan migas. Hingga
pada Gambar 6.5.
tahun 2012 jumlah izin usaha pertambangan
Kemiskinan menurut BPS adalah ketidakmampu- kota tercatat hanya 6,89%. Rata-rata kemiskinan
an untuk memenuhi kebutuhan dasar seperti di desa dan kota di tahun 2018 sebesar 9,66%
makanan dan non-makanan yang diukur dari sisi menurun dibandingkan tahun 2017 yang
pengeluaran. Data mengenai tingkat kemiskinan mencapai 10,12%. Tabel Persentase Penduduk
masyarakat di ekoregion Kalimantan Miskin Menurut Wilayah dapat dilihat pada Tabel
diinformasikan pada Tabel 6.3. Tahun 2018 6.3.
kemiskinan di desa tercatat 13,10% sementara di
Persentase Penduduk Miskin Menurut Wilayah (%)
Wilayah 2017 2018
Semester 1 (Maret) Semester 2 (September) Tahunan Semester 1 (Maret) Semester 2 (September) Tahunan
Kota+Desa 10.64 10.12 - 9.82 9.66 -
Kota 7.72 7.26 - 7.02 6.89 -
Desa 13.93 13.47 - 13.2 13.1 -
Tingkat kemiskinan menjadi krusial untuk dibahas miskin terbesar ke yang terkecil terdata di
karena berhubungan dengan kemampuan Kalimantan Barat, kemudian Kalimantan Timur,
masyarakat untuk mendapatkan akses Kalimantan Tengah dan Kalimantan Tengah.
perumahan dan sanitasi yang layak yang menjadi Jumlah dan persentase penduduk miskin di
pemicu isu lingkungan terkait lahan, air bahkan Ekoregion Kalimantan dapat dilihat pada
kebencanaan. Di Provinsi Kalimantan, tercatat Gambar 6.6.
pada kurun waktu 2015-2019, jumlah penduduk
Gambar 6.6 Jumlah dan Persentase Penduduk Miskin Ekoregion Kalimantan Tahun 2015-2019
Sumber: BPS, 2020a
Gambar 6.7 Peta Persentase Penduduk Miskin Ekoregion Kalimantan Tahun 2019
Sumber: BPS, 2020a
6.3.1 Pressure Walaupun pada tahun 2019 Provinsi Kalimantan
Barat memiliki jumlah penduduk yang banyak
6.3.2.1 Perkembangan Pemukiman
(lihat sub bab 6.3.1.1), namun luas wilayah
Penduduk pemukiman di provinsi ini lebih rendah
Jumlah dan pertumbuhan penduduk yang tinggi dibandingkan Provinsi Kalimantan Tengah dan
menyebabkan kebutuhan akan lahan pemukiman Kalimantan Timur yang mencapai 73 ribu Ha dan
meningkat. Salah satu penekan terjadinya alih lebih dari 79 ribu Ha secara berurutan (Tabel
fungsi lahan adalah adanya kebutuhan lahan 6.5). Sementara persentase jumlah hunian layak
pemukiman. Pada tahun 2014 lahan permukiman di ekoregion ini tercatat mengalami penurunan
di ekoregion Kalimantan tercatat 197,3 Ha dan secara drastis di tahun 2019 (Gambar 6.8). Pada
meningkat hampir 45% di tahun 2018 dengan tahun 2019, persentase hunian layak terbesar
luas lahan permukiman mencapai 284,1 Ha. Tabel terdata di Provinsi Kalimantan Timur (65,55%),
perkembangan tutupan lahan permukiman dan yang paling rendah tercatat di Provinsi
Ekoregion Kalimantan dapat dilihat pada Tabel Kalimantan Selatan (46,73%). Jika dilihat dari
6.4. tingkat kemiskinan sebetulnya angka kemiskinan
di Provinsi Kalimantan Selatan lebih rendah
Perkembangan Tutupan Lahan Permukiman (Ha)
dibandingkan provinsi lainnya di Kalimantan
2014 2015 2016 2017 2018
kecuali Kalimantan Tengah, namun provinsi ini
197.3 208.5 229.2 253.5 284.1 diketahui memiliki kepadatan yang paling tinggi di
Tabel 6.4 ekoregion Kalimantan sehingga terdapat
Perkembangan Tutupan Lahan Permukiman k emungkinan mahalnya harga tanah
Sumber: KLHK, 2019
mempengaruhi hunian layak di ekoregion ini. Luas
Provinsi 2015 2016 2017 2018 2019 wilayah pemukiman di ekoregion Kalimantan
Kalimantan Barat (Ha) 45,956.29 50,596.62 53,212.25 dapat dilihat pada Tabel 6.5. Serta hunian layak
Kalimantan Selatan (Ha) 98,631.00
Kalimantan Tengah (Ha) 70,179.35 73,039.66
dalam persen di Ekoregion Kalimantan dapat
Kalimantan Timur (Ha) 58,825.00 60,204.00 67,105.32 77,430.21 79,460.20 dilihat pada Gambar 6.8.
Kalimantan Utara (Ha) 9,610.41
6.3.2.2 Izin Usaha Pertambangan, dan 2018 terdata di Provinsi Kalimantan Barat,
Produksi Kayu sementara Galian Urusan Rumah Tangga (URT)
terbanyak terdapat di Kalimantan Selatan (2805
Aktivitas penggunaan lahan menggambarkan
URT)). Rata-rata di ekoregion ini memiliki URT
bentuk sik dari aktivitas sosial-ekonomi
lebih dari 1.000, kecuali di Provinsi Kalimantan
masyarakat di suatu wilayah. Dalam skala
Timur (957 URT) dan Kalimantan Utara (537
nasional, dalam kurun waktu tiga dekade terakhir,
URT). Namun demikian pada kurun waktu 2015-
setidaknya terdapat dua tren utama proses alih
2019 sumbangsih sektor pertambangan paling
fungsi lahan yang menonjol, yakni proses
tinggi terdata di Provinsi Kalimantan Timur
deforestasi dan urbanisasi-suburbanisasi
dengan range angka mendekati 50%, diikuti
(Rustiadi, 2001; RUSTIADI et al., 1999). Aktivitas
Ka l i m a n t a n U t a r a ( 2 7 , 3 3 - 3 0 , 3 0 % ) d a n
antropogenik yang dianggap secara signikan
Kalimantan Selatan (25,06-27,32%). Kondisi ini
menjadi penekan isu lingkungan potensial di
menggambarkan tekanan lingkungan dari sektor
ekoregion Kalimantan adalah sektor
pertambangan di provinsi-provinsi tersebut di
pertambangan dan produksi kayu.
ekoregion ini. Jumlah perusahaan di Ekoregion
a. Pertambangan Kalimantan dapat dilihat pada Tabel 6.6 beserta
grak yang dapat dilihat pada Gambar 6.9.
Pertambangan, menurut Undang-Undang
Nomor 4 tahun 2009 tentang Pertambangan Provinsi Galian BH Galian URT Jumlah
Mineral dan Batubara (UU No. 4/2009) adalah Kalimantan Barat 33 1,033 1,066
sebagian atau seluruh tahapan kegiatan dalam Kalimantan Selatan 13 2,805 2,818
Gambar 6.9 Kontribusi dan Laju Pertumbuhan PDRB Sektor Pertambangan dan Penggalian
Berdasarkan Harga Konstan Ekoregion Kalimantan Tahun 2015-2019
Sumber: BPS, 2020c
b. Produksi Kayu Barat. Pada sisi produksi pemanfaatan Hasil
Hutan Kayu dari Hutan Alam paling tinggi
Izin Pemanfaatan Kayu yang selanjutnya disebut
dihasilkan dari Provinsi Kalimantan Barat,
IPK menurut Peraturan Menteri Kehutanan
sementara Produksi Kayu Bulat Izin Usaha
Nomor P.14/Menhut-II/2011 adalah izin untuk
Pemanfaatan Hasil Hutan Kayu pada Hutan
memanfaatkan kayu dan/ atau bukan kayu dari
Tanaman Industri kembali didominasi oleh
kawasan hutan produksi yang dapat dikonversi
Provinsi Kalimantan Timur yang diikuti oleh
dan telah dilepas, kawasan hutan produksi dengan
Kalimantan Tengah dan Kalimantan Barat.
cara tukar menukar kawasan hutan, penggunaan
Perkembangan Izin Usaha Pemanfaatan Hasil
kawasan hutan pada hutan produksi atau hutan
Hutan Kayu pada Hutan Alam dapat dilihat pada
lindung dengan izin pinjam pakai, dan dari Areal
Tabel 6.7 serta Perkembangan Izin Usaha
Penggunaan Lain yang telah diberikan izin
Pemanfaatan Hasil Hutan Tanaman Industri dapat
peruntukan. Izin usaha pemanfaatan hasil hutan
dilihat pada Tabel 6.8. Perkembangan Produksi
kayu pada hutan alam pada kurun waktu 2015-
Kayu Bulat Izin Usaha Pemanfaatan Hasil Hutan
2019 terluas terdata di Kalimantan Tengah,
Kayu pada Hutan Alam dapat dlihat pada Tabel
kemudian diikuti Provinsi Kalimantan Timur dan
6.9 dan Produksi Kayu Bulat Izin Usaha
Kalimantan Utara. Perkembangan Izin Usaha
Pemanfaatan Hasil Hutan Kayu pada Hutan
Pemanfaatan Hasil Hutan Tanaman Industri di
Tanaman Industri dapat dilihat pada Tabel 6.10.
ekoregion ini kembali didominasi Kalimantan
Perkembangan Izin Usaha Pemanfaatan Hasil Hutan Kayu pada Hutan Alam
2015 2016 2017 2018 2019
Provinsi
Unit Luas Unit Luas Unit Luas Unit Luas Unit Luas
UM Ha UM Ha UM Ha UM Ha UM Ha
Kalimantan Barat 24 1,169,430.00 23 1,058,930.00 23 1,058,930.00 23 1,058,930.00 24 1,087,660.00
Kalimantan Selatan 4 231,066.00 4 231,066.00 4 209,001.00 4 209,001.00 4 192,746.00
Kalimantan Tengah 57 4,011,855.37 59 4,126,776.37 57 4,074,299.70 55 4,009,394.70 55 3,966,619.70
Kalimantan Timur 56 3,303,759.85 58 3,303,759.85 55 3,257,906.83 54 3,202,901.83 53 3,100,122.51
Kalimantan Utara 25 1,865,780.71 25 1,865,780.71 26 1,876,328.04 26 1,874,828.04 27 2,162,188.04
Tabel 6.7 Perkembangan Izin Usaha Pemanfaatan Hasil Hutan Kayu pada Hutan Alam
Sumber: Ditjen PHPL KLHK, 2019
Perkembangan Izin Usaha Pemanfaatan Hasil Hutan Tanaman Industri
2015 2016 2017 2018 2019
Provinsi
Unit Luas Unit Luas Unit Luas Unit Luas Unit Luas
UM Ha UM Ha UM Ha UM Ha UM Ha
Kalimantan Barat 42 1,922,136.00 42 1,900,638.00 44 1,916,296.22 45 1,899,664.22 24 1,919,504.22
Kalimantan Selatan 17 552,255.00 17 552,521.87 17 552,521.87 17 603,832.00 4 21,430.00
Kalimantan Tengah 23 623,884.43 27 752,766.00 29 777,926.43 32 851,215.43 55 851,215.43
Kalimantan Timur dan Utara 47 1,904,391.00 48 1,916,211.00 49 1,945,990.62 49 1,935,001.62 83 1,929,541.00
Tabel 6.8 Perkembangan Izin Usaha Pemanfaatan Hasil Hutan Tanaman Industri
Sumber: Ditjen PHPL KLHK, 2019
Produksi Kayu Bulat Izin Usaha Pemanfaatan Hasil Hutan Kayu pada Hutan
Tanaman Industri
Provinsi
2015 2016 2017 2018 2019
m3 m3 m3 m3 m3
Kalimantan Barat 13,355.41 787,014.10 1,080,275.67 1,160,674.86 906,894.29
Kalimantan Selatan 131,329.10 102,509.56 75,404.24 17,249.81 11,351.39
Kalimantan Tengah 1,873,737.44 1,178,489.70 1,239,736.13 1,215,459.48 1,192,082.77
Kalimantan Timur 2,442,579.12 2,788,167.75 2,795,765.47 3,150,331.17 3,435,601.93
Kalimantan Utara 0.00 643,052.02 546,507.25 604,760.05 528,713.22
Tabel 6.10
Produksi Kayu Bulat Izin Usaha Pemanfaatan Hasil Hutan Kayu pada Hutan Tanaman Industri
Sumber: Ditjen PHPL KLHK, 2019
6.3.2.3 Izin Usaha Perhotelan/ Kondisi ini menggambarkan tekanan dari sektor
Pariwisata pariwisata pada masing-masing provinsi di
Ekoregion Kalimantan. Statistik Hotel Tahun
Sektor pariwisata merupakan salah satu sektor
2016-2019 dapat dilihat pada Tabel 6.11.
andalan di wilayah kalimantan, sektor ini memiliki
prospek yang bagus dan juga potensi untuk dapat
dikembangkan dengan lebih optimal. Terdapat
beberapa objek wisata yang beragam, baik wisata
alam, wisata buatan, wisata budaya, wisata laut,
maupun objek wisata lainnya. Dengan jumlah
objek wisata di Kalimantan Timur yang hampir
berjumlah seribu objek wisata tersebut maka
Kalimantan Timur memiliki potensi
kepariwisataan yang cukup menjanjikan di masa
mendatang. Pada tahun 2019 terdata TPK (%) di
Provinsi Kalimantan Timur, Kalimantan Tengah
dan Kalimantan Selatan mencapai lebih dari 50%,
sementara di Kalimantan Barat mencapai 47,74%
dan Kalimantan Utara hanya mencapai 43,34%.
