Anda di halaman 1dari 30

ANALISIS KINERJA KEUANGAN PERUSAHAAN SEBELUM DAN

SESUDAH MERGER DAN AKUISISI PADA PERUSAHAAN YANG


TERDAFDAR DI BEI (BURSA EFEK INDONESIA) PERIODE 2019 –
2020

Disusun Oleh :

FERDIANSYAH PRASTYO

20022000015

JURUSAN MANAJEMEN
FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS
UNIVERSITAS MERDEKA MALANG
2023

1
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Dalam perkembangan perekonomian yang telah memasuki era


globalisasi dan persaingan bebas ini. Setiap perusahaan dituntut dan
didorong untuk terus meningkatkan dan mengembangkan strateginya
agar dapat bertahan hidup, berkembang dan berdaya saing. Oleh
sebab itu perusahaan perlu melakukan strategi yang tepat untuk dapat
mempertahankan eksistensinya ditengah persaingan bebas saat ini.
Pemilihan strategi yang tepat akan menjadi sebuah kekuatan baru
bagi perusahaan dan membawa perusahaan lebih berkembang.
Dalam melakukan pemilihan strateginya perusahaan tidak hanya
melihat dampak yang akan diterima dalam jangka pendek, namun
juga dampak jangka panjang yang akan terjadi pada perusahaan.
Terdapat beberapa alternatif strategi dalam mengembangkan
perusahaan, baik strategi internal dan startegi eksternal. Strategi
internal dapat dilakukan dengan cara seperti menambah kapasitas
perusahaan, inovasi produk baru atau pengembangan produk yang
sudah ada. Sedangkan untuk strategi eksternal dapat dilakukan
dengan cara seperti membuka anak perusahaan baru atau
menggabungkan atau mengambil alih perusahaan yang sudah ada
seperti merger dan akuisisi. Menurut Hariyani, dkk (2011) alasan suatu
perusahaan tertarik untuk memilih strategi penggabungan usaha
melalui merger dan akuisisi karena strategi ini dianggap sebagai jalan
cepat untuk mencapai tujuan perusahaan dengan tidak memulai bisnis
dari awal sehingga diharapkan dapat meningkatkan kinerja keuangan
perusahaan.
Aktivitas merger dan akuisisi di Indonesia di atur dalam
Peraturan Pemerintah (PP) No. 57/2010 tentang penggabungan atau

2
peleburan badan usaha dan pengambil alihan saham yang bisa
menyebabkan terjadinya praktek monopoli dan persaingan usaha
tidak sehat. Peraturan tersebut dibawahi oleh Komisi Pengawas
Persaingan Usaha (KPPU) sebagai lembaga yang bertugas untuk
mengawasi pelaksanaan Undang – undang terkait dengan larangan
monopoli dan persaingan usaha yang tidak sehat. Komisi Pengawas
Persaingan Usaha (KPPU) mewajibkan setiap pimilik perusahaan
yang akan melakukan merger dan akuisisi untuk berkonsultasi
ataupun melapor terlebih dahulu. KPPU menegaskan bahwa mereka
tidak anti terhadap merger dan akuisisi, karena secara ekonomi
berdampak positif untuk tujuan efisiensi (Kaylani, 2010).
Menurut Foster (2018), alasan perusahaan lebih tertarik
memilih akuisisi dan merger sebagai strateginya daripada
pertumbuhan internal adalah karena akusisi dianggap jalan cepat
untuk mewujudkan tujuan perusahaan dimana perusahaan tidak perlu
memulai dari awal suatu bisnis baru. Perusahaan memilih strategi
merger dan akuisisi dengan harapan memperoleh sinergi dan nilai
perusahaan bertambah yang diperoleh dari kelebihan yang dimiliki
oleh masing – masing perusahaan. Salah satu sinergi yang
diharapkan adalah sinergi keuangan, dengan dilakukannya merger
dan akuisisi perusahaan menginginkan bertambahnya pendapatan,
beban operasional dapat di tanggung bersama, dan kemudahan
dalam pengambilan kredit (untuk mengembangkan usahanya). Kinerja
keuangan adalah salah satu alat untuk melihat apakah sebuah
perusahaan berhasil atau tidaknya dalam melakukan merger dan
akuisisi.
Kinerja keuangan menurut Kasmir (2019) rasio keuangan
merupakan kegiatan membandingkan angka-angka yang ada dalam
laporan keuangan dengan cara membagi satu angka dengan angka
lainnya. Kinerja keuangan perusahaan dapat diukur dengan rasio
keuangan seperti. Rasio likuiditas digunakan untuk mengukur

3
kemampuan perusahaan dalam melunasi hutang dan kewajiban
jangka pendeknya, rasio profitabilitas merupakan rasio yang di
gunakan untuk mengukur kemampuan perusahaan dalam menperoleh
keuntungan atau laba (profit) dalam suatu periode tertentu, rasio
solvabilitas digunakan untuk menilai kemampuan perusahaan dalam
melunasi semua kewajiban baik utang jangka pendek, maupun utang
jangka panjangnya, rasio aktivitas merupakan alat untuk mengukur
efektivitas perusahaan dalam menggunakan aktiva yang dimiliki, rasio
pasar adalah sekumpulan rasio yang menguhubungkan harga saham
dengan laba dan nilai buku per saham.
Perubahan – perubahan atau dampak yang terjadi pada
perusahaan dapat dilihat dari kondisi keuangan perusahaan. Jika
kondisi keuangan perusahaan setelah melakukan merger dan akuisisi
menjadi lebih baik, maka pengambilan keputusan merger dan akuisisi
adalah tepat. Namun apabila kondisi keuangan mengalamai hal yang
sebaliknya yaitu tidak menjadi lebih baik atau kinerja keuangan
menurun, maka pengambilan keputusan merger dan akuisisi dapat di
asumsikan kurang tepat.
Berdasarkan uraian di atas maka diperlukan kajian lebih lanjut
mengenai kinerja keuangan perusahaan sebelum dan sesudah
melakukan merger dan akuisisi. Karena ada beberapa alasan untuk
melakukan penelitian ini, diantaranya : Pertama merger dan akuisisi
saat ini masih gencar di lakukan di Indonesia terbukti ditahun 2014 –
2016 terjadi 171 merger dan akuisisi, dan meningkat di tahun 2017 –
2018 sebesar 284 merger dan akuisisi. Kedua hasil dari penelitian-
penelitian terdahulu mengenai analisis kinerja keuangan sebelum dan
sesudah merger dan akuisisi tidak selalu sejalan atau konsisten. Dari
pertimbangan-pertimbangan tersebut, maka peneliti bermaksud untuk
melakukan penelitian dengan judul skripsi: “ANALISIS KINERJA
KEUANGAN PERUSAHAAN SEBELUM DAN SESUDAH MERGER

4
DAN AKUISISI PADA PERUSAHAAN YANG TERDAFDAR DI BEI
(BURSA EFEK INDONESIA) PERIODE 2019 - 2020” .
B. Rumusan Masalah
Adapun rumusan masalah yang terdapat di penelitian ini, dapat
dirumuskan sebagai berikut :
1. Apakah terdapat perubahan rasio likuiditas diproksikan dengan
Current Ratio (CR) sebelum dan sesudah perusahaan
melakukan merger dan akuisisi?
2. Apakah terdapat perubahan rasio profitabilitas yang diproksikan
dengan Retur on Aset (ROA) sebelum dan sesudah perusahaan
melakukan merger dan akuisisi?
3. Apakah terdapat perubahan rasio solvabilitas yang diproksikan
dengan Dept to Aset Ratio (DAR) dan sebelum dan sesudah
perusahaan melakukan merger dan akuisisi?
4. Apakah terdapat perubahan rasio aktivitas yang diproksikan
dengan Total Aset Turnover (TATO) sebelum dan sesudah
perusahaan melakukan merger dan akuisisi?
5. Apakah terdapat perubahan rasio pasar yang diproksikan
dengan Earnings Per Share (EPS) sebelum dan sesudah
perusahaan melakukan merger dan akuisisi?

C. Tujuan Penelitian
Adapun tujuan dari penelitian ini dilakukan adalah sebagai
berikut :
1. Mengetahui apakah ada perubahan terhadap rasio likuiditas
yang diproksikan dengan Current Ratio (CR) sebelum dan
sesudah perusahaan melakukan merger dan akuisisi.
2. Mengetahui apakah ada perubahan terhadap rasio profitabilitas
yang diproksikan dengan Retur on Aset (ROA) sebelum dan
sesudah perusahaan melakukan merger dan akuisisi.

5
3. Mengetahui apakah ada perubahan terhadap rasio solvabilitas
yang diproksikan dengan Dept to Aset Ratio (DAR) dan Dept to
Equity Ratio (DER) sebelum dan sesudah perusahaan
melakukan merger dan akuisisi.
4. Mengetahui apakah ada perubahan terhadap rasio aktivitas
yang diproksikan dengan Total Aset Turnover (TATO) sebelum
dan sesudah perusahaan melakukan merger dan akuisisi.
5. Mengetahui apakah ada perubahan terhadap rasio pasar yang
diproksikan dengan Earnings Per Share (EPS) sebelum dan
sesudah perusahaan melakukan merger dan akuisisi.

D. Kegunaan Penelitian
Penelitian ini diharapkan dapat memberikan keguaan dan
memberikan manfaat antara lain sebagai berikut :
1. Hasil penelitian ini diharapkan sebagai suatu informasi yang
digunakan untuk menentukan pemilihan pelaksanaan strategi
merger dan akuisisi atau sebagai salah satu bahan
pertimbangan dalam menentukan kebijakan yang akan
digunakan ketika perlu atau akan melakukan merger dan
akuisisi.
2. Hasil penelitian ini diharapkan sebagai suatu informasi bagi
investor dan bahan pertimbangan untuk melakukan investasi di
dalam suatu perusahaan.
3. Hasil penelitian ini diharapkan dapat dijadikan referensi kepada
para akademisi dan menambah wawasan mengenai topik
merger dan akuisisi terutama dalam analisis perbedaan kinerja
keuangan perusahaan sebelum dan sesudah dilakukannya
merger dan akuisisi.

6
BAB II
LANDASAN TEORI

A. Landasan Teori
1. Teori Sinyal (Signalling Theory)
Teori sinyal (signalling theory) pertama kali diperkenalkan
oleh Spence (1973) mengemukakan bahwa signal atau isyarat
memberikan suatu sinyal dari pihak pengirim atau pemilik informasi
berusaha memberi potongan informasi yang relevan yang dapat
dimanfaatkan oleh pihak penerima. Kemudian pehak penerima
akan menyesuaikan prilakunya sesuai dengan pemahamannya
terhadap sinyal yang diterima. Pengukuran kinerja perusahaan
dapat dijelaskan melalui teori sinyal. Signalling theory
mengemukakan tentang bagaimana seharusnya perusahaan
memberikan sinyal kepada pengguna laporan keuangan. Sinyal ini
berupa informasi mengenai apa yang sudah dilakukan oleh
manajemen untuk merealisasikan keinginan pemilik atau investor.
Menurut Brigham dan Houston (2019) sinyal merupakan
suatu tindakan yang dilakukan oleh manajemen perusahaan yang
memberikan petunjuk untuk para infestor tentang bagaimana
manajemen memandang prospek perusahaan. Sinyal ini berupa
informasi yang penting bagi investor dan pelaku bisnis karena
informasi pada hakekatnya menyajikan keterangan, catatan,
gambaran baik masa lalu, saat ini, maupun masa yang akan
datang.

2. Merger dan Akuisisi


a. Pengertian Merger dan Aukisisi
Merger berasal dari bahasa latin “mergerer” yang bearti
bergabung Menurut Moin (2010:6), merger adalah
penggabungan dua atau lebih perusahaan yang kemudian

7
hanya ada satu perusahaan yang tetap hidup sebagai badan
hukum dan yang lainya akan menghentikan kegiatannya atau
bubar. Merger merupakan salah satu strategi bisnis yang
dilakukan perusahaan dengan cara bergabung atau
penyerapan oleh satu perusahaan terhadap perusahaan lain.
Saat perusahaan melakukan merger maka hanya akan ada
satu perusahaan yang berdiri. Perusahaan yang tetap berdiri
kabanyakan adalah perusahaan yang memiliki ukuran bisnis
yang lebih besar, yang dipertahankan hidup dan tetap
mempertahankan nama dan status hukumnya.
Akuisisi berasal dari “aquisition” akuisisi merupakan salah
satu strategi bisnis yang dilakukan oleh perusahaan dengan
mengambil alih kepemilikan atau pengendalian atas saham
atau aset perusahaan lain. Berbeda dengan merger yang
hanya mempertahankan satu nama dan status hukum dari dua
atau lebih perusahaan yang bergabung, dalam akuisisi
perusahaan pengambilalih dan perusahaan yang diambil alih
tetap berdiri sebagai badan hukum yang terpisah. Menurut
Moin (2010:8) akusisi adalah pengambilalihan kepemilikan atau
pengendalian atas saham atau aset suatu perusahaan oleh
perusahaan lain, dan dalam peristiwa ini baik perusahaan
pengambil alih atau yang diambil alih tetap eksis sebagai
badan hukum yang terpisah.
b. Jenis – jenis Merger dan Akuisisi
Menurut Musthafa (2017:188) merger dan akuisisi
dikelompokkan menjadi empat kelompok, yaitu:
1) Merger Horisontal (Horizontal Merger)
Merger horisontal, terjadi apabila perusahaan
menggabungkan diri dengan perusahaan lain dalam jenis
bisnis yang sama. Dengan kata lain perusahaan yang
menggabung menghasilkan output yang sama.

8
2) Merger Vertikal (Vertical Merger)
Merger vertikal (vertical merger), terjadi ketika
penggabungan perusahaan yang memiliki keterkaitan antar
input - output maupun pemasaran dengan tujuan
mengintegrasikan usahanya terhadap pemasok dan atau
pengguna produk dalam rangka stabilisasi pasokan dan
pengguna.
3) Merger konglomerat (conglomerate merger), yaitu
penggabungan dua atau lebih perusahaan dari industri yang
berbeda, yang tidak ada kaitannya antara satu perusahaan
dengan perusahaan lain. Sehingga model ini bertujuan
mendiversifikasi atau menganekaragamkan dibidang
bisnisnya untuk mengurangi risiko.
4) Congeneric merger, yaitu penggabungan perusahaan-
perusahaan yang sejenis atau dalam industri yang sama,
akan tetapi tidak memproduksi produk yang sama, maupun
tidak ada keterkaitan supplier, tetapi saling membutuhkan
antara perusahaan yang satu dengan perusahaan yang lain.
c. Motif Merger dan Akuisisi
Terdapat dua motif utama perusahaan dalam melakukan
merger dan akuisisi. Pertama untuk meningkatkan keuntungan
pemegang saham, kedua adalah keuntungan manajerial
dimana manajer mungkin memiliki motif lain selain untuk
memaksimalkan nilai perusahaan menurut Tarigan dkk (2018:
99), faktor yang mengakibatkan keuntungan pemegang saham,
yaitu :
1) Pertumbuhan : Kebanyakan perusahaan lebih memilih untuk
bertumbuh dengan cara eksternal sepertii merger dan
akuisisi. Strategi ini dilakukan untuk mendapatkan akses ke
lini produk baru, segmen pelanggan, atau geografi. Dengan

9
melakukan merger dan akuisisi perusahaan tidak perlu
memulai lagi dari awal dalam melakukan ekspansi.
2) Sinergi : Menggabungkan dua perusahaan atau lebih dapat
menambah nilai yang lebih besar daripada masing – masing
perusahaan berdiri sendiri. Terdapat dua jenis sinergi,
pertama sinergi operasi yang terdiri dari skala ekonomi
dimana semakin tinggi produksi yang dilakukan semakin
rendah biaya marjinal yang dikeluarkan, kedua sinergi
keuangan yang dicapai dari penghematan biaya modal yang
dikeluarkan.
3) Diversifikasi : Meminimalkan risiko kebangkrutan yang dapat
dialami perusahaan melaui investasi dalam industri yang
berbeda dan tidak berhubungan. Karena jika salah satu
sektor bisnis berada di titik terendah perusahaan masih
dapat mempertahankan kinerja yang baik.
4) Integrasi Horizontal : Memungkinkan perusahaan untuk
memiliki pangsa pasar yang lebih besar dan memberikan
pelayanan yang lebih baik kepada pelanggan dalam suatu
industri.
5) Integrasi Vertikal : Meminimalkan faktor ketergantungan
perusahaan terhadap pemasok atau distributor, maka
sistem pengurangan biaya dapat di terapkan, seperti sistem
JIT, dan untuk mendapatkan keuntungan dari biaya transfer
internal, yang akan menghasilkan biaya yang lebih rendah
dan memperoleh pasokan bahan baku yang stabil dan
konsisten.
6) Peningkatan Manajemen : difusi pengetahuan atau
penggabungan informasi dari dua atau lebih perusahaan
yang bergabung dapat meningkatkan kinerja manajemen,
menghasilkan produk dan inovasi baru.
d. Tujuan melakukan Merger dan Akuisisi

10
Menurut Musthafa (2017: 189) tujuan utama perusahaan
melakukan merger dan akuisisi adalah untuk meningkatkan
nilai kombinasi perusahaan, yang akan memunculkan sinergi.
Tujuan lain yang mendorong perusahaan melakukan merger
dan akuisisi, yaitu :
1) Economies of scale adalah skala operasi dengan biaya rata
– rata terendah. Dengan merger terjadi penghematan biaya
yang dikeluarkan terhadap fasilitas opersai, seperti
pengadaan bahan, proses produksi, pemasaran, keuangan,
personalia, dan juga bidang administrasi, sehingga diperoleh
sinergi dari penggunaan sumber daya yang ada.
2) Memperbaiki manajemen, perusahaan dapat
mempertahankan keryawan hanya pada tinggkat yang benar
– benar diperlukan, serta efisiensi dan produktivitas
karyawan, disamping memperoleh manajer yang profesional,
sehingga kemakmuran pemegang saham dapat di
tinggkatkan.
3) Penghematan pajak, yaitu dengan penggabungan
perusahaan lain yang memperoleh laba agar pajak yang
dibayarkan oleh perusahaan yang profitable dapat lebih
kecil.
4) Divesifikasi usaha, yaitu dengan penggabungan perusahaan
yang berbeda usaha, untuk memiliki bermacam – macam
jenis usaha yang lebih besar tampa harus melakukan dari
awal. Dengan diversifikasi, risiko yang dihadapi akan lebih
kecil atas suatu saham akan dapat dikompensasi oleh
saham yang lain.
e. Kelebihan dan Keurangan Merger dan Akuisisi
Merger dan akuisisi memiliki kelebihan dan kekurangannya
masing – masing menurut Harianto dan Sudomo (2001: 641-
644) kelebihan dan kekurangan merger dan akuisisi, yaitu :

11
1) Kelebihan dan Kekurangan Merger
a) Kelebihan Merger
Pengambilalihan melalui merger lebih sederhana dan
lebih murah dibanding pengambilalihan yang lain
b) Kekurangan Merger
Dibandingkan akuisisi merger memiliki beberapa
kekurangan, yaitu harus ada persetujuan dari para
pemegang saham masing-masing
perusahaan,sedangkan untuk mendapatkan persetujuan
tersebut diperlukan waktu yang lama.
2) Kelebihan dan Kekurangan Akuisisi
a) Kelebihan Akuisisi
(1) Akuisisi Saham tidak memerlukan rapat pemegang
saham dan suara pemegang saham sehingga jika
pemegang saham tidak menyukai tawaran Bidding
firm, mereka dapat menahan sahamnya dan tidak
menjual kepada pihak Bidding firm.
(2) Dalam Akusisi Saham, perusahaan yang membeli
dapat berurusan langsung dengan pemegang saham
perusahaan yang dibeli dengan melakukan tender
offer sehingga tidak diperlukan persetujuan
manajemen perusahaan.
(3) Karena tidak memerlukan persetujuan manajemen
dan komisaris perusahaan, akuisisi saham dapat
digunakan untuk pengambilalihan perusahaan yang
tidak bersahabat (hostile takeover).
(4) Akuisisi Aset memerlukan suara pemegang saham
tetapi tidak memerlukan mayoritas suara pemegang
saham seperti pada akuisisi saham sehingga tidak
ada halangan bagi pemegang saham minoritas jika
mereka tidak menyetujui akuisisi

12
b) Kekurangan Akuisisi
(1) Jika cukup banyak pemegang saham minoritas yang
tidak menyetujui pengambilalihan tersebut, maka
akuisisi akan batal. Pada umumnya anggaran dasar
perusahaan menentukan paling sedikit dua per tiga
(sekitar 67%) suara setuju pada akuisisi agar akuisisi
terjadi.
(2) Apabila perusahaan mengambil alih seluruh saham
yang dibeli maka terjadi merger.
(3) Pada dasarnya pembelian setiap aset dalam akuisisi
aset harus secara hukum dibalik nama sehingga
menimbulkan biaya legal yang tinggi.

3. Kinerja Keuangan
Kinerja keuanga menurut Fahmy (2012:2) adalah gambaran
dari pencapaian keberhasilan perusahaan dapat diartikan sebagai
hasil yang telah dicapai atas berbagai aktivitas yang telah
dilakukan. Dapat dijelaskan bahwa kinerja keuangan adalah suatu
analisis yang dilakukan untuk melihat sejauh mana suatu
perusahaan telah melaksanakan dengan menggunakan aturan –
aturan pelaksanaan keuangan secara baik dan benar. Kinerja
keuangan adalah prospek atau masa depan, pertumbuhan, dan
potensi perkembangan yang baik bagi perusahaan. Informasi
Kinerja keuangan sangatlah diperlukan dalam menilai perubahan
potensial sumber daya ekonomi untuk memprediksi kapasitas
produksi dari sumber daya yang tersedia (Barlian, 2003).
Secara umum kinerja keuangan merupakan suatu usaha
yang dilakukan setiap perusahaan dalam mengukur dan menilai
setiap keberhasilan yang dicapai dalam menghasilkan profit atau
laba, sehingga perusahaan dapat melihat pertumbuhan, prospek,
dan potensi perkembangan yang telah dicapai perusahaan. Untuk

13
mengetahui apakah kondisi keuangan perusahaan dalam
keadaan kuat atau berada dalam keadaan lemah, dapat dilihat
melaui analisi rasio – rasio keuangan seperti : rasio liquiditas,
rasio profitabilitas, rasio sovabilitas, rasio aktivitas, dan rasio
pasar.

4. Rasio Liquditas
Rasio Liquditas menurut Munawir (2007) merupakan rasio
yang menunjukkan kemampuan perusahaan dalam memenuhi
kewajiban keuangan yang harus segera dipenuhi atau kemampuan
perusahaan dalam memenuhi kewajiban keuangan pada saat
ditagih. Sedangkan menurut Kasmir (2014) rasio liquditas
merupakan rasio yang menggambarkan kemampuan perusahaan
dalam memenuhi kewajiban (utang) jangka pendeknya. Rasio
yang digunakan dalam penelitian ini adalah Current Ratio (CR).
Kasmir (2018) Current Ratio (CR) merupakan rasio untuk
mengukur kemampuan perusahaan dalam membayar kewajiban
jangka pendek atau utang yang segera jatuh tempo pada saat
ditagih secara keseluruhan. Dengan kata lain seberapa banyak
aktiva lancar yang tersedia untuk mentutupi kewajiban jangka
pendek yang segera jatuh tempo. Current Ratio merupakan salah
satu rasio yang paling umum digunakan untuk mengukur liquditas
atau kemampuan perusahaan dalam memenuhi kewajiban jangka
pendeknya tampa mengalami kesulitan. Semakin besar rasio
lancarnya, menunjukkan semakin besar kemampuan perusahaan
dalam memnuhi kewajiban jangka pendeknya. Current Ratio (CR)
diukur melalui rumus berikut (Brigham, 2009) :
Aktiva Lancar
Current Ratio (CR) =
Utang Lancar
5. Rasio Profitabilitas

14
Rasio profitabilitas merupakan rasio yang digunakan untuk
mengukur kemampuan perusahaan dalam menghasilkan laba dari
aktivitas normal bisnisnya (Hery, 2018). Sementara itu menurut
Fahmi (2018) rasio profitabilitas adalah rasio yang mengukur
efektivitas manajemen secara menyeluruh yang ditunjukkan oleh
besar kecilnya tingkat keuntungan yang diperoleh dalam
hubungannya dengan penjualan dan investasi. Rasio profitabilitas
yang digunakan di dalam penelitian ini adalah Retur on Aset (ROA)
Retur on Aset (ROA) menurut Hery (2018) Retur on Aset
merupakan Hasil pengembalian atas aset merupakan rasio yang
menunjukkan seberapa besar kontribusi aset dalam menciptakan
laba bersih. Dengan kata lain, rasio ini digunakan untuk mengukur
seberapa besar jumlah laba bersih yang akan dihasilkan dari setiap
rupiah dana yang tertanam dalam total aset. Rasio ini dihitung
dengan membagi laba bersih terhadap total aset. Semakin tinggi
hasil pengembalian atas aset berarti semakin tinggi pula jumlah
laba bersih yang dihasilkan dari setiap rupiah dana yang tertanam
dalam total aset. Sebaliknya, semakin rendah hasil pengembalian
atas aset berarti semakin rendah pula jumlah laba bersih yang
dihasilkan dari setiap rupiah dana yang tertanam dalam total aset.
Berikut ini adalah rumus yang dapat digunakan untuk
menghitung hasil pengembalian atas aset.
Laba Bersih
Retur on Aset =
Total Aktiva
6. Rasio Solvabilitas
Rasio Solvabilitas dalam arti luas dikatakan bahwa rasio
solvabilitas digunkanakan untuk mengukur kemampuan
perusahaan dalam membayar seluruh kewajibannya baik jangka
pendek maupun jangka panjang apabila perusahaan dibubarkan.
Menurut pendapat Kasmir (2016) Rasio solvabilitas atau laverage
ratio merupakan rasio yang digunakan untuk mengukur sejauh

15
mana aktiva perusahaan dibiayai dengan utang. Artinya berapa
besar beban utang yang ditanggung perusahaan dibandingkan
dengan aktivanya. Rasio yang digunakan dalam penelitian ini
adalah Debt to Asset Ratio (DAR).
Debt to Asset Ratio (DAR) merupakan Menurut rasio yang
melihat perbandingan utang perusahaan dengan cara mengukur
perbandingan antara total utang dengan total aktiva. Seberapa
besar aktiva perusahaan dibiayai oleh utang atau seberapa besar
utang perusahaan berpengaruh terhadap pengelolaan aktiva
(Kasmir, 2013). Menurut Hery (2016) Debt to Assets Ratio (DAR)
digunakan untuk mengukur seberapa besar asset perusahaan
dibiayai oleh utang atau seberapa besar utang perusahaan
berpengaruh terhadap pembiayaan asset.
Menurut Hery (2016) dan Kasmir (2013) Debt to Assets
Ratio (DAR) dapat dihitung dengan rumus, yaitu :
Total Hutang
Debt to Assets Ratio (DAR) =
Total Aktiva
7. Rasio Aktivitas
Rasio Aktivitas adalah rasio yang digunakan untuk menilai
kemampuan perusahaan dalam melaksanakan aktivitas sehari-hari
atau kemampuan perusahaan dalam penjualan, penagihan piutang
maupun pemanfaatan aktiva yang dimiliki (Munawir, 2002).
Sedangkan menurut kasmir (2014) rasio aktivitas merupakan rasio
yang digunakan untuk mengukur efektivitas perusahaan dalam
aktiva yang dimilikinya. Dalam penelitian ini rasio yang digunakan
adalah Total Aset Turnover (TATO)
Total Aset Turnover (TATO) digunakan untuk mengukur
berapa banyak perputaran aktiva perusahaan dalam periode
tertentu dan berapa jumlah penjualan yang mampu dihasilkan oleh
setiap perputaran total aktiva (Kasmir, 2014). Semakin tinggi angka
yang dihasilkan dari rasio ini menunjukkan bahwa perputaran total

16
aktiva lancar semakin tinggi yang menunjukkan efektivitas
perusahaan dalam memanfaatkan sumber daya yang dimiliki
sehingga menghasilkan keuntungan bagi perusahaan. Total Aset
Turnover (TATO) dapat dihitung dengan menggunakan rumus
adalah (Sartono, 2010) :

Penjualan
Total Aset Turnover (TATO) =
Total Aset
8. Rasio Pasar
Rasio pasar adalah sekumpulan rasio yang menghubungkan
harga saham perusahaan dengan laba, arus kas, dan nilai buku
per sahamnya. Rasio memberikan indikasi bagi manajemen
tentang bagaimana pandangan investor terhadap risiko dan
prospek perusahaan di masa depan. Jika rasio likuiditas,
manajemen aset, manajemen utang, dan profitabilitas semuanya
terlihat baik dan jika kondisi ini berjalan terus menerus secara
stabil maka rasio nilai pasar juga akan tinggi, harga saham
kemudian tinggi sesuai dengan yang diperkirakan (Fahmi, 2012).
Rasio yang digunakan dalam penelitian ini adalah Earnings Per
Share (EPS).
Earnings Per Share (EPS) merupakan rasio yang digunakan
untuk mengukur keberhasilan manajemen dalam mendapatkan
keuntungan bagi para pemengang saham atau investor. Menurut
Fahmi (2012) Earnings Per Share adalah bentuk pemberian
keuntungan yang diberikan kepada para pemegang saham dari
setiap lembar saham yang dimiliki. Rasio ini dihitung dengan cara
pendapatan seetelah pajak dibagi daham yang beredar atau dapat
dirumuskan sebagai beriku :
Total Laba
Earnings Per Share (EPS) =
Total Jumlah saham

17
B. Penelitian Terdahulu
Agar penelitian ini dapat menjadi lebih terfokus pada masalah
penelitian dan dapat menghasilkan kebaruan penelitian, maka peneliti
perlu melakukan studi terhadap penelitian – penelitian terdahulu yang
sejenis dengan tema penelitian yang dilakukan. Berdasarkan hal
tersebut, peneliti melakukan studi literatur terhadap hasil penelitian
terdahulu dan hasinya dijabarkan sebagai berikut :
Penelitian tentang analisa perbandingan kinerja keuangan
sebelum dan sesudah merger namun belum hasil dari penelitian tidak
selalu sejalan atau konsisten, diantaranya dilakukan oleh Julius
Pandiangan (2022) dengan hasil penelitian yang diperoleh tidak
terdapat perbedaan yang signifikan pada kinerja keuangan yang
dianalisa menggunakan Current Ratio (CR), Retur on Equity (ROE),
Dept to Equity Ratio (DER), Earning Per Share (EPS), dan Total Aset
Turnover (TATO) sebelum dan sesudah marger dan akuisisi.
Sedangkan penelitian yang dilakukan oleh Nurul Anisa (2022) hasil
dari penelitian yang menggunakan paired sample T test dan wilcoxon
signed rank test ini, menunjukkan bahwa tidak ada perbedaan yang
signifikan pada kinerja keuagan yang di amati menggunakan Current
Ratio (CR), Retur on Aset (ROA), Retur on Equity (ROE), Dept Equity
(DR), dan Dept to Equity Ratio (DER) sebelum dan sesudah
perusahaan melakukan merger dan akuisisi.
Ninda Deviana (2019) memperoleh hasil kinerja keuangan
sebelum dan sesudah merger dan akuisisi yang diukur dengan CR,
ROA, EPS, TATO Detp Ratio menunjukkan tidak perubahan yang
signifikan pada CR, ROA & EPS sebelum maupun sesudah merger
dan akuisisi. Namun pada TATO & Detp Ratio menunjukkan adanya
perbedaan yang signifikan setelah perusahaan melakukan merger dan
akuisisi. Kemudian penelitian yang dilakukan oleh Ani, Susilo & Meliza
(2022) menemukan bahwa hasil kinerja keuangan setalah merger dan

18
akuisisi yang diukur dengan CR, DER, ROA, & TATO mendapatkan
hasil bahwa tidak ada perbedaan yang signifikan yang terjadi setelah
perusahaan melakukan merger dan akuisisi.
Sedangkan penelitian yang dilakukan oleh Tri, Yenni & Lukman
(2021) menemukan bahwa hasil dari CR, QR, NPM, ROE,ROA, & DR
sebelum dan sesudah merger dan akuisisi menunjukkan Current
Ratio, Quick Ratio, Net Profit Margin, dan Dept Ratio tidak mengalami
perbedaan yang signifikan sebelum dan sesudah perusahaan
melakukan merger dan akuisisi. Sedangkan Retur on Aset (ROA) dam
Retur on Equity (ROE) menunjukkan perbedaan yang signifikan
sebelum dan sesudah merger dan akuisisi. Dalam penelitian yang
dilakukan oleh Ibrahim & Dewi (2022) memperoleh hasil kinerja
perusahaan yang di ukur menggunakan rasio keuangan : Current
Rasio (CR), Dept to Aset Ratio (DAR), Dept to Equity Ratio (DER),
Net Profit Margin (NPM), Retur on Aset (ROA), dan Retur on Equity
(ROE) menunjukkan bahwa pengujian secara parsial pada Current
Rasio (CR) mengalami perubahan secara signifikan dalam
perbandingan sebelum dan sesudah perusahaan melakukan merger
dan akuisisi. Sedangkan untuk kelima rasio lainya Dept to Aset Ratio
(DAR), Dept to Equity Ratio (DER), Net Profit Margin (NPM), Retur on
Aset (ROA), dan Retur on Equity (ROE) menunjukkan tidak ada
perubahan yang signifikan setelah dan sebelum merger dan akuisisi.
Kemudian dalam penelitian Sihabudin, Robby & Elva (2023)
mendapatkan hasil pengujian kinerja keuangan melalui CR, QR, NPM,
ROE, ROA, dan Dept Ratio sebelum dan sesudah merger dan akuisisi
secara parsial menggunakan Sample Paired T Test memperoleh hasil
bahwa Current Rasio, Quick Ratio, Net Profit Margin, dan Dept Ratio
tidak mengalami perbedaan yang signifikan sebelum dan sesudah
merger dan akuisisi. Namun Retur on Aset, dan Retur on Equity
menunjukkan perbedaan yang signifikan sebelum dan sesudah
merger dan akuisisi.

19
20
Tabel 1.1 Penelitian Terdahulu

No Tahu Teknik
Judul Variabel Hasil Penelitian
. n Analisis
1 2022 ANALISIS KINERJA Current Deskriptif, Uji Hasil penelitian
KEUANGAN Ratio, Normalitas, menunjukkan tidak
SEBELUM DAN Retur on Wilcoxon ada perbedaan
SESUDAH MERGER Equity, Signed Rank signifikan pada
DAN AKUISISI Dept to Test variabel rasio
PERUSAHAAN YANG Equity Current Ratio (CR),
TERDAFTAR DI Ratio, Retur on Equity
BURSA EFEK Earning (ROE), Dept to
Indonesia (BEI) Per Share, Equity Ratio (DER),
Total Aset Earning Per Share
Turnover (EPS), Total Aset
Turnover (TATO)
setelah merger dan
akuisisi
2 2022 ANALISIS KINERJA Current Kuantitatif, Uji Hasil dari pengujian
KEUANGAN Ratio, Normalitas, Paired Sample T
SEBELUM DAN Return On Paired Test dan Wilcoxon
SESUDAH AKUISISI Aset, Sample T Signed Rank Test
DAN MERGER PADA Return On Test, menunjukkan tidak
PERUSAHAAN YANG Equity, Wilcoxon ada perbedaan yang
TERDAFTAR DI BEI Dept Signed Rank signifikan untuk
(BURSA EFEK Equity, Test Current Ratio,
INDONESIA) Dept to Return On Aset,
PERIODE 2010 – Equity Return On Equity,
2020 Ratio Dept Equity, Dept to
Equity Rasio setelah
merger dan akuisisi
3 2019 ANALISIS Current Deskriptif, Uji Hasil Paired Sample
PERBEDAAN Ratio, Normalitas, T Test menunjukkan
KINERJA KEUANGAN Return On Paired tidak ada perbedaan
PERUSAHAAN Assets, Sample T signifikan pada
SEBELUM DAN Earning per Test, Current Ratio,
SESUDAH MERGER Share, Wilcoxon Return On Assets,
DAN AKUISISI (Studi Total Signed Rank Earning per Share
Empiris Pada Assets Test pada Total Assets
Perusahaan Yang Turnover, Turnover
Terdaftar di BEI Yang Debt Ratio menunjukkan
Melakukan Merger perbedaan yang
dan Akuisisi Pada signifikan kemudian
Tahun 2016) pada Debt Ratio
menunjukkan
perbedadaan yang
signifikan di tahun ke
2
4 2022 ANALISIS Current Kuantitatif, Uji Hasil pengujian
PERBANDINGAN Ratio,Dept Normalitas, Paired Sample T

21
No Tahu Teknik
Judul Variabel Hasil Penelitian
. n Analisis
KINERJA KEUANGAN to Equity Paired Test menunjukkan
PERUSAHAAN Ratio, Sample T Test bahawa bahwa tidak
SEBELUM DAN Return On terdapat perbedaan
SESUDAH MARGER Aset,Total signifikan pada
DAN AKUISISI (Studi Assets Current Ratio, Debt
Pada Perusahaan Turnover to Equity Ratio,
Yang Terdaftar Di Return On Assets,
Bursa Efek Indonesia dan Total Asset
Periode 2017- 2021) Turnover setelah
perusahaan
melakukan merger
dan akusisi
5 2021 Analisis Kinerja Current deskriptif Hasil pengujian
Keuangan Ratio, kuantitatif, Uji menggunakan
Perusahaan Sebelum Quick Normalitas, a Sample Paired T
Dan Sesudah Merger Ratio, Net Sample Test menyatakan
Dan Akuisisi Pada Profit Paired T Test Current Ratio, Quick
Perusahaan Go Publik Margin, Ratio, Net Profit
Di Indonesia dan Dept Margin dan Debt
Rasio, Ratio tidak
Retur on mengalami
Aset, Retur perbedaan yang
on Equity signifikan setelah
merger dan akuisisi.
Sedangkan Return
On Asset dan Return
On Equity
menunjukkan
perbedaan yang
signifikan setelah
merger dan akuisisi.
6 2022 Analisis Perbedaan Current Kuantitatif,Uji Hasil dari penelitian
Kinerja Keuangan Ratio, Debt Indenpenden menunjukkan bahwa
Perusahaan Sebelum to Asset Sample T current ratio
dan Rasio, Debt Test, Paired menunjukan
Sesudah Merger to Equity Sampel T test perbedaan yang
Perusahaan yang Ratio, Net signifikan sebelum
Terdaftar di Bursa Profi t dan sesudah
Efek Indonesia Margin, merger. 5 rasio
Return On keuangan, yaitu
Assets, DAR, DER,NPM,
Return On ROA, dan ROE tidak
Equity menunjukkan ada
perbedaan dalam 3
tahun sebelum dan 3
tahun sudah merger
dan akuisisi

22
No Tahu Teknik
Judul Variabel Hasil Penelitian
. n Analisis
7 2023 ANALISIS net profit deskriptif dan Hasil penelitian
PERBANADINGAN margin, komparatif, uji menunjukkan hasil
KINERJA KEUANGAN curret ratio, normalitas, Return On Assets
SEBELUM DAN return on Paired terdapat perbedaan
SESUDAH MERGER asset, Sampel T test, yang signifikan
ATAU AKUISISI return on Wilxocon sesudah melakukan
PADA PERUSAHAAN euqity, Signed Rank merger atau akuisisi,
YANG earning per Test untuk Net Profit
TERDAFTAR DI BEI share, total Margin, Current
(Studi Empiris Pada asset Ratio, Return On
Perusahaan yang turnover, Equity, Earning
Melakukan Merger debt to PerShare, Total
atau Akuisisi asset rasio, Assets TurnOver,
Tahun 2017-2018) debt to Debt to Asset Ratio,
equity dan Debt to Equity
rasio Ratio (DER) tidak
terdapat perbedaan
yang signifikan
sesudah melakukan
merger atau akuisisi.

C. Kerangka Pemikiran
Kerangka pemikiran merupakan model konseptual yang
menjelaskan hubungan teori dengan faktor - faktor yang telah
diidentifikasi sebagai masalah yang penting dan merupakan tulang
punggung seluruh penelitian. Dalam penelitian ini kinerja keuangan
perusahaan yang melakukan merger dan akuisisi akan diukur oleh
rasio liquditas yang di proksikan dengan Current Ratio (CR), rasio
profitabilitas yang di proksikan dengan Retur on Aset (ROA), rasio
solvabilitas yang di proksikan dengan Dept to Aset Ratio (DAR), rasio
aktivitas yang di proksikan dengan Total Aset Turnover (TATO), rasio
pasar yang di proksikan dengan Earnings Per Share (EPS). Untuk
melihat apakah ada perbedaan kinerja keuangan sebelum dan
sesudah perusahaan melakukan merger dan akuisisi, maka model
penelitian dari penelitian ini dapat digambarkan sebagai berikut :

23
Gambar 2.1 Kerangka Pemikiran

Rasio Keuangan : Kinerja keuangan


sebelum Merger dan Kinerje keuangan
Current Ratio Akuisisi berbeda secara
Retur on Aset signifikan
Dept to Aset Ratio
Uji Beda
Total Aset Turnover
Earnings Per Share
Kinerje keuangan tidak
Kinerja keuangan berbeda secara
sesudah Merger dan signifikan
Akuisisi

D. Hipotesis Penelitian

Hipotesis dapat dikatakan sebagai prediksi sementara tentang


jawaban atas masalah yang telah dirumuskan yang dibuat dalam
bentuk pertanyaan (Funashor & Yuniati, 2014). Jawaban sementara
sebelum dilakukan pengujian dalam penelitian ini secagai berikut :
H1 : Terdapat perbedaan kinerja keuangan pada rasio likuditas yang
di proksikan dengan Current Ratio (CR) sebelum dan sesudah
merger dan akuisisi.
H2 : Terdapat perbedaan kinerja keuangan pada rasio profitabilitas
yang di proksikan dengan Retur on Aset (ROA) sebelum dan
sesudah merger dan akuisisi.
H3 : Terdapat perbedaan kinerja keuangan pada rasio solvabilitas
yang di proksikan dengan Dept to Aset Ratio (DAR) sebelum dan
sesudah merger dan akuisisi.
H4 : Terdapat perbedaan kinerja keuangan pada rasio aktivitas yang
di proksikan dengan Total Aset Turnover (TATO) sebelum dan
sesudah merger dan akuisisi.

24
H5 : Terdapat perbedaan kinerja keuangan pada rasio pasar yang di
proksikan dengan Earnings Per Share (EPS) sebelum dan
sesudah merger dan akuisisi.

BAB III
METODE PENELITIAN

A. Desain Penelitian

Penelitian yang dilakukan oleh peneliti adalah penelitian


menggunakan pendekatan kuantitatif. Penelitian kuantitatif
didefinisikan sebagai sistem yang memanfaatkan statistik sebagai
bahan analisis dan data berbentuk angka (Sugiyono, 2012).

Gambar 3.1 Desain penelitian


Sumber : (Sugiyono, 2016)

B. Operasional Variabel

Menurut Tritjahjo (2019), variabel penelitian merupakan objek


yang menempel pada diri subjek berupa suatu data yang dikumpulkan
dan menggambarkan suatu kondisi atau nilai masing-masing subjek
penelitian. Selanjutnya Arikunto (2014) menjelaskan bahwa variabel
penelitian merupakan segala sesuatu yang dilaksanakan oleh peneliti

25
untuk dipelajari sehingga diperoleh informasi yang kemudian ditarik
kesimpulannya. Variabel penelitian merupakan suatu objek yang
berupa data yang dikumpulkan melaui subjek penelitian yang telah
ditentukan oleh peneliti untuk dipelajari sehinga diperoleh informasi
yang dapat ditarik kesimpulannya. Variabel dalam penelitian ini yakni
variabel bebas (Independend) dan variabel terikat (Dependend)
Variabel bebas (Independend) dapat diartiakan sebagai suatu
kondisi atau nilai yang muncul yang dapat mengubah kondisi atau nilai
yang lain Tritjahjo (2019). Dalam penelitian ini variabel bebas (X)
adalah merger dan akuisisi. Variabel terikat (Dependend) merupakan
suatu kondisi atau nilai yang muncul sebagai akibat adanya variabel
bebas Tritjahjo (2019). Pada penelitian ini yang merupakan variabel
terikat (Y) adalah kinerja keuangan dengan lima indikator yaitu rasio
liquiditas, rasio profitabilitas, rasio sovabilitas, rasio aktivitas, dan rasio
pasar.

C. Lingkup Penelitian

Penelitian ini dilakukan untuk mengetahui perbedaan kinerja


keuangan perusahaan yang melakukan merger dan akuisisi pada
perusahaan yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia (BEI) pada tahun
2019 - 2020. Penelitian ini menganalisis secara empiris tentang
pengukuran kinerja keuangan 2 tahun sebelum merger dan akuisisi
dan 2 tahun setelah merger dan akuisisi.

D. Populasi dan Teknik Penarikan Sampel

Populasi merupakan keseluruhan, totalitas atau generalisasi


dari satuan, individu,objek atau subjek yang mempunyai kuantitas dan
karakteristik tertentu yang akan di teliti, yang dapat berupa orang,
benda, instansi, dan lain – lain yang didalamnya dapat di peroleh atau
dapat memberikan informasi atau data penelitian yang kemudian
dapat ditarik kesimpulan.

26
Sampel adalah wakil atau sebagian dari populasi yang
memiliki sifat dan karakteristik yang sama bersifat representatif dan
menggambarkan populasi sehingga dianggap dapat mewakili semua
populasi yang diteliti. Sampel dipilih karena kebanyakan populasi
jumlahnya besar, dan peneliti tidak mungkin meneliti semua yang ada
pada populasi karena keterbatasan dana, tenaga dan waktu, sehingga
peneliti dapat menggunakan sampel untuk meneliti populasi tersebut
(Sugiyono, 2008). Penelitian ini menggunakan seluruh perusahaan
yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia (BEI) yang telah melakukan
merger dan akuisisi, dan perusahaan tersebut telah mengumumkan
aktivitasnya pada periode 2019 – 2020.
Teknik pemilihan sampel yang digunakan dalam pemilihan ini
adalah metode purposive sampling. Metode purposive sampling
merupakan metode penetuan sampel secara tidak acak dengan
adanya pertimbangan tertentu (Sugiyono, 2008). Berikut kriteria yang
digunkan oleh peneliti dalam memnentukan sampel penelitian :
1. Perusahaan publik yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia (BEI)
dan melakukan merger dan akuisisi antara tahun 2019 – 2020.
2. Perusahaan menerbitkan tanggal merger dan akuisisi yang jelas.
3. Menerbitkan laporan keuangan secara lengkap selama 2 tahun
sebelum melakukan merger dan akuisisi dan 2 tahun sesudah
melakukan merger dan akuisisi.

E. Sumber Data dan Jenis Data

Jenis data yang digunakan dalam penelitian ini berupa data


sekunder dari laporan keuangan perusahaan publik yang terdaftar di
Bursa Efek Indonesia (BEI). Periode pengamatan tahun 2017 – 2022
pada perusahaan yang telah mempublikasikan laporan keuangannya
yang memunyai aktivitas merger dan akuisisi yang dilakukan pada
tahun 2019 – 2020. Tanggal merger dan akuisisi dapat diketahui
secara jelas dan sahamnya diperdagangkan secara aktif.

27
F. Teknik Pengumpulan Data

Peneliti menggunakan metode dokumentasi untuk memperoleh


data yakni peneliti mencari daftar perusahaan yang melakukan merger
dan akuisisi pada tahun 2019 – 2020 yang tertera pada Bursa Efek
Indonesia dan Komisi Pengawas Persaingan Usaha. Kemudian
mengunduh laporan tahunan perusahaan yang memenuhi kriteria
sampel.

G. Teknik Analisis Data

Kuantitatif merupakan kategori penganalisisan data yang


dipakai oleh peneliti. Secara spesifik, peneliti memilih deskriptif
komparatif sebagai pemetodean dengan cara membandingkan pos-
pos akun pada laporan keuangan yang sama pada periode laporan
keuangan secara berturut-turut.
1. Statistik Deskriptif
Statistik deskriptif digunakan untuk memberikan gambaran
mengenai data yang digunakan yang ditinjau dari nilai rata - rata,
standar deviasi, nilai maksimum dan nilai minimum untuk periode
sebelum dan sesudah akuisisi. Dimana jika standar deviasi lebih
besar dari nilai rata - rata maka berarti data yang ada memiliki
variasi tinggi , begitu pula jika standar deviasi lebih kecil dari nilai
rata - rata maka berarti data yang ada memiliki variasi rendah. Nilai
maksimal menunjukkan nilai tertinggi pada data, sedangkan nilai
minimum menunjukkan nilai terendah pada data.
2. Uji Normalitas Data
Uji normalitas data dilakukan untuk mengetahui apakah
data berdistribusi normal atau tidak maka diperlukan uji normalitas.
Uji parametric (Paired Sample t-Test) akan digunakan jika hasil
menunjukkan sampel berdistibusi normal. Tetapi apabila sampel
berdistribusi tidak normal maka uji beda yang digunakan dalam
penelitian ini adalah uji non parametric (wilcoxon sign test). Uji

28
statistik Kolmogrov-smirnov dipilih karena lebih peka untuk
mendeteksi normalitas data dibandingkan dengan memakai grafik.
Untuk menentukan normal atau tidaknya data ditentukan apabila
sampel berdistribusi normal jika sig. > 0,05, sebaliknya jika
dikatakan tidak normal jika nilai sig. < 0,05.
3. Uji Hipotesis
Hipotesis adalah asumsi atau dugaan mengenai hal yang
dibuat untuk menjelaskan hal itu yang sering dituntut untuk
melakukan pengecekannya. Setiap hipotesis bisa benar atau tidak
benar dan karenanya perlu diadakan penelitian sebelum hipotesis
itu diterima atau ditolak. Langkah atau prosedur untuk menentukan
apakah menerima atau menolak hipotesis dinamakan pengujian
hipotesis. Pengujian yang digunakan adalah :
a. Paired Sample T-Test (Uji T Sampel Berpasangan)
Paired Sample T-Test digunakan untuk menguji ada atau
tidaknya perbedaan mean untuk dua sampel bebas
(independen) yang berpasangan dengan syarat berdistribusi
normal. Adapun yang dimaksud berpasangan adalah data pada
sampel kedua merupakan perubahan atau perbedaan dari data
sampel pertama atau dengan kata lain sebuah sampel dengan
subjek sama mengalami dua perlakuan.
1) Ha diterima jika nilai Asymp sig. residual data < α = 5%
(0,05) artinya terdapat perbedaan
2) Ha ditolak jika nilai Asymp Sig. residual data > α = 5% (0,05)
artinya tidak terdapat perbedaan.
b. Wilcoxon Signed Rank Test (Uji Peringkat Bertanda Wilcoxon’s)
Wilcoxon Signed Ranks Test adalah uji nonparametris
untuk mengukur signifikansi perbedaan 2 kelompok data
berpasangan berskala ordinal atau interval tetapi tidak
berdistribusi normal. Wilcoxon Signed Ranks Test digunakan
untuk mengevaluasi perlakuan tertentu pada dua pengamatan.

29
Selain itu berfungsi untuk membandingkan dua sampel dan
mencari signifikansi perbedaan antara 2 kelompok
berpasangan. Pengambilan keputusan uji ini adalah sebagai
berikut :
1) Ha diterima jika nilai Asymp Sig. residual data < α = 5%
(0,05) artinya terdapat perbedaan.
2) Ha ditolak jika nilai Asymp Sig. residual data > α = 5% (0,05)
artinya tidak terdapat perbedaan

30

Anda mungkin juga menyukai