Anda di halaman 1dari 16

Accelerat ing t he world's research.

ANALISIS MANAJEMEN LABA DAN


KINERJA KEUANGAN
PERUSAHAAN SEBELUM DAN
SESUDAH MERGER DAN AKUSISI
Adinda Dhea Tiara Sinta

PROPOSAL SKRIPSI

Cite this paper Downloaded from Academia.edu 

Get the citation in MLA, APA, or Chicago styles

Related papers Download a PDF Pack of t he best relat ed papers 

MURDABAHARI
DAMERIA SIMALANGO

ANALISIS MANAJEMEN LABA DAN KINERJA KEUANGAN PERUSAHAAN PENGAKUISISI YANG BERGERAK …
Qori Nurichsan

ANALISIS MANAJEMEN LABA DAN KINERJA KEUANGAN PERUSAHAAN PENGAKUISISI SEBELUM DAN SE…
M Salman Alfarisi
ANALISIS MANAJEMEN LABA DAN KINERJA KEUANGAN SEBELUM DAN
SESUDAH MERGER DAN AKUISISI YANG TERDAFTAR PADA PERUSAHAAN
DI BURSA EFEK INDONESIA

Adinda Dhea Tiara Sinta


16101108
Universitas Trilogi

1. Latar Belakang
Perkembangan pada era global, persaingan semakin pesat yang mendorong
perusahaan untuk lebih kreatif dalam mengembangkan strategi keunggulan usahanya agar
tetap mempertahankan eksistensinya dalam jangka pendek maupun jangka panjang.
Selain kreatifitas perusahaan juga diharuskan untuk memiliki pasar yang kuat. Salah satu
strategi yang dapat dilakukan perusahaan untuk mencapai pasar yang kuat dengan cara
memperbaiki kinerja perusahaan, memperkuat kondisi permodalan yang dimiliki dan
melakukan ekspansi.
Ekspansi dapat dilakukan dengan penggabungan usaha dua atau lebih perusahaan
yang terpisah menjadi satu untuk mendapatkan pengendalian atas aktiva maupun
operasional perusahaan-perusahaan yang bergabung dengan harapan dapat menimbulkan
sinergi, diversifikasi usaha dan meningkatkan pangsa pasar. Namun, sulit untuk
menerapkan penggabungan yang ideal oleh sebab itu penggabungan usaha baru terlihat
signifikan setelah krisis melanda kawasan Asia.
Bentuk penggabungan usaha yang sering dilakukan dalam dua dekade terakhir ini
adalah merger dan akuisisi di mana strategi ini dipandang sebagai salah satu cara untuk
mencapai beberapa tujuan yang lebih bersifat ekonomis dan jangka panjang (Lani
Dharmasetya dan Vonny Sulaimin, 2009). Dengan kompetisi yang kian semakin ketat
serta dituntut mampu dalam bidang teknologi dan kualitas pelayanan, memaksa
perusahaan Asia memilih merger dan akuisisi.
Merger adalah penggabungan dua atau lebih perusahaan dimana satu perusahaan tetap
hidup sedang perusahaan lainnya dilikuidasi. Harta dan kewajiban perusahaan yang
dilikuidasi diambil alih oleh perusahaan yang masih berdiri. Akuisisi merupakan
penggabungan usaha dimana satu perusahaan, yaitu pengakuisisi memperoleh kendali
atas aktiva bersih dan operasi perusahaan yang diakuisisi. Akuisisi sering dianggap
sebagai investasi pada perusahaan anak yaitu suatu penguasaan mayoritas saham
perusahaan lain sehingga tercipta hubungan perusahaan induk dan anak.
Menurut data statistik Bursa Efek Jakarta-berganti nama menjadi Bursa Efek
Indonesia antara tahun 1995-1997 (sebelum terjadinya krisis moneter pada Juli 1997),
jumlah perusahaan yang go public tercatat kurang lebih sebanyak 259 perusahaan.
Sebanyak 57 perusahaan yang melakukan penggabungan usaha. Pada pasca krisis
moneter tahun 2000 sampai dengan pertengahan tahun 2008, penggabungan usaha
dilakukan oleh lebih 40 perusahaan (Lani Dharmasetya dan Vonny Sulaimin, 2009).
Merger dan akuisisi menjadi trend bisnis di tahun 1990-an di Amerika Serikat yang
dimulai di tahun 1992. Sejak tahun 1992 perusahaan yang melakukan merger dan akuisisi
terus meningkat, bahkan jika dibandingkan antara tahun 1996 dan 1995 peningkatan
merger dan akuisisi meningkat hingga 67% (Sotensen, 2000). Demikian pula di Indonesia
dengan adanya peraturan perundang-undangan yang mempermudah masuknya investor
asing, merger dan akuisisi, maka pelaksanaan merger dan akuisisi meningkat (Saiful,
2003).
Terdapat suatu kondisi yang mendukung adanya tindakan manajemen laba yang
dilakukan oleh perusahaan pengakuisisi dalam pelaksanaan merger dan akuisisi. Pada
situasi perusahaan pengakuisisi ingin melakukan merger dan akusisi dengan cara
pembayaran lewat saham, pihak manajemen perusahaan pengakuisisi cenderung akan
berusaha untuk meningkatkan nilai laba perusahaannya. Tujuannya adalah selain ingin
menunjukkan earnings power perusahaan agar dapat menarik minat perusahaan target
untuk melakukan akuisisi juga untuk meningkatkan harga saham perusahaannya.
Erickson dan Wang (1999) dalam Hastutik (2006) menyatakan bahwa
kecenderungan adanya praktik manajemen laba menjelang merger dan akuisisi bertujuan
untuk meningkatkan harga sahamnya sebelum stock merger agar dapat mengurangi biaya
pembelian perusahaan target. Keputusan manajemen perusahaan yang memilih untuk
melakukan manajemen laba dengan cara income increasing accruals akan membawa
konsekuensi terhadap kinerja perusahaan yang akan mengalami suatu kenaikan pada
periode sesudahnya.
Pada proses merger dan akuisisi tersebut mempunyai dampak yang positif terhadap
kinerja perusahaan khususnya kinerja keuangan. Hal ini akan menjadi informasi bagi
perusahaan bahwa proses merger dan akuisisi antar perusahaan telah efektif sebagai salah
satu strategi bertahan perusahaan. Kinerja keuangan merupakan rasio yang digunakan
untuk menilai prestasi perusahaan. Kinerja keuangan adalah dua data keuangan yang
dihubungkan dengan rasio profitabilitas (Asyikin & Tanu, 2011).
Untuk mengukur kinerja keuangan suatu perusahaan pada umumnya berfokus pada
laporan keuangan di samping data-data non keuangan lain yang bersifat sebagai
penunjang. Informasi kinerja keuangan bermanfaat untuk memprediksi kapasitas
perusahaan dalam menghasilkan arus kas dari sumber dana yang ada. Kinerja keuangan
dapat diukur dari laporan keuangan yang dikeluarkan secara periodik. Laporan keuangan
berupa neraca, laba rugi, arus kas, dan perubahan modal yang secara bersama-sama
memberikan suatu gambaran tentang posisi keuangan perusahaan. Dengan mendeteksi
kinerja keuangan perusahaan, kita dapat mengidentifikasi kondisi perusahaan.
Beberapa penelitian terdahulu membuktikan adanya tindakan manajemen laba dan
perbedaan kinerja keuangan sebelum dengan sesudah akuisisi dilakukan dalam beberapa
kasus diantaranya adalah Adnyana Usadha dan Wirawan Yasa (2008) membuktikan
bahwa perusahaan pengakuisisi melakukan tindakan manajemen laba sebelum
pelaksanaan merger dan akuisisi dengan cara income increasing accrual, manajemen laba
yang dilakukan telah memicu penurunan kinerja perusahaan setelah merger dan akuisisi.
Berbeda dengan hasil penelitian Annisa Meta.CW (2009) yang membuktikan bahwa
tidak terdapat praktik manajemen laba yang dilakukan perusahaan pengakuisisi dengan
cara income increasing accrual.
Wibowo (2012) meneliti analisis perbandingan kinerja keuangan perusahaan sebelum
dan sesudah merger dan akuisisi. Hasil dari penelitian ini menunjukkan bahwa studi
dalam 7 rasio keuangan, NPM, ROI, ROE, EPS, TATO, CR dan Debt Ratio pada
perusahaan pengakuisisi tidak menunjukkan perbedaan yang signifikan dibandingkan
sebelum dan sesudah akuisisi, sedangkan perusahaan yang merger, rasio ROI, EPS dan
Debt Ratio terdapat perbedaan yang signifikan sebelum dan sesudah merger.
2. Rumusan Masalah
Berdasarkan uraian dalam latar belakang diatas, maka yang menjadi permasalahan dalam
penelitian ini adalah:
1. Apakah terjadi tindakan manajemen laba sebelum perusahaan melakukan
akuisisi dengan pola peningkatan laba?
2. Apakah terdapat perbedaan kinerja keuangan perusahaan pengakuisisi yang
diukur dengan rasio profitabilitas antara sebelum dan sesudah akuisisi?
3. Apakah terdapat perbedaan kinerja keuangan perusahaan pengakuisisi yang
diukur dengan rasio likuiditas antara sebelum dan sesudah akuisisi?
4. Apakah terdapat perbedaan kinerja keuangan perusahaan pengakuisisi yang
diukur dengan rasio aktivitas antara sebelum dan sesudah akuisisi?
5. Apakah terdapat perbedaan kinerja keuangan perusahaan pengakuisisi yang
diukur dengan rasio solvabilitas antara sebelum dan sesudah akuisisi?

3. Tujuan Penelitian
Berdasarkan rumusan masalah di atas, maka tujuan dari penelitian ini adalah sebagai
berikut:
1. Untuk mengetahui apakah terjadi tindakan manajemen laba sebelum perusahaan
melakukan akuisisi dengan pola peningkatan laba.
2. Untuk mengetahui apakah terdapat perbedaan kinerja keuangan perusahaan
pengakuisisi yang diukur dengan rasio profitabilitas antara sebelum dan sesudah
akuisisi.
3. Untuk mengetahui apakah terdapat perbedaan kinerja keuangan perusahaan
pengakuisisi yang diukur dengan rasio likuiditas antara sebelum dan sesudah
akuisisi.
4. Untuk mengetahui apakah terdapat perbedaan kinerja keuangan perusahaan
pengakuisisi yang diukur dengan rasio aktivitas antara sebelum dan sesudah
akuisisi.
5. Untuk mengetahui apakah terdapat perbedaan kinerja keuangan perusahaan
pengakuisisi yang diukur dengan rasio solvabilitas antara sebelum dan sesudah
akuisisi.
4. Hipotesa Penelitian
Berdasarkan hasil dari beberapa penelitian diatas maka hipotesis yang dapat diajukan
sebagai jawaban sementara terhadap permasalahan penelitian ini adalah :
H1: Terdapat tindakan manajemen laba sebelum perusahaan melakukan akuisisi
dengan pola peningkatan laba.
H2 : Terdapat perbedaan kinerja keuangan perusahaan pengakuisisi yang diukur
dengan rasio profitabilitas antara sebelum dan sesudah akuisisi.
H3 : Terdapat perbedaan kinerja keuangan perusahaan pengakuisisi yang diukur
dengan rasio likuiditas antara sebelum dan sesudah akuisisi.
H4 : Terdapat perbedaan kinerja keuangan perusahaan pengakuisisi yang diukur
dengan rasio aktivitas antara sebelum dan sesudah akuisisi.
H5 : Terdapat perbedaan kinerja keuangan perusahaan pengakuisisi yang diukur
dengan rasio solvabilitas antara sebelum dan sesudah akuisisi.

5. Landasan Teori
5.1 Manajemen Laba
Sulistyanto (2008:7) mendefinisikan manajemen laba sebagai upaya manajer
perusahaan untuk mengintervensi atau mempengaruhi informasi-informasi dalam laporan
keuangan dengan tujuan untuk mengelabuhi stakeholder yang ingin mengetahui kinerja
dan kondisi perusahaan. Menurut Sugiri (1998; dalam Widyaningdyah, 2001) membagi
definisi manajemen laba menjadi dua yaitu definisi sempit dan definisi luas. Definisi
sempit, manajemen laba sebagai perilaku manajer untuk “bermain” dengan komponen
discretionary accrual dalam menentukan besarnya earnings. Sedangkan dalam arti luas,
manajemen laba merupakan tindakan manajer untuk meningkatkan (menurunkan) laba
yang dilaporkan saat ini atas suatu unit, dimana manajer bertanggung jawab tanpa
mengakibatkan peningkatan (penurunan) profitabilitas ekonomis jangka panjang unit
tersebut.
Ikatan Akuntansi Indonesia (IAI) dalam pernyataan Standar Akuntansi Keuangan
(PSAK No. 22, 2007) mendefinisikan penggabungan usaha sebagai bentuk penyatuan dua
perusahaan atau lebih yang terpisah menjadi satu entitas ekonomi karena satu perusahaan
menyatu dengan perusahaan lain ataupun memperoleh kendali atau kontrol atas aktiva
dan operasi perusahaan lain. Adapun beberapa teori yang dapat menjelaskan motivasi
yang melatarbelakangi terjadinya suatu penggabungan usaha (Lani Dharmasetya dan
Vonny Sulaimin, 2009) antara lain:
a) Teori efisiensi
Menurut teori ini, merger dapat meningkatkan efisiensi, karena akan
menjadikan sinergi yang secara sederhana diartikan sebagai 2+2=5, yaitu konsep
dalam ilmu ekonomi yang mengatakan gabungan faktor-faktor yang
komplementer akan menghasilkan keuntungan yang berlipat ganda.
b) Teori kekuatan pasar
Keinginan untuk meningkatkan pangsa pasar (market share) juga dapat
menjadi salah satu motivasi terjadinya suatu merger. Penggabungan dua atau lebih
perusahaan yang sebelumnya saling bersaing menjual produk yang sama, secara
teoritis akan meningkatkan penguasaan pangsa pasar secara berlipat ganda.
c) Teori undervaluation
Penilaian harta yang lebih rendah dari harga sebenarnya pada suatu perusahaan
akan mendorong minat perusahaan lainnya untuk menggabungkan perusahaan
yang pertama ke dalam perusahaannya melalui merger.
d) Teori prestise
Meskipun sulit untuk diterima secara logika, namun kenyataannya banyak
merger dilakukan bukan karena motivasi ekonomis, melainkan karena motivasi
ingin meningkatkan prestise

5.2 Kinerja keuangan


Kinerja keuangan suatu perusahaan dapat diartikan sebagai prospek atau masa depan,
pertumbuhan,dan potensi perkembangan yang baik bagi perusahaan. Informasi kinerja
keuangan diperlukan untuk menilai perubahan potensial sumber daya ekonomi, yang
mungkin dikendalikan di masa depan dan untuk memprediksi kapasitas produksi dari
sumber daya yang ada (Barlian, 2003).
Pemilihan rasio keuangan didasarkan pada temuan penelitian sebelumnya, seperti
yang dilakukan oleh Machofedz (1994) yang menyatakan bahwa likuiditas, solvabilitas,
profitabilitas, produktivitas, dan capital intensiveness merupakan alat predictor untuk
laba. Wijaya (1997) juga menggunakan rasio likuiditas, aktivitas, solvabilitas, dan
rentabilitas untuk menilai kinerja perbankan yang go public dan non public.

5.3 Penelitian Terdahulu


Alat
No Peneliti Judul Penelitian Variabel Kesimpulan
Analisis
1. I Putu Analisis Manajemen Independent Penelitian ini
Adnyana Manajemen Laba Laba, CR, sample ttest, membuktikan
Usadha dan Kinerja ROI, dan Paired adanya
dan Keuangan DER samples manajemen laba
Gerianta Perusahaan ttest sebelum akuisisi
Wirawan Pengakuisisi
Yasa Sebelum dan
(2009) Sesudah Merger
dan Akuisisi di
Bursa Efek
Indonesia
2. Annisa Manajemen Laba Manajemen Independent Tidak ada
Meta dan Kinerja Laba, Sample praktik
(2010) Keuangan TATO, Ttes, manajemen laba,
Perusahaan NPM, dan Paired TATO
Pengakuisisi ROA Sample mengalami
sebelum dan Ttest kenaikan,
Sesudah Merger sementara NPM
dan Akuisisi yang dan ROA
terdaftar di Bursa mengalami
Efek Indonesia penurunan
Tahun 2008-2009 setelah akuisisi
3. Novi Manajemen Laba Manajemen Independent Tidak ada
Puji dan Kinerja Laba, Sample praktik
Lestari Keuangan TATO, ROI Ttest manajemen laba,
(2011) Perusahaan semua rasio
Pengakuisisi keuangan
Sebelum dan menurun
Setelah Merger
4. Hamidah Perbandingan CR, TATO, Uji Terdapat
dan Kinerja Keuangan DER, ROA, normalitas, perbedaan
Manasye Perusahaan dan PER paired sebelum dan
Noviani Sebelum dan sample sesudah akuisisi
(2013) Sesudah Merger Ttest pada CR, ROA,
dan Akuisisi (Pada dan PER.
Perusahaan Sementara untuk
Pengakuisisi yang TATO dan DER
Terdaftar di Bursa tidak
Efek Indonesia menunjukkan
Periode 2004- ada perbedaan
2006) sebelum dan
sesudah
perusahaan
melakukan
akuisisi.
5. Putri Analisis Pengaruh CR, QR, Inventory Kolomogor Hanya ROA
Novaliza Merger dan Turnover, TATO, ov-Smirnov yang
dan Atik Akuisisi terhadap Debt Ratio, Total Test, Paired menunjukkan
Djajanti Kinerja Perusahaan debt to equity, samples adanya
(2013) Publik di Indonesia ROA, return on ttest perbedaan
(Periode 2004- common equity,
2011) NPM,OPM, dan
return
saham
6. Metode Penelitian
6.1 Kerangka Pemikiran
Manajemen laba merupakan salah satu bentuk akibat asimetri informasi dalam teori
agensi. Hal ini dikarenakan manajer lebih mengetahui informasi tentang perusahaan yang
dikelolanya. Manajemen laba dalam penelitian ini di ukur dengan proksi discretionary
accruals. Discretionary accruals merupakan komponen akrual yang dapat diatur dan
direkayasa sesuai dengan kebijakan manajerial (Sulistyanto, 2008:212).
Akuisisi merupakan tindakan strategis yang dilakukan perusahaan untuk
mengembangkan usahanya. Dalam pelaksanaan akuisisi terdapat suatu kondisi yang
mendukung adanya tindakan manajemen laba yang dilakukan oleh perusahaan
pengakuisisi dimana pihak manajemen akan berusaha meningkatkan nilai laba
perusahaannya. Keberhasilan perusahaan dalam akuisisi dapat juga dilihat dari kinerja
keuangan perusahaan tersebut. Kinerja keuangan perusahaan dapat diketahui melalui
analisis rasio keuangan. Seperti yang diungkapkan oleh Sartono (2010:113) bahwa
analisis dapat dilakukan dengan cara membandingkan prestasi satu periode dengan
periode sebelumnya sehingga dapat diketahui adanya kecenderungan selama periode
tertentu. Selanjutnya ia menegaskan bahwa analisis dan interpretasi dari macammacam
rasio dapat memberikan pandangan yang lebih baik tentang kondisi keuangan dan
prestasi perusahaan daripada analisa yang hanya didasarkan atas data keuangan yang
tidak berbentuk rasio.
Rasio keuangan yang digunakan dalam penelitian ini antara lain adalah rasio
profitabilitas yang diukur dengan Net Profit Margin (NPM). Rasio ini membandingkan
laba setelah pajak dengan penjualan. Menurut Juanda (2014:9) berbeda dengan rasio
profitabilitas lainnya, rasio NPM fokus secara langsung pada pengukuran laba bersih
perusahaan dibandingkan dengan penjualannya. Ketika NPM diinterpretasikan maka
akan terlihat bagaimana kemampuan perusahaan dalam menghasilkan keuntungan dari
penjualannya.
Rasio likuiditas yang diukur dengan Current Ratio membandingkan aktiva lancar
dengan hutang lancar. Menurut Sartono (2010:116) aktiva lancar yang dimaksud
termasuk kas, piutang, surat berharga dan persediaan. Maka semakin tinggi current ratio
ini berarti semakin besar kemampuan perusahaan untuk memenuhi kewajiban finansial
jangka pendeknya.
Rasio aktivitas yang diukur dengan Total Asset Turnover (TATO) membandingkan
penjualan dengan total aktiva. Menurut Sartono (2010:120) rasio ini bisa mewakili secara
keseluruhan aktiva untuk menciptakan penjualan dan mendapatkan laba. Tingkat
perputaran ini juga ditentukan oleh perputaran elemen aktiva itu sendiri.
Rasio solvabilitas yang diukur dengan Debt to Equity Ratio (DER) membandingkan
total hutang dengan total ekuistas. Fatimah (2013) menyatakan, apabila terjadi aktivitas
akuisisi maka pembiayaan melalui hutang akan dapat mendongkrak kekuatan perusahaan
dalam membiayai perusahaanya karena kemampuan perusahaan dalam mengandalkan
modal sendiri sering kali terbatas. Semakin baik kinerja perusahaan maka perusahaan
akan mampu membiayai hutanghutang perusahaan.
Berdasarkan uraian di atas, maka dibuat kerangka pemikiran sebagai berikut:
Kerangka Pemikiran

Manajemen Laba :
Discretionary Accruals

Kinerja Keuangan :
NPM, Current ratio, TATO,
DER

Sebelum akuisisi Sesudah akuisisi

Uji Beda
6.2 Jenis Data
Jenis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data kuantitatif yang bersifat
sekunder. Data sekunder merupakan sumber yang tidak langsung memberikan data
kepada pengumpul data (Sugiyono, 2011). Data pada penelitian ini dari semua laporan
keuangan perusahaan-perusahaan go public yang melakukan merger serta akuisisi dan
terdaftar di Bursa Efek Indonesia.

6.3 Sumber Data


Data yang digunakan dalam penelitian ini diperoleh dengan metode dokumentasi
berupa laporan keuangan dari perusahaan yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia untuk
selanjutnya diolah guna mendapatkan perhitungan yang diperlukan dalam penelitian
ini. Data dapat diakses melalui website resmi BEI yaitu www.idx.co.id dan
www.ebursa.com.

6.4 Populasi dan Sampel


Objek penelitian ini adalah seluruh perusahaan yang ada di Indonesia. Populasi
dalam penelitian ini adalah perusahaan yang sudah terdaftar di Bursa Efek Indonesia
tahun 2014-2018. Objek penelitian ini adalah perusahaan yang melakukan merger dan
akuisisi.
Dalam penelitian ini pengambilan sampel yang dilakukan secara non probability
sampling, yaitu dengan pendekatan purposive sampling.
Kriteria sampel yang akan dipilih pada penelitian ini yaitu:
1. Perusahaan publik yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia dan melakukan
merger dan akuisisi antara tahun 2014 sampai dengan tahun 2018.
2. Perusahaan termasuk industri manufaktur.
3. Perusahaan memiliki tanggal merger dan akuisisi yang jelas.
4. Menerbitkan laporan keuangan auditan secara lengkap selama empat tahun
sebelum merger dan akuisisi.
6.5 Metode Analisis Data
a. Uji normalitas
Uji normalitas digunakan untuk mengetahui apakah data terdisitribusi normal atau
tidak. Uji normalitas dalam penelitian ini menggunakan Kolmogorov-smirnov.
Penelitian ini menggunakan α sebesar 5%.
Pedoman pengambilan keputusan dalam uji normalitas data dengan.
menggunakan one sample Kolmogorov-Smirnov yaitu:
a. Nilai signifikansi atau nilai probabilitas (α) ≤ 0,05 maka distribusi data adalah
tidak normal.
b. Nilai signifikansi atau nilai probabilitas (α) > 0,05 maka distribusi data adalah
normal.

b. Uji Beda
Uji beda digunakan untuk menguji hipotesis. Hipotesis kesatu, yakni untuk
mengetahui apakah pihak manajemen melakukan tindakan manajemen laba dengan
cara menaikkan atau menurunkan nilai akrual perusahaan pada periode sebelum
pelaksanaan merger dan akuisisi. Hipotesis kedua, yakni untuk membuktikan apakah
terdapat perbedaan kinerja keuangan jika dilihat dari segi rasio likuiditas (CR),
aktivitas (TATO), profitabilitas (ROI), solvabilitas (DER) pada periode sebelum dan
setelah pelaksanaan merger dan akuisisi.

c. Regresi logistik
Regresi logistik merupakan metode yang digunakan untuk membuat model dari
variabel respon yang bersifat kategori, yaitu nominal dan ordinal berdasarkan satu atau
lebih variabel prediktor yang dapat berupa data berskala kategori maupun kontinu,
yaitu interval dan rasio. Regresi logistik dapat dibedakan menjadi dua yaitu regresi
logistik biner dan multinomial. Regresi logistik biner digunakan apabila variabel
respon terdiri dari dua kategori, sedangkan jika kategori pada variabel respon lebih
dari dua maka diterapkan regresi logistik multinomial.
Menurut (Santoso, 2010:183) mengatakan Regresi logistik biner telah banyak
digunakan secara luas sebagai salah satu alat analisis pemodelan ketika variabel
responnya (Y) bersifat biner. Istilah biner merujuk pada penggunaan dua buah
bilangan 0 dan 1 untuk menggantikan dua kategori pada variabel respon. Contoh
variabel respon yang dimaksud adalah kesuksesan (sukses – gagal), kesetujuan (setuju
– tidak setuju), keinginan membeli (ya – tidak), dan masih banyak lagi. Pendugaan
koefisien model regresi logistik tidak dapat dilakukan dengan metode kuadrat terkecil
(ordinary least squares) seperti halnya regresi linear karena pelanggaran asumsi
kehogenan ragam. Metode kemungkinan maksimum (maximum likelihood) menjadi
salah satu alternatif yang dapat digunakan. Untuk mengetahui signifikansi variabel
yang digunakan secara serentak atau bersama-sama.
Pada pengujian ini menggunakan hipotesis sebagai berikut:
H0 : Tidak terdapat pengaruh signifikan secara bersama-sama dari variabel
yang digunakan.
H1: Paling sedikit ada satu variabel yang berpengaruh signifikan secara
bersama-sama dari variabel yang digunakan.
Jika p-value yang didapatkan lebih besar dari taraf signifikansi 0,05 maka tidak
terdapat pengaruh variabel yang signifikan secara bersama-sama. Jika p-value yang
didapatkan lebih kecil dari taraf signifikansi 0,05 maka keputusan yang diambil adalah
tolak H0 atau terdapat pengaruh yang signifikan dari variabel yang digunakan
(Hosmer & Lemeshow, 2013).

7 Sistematika Penulisan
Sebelum menguraikan masalah-masalah yang akan dibahas pada penulisan proposal
skripsi ini, maka terlebih dahulu akan diberikan gambaran secara garis besar mengenai
apa yang akan dibahas pada setiap bab. Adapun sistematika dari penulisan skripsi
tersebut adalah sebagai berikut :
a. LATAR BELAKANG
Pada bab ini disajikan fakta-fakta atau kasus yang muncul serta kerangka
pemikiran secara ringkas sehingga timbul permasalahan. Bab ini terdiri dari alasan
pemilihan judul, ruang lingkup, dan permasalahan, tujuan dan kegunaan penelitian
serta sistematika penulisan skripsi.
b. TINJAUAN PUSTAKA
Dalam bab ini juga disajikan tentang teori-teori yang akan dipakai dalam
menganalisis materi permasalahan sehubungan dengan merger dan akuisisi. Materi-
materi dan teori-teori ini merupakan landasan yang mendasari analisis hasil
penelitian dengan mengacu pada pokok-pokok permasalahan pada latar belakang.
c. METODOLOGI
Bab ini menyajikan secara sederhana jenis data yang dikumpulkan antara lain
melalui pengumpulan data sekunder yang tersedia di BEI dan teknik atau cara
pengumpulan data yaitu melalui penetuan sampel, dengan menggunakan Non
Probability Sampling yaitu dengan secara tidak random. Susunan dari bab ini terdiri
dari variabel penelitian dan definisi operasional, populasi dan sampel, jenis dan
sumber data, metode pengumpulan data, serta metode analisis.

8 Daftar Pustaka
Adipratama, Randi. 2012. “Analisis Kinerja Keuangan Sebelum dan Sesudah Merger
Dan Akuisisi”. Skripsi, Sarjana Ekonomi, Fakultas Ekomoni, Universitas
Diponegoro, Semarang
Anan, Malesa. 2011. “Analisis Manajemen Laba Dan Kinerja Keuangan Perusahaan
Pengakuisisi Di Bursa Efek Indonesia”. Jurnal Murni Sadar, Vol. 1 No.2
Bayuristyawan, Tito. 2013. “Analisis Manajemen Laba Dan Kinerja Keuangan
Perusahaan Pengakuisisi Sebelum dan Sesudah Merger Dan Akuisisi Yang
Terdaftar Di Bursa Efek Indonesia Tahun 2010-2011”. Naskah Publikasi,
Fakultas Ekonomi Dan Bisnis, Universitas Muhammadiyah Surakarta
Budiharta, Velika Pratiwi. 2014. “Analisis Manajemen Laba Sebelum dan Sesudah
Merger Dan Akuisisi Pada Bidding Firm”. Program Studi Akuntansi, Fakultas
Ekonomi, Universitas Atma Jaya Yogyakarta
Fitriasari, Faranita. 2016. “Analisis Perbandingan Kinerja Keuangan Perusahaan
Sebelum Dan Sesudah Merger Dan Akuisisi Terhadap Manajemen
Entrenchmen”. Skripsi, Sarjana Ekonomi, Fakultas Ekonomi Dan Bisnis,
Universitas Muhammadiyah Sidoarjo
Sidauruk, Jestina. 2017. “Analisis Kinerja Keuangan Sebelum dan Sesudah Akusisi
Perusahaan Pengakuisisi Yang Terdaftar Di Bursa Efek Indonesia Periode
2011-2015”. Skripsi, Sarjana Ekonomi, Fakultas Ekonomi Dan Bisnis, Universitas
Lampung
Ummayah, Iffah. 2015. “Analisis Manajemen Laba Dan Kinerja Keuangan Sebelum
dan Sesudah Akuisisi Pada Perusahaan di BEI yang melakukan akuisisi tahun
2009-2012”. Skripsi, Sarjana Ekonomi, Fakultas Ekonomi, Universitas Negeri
Semarang
Wangi, Annisa Meta Cempaka. 2011. “Analisis Manajemen Laba Dan Kinerja
Keuangan Perusahaan Pengakuisisi Sebelum dan Sesudah Merger Dan Akuisisi
Yang Terdaftar Di Bursa Efek Indonesia Tahun 2008-2009”. Jurnal Manajemen,
Fakultas Ekonomi, Universitas Diponegoro, Semarang.

Anda mungkin juga menyukai