Kalimantan Barat Kalimantan Selatan Kalimantan Tengah Kalimantan Timur Kalimantan Utara
Uraian
2016 2017 2018 2019 2016 2017 2018 2019 2016 2017 2018 2019 2016 2017 2018 2019 2016 2017 2018 2019
ĢŎPÑÕĘÑǾNÒŌPMŌŊ
İ Ĩ Ħ ĂÃ Å 51.37 47.43 53.34 47.74 43.67 48.32 54.99 50.72 54.05 56.83 59.01 55.21 50.56 51.67 51.46 56.36 44.16 43.34
Ī MPMǼĪ MPMI MÖ M
ĈBĎĎ 1.73 1.79 1.64 1.48 1.65 1.72 1.52 1.47 1.56 1.5 1.53 1.38 1.35
Menginap (hari)
Ī MPMǼĪ MPMI MÖ M
ĈBĊ 1.39 1.47 1.33 1.3 1.3 1.62 1.33 1.27 1.41 1.27 1.21 1.47 1.29
Menginap (hari)
Gambar 6.10 Persentase Rumah Tangga yang memiliki Akses Terhadap Layanan Sanitasi Layak 2019
Sumber: Statistika Indonesia, 2020
Status Lingkungan Hidup Indonesia 2020 126
Distribusi Persentase Rumah Tangga dan Fasilitas Tempat Buang Air Besar
Provinsi Tidak
Sendiri Bersama MCK Umum Tidak Ada Jumlah
Menggunakan
2018
Kalimantan Barat 78.54 4.17 1.84 0.13 15.32 100
Kalimantan Selatan 78.43 12.68 5.94 0.02 2.92 100
Kalimantan Tengah 74.91 9.95 8.53 0.11 6.51 100
Kalimantan Timur 91.34 2.71 3.52 0.05 2.38 100
Kalimantan Utara 89.24 5.34 2.36 0 3.06 100
2019
Kalimantan Barat 81.02 3.61 1.9 0.14 13.34 100
Kalimantan Selatan 82.27 10.82 4.65 0.06 2.2 100
Kalimantan Tengah 78.02 8.35 8.94 0.22 4.46 100
Kalimantan Timur 92.49 4.15 1.68 0.02 1.66 100
Kalimantan Utara 91.05 3.52 1.31 0.01 4.1 100
Tabel 6.13 Distribusi Persentase Rumah Tangga Menurut Provinsi dan Penggunaan
Fasilitas Tempat BAB 2018-2019
Sumber: BPS, 2020f
Data terkait distribusi persentase rumah tangga (2%). Persentase BABS di Kalimantan Utara di
yang masih BAB sembarangan di provinsi ini tahun 2018 sempat mencapai 0, namun
terlihat pada tabel di atas. Persentase terbesar- meningkat di 2019 menjadi 1%. Distribusi
terkecil BABS di ekoregion Kalimantan di tahun Persentase Rumah Tangga Menurut Provinsi dan
2019 terdata di Kalimantan Tengah (22%), Penggunaan Fasilitas Tempat BAB 2018-2019
Kalimantan Barat sebesar (14%), Kalimantan dapat dilihat pada Tabel 6.13.
Selatan (6%), dan Kalimantan Timur Air limbah domestik yang tidak terkelola dengan
baik dapat menjadi salah satu penyebab
pencemaran air sungai. Potensi beban pencemar
COD, BOD dan TSS limbah domestik yang
dihasilkan dari aktivitas buang air besar secara
langsung ke sungai dapat dilihat pada Gambar
6.11. Perhitungan didasarkan standar desiminasi
PLP Cipta Karya yang menyatakan beban untuk
COD sebesar 56 gr/orang/hari, beban BOD
sebesar 40 gr/orang/hari, dan TSS sebesar 36
gr/orang/hari, serta 1 KK terdiri dari 5 jiwa.
Potensi beban pencemaran di Ekoregion
Kalimantan dapat dilihat pada Gambar 6.11 di
bawah dan tercatat potensi pencemaran terbesar
di Kalimantan Barat.
6.3.2.5 Beban Pencemaran Aktivitas Jenis ternak di ekoregion Kalimantan adalah sapi,
Peternakan kambing, babi dan kerbau. Potensi beban
pencemaran terbesar dari terbesar ke terkecil
Kegiatan peternakan adalah kegiatan
adalah di Kalimantan Barat, Kalimantan Selatan,
mengembangbiakkan dan membudidayakan
Kalimantan Timur, Kalimantan Tengah dan
hewan ternak untuk mendapatkan manfaat dan
Kalimantan Utara. Jumlah ternak dengan potensi
hasil dari kegiatan tersebut. Akan tetapi, usaha
emisi yang besar juga menentukan potensi
peternakan juga menghasilkan produk samping
pencemaran oleh parameter BOD, COD, T-N
berupa limbah kotoran hewan yang dapat
dan T-P.
menjadi sumber pencemar badan air jika kotoran
hewan tersebut tidak dikelola dengan baik dan
dibuang langsung ke sungai.
Beban emisi masing-masing parameter
pencemaran BOD, COD, total nitrogen (T-N)
dan total phosphat (T-P) yang dihasilkan hewan
ternak dapat dihitung berdasarkan faktor emisi
masing-masing hewan ternak pada masing-
masing parameter tersebut. Hasil perhitungan
potensi beban pencemaran BOD, COD, T-N dan
T-P yang diemisikan oleh masing-masing hewan
ternak disajikan dalam Tabel 6.14.
Status Lingkungan Hidup Indonesia 2020 128
Kebutuhan air minum adalah perkiraan angka air 100% terlayani oleh air bersih. Jika kebutuhan air
yang dibutuhkan oleh masyarakat. Target RPJMN dihitung berdasarkan data penduduk dan Permen
(Rencana Pembangunan Jangka Menengah PU No 14/2010 yang menyatakan kebutuhan air
Nasional) tahun 2015 - 2019 yaitu tercapainya bersih 60 L/orang/hari, maka kebutuhan air di
universal access atau cakupan akses 100% untuk ekoregion Kalimantan dapat dilihat pada
air minum, 0% kawasan kumuh, dan 100% untuk Gambar 6.13. Namun kebutuhan tersebut tidak
sanitasi. Cakupan 100% air minum yang memperhitungkan faktor lainnya seperti tingkat
dimaksud adalah semua daerah di Indonesia ekonomi dan kebutuhan untuk non domestik.
Gambar 6.15 Luas Lahan Kritis di Kalimantan Gambar 6.16 Deforestasi Hutan Ekoregion
(dalam juta Ha) Kalimantan
Sumber: KLHK, 2020 Sumber: Laporan Kinerja KLHK, 2019
Jika dianalisis lebih jauh, maka deforestasi hutan ekoregion Kalimantan. Sementara deforestasi
terbesar terjadi di Provinsi Kalimantan Timur dan terendah terjadi di Kalimantan Selatan dengan
Kalimantan Barat dengan total luas lahan susut luas total 14.368,60 Ha dimana di wilayah ini izin
secara berurutan sebesar 44.709,90 Ha dan usaha dan produksi kayu terdata memang lebih
42.291,50 Ha. Jika dikaitkan pada uraian di Sub rendah dibandingkan provinsi lainnya. Grak
Bab 6.3.2.2, maka izin usaha pemanfaatan hutan Deforestasi Hutan berdasarkan Provinsi tahun
dan produksi hasil kayu bulat di ke-dua provinsi ini 2017-2018 dapat dilihat pada Gambar 6.17.
lebih besar dibandingkan provinsi lainnya di
6.3.4 Impact
6.3.4.1 Kebakaran Hutan
Kebakaran hutan adalah kebakaran yang terjadi di
wilayah hutan sementara kebakaran lahan
kebakaran lahan adalah kebakaran yang terjadi di
luar kawasan hutan. Keduanya disebabkan
pembakaran yang tidak dikendalikan, karena
proses spontan alami atau karena kesengajaan.
Menurut Darwiati dan Tuheteru (2010) di 14%, proyek transmigrasi 8%; sedangkan hanya
Indonesia, kebakaran hutan dan lahan hampir 1% yang disebabkan oleh alam. Di ekoregion
99% diakibatkan oleh kegiatan manusia baik Kalimantan sendiri angka kebakaran hutan terluas
disengaja maupun tidak (unsur kelalaian). terjadi di tahun 2015 dengan total luas hutan dan
Diantara angka persentase tersebut, kegiatan lahan terbakar seluas 957.725,17 Ha, dan pada
konversi lahan menyumbang 34%, peladangan tahun 2019 luas hutan dan lahan terbakar seluas
liar 25%, pertanian 17%, kecemburuan sosial 465.620,00 Ha.
Sebenarnya tren positif ditunjukkan pada periode dibandingkan angka di tahun 2019 yang mencapai
2016-2018, namun luas kebakaran hutan 684.599,00 Ha. Pada tahun 2020 kebakaran
meningkat lagi di tahun 2018-2019. Hal ini hutan dan lahan terluas terjadi di Provinsi
terekam pula dari peningkatan titik panas pada Kalimantan Barat (40,36%) sementara luas
p e r i o d e 2 0 1 6 - 2 0 1 8 . Ta b e l 6 . 1 7 kebakaran lahan dan hutan terkecil terjadi di
menginformasikan total kebakaran hutan dan Provinsi Kalimantan Selatan (6,66%). Grak luas
lahan di ekoregion Kalimantan seluas 15.191,00 kebakaran hutan dan lahan dapat dilihat pada
Ha di tahun 2020, angka ini jauh menyusut jika Gambar 6.23.
Gambar 6.24 Sebaran Titik Panas Tiap Bulan di Kalimantan Tahun 2016-2018
Sumber: KLHK, 2020
6.3.4.2 Banjir
Banjir dapat diakibatkan oleh curah hujan dengan
intensitas tinggi serta durasi lama pada daerah
aliran sungai (DAS). Alih fungsi lahan dapat
menyebabkan penurunan inltrasi tanah ke tanah
sehingga sebagian besar curah hujan dialirkan
sebagai air limpasan (run off) yang sangat
berpotensial menjadi bencana banjir terutama
pada daerah dataran rendah (HK et al.). Jumlah
kejadian banjir di tahun 2018 sampai dengan
tahun 2019 di ekoregion Kalimantan dapat dilihat
pada tabel berikut. Bencana banjir tahun 2018
terdata paling banyak di Kalimantan Barat (50
kali), namun di tahun 2019 turun menjadi 19 kali.
Pada tahun 2019 terdata bencana banjir
terbanyak di Kalimantan Tengah (30 kali),
meningkat dari tahun sebelumnya sebesar 25 kali.
Jumlah kejadian banjir di Ekoregion Kalimantan
dapat dilihat pada Gambar 6.25.
Jumlah
Jumlah Kasus
Jumlah Jumlah Jumlah Jumlah Jumlah
Kasus Penyakit -
Kasus Kasus Kasus Kasus Kasus
Provinsi Penyakit - Demam
Penyakit - Penyakit - Penyakit - Penyakit - Penyakit -
Malaria Berdarah
TB Paru Pneumonia Kusta Campak Diare
(Suspek) Dengue
(DBD)
Kalimantan Barat 26,496 1,394 1,835 89 122 64,772 3,097
Kalimantan Selatan 19,573 8,165 11,159 161 251 68,189 2,001
Kalimantan Tengah 13,859 3,087 602 68 59 39,124 2,245
Kalimantan Timur 8,678 4,298 5,772 180 298 71,780 3,204
Kalimantan Utara 4,063 1,436 340 28 169 8,275 172
Tabel 6.18 Jumlah Jenis Penyakit Masyarakat
Sumber: BPS, 2020i
Salah satu upaya pemulihan kualitas dan kuantitas mungkin, peningkatan kesiapsiagaan dan
lingkungan hidup adalah dengan melaksanakan kewaspadaan, serta koordinasi dengan
program rehabilitasi hutan dan lahan selain itu penegakan hukum. Pada ekoregion ini juga
dilakukan program pencegahan kebakaran hutan. dilakukan pengajuan revisi Rencana Tata Ruang
Program penghijauan (Revolusi Hijau) dilakukan Wilayah Provinsi (RTRWP) di dalam KLHS revisi
melalui penanaman tanaman dalam rangka RTRW.
mempercepat kegiatan rehabilitasi hutan dan Terkait kebencanaan dilakukan secara periodik
lahan untuk memulihkan, mempertahankan dan sistem penanggulangan bencana dalam Rencana
meningkatkan fungsi hutan dan lahan sehingga Aksi Daerah Pengurangan Risiko Bencana (RAD-
daya dukung, produktivitas dan peranannya PRB) yang melingkupi aspek: (i) Legislasi terkait
dalam mendukung sistem kehidupan tetap penanggulangan bencana yang menginduk kepada
terjaga. Pemerintah provinsi juga telah Undang-Undang Nomor 24 Tahun 2007; (ii)
mengintegrasikan green development pada Kelembagaan yang secara formal telah adanya
pelaksanaan pembangunan daerah dengan basis focal point penanggulangan bencana di tingkat
tata kelola pemerintahan yang berwawasan provinsi dan kabupaten/ kota adalah Badan
lingkungan (green governance). Selain itu untuk Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD); dan
menumbuhkan peran serta masyarakat dilakukan (iii) pendanaan, karena sebuah kebijakan tanpa
kegiatan penanaman pohon: One Man Five Trees. disertai anggaran akan sulit mencapai tujuannya
Lebih dari itu terkait kebakaran hutan upaya dengan baik.
pencegahan dan penanggulangan harus dilakukan
sejak dini melalui upaya pemadaman api secepat
Kotak 6.1 Status dan Outlook Isu Kualitas Air di Ekoregion Kalimantan
Terjadi kecenderungan penurunan kualitas air permukaan di ekoregion Kalimantan. Kondisi ini terjadi terutama
untuk air sungai yang ditunjukkan dengan penurunan jumlah sungai dengan kuallitas air yang baik. Kemajuan masih
belum cukup cepat dalam penanganan air limbah cair, serta pengurangan pembuangan air limbah domestik yang
belum terolah.
Tantangan yang signikan masih harus dihadapi di masa depan untuk memenuhi standar kualitas air yang berlaku
dan memenuhi tujuan kebijakan pengelolaan lingkungan. Aksi intensif yang ditargetkan khususnya pada daerah
aliran sungai, penegakan hukum yang berlaku, serta praktik terbaik implementasi kebijakan dapat memperbaiki
kecenderungan penurunan kualitas air permukaan. Hal ini sangat tergantung pada perbaikan lingkungan secara
berkelanjutan khususnya pada sektor pengelolaan air buangan domestik, pertambangan, serta faktor pendorong
dan tekanan bagi terjadinya alih fungsi lahan.
