Anda di halaman 1dari 100

PLAGIAT

PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI

KEBIASAAN MINUM TUAK DAN KONSEP DIRI SISWA


STUDI DESKRIPSI TERHADAP SISWA/I SMA N 6
SENDAWAR
KALIMANTAN TIMUR
TAHUN AJARAN 2013/2014

SKRIPSI

Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat


Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan
Program Studi Bimbingan dan Konseling

Disusun Oleh:

Eva Agustha Sifra Uan


NIM: 081114005

PROGRAM STUDI BIMBINGAN DAN KONSELING


JURUSAN ILMU PENDIDIKAN
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS SANATA DHARMA
YOGYAKARTA
2013
PLAGIAT MERUPAKAN
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN
TINDAKAN TIDAK
TIDAK TERPUJI
TERPUJI
PLAGIAT MERUPAKAN
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN
TINDAKAN TIDAK
TIDAK TERPUJI
TERPUJI
PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI

MOTO 
Tuhan Memberikan Ujian Dulu Sebelum Menghadiahkan Sesuatu 
yang Sangat Spesial. 

(Merry Riana, “Mimpi Sejuta Dolar”) 

Dengan Kuasa Allah yang Giat Bekerja di Dalam Diri Kita, 
Allah Dapat Melakukan Jauh Lebih Banyak Daripada Apa yang 
Dapat Kita Minta atau Pikirkan. 

(Efesus 3:10) 

PERSEMBAHAN

Felix Tingang Muya, almarhum ayahanda ku tercinta

Cresentia Bulan, ibunda ku tersayang

Ita, Asen, Iliq, saudara- saudaraku yang aku banggakan

Brigpol Geri Bilmando, yang aku kasihi

iv 
 
PLAGIAT MERUPAKAN
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN
TINDAKAN TIDAK
TIDAK TERPUJI
TERPUJI
PLAGIAT MERUPAKAN
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN
TINDAKAN TIDAK
TIDAK TERPUJI
TERPUJI
PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI

ABSTRAK

KEBIASAAN MINUM TUAK DAN KONSEP DIRI SISWA


STUDI DESKRIPSI TERHADAP SISWA/I SMA NEGERI 6 SENDAWAR
KALIMANTAN TIMUR
TAHUN AJARAN 2013/2014

Eva Agustha Sifra Uan


Universitas Sanata Dharma, 2013

Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui kebiasaan minum tuak


siswa/i SMA Negeri 6 Sendawar Kalimantan Timur Tahun Ajaran 2013/2014,
bagaimana deskripsi konsep diri siswa/i SMA Negeri 6 Sendawar Kalimantan
Timur Tahun Ajaran 2013/2014 berkaitan dengan kebiasaan minum tuak, untuk
mengetahui perbedaan konsep diri antara siswa peminum tuak dan bukan
peminum tuak serta mengetahui perbedaan konsep diri antara siswa pendatang
dengan siswa asli.
Jenis penelitian ini adalah penelitian deskriptif dengan metode survei.
Populasi penelitian adalah seluruh siswa/i SMA Negeri 6 Sendawar Kalimantan
Timur Tahun Ajaran 2012/2013 yang berjumlah 123 siswa dengan perincian
siswa asli sebanyak 116 siswa dan siswa pendatang 7 siswa. Pertanyaan yang
secara khusus dijawab dalam penelitian ini adalah bagaimana kebiasaan minum
tuak siswa/i SMA Negeri 6 Sendawar Kalimantan Timur Tahun Ajaran
2013/2014, bagaimana deskripsi konsep diri siswa/i SMA Negeri 6 Sendawar
Kalimantan Timur Tahun Ajaran 2013/2014 berkaitan dengan kebiasaan minum
tuak, apakah ada perbedaan konsep diri antara siswa peminum tuak dan bukan
peminum tuak dan apakah ada perbedaan konsep diri antara siswa pendatang
dengan siswa asli. Instrumen penelitian ini adalah kuesioner yang disusun sendiri
oleh peneliti. Kuesioner ini memiliki 37 butir pernyataan yang mengungkapkan
tiga aspek konsep diri, yaitu (1) pengetahuan; (2) harapan dan (3) penilaian.
Teknik analisis data menggunakan analisis statistik deskriptif yang meliputi
penyajian data melalui tabel, perhitungan mean, standar deviasi serta
pengkategorisasian. Konsep diri siswa dikategorikan menjadi lima kategori, yaitu:
sangat tinggi, tinggi, sedang, rendah dan sangat rendah.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa sebagian besar siswa/i SMA Negeri
6 Sendawar Kalimantan Timur Tahun Ajaran 2013/2014 mempunyai kebiasan
minum tuak yang tergolong sedang (56,10%), sebagian besar siswa/i SMA Negeri
6 Sendawar Kalimantan Timur Tahun Ajaran 2013/2014 mempunyai konsep diri
tinggi (40,65%), tidak ada perbedaan konsep diri antara siswa peminum tuak
dengan siswa bukan peminum tuak dan tidak ada perbedaan konsep diri antara
siswa pendatang dengan siswa asli.

Kata kunci: Konsep Diri, Kebiasaan Minum Tuak

vii 
 
PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI

ABSTRACT

THE HABIT OF DRINKING PALM WINE AND


STUDENT SELF-CONCEPT
(DESCRIPTIVE STUDY OF THE STUDENTS AT SMA NEGERI 6
SENDAWAR EAST BORNEO IN 2013/2014 ACADEMY YEAR)

Eva Agustha Sifra Uan


Sanata Dharma University, 2013

The purpose of this study is to determine the students’ habit of drinking


palm wine at SMA Negeri 6 Sendawar East Borneo in 2013/2014 academic year,
to describe the students’ self-concept at SMA Negeri 6 Sendawar East Borneo in
2013/2014 academic year related to the habit of drinking palm wine, to know the
differences of self-concept between the students who are palm wine drinkers and
those who are not, to know the differences of self-concept between newcomer
students and native students.
This research is a descriptive study using survey method. The population
is all the students at SMA Negeri 6 Sendawar East Borneo in 2013/2014 academic
year consisting 123 students, 116 of which are native students and 7 of which are
newcomer students. The questions to be answered in this study is what is the
students’ habit of drinking palm wine at SMA Negeri 6 Sendawar East Borneo in
2013/2014 academic year, what is the students’ self-concept at SMA Negeri 6
Sendawar East Borneo in 2013/2014 academic year related to the habit of
drinking palm wine, are there any differences between the students who are palm
wine drinkers and those who are not and are there any differences between
newcomer students and native students. The research instrument is a questionnaire
prepared by the researcher herself. The questionnaire has 37 items which reveal
three aspects to self-concept, namely (1) knowledge, (2) hope and (3) assessment.
The technique of data analysis is using descriptive statistical analysis which
includes the presentation of data through tables, the mean calculation, standard
deviation and categorization. The students’ self-concept is categorized into five,
namely very high, high, medium, low and very low.
The result show that most of the students at SMA Negeri 6 Sendawar East
Borneo in 2013/2014 academic year have the habit of drinking palm wine which
is classified as moderate (56.10%), most of the students at SMA Negeri 6
Sendawar East Borneo in 2013/2014 academic year have a high self-concept
(40.65%), there is no difference of self-concept between the students who are
palm wine drinkers and those who are not, and there is no difference of self-
concept between newcomer students and native students.

Keywords: Self-Concept, the Habits of Drinking Palm Wine

viii 
 
PLAGIAT MERUPAKAN
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN
TINDAKAN TIDAK
TIDAK TERPUJI
TERPUJI
PLAGIAT MERUPAKAN
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN
TINDAKAN TIDAK
TIDAK TERPUJI
TERPUJI
PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI

DAFTAR ISI

Halaman

HALAMAN JUDUL ..................................................................................... i


HALAMAN PERSETUJUAN PEMBIMBING ........................................ ii
HALAMAN PENGESAHAN ...................................................................... iii
MOTO DAN PERSEMBAHAN ................................................................. iv
PERNYATAAN KEASLIAN KARYA ...................................................... v
LEMBAR PERNYATAAN PERSETUJUAN PUBLIKASI KARYA
ILMIAH UNTUK KEPENTINGAN AKADEMIK .................................. vi
ABSTRAK .................................................................................................... vii
ABSTRACT ................................................................................................... viii
KATA PENGANTAR .................................................................................. ix
DAFTAR ISI ................................................................................................. xi
DAFTAR TABEL ........................................................................................ xiv
DAFTAR LAMPIRAN ................................................................................ xv

BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah ........................................................... 1
B. Rumusan Masalah ..................................................................... 6
C. Tujuan Penelitian ...................................................................... 6
D. Manfaat Penelitian .................................................................... 7
E. Definisi Operasional ................................................................. 8

BAB II LANDASAN TEORI


A. Konsep Diri
1. Pengertian Konsep Diri ...................................................... 10
2. Jenis-Jenis Konsep Diri ...................................................... 14
3. Aspek-Aspek Konsep Diri .................................................. 15
4. Dimensi-Dimensi Konsep Diri ........................................... 17

xi
PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI

5. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Konsep Diri ............... 22


6. Karakteristik Konsep Diri ................................................... 25
7. Konsep Diri dalam Perspektif Lintas Budaya .................... 27
8. Pengaruh Konsep Diri terhadap Perilaku Individu ............. 30
B. Budaya
1. Definisi Budaya .................................................................. 31
2. Ciri-Ciri Budaya ................................................................. 31
3. Kebiasan Minum Tuak ....................................................... 32
4. Proses Enkulturasi .............................................................. 32
C. Remaja dan Tugas-Tugas Perkembangan
1. Definisi Remaja .................................................................. 33
2. Tugas Perkembangan Remaja ............................................ 34

BAB III METODE PENELITIAN


A. Jenis Penelitian ......................................................................... 35
B. Subjek Penelitian ...................................................................... 36
C. Teknik Pengumpulan Data dan Instrumen Penelitian ............... 36
D. Teknik Analisis Data ................................................................ 39

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN


A. Kebiasaan Minum Tuak Siswa/i SMA Negeri 6
Sendawar Kalimantan Timur tahun ajaran
2013/2014 ................................................................................. 43
B. Konsep Diri Siswa/i SMA Negeri 6 Sendawar
Kalimantan Timur tahun ajaran 2013/2014 ............................... 45
C. Perbedaan Konsep Diri antara Siswa
Peminum Tuak dan Bukan Peminum Tuak ............................... 46
D. Perbedaan Konsep Diri antara Siswa Pendatang dan Siswa
Asli ............................................................................................ 46
E. Pembahasan .............................................................................. 47

xii
PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN


A. Kesimpulan ............................................................................... 51
B. Saran ......................................................................................... 52

DAFTAR PUSTAKA ................................................................................... 54


LAMPIRAN

xiii
PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI

DAFTAR TABEL

Halaman
Tabel 1 Kisi-Kisi Kuesioner Konsep Diri ................................................... 39
Tabel 2 Kriteria Kategori Konsep Diri ........................................................ 40
Tabel 3 Kriteria Kategori Kebiasan Minum Tuak ........................................ 41
Tabel 4 Kebiasan Minum Tuak Siswa/i SMA Negeri 6
Sendawar Kalimantan Timur dalam tahun ajaran
2013/2014 ........................................................................................ 44
Tabel 5 Konsep Diri Siswa/i SMA Negeri 6 Sendawar
Kalimantan Timur dalam tahun ajaran 2013/2014........................... 45
Tabel 6 Perbedaan Konsep Diri Siswa antara Siswa
Peminum Tuak Dan Bukan Peminum Tuak..................................... 46
Tabel 7 Perbedaan Konsep Diri Siswa antara Siswa
Pendatang dengan Siswa Asli ......................................................... 46

xiv 
 
PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI

DAFTAR LAMPIRAN

Halaman

Lampiran 1 : Kuesioner Kebiasaan Minum Tuak dan Konsep Diri Siswa …….. 56

Lampiran 2 : Tabel Identitas Responden ………………………………………. 61

Lampiran 3 : Tabel Tanggapan Responden Tentang Kebiasaan Minum

Tuak ……………………………………………………………… 64

Lampiran 4 : Tabel Tanggapan Responden Tentang Konsep Diri ……………... 67

Lampiran 5 : Tabel Validitas dan Reliabilitas Konsep Diri ……………………. 75

Lampiran 6 : Tabel T-Test Konsep Diri Siswa Peminum dan Bukan

Peminum ………………………………………………………… 81

Lampiran 7 : Tabel T-Test Konsep Diri Siswa Pendatang dan Asli …………… 82

Lampiran 8 : Surat Ijin Uji Coba Alat Penelitian/Ijin Penelitian ………………. 83

Lampiran 9 : Surat Keterangan Telah Melakukan Penelitian ………………….. 84

xv 
 
PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI

BAB I

PENDAHULUAN

Bab Pendahuluan ini menguraikan beberapa hal yang berhubungan

dengan latar belakang masalah, perumusan masalah penelitian, tujuan

penelitian, manfaat penelitian dan definisi operasional variabel penelitian.

Latar belakang masalah berisi alasan pemilihan topik. Perumusan masalah

menguraikan tentang pokok permasalahan yang akan dibahas dalam

penelitian. Tujuan penelitian menguraikan tentang tujuan yang akan dicapai

dalam penelitian. Manfaat penelitian menguraikan tentang manfaat dari

penelitian untuk beberapa pihak dan definisi operasional variable penelitian

menguraikan tentang definisi dari variable penelitian yang akan digunakan

dalam penyusunan instrumen.

A. Latar Belakang Masalah

Konsep diri tidak terbentuk secara langsung. Ketika seseorang lahir,

konsep diri belum terbentuk. Hal ini disebabkan seorang bayi belum

mengetahui apapun tentang dunianya, sampai tiba saatnya kedua orang tua

memperkenalkan lingkungan sekitarnya, sehingga dapat mengenali

lingkungan dan dirinya sendiri. Pada umumnya orang tua mengajari anaknya

melalui bahasa, pengenalan tubuh, nama panggilan, pengalaman budaya dan

hubungan interpersonal. Apabila seorang anak membuang sampah pada

tempatnya, maka akan mendapat pujian. Hal tersebut membuatnya mengerti


PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI


 

bahwa yang dilakukannya adalah benar. Sebaliknya, apabila seorang anak

membuang sampah bukan pada tempatnya maka dia akan dimarahi. Hal itu

akan membuat anak mengerti bahwa yang dilakukannya salah. Apa yang

diajarkan orang tua mengenai dasar-dasar etika merupakan etika yang berlaku

pada budaya lingkungan. Dasar-dasar mengenai etika tersebut yang akan

tertanam hingga tua nanti dan berpengaruh pada pembentukan konsep diri.

Dengan demikian budaya dapat mempengaruhi pembentukan konsep diri.

Budaya merupakan suatu kebiasaan cara hidup dari sekelompok orang

yang ada di suatu tempat yang diwariskan dari generasi ke generasi. Budaya

terbentuk dari unsur-unsur agama, adat istiadat, karya seni, bahasa dan lain

lain. Unsur-unsur tersebut, akan mempengaruhi perkembangan individu dalam

mengenali lingkungannya. Dalam melakukan proses sosialiasi dengan

lingkungannya, individu dibantu oleh pergaulan dengan teman-temannya yang

akan mempengaruhi terbentuknya karakter atau konsep diri. Misalnya,

seorang individu bergaul dengan orang-orang yang religius maka individu

tersebut cenderung akan menjadi orang yang religius, sebaliknya apabila

seorang individu bergaul dengan preman maka individu tersebut cenderung

akan ikut-ikutan menjadi preman.

Kondisi tersebut terjadi melalui pemahaman terhadap norma,

mempelajari etika, belajar dari orang-orang disekitarnya, melakukan kontak

dengan orang lain dan lain sebagainya. Hal tersebut merupakan suatu bukti

bahwa individu baik secara langsung maupun tidak langsung harus terlibat

dengan lingkungannya, dimana lingkungan tersebut pasti memiliki budaya,

 
 
PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI


 

sehingga dapat disimpulkan bahwa budaya memiliki peranan besar

terbentuknya konsep diri.

Salah satu budaya yang ada di negeri ini adalah budaya minum tuak.

Tuak merupakan minuman tradisional yang berasa pahit dan bisa

memabukkan. Banyak daerah di Indonesia yang masih mempertahankan

tradisi minum tuak sebagai salah satu ciri khas budaya daerah mereka.

Diantaranya, daerah Tuban di Jawa Timur. Di daerah yang berjulukan sebagai

Kota Ronggolawe, Tuak sudah menjadi minuman wajib bagi sebagian

warganya, sehingga kota Tuban dijuluki Kota Tuak. Tuak dari kota Tuban

terbuat dari getah nira yang disadap dari bunga Siwalan atau Lontar

(www.log.viva.co.id).

Daerah lain yang menjadikan minum tuak sebagai budaya adalah suku

Sahu di Jailolo Halmahera Barat. Minuman ini disediakan pada saat menjamu

tamu yang datang ke daerah tersebut dan menjadi minuman wajib bagi tamu

saat mengikuti upacara makan adat. Tuak dari daerah Jailolo Halmahera Barat

diambil dari tangkai pohon Anau yang dimasak selama 6 jam lalu disuling

(www.travel.detik.com).

Kabupaten Sendawar merupakan salah satu kabupaten di Propinsi

Kalimantan Timur. Penelitian ini dilakukan di SMA N 6 yang terletak di desa

Tiong Ohang, kecamatan Long Apari. Sebagai salah satu desa, Tiong Ohang

juga tentunya mempunyai tradisi-tradisi yang menjadi ciri khas daerah

tersebut, yang membuatnya berbeda dengan daerah lain. Tradisi tersebut

adalah kebiasaan minum tuak secara terbuka baik pada acara pesta atau

 
 
PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI


 

perayaan pernikahan, syukuran atau acara apa saja yang mengungkapkan

rasa suka cita dari pihak atau keluarga yang menyelengggarakan acara pesta.

Minuman tuak dalam acara ini secara sengaja disediakan oleh pihak atau

keluarga yang memiliki hajat bagi semua tamu yang diundang. Minuman

tuak dari daerah kabupaten Sendawar terbuat dari ketan yang difermentasikan

Kebiasaan minum tuak ini sudah berjalan turun temurun, baik oleh orangtua

maupun remaja.

Kebiasaan minum tuak di kabupaten Sendawar sudah menjadi bagian

keseharian dari masyarakat. Hal ini disebabkan karena minum tuak merupakan

salah satu budaya yang sudah ada sejak dulu dan masih berkembang hingga

saat ini. Dalam setiap pesta yang diselenggarakan oleh warga, minuman tuak

selalu ada karena minuman tuak sudah menjadi tradisi atau keharusan, yang

membedakan budaya masyarakat di kabupaten Sendawar dengan masyarakat

di daerah lain.

Menurut survei di lapangan, kebiasaan minum tuak ini merambat

sampai ke sekolah, dimana sebagian siswa ada yang membawa tuak di sekolah

dan meminumnya secara bersama-sama saat istirahat tanpa adanya sanksi

yang tegas dari pihak sekolah. Tentunya kondisi ini menjadi dilema bagi pihak

sekolah, di satu pihak, kebiasan minum tuak sudah menjadi tradisi, di lain

pihak sekolah merupakan tempat belajar dan bukan sebuah pesta. Hal inilah

yang mendorong pihak sekolah sampai saat ini belum memberikan sanksi

yang tegas kepada siswa yang minum tuak di sekolah. Saat ini pihak sekolah

hanya sebatas pada pemberian himbauan kepada siswa untuk tidak melakukan

 
 
PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI


 

hal tersebut di sekolah. Menurut wawancara penulis dengan guru mata

pelajaran, pada umumnya siswa yang minum tuak di sekolah adalah siswa-

siswa yang tergolong siswa yang kurang menonjol kemampuan akademisnya.

Mereka minum tuak dengan tujuan agar mendapat perhatian dari teman-teman

atau dari guru-guru.

Tradisi minum minuman keras yang seharusnya hanya dilakukan pada

saat acara pesta, tapi dilakukan juga pada saat jam belajar di sekolah,

menunjukkan bahwa tradisi yang merupakan bagian dari budaya diperkirakan

oleh penulis telah mempengaruhi terbentuknya konsep diri siswa, terutama

konsep diri negatif. Hal ini disebabkan oleh lingkungan termasuk orang-orang

di dalamnya telah mengajarkan siswa untuk melakukan tindakan tersebut,

yaitu minum tuak. Tradisi yang telah berjalan bertahun-tahun telah

membentuk karakter siswa, untuk terbiasa dengan hal tersebut, sehingga

lambat laun membentuk konsep diri negatif pada diri siswa. Padahal pada

mulanya tradisi atau kebudayaan tersebut diciptakan untuk membantu

manusia untuk bertahan dan berkembang.

Berdasarkan gambaran tentang konsep diri dan kebiasaan minum tuak

siswa SMAN 6 Sendawar Kalimantan Timur maka peneliti tertarik untuk

melakukan penelitian mengenai bagaimana deskripsi konsep diri siswa SMA

Negeri 6 Sendawar Kalimantan Timur berkaitan dengan kebiasaan minum

tuak.

 
 
PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI


 

B. Rumusan Masalah

Permasalahan yang ingin dikaji dalam penelitian ini dirumuskan

sebagai berikut:

1. Bagaimana deskripsi kebiasan minum tuak siswa/i SMA Negeri 6

Sendawar Kalimantan Timur tahun ajaran 2013/2014?

2. Bagaimana deskripsi konsep diri siswa/i SMA Negeri 6 Sendawar

Kalimantan Timur tahun ajaran 2013/2014?

3. Apakah ada perbedaan konsep diri antara siswa SMA Negeri 6 Sendawar

Kalimantan Timur tahun ajaran 2013/2014 yang peminum tuak dan bukan

peminum tuak?

4. Apakah ada perbedaan konsep diri antara siswa SMA Negeri 6 Sendawar

Kalimantan Timur tahun ajaran 2013/2014 yang pendatang dan siswa asli?

C. Tujuan Penelitian

Penelitian ini bertujuan untuk:

1. Mendeskripsikan kebiasan minum tuak siswa SMA Negeri 6 Sendawar

Kalimantan Timur tahun ajaran 2013/2014.

2. Mendeskripsikan konsep diri siswa SMA Negeri 6 Sendawar Kalimantan

Timur tahun ajaran 2013/2014.

3. Mendeskripsikan perbedaan konsep diri antara siswa SMA Negeri 6

Sendawar Kalimantan Timur tahun ajaran 2013/2014 yang peminum tuak

dan bukan peminum tuak.

 
 
PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI


 

4. Mendeskripsikan perbedaan konsep diri antara siswa SMA Negeri 6

Sendawar Kalimantan Timur tahun ajaran 2013/2014 yang pendatang dan

siswa asli.

D. Manfaat Penelitian

Penelitian ini bermanfaat:

1. Teoritis

Hasil penelitian ini dapat bermanfaat bagi para pembaca khususnya

mahasiswa Bimbingan dan Konseling untuk menambah pengetahuan

terkait pentingnya budaya atas terciptanya konsep diri siswa, sehingga

dapat menjadi bekal untuk menjadi guru pembimbing di sekolah. Selain

itu, hasil penelitian ini juga diharapkan dapat menambah pengetahuan agar

dapat memahami adat dan tingkah laku yang berbeda yang dianut yang

berbeda pula dan mengetahui persamaan dan perbedaan dalam fungsi

individu secara psikologis dalam berbagai budaya dan kelompok etnik.

2. Praktis

a. Bagi guru BK

Hasil penelitian ini dapat digunakan oleh guru BK sebagai bahan

temuan yang dapat dimanfaatkan untuk menyusun program layanan

bimbingan yang mengarah pada bagaimana pemecahan masalah

pembentukan konsep diri riil dan ideal siswa agar sesuai dengan

budaya dan cara pandang masyarakat.

 
 
PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI


 

b. Bagi peneliti

Hasil penelitian ini dapat digunakan:

1) Untuk mempraktekkan ilmu yang telah dipelajari di perkuliahan

Program Studi Bimbingan dan Konseling.

2) Untuk berlatih meneliti secara ilmiah informasi yang dapat

dijadikan bekal dalam dunia kerja di bidang bimbingan dan

konseling khususnya di sekolah.

E. Definisi Operasional

Definisi operasional yang digunakan dalam penelitian ini adalah:

1. Konsep diri (self-concept) adalah pendapat atau kesan remaja terhadap

dirinya sendiri secara keseluruhan yang mencakup pendapatnya tentang

pengetahuan mengenai dirinya, harapan dirinya di masa depan dan

penilaian terhadap dirinya sendiri.

2. Kebiasaan minum tuak adalah kebiasaan sekelompok orang yang

meminum minuman tradisional yang berasa pahit dan bisa memabukkan

yang terjadi secara turun temurun, dimana kebiasaan ini terbagi menjadi

tiga golongan yaitu tinggi apabila rata-rata meminum tuak lebih dari 6 kali

dalam sebulan, tergolong sedang apabila rata-rata meminum tuak antara 4-

6 kali dalam sebulan dan rendah apabila rata-rata meminum tuak kurang

dari 4 kali dalam sebulan.

 
 
PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI


 

3. Ciri-ciri peminum antara lain adalah kehilangan nafsu makan, penurunan

berat badan, pemarah, tidak bisa menghentikan kebiasan minum tuak, dan

mulai jauh dari keluarga. Intensitas atau frekuensi minum tuak rata-rata 4-

6 kali dalam sebulan.

4. Ciri-ciri non peminum antara lain adalah optimis, tidak cepat putus asa,

harmonis dengan keluarga, berat badan normal.

5. Siswa pendatang adalah siswa SMAN 6 Sendawar Kalimantan Timur yang

berasal dari daerah di luar kabupaten Sendawar, yaitu suku yang non

Dayak, misalnya suku Jawa, suku Bugis dan lain-lain.

6. Siswa asli adalah siswa SMAN 6 Sendawar Kalimantan Timur yang

berasal dari dalam daerah kabupaten Sendawar, dimana kedua orangtuanya

merupakan penduduk asli daerah tersebut, yaitu suku Dayak Penihing,

suku Dayak Bahau, suku Dayak Kayan, dan suku Dayak Seputan.

 
 
PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI
 
 

BAB II

LANDASAN TEORI

Bab II memaparkan beberapa hal yang berkaitan dengan landasan

teori. Teori-teori yang dibahas dalam bab II antara lain pengertian konsep diri,

aspek-aspek konsep diri, pengertian budaya, karakteristik budaya, pengertian

remaja dan tugas perkembangan remaja. Teori-teori tersebut digunakan

sebagai bahan rujukan dalam membahas hasil penelitian.

A. Konsep Diri

1. Pengertian Konsep Diri

James (1890) dalam Hutagalung (2007: 21), mengemukakan diri (self)

adalah segala sesuatu yang dapat dikatakan orang tentang dirinya sendiri,

bukan hanya tentang tubuh dan keadaan psikisnya sendiri, melainkan juga

tentang anak, istri/suami, rumah, pekerjaan, nenek moyang, teman-teman,

milik, uang dan lain-lain. Diri adalah semua ciri, jenis kelamin,

pengalaman, latar belakang budaya, pendidikan dan sebagainya yang

melekat pada seseorang. Makin dewasa dan makin tinggi kecerdasan

seseorang, makin mampu orang tersebut menggambarkan dirinya sendiri,

makin baik konsep dirinya.

Lebih lanjut dijelaskan oleh James bahwa ada dua jenis diri, yaitu

‘diri’ dan ‘aku’. Diri adalah aku sebagaimana dipersepsikan oleh orang

10 
 
PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI
11 
 

lain atau diri sebagai objek (objective self), sedangkan Aku adalah inti dari

diri aktif, mengamati, berpikir, dan berkehendak (subjective self: 1).

Dalam perkembangan baik praktik maupun penelitian-penelitian sulit

untuk membedakan kedua diri ini. Oleh karena itu, kedua konsep digabung

ke dalam satu konsep yang lebih menyeluruh, yaitu kepribadian

(Hutagalung, 2007: 21). Berdasarkan definisi tersebut dapat disimpulkan

bahwa diri merupakan suatu persepsi orang lain tentang diri seseorang

yang meliputi semua aspek, baik dalam dirinya, atau keluarganya dan

semua hal yang berkaitan dengan dirinya.

Calhaoun dan Acocella (1995) dalam Ghufron dan Risnawita (2010:

13), mendefinisikan konsep diri sebagai gambaran mental diri seseorang.

Hurlock (1979) dalam Ghufron dan Risnawita (2010: 13), mengatakan

bahwa konsep diri merupakan gambaran seseorang mengenai diri sendiri

yang merupakan gabungan dari keyakinan fisik, psikologis, sosial,

emosional aspiratif, dan prestasi yang mereka capai. Lebih lanjut,

Hurclock (1990) dalam Hutagalung (2007: 22), mengemukakan bahwa

konsep diri dapat dibagi menjadi dua, yaitu konsep diri sebenarnya

merupakan konsep seseorang tentang dirinya yang sebagian besar

ditentukan oleh peran dan hubungannya orang lain serta persepsinya

tentang penilaian orang lain terhadap dirinya, sedangkan konsep diri ideal

merupakan gambaran seseorang mengenai keterampilan dan kepribadian

yang didambakannya.

 
 
PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI
12 
 

Burn (1993) dalam Ghufron dan Risnawita (2010: 13), mendefinisikan

konsep diri sebagai kesan terhadap diri sendiri secara keseluruhan yang

mencakup pendapatnya terhadap diri sendiri, pendapat tentang gambaran

diri di mata orang lain, dan pendapatnya tentang hal-hal yang dicapai.

Konsep diri adalah apa yang dipikirkan dan dirasakan tentang dirinya

sendiri. Ada dua konsep diri, yaitu konsep diri komponen kognitif dan

konsep diri komponen afektif. Komponen kognitif disebut self image dan

komponen afektif disebut self esteem. Komponen kognitif adalah

pengetahuan individu tentang dirinya mencakup pengetahuan “siapa saya”

yang akan memberikan gambaran tentang diri saya. Gambaran ini disebut

citra diri. Sementara itu, komponen afektif merupakan penilaian individu

terhadap dirinya sendiri yang akan membentuk bagaimana penerimaan

terhadap diri dan harga diri individu. Konsep diri merupakan gambaran

yang dimiliki seseorang tentang dirinya, yang dibentuk melalui

pengalaman-pengalaman yang diperoleh dari interaksi dengan lingkungan.

Konsep diri bukan merupakan faktor bawaan, melainkan berkembang dari

pengalaman yang terus menerus dan terdiferensiasi. Dasar dari konsep diri

individu ditanamkan pada saat-saat dini kehidupan anak dan menjadi dasar

yang mempengaruhi tingkat lakunya di kemudian hari (Ghufron dan

Risnawita, 2010: 13).

Fitts (1971) dalam Agustiani (2006: 138) mengemukakan bahwa

konsep diri merupakan aspek penting diri seseorang, karena konsep diri

seseorang merupakan kerangka acuan (frame of reference) dalam

 
 
PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI
13 
 

berinteraksi dengan lingkungan. Ia menjelaskan konsep diri secara

fenomenologis, dan mengatakan bahwa ketika individu memper-sepsikan

dirinya, bereaksi terhadap dirinya, memberikan arti dan penilaian serta

membentuk abstraksi tentang dirinya, berarti ia menunjukkan suatu

kesadaran diri (self awareness) dan kemampuan untuk keluar dari dirinya

sendiri untuk melihat dirinya seperti yang ia lakukan terhadap dunia di luar

dirinya. Diri secara keseluruhan (total self) seperti yang dialami individu

disebut juga diri fenomenal (Snygg & Combs, 1949, dalam Agustiani,

2006: 139). Diri fenomenal ini adalah diri yang diamati, dialami, dan

dinilai oleh individu sendiri, yaitu diri yang ia sadari. Keseluruhan

kesadaran atau persepsi ini merupakan gambaran tentang diri atau konsep

diri individu. Berdasarkan uraian tersebut, maka dapat disimpulkan bahwa

konsep diri adalah apa yang dirasakan dan dipikirkan oleh seseorang

mengenai dirinya sendiri.

Lebih lanjut, Fits juga mengatakan bahwa konsep diri berpengaruh

kuat terhadap tingkah laku seseorang. Dengan mengetahui konsep diri

seseorang, kita akan lebih mudah meramalkan dan memahami tingkah

laku orang tersebut. Pada umumnya tingkah laku individu berkaitan

dengan gagasan-gagasan tentang dirinya sendiri. Jika seseorang

mempersepsikan dirinya sebagai orang yang inferior dibandingkan dengan

orang lain, walaupun hal ini belum tentu benar, biasanya tingkah laku yang

ia tampilkan akan berhubungan dengan kekurangan yang dipersepsinya

secara subjektif tersebut (Agustiani, 2006: 138).

 
 
PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI
14 
 

Setiap macam konsep diri mempunyai aspek fisik dan psikologis.

Aspek fisik terdiri dari konsep yang dimiliki individu tentang

penampilannya, kesesuaian dengan seksnya, arti penting tubuhnya dalam

hubungannya dengan perilakunya, dan gengsi yang diberikan tubuhnya

dimata orang lain. Aspek psikologis terdiri dari konsep individu tentang

kemampuan dan ketidakmampuannya, harga dirinya, dan hubungannya

dengan orang lain.

2. Jenis-Jenis Konsep Diri

Rogers dalam Boeree (2009: 293), membagi konsep diri menjadi dua,

yaitu diri riil (real self) dan diri ideal (ideal self). Diri riil adalah “Anda”

sebagaimana adanya jika segala sesuatunya berjalan dengan baik,

sedangkan diri ideal adalah sesuatu yang tidak riil, sesuatu yang tidak akan

pernah dicapai, standar-standar yang tidak akan pernah kita penuhi.

Dengan kata lain diri riil adalah apa yang dirasakan oleh seseorang tentang

dirinya, sedangkan diri ideal adalah apa yang seharusnya dirasakan oleh

seseorang tentang dirinya.

Konsep diri menurut Calhoun dan Acocella (1995) dalam Ghufron

dan Risnawita (2010: 19), dibagi menjadi konsep diri positif dan konsep

diri negatif. Konsep diri negatif dibagi dua jenis. Pertama, yaitu pandangan

terhadap seseorang terhadap dirinya tidak teratur, tidak memiliki

kestabilan, dan keutuhan diri. Kondisi seperti ini acapkali terjadi pada

remaja. Namun, tidak menutup kemungkinan terjadi pada orang dewasa.

 
 
PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI
15 
 

Pada orang dewasa hal ini dapat terjadi karena ketidakmampuan

menyesuaikan diri. Kedua, kebalikan yang pertama, yaitu konsep diri yang

terlalu stabil dan terlalu teratur alias kaku. Hal ini karena pola asuh dan

didikan yang sangat keras.

Konsep diri yang positif adalah penerimaan yang mengarahkan

individu ke arah sifat yang rendah hati, dermawan, dan tidak egois. Jadi,

orang dengan konsep diri positif dapat memahami dan menerima sejumlah

fakta yang bermacam-macam tentang dirinya sendiri baik yang merupakan

kekurangan maupun kelebihan.

3. Aspek-Aspek Konsep Diri

Calhoun dan Acocella (1995) dalam Ghufron dan Risnawita (2010:

17), mengatakan konsep diri terdiri dari tiga aspek, yaitu:

a. Pengetahuan

Pengetahuan adalah apa yang individu ketahui tentang dirinya.

Individu di dalam benaknya terdapat satu daftar yang menggambarkan

dirinya, kelengkapan atau kekurangan fisik, usia, jenis kelamin,

kebangsaan, suku, pekerjaan, agama, dan lain-lain. Pengetahuan

tentang diri juga berasal dari kelompok sosial yang diidentifikasikan

oleh individu tersebut. Julukan ini juga dapat berganti setiap saat

sepanjang individu mengidentifikasian diri terhadap suatu kelompok

tertentu, maka kelompok tersebut memberikan informasi lain yang

dimasukkan ke dalam potret dari mental individu.

 
 
PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI
16 
 

b. Harapan

Pada saat-saat tertentu, seseorang mempunyai aspek pandangan

tentang dirinya. Individu juga mempunyai satu aspek pandangan

tentang kemungkinan dirinya menjadi apa di masa depan. Pendeknya,

individu mempunyai harapan bagi dirinya sendiri untuk menjadi diri

yang ideal. Diri yang ideal sangat berbeda pada masing-masing

individu. Seseorang mungkin akan lebih ideal jika dia berdiri di atas

podium berorasi dengan penuh semangat. Dihadapannya banyak orang

antusiasi mendengarkan setiap kata yang diucapkannya sambil sesekali

meneriakkan semacam yel-yel. Sementara itu, bagi yang lain merasa

sebagai diri yang ideal jika dia merenung dan menulis di rumah dengan

menghasilkan suatu karya tulis yang dapat dibaca setiap orang.

c. Penilaian

Di dalam penilaian, individu berkedudukan sebagai penilai tentang

dirinya sendiri. Apakah bertentangan dengan “siapakah saya”,

pengharapan bagi individu; “seharusnya saya menjadi apa”, standar

bagi individu. Hasil penilaian tersebut disebut harga diri. Semakin

tidak sesuai antara harapan dan standar diri, maka akan semakin

rendah harga diri seseorang.

Berdasarkan uraian di atas dapat disimpulkan bahwa aspek-aspek

konsep diri terdiri atas pengetahuan, harapan dan penilaian.

 
 
PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI
17 
 

4. Dimensi-Dimensi Konsep Diri

Fitts (1971) dalam Agustiani (2006: 139), membagi konsep diri dalam

dua dimensi pokok, yaitu sebagai berikut:

a. Dimensi Internal

Dimensi internal atau yang disebut juga kerangka acuan internal

(internal frame of reference) adalah penilaian yang dilakukan individu

yakni penilaian yang dilakukan individu terhadap dirinya sendiri

berdasarkan kondisi dirinya. Dimensi ini terdiri dari tiga bentuk:

1) Diri Identitas (identity self)

Bagian diri ini merupakan aspek yang paling mendasar pada

konsep diri dan mengacu pada pertanyaan, “Siapakah saya?”

Dalam pertanyaan tersebut tercakup label-label dan simbol-simbol

yang diberikan pada diri (self) oleh individu-individu yang

bersangkutan untuk menggambarkan dirinya dan membangun

identitasnya, misalnya “Saya Ita”. Kemudian dengan

bertambahnya usai dan interaksi dengan lingkungannya,

pengetahuan individu tentang dirinya juga bertambah, sehingga ia

dapat melengkapi keterangan tentang dirinya dengan hal-hal yang

lebih kompleks, seperti “Saya pintar tetapi terlalu gemuk” dan

sebagainya.

Pengetahuan individu tentang dirinya juga bertambah,

sehingga ia dapat melengkapi keterangan tentang dirinya dengan

 
 
PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI
18 
 

hal-hal yang lebih kompleks, seperti “Saya pintar tetapi terlalu

gemuk” dan sebagainya.

2) Diri Perilaku (behavioral self)

Diri perilaku merupakan persepsi individu tentang tingkah

lakunya, yang berisikan segala kesadaran mengenai “apa yang

dilakukan oleh diri”. Selain itu bagian ini berkaitan erat dengan

diri identitas. Diri yang adekuat akan menunjukkan adanya

keserasian antara diri identitas dengan diri perilakunya, sehingga

ia dapat mengenali dan menerima, baik diri sebagai identitas

maupun diri sebagai perilaku. Kaitan dari keduanya dapat dilihat

pada diri sebagai penilai.

3) Diri Penilai (judging self)

Diri penilai berfungsi sebagai pengamat, penentu standar, dan

evaluator. Kedudukannya adalah sebagai perantara (mediator)

antara diri identitas dan diri perilaku.

Manusia cenderung memberikan penilaian terhadap apa yang

dipersepsikannya. Oleh karena itu, label-label yang dikenakan

pada dirinya bukanlah semata-mata menggambarkan dirinya,

tetapi juga sarat dengan nilai-nilai. Selanjutnya, penilaian ini lebih

berperan dalam menentukan tindakan yang akan ditampilkannya.

Diri penilai menentukan kepuasan seseorang akan dirinya

atau seberapa jauh seseorang menerima dirinya. Kepuasan diri

yang rendah akan menimbulkan harga diri (self esteem) yang

 
 
PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI
19 
 

rendah pula dan akan mengembangkan ketidakpercayaan yang

mendasar pada dirinya. Sebaliknya, bagi individu yang memiliki

kepuasan memungkinkan individu yang bersangkutan untuk

melupakan keadaan dirinya dan memfokuskan energi serta

perhatiannya ke luar diri, dan pada akhirnya dapat berfungsi lebih

konstruktif.

Ketiga bagian internal ini mempunyai peranan yang berbeda-

beda, namun saling melengkapi dan berinteraksi membentuk suatu

diri yang utuh dan menyeluruh.

b. Dimensi Ekternal

Pada dimensi eksternal, individu menilai dirinya melalui hubungan dan

aktivitas sosialnya, nilai-nilai yang dianutnya, serta hal-hal lain di luar

dirinya. Dimensi ini merupakan suatu hal yang luas, misalnya diri yang

berkaitan dengan sekolah, organisasi, agama, dan sebagainya. Namun,

dimensi yang dikemukakan oleh Fitts adalah dimensi eksternal yang

bersifat umum bagi semua orang, dan dibedakan atas lima bentuk,

yaitu:

1) Diri Fisik (physical self)

Diri fisik menyangkut persepsi seseorang terhadap keadaan

dirinya secara fisik. Dalam hal ini terlihat persepsi seseorang

mengenai kesehatan dirinya, penampilan dirinya (cantik, jelek,

menarik, tidak menarik) dan keadaan tubuh (tinggi, pendek,

gemuk, kurus).

 
 
PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI
20 
 

2) Diri etika-moral (moral-ethical self)

Bagian ini merupakan persepsi seseorang terhadap dirinya dilihat

dari standar pertimbangan nilai moral dan etika. Hal ini

menyangkut persepsi seseorang mengenai hubungan dengan

Tuhan, kepuasan seseorang akan kehidupan keagamaannya dan

nilai-nilai moral yang dipegangnya, yang meliputi batasan baik dan

buruk.

3) Diri Pribadi (personal self)

Diri pribadi merupakan perasaan atau persepsi seseorang tentang

keadaan pribadinya. Hal ini tidak dipengaruhi oleh kondisi fisik

atau hubungan dengan orang lain, tetapi dipengaruhi oleh sejauh

mana individu merasa puas terhadap pribadinya atau sejauh mana

ia merasa dirinya sebagai pribadi yang tepat.

4) Diri Keluarga (family self)

Diri keluarga menunjukkan perasaan dan harga diri seseorang

dalam kedudukannya sebagai anggota keluarga. Bagian ini

menunjukkan seberapa jauh seseorang merasa adekuat terhadap

dirinya sebagai anggota keluarga, serta terhadap peran maupun

fungsi yang dijalankannya sebagai anggota dari suatu keluarga.

5) Diri Sosial (social self)

Bagian ini merupakan penilaian individu terhadap interaksi dirinya

dengan orang lain maupun lingkungan di sekitarnya.

 
 
PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI
21 
 

Pembentukan penilaian individu terhadap bagian-bagian dirinya dalam

dimensi eksternal ini dapat dipengaruhi oleh penilaian dan interaksinya

dengan orang lain. Seseorang tidak dapat begitu saja menilai bahwa ie

memiliki fisik yang baik tanpa adanya reaksi dari orang lain yang

memperlihatkan bahwa secara fisik ia memang menarik. Demikian pula

seseorang tidak dapat mengatakan bahwa ia memiliki diri pribadi yang

baik tanpa adanya tanggapan atau reaksi orang lain di sekitarnya yang

menunjukkan bahwa ia memang memiliki pribadi yang baik.

Seluruh bagian diri ini, baik internal maupun eksternal, saling

berinteraksi dan membentuk suatu kesatuan yang utuh untuk menjelaskan

hubungan antara dimensi internal dan dimensi eksternal, Fitts dalam

Agustiani (2006: 142), mengemukakan suatu analogi dengan

mengumpamakan diri secara keseluruhan sebagai sebuah jeruk, yang dapat

dipotong secara horizontal maupun vertikal. Potongan yang diperoleh

dengan cara horizontal akan tampak berbeda dari yang dipotong secara

vertikal, walaupun keduanya merupakan bagian dari suatu keseluruhan

yang sama. Jika bagian-bagian internal dianggap sebagai lapisan-lapisan

yang membentuk jeruk tersebut, maka diri identitas merupakan bagian

yang paling dalam, diri tingkah laku merupakan kulit luar, dan diri

penerimaan diri eksternal dapat diumpamakan sebagai bagian-bagian

vertikal dari jeruk itu. Masing-masing merupakan bagian lain, dan semua

bagian ini turut menentukan bentuk dan struktur jeruk tersebut secara

keseluruhan.

 
 
PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI
22 
 

Bagian-bagian internal dan eksternal tersebut saling berinteraksi satu

sama lain. Sehingga tiga dimensi internal dan lima dimensi eksternal akan

diperoleh lima belas kombinasi yaitu identitas fisik, identitas moral-etik,

identitas pribadi, identitas keluarga, identitas sosial, tingkah laku fisik,

tingkah laku moral-etik, tingkah laku pribadi, tingkah laku keluarga,

tingkah laku sosial, penerimaan fisik, penerimaan moral-etik, penerimaan

pribadi, penerimaan keluarga, dan penerimaan sosial.

5. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Konsep Diri

Adapun faktor-faktor yang mempengaruhi konsep diri, adalah sebagai

berikut (Hutagalung, 2007: 27):

a. Orang lain

Seseorang mengenal tentang dirinya dengan mengenal orang

lain terlebih dahulu. Konsep diri seorang individu terbentuk dari

bagaimana penilaian orang lain mengenai dirinya. Tidak semua orang

berpengaruh pada diri seseorang. Yang paling berpengaruh adalah

orang-orang yang disebut significant others, yakni orang-orang yang

sangat penting bagi diri seseorang. Ketika kecil, significant others

adalah orang tua dan saudara. Dari merekalah seseorang membentuk

konsep dirinya. Seorang individu akan menilai dirinya positif ketika

yang bersangkutan mendapatkan senyuman, penghargaan, pelukan

ataupun pujian. Sebaliknya seorang akan menilai dirinya negatif jika

memperoleh kecaman, cemoohan ataupun makian. Dalam

 
 
PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI
23 
 

perkembangannya, significant others meliputi semua orang yang

memengaruhi perilaku, pikiran, dan perasaan seseorang.

Jika individu telah dewasa, maka yang bersangkutan akan

mencoba untuk menghimpun penilaian semua orang yang pernah

berhubungan dengannya. Konsep ini disebut dengan generalized

others, yaitu pandangan seseorang mengenai dirinya berdasarkan

keseluruhan pandangan orang lain terhadap dirinya.

b. Kelompok acuan (reference group)

Dalam kehidupannya, setiap orang sebagai anggota masyarakat

menjadi anggota berbagai kelompok. Setiap kelompok memiliki

norma-norma sendiri. Diantara kelompok tersebut, ada yang disebut

kelompok acuan, yang membuat individu mengarahkan perilakunya

sesuai dengan norma dan nilai yang dianut kelompok tertentu.

Kelompok inilah yang memengaruhi konsep diri seorang.

Menurut psikologi budaya, suatu kelompok masyarakat dan

kebudayaan merupakan tayangan besar dari kehidupan bersama antara

individu-individu manusia yang bersifat dinamis. Pada masyarakat

yang kompleks memiliki banyak kebudayaan dengan standar perilaku

yang berbeda dan kadangkala bertentangan. Perkembangan

kepribadian individu pada masyarakat ini sering dihadapkan pada

model-model perilaku yang suatu saat diambil saat yang lain disetujui

oleh beberapa kelompok individu, namun dicela oleh kelompok yang

lain. Dengan demikian seorang anak seorang anak yang sedang

 
 
PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI
24 
 

berkembang akan belajar dari kondisi yang ada, dalam hal ini

kebudayaan yang ada di lingkungan masyarakat tersebut. Misalnya,

seorang anak lahir di daerah yang memiliki kebudayaan minum tuak,

maka dalam perkembangan kepribadiannya, anak tersebut akan

dipengaruhi oleh kondisi masyarakat setempat, yaitu kesukaannya

terhadap minuman jenis tuak.

Menurut psikologi sosial dalam mempelajari diri sendiri, dapat

melalui proses perbandingan sosial dengan orang-orang lain yang

berada di sekitarnya. Bagaimana cara orang-orang dalam

menggambarkan dirinya membuktikan bahwa diri ada suatu konstruksi

sosial dan bahwa kita mendefinisikan diri sendiri sebagian melalui

perbandingan dengan orang lain (Dayakisni dan Hudaniah, 2009: 56).

Dengan demikian, keberadaan orang lain mampu mempengaruhi

seorang individu dalam menggambarkan dirinya.

Fitss (1971) dalam Agustiani (2006: 139), menyebutkan bahwa faktor-

faktor yang mempengaruhi konsep diri seseorang adalah:

a. Pengalaman, terutama pengalaman interpersonal, yang memunculkan

perasaan positif dan perasaan berharga.

b. Kompetensi dalam area yang dihargai oleh individu dan orang lain

c. Aktualisasi diri atau implementasi dan realisasi dari potensi pribadi

yang sebenarnya.

 
 
PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI
25 
 

Berdasarkan uraian di atas, maka dapat disimpulkan bahwa faktor-

faktor yang mempengaruhi konsep diri antara lain adalah orang lain,

kelompok acuan, pengalaman, kompetensi dan aktualisasi diri.

6. Karakteristik Konsep Diri

a. Konsep diri negatif

Karakteristik konsep diri yang negatif secara umum tercermin

dari keadaan diri sebagai berikut (Hutagalung, 2007: 23):

1) Individu sangat peka dan mempunyai kecenderungan sulit

menerima kritik dari orang lain. Kritik dipandang sebagai

penabsahan lebih lanjut kepada inferioritas mereka.

2) Individu yang mengalami kesulitan dalam berbicara dengan orang

lain. Sikap yang hiperkritis dipergunakan untuk mempertahankan

citra diri yang goyah, dan mengarahkan kembali perhatian kepada

kekurangan dari orang lain daripada kekurangan dirinya sendiri.

3) Individu yang sulit mengakui bahwa ia salah. Terdapat kompleks

penyiksaan di mana kegagalan ditempatkan pada rencana

tersembunyi dari orang lain dan kesalahan ditujukan kepada orang

lain. Dengan kata lain, kelemahan pribadi dan kegagalan diri tidak

mau diakui sebagai bagian dari dirinya sendiri.

4) Individu yang kurang mampu mengungkapkan perasaan dengan

cara wajar. Sering terdapat respons yang berlebihan terhadap

sanjungan. Setiap pujian adalah lebih baik daripada tidak ada sama

 
 
PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI
26 
 

sekali, dan untuk meningkatkan rasa aman maka individu akan

berupaya keras untuk mendapatkan pujian tersebut.

5) Individu dengan konsep diri negatif berkecenderungan untuk

menunjukkan sikap mengasingkan diri, malu-malu dan tidak ada

minat pada persaingan. Sikap menarik diri dan menolak untuk

berpartisipasi ini merupakan suatu upaya untuk mencegah

inferioritas terpublikasikan secara terbuka sehingga

mengkonfirmasikan apa yang diyakini oleh orang lain mengenai

dirinya.

Calhoun dan Acocella (1995) dalam Ghufron dan Risnawita

(2010: 19), menyebutkan ciri konsep diri yang negatif adalah peka

terhadap kritik, responsif terhadap pujian, punya sikap hiperkritis,

cenderung merasa tidak disukai orang lain, dan pesimistis terhadap

kompetisi.

b. Konsep diri positif

Karakteristik konsep diri yang positif secara umum tercermin

dari keadaan diri sebagai berikut (Hutagalung, 2007: 25):

1) Orang yang terbuka

2) Orang yang tidak mengalami hambatan untuk berbicara dengan

orang lain, bahkan dalam situasi yang masih asing sekalipun,

3) Orang yang cepat tanggap terhadap situasi sekelilinginya.

Calhoun dan Acocella (1995) dalam Ghufron dan Risnawita

(2010: 19), menyebutkan bahwa konsep diri yang positif mempunyai

 
 
PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI
27 
 

ciri-ciri yakin terhadap kemampuan dirinya sendiri dalam mengatasi

masalah, merasa sejajar dengan orang lain, menerima pujian tanpa rasa

malu, sadar bahwa tiap orang mempunyai keragaman perasaan, hasrat,

dan perilaku yang tidak disetujui oleh masyarakat serta mampu

mengembangkan diri karena sanggup mengungkapkan aspek-aspek

kepribadian yang buruk dan berupaya untuk mengubahnya.

Berdasarkan uraian di atas, maka dapat disimpulkan bahwa orang

yang mempunyai konsep diri positif ditandai dengan ciri-ciri bahwa orang

tersebut merupakan orang yang terbuka, tidak mengalami hambatan untuk

berbicara, orang yang cepat tanggap, yakin terhadap kemampuan sendiri,

merasa sejajar, menerima pujian tanpa rasa malu, hasrat dan mampu

mengembangkan diri. Sedangkan orang yang mempunyai konsep diri

negative mempunyai ciri-ciri sulit menerima kritik, sulit berbicara dengan

orang lain, sulit mengakui bahwa ia salah, kurang mampu mengungkapkan

perasaan, cenderung menunjukkan sikap mengasingkan diri, malu-malu,

tidak mempunyai minat untuk bersaing, merasa tidak dihargai orang lain.

7. Konsep Diri dalam Perspektif Lintas Budaya

Sedikit sekali perhatian dalam penelitian lintas budaya yang meneliti

tentang konsep diri. Namun demikian tidak berarti psikolog dan sosiolog

tidak memiliki pandangan teoritik maupun metodologis tentang masalah

konsep diri dengan pendekatan lintas budaya. Secara teoritis maupun

parktis tampaknya penelitian tentang konsep diri diperlukan.

 
 
PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI
28 
 

Secara teoritis pengertian konsep diri akan memberikan pemahaman

terhadap situasi sosiokultural sehubungan dengan konsep diri para

individu yang ada di masyarakat tersebut. Secara praktis, pada dasarnya

konsep diri memainkan peranan penting dalam berbagai tingkah laku.

Struktur dan isi dari konsep diri baik secara individual dan khususnya

secara kultural dapat dibedakan dengan jelas. Penelitian mengenai konsep

diri bukan hanya secara langsung berhubungan dengan isi dari konsep diri

tetapi juga dengan aspek-aspek lainnya.

Perhatian secara langsung pada isi dari konsep diri, merupakan

keseluruhan dari elemen-elemen kognitif. Konsepsi kognitif tentang

individu adalah tentang dirinya. Pada pada konteks ini perlu memberi

perhatian pada berbagai konsepsi, tetapi juga perlu diperhatikan cara

dimana terjadi saling berhubungannya yang terorganisasikan secara

sistematis. Terdapat indikasi yang cukup memadai bahwa representasi

kognitif dari individu tidak berada didalam dirinya tapi sebagai unit yang

terpisah dari informasi luar tetapi secara menyeluruh saling berhubungan,

hal ini disebut sebagai skema. Dapat dikatakan bahwa berbagai struktur

dalam skema sama seperti gugusan informasi yang saling berhubungan

(Markus, 1977; Pratkanis & Greenwald, 1985 dalam Agustiani, 2006:

145).

 
 
PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI
29 
 

Triandis (1989), Baumeister (1986) dan Greewald & Pratkanis (1984)

dalam Agustiani (2006: 145), mengajukan 3 komponen dari self:

1) Private Self

Meliputi pengetahuan tentang perilaku dan kebiasaan dirinya sendiri.

2) Public Self

Menyangkut kemampuan kognisi untuk menggeneralisasikan

pandangan orang lain mengenai dirinya.

3) Collective Self

Berhubungan dengan keterkaitan individu dengan kelompoknya.

Berdasarkan tiga komponen self di atas, maka konsep diri dalam

penelitian ini mengacu pada komponen private self, yaitu konsep diri yang

dibentuk oleh pengetahuan tentang perilaku dan kebiasan dirinya sendiri

dalam hal ini kebiasan minum tuak yang ada di daerah Sendawar.

Oerter (1990) dalam Agustiani (2006: 146), menjelaskan bahwa

dengan latar belakang cultural dapat diasumsikan bahwa identitas diri pada

masyarakat di Jawa Barat lebih kearah public dan collective self

dibandingkan subjek dari Barat. Responden dengan tingkat pendidikan

rendah misalnya responden dari perkebunan teh, lebih sering menjelaskan

identitas dirinya melalui collective dan public identity. Sedangkan

responden ditingkat pendidikan yang lebih tinggi menjelaskan identitas

dirinya melalui private identity (autonomous identity). Karakter pribadi

lebih disesuaikan dengan kehendak lingkungan. Norma sosial dan

keagamaan tampak lebih absolut dibandingkan dengan budaya Barat.

 
 
PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI
30 
 

8. Pengaruh Konsep Diri terhadap Perilaku Individu

Pujijogjanti dalam Ghufron dan Risnawita (2010: 18), mengatakan

ada tiga peranan penting dari konsep diri sebagai penentu perilaku.

a. Konsep diri berperan dalam mempertahankan keselarasan batin. Pada

dasarnya individu selalu mempertahankan keseimbangan dalam

kehidupan batinnya. Bila timbul perasaan, pikiran, dan persepsi yang

tidak seimbang atau bahkan saling berlawanan, maka akan terjadi iklim

psikologi yang tidak menyenangkan sehingga akan mengubah perilaku.

b. Keseluruhan sikap dan pandangan individu terhadap diri berpengaruh

besar terhadap pengalamannya. Setiap individu akan memberikan

penafsiran yang berbeda terhadap sesuatu yang dihadapi.

c. Konsep diri adalah penentu pengharapan individu. Jadi pengharapan

adalah inti dari konsep diri. Konsep diri merupakan seperangkat

harapan dan penilaian perilaku yang menunjuk pada harapan tersebut.

Sikap dan pandangan negatif terhadap kemampuan diri menyebabkan

individu menetapkan tiitik harapan yang rendah. Titik total yang

rendah menyebabkan individu tidak mempunyai motivasi yang tinggi.

Berdasarkan ketiga peranan konsep diri tersebut dapat disimpulkan

bahwa konsep diri selain berperan sebagai pengharapan juga berperan

sebagai sikap terhadap diri sendiri dan penyeimbangan batin bagi individu.

Konsep diri pada setiap orang sesungguhnya tidak mutlak dalam

kondisi biner antara positif dan negatif, tetapi karena konsep diri berperan

penting sebagai pengarah dan penentu perilaku, maka harus diupayakan

 
 
PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI
31 
 

dengan keras agar individu mempunyai banyak ciri-ciri konsep diri yang

positif.

B. Budaya

1. Definisi Budaya

Budaya atau kebudayaan berasal dari bahasa Sanskerta yaitu

buddhayah, yang merupakan bentuk jamak dari buddhi (budi atau akal)

diartikan sebagai hal-hal yang berkaitan dengan budi dan akal manusia.

Budaya merupakan nilai-nilai yang dimiliki manusia, bahkan

mempengaruhi sikap dan perilaku manusia. Menurut Koentjaraningrat

(1999: 72), kebudayaan menurut antropologi adalah seluruh system

gagasan dan rasa, tindakan, serta karya yang dihasilkan manusia dalam

kehidupan bermasyarakat yang dijadikan miliknya dengan belajar.

Menurut Weber dalam Sardjono (2005:111), budaya mempunyai aspek

bersifat personal, subjektif dan unik.

2. Ciri-Ciri Budaya

Kebudayaan mempunyai ciri-ciri umum sebagai berikut (Suhandi,

2004: 6):

a. Kebudayaan itu harus dipelajari

b. Kebudayaan itu diwariskan atau diteruskan dan diturunkan.

c. Kebudayaan itu didukung dan dikembangkan oleh anggota-anggota

masyarakat dalam kehidupan bersama.

 
 
PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI
32 
 

d. Kebudayaan itu berkembang dan berubah.

e. Kebudayaan itu merupakan satu kesatuan yang bagian-bagiannya

terintegrasi.

3. Kebiasaan Minum Tuak

Sebagai makhluk sosial, manusia mempunyai kemampuan yaitu

berupa akal atau budinya. Dengan akal dan budinya, manusia

mengembangkan berbagai macam system tindakan demi keperluan

hidupnya. Namun, berbagai macam system tindakan tersebut harus

dibiasakan oleh seorang individu dengan belajar sejak lahir sampai saat ia

mati. System tindakan yang dibiasakan tersebut dikenal dengan nama

budaya (Koentjaraningrat, 1999). Dengan demikian keseluruhan tindakan

dan hasil karya manusia yang dibiasakan dalam kehidupan sehari-hari

dinamakan kebudayaan. Hal ini juga berlaku bagi tindakan masyarakat

Sendawar yang terbiasa minum tuak dalam sebuah pesta. Kebiasaan

minum tuak tersebut diturunkan secara turun temurun dari nenek moyang

mereka kepada generasi penerusnya melalui belajar dan penyesuaikan diri.

4. Proses Enkulturasi

Proses enkulturasi adalah proses seorang individu mempelajari

dan menyesuaikan alam pikiran serta sikapnya dengan adat, system norma

dan peraturan yang hidup dalam kebudayaannya (Koentjaraningrat, 1999).

Proses enkulturasi dimulai sejak kecil dalam alam pikiran warga suatu

 
 
PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI
33 
 

masyarakat, mula-mula dari orang-orang di dalam lingkungan

keluarganya, kemudian dari teman-temannya bermain. Proses ini terus

berlangsung dan dipelajari oleh setiap individu dalam suatu masyarakat.

Dengan proses ini memungkinkan seseorang untuk menyesuaikan

sikapnya terhadap tradisi yang berlaku di masyarakat.

C. Remaja dan Tugas-Tugas Perkembangannya

Penelitian ini meneliti tentang kebiasan minum tuak dan konsep diri

pada siswa Sekolah Menengah Atas (SMA) yang biasanya disebut dengan

remaja. Oleh karena itu, diperlukan penjabaran mengenai definisi remaja dan

tugas-tugas perkembangannya yang berkaitan dengan konsep diri.

1. Definisi Remaja

Remaja berasal dari bahasa Latin adolescere yang berarti tumbuh

atau tumbuh untuk mencapai kematangan. Masa remaja antara pria dan

wanita tidak sama. Masa remaja bagi pria berlangsung dari usia 13 tahun

sampai dengan 22 tahun, sedangkan wanita mulai usia 12 tahun sampai

dengan 21 tahun. Hal ini menunjukkan bahwa wanita lebih dahulu

mencapai tingkat kedewasaan daripada pria. Menurut Piaget (Ali dan

Asrori, 2005: 9), secara psikologis, remaja adalah suatu usia di mana

individu menjadi terintegrasi ke dalam masyarakat dewasa, suatu usia di

mana anak tidak merasa bahwa dirinya berada di bawah tingkat orang

yang lebih tua melainkan merasa sama, atau paling tidak sejajar.

Pada dasarnya remaja tidak mempunyai tempat yang jelas, karena

remaja sudah bukan anak-anak lagi tapi juga belum bisa diterima pada

golongan orang dewasa. Oleh karena itu, masa remaja juga dikenal dengan

 
 
PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI
34 
 

nama fase “mencari jati diri” atau fase “topan dan badai”. Seperti yang

diungkapkan oleh Monks (Ali dan Asrori, 2005: 10), bahwa remaja masih

belum mampu untuk menguasai dan memfungsikan secara maksimal

fungsi fisik maupun psikisnya.

2. Tugas Perkembangan Remaja

Konsep diri seorang remaja tidak terbentuk secara langsung, namun

melalui suatu proses atau perkembangan. Perkembangan yang terjadi pada

masa remaja dapat membentuk konsep diri. Hurlock (Ali dan Asrori, 2005:

10) menyebutkan bahwa tugas-tugas perkembangan masa remaja adalah:

a. Mampu menerima keadaan fisiknya.

b. Mampu menerima dan memahami peran seks usia dewasa.

c. Mampu membina hubungan baik dengan anggota kelompok yang

berlainan jenis.

d. Mencapai kemandirian emosional.

e. Mencapai kemandirian ekonomi.

f. Mengembangkan konsep dan keterampilan intelektual yang sangat

diperlukan untuk melakukan peran sebagai anggota masyarakat.

g. Memahami dan menginternalisasikan nilai-nilai orang dewasa dan

orang tua.

h. Mengembangkan perilaku tanggung jawab sosial yang diperlukan

untuk memasuki dunia dewasa.

i. Mempersiapkan diri untuk memasuki perkawinan

j. Memahami dan mempersiapkan berbagai tanggung jawab kehidupan

keluarga.

 
 
PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI

BAB III

METODE PENELITIAN

Bab ini menjelaskan beberapa hal berkaitan dengan metode yang

digunakan dalam penelitian yaitu jenis penelitian, subjek penelitian, teknik

pengumpulan data dan instrumen penelitian, prosedur pengumpulan data,

teknik analis data. Jenis penelitian menguraikan penggunaan metode

penelitian yang digunakan. Subjek penelitian menguraikan siapa orang yang

menjadi responden dalam penelitian ini. Teknik pengumpulan data

menguraikan teknik apa yang digunakan dalam penelitian yang biasanya

berhubungan denga teknik pengumpulan data. Teknik analisis data

menguraikan alat analisis yang digunakan untuk menjawab rumusan masalah.

A. Jenis Penelitian

Penelitian ini termasuk penelitian deskriptif dengan metode survei.

Penelitian deskriptif adalah penelitian yang bertujuan untuk memperoleh

jawaban dari pertanyaan tentang siapa, apakah, kapan, di mana dan bagaimana

dari suatu topik penelitian (Sumarni dan Wahyuni, 2006: 52). Jadi, penelitian

berupaya mendeskripsikan secara sistematis, faktual dan akurat mengenai

fakta dan sifat populasi atau suatu daerah. Penelitian deskriptif dengan metode

survei dalam penelitian ini dimaksudkan untuk mengetahui kebiasaan minum

tuak dan deskripsi konsep diri siswa/i SMA Negeri 6 Sendawar Kalimantan

Timur tahun ajaran 2013/2014, dan mendeskripsikan perbedaan konsep diri

35 
 
PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI
36 
 

dilihat dari siswa peminum tuak dan bukan peminun serta siswa pendatang

dan siswa asli.

B. Subjek Penelitian

Dalam penelitian ini, subjek penelitian yang digunakan adalah semua

siswa/i SMA Negeri 6 Sendawar Kalimantan Timur tahun ajaran 2013/2014

mulai dari kelas X, XI dan kelas XII yang berjumlah 123 orang dengan

perincian jumlah siswa asli sebanyak 116 orang dan siswa pendatang

sebanyak 7 orang. Dengan demikian penelitian ini merupakan penelitian

population sampling.

C. Teknik Pengumpulan Data dan Instrumen Penelitian

Pengumpulan data dalam penelitian ini dilakukan dengan teknik

angket atau kuesioner. Kuesioner adalah teknik pengumpulan data dengan

cara menyiapkan daftar pertanyaan tertulis yang dikirim kepada responden

untuk dijawab (Sumarni dan Wahyuni, 2006: 89). Kuesioner yang disusun

oleh peneliti memuat aspek-aspek konsep diri yaitu pengetahuan, harapan,

penilaian.

Dalam penelitian ini digunakan skala dengan empat jawaban yaitu

pernyataan yang favorable dimulai dari sangat setuju diberi skor 4, setuju

diberi skor 3, tidak setuju diberi skor 2, dan sangat tidak setuju diberi skor 1.

Sedangkan untuk pernyataan unfavorable dimulai dari sangat setuju diberi

 
 
PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI
37 
 

skor 1, setuju diberi skor 2, tidak setuju diberi skor 3, dan sangat tidak setuju

diberi skor 4.

1. Validitas Instrumen

Validitas mempunyai arti sejauhmana ketepatan dan kecermatan suatu

alat ukur dalam melakukan fungsi ukurnya (Azwar, 2008:5). Teknik uji yang

digunakan adalah dengan cara mengkorelasikan skor-skor item terhadap skor-

skor aspek melalui pendekatan analisis korelasi Pearson Product Moment.

N ∑ XY − (∑ X )(∑ Y )
{N ∑ X }{ }
Formula; rXY =
− (∑ X ) N ∑ Y 2 − (∑ Y )
2 2 2

Keterangan :
rXY = Indeks korelasi validitas item
N = jumlah subyek
X = skor butir kuesioner
Y = skor total aspek yang memuat item yang di uji validitasnya

Untuk menguji validitas data dalam penelitian ini, digunakan uji

korelasi Pearson Product Moment dengan ketentuan jika nilai r hitung > nilai

r tabel maka item pernyataan dinyatakan valid (Ghozali, 2011: 52). Penelitian

ini menggunakan pengujian terpakai, sehingga responden yang digunakan

pada saat ujicoba juga digunakan dalam penelitian.

Hasil ujicoba yang telah dilakukan menunjukkan bahwa dari 44 item

pernyataan, terdapat 7 item yang nilai r hasilnya lebih kecil dari r table (r =

0,2512) yaitu item 1, 10, 14, 20, 25, 30, dan 44, sehingga tidak valid dan

sisanya sebanyak 37 item termasuk dalam item yang valid karena nilai r

 
 
PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI
38 
 

hasilnya lebih besar dari r table (r = 0,2512). Item-item yang tidak valid tidak

dipakai dalam pengujian selanjutnya.

2. Reliabilitas Kuesioner

Uji reliabilitas digunakan untuk menunjukkan ukuran kestabilan dan

konsistensi dari konsep ukuran instrumen atau alat ukur, sehingga nilai yang

diukur tidak berubah dalam nilai tertentu. Data yang reliabel dalam instrumen

penelitian berarti data tersebut dapat dipercaya. Uji reliabilitas dalam

penelitian ini menggunakan nilai Cronbach Alpha dengan ketentuan apabila

nilai Alpha lebih dari 0,70 maka instrumen tersebut reliabel (Nunnally, 1994

dalam Ghozali, 2011: 47). Rumusnya adalah

⎡ K ⎤ ⎡ Σσb ⎤
2
r11 = ⎢ ⎢1 −
σ 2 t ⎥⎦
 
⎣ K − 1⎥⎦ ⎣

Keterangan :

r11 : Reliabilitas instrumen

K : Jumlah butir pertanyaan

∑σb2 : Jumlah varian butir

σ2 t : Jumlah varian total

Berdasarkan hasil pengujian reliabilitas maka diperoleh nilai alpha

sebesar 0,910. Nilai tersebut lebih besar dari 0,70. Dengan demikian

pernyataan tersebut reliable.

 
 
PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI
39 
 

Adapun hasil akhir instrumen penelitian setelah uji coba adalah

sebagai berikut:

Tabel 1. Kisi-Kisi Kuesioner Konsep Diri

Aspek-Aspek Indikator Favorable Unfavorable Jumlah


Pengetahuan 1. Yakin terhadap kemampuan
1,2 3,4 4
diri
2. Terbuka dengan orang lain 5,6,7 8,9 5
3. Cepat tanggap terhadap
10,11 12,13, 14 5
situasi lingkungan
Harapan 4. Menerima pujian 15,16 17,18 4
5. Mampu mengembangkan
19,20,21 22 4
diri
6. Berusaha untuk mengubah
23,24 25,26 4
kepribadian yang buruk
Penilaian 7. Menyadari keragaman
27,28 29,30 4
perasaan tiap orang
8. Menyadari keragaman
31,32 33,34 4
hasrat tiap orang
9. Menyadari keragaman
35,36 37 3
perilaku tiap orang
20 17 37
Sumber: Indikator dirangkum dari Ghufron dan Risnawita (2010),Hutagalung

(2007)

D. Teknik Analisis Data

Teknik analisis data dalam penelitian ini menggunakan analisis statistic

deskriptif yang meliputi penyajian data melalui tabel, perhitungan mean,

standar deviasi serta pengkategorisasian menurut norma yang telah ditentukan

penulis. Langkah-langkah yang digunakan peneliti untuk menganalisis data

adalah sebagai berikut:

1. Memeriksa keabsahan administrasi hasil jawaban responden untuk diolah

lebih lanjut.

 
 
PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI
40 
 

2. Memberi skor setiap alternatif jawaban. Alternatif jawaban, Sangat setuju =

4, setuju =3, tidak setuju = 2 dan sangat tidak setuju = 1 untuk pernyataan

favorable dan sebaliknya untuk pernyataan unfavorable.

3. Membuat tabulasi data, menghitung skor total dari masing-masing item

kuesioner dan skor rata-rata subjek.

4. Mengkategorikan subjek yang berpedoman pada penjelasan menurut

Azwar (2009: 107) sebagai berikut

Adapun kategorisasi konsep diri siswa-siswi SMA Negeri 6

Sendawar Kalimantan Timur dalam tahun ajaran 2013/2014 secara

keseluruhan diperoleh melalui perhitungan sebagai berikut: jumlah item 37;

nilai tertinggi: 4x37= 148, nilai terendah: 1x37=37, sehingga luas jarak

sebenarnya: 148-37=111. Dengan demikian satuan deviasi standarnya

adalah (148-37)/6=18,5 dan mean teoritisnya adalah (148+37)/2=92,5.

Kategorisasi konsep diri siswa dapat dilihat pada tabel berikut ini.

Tabel 2
Kriteria Kategori Konsep Diri

No Formula Kategori Rentang Skor Keterangan


1 X < [µ - 1,5σ] 0 – 64,75 Sangat rendah
2 [µ - 1,5σ] < X < [µ - 0,5σ] 64,76 – 83,25 Rendah
3 [µ - 0,5σ] < X < [µ + 83,26 – 101,75 Sedang
0,5σ]
4 [µ + 0,5σ] < X < [µ + 101,76 – 120,25 Tinggi
1,5σ]
5 [µ + 1,5σ] < X 120,26 - 148 Sangat tinggi

 
 
PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI
41 
 

Sedangkan kategori tentang kebiasan minum tuak pada siswa-siswi

SMA Negeri 6 Sendawar Kalimantan Timur dalam tahun ajaran 2013/2014

diperoleh melalui perhitungan sebagai berikut: jumlah item 3; nilai

tertinggi: 3x3= 9, nilai terendah: 1x3=3, sehingga luas jarak sebenarnya: 9-

3=6. Dengan demikian satuan deviasi standarnya adalah (9-3)/6=1 dan

mean teoritisnya adalah (9+3)/2=6.

Kategorisasi kebiasan minum tuak oleh siswa dapat dilihat pada tabel

berikut ini.

Tabel 3
Kriteria Kategori Kebiasan Minum Tuak

No Formula Kategori Rentang Skor Keterangan


1 X < [µ - 1,5σ] 0 – 4,5 Sangat rendah
2 [µ - 1,5σ] < X < [µ - 0,5σ] 4,6 – 5,5 Rendah
3 [µ - 0,5σ] < X < [µ + 5,6 – 6,5 Sedang
0,5σ]
4 [µ + 0,5σ] < X < [µ + 6,6 – 7,5 Tinggi
1,5σ]
5 [µ + 1,5σ] < X 7,6 - 9 Sangat tinggi

 
 
PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI
42 
 

5. Analisis uji beda (t-tes). Pengujian ini digunakan untuk menentukan

apakah dua sampel yang tidak berhubungan memiliki rata-rata yang

berbeda-beda. Uji beda t-test dilakukan dengan cara membandingkan

perbedaan antara dua nilai rata-rata dengan standar error dari perbedaan

rata-rata dua sampel atau secara rumus dapat ditulis sebagai berikut

(Ghozali, 2011: 64):

rata-rata sampel pertama – rata-rata sampel kedua


t=
standar error perbedaan rata-rata kedua sampel

Dalam penelitian ini uji beda dilakukan dengan menggunakan bantuan

SPSS versi 17.0 dengan ketentuan apabila nilai probabilitas < 0,05 maka

terdapat perbedaan yang signifikan. Sebaliknya, apabila nilai probabilitas >

0,05 maka tidak terdapat perbedaan yang signifikan.

 
 
PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI

BAB IV

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

Bab ini berisi uraian mengenai hasil penelitian konsep diri siswa/i SMA

Negeri 6 Sendawar Kalimantan Timur tahun ajaran 2013/2014 dan pembahasan

hasil penelitian. Hasil penelitian meliputi: (1) perhitungan kategorisasi kebiasan

minum tuak siswa/i SMA Negeri 6 Sendawar Kalimantan Timur tahun ajaran

2013/2014 yang terbagi dalam lima kategori yaitu sangat rendah, rendah, sedang,

tinggi dan sangat tinggi. (2) perhitungan kategorisasi konsep diri siswa/i SMA

Negeri 6 Sendawar Kalimantan Timur tahun ajaran 2013/2014 yang terbagi dalam

lima kategori yaitu sangat rendah, rendah, sedang, tinggi dan sangat tinggi. (3)

pengujian perbedaan konsep diri antara siswa yang tergolong peminum dengan

siswa bukan peminum. (4) pengujian perbedaan konsep diri antara siswa yang

merupakan penduduk asli dengan siswa yang berasal dari luar daerah (pendatang).

Pembahasan meliputi penjelasan tentang hasil-hasil penelitian disertai teori-teori

yang terkait hasil penelitian.

A. Kebiasan Minum Tuak Siswa/i SMA Negeri 6 Sendawar Kalimantan

Timur dalam tahun ajaran 2013/2014

Dari hasil pengolahan data diperoleh hasil mengenai kebiasan

minum tuak siswa/i SMA Negeri 6 Sendawar Kalimantan Timur tahun ajaran

2013/2014, yang ditampilkan dalam tabel di bawah ini.

43 
 
PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI
44 
 

Tabel 4
Kebiasan Minum Tuak Siswa-Siswi SMA Negeri 6 Sendawar Kalimantan
Timur tahun ajaran 2013/2014

No Rentang Skor Kategori Kebiasan Minum Jumlah Persentase


Tuak Siswa Siswa
1 0 – 4,5 Sangat rendah 5 4,06
2 4,6 – 5,5 Rendah 49 39,84
3 5,6 – 6,5 Sedang 69 56,10
4 6,6 – 7,5 Tinggi 0 0,0
5 7,6 - 9 Sangat tinggi 0 0,0
123 100,0

Dari tabel di atas, terlihat bahwa:

1. Ada 5 siswa (4,06%) yang sangat rendah kebiasan minum tuaknya.

2. Ada 49 siswa (39,84%) yang rendah kebiasan minum tuaknya.

3. Ada 69 siswa (56,10%) yang kebiasan minum tuaknya termasuk sedang.

Sedangkan untuk kategori tinggi dan sangat tinggi tidak ada satupun

siswa yang tergolong dalam kategori tersebut. Berdasarkan uraian di atas

dapat disimpulkan bahwa sebagian besar siswa-siswi SMA Negeri 6 Sendawar

Kalimantan Timur tahun ajaran 2013/2014 mempunyai kebiasan minum tuak

yang tergolong sedang. Hal ini didukung oleh data yang menunjukkan bahwa

dari 123 orang siswa hanya 51 orang (41,46%) yang menyatakan sering

minum tuak, sedangkan sisanya sebanyak 72 orang siswa (58,54%)

menyatakan tidak pernah minum tuak.


PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI
45 
 

B. Konsep Diri Siswa/i SMA Negeri 6 Sendawar Kalimantan Timur tahun

ajaran 2013/2014

Berdasarkan hasil pengolahan data diperoleh hasil mengenai konsep

diri siswa/i SMA Negeri 6 Sendawar Kalimantan Timur tahun ajaran

2013/2014, yang dapat dilihat pada tabel di bawah ini.

Tabel 5
Konsep Diri Siswa-Siswi SMA Negeri 6 Sendawar Kalimantan Timur tahun
ajaran 2013/2014

No Rentang Skor Kategori Konsep Diri Jumlah Persentase


Siswa Siswa
1 0 – 64,75 Sangat rendah 0 0,0
2 64,76 – 83,25 Rendah 1 0,81
3 83,26 – 101,75 Sedang 3 2,44
4 101,76 – 120,25 Tinggi 50 40,65
5 120,26 - 148 Sangat tinggi 69 56,10
123 100,0

Dari tabel di atas tampak bahwa:

1. Ada 1 siswa (0,81%) yang mempunyai konsep diri rendah.

2. Ada 3 siswa (2,44%) yang mempunyai konsep diri sedang.

3. Ada 50 siswa (40,65%) yang mempunyai konsep diri tinggi.

4. Ada 69 siswa (56,10%) yang mempunyai konsep diri sangat tinggi.

Dari uraian di atas, dapat disimpulkan bahwa sebagian besar siswa/i

SMA Negeri 6 Sendawar Kalimantan Timur tahun ajaran 2013/2014

mempunyai konsep diri tinggi.


PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI
46 
 

C. Perbedaan Konsep Diri antara Siswa Peminum Tuak Dan Bukan

Peminum Tuak

Untuk mengetahui ada tidaknya perbedaan konsep diri antara siswa

peminum tuak dengan siswa bukan peminum tuak dapat dilihat pada tabel

berikut ini (hasil selengkapnya dapat dilihat di lampiran).

Tabel 6
Perbedaan Konsep Diri Siswa antara Siswa Peminum Tuak Dan Bukan
Peminum Tuak

Siswa Jumlah Rata-Rata


Peminum 51 122,51
Bukan peminum 72 122,94
Sig t 0,844

Berdasarkan tabel di atas, terlihat bahwa nilai sig sebesar 0,844 >

0,05. Hal ini berarti tidak ada perbedaan konsep diri yang signifikan antara

siswa yang peminum tuak dengan siswa yang bukan peminum tuak. Hasil ini

didukung oleh nilai rata-rata dari kedua kelompok yang hampir sama, yaitu

122,51 untuk yang peminum dan 122,94 untuk yang bukan peminum.

D. Perbedaan Konsep Diri antara Siswa Pendatang dan Siswa Asli

Untuk mengetahui perbedaan konsep diri antara siswa pendatang

dengan siswa asli dapat dilihat pada tabel berikut ini (hasil selengkapnya dapat

dilihat dalam lampiran).

Tabel 7
Perbedaan Konsep Diri Siswa antara Siswa Pendatang dengan Siswa Asli

Siswa Jumlah Rata-Rata


Siswa Pendatang 5 116,20
Siswa Asli 118 123,04
Sig t 0,221
PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI
47 
 

Berdasarkan tabel di atas, terlihat bahwa nilai sig sebesar 0,221 >

0,05. Hal ini berarti tidak ada perbedaan konsep diri yang signifikan antara

siswa pendatang dengan siswa asli. Walaupun nilai dari nilai rata-rata

menunjukkan bahwa siswa asli mempunyai konsep diri yang lebih tinggi

dibanding dengan siswa pendatang.

E. Pembahasan

Dari analisis di atas diketahui bahwa sebagian besar siswa/i SMA

Negeri 6 Sendawar Kalimantan Timur tahun ajaran 2013/2014 mempunyai

kebiasan minum tuak yang tergolong sedang (56,10%). Minuman tuak

termasuk salah satu jenis minuman keras yang terbuat dari getah pohon lontar

atau beras ketan yang telah difermentasikan. Di Kabupaten Sendawar,

minuman tuak sudah menjadi suatu kebiasan atau kebudayaan, yang selalu

tersedia dalam setiap acara pesta yang diselenggarakan oleh masyarakat

setempat. Sebagai salah satu tradisi atau kebudayaan, minuman tuak ini

diturunkan dari generasi ke generasi dan masih dipertahankan hingga saat ini

yang menjadi ciri khas dari daerah Sendawar. Hasil penelitian yang

menunjukkan kebiasan minum tuak siswa/i di SMA Negeri 6 Sendawar

tergolong sedang, mengindikasikan bahwa sebagian besar siswa menyadari

bahwa mereka hanya akan meminum tuak pada saat-saat tertentu saja,

misalnya pada saat ada acara pesta yang diselenggarakan oleh salah satu

warga, dan hanya sebagian kecil siswa yang meminum tuak di sekolah.

Menurut wawancara dengan guru BK, siswa yang biasanya minum tuak di
PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI
48 
 

sekolah adalah siswa yang mempunyai prestasi akademik di bawah rata-rata,

dan mereka meminum tuak di sekolah dengan tujuan untuk menarik perhatian

dari teman-temannya atau dari guru-guru.

Penelitian ini juga menunjukkan bahwa sebagian besar siswa/i SMA

Negeri 6 Sendawar Kalimantan Timur tahun ajaran 2013/2014 mempunyai

konsep diri yang termasuk kategori tinggi (40,65%) dan sangat tinggi

(56,10%). Untuk memudahkan pembahasan maka kedua kategori tersebut

digabung menjadi kategori tinggi. Dengan demikian, siswa/i SMA Negeri 6

Sendawar Kalimantan Timur tahun ajaran 2013/2014 mempunyai konsep diri

yang tinggi. Konsep diri merupakan apa yang dirasakan dan dipikirkan oleh

seseorang mengenai dirinya sendiri. Konsep diri bukan bawaan dari lahir

melainkan tumbuh dan berkembang sesuai usia seorang individu. Makin

dewasa umur seseorang dan makin tinggi kecerdasan seseorang, makin

mampu orang tersebut menggambarkan dirinya sendiri maka makin baik

konsep dirinya. Konsep diri seseorang berkembang dari pengalaman-

pengalaman yang diperolehnya yang berasal dari interaksi dengan

lingkungannya. Konsep diri sangat penting, karena konsep diri seorang

individu merupakan dasar dalam berinteraksi dengan orang-orang di

sekitarnya. Dengan demikian konsep diri berhubungan dengan tingkah laku

seseorang. Seperti yang dinyatakan oleh Fits dalam Agustiani (2006: 138)

bahwa konsep diri berpengaruh kuat terhadap tingkah laku seseorang. Orang

yang menganggap dirinya kuat dibandingkan dengan orang lain, biasanya

akan bertingkah laku seperti yang dipersepsikannya. Menurut Pujijogjanti


PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI
49 
 

dalam Ghufron dan Risnawita (2010: 18), konsep diri mempunyai peran

penting dalam menentukan perilaku seseorang yaitu dalam mempertahankan

keselarasan batin, keseluruhan sikap dan pandangan individu terhadap

pengalamannya dan penentu pengharapan individu.

Penelitian ini juga membuktikan bahwa tidak ada perbedaan konsep

diri yang signifikan antara siswa peminum tuak dengan siswa yang bukan

peminum tuak. Ditunjukkan oleh nilai sig sebesar 0,844 > 0,05. Hal ini

menunjukkan bahwa konsep diri seorang peminum tuak dengan yang bukan

peminum tuak adalah sama. Hal ini disebabkan karena siswa sudah mengenal

minuman tuak sebagai tradisi sejak kecil, sehingga sudah terbiasa dengan jenis

minuman tersebut. Mereka lahir dan dibesarkan dalam lingkungan yang

mayoritas masyarakatnya mengkonsumsi minuman tuak dan menjadikan

minuman tersebut sebagai suatu tradisi, sehingga tidak ada perbedaan antara

yang sering minum tuak dengan yang tidak pernah minum tuak terhadap apa

yang dirasakan dan dipikirkan oleh seseorang mengenai dirinya sendiri. Hal

ini didukung oleh jawaban responden yang menyatakan bahwa minuman tuak

tidak mampu menambah kepercayaan dirinya.

Penelitian ini juga membuktikan bahwa tidak ada perbedaan konsep

diri yang signifikan antara siswa pendatang dengan siswa asli. Ditunjukkan

oleh nilai sig sebesar 0,221 > 0,05. Hal ini menunjukkan bahwa konsep diri

siswa pendatang dan siswa yang merupakan penduduk asli adalah sama. Hal

ini disebabkan karena konsep diri salah satunya dipengaruhi oleh kelompok

acuan. Oleh karena itu, siswa yang bukan penduduk asli, setelah menetap di
PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI
50 
 

daerah Sendawar perlahan-lahan akan mempunyai sikap atau perilaku yang

sama dengan siswa yang berasal dari penduduk asli. Seorang anak yang

sedang berkembang akan belajar dari kondisi yang ada, dalam hal ini

kebudayaan yang ada di lingkungan masyarakat tersebut. Misalnya, seorang

anak lahir di daerah yang memiliki kebudayaan minum tuak, maka dalam

perkembangan kepribadiannya, anak tersebut akan dipengaruhi oleh kondisi

masyarakat setempat, yaitu kesukaannya terhadap minuman jenis tuak.

Dengan demikian, siswa pendatang akan menyesuaikan sikapnya

dengan budaya asli daerah Sendawar. Proses ini dalam teori antrolopogi

disebut enkulturasi, yaitu proses seorang individu mempelajari dan

menyesuaikan alam pikiran serta sikapnya dengan adat, sistem norma dan

peraturan yang hidup dalam kebudayaannya (Koentjaraningrat, 1999). Hal ini

berarti, siswa pendatang akan mempelajari dan menyesuaikan dirinya dengan

kebudayaan dari penduduk asli, sehingga siswa pendatang akan mempunyai

sikap dan perilaku yang sama dengan siswa yang merupakan penduduk asli

Sendawar. Dengan demikian, tidak ada perbedaan konsep diri antara siswa

pendatang dengan siswa asli dari kabupaten Sendawar.


PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI
 
 

BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

Bab ini berisi tentang kesimpulan hasil penelitian dan saran-saran bagi

pihak-pihak yang terkait dengan konsep diri siswa.

A. Kesimpulan

Berdasarkan hasil penelitian maka dapat disimpulkan:

1. Sebagian besar siswa/i SMA Negeri 6 Sendawar Kalimantan Timur tahun

ajaran 2013/2014 mempunyai kebiasan minum tuak yang tergolong sedang.

Hal ini mengindikasikan bahwa sebagian besar siswa mulai menyadari

bahwa kebiasaan minum tuak hanya berlaku pada saat-saat tertentu, yaitu

pada saat ada pesta yang diselenggarakan oleh warga, dan bukan dilakukan

di sekolah yang merupakan tempat belajar.

2. Sebagian besar siswa/i SMA Negeri 6 Sendawar Kalimantan Timur tahun

ajaran 2013/2014 mempunyai konsep diri tinggi. hal ini menunjukkan

bahwa apa yang dirasakan dan dipikirkan oleh orang lain mengenai diri

siswa sudah baik. Dengan kata lain, perilaku atau tindakan siswa sudah

sesuai dengan harapan orang-orang disekitarnya, dalam arti siswa

berperilaku sesuai dengan kepribadiannya bukan karena dibuat-buat hanya

untuk mendapat pujian dari orang lain.

3. Tidak ada perbedaan konsep diri antara siswa yang peminum tuak dengan

siswa yang bukan peminum tuak. Hal ini mengindikasikan bahwa

51 
PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI
52 
 

meminum tuak tidak menyebabkan seseorang menjadi lebih percaya

terhadap kemampuan dirinya sendiri atau menunjukkan siapa dirinya yang

sebenarnya.

4. Tidak ada perbedaan konsep diri antara siswa pendatang dengan siswa asli.

Kondisi ini mengindikasikan bahwa konsep diri seseorang tidak terbentuk

oleh daerah asal orang tersebut, melainkan oleh sekelompok orang yang

dijadikannya sebagai model.

B. Saran

Berikut ini dikemukakan beberapa saran yang sesuai dengan hasil

penelitian untuk berbagai pihak.

1. Bagi Guru Bimbingan Konseling

Diharapkan guru bimbingan konseling memberikan penjelasan yang sesuai

dengan aturan pendidikan yang melarang siswa minum minuman keras di

sekolah tanpa menyinggung tradisi yang sudah berkembang di daerah

tersebut.

2. Peneliti lain

Penelitian ini hanya menggunakan satu variable yaitu konsep diri,

diharapkan peneliti selanjutnya menambah variable lain sehingga dapat

dilihat hubungan sebab akibatnya serta mengkaitkannya dengan dengan

variable budaya yang lain. Misalnya budaya nikah muda. Pengumpulan

data dalam penelitian ini menggunakan kuesioner, sehingga memungkinkan


PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI
53 
 

hasil yang bias. Peneliti selanjutnya diharapkan mengkonsultasikan

kuesioner ke validator sebelum disebar kepada responden.

3. Bagi Manajemen Sekolah

Pihak sekolah diharapkan dapat memperketat pengawasan kepada siswa

agar tidak membawa minuman tuak ke dalam lingkungan sekolah serta

aktif memberikan penyuluhan kepada siswa tentang bahaya minuman

keras.

4. Bagi Para Pemangku Adat

Pihak pemangku adat diharapkan lebih bijaksana dalam mengambil sikap

terkait tradisi yang berlaku di daerah tersebut..


PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI
54 
 

DAFTAR PUSTAKA

Agustiani, Hendriati. 2006. Psikologi Perkembangan: Pendekatan Ekologi


Kaitannya dengan Konsep Diri dan Penyesuaian Diri pada Remaja.
Bandung: Refika Aditama

Ali, Mohammad dan Asrori, Mohammad. 2005. Psikologi Remaja:


Perkembangan Peserta Didik. Jakarta: Bumi Aksara

Azwar, Saifuddin. 2009. Penyusunan Skala Psikologi. Yogyakarta: Pustaka


Pelajar

Boeree, G. 2009. Personality Theories; Melacak Kepribadian Anda Bersama


Psikolog Dunia. Penerjemah: Inyiak Ridwan Muzir. Jogyakarta:
Prismaso.

Burns. 1993. Konsep Diri: Teori, Pengukuran, Perkembangan dan Perilaku.


Jakarta: Arcan.

Dayakisni, Tri dan Hudaniah. 2009. Psikologi Sosial. Malang: UMM Press

Dewi dkk. 2004. “Komparasi Konsep Diri Ditinjau dari Latar Belakang Budaya
dan Jenis Kelamin pada Siswa Sekolah Menengah di Semarang dan
Wonosobo” Jurnal Psikologi, 1, 2, 145-155.

Ghozali, Imam. 2011. Aplikasi Analisis Multivariate dengan Program IBM SPSS
19. Semarang: BP Universitas Diponegoro

Ghufron, Nur dan Risnawita, Rini. 2010. Teori-Teori Psikologi. Yogyakarta: Ar-
Ruzz Media

Hurlock, E.B. 1994. Psikologi Perkembangan Suatu Pendekatan Sepanjang


Rentang Kehidupan. Edisi ke-5. Alih bahasa: Wasana. Jakarta: Erlangga.

Hutagalung, Inge. 2007. Pengembangan Kepribadian: Tinjauan Praktis Menuju


Pribadi Positif. Jakarta: PT Indeks

Koentjaraningrat. 1999. Pengantar Ilmu Antropologi, Jakarta: Penerbit Rineka


Cipta.

Sardjono, Maria A. 2005. Merambah Bukit Wadas. Jakarta: Gramedia Pustaka


Utama
PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI
55 
 

Soelaeman, Munandar. 2005. Ilmu Sosial Dasar. Bandung: PT Refika Aditama

Suhandi, Agraha. 2004. Pokok-Pokok Antropologi: Suatu Pengantar. Bandung:


Fakultas Sastra Universitas Padjajaran

Sumarni, Murti dan Wahyuni, Salamah. 2006. Metodologi Penelitian Bisnis.


Yogyakarta: Andi

Widodo, Prasetyo Budi. 2006. “Konsep Diri Mahasiswa Jawa Pesisiran dan
Pedalaman Jurnal Psikologi Universitas Diponegoro Vol.3 No. 2,
Desember 2006

www.log.viva.co.id. Budaya Minum Tuak yang Bebas di Tuban. Diakses tanggal


18 Agustus 2013

www.travel.detik.com. Upacara Makan Adat Ala Suku Sahu di Jailolo dan


Tradisi Minum Tuak. Diakses tanggal 2013
PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI

LAMPIRAN
PLAGIAT MERUPAKAN
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN
TINDAKAN TIDAK
TIDAK TERPUJI
TERPUJI
PLAGIAT MERUPAKAN
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN
TINDAKAN TIDAK
TIDAK TERPUJI
TERPUJI
PLAGIAT MERUPAKAN
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN
TINDAKAN TIDAK
TIDAK TERPUJI
TERPUJI
PLAGIAT MERUPAKAN
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN
TINDAKAN TIDAK
TIDAK TERPUJI
TERPUJI
PLAGIAT MERUPAKAN
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN
TINDAKAN TIDAK
TIDAK TERPUJI
TERPUJI
PLAGIAT MERUPAKAN
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN
TINDAKAN TIDAK
TIDAK TERPUJI
TERPUJI
PLAGIAT MERUPAKAN
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN
TINDAKAN TIDAK
TIDAK TERPUJI
TERPUJI
PLAGIAT MERUPAKAN
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN
TINDAKAN TIDAK
TIDAK TERPUJI
TERPUJI
PLAGIAT MERUPAKAN
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN
TINDAKAN TIDAK
TIDAK TERPUJI
TERPUJI
PLAGIAT MERUPAKAN
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN
TINDAKAN TIDAK
TIDAK TERPUJI
TERPUJI
PLAGIAT MERUPAKAN
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN
TINDAKAN TIDAK
TIDAK TERPUJI
TERPUJI
PLAGIAT MERUPAKAN
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN
TINDAKAN TIDAK
TIDAK TERPUJI
TERPUJI
PLAGIAT MERUPAKAN
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN
TINDAKAN TIDAK
TIDAK TERPUJI
TERPUJI
PLAGIAT MERUPAKAN
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN
TINDAKAN TIDAK
TIDAK TERPUJI
TERPUJI
PLAGIAT MERUPAKAN
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN
TINDAKAN TIDAK
TIDAK TERPUJI
TERPUJI
PLAGIAT MERUPAKAN
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN
TINDAKAN TIDAK
TIDAK TERPUJI
TERPUJI
PLAGIAT MERUPAKAN
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN
TINDAKAN TIDAK
TIDAK TERPUJI
TERPUJI
PLAGIAT MERUPAKAN
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN
TINDAKAN TIDAK
TIDAK TERPUJI
TERPUJI
PLAGIAT MERUPAKAN
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN
TINDAKAN TIDAK
TIDAK TERPUJI
TERPUJI
PLAGIAT MERUPAKAN
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN
TINDAKAN TIDAK
TIDAK TERPUJI
TERPUJI
PLAGIAT MERUPAKAN
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN
TINDAKAN TIDAK
TIDAK TERPUJI
TERPUJI
PLAGIAT MERUPAKAN
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN
TINDAKAN TIDAK
TIDAK TERPUJI
TERPUJI
PLAGIAT MERUPAKAN
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN
TINDAKAN TIDAK
TIDAK TERPUJI
TERPUJI
PLAGIAT MERUPAKAN
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN
TINDAKAN TIDAK
TIDAK TERPUJI
TERPUJI
PLAGIAT MERUPAKAN
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN
TINDAKAN TIDAK
TIDAK TERPUJI
TERPUJI
PLAGIAT MERUPAKAN
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN
TINDAKAN TIDAK
TIDAK TERPUJI
TERPUJI
PLAGIAT MERUPAKAN
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN
TINDAKAN TIDAK
TIDAK TERPUJI
TERPUJI
PLAGIAT MERUPAKAN
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN
TINDAKAN TIDAK
TIDAK TERPUJI
TERPUJI
PLAGIAT MERUPAKAN
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN
TINDAKAN TIDAK
TIDAK TERPUJI
TERPUJI

Anda mungkin juga menyukai