KATA PENGANTAR
Dengan pertimbangan untuk melaksanakan ketentuan Pasal 107 Undang-Undang
Nomor 5 Tahun 2014 tentang Aparatur Sipil Negara, pemerintah memandang perlu
menetapkan Peraturan Pemerintah tentang Manajemen Pegawai Pemerintah dengan
Perjanjian Kerja (PPPK).
Buku ini berisi materi dan latihan soal pegawai pemerintah dengan perjanjian kerja
(PPPK) disertai dengan pembahasan soal pada latihannya. Semoga Buku ini dapat
bermanfaat dan dapat mengantarkan kelulusan pada seleksi PPPK. Amin
TENTANG PPPK
Menurut PP No. 49 Tahun 2018, setiap Warga Negara Indonesia mempunyai kesempatan yang
sama untuk melamar menjadi calon PPPK setelah memenuhi persyaratan. Sementara pengadaan
calon PPPK, menurut PP ini, dilaksanakan oleh Instansi Pemerintah melalui penilaian secara objektif
berdasarkan kompetensi, kualifikasi, kebutuhan Instansi Pemerintah, dan persyaratan lain yang
dibutuhkan dalam jabatan.
Sementara pengadaan PPPK untuk mengisi JF (Jabatan Fungsional) dapat dilakukan secara
nasional atau tingkat instansi, yang dilakukan oleh panitia seleksi dengan melibatkan unsur dari
kementerian yang menyelenggarakan urusan pemerintahan di bidang aparatur negara dan Badan
Kepegawaian Negara (BKN).
“Ketentuan lebih lanjut mengenai kebijakan pengadaan PPPK dan pembentukan panitia seleksi
nasional pengadaan PPPK diatur dalam Peraturan Menteri,” bunyi Pasal 13 PP ini.
Ditegaskan dalam PP ini, pengumuman lowongan pengadaan PPPK dilakukan secara terbuka kepada
masyarakat, paling singkat 15 (lima belas) hari kalender.
Persyaratan
Disebutkan dalam PP ini, setiap Warga Negara Indonesia mempunyai kesempatan yang sama
untuk melamar menjadi PPPK untuk Jabatan Fungsional (JF) dengan memenuhi persyaratan sebagai
berikut:
1. Usia paling rendah 20 tahun dan paling tinggi 1 (satu) tahun sebelum batas usia tertentu pada
jabatan yang akan dilamar sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan;
2. Tidak pernah dipidana penjara dengan pidana penjara berdasarkan putusan pengadilan yang
sudah mempunyai kekuatan hukum tetap karena melakukan tindak pidana dengan penjara 2
(dua) tahun atau lebih;
3. Tidak pernah diberhentikan dengan hormat tidak atas permintaan sendiri atau tidak dengan
hormat sebagai PNS, PPPK, prajurit TNI, anggota Polri, atau diberhentian dengan tidak hormat
sebagai pegawai swasta;
4. Tidak menjadi anggota atau pengurus partai politik atau terlibat politik praktis;
5. Memiliki kualifikasi pendidikan sesuai dengan persyaratan jabatan;
6. Memiliki kompetensi yang dibuktikan dengan sertifikasi keahlian tertentu yang masih berlaku dari
lembaga profesi yang berwenang untuk jabatan yang mempersyaratkan;
7. Sehat jasmani dan rohani sesuai dengan persyaratan jabatan yang dilamar; dan
8. Persyaratan lain sesuai kebutuhan jabatan yang ditetapkan oleh PPK.
Pelamar yang telah dinyatakan lulus seleksi pengadaan PPPK, menurut Perpres ini, mengikuti
wawancara untuk menilai integritas dan moralitas sebagai bahan penetapan hasil seleksi.
Sedangkan untuk pelamar JPT utama tertetu dan JPT madya tertentu yang telah lulus seleksi
pengadaan PPPK, selain mengikuti wawancara untuk menilai integritas dan moralitas, juga
mempertimbangkan masukan masyarakat sebagai bahan penetapan hasil seleksi. “PPK
mengumumkan pelamar yang dinyatakan lulus seleksi pengadaan PPPK secara terbuka, berdasarkan
penetapan hasil seleksi kompetensi sebagaimana dimaksud,” bunyi Pasal 28 PP ini.