6.4 Daftar Pustaka BPS. 2020c. Produk Domestik Regional Bruto
Menurut Lapangan Usaha 2015-2019 per Provinsi
Abdul, H. 2002. Kurva Lorenz dan Rasio Gini dalam
di Kalimantan. Kalimantan: BPS
Pengukuan Sebaran Pendapatan. Laporan Teknis
Berkala MIPA, 10(01). BPS. 2020d. Tingkat Hunian Kamar Hotel per
Provinsi di Kalimantan. Kalimantan: BPS
Bappenas. 2019. Rencana Pembangunan Jangka
Menengah Nasional 2020–2024: Jakarta: BPS. 2020e. Statistik Indonesia 2019. Jakarta: BPS
Kementerian Perencanaan Pembangunan BPS. 2020f. Distribusi Persentase Rumah Tangga dan
Nasional/Badan Perencanaan Pembangunan Fasilitas Tempat BAB. Diunduh melalui
Nasional https://www.bps.go.id/indikator/indikator/view_d
BPS. 2017. Tabel Gini Rasio 2015-2016. ata_pub/0000/api_pub/102/da_04/1 pada 5
https://www.bps.go.id/ Oktober 2020
BPS. 2018. Statistika Pertambangan Bahan Galian BPS. 2020g. Persentase Rumah Tangga dan Sumber
Indonesia. Jakarta: BPS Air Minum Layak. Diunduh melalui
https://www.bps.go.id/indikator/indikator/view_d
BPS. 2019. Persentase Penduduk Miskin Menurut
ata_pub/0000/api_pub/107/da_04/1 pada 5
Wilayah 2017-2018. https://www.bps.go.id/
Oktober 2020
BPS Kalimantan Barat. 2020. Badan Pusat Statistik
BPS. 2020h. Jumlah Kejadian Bencana Tahun 2018-
Provinsi Kalimantan Barat.
2019. Diunduh melalui
https://kalbar.bps.go.id/
https://www.bps.go.id/indikator/indikator/view_d
BPS Kalimantan Tengah. 2020. Badan Pusat Statistik ata_pub/0000/api_pub/169/da_04/1 pada 5
Provinsi Kalimantan Tengah. Oktober 2020
https://kalteng.bps.go.id/
BPS. 2020i. Jenis Kasus Penyakit Tahun 2018.
BPS Kalimantan Timur. 2020. Badan Pusat Statistik Diunduh melalui
Provinsi Kalimantan Timur. https://www.bps.go.id/indikator/indikator/view_d
https://kalteng.bps.go.id/ ata_pub/0000/api_pub/91/da_04/1 pada 5
BPS Kalimantan Selatan. 2020. Badan Pusat Statistik Oktober 2020
Provinsi Kalimantan Selatan. Darwiati, W., & Tuheteru, F. D. 2010. Dampak
https://kalsel.bps.go.id/ kebakaran hutan terhadap pertumbuhan vegetasi.
BPS Kalimantan Utara. 2020. Badan Pusat Statistik Tekno Hutan Tanaman, 3(1), 27-32.
Provinsi Kalimantan Utara. Direktorat Jenderal Cipta Karya.2014. Tata Cara
https://kaltara.bps.go.id/ Penyelenggaraan Umum Tempat Pengolahan
BPS. 2020a. Penduduk Miskin Menurut Provinsi, Sampah (TPS) 3R
2019-2020. Diunduh melalui Diva-gis. 2020. Peta Administrasi Indonesia. Diunduh
https://www.bps.go.id/indicator/23/185/1/jumlah- melalui http://www.diva-gis.org/gdata pada 10
penduduk-miskin-menurut-provinsi.html & Oktober 2020
https://www.bps.go.id/indikator/indikator/view_d
HK, B. T., Juaeni, I., & Harijono, S. W. B. Proses
ata/0000/data/192/sdgs_1/1 pada 5 Oktober
Meteorologis bencana banjir di Indonesia.
2020
KepMenLH No. 115 Tahun 2003 tentang Pedoman
BPS. 2020b. Persentase Rumah Tangga yang Memiliki
Penentuan Status Mutu Air.
Akses Terhadap Hunian yang Layak dan
Terjangkau (Persen). Diunduh melalui KLHK. 2019. Laporan DIKPLHD per Provinsi di
https://www.bps.go.id/indicator/29/1241/1/perse Kalimantan, 2019. Jakarta: KLHK
ntase-rumah-tangga-yang-memiliki-akses- KLHK. 2020. Statistik Lingkungan Hidup Indonesia,
terhadap-hunian-yang-layak-dan-terjangkau- 2019. Jakarta: KLHK
menurut-provinsi.html pada 5 Oktober 2020
Status Lingkungan Hidup Indonesia 2020 140
KLHK. 2020. Laporan Kinerja Lingkungan Hidup Satri, S. 2015. El Nino, La Nina dan Dampaknya
2019. Jakarta. Kementrian Lingkungan Hidup dan Terhadap Kehidupan di Indonesia. Criksetra:
Kehutanan. Jurnal Pendidikan Sejarah, 4(2).
https://www.menlhk.go.id/site/download Soemirat, J. 2011. Kesehatan lingkungan. Yogyakarta,
Peraturan Menteri Kehutanan Nomor P.14/Menhut- Gamapress.
II/2011 tentang Pedoman Pinjam Pakai Kawasan Undang-Undang Nomor 24 Tahun 2007 tentang
Hutan Penanggulangan Bencana
Rustiadi, E. 2001. Alih Fungsi Lahan dalam Perspektif Undang-Undang Nomor 4 tahun 2009 tentang
Lingkungan Perdesaan. Lokakarya Penyusunan Pertambangan Mineral dan Batubara
Kebijakan dan Strategi Pengelolaan Lingkungan
Kawasan Perdesaan, 10-11. Veron, J. E., Devantier, L. M., Turak, E., Green, A. L.,
Kininmonth, S., Stafford-Smith, M., & Peterson,
Rustiadi, E., Mizuno, K., & Kobayashi, S. 1999. N. (2009). Delineating the coral triangle. Galaxea,
Measuring spatial patterns of the suburbanization Journal of Coral Reef Studies, 11(2), 91-100.
process. Journal Of Rural Planning Association,
18(1), 31-42.
pencemaran
air
pengelolaan
sampah &
limbah
Status Lingkungan Hidup Indonesia 2020 160
pertumbuhan
ekonomi peningkatan
perkotaan alih fungsi kebutuhan
lahan & sandang,
perhutanan pangan,
papan
kebutuhan
air untuk penggunaan
kebutuhan sumur
domestik dalam instrusi
meningkat air laut
Provinsi Papua Barat: Visi Provinsi Papua Barat f. Meningkatnya konservasi sumber daya alam
tahun 2017-2022, adalah “Menuju Papua Barat di Provinsi Papua Barat.
yang Aman, Sejahtera dan Bermartabat”.
8.1.2 Kondisi Demogras
Pemerintah daerah juga membuat sasaran untuk
meningkatkan upaya pencegahan pencemaran Perkembangan jumlah penduduk di kedua
dan perusakan lingkungan serta meningkatkan provinsi selama periode 2018-2020 disajikan
kelestarian pengelolaan hutan secara terpadu pada Gambar 8.2. Secara umum rata-rata
dengan menetapkan strategi pembangunan pertumbuhan penduduk di kedua provinsi selama
sebagai berikut: kurun waktu 3 tahun ini adalah 0,8% walaupun
data untuk tahun 2020 belum selesai sepenuhnya.
a. Peningkatan monitoring kualitas lingkungan.
Jumlah penduduk di Provinsi Papua mencapai 3,4
b. Pengembangan penataan ruang yang juta sedangkan di Papua Barat mendekati 1 juta
berkelanjutan dan pengendalian jiwa. Sehingga jika dilihat dari prol demogras
pemanfaatan sumber daya alam. penduduknya jumlah penduduk di Papua
c. Meningkatkan SDM bidang pengendalian berjumlah tiga kali lipat dibandingkan dengan
pemanfaatan sumber daya alam. Papua Barat. Hal ini tentunya akan memberikan
tekanan yang berbeda terhadap kondisi kualitas
d. Peningkatan pengelolaan kawasan hutan.
lingkungan di kedua provinsi, namun dalam hal ini
e. Peningkatan pengawasan kawasan hutan. dampak agregat dari kedua provinsi yang dibahas.
Gambar 8.2 Perkembangan Jumlah Penduduk di Kedua Provinsi Selama Periode 2018-2020
Sumber: BPS Provinsi Papua dan Papua Barat (2020)
8.1.3 Kawasan Konservasi di Provinsi Kehutanan Nomor 783 tahun 2014 dengan
Papua dan Papua Barat sebaran seperti tersaji pada Gambar 8.3
Keberadaan kawasan konservasi di Papua dan Gambar 8.4.
dan Papua Barat ditetapkan berdasarkan Nama Kawasan dan luas Kawasan serta Surat
Keputusan Menteri Kehutanan Nomor 782 Keputusan Kawasan Konservasi di kedua
tahun 2012 dan Keputusan Menteri provinsi di tampilkan pada Tabel 8.1.
Gambar 8.3 Sebaran Kawasan Konservasi di Provinsi Papua Barat
Sumber: Komunikasi Kepala Pusat Data dan Informasi Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan dengan Pihak Ekoregion Papua, 2020
Tabel 8.1 Nama, Luas dan SK Kawasan Konservasi di Papua Barat dan Papua
Sumber: Komunikasi Kepala Pusat Data dan Informasi Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan dengan Pihak Ekoregion Papua, 2020
8.2 Isu Lingkungan Hidup di Wilayah Dari beberapa isu lingkungan strategis di atas,
Ekoregion Papua kemudian 3 (tiga) isu lingkungan prioritas
kemudian diambil untuk kedua provinsi ini
Penentuan isu lingkungan hidup di ekoregion
dengan menganalisis berita media serta melihat
Papua didasarkan pada kondisi lingkungan
kecenderungan indeks kualitas lingkungan dari
setempat yang dilaporkan dalam Indeks Kualitas
tahun ke tahun. Tiga isu lingkungan prioritas yang
Lingkungan Hidup (IKHL) dan juga komunikasi
ditetapkan untuk kemudian di lakukan analisis
dengan staf ekoregion Papua oleh KLHK.
DPSIR, yaitu alih fungsi lahan dan hutan yang juga
Untuk Provinsi Papua, Peraturan Daerah Provinsi menyangkut aspek keanekaragaman hayati,
Papua Nomor 3 Tahun 2019 tentang Rencana pencemaran air dan pengelolaan persampahan/
Pembangunan Jangka Menengah Daerah Provinsi limbah.
Pa p u a t a h u n 2 0 1 9 - 2 0 2 3 m e n y a t a k a n
8.3 Analisis DPSIR dari Isu Lingkungan
permasalahan pembangunan yang dihadapi di
bidang lingkungan hidup adalah kebakaran hutan, Hidup Prioritas di Wilayah Ekoregion
kekeringan, bencana gempa bumi, longsor, banjir, Papua
dan perubahan iklim yang ekstrim. Untuk Provinsi Kerangka DPSIR untuk ketiga isu lingkungan
Papua Barat, Peraturan Daerah Provinsi Papua p r i o r i t a s d i w i l a y a h E k o r e g i o n Pa p u a
Nomor 4 Tahun 2017 tentang Rencana diperlihatkan pada Gambar 8.5.
Pembangunan Jangka Menengah Daerah Provinsi
Papua Barat tahun 2017-2022, permasalahan
pembangunan yang dihadapi di bidang lingkungan
hidup adalah pembalakan liar di hutan dan
turunnya keanekaragaman hayati.
Ÿ Ekonomi Perkebunan/
Pertanian (L, S, A) i
Ÿ Urbanisasi dan Migrasi (L, S, A) ko nom da n
Ÿ E kotaan )
Ÿ Pertumbuhan Industri (L, S, A) Pe r ( L, S (A)
s t r i
Indu tuhan Air
Gambar 8.5 ebu ir
Ÿ K bah Ca n
Kerangka DPSIR untuk a
Ÿ L
im
e s tik d
Wilayah Ekoregion Papua Dom tri (A)
s
Sumber: Hasil Analisis, 2020 Indu
Ÿ R
eh Response
abilit
Hu asi L Monitoring
Ÿ P tan (L) ahan
dan
emb
Ma e rd
aya L : Lahan
Ÿ L syaraka an S : Sampah dan Limbah L)
n(
ay an t( L) A : Air
di P an Persa na n
Ÿ P erkota m u
an (S pahan eb a
rk ota
enge
Indu lolaan L ) Pe erk
str imba n P
Ÿ P
enge i (S) h a
SPAM mbanga n d bah
, dan n IPA
H uta Lim S) an
as la ri ( r d
IPAL M, n
(A) Lu bu st Ai
Ÿ Tim Indu gan Air
Ÿ dan ran aran A)
ku (
Ke cem aan
Ÿ Ÿ Pen uk
Ba r m
Ÿ
Ke njir Pe
Ÿ
Sa hidu dan
ni p Lo
Ÿ Mas tasi an S ngs
Ek ya da eh or
os rak n K ari (L
ist at es -h )
em (S eh ar
(S, ,A) ata i (L)
A) n
Papua
No. Jenis Papua
Barat
1 Industri makanan 8 9
2 Industri minuman 9 4
3 Industri tekstil 1 8
4 Industri kayu 7 -
5 Industri barang galian bukan logam 2 -
6 Industri furnitur 2 2
Gambar 8.7 Pertumbuhan Jumlah Penduduk Tabel 8.2 Jumlah dan Jenis Industri Besar dan
di Kota Jayapura dan Kabupaten Manokwari Sedang di Provinsi Papua dan Provinsi
2017-2019 Papua Barat Tahun 2019
Sumber: BPS Provinsi Papua dan Papua Barat (2020) Sumber: BPS Papua (2020), BPS Papua Barat (2020)
Status Lingkungan Hidup Indonesia 2020 168
2018
Papua Barat 72.03 13.75 9.23 0.08 4.9 100
Papua 57.53 8.42 3.4 0.36 30.29 100
2019
Papua Barat 72.62 13.87 8.57 0.2 4.74 100
Papua 59.09 12.43 4.01 0.48 23.99 100
Gambar 8.10 Estimasi Timbulan Limbah Cair Tabel 8.3 Distribusi Persentase Rumah Tangga
Domestik Masyarakat Perkotaan di Kedua Menurut Provinsi dan Penggunaan Fasilitas
Provinsi, 2017-2019 Tempat BAB 2018-2019
Sumber: Hasil Analisis, 2020 Sumber: BPS, 2020c
Gambar 8.11 Potensi Beban Pencemaran Limbah Domestik Ekoregion Papua Tahun 2019
Sumber: Hasil Perhitungan, 2020
Status Lingkungan Hidup Indonesia 2020 170
Gambar 8.12 Peta Potensi Pencemar BOD Ekoregion Papua Tahun 2019
Sumber: Hasil Perhitungan, 2020
Tabel 8.4 Luas Jenis Hutan di Provinsi Papua dan Papua Barat Tahun 2017-2019 (1000 Ha)
Sumber: KLHK, 2020
Gambar 8.13 Peta Nilai IKTL Ekoregion Papua Tahun 2019
Sumber: KLHK, 2020
Tabel 8.5 Luas Lahan Pertanian di Provinsi Gambar 8.14 Perkiraan Timbulan Limbah Padat
Papua dan Papua Barat Tahun 2015-2017 (Ha) Perkotaan di Kedua Provinsi, 2017-2019
Sumber: Kementan, 2020 Keterangan: Asumsi timbulan limbah padat 0,7 kg/orang/hari
Status Lingkungan Hidup Indonesia 2020 172
Data-data TPA dan juga jumlah sampah yang m3/tahun sampah yang terangkut ke TPA.
masuk ke TPA ditampilkan pada Tabel 8.6 Sehingga potensi terjadinya penanganan ilegal
berikut (PU Cipta Karya, 2020). Kapasitas TPA seperti pembuangan di tempat non-TPA serta
adalah 1,3 juta per tahun sedangkan estimasi pembakaran sampah terbuka masih sangat tinggi
timbulan sampah mencapai 5,2 juta per tahun. dikarenakan belum optimalnya sistem
Sedangkan data riil lapangan, baru sekitar 180 ribu pengelolaan persampahan di perkotaan.
Dari aspek komposisi, sampah di Provinsi Papua lokasi kota-kota besar banyak yang terletak di tepi
didominasi oleh sampah organik dari sisa pantai maka pembuangan sampah (terutama
makanan, sedangkan plastik komposisinya adalah plastik) sangat rentan terjadi, juga dilihat dari
sekitar 16-18% (lihat Gambar 8.15). Mengingat sampah yang terkirim ke TPA masih minim.
Untuk limbah industri estimasi lebih sulit domestik juga akan timbul lebih banyak. Yang
dikarenakan minimnya data produksi dari setiap menjadi permasalahan selain limbah industri jenis
jenis industri di kedua provinsi. Dilihat dari itu yang juga komposisi plastiknya dominan, juga
pertumbuhan industri dan jenis industri yang ada limbah dari operasi pertambangan terutama
dimana jumlah industri manufacturing belum limbah tailing. Limbah tailing ini telah dilaporkan
terlalu banyak, sampah industri berkarakteristik
telah dikelola oleh penghasil dan limbah ini tidak minum dalam kemasan sementara di Provinsi
dapat dihindari dari operasi pertambangan, Papua Barat mengandalkan air dalam kemasan,
secara kuantitas volumenya sangat besar. Limbah sumur, dan air hujan. Oleh karena itu masih
tailing ini adalah sisa air dan bebatuan alamiah di banyak dilaporkan masyarakat-masyarakat yang
permukaan tanah yang sangat halus setelah mengeluhkan kekurangan air bersih terutama di
konsentrat terpisah dari bijih di pabrik saat musim kemarau dan zona dimana pelayanan
pengolahan. Pengelolaannya yaitu dengan PDAM masih minim.
mengalirkan tailing ke suatu daerah yang
ditetapkan di zona dataran rendah dan pesisiran,
Ĩ MŐÞM
yang disebut sebagai Modied Ajkwa Deposition Ĭ ÞÖ NÑǾ Papua
Area (Mod ADA). Karena pengalirannya Barat
menggunakan saluran sungai maka diperlukan Perpipaan 4.1 7.51
monitoring secara intensif. Pompa air tanah 2.1 2.83
8.3.3.4 Kekurangan Air/ Water Shortage Air dalam kemasan 26.28 45.79
Persentase dari sumber-sumber air bersih yang Sumur 6.2 12.87
digunakan oleh masyarakat di kedua provinsi Mata air 37.2 12
dapat dilihat pada Tabel 8.7. Secara umum Air permukaan 4.36 5.8
masyarakat yang dilayani oleh PDAM melalui
Air hujan 19.6 13.21
sistem perpipaan masih sangat rendah yaitu 4,1%
(Papua) dan 7,51% (Papua Barat). Di kota besar Lainnya 0.16 -
seperti Jayapura layanan PDAM baru mencakup Tabel 8.7 Persentase (%) Sumber-Sumber Air
25% dari penduduk. Di Provinsi Papua Bersih yang Digunakan oleh Masyarakat
masyarakat mengandalkan mata air dan air Provinsi Papua dan Papua Barat
Sumber: BPS Papua dan Papua Barat, 2020
Adapun Gambar 8.16 menampilkan data tahunnya selama periode 2014-2019. Tahun 2019
persentase rumah tangga yang memiliki akses persentase rumah tangga yang memiliki akses air
terhadap sumber air minum yang layak minum yang layak untuk Provinsi Papua mencapai
berdasarkan dua provinsi. Gambar tersebut 60,85%, sementara Papua Barat sebesar
menunjukkan tren yang terus meningkat setiap 81,85%.
Status Lingkungan Hidup Indonesia 2020 174
8.3.3.5 Penurunan Kualitas Air mendapat nilai 61,78 dan untuk Provinsi Papua
Permukaan Barat adalah 81,25. Kondisi ini mencerminkan
kondisi pencemaran yang lebih buruk di Provinsi
Masuknya limbah cair yang tidak terolah baik dari
Papua dibandingkan dengan Provinsi Papua Barat.
sektor domestik maupun industri telah
Dari hasil pemantauan juga didapatkan bahwa
menyebabkan pencemaran badan air permukaan
beberapa parameter pencemar telah melewati
yang menjadi penerima dari limbah tersebut.
baku mutu yang telah ditetapkan di kedua
Pada tahun 2017, berdasarkan pengukuran indeks
provinsi sehingga telah memberikan tanda telah
kualitas air (IKA) oleh KLHK, Provinsi Papua
terjadinya pencemaran air.
berbagai macam penyakit seperti diare dan juga ditandai kasus penyakit. Berdasarkan Gambar
demam berdarah serta dehidrasi karena 8.19 dapat dilihat persentase penduduk yang
kekurangan air bersih. Kondisi sanitasi di mempunyai keluhan selama sebulan terakhir pada
ekoregion Papua kurang lebih dapat dilihat pada periode tahun 2015-2019 kedua provinsi
Gambar 8.18. Gambar tersebut menunjukkan memiliki trend yang berbeda. Provinsi Papua
trend yang terus meningkat setiap tahunnya Barat memiliki trend yang cenderung naik,
selama periode tahun 2015-2019 untuk kedua sedangkan Provinsi Papua beruktuatif yang
provinsi. Provinsi Papua Barat pada tahun 2019 cenderung turun.
terlihat mencapai persentase yang cukup baik. Adapun jumlah kasus penyakit menurut jenis
Sementara Papua, walaupun trend terlihat terus penyakitnya, seperti yang ditunjukkan pada Tabel
meningkat, persentase pada tahun 2019 masih 8.8 terlihat penyakit bawaan air mendominasi
sangat rendah. pada tahun 2018 di kedua provinsi. Jumlah kasus
8.3.4.6 Gangguan Kesehatan penyakit tertinggi di Provinsi Papua Barat, yaitu
malaria (suspek) dan diare dengan jumlah masing-
Berkaitan dengan pembahasan sebelumnya,
masing sebesar 92.410 dan 9.956. Provinsi Papua
dengan kondisi sanitasi yang buruk akan
pun sama dengan jumlah kasus penyakit malaria
menimbulkan berbagai vektor penyakit yang
(suspek) sebanyak 432.331, dan jumlah kasus
mengganggu kesehatan masyarakat dengan
penyakit diare sebanyak 19.352.
Jumlah Kasus
Jumlah Kasus Jumlah Kasus
Jumlah Kasus Jumlah Kasus Penyakit - Jumlah Kasus
Jumlah Kasus Jumlah Kasus Jumlah Kasus Jumlah Kasus Jumlah Kasus Penyakit - Penyakit -
Penyakit - Penyakit - Demam Penyakit -
Provinsi Penyakit - TB Penyakit - Penyakit - Penyakit - Penyakit - HIV/AIDS Infeksi
Malaria Tetanus Berdarah HIV/AIDS
Paru Pneumonia Kusta Campak Diare Kasus Menular
(Suspek) Neonatorum Dengue Kasus Baru
Kumulatif Seksual (IMS)
(DBD)
Papua Barat 92410 747 411 640 0 2 9956 228 – 1741 NA
Papua 432331 3671 379 1466 0 391 19352 193 1601 22538 NA
Tabel 8.8 Jumlah Kasus Penyakit Menurut Provinsi dan Jenis Penyakit, 2018
Sumber: BPS, 2020
8.3.5 Response Beberapa kegiatan yang dilaksanakan oleh KPHP
Unit XXIX Keerom pada tahun 2018 antara lain
8.3.5.1 Rehabilitasi Lahan dan Hutan yaitu upaya pembentukan kelompok tani di
Menurut PP No. 35 tahun 2002, Dana Reboisasi beberapa lokasi (Pembentukan Kelompok Tani
adalah dana untuk reboisasi dan rehabilitasi hutan Hutan di Kampung Jaifuri, Pembentukan
serta kegiatan pendukungnya yang dipungut dari Kelompok Tani Hutan di Kampung Sangke),
Pemegang Izin Usaha Pemanfaatan Hasil Hutan patroli pengamanan hutan dan pengendalian
dari hutan alam yang berupa kayu. Pada tahun kebakaran hutan, rapat dan survei dengan para
2018 kontribusi PNBP dari Dana Reboisasi di pihak dalam upaya koordinasi dan mendukung
e k o r e g i o n Pa p u a a d a l a h s e b e s a r R p . produksi barang dan jasa lingkungan hidup dan
281.539.819.455,-. Keberadaan kawasan kehutanan. Pengembangan perhutanan sosial
konservasi di Papua dan Papua Barat ditetapkan difokuskan sesuai dengan potensi vegetasi yang
berdasarkan Keputusan Menteri Kehutanan berada di setiap daerah. Gaharu, Pinang, Sagu,
Nomor 782 tahun 2012 dan Keputusan Menteri dan Pala merupakan beberapa contoh potensi
Kehutanan Nomor 783 tahun 2014, sehingga tumbuhan yang dapat dikembangkan di wilayah
pengelolaan Kawasan konservasi dilakukan oleh ekoregion Papua.
Pemerintah Daerah setempat.
Berdasarkan Peraturan Menteri Nomor
8.3.5.2 Pemberdayaan Masyarakat P.78/MENLHK/SETJEN/SET.1/9/2016, luas
Pedalaman kumulatif kawasan hutan yang dikelola oleh
masyarakat dan dikembangkan sebagai sentra
Keterlibatan masyarakat merupakan salah satu
produksi hasil hutan berbasis desa merupakan
hal dan tujuan terpenting dalam pengelolaan
salah satu Penetapan Indikator Kinerja Utama
hutan. Sehingga pada tahun 2018 seluruh
Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan.
program UPTD KPHP Model Yapen melibatkan
Hutan Desa adalah Hutan Negara yang dikelola
masyarakat sebagai bagian dari program kerja.
oleh desa dan dimanfaatkan untuk kesejahteraan
Dalam tahun 2018 telah membentuk 5 (lima)
desa. Hak Pengelolaan Hutan Desa di wilayah
kelompok tani untuk HHBK gula merah dan telah
ekoregion Papua seluas 86.962 Ha dengan jumlah
melibatkan 2 (dua) kelompok masyarakat
binaan sebanyak 2.979 KK di tahun 2018 dengan
kampung Sarawandori satu dan Sarawandori dua
tambahan Kabupaten Waropen dan Kabupaten
untuk melakukan studi banding ke Yogyakarta
Sorong seperti yang diuraikan pada Tabel 8.9.
selama 5 (lima) hari.
ĤÞÖ ÕMO ĤÞÖ ÕMO Ĭ Ħ
ÍŎ Provinsi Kabupaten ĤÞÖ ÕMO ĦĦ I ÞMŒĂĢMÅ
Desa (Unit)
1 Papua Biak Numfor 5 596 5 1,447
Jayapura 9 1,386 9 44,474
Keerom 1 60 1 1,935
Merauke 3- 3 2,673
Waropen 1- 1 2,848
Jumlah (1) 19 2,042 19 53,377
2 Papua Barat Fak-Fak 13 858 13 30,040
Sorong 2 79 1 3,545
Jumlah (2) 15 937 14 33,585
Tabel 8.9 Hak Pengelolaan Hutan Desa di Provinsi Papua dan Papua Barat Tahun 2018
Sumber: Statistik Lingkungan Hidup dan Kehutanan Tahun 2018
Status Lingkungan Hidup Indonesia 2020 178
8.3.5.3 Peningkatan Layanan Sistem No. 3 tahun 2012, No. 10 tahun 2012 dan No. 11
Persampahan di Kota tahun 2012. Selain itu program peningkatan
jumlah alat angkut sampah seperti Dump Truck,
Pemerintah Provinsi sedang menggiatkan
Arm Roll, Kompaktor, Gerobak Sampah, Motor
peningkatan layanan sistem persampahan kota
Sampah dan Pick Up dilakukan baik melalui
bekerja sama dengan Dinas PU Cipta Karya. Di
anggaran APBD ataupun bantuan dari pusat.
Provinsi Papua, Pemerintah mengeluarkan 3 (tiga)
Enam TPA baru dibangun tahun 2014-106 dengan
Perda yang berkaitan dengan pengelolaan
dana APBN dan sekarang masih dalam kondisi
persampahan yaitu PERDA No. 15 tahun 2011,
aktif.
Gambar 8.20
Bank Sampah Jayapura
Sumber: https://kabarpapua.co/hingga-
juli-2017-ada-20-ton-sampah-warga-
kota-jayapura-dikelola-bsj/bank-sampah-
jayapura-kabarpapua-co-ramah/
Gambar 8.21
Peran Serta Masyarakat
Sumber: https://wonepapua.com/2018/
05/29/tahun-ini-penerimaan-di-bank-
sampah-menurun/
Peran serta masyarakat sangat didukung oleh program Pamsimas tahun 2020 ini, Balai
pemerintah yaitu: Prasarana Pemukiman Wilayah I (Balai PPW)
1. TPST 3R di lima lokasi yaitu: Kota Baru (2015), Pr o v i n s i Pa p u a , m e n g g e l a r k e g i a t a n
Argapura (2015), KSM Citra Karya (2015), penandatanganan kontrak Perjanjian Kerja Sama
KSM Peduli Santa Rossa (2015), dan KSM (PKS) antara PPK Air Minum Satker Pelaksanaan
NUmbay di tahun 2018. Prasarana Pemukiman Wilayah I Provinsi Papua.
Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan
2. Bank sampah di dua lokasi: Bank Sampah Rakyat (PUPR) membangun fasilitas penyediaan
Sejahtera 3981 tahun 2013 dan Bank Sampah air bersih dan sanitasi di Kabupaten Asmat, Papua.
Sinji Weci tahun 2014. Wilayah tersebut selama ini dikenal sebagai
3. Program peningkatan kesadaran masyarakat daerah rawa yang sulit air bersih. Selain itu,
untuk tidak membuang sampah ke laut. pemerintah daerah juga mendukung Program
Pamsimas dengan menggelontorkan dana APBD
8.3.5.4 Pengelolaan Limbah Industri
untuk membiayai program tersebut di kampung-
Pengelolaan limbah industri telah diperketat kampung terpilih.
dengan penerapan peraturan daerah dan juga
8.3.5.7 Perencanaan Pembangunan
pusat. Pemerintah daerah dalam hal ini Dinas
Lingkungan Hidup (DLH) setempat melakukan IPAL
pengawasan terhadap pengelolaan limbah B3 di Di lingkup nasional, KLHK telah berinisiasi dalam
industri juga limbah padat tailing dari industri Program Pembangunan IPAL Domestik Komunal
pertambangan secara berkala. Sosialisasi program di Kabupaten Mimika, Provinsi Papua tahun 2019.
pemerintah pusat seperti PROPER juga di P U C i p t a Ka r y a j u g a t e l a h m e m b i a y a i
sosialisasikan kepada pihak industri di daerah. pembangunan IPSAL komunal di Kabupaten
Sorong. Di Kota Jayapura, menurut Plt Kepala
8.3.5.5 Pengembangan Kapasitas
UPTD TPA IPLT Kota Jayapura, IPAL Komunal di
IPAM dari PDAM
Jayapura masih membutuhkan banyak
Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan pembenahan karena belum difungsikan dengan
Rakyat Balai Sarana Permukiman Wilayah Papua baik. Berbagi upaya dilakukan salah satunya
telah membuat Program Pengembangan Sistem adalah dengan melakukan studi banding ke kota-
Penyediaan Air Minum. Pengembangan PDAM di kota besar lainnya di Indonesia.
Provinsi Papua telah dituangkan di dalam Rencana
Strategis Pengembangan PDAM 2018-2023.
PDAM Jayapura juga telah memberikan
sambungan rumah gratis bagi 500 pelanggan baru
dalam rangka HUT PDAM. Program pipanisasi
PDAM Jayapura terutama ke tempat-tempat
wisata juga sudah dilakukan.
8.3.5.6 Peningkatan Sistem
Penyediaan Air Minum
Program Penyediaan Air Minum dan Sanitasi
Berbasis Masyarakat (Pamsimas) Provinsi Papua,
saat ini sudah menuju ketahapan pelaksanaan
program. Dalam mengawali pelaksanaan
Status Lingkungan Hidup Indonesia 2020 180
mencap
ai 8 juta
ton per
tahun (IU
CN, 202
0)
Indon
negar esia adala
timbu a penyum h
ke lau lan sampa bang
di du t terbesa h plastik
n r
globa ia (menu ke-2
l Jam r
beck ut studi
dkk,
2017
)
Status Lingkungan Hidup Indonesia 2020 184
Pada bab ini akan dibahas hubungan sebab akibat Sampah Plastik Laut 2017-2025
dari faktor-faktor pendorong, penekan, kondisi (https://maritim.go.id/portfolio/indonesias-plan-
pencemaran sampah plastik di laut, dan berbagai action-marine-plastic-debris-2017-2025/).
dampaknya salah satunya terhadap Kerangka analisis DPSIR untuk permasalahan
keanekaragaman hayati. Selain itu berbagai upaya sampah plastik dan keanekaragaman hayati ini
yang telah dilakukan oleh pemerintah untuk dapat dilihat pada Gambar 9.2. kondisi
menangani pencemaran sampah plastik di laut lingkungan masing-masing provinsi.
termasuk pelaksanaan Rencana Aksi Penanganan
ing katal
Ÿ Laju Pertumbuhan Penduduk Ÿ T erasion
O p an
Ÿ Tingkat Kesejahteraan elola
Ÿ Kondisi Geogras Peng mpahan
a
Gambar 9.2 Pers aran
Ÿ K
esad akat
Kerangka DPSIR untuk ar
Masy itas
Pencemaran Sampah Plastik Laut k t iv ri
Ÿ A iwisata Baha
dan Keanekaragaman Hayati Par ritiman/
a
Sumber: Hasil Analisis, 2020 Kem
Response
Ÿ R Monitoring
enca
n
Nasio a Aksi
Sam nal (RAN
p
Tahu ah Plastik )
n 20 lan
18 - Laut h
2025 m bu pa t
T i
S am Lau
n e
ata tik lah k
gk las um ang an
e nin ah P tan J ibu agam
P b a D r ia
Ÿ Lim ngk ang eka nes
ni y an o
Pe stik i Ke t Ind
Ÿ Pla dis au
Ÿ n L
An Ko ati
Pe cam Ÿ Hay Ini
Ÿ
An rika an T at
Sa
Lin cam nan erha
Ke gku an T dan dap
Ba hidu ngan erha Pariw Ind
wa pa d u
h L n dan ap isata stri
au Ba
t ha
ri
Kotak teks 9.1 1995, Plastic Debris in the World's Ocean, Marine Litter A
Sampah plastik di laut merupakan salah satu polusi dan Global Challenge 2009, 5th International Marine Debris
limbah yang menjadi tantangan global saat ini. Masalah Conference 2011 dan Marine plastic debris and
ini sudah menjadi perhatian dunia pada tahun 2012 microplastic – Global lessons and research to inspire
yaitu pada saat pertemuan PBB di Brasil (Konferensi Rio action and gide policy change 2016. Sampah plastik
+20) dengan hasil diantaranya bahwa perlu adanya aksi sudah tersebar luas dan menjadi salah satu masalah
dalam mereduksi polusi sampah yang akan merusak dilihat dari segi lingkungan, ekologi, dan ekonomis.
ekosistem pesisir dan laut. Komitmen global lain Jumlah sampah diperkirakan akan terus meningkat
sebagai landasan penanggulangan sampah plastik sebesar 10% dari semua plastik yang baru diproduksi
adalah: Global Programme of Action for the Protection of dan akan dibuang dan akan berakhir di laut.
the Marine Environment from Land-based Activities
9.2 Driving force dalam melarang penggunaan sampah plastik atau
peningkatan upaya 3R akan membantu
Faktor – faktor pendorong yang kemudian
mengurangi peningkatan timbulan sampah plastik
memicu faktor-faktor lain yang menyebabkan
ini di masa yang akan datang terutama setelah
terjadinya pencemaran sampah plastik di perairan
disahkannya Peraturan Presiden Nomor 97 tahun
laut di Indonesia adalah laju pertumbuhan
2017 Tentang Kebijakan dan Strategi Nasional
penduduk, tingkat kesejahteraan serta kondisi
Pengelolaan Sampah Rumah Tangga dan Sampah
geogras Indonesia sebagai negara maritim yang
Sejenis Sampah Rumah Tangga. Data perubahan
memiliki pemandangan laut yang indah. Indonesia
persentase penduduk miskin dari tahun ke tahun
merupakan salah satu negara dengan jumlah
di desa dan di kota dapat dilihat pada Gambar 9.3
penduduk dan tingkat pertumbuhan penduduk
sebagai berikut.
tertinggi di dunia, yaitu 268 juta di tahun 2019
dengan persentase rata-rata tahunan kenaikan
jumlah penduduk 1,31% (2010-2019) (BPS,
2020). Timbulan sampah dipengaruhi oleh jumlah
penduduk dan tingkat pertumbuhannya, tingkat
hidup, cara hidup dan mobilitas penduduk, musim
dan cara penanganan makanannya. Selain itu
faktor urbanisasi akan mempengaruhi timbulan
sampah dimana timbulan sampah perkapita di
perkotaan (0,6 kg/kapita/hari) umumnya lebih
besar dibandingkan dengan di pedalaman (0,3
kg/kapita/hari) (Bappenas, 2010).
Gaya hidup yang terkait dengan tingkat
kesejahteraan terutama di perkotaan akan
mempengaruhi komposisi sampah terutama
Gambar 9.3 Perubahan Persentase Penduduk
sampah kemasan plastik makanan yang
Miskin dari Tahun ke Tahun di Desa dan Kota
diperkirakan akan meningkat jika tidak diimbangi Sumber : BPS, 2020
dengan peraturan yang melarang penggunaan
plastik. Data-data statistik menunjukkan bahwa Indonesia adalah negara maritim dengan luas total
masyarakat Indonesia semakin meningkat tingkat wilayah 7,81 juta km2 dan dari luas total tersebut
kesejahteraanya seperti diperlihatkan dari 3,25 juta km2 adalah lautan dan 2,55 juta km2
menurunnya persentase penduduk miskin di kota adalah Zona Ekonomi Eksklusif (ZEE). Hanya
dan di desa (Gambar 9.3). Perubahan ini selain sekitar 2,01 juta km2 yang berupa daratan.
akan membawa dampak terhadap timbulan Dengan luasnya wilayah laut yang ada, Indonesia
sampah secara total namun juga terhadap memiliki potensi kelautan dan perikanan yang
komposisi sampah termasuk timbulan sampah sangat besar (KKP RI, 2020). Selain itu, Indonesia
plastik yang diprediksi akan semakin meningkat menyimpan potensi pariwisata internasional dan
seiring dengan meningkatnya tingkat domestik yang sangat besar dengan alam
kesejahteraan suatu komunitas. Saat ini tingkat maritimnya. Ribuan sungai dan juga air
daur ulang sampah plastik masih kecil yaitu hanya permukaan lainnya terhubung ke sistem lautan
9-10% sehingga sisanya jika tidak terbuang ke yang kemudian akan membawa selain air juga
lingkungan (laut, sungai, tanah, dll) maka berakhir sampah dan materi lain yang ikut mengalir
di TPA. Oleh karena itu kebijakan pemerintah
Status Lingkungan Hidup Indonesia 2020 188
bersamanya. Selain itu, ada sekitar 24 kota (ibu 60% sampah yang terangkut ke TPA. Hal ini
kota provinsi, lihat Gambar 9.4) yang terletak di menunjukkan kerentanan pembuangan sampah
wilayah pesisir yang memungkinkan sampah langsung (direct discharge) dari land-base ke sea-
dihasilkan di land-base terbuang ke sea-base jika base. Peta kota-kota besar di Indonesia yang
pengelolaan persampahan kotanya belum optimal terletak di wilayah pesisir dapat dilihat pada
seperti yang terjadi sekarang dimana baru sekitar Gambar 9.4.
(TPS), didaur ulang, dibuat kompos/ pupuk, dan datang untuk wisata bahari ini juga berpotensi
disetor ke Bank Sampah. meningkatkan timbulan sampah di lokasi-lokasi
Hasil survey sangat mencerminkan masih kurang pariwisata yang kemudian juga berpengaruh
maksimalnya peran serta masyarakat dalam terhadap timbulan sampah plastik di laut.
pengelolaan sampah di Indonesia. Nilai indeks Menurut PP No. 60 tahun 2007, telah ditetapkan
ketidakpedulian terkait dimensi sampah di 10 kawasan konservasi perairan nasional.
Indonesia sangat tinggi mencapai 0,72, Penetapan kawasan konservasi ini diharapkan
menunjukan tingginya tingkat ketidakpedulian dapat melindungi keanekaragaman hayati melalui
masyarakat terhadap pengelolaan sampah. Survey program pariwisata yang berkelanjutan untuk
tersebut juga menginformasikan pengolahan perlindungan ekosistem dan habitat. Daya
sampah yang biasa dilakukan oleh masyarakat dukung dan daya tampung diantaranya adalah
adalah dengan membakar sampah (53%), menjaga supaya tidak terjadi pembuangan
membuang sampah ke sungai/ selokan (5%), dan sampah plastik ke laut serta pembuangan limbah
sembarangan tempat (2,7%). cair ke laut yang dapat mengganggu daya dukung
Selain itu, untuk mengurangi sampah plastik dan daya tampung.
dengan cara membawa tas belanja sendiri masih
sedikit dilakukan oleh rumah tangga di Indonesia.
Tercatat sebanyak 81,4% rumah tangga di
Indonesia yang jarang membawa tas belanja
sendiri ketika berbelanja. Kondisi ini sangat
mempengaruhi besaran timbulan sampah plastik
di Indonesia. Hal yang patut dicatat, pada
umumnya ketidak pedulian masyarakat terhadap
sampah sangat besar justru di pulau-pulau yang
padat penduduknya, yang menggambarkan Gambar 9.5 Jumlah Kunjungan Wisatawan
besarnya tekanan terhadap pengelolaan sampah Mancanegara ke Indonesia, 2015-2019
di kota-kota besar di pulau bagian barat Sumber : BPS, 2020
Gambar 9.6 Peningkatan Timbulan Sampah Plastik Nasional Selama Kurun Waktu 2013-2019
Sumber : Hasil Analisis, 2020
9.4.2 Peningkatan Jumlah Sampah Sampah Laut Sesuai Peraturan Presiden RI No.83
Plastik yang Dibuang ke Laut tahun 2018. Dalam studi ini, LIPI bekerjasama
dengan berbagai UPT dan universitas serta
Data mengenai jumlah sampah plastik di perairan
lembaga swadaya masyarakat.
laut di Indonesia telah di estimasi oleh studi global
yang dilakukan oleh Jambeck dkk. 92017). Survey pemantauan sampah laut terdampar
Namun studi ini didasarkan pada asumsi-asumsi dilaksanakan pada enam wilayah (18 lokasi) di
kasar yang belum dilakukan survey secara detail di Indonesia sejak Februari 2018 hingga Maret 2019,
berbagai wilayah perairan di Indonesia dan juga yakni wilayah Sumatera (Aceh, Belawan, Bintan,
banyak mengandalkan data-data sekunder. Untuk Padang), wilayah Jawa (Pulau Pramuka, Pulau
itu, Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI), Pari, Semarang), wilayah Kalimantan (Pontianak),
Pusat Penelitian Oseanogra telah melakukan wilayah Nusa Tenggara (Denpasar, Mataram,
studi inisiasi data sampah laut Indonesia untuk Lombok Utara, Kupang), wilayah Sulawesi
melengkapi Rencana Aksi Nasional Penanganan (Makassar, Manado, Bitung), wilayah Maluku
Papua (Ambon, Tual dan Biak). Adapun kategori
Status Lingkungan Hidup Indonesia 2020 192
sampah laut yang dimonitor dikelompokkan Manado, Bitung, Ambon. Sampah plastik yang
menjadi tujuh kategori sampah, yakni plastik dan dominan ditemukan pada seluruh wilayah dan
karet, logam, kaca, kayu (olahan), kain, lainnya, lokasi pengamatan adalah sampah plastik sekali
serta bahan berbahaya. Pendekatan penelitian pakai, seperti kantong kresek, sedotan, puntung
sampah laut yang dilakukan dalam naskah rokok, dan styrofoam. Rata-rata sampah plastik di
akademik ini mengadaptasi metode standar dari musim barat mencapai 4,55±2,15 plastik/m2
NOAA Technical Memorandum NOS-OR & R-46, dengan berat rerata 115,91±85,01 gr plastik/m2,
khususnya metode shoreline survey methodology sedangkan pada musim timur, sampah plastik
dan NOAA Technical Memorandum NOS-OR & R- ditemukan mencapai 2,46±1,20 plastik/m 2
48. dengan berat rerata 90,15±74,30 gr plastik/m2.
Persentase rata-rata sampah plastik yang Dengan asumsi tidak ada sampah plastik yang
terpantau selama monitoring adalah berasal dari luar Indonesia (termasuk terbawa
47,58±11,79% dari total sampah laut yang arus), dari seluruh sampah plastik yang
terdampar di pantai atau sekitar 3,26±1,30 dikonsumsi kegiatan antropogenik terakumulasi
plastik/m2 atau 113,57±83,88 gr 30% di garis pantai Indonesia 99,093 km; estimasi
plastik/m2/bulan. Dari 18 lokasi pengamatan, sampah yang dihasilkan oleh kegiatan masyarakat
terdapat lima kawasan pantai dengan sampah adalah 268,740 - 594,558 ton per tahun.
plastik paling banyak, yakni Padang, Makassar,
Gambar 9.7 Rata-Rata Sebaran Berat Sampah Plastik Terdampar pada Lokasi Kajian pada Musim
Angin Muson Barat (Bulan Oktober - Maret) dan Angin Muson Timur (Bulan April – Oktober)
Sumber : LIPI, 2019
Distribusi spasial sampah plastik terdampar pada Jenderal PPKL. Seiring dengan apa yang telah
lokasi studi pada dua musim (Oktober – Maret dilakukan oleh LIPI, inventarisasi sampah laut
dan April – Oktober) dapat dilihat pada Gambar dilakukan untuk memperoleh data dasar sampah
9.7. Jumlah sampah plastik terbesar terpantau di laut (marine litter) di pesisir khususnya sampah
Makassar, Ambon, dan Manado secara konsisten pantai. Hal ini untuk mengetahui ancaman
pada kedua musim dimana lokasi-lokasi ini adalah terhadap ekosistem pesisir dan laut, yang
kota-kota besar di Indonesia Timur dan Manado bermanfaat sebagai input dalam upaya
yang merupakan lokasi pariwisata bahari yang pengendalian pencemaran dan kerusakan pesisir
terkenal. dan laut. Sampah laut yang disampling adalah
Selain itu, selama kurun waktu 2017 - 2019, sampah laut pantai (beach litter) yang berukuran
Ditjen PPKL KLHK telah melaksanakan makro (lebih besar dari 2,5 cm) dan meso (0,5 –
pemantauan sampah laut di 24 lokasi dalam 22 2,5 cm). Berat (gr/m2) dan juga komposisinya
provinsi se-Indonesia. Adapun pemilihan lokasi dapat dilihat pada gambar berikut. Secara umum
disesuaikan dengan kriteria yang terdapat dalam densitas sampah terbesar adalah di Provinsi
Pedoman Pemantauan Sampah Laut Direktorat Sulawesi Selatan dan Sulawesi Tengah diikuti oleh
Jawa Barat dan Aceh.
Gambar 9.8 Berat Sampah di Laut dan Komposisi Plastiknya (dalam gram/m2)
di Berbagai Lokasi di Indonesia
Sumber : Direktorat PPKPL KLHK, 2019
9.4.3 Kondisi Keanekaragaman Hayati Dalam bidang sumber daya ikan, terdapat lebih
Laut Indonesia Saat Ini dari 8.000 jenis ikan dan dari jumlah tersebut,
sekitar 1.300 merupakan jenis ikan air tawar atau
Indonesia adalah salah satu negara dengan nilai
sekitar 10% dari total jenis ikan air tawar di dunia.
keanekaragaman hayati (kehati) tertinggi di dunia
Hingga tahun 2014, sudah bisa dideskripsikan
bersama dengan Brasil dan Kolombia yaitu
32.800 jenis ikan diantaranya 1.218 jenis ikan air
dengan nilai kehati 18 dan nilai endemisme 22
tawar. Diperkirakan, perairan Indonesia memiliki
(KKP, 2017). Indonesia merupakan rumah bagi
sekitar 20-25% dari populasi ikan di seluruh
11% dari keseluruhan jenis tumbuhan di dunia,
dunia. Demikian halnya dengan kehati laut
lebih dari 40% jenis moluska, 12% dari
Indonesia yang menyimpan keragaman yang luar
keseluruhan mamalia, 17% dari keseluruhan
biasa. Luas terumbu karang di Indonesia
burung (peringkat 1 dunia), 24% dari jenis
mencapai 2,5 juta Ha dengan luas per pulau dapat
amphibia, 32% dari seluruh reptilia, dan lebih dari
dilihat pada Tabel 9.1.
45% dari keseluruhan spesies ikan di dunia (KKP,
2017).
Status Lingkungan Hidup Indonesia 2020 194
Sampah plastik yang belum terkelola dengan baik pariwisata sehingga dapat berdampak
berpotensi menimbulkan dampak pencemaran berkurangnya jumlah pengunjung. Kondisi ini
lingkungan dan mempengaruhi kebersihan tentunya menjadi ancaman bagi perkembangan
kawasan wisata dan dapat mengganggu wisata bahari di Indonesia dan yang merupakan
kenyamanan wisatawan dalam berwisata salah satu penopang perekonomian masyarakat
(Kurihara dalam Khalik, 2014). Kebersihan pelaku industri pariwisata. Sampah plastik di
kawasan wisata dan kenyamanan wistawan kawasan wisata bahari dapat dilihat pada
merupakan faktor penting dalam industri Gambar 9.11.
Status Lingkungan Hidup Indonesia 2020 196
Gambar 9.15 Gangguan Sampah Plastik terhadap Terumbu Karang dan Mangrove
Sumber : Mongabay.co.id
Kotak 9.2 Pernyataan Komitmen Target Pengurangan 70% Sampah Plastik pada tahun 2025
Aksi yang telah dilakukan dengan mengacu pada dan kepeloporan dalam pengelolaan daur ulang
RAN Sampah Plastik tersebut adalah sebagai sampah, khususnya plastik. Penghargaan kepada
berikut: produsen untuk inisiatif dan kinerja pengurangan
STRATEGI 1. sampah pada tahun 2016 dan 2017 serta
penghargaan kinerja pemerintah daerah dalam
Gerakan nasional peningkatan kesadaran p en gel o l a a n s a m p a h A d i p u r a . Pr o gr a m
para pemangku kepentingan. kolaborasi dalam program pengurangan sampah
Strategi pertama adalah gerakan nasional peduli plastik juga dilakukan antara Pemerintah (KLHK)
sampah di laut melalui pendidikan bagi Aparatur dengan berbagai pemangku kepentingan seperti
Sipil Negara (ASN), pelajar, mahasiswa dan dunia usaha, media massa, kelompok masyarakat,
pendidik. Gerakan nasional ini berupa sosialisasi dan lembaga adat/ agama.
mengenai dampak negatif sampah laut, terutama
plastik bagi kesehatan dan ekosistem, serta
sosialisasi terkait pengelolaan sampah terpadu.
Sampai dengan saat ini telah terlaksana sosialisasi
Gerakan Nasional Pilah Sampah dari Rumah di
beberapa kota di Indonesia seperti Jakarta, Kota
Bitung, Kota Mataram, dan Semarang. Kegiatan
lainnya adalah pelatihan pemilahan dan
pemanfaatan sampah plastik di beberapa wilayah
seperti Ponorogo, Kabupaten Bandung, Kota
Cimahi, Kabupaten Takalar, Kota Bandung, Kota
Malang dan Kabupaten Manggarai Barat. Berbagai
penghargaan juga diberikan untuk dunia usaha,
media massa, kelompok masyarakat, dan tokoh Gambar 9.17
agama/ masyarakat yang telah melakukan inovasi Kegiatan Pengambilan Sampah Di Wilayah Pantai
Sumber : Biro Humas KLHK, 2019
STRATEGI 2. punishment kepada pemerintah daerah
Pengendalian sampah pada Daerah Aliran pengelola, dan masyarakat atas ketaatan dan
Sungai (DAS), pengendalian sampah plastik pelanggaran pengelolaan sampah di kawasan
destinasi wisata bahari, serta penyusunan regulasi
dari sektor industri hulu dan hilir.
Standar Nasional Indonesia plastik yang mudah
Strategi kedua merupakan pengendalian sampah terurai dan dapat di daur ulang secara wajib.
pada Daerah Aliran Sungai (DAS), pengendalian
sampah plastik dari sektor industri hulu dan hilir. STRATEGI 5.
Program yang dilakukan mencakup pembentukan Penelitian dan pengembangan.
PermenLHK tentang Peta Jalan Pengurangan Strategi kelima adalah mendorong inovasi
Sampah oleh Produsen yang saat ini sedang dalam pengelolaan dan mengatasi pencemaran sampah
tahap pengundangan. di laut melalui riset dan pengembangan. Aksi yang
STRATEGI 3. dilakukan mencakup penyusunan kajian
penyebaran industri daur ulang plastik kedaerah
Pengelolaan Sampah plastik di Wilayah
destinasi wisata, mendorong penemuan bahan
Pesisir dan Laut.
plastik dengan bahan yang ramah lingkungan,
Strategi ketiga terdiri dari pengelolaan sampah penyusunan standar nasional produk plastik yang
plastik yang berasal dari aktivitas transportasi laut, mudah terurai dan dapat di daur ulang,
kegiatan di kawasan wisata bahari, kelautan dan membangun sistem informasi terpadu untuk
perikanan serta pesisir dan pulau-pulau kecil. pemantauan dan penanggulangan sampah di laut,
Beberapa aksi yang sudah dan sedang dilakukan penelitian pencemaran sampah di laut dan
KLHK antara lain penyusunan draf peraturan dampaknya, serta kajian dampak mikro dan nano
pengelolaan sampah mulai dari Reception Facility plastik pada tubuh manusia.
sampai dengan pengangkutan, support sarana dan
prasarana di Labuan Bajo, Karimunjawa, dan
Larantuka.
STRATEGI 4.
Mekanisme pendanaan, penguatan
kelembagaan, pengawasan, dan penegakan
hukum.
Program terkait strategi keempat di antaranya
adalah diversikasi skema pendanaan di luar
APBN/ APBD seperti pendanaan pengelolaan
sampah plastik melalui kerja sama pemerintah
swasta (kps), hibah corporate social responsibility
(csr), dana masyarakat, dan sumber- sumber dana
lainnya yang sah sesuai ketentuan peraturan
perundang-undangan. Untuk memperkuat
kelembagaan dan meningkatkan efektivitas
pengawasan dan pelaksanaan penegakan hukum,
aksi yang dilakukan mencakup peningkatan
koordinasi penindakan terhadap pelanggaran
terkait sampah di laut, pemberian reward and
Status Lingkungan Hidup Indonesia 2020 202
Selain melalui lima strategi di dalam RAN Sampah (Bappenas) sebagai implementing agency
Plastik, dilakukan edukasi dan monitoring melanjutkan kegiatan Coral Reef Rehabilitation and
terhadap terumbu karang, mangrove, padang Management Program – Coral Triangle Initiative
lamun, dan ikan termasuk mengenai sampah (COREMAP- CTI) atau dikenal dengan
plastik laut untuk mengurangi dampak sampah Program Rehabilitasi dan Pengelolaan
plastik terhadap keanekaragaman hayati di laut. Terumbu Karang – Prakarsa Segitiga
Indonesia Climate Change Trust Fund (ICCTF) Karang. Program COREMAP-CTI ini diinisiasi
bersama Kementerian Perencanaan pada tahun 1998, dan merupakan program jangka
Pembangunan Nasional Republik Indonesia/ panjang untuk melestarikan terumbu karang di
Badan Perencanaan Pembangunan Nasional Indonesia.
1. Edukasi melalui Kampanye Publik
Gambar 9.18
Edukasi Publik Mengenai Sampah Plastik Laut dan Kelestarian Keanekaragaman Hayati di Laut
Sumber : LIPI, 2020
Selain itu, sebagai kelanjutan dari program KKP. 2017. Status keanekaragaman hayati: biota
sebelumnya sejak tahun 2015, pada tahun 2019 perairan prioritas. Direktorat Konservasi dan
melalui Direktorat PPKPL KLHK dilakukan Keanekaragaman Hayat Laut. Kementerian
Kelautan dan Perikanan Republik Indonesia,
upaya-upaya pemulihan kerusakan kawasan
Jakarta, Indonesia.
ekosistem pesisir dan laut yaitu transplantasi
karang di tiga tempat yaitu kepulauan Karimun LIPI. 2019. Inisiasi Data Sampah Laut Indonesia Untuk
Melengkapi Rencana Aksi Nasional Penanganan
Jawa, Kabupaten Lombo Tengah, dan Kabupaten
Sampah Laut Sesuai Peraturan Presiden RI No.83
Wakatobi. Luasan pemulihan secara berturut-
Tahun 2018. Pusat Penelitian Oseanogra -
turut yaitu 38 m 2 , 1,8 Ha, dan 1.480 m 2 Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia, Jakarta,
(Direktorat PPKPL, 2019). Indonesia.
9.7 Daftar Pustaka PPRI 83/2018. 2018. Peraturan Presiden Republik
Indonesia No.83 Tahun 2018 Tentang Penanganan
Bank Dunia. 2017. Indonesia-Improvement of Solid
Sampah Laut. Presiden Republik Indonesia,
Waste Management to Support Regional and
Jakarta, Indonesia.
Metropolitan Cities Project: Environmental
Assessment: Environmental and Social Stevenson C. 2011. Plastic Debris in the California
Management Framework, Jakarta, Indonesia. Marine Ecosystem: A Summary of Current
Research, Solution Strategies and Data Gaps.
Bappenas. 2010. Setting National Priorities on Solid
University of Southern California Sea Grant,
Waste Management: Public Investment Cost for
California Ocean Science Trust. Oakland (US).
Waste Management Improvement in Indonesia,
Jakarta, Indonesia. Unilever. 2013. Buku Panduan Sistem Bank Sampah
dan 10 Kisah Sukses. Jakarta: Yayasan Unilever
BPS. 2018. Laporan Indeks Perilaku Ketidakpedulian
Indonesia.
Lingkungan hidup Indonesia 2018, Jakarta,
Indonesia. Wibowo dan Supriatna. 2014. Kerentanan lingkungan
pantai kota pesisir di Indonesia. Artkel di
BPS. 2019. Statistika Sumber Daya Laut dan Pesisir
download dari
2019, Jakarta, Indonesia.
http://www.itk.fpik.ipb.ac.id/ej_itkt32, pada
BPS. 2020. Statistik Lingkungan Hidup Indonesia tanggal 25 Oktober 2020.
2019, Jakarta, Indonesia.
Widianarko, Budi., Hantoro, Inneke., 2018.
Damanhuri. 2005. Some Principal Issues on Municipal Mikroplastik dalam Seafood dari Pantai Utara
Solid Waste Management in Indonesia, Expert Jawa. Universitas Katolik Soegijapranata,
Meeting on Solid Waste Management in Asia- Semarang, Indonesia.
Pasic Island, Tokyo, Japan.
Wilcox Chris, Van Sebille, Erik., and Hardesty, Britta
Direktorat PPKPL. 2019. Statistik kualitas air, udara Denise. 2015. Threat of plastic pollution to
dan tutupan lahan. Direktorat Jendral seabirds is global, pervasive, and increasing.
Pengendalian Pencemaran dan Kerusakan PNAS Proceedings of the National Academy od
Lingkungan (Ditjen PPKL) KLHK, Jakarta, Sciences of the United States of America.
Indonesia. https://doi.org/10.1073/pnas.1502108112
IUCN. 2010. Issues brief: marine debris.
https://www.iucn.org/resources/issues-
briefs/marine-plastics.
Jambeck dkk. 2017. Plastic Waste Inputs from Land
into The Ocean, Science, 347, 6223.
Status Lingkungan Hidup Indonesia 2020 204
SUMBER
DAYA
AIR
ISU
LINGKUNGAN
NASIONAL
SAMPAH LAHAN
an
alah Ke
as
bij
m
aka
Per
Perbaikan Infrastruktur | Pemilahan Sampah Dari Sumbernya | Ketersediaan Sarana dan Fasilitas |
Pengupayaan 3R | Pengolahan Sampah Menjadi Sumber Energi
Status Lingkungan Hidup Indonesia 2020 206
es Pe
ks l
ay
A
a na
n
Peningkatan Ketahanan Air | Konservasi SDA dan Ekosistem | Pemukiman Layak | Peningkatan
Esiensi Infrastruktur | Air Minum dan Sanitasi Layak | Pembangunan Bendungan Multiguna
ahan Pe
eg m
c
u li
Pen
han
C
Pembangkit Energi Terbarukan | Esiensi dan Konservasi Energi Industri | Pertanian Berkelanjutan
| Manajemen Limbah | Pesisir dan Laut Rendah Karbon
Setelah menganalisis kondisi lingkungan Indonesia 10.2 Isu Lingkungan Sampah
dengan 3 (tiga) pendekatan utama, maka langkah
selanjutnya adalah melakukan sintesis isu
10.2.1 Implikasi Kebijakan
lingkungan prioritas. Hal ini dilakukan dengan cara Persampahan Nasional Saat Ini
menganalisis isu dominan dari masing-masing Secara nasional payung hukum pengelolaan
ekoregion dan isu tematik nasional, yang persampahan telah diperkuat dengan
dikaitkan dengan tiga matra lingkungan utama. disahkannya Peraturan Presiden Nomor 97
Sintesis isu lingkungan prioritas ini menjadi dasar Tahun 2017 tentang Kebijakan dan Strategi
penetapan kebijakan-kebijakan nasional, yang Nasional Pengelolaan Sampah Rumah Tangga dan
pada kemudian menjadi acuan dan disesuaikan Sampah Sejenis Sampah Rumah Tangga (Perpres
dengan kondisi lingkungan masing-masing Nomor 97 Tahun 2017) sebagai tindak lanjut dari
provinsi. Peraturan Pemerintah Nomor 81 Tahun 20l2
tentang Pengelolaan Sampah Rumah Tangga
10.1 Sintesis Isu Lingkungan Nasional
(SRT) dan Sampah Sejenis Sampah Rumah Tangga
Setelah melakukan analisis lingkungan dengan 3 (SSRT), telah membawa semangat perubahan
(tiga) pendekatan utama, yakni overview pada pengelolaan sampah rumah tangga dan
lingkungan Indonesia, DPSIR berdasarkan sejenis sampah rumah tangga. Selain itu Jakstranas
ekoregion dan isu lingkungan tematik, maka sebagaimana diamanatkan dalam Pasal 2 Perpres
selanjutnya dilakukan sintesis isu lingkungan Nomor 97 Tahun 2017 selama periode 2017-
nasional dengan cara mengidentikasi isu 2025 telah memuat arah kebijakan pengurangan
dominan dari 3 (tiga) analisis lingkungan dan penanganan sampah. Selain itu strategi,
sebelumnya. Berdasarkan hasil analisis tersebut, program, dan target pengurangan dan
didapatkan bahwa isu lingkungan sampah, penanganan sampah juga telah diberikan arahan
sumber daya air (meliputi kualitas dan kuantitas secara jelas. Tentunya hal ini memerlukan waktu
air), serta isu lingkungan lahan mendominasi isu untuk dapat melihat secara nyata perubahan di
lingkungan di berbagai ekoregion di Indonesia, dalam efektivitas pengelolaan persampahan
seperti terlihat pada Gambar 10.1 berikut. karena baru berjalan selama kurang dari 3 (tiga)
Berdasarkan hal tersebut, maka dalam bagian tahun.
selanjutnya, dilakukan pembahasan implikasi
Permasalahan persampahan juga terkait dengan 7
kebijakan untuk menangani isu lingkungan utama
(tujuh) agenda pembangunan dalam RPJMN
tersebut.
2020-2024 yaitu agenda 5 mengenai penguatan
OVERVIEW
LINGKUNGAN infrastruktur pembangunan ekonomi dan
LAHAN, AIR, UDARA
pelayanan dasar, serta agenda 6 untuk
membangun lingkungan hidup, meningkatkan
ISU ketahanan bencana dan perubahan iklim.
DPSIR LINGKUNGAN
EKOREGION Penanganan persampahan nasional tercermin
NASIONAL
LAHAN, AIR, SAMPAH
LAHAN, AIR, SAMPAH
dari target pemerintah untuk meningkatkan
rumah tangga yang menempati hunian dengan
akses sampah yang terkelola lebih baik. Selain itu,
ISU
TEMATIK
pemerintah menargetkan peningkatan jumlah
SAMPAH & rumah tangga yang terlayani TPA dengan standar
KEANEKARAGAMAN
metode lahan urug saniter, TPS3R, dan TPST.
Gambar 10.1 Sintesis Isu Lingkungan Nasional Pengelolaan SRT dan SSRT dimasa yang akan
Status Lingkungan Hidup Indonesia 2020 208
datang tidak lagi menganut prinsip “kumpul- Masih menjadi tantangan, dimana kedepannya
angkut-buang”, namun mengedepankan upaya- setiap daerah akan menggunakan data yang valid
upaya pengurangan, dan penanganan sampah. dan reliable terkait timbulan dan komposisi
Strategi pengurangan dimaksudkan untuk sampah, serta memiliki neraca masa pada setiap
mengurangi volume sampah yang masuk ke Pusat tahapan operasional pengelolaan sampah. Data
Daur Ulang atau TPS 3R. Untuk pengurangan ini yang kemudian menjadi acuan di dalam
sampah, ke depannya diharapkan penurunan program Jakstranas dan rencana aksi penanganan
jumlah timbulan SRT dan SSRT per kapita dengan pencemaran sampah plastik laut terutama untuk
menumbuhkembangkan kebiasaan menggunakan measurement, reporting dan validation (MRV) dari
peralatan yang dapat dipakai berulangkali, serta target dan saran setiap program. Sehingga akurasi
kebijakan pengurangan pemakaian bungkus sampah yang dikurangi dan dikelola dapat
kemasan plastik dengan dukungan pemerintah diketahui secara pasti, dan memunculkan
dan pelaku industri. Seiring dengan kebijakan strategi-strategi dan kebijakan yang tepat untuk
pemerintah untuk meningkatkan sarana memperbesar persentase pengurangan dan
prasarana sistem pengelolaan persampahan, penanganan sampah di Indonesia.
seperti TPST 3R, program peningkatan jumlah
10.2.2 Tantangan Permasalahan
SRT dan SSRT yang terdaur ulang di sumber
sampah dapat meningkat. Hal ini dapat dilakukan
Persampahan di Masa yang Akan
dengan meningkatkan kapasitas mekanisme dan Datang
jumlah Bank Sampah yang dikelola langsung oleh Beberapa permasalahan yang memerlukan
masyarakat dan saat ini sudah tersebar di seluruh kesinambungan pelaksanaan berbagai kebijakan
pelosok nusantara dengan mendapat bantuan dari terkait di masa yang akan datang dirangkum
KLHK dan juga pihak swasta. Besaran sebagai berikut:
peningkatan jumlah SRT dan SSRT yang
Ÿ Peningkatan jumlah sampah yang
termanfaatkan kembali di sumber sampah juga
terkelola secara nasional: upaya-upaya
diprogramkan untuk terus meningkat. Dimasa
baik itu perbaikan infrastruktur, peraturan
yang akan datang diharapkan terjadi peningkatan
perundang-undangan pada dasarnya
kapasitas mekanisme dan jumlah bank sampah
diarahkan untuk meningkatkan jumlah
yang dikelola langsung oleh masyarakat.
sampah terkelola sesuai RPJMN 2020-2024
Sampah plastik di darat (land base) dan di laut (sea dari 64 juta ton (2019) menjadi 339 juta ton di
base) sudah mendapatkan perhatian yang serius tahun 2024.
dari pemerintah melalui rencana aksi nasional
Ÿ Pemilahan sampah di sumber: upaya-
untuk marine debris pollution di Indonesia tahun
upaya yang berkaitan dengan pencapaian
2017-2025 yang dikawal oleh KLHK. Hal ini
tujuan ini sesuai yang telah diamanahkan
selaras dengan berbagai kebijakan untuk
dalam Jakstranas memerlukan kerjasama
konservasi laut dalam rangka melindungi kehati
berbagai pihak terutama kesadaran
perairan laut di Indonesia yang di lakukan oleh
masyarakat dengan melakukan penyediaan
KKP. Kerjasama antar kementerian akan menjadi
wadah sampah terpilah, penyediaan TPS, dan
kunci untuk suksesnya upaya-upaya yang telah
alat pengumpul untuk sampah terpilah,
dirancang. Pemerintah juga di dalam RPJMN
penyusunan jadwal pengumpulan yang
2020-2024 menargetkan persentase penurunan
menyesuaikan dengan program pemilahan
sampah yang terbuang ke laut di tahun 2024
sampah.
sebesar 60% dari jumlah sampah plastik yang
terbuang di tahun 2019.
Ÿ Pe r s e n t a s e j u m l a h s a m p a h y a n g menerapkan metoda sanitary landll,
t e r a n g k u t k e T PA : p a r a m e t e r i n i pengembangan data dasar sistem operasional
dipengaruhi oleh ketersediaan sarana seperti TPA yang diintegrasikan dengan sistem
kapasitas TPA dan juga fasilitas pengangkut informasi.
serta daya beli masyarakat dalam membayar Ÿ Pengurangan laju timbulan sampah
“fee” untuk pelayanan persampahan. Lebih plastik: masih diperlukan upaya untuk
lanjut, diperlukan peningkatan penyediaan alat mengurangi persentase sampah plastik di
angkut terpilah, penyusunan jadwal dalam komposisi sampah kota yaitu dengan
pengangkutan yang menyesuaikan dengan upaya-upaya 3R. Hal ini nantinya akan
program pemilahan sampah. Hal ini selaras mengurangi resiko pembuangan sampah
dengan target di dalam RPJMN 2020-2024 plastik ke badan air permukaan seperti sungai,
untuk mencapai jumlah rumah tangga yang danau, dan laut ataupun ke tanah terbuka.
terlayani landll sebesar 19 juta rumah tangga.
Ÿ Peningkatan pengelolaan persampahan
Ÿ Besaran peningkatan fasilitas pusat di kota-kota pesisir: saat ini 24 kota-kota
pengolahan sampah menjadi bahan baku besar di Indonesia yang merupakan ibu kota
dan sumber energi: hal ini dilakukan untuk propinsi terletak di wilayah pesisir. Untuk itu
mengubah paradigma sampah menjadi lebih diperlukan perhatian yang khusus untuk
bernilai ekonomis dengan peningkatan peningkatan pengelolaan sistem persampahan
penyediaan TPS, pengadaan lahan TPS, di kota-kota ini sehingga resiko pembuangan
peningkatan kuantitas dan kualitas TPS sesuai sampah plastik ke lingkungan terbuka
dengan kebutuhan masing – masing kota/ terutama laut dapat dihindari. Hal ini perlu
kabupaten, peningkatan kapasitas teknologi, dioptimalkan di masa yang akan datang untuk
sarana dan prasarana pengolahan sampah. mendukung target pemerintah untuk
Selain faktor teknologi, perencanaan yang menurunkan jumlah sampah plastik yang
matang mengenai blue print “waste to energy” terbuang ke laut yaitu sebesar 60% dari
perlu dibuat di Indonesia. Hal ini perlu jumlah yang sama di tahun 2019.
diselaraskan dengan target di RPJMN 2020 –
2024 yaitu untuk meningkatkan jumlah rumah 10.3 Isu Lingkungan Sumber Daya Air
tangga yang terlayani TPST yaitu 494 ribu RPJMN 2020-2024 menginformasikan bahwa
rumah tangga di tahun 2024 dan jumlah rumah resiko kelangkaan air dipengaruhi oleh perubahan
tangga terlayani TPST3R yaitu sebesar 409 iklim dan luas wilayah kritis air di Indonesia
ribu di akhir tahun 2024. diperkirakan akan meningkat dari 6 persen pada
Ÿ Pe n u r u n a n j u m l a h s a m p a h y a n g tahun 2000 menjadi 9,6 persen pada tahun 2045.
terproses di TPA untuk meningkatkan Faktor pemicu utama terjadinya tekanan
masa layanan: Seiring waktu, dengan terhadap sumber daya air permukaan khususnya
peningkatan fasilitas pengolahan sampah di air sungai dan air tanah adalah faktor demogra
sumber juga akan mengurangi jumlah sampah dan kependudukan yang meliputi: (i) jumlah
yang terangkut ke TPA sehingga mengubah penduduk dan laju pertumbuhan penduduk yang
paradigma bahwa TPA bukan satu satunya tinggi, dan (ii) urbanisasi. Wilayah dengan
tempat untuk mengolah sampah. Peninjauan kepadatan penduduk yang tinggi akan mengalami
kembali perlu dilakukan untuk jumlah TPA degradasi kualitas sungai dan air tanah.
yang sudah menerapkan metoda control/
sanitary landll, meningkatkan TPA yang
Status Lingkungan Hidup Indonesia 2020 210
Kebutuhan akan pemukiman, lahan untuk area keterbatasan untuk mengolah air secara baik,
komersil, pertanian, pertambangan, peternakan, akibatnya masyarakat di negara berkembang akan
industri, dan pariwisata menggeser lahan non menggunakan air dengan kualitas yang rendah.
budidaya bahkan hingga area hulu sungai yang Distribusi potensi ketersediaan air di Indonesia
biasa dijadikan sumber air baku air minum. tidak merata di wilayah Indonesia.
Zimmerman, Mihelcic, Smith, and James (2008) Secara global kuantitas air yang bisa dimanfaatkan
menyatakan bahwa populasi dan tingkat oleh manusia sangatlah terbatas, United State
kesejahteraan masyarakat memberikan efek Gelological Survey (USGS) menyatakan air tawar
langsung terhadap ketercapaian pembangunan yang tersimpan di dalam tanah sebesar 30,1%
berkelanjutan, pemilihan teknologi serta strategi dan yang tersimpan sebagai air permukaan
pengelolaan terkait kualitas dan kuantitas air. sebesar 0,3%, sedangkan sisanya berada pada
Perubahan dan kerusakan hutan diperkirakan sumber lain. Pada level dunia, kurang lebih 70%
akan memicu terjadinya kelangkaan air baku, air tawar digunakan untuk irigasi, 20% untuk
terutama pada pulau-pulau yang memiliki tutupan industri dan hanya 10 % untuk keperluan
hutan sangat rendah seperti Pulau Jawa, Bali dan domestik (Un-Habitat, 2013). Di Indonesia
Nusa Tenggara. RPJMN 2020-2024 (PP No. 19 sendiri, potensi ketersediaan air terbesar
Tahun 2020) menyatakan ketersediaan air sudah terdapat di Pulau Kalimantan yang mencapai
tergolong langka hingga kritis di sebagian besar 33,6%. Sebaliknya, Pulau Jawa hanya memiliki
wilayah Pulau Jawa dan Bali padahal ketersediaan ketersediaan air sekitar 4,2 persen. Dengan
air pada setiap pulau harus dipertahankan di atas demikian, Pulau Jawa menjadi wilayah dengan
1.000 m3/kapita/tahun. ketersediaan air paling sedikit di antara pulau-
Air sungai merupakan sumber air utama untuk pulau lainnya, padahal jumlah penduduk Pulau
Sistem Penyediaan Air Minum (SPAM) skala Jawa mencapai 60% dari total penduduk di
perkotaan, namun sangat rawan terhadap Indonesia. Kapasitas layanan infrastruktur
pencemaran. Pengelola air minum kota yang penyedia air baku yang aman dan layak di
beroperasi di kota besar sebenarnya sudah mulai Indonesia hingga tahun 2019 hanya mencakup
berat untuk mengolah air dengan pengolahan 30% dari total kebutuhan air baku nasional.
konvensional, fakta tersebut merupakan dampak Kondisi ini mendorong maraknya pemanfaatan
nyata dari degradasi kualitas air baku air minum sumber air baku lain yang belum tentu aman dan
(Sururi, Roosmini, & Notodarmojo, 2018). Hal layak, baik secara kuantitas maupun kualitas.
lain yang menjadi masalah adalah adanya Keterbatasan kuantitas air tawar yang dapat
kerusakan DAS yang diindikasikan dengan diakses manusia dapat disiasati dengan
besarnya gap antara debit minimum (Q min) dan menerapkan pola pemanfaatan air yang
debit maksimum (Q max) yang menunjukkan berkelanjutan, khususnya di Indonesia dengan
menurunnya inltrasi air hujan kedalam tanah dan pertambahan populasi yang signikan setiap
base ow pada sungai-sungai ketika musim tahunnya. Pertambahan populasi tersebut
kemarau, akibatnya pengelola air minum tentunya disertai peningkatan kebutuhan air
kekurangan air baku, petani akan kehilangan air bersih untuk aktivitas domestik, industri,
untuk irigasi, bahkan produksi listrik PLN dapat pertanian dan juga sektor lainnya.
berkurang secara drastis. Kenyataan yang terjadi
adalah bahwa negara berkembang akan memiliki
kapasitas yang terbatas untuk mengelola dan
melindungi sumber air serta memiliki
Secara teknis KLHK memantau kualitas sungai di 10 parameter yaitu DO, Fecal Coliform, COD, pH,
Indonesia secara regular setiap tahun dan BOD,NH3-N, TP,TSS, NO3-N dan TDS. KLHK
melaporkannya kepada publik lewat suatu Indeks (2019) telah melakukan pemantauan air sungai di
Kualitas Air (IKA). IKA di Indonesia menggunakan 34 provinsi, pada 97 sungai dan 629 titik
pemantauan. Secara keseluruhan di tahun 2018
IKA ternilai sebesar 72,77 dengan rincian IKA
dapat dilihat pada Gambar berikut. Sementara
predikat penilaian terkait IKA dapat dilihat pada
Tabel 10.1.
terkategori kurang dengan nilai sama dengan 50- dan kuantitas air. Beberapa kebijakan yang
60 ada 3 provinsi dengan kategori sangat kurang dipertimbangkan adalah:
baik dengan nilai sama dengan 40-50 terdata pada Ÿ Peningkatan kuantitas/ ketahanan air
1 provinsi. Hal yang menarik adalah provinsi yang untuk mendukung pertumbuhan
ada di Jawa-Bali umumnya mengalami perbaikan ekonomi yang dilaksanakan dengan strategi:
nilai IKA dan hanya Jakarta yang ada pada kategori (1) memantapkan kawasan hutan berfungsi
kurang baik, sementara Jawa Barat dan Banten lindung; (2) mengelola hutan berkelanjutan;
masuk pada kategori cukup baik, Jawa Tengah dan (3) menyediakan air untuk pertanian dan
Bali memiliki nilai IKA pada kategori baik, bahkan perikanan darat; (4) menyediakan air baku
IKA di Yogyakarta terukur pada kategori sangat untuk kawasan prioritas; (5) memelihara,
baik. Kondisi ini menunjukkan adanya perbaikan memulihkan, dan konservasi sumber daya air
upaya yang sangat keras dari pemerintah daerah dan ekosistemnya termasuk revitalisasi danau
mulai kabupaten/ kota hingga provinsi untuk dan infrastruktur hijau; serta (6)
memperbaiki secara menerus kualitas badan air di mengembangkan waduk multiguna.
wilayahnya.
Ÿ Infrastruktur Pelayanan Dasar yang
10.3.1 Implikasi Kebijakan meliputi penyediaan akses perumahan dan
Berbagai peraturan terkait pengelolaan air telah pemukiman layak, aman dan terjangkau
dibuat dan menjadi turunan dari Undang-Undang sehingga akan meningkatkan akses
No. 32 tahun 2009 Tentang Perlindungan dan masyarakat secara bertahap terhadap
Pengelolaan Lingkungan Hidup. Terkait dengan perumahan dan pemukiman layak dan aman
perlindungan dan pengelolaan lingkungan yang terjangkau untuk mewujudkan kota yang
hidrosfer, pemerintah telah menetapkan PP. 82 inklusif dan layak huni.
tahun 2001 Tentang Pengelolaan Kualitas Air dan Ÿ Pengelolaan Air Tanah, Air Baku
Pengendalian Pencemaran Air. PP tersebut Berkelanjutan melalui percepatan
membahas secara komprehensif daya tampung penyediaan air baku dari sumber air
badan air dan memuat stream standard untuk terlindungi, peningkatan keterpaduan dalam
berbagai peruntukan air mulai air baku air minum penyediaan air minum dan pemanfaatan
(kelas 1) sampai dengan untuk pengairan tanaman teknologi dalam pengelolaan air baku. Strategi
(kelas 4) yang menjadi instrumen pencegahan untuk percepatan penyediaan air baku dari
pencemaran lingkungan air. Selanjutnya sumber air terlindungi antara lain: (a)
Kementerian Lingkungan Hidup telah Penambahan kapasitas air baku dari
menetapkan beberapa peraturan yang menjadi bendungan dan sumber air lainnya didukung
instrumen penting dalam pengelolaan kualitas air oleh pengamanan kualitas air; (b) Rehabilitasi
dan pengendalian pencemaran air. Dalam rangka dan peningkatan esiensi infrastruktur
memantapkan penyelenggaraan dan pengelolaan penyedia air baku; dan (c) Pelaksanaan
sumber daya air di tingkat nasional, selama kurun konservasi air tanah yang terintegrasi dengan
waktu 1974-2017 juga telah diterbitkan sejumlah sistem penyediaan air baku serta didukung
peraturan dalam pengelolaan SDA yang oleh penegakan peraturan pengambilan air
diinformasikan pada lampiran dokumen ini. tanah. Strategi tersebut perlu dikembangkan
RPJMN 2020-2024 (PP No. 19 Tahun 2020) telah secara bersamaan dengan peningkatan kinerja
memotret keberhasilan yang telah dicapai hingga Instalasi Pengolahan Air (IPA) dan sistem
tahun 2019, namun juga mencatat dan distribusi air bersih.
memperhatikan permasalahan terkait isu kualitas
Ÿ Penyediaan Akses Air Minum dan pertanian bernilai tinggi. Strategi untuk
Sanitasi Layak dan Aman dengan arah: 1) penambahan kapasitas tampungan air antara
Peningkatan tata kelola kelembagaan untuk lain: (a) Perencanaan bendungan multiguna
penyediaan air minum layak maupun aman,; 2) dengan protokol berkelanjutan; (b)
Peningkatan kapasitas penyelenggara air Perencanaan pemanfaatan tampungan alami;
minum; 3) Pengembangan dan pengelolaan (c) Rehabilitasi bendungan kritis; dan (d)
SPAM; 4) Penyadaran masyarakat untuk Pembangunan bendungan multiguna dengan
menerapkan perilaku hemat air, mengakses melibatkan badan usaha.
layanan air minum perpipaan atau Ÿ Penyediaan Akses Air Minum dan
menggunakan sumber air minum bukan Sanitasi yang Layak dan Aman di
jaringan perpipaan terlindungi secara Perkotaan dengan arah kebijakan dan
swadaya, serta menerapkan pengelolaan air strategi dalam rangka penyediaan akses air
minum aman dalam rumah tangga. minum dan sanitasi (air limbah dan sampah)
Ÿ Waduk Multiguna dan Modernisasi Irigasi yang layak dan aman di perkotaan adalah: 1)
dengan arah kebijakan dalam rangka Pembangunan Sistem Penyediaan Air Minum
optimalisasi waduk multiguna dan (SPAM) dan Sanitasi di Perkotaan; 2)
modernisasi irigasi dengan penambahan Peningkatan perubahan perilaku masyarakat
kapasitas tampungan air, peningkatan dan dalam mencapai akses aman sanitasi.
p e m a n f a a t a n f u n g s i t a m p u n g a n a i r, Proyek strategis terkait isu air pada RPJMN dapat
peningkatan kinerja bendungan dan dilihat pada Tabel 10.3 di bawah.
penurunan indeks risiko bendungan,
peningkatan esiensi dan kinerja sistem irigasi,
dan penyediaan air untuk komoditas
Tabel 10.2 Proyek Prioritas Strategis (Major Project) RPJMN 2020 - 2024
Sumber: Hasil Pengolahan dari RPJMN 2020-2024
Status Lingkungan Hidup Indonesia 2020 214
Ÿ Pengembangan Industri Hijau yang Peraturan Pemerintah Nomor 81 Tahun 20l2 tentang
dilaksanakan melalui: (a) Konservasi dan Pengelolaan Sampah Rumah Tangga (SRT) dan
Audit Penggunaan Energi pada Industri; (b) Sampah Sejenis Sampah Rumah Tangga (SSRT)
Pe n e r a p a n M o d i k a s i Pr o s e s d a n Peraturan Presiden Nomor 97 Tahun 2017 tentang
Teknologi; serta (c) Manajemen Limbah Kebijakan dan Strategi Nasional Pengelolaan
Industri. Sampah Rumah Tangga dan Sampah Sejenis
Sampah Rumah Tangga
Ÿ Rendah Karbon Pesisir dan Laut yang
Peraturan Pemerintah Nomor 19 Tahun 2020 tentang
dilaksanakan melalui Inventarisasi dan
Jenis dan Tarif Atas Jenis Penerimaan Negara
Rehabilitasi Ekosistem Pesisir dan Bukan Pajak yang Berlaku pada Badan Narkotika
Kelautan. Nasional
10.5 Daftar Pustaka Sururi, M. R., Roosmini, D., & Notodarmojo, S. 2018.
Chromophoric and liability quantication of
Badan Perencanaan Pembangunan Nasional
organic matters in the polluted rivers of Bandung
(Bappenas). 2020. Rencana Pembangunan Jangka
watershed, Indonesia. Paper presented at the
Menengah Nasional (RPJMN) 2020-2024. Jakarta.
MATEC Web of Conferences.
KLHK. 2019. Indeks Kualitas Lingkungan Hidup
Un-Habitat. 2013. Water and sanitation in the world's
Indonesia 2018. Jakarta: Kementerian Lingkungan
cities: Local action for global goals: Routledge.
Hidup dan Kehutanan Republik Indonesia.
Zimmerman, J. B., Mihelcic, J. R., Smith, & James.
Peraturan Pemerintah Nomor 82 Tahun 2001
2008. Global stressors on water quality and
Tentang Pengelolaan Kualitas Air dan
quantity: ACS Publications.
Pengendalian Pencemaran Air