Selanjutnya, pelamar yang dinyatakan lulus seleksi sebagaimana dimaksud diangkat sebagai
calon PPPK, tidak berkedudukan sebagai calon PNS, PNS, prajurit TNI, anggota Polri atau PPPK sejak
yang bersangkutan ditetapkan sebagai calon PPPK. Pengangkatan calon PPPK sebagaimana
dimaksud, menurut PP ini, ditetapkan oleh PPK, yang disampaikan kepada Kepala BKN untk
memperoleh nomor induk PPPK.
Menurut Perpres ini, pelamar PPPK yang dinyatakan lulus seleksi wajib menyerahkan kelengkapan
administrasi kepada Pejabat yang Berwenang (PyB) untuk ditetapkan pengangkatannya sebagai
PPPK. Sedangkan keputusan pengangkatan sebagaimana dimaksud ditetapkan setelah
penandatanganan perjanjian kerja oleh calon PPPK.
“Peraturan Pemerintah ini mulai berlaku pada tanggal diundangkan,” bunyi Pasal 102 Peraturan
Pemerintah Nomor 49 Tahun 2018, yang telah diundangkan oleh Menteri Hukum dan HAM Yasonna H.
Laoly pada 28 November 2018.
Usman (1990:4) mengatakan bahwa guru merupakan suatu profesi yang artinya
suatu jabatan atau pekerjaan yang memerlukan keahlian khusus sebagai guru. Suatu
profesi memiliki persyaratan tertentu, yaitu: (1) menuntut adanya keterampilan yang
mendasarkan pada konsep dan teori ilmu pengetahuan yang mendasar, (2) menekankan
pada suatu keahlian dalam bidang tertentu sesuai dengan profesinya, (3) menuntut tingkat
pendidikan yang memadai, (4) menuntut adanya kepekaan terhadap dampak
kemasyarakatan dari pekerjaan yang dilaksanakan, (5) memungkinkan perkembangan
sejalan dengan dinamika kehidupan, (6) memiliki kode etik sebagai acuan dalam
melaksanakan tugas dan fungsinya, (7) memiliki obyek tetap seperti dokter dengan
pasiennya, guru dengan siswanya, dan (8) diakui di masyarakat karena memang
diperlukan jasanya di masyarakat.
(2) kemampuan afektif, yakni kemampuan yang meliputi seluruh fenomena perasaan dan
emosi serta sikap-sikap tertentu terhadap diri sendiri dan orang lain,
(3) kemampuan psikomotor, yakni kemampuan yang berkaitan dengan keterampilan atau
kecakapan yang bersifat jasmaniah yang pelaksanaannya berhubungan dengan tugas-
tugasnya sebagai pengajar.
A. TEORI PERKEMBANGAN
Masa ini terjadi pada usia 15-25 tahun. Pada masa ini, kehidupan anak diwarnai
oleh dorongan seksual yang kuat. Oleh karena itu, anak mulai tertarik pada
lawan jenis. Disamping itu, anak mulai mengembangkan pengertian tentang
kenyataan hidup serta mulai memikirkan pola tingkah laku yang bernilai moral.
Anak juga mulai belajar memikirkan kepentingan sosial dankepentingan pribadi.
Masa ini juga dapat disebut masa hidup sebagai masa beradab.
2. Jean Piaget
Jean Peaget adalah pakar biologi yang berasal dari Swiss ( 1897 – 1980) . teori-
teori Piaget terbentuk dari hasil pengamatannya terhadap tiga anak kandungnya.
Kebanyakan teori berdasarkan hasil pembicaraannya dengan anak atau diantara
anak-anaknya. Pokok kajian Piaget yaitu pada aspe perkembangan kognitif.
Menurut Piaget, perkembangan kognitif anak dibagi menjadi empat tahap sebagai
berikut.
a. Tahap Sensorimotorik
Tahap ini dimulai pada 0 sampai 2 tahun. Kemampuan kognitif anak masih
berpusat pada aspek alat indra (sensori) dangerak (motorik). Dalam hal ini,
anak hanya mampu melakukan pengenalan lingkungan melalui alat indra
dan lingkungannya. Pada tahap ini ditetapkan hubungan antara pengalaman
dan tindakan.
b. Tahap Praoperasional
Tahap Praoprasional atau disebut juga dengan masa intuitif terjadi ketika
anak berusia 2 sampai 7 tahun. Pada tahap ini, anak mulai menunjukan
aktivitas kognitif dalam menghadapi hal diluar dirinya. Anak mulai
mengembangkan kemampuan menerima stimulus dari luar, tetapi masih
terbatas. Kemampuan bahasa anak mulai berkembang,pemikirannya masih
statis,belum dapat berpikir abstrak,serta kemampuan persepsi waktu dan
ruang masih.
1. Cara berpikir anak pada tahap ini ditandai dengan ciri-ciri:
2. Transduction reasoning, yaitu cara berpikir yang bukan induktif atau
deduktif, tetapi tidak logis;
3. Ketidakjelasan hubungan sebab –akibat, yaitu anak mengenal
hubungan sebab-akibat secara tidak logis;
4. Animisme, yaitu menganggap bahwa semua benda itu hidup seperti
dirinya;
5. Artificialism, yaitu kepercayaan bahwa segala sesuatu dilingkungan itu
mempunyai jiwa seperti manusia;
6. Perceptually bound, yaitu anak menilai sesuatu berdasarkan apa yang
dilihat atau didengar;
7. Mental experiment, yaitu anak mencoba melakukan sesuatu untuk
menemukan jawaban dari persoalan yang dihadapinya;
8. Centration , yaitu anak memusatkan perhatiannya kepada sesuatu ciri
yang paling menarik dan mengabaikan cirri yang lainnya;
3. Stanley Hall
Stanley Hall adalah psikolog berkebangsaan Amerika Serikat. Ia menjadi salah satu
perintis kajian ilmiah tentang siklus hidup ( life span ). Menurut Stanley Hall,
perubahan menuju dewasa terjadi dalam sekuens (urutan) yang universal, bagian
dari proses evolusi, dan parallel denganperkembangan psikologis. Akan tetapi,
kecepatan perubahan tersebut juga dipengaruhi oleh faktor lingkungan. Sebagai
contoh, anak usia tujuh tahun mulai masuk sekolah disuatu lingkungan, namun ada
anak yang lebih muda yang memulai sekolahnya dilingkungan yang lain. Dalam hal
ini, irama perkembangan anak dikedua lingkungan tersebut berbeda.
Masa perkembangan seorang individu menurut Stanley Hall dibagi menjadi
empat tahap sebagai berikut.
a. Masa Kanak-Kanak
Masa kanak-kanak atau disebut dapat disebut masa infancy terjadi pada rentang
0-4 tahun. Menurut Hall, pada usia ini perkembangan anak disamakan dengan
hewan, yaitu melata atau berjalan.
Masa ini terjadi pada usia 8-12 tahun. Pada masa ini ana tumbuh dan
berkembang tetapi untuk menjadi mahluk yang beradap di lingkungannya, seperti
yang berkaitan dengan sosial, emosi, moral, dan intelektual.
4. Robert J. Havigurst
Robert J. Havigurst telah mengembangkan konsep developmental task (tugas
perkembangan) yang menggabungkan antara dorongan tumbuh/berkembang
sesuai dengan kecepatan pertumbuhannya dengan tantangan dan kesempatan
yang diberikan oleh lingkungannya. Havigurst menyusun tahap-tahap
perkembangan menjadi lima tahap berdasarkan problem yang harus dipecahkan
dalam setiap fase. Kelima tahap tersebut sebagai berikut.
a. Masa bayi/infancy (0 – 1/2 tahun).
b. Masa anak awal /early childhood (2/3 – 5/7 tahun).
c. Masa anak/late childhood (5/7 tahun-pubesen).
d. Masa adolesen awal/early adolescence (pubesen-pubertas).
e. Masa adolesen/late adolescence (pubertas-dewasa)
a. Ketergantungan – kemandirian.
b. Memberi – menerima kasih saying.
c. Hubungan sosial.
d. Perkembangan kata hati.
e. Peran biososial dan psikologis.
f. Penyesuaian dengan perubahan badan.
g. Penguasaan perubahan badan dan motorik.
h. Memahami dan mengendalikan lingkungan fisik.
i. Pengembangan kemampuan konseptual dan system simbol.
j. Kemampuan melihat hubungan dengan alam semesta.
5. Lawrence Kohlberg
Kohlberg lebih focus pada kognitif moral atau moral reasoning. Menurutnya,
kemampuan kognitif moral seseorang dapat diukur dengan menghadapkannya
pada dilemma moral hipotesis yang terkait dengan kebenaran, keadilan, serta
konflik terkait aturan dan kewajiban moral. Lebih lanjut, Kohlberg membagi
perkembangan moral kognitif anak menjadi tiga tahapan, sebagai berikut.
a. Preconventional Moral Reasoning
Tahap ini dibagi menjadi dua yaitu sebagai berikut.
1) Obidience and Paunisment Orientation
Pada tahap ini, orientasi anak masih pada konsekuensi fisik dari perbuatan
benar atau salahnya, yaitu hukuman dan kepatuhan. Anak-anak akan hormat
kepada penguasa karena penguasa yang menetapkan aturan/undang-undang.
Anak-anak akan cenderung berbuat benar untuk menghindari hukuman.
2) Naively Egoistic Orientation
Pada tahap ini, anak berorientasi pada relatif instrumental. Perbuatan benar
adalah perbuatan yang secara instrument memuaskan keinginan diri sendiri dan
(terkadang) orang lain. Kepeduliannya pada keadilan/ketidakadilan bersifat
pragmatic, yaitu dapat mendatangkan keuntungan atau tidak.
Tahap ini terjadi pada usia 7-12 tahun. Pada tahap ini terjadi krisis psikososial
berupa industry vs inferiority. Anak cenderung melakukan beberapa aktivitas
yang memiliki hasil dalam waktu dekat. Jika anak berhasil dalam melakukan
aktivitas tersebut dapat membuat anak merasa puas dan bangga. Akan tetapi,
jika anak gagal melakukan aktivitas tersebut dapat membuat anak merasa
rendah diri. Oleh sebab itu, anak memerlukan bimbingan dan fasilitas agar tidak
gagal dalam tiap aktivitasnya.
e. Remaja (Asolescence)
Tahap ini terjadi pada usia 12-18 tahun. Pada tahap ini terjadi krisis psikososial
berupa identity vs role confusion. Pada tahap ini anak mulai mencari identitas
atau jati diri. Jati diri ini akan berpengaruh besar pada masa depannya. Pada
masa ini, lingkungan sangat memengaruhi pencarian identitas anak. Lingkungan
yang baik akan membuat anak memiliki pribadi, sebaliknya lingkungan yang
buruk dapat membuat anak memiliki pribadi yang kurang baik. Dengan
demikian, hal-hal yang tidak diinginkan dapat dihindari.
f. Dewasa Awal (Young Adulthood)
Tahap ini terjadi pada usia 20-an. Pada tahap ini terjadi krisi psikososial berupa
intimacy vs isolation. Seseorang pada tahap ini mulai menyadari pentingnya
komunikasi dengan masyarakat ataupun teman sebaya. Orang tersebut sadar
bahwa terdapat hal-hal yang perlu dikomunikasikan dengan orang tertentu,
tetapi ada juga hal yang bersifat privat. Dalam hal ini seseorang memerlukan
orang yang dekat secara pribadi, termasuk pasangannya. Kegagalan pada
tahap ini dapat membuat seseorang merasa terisolasi dalam masyarakat.
g. Dewasa Tengah (Middle Adulthood)
Tahap ini terjadi pada usia 20-50 tahun. Pada tahap ini terjadi krisis psikososial
berupa generativity vs stagnation. Seseorang pada tahap ini menjadi lebih
bertanggung jawab dan peduli terhadap generasi yang akan datang
(keturunannya). Mereka mempunyai peran sebagai orang tua. Pada masa ini,
seseorang akan merasa was-was terhadap beberapa hal yang terkait dengan
generasi penerusnya (anaknya), seperti keadaanya pada masa mendatang,
terpenuhi kebutuhannya, atau kebahagiaan hidupnya.
h. Dewasa Akhir (Later Adulthood)
Tahap ini terjadi pada usia 50 tahun atau lebih. Pada tahap ini terjadi krisis
psikososial berupa ego integrity vs despair. Tahap ini merupakan tahap akhir
dari siklus kehidupan. Seseorang pada tahap ini akan melakukan instrokpeksi
dan mereview kembali perjalanan hidupnya yang telah dilalui. Hal yang
diharapkan dalam tahap ini adalah tidak adanya penyesalan mengenai
kehidupannya pada masa lalu.
Ditinjau dari segi fisik, sosial, kognitif, dan emosiaonal, perkembangan anak usia
SD memiliki ciri-ciri sebagai berikut.
a. Perkembangan Fisik
Perkembangan fisik anak usia SD mengikuti prinsip-prinsip yang berlaku umum
yang meliputi tipe perubahan, pola pertumbuhan fisik, arakteristik
perkembangan, dan perbedaan individual. Perubahan yang terjadi pada masa
ini yaitu perubahan proporsi yang mencakup perubahan tinggi dan berat badan.
Pada masa ini, anak menjadi lebih tinggi, lebih berat, lebih kuat, dan lebih
banyak belajar berbagai keterampilan. Perkembangan fisik pada masa ini
tergolong lambat tetapi konsisten, sehingga disebut sebagai masa tenang.
b. Perkembangan Kognitif
Secara kognitif, pemikiran anak SD, sedang mengalami pertumbuhan yang
sangat cepat. Pada usia dasar (6-12 tahun), anak sudah dapat mereaksi
rangsangan intelektual atau melaksanakan tugas belajar yang menuntut
kemampuan intelektual seperti membaca, menulis, dan menghitung. Oleh
karena itu, guru perlu memberi kesempatan pada anak member pertanyaan
serta memberi komentar atau pendapat mengenai materi pelajaran yang
dijelaskan oleh guru atau materi yang dipelajarinya.
3) Identitas, yaitu anak sudah mampu mengenal satu per satu deretan benda yang
ada.
c. Perkembangan Sosial
Perkembangan sosial diawali pada masa kanak-kanak pada usia 3-5 tahun.
Anak-anak pada masa ini senang bermain dengan teman sebayanya.
Hubungan dengan teman sebayanya terus meningkat pesat pada masa sekolah
pada usia 11-12 tahun kemudian berkembang pesat pada masa remaja.
d. Perkembangan Emosional
Kemampuan anak dalam mengontrol emosi diperoleh dari prose meniru dan
membiasakan. Dalam proses meniru, orangtua mempunyai pengaruh yang
besar terhadap pengendalian emosi anak. Pada usia sekolah dasar (khususnya
kelas-kelas tinggi seperti kelas 4,5, dan 6), anak mulai menyadari bahwa
pengungkapan emosi secara kasar tidak dapat diterima atau disenangi oleh
orang lain. Dengan demikian, anak mulai belajaruntuk mengendalikan
emosinya.
Perkembangan anak pada usia SMP dilihat dari beberapa aspek perkembangan
memiliki ciri-ciri sebagai berikut.
a. Perkembangan Fisik
Masa remaja memilik energi fisik yang cukup berlimpah. Oleh karena itu, banyak
peserta didik di tingkat SMP yang cenderung bosan dengan aktivitas yang sama dalam
periode yang lama seperti duduk di tempat duduknya. Dengan demikian, peserta didik
perlu di arahkan untuk melakukan aktivitas yang positif. Disamping itu, perkembangan fisik
pada masa ini meningkat pesat karena anak dalam masa pubertas. Perkembangan fisik
ditandai dengan tumbuhnya kumis, jakun, rambut disekitar kemaluan dan ketiak pada laki-
laki, sedangkan pada perempuan ditandai dengan semakin besarnya buah dada dan
pinggul.
b. Perkembangan Kognitif
Menurut Piaget, perkembangan anak tingkat SMP berada pada tahap operasional
formal yang merupakan tahapan terakhir dalam perkembangan kognitif. Menurut Keating,
terdapat lima pokok yang berkaitan dengan perkembangan kognitif formal, sebagai
berikut.
1) Mampu membedakan hal yang nyata dan konkret dengan hal yang abstrak.
2) Muncul kemampuan nalar secara ilmilah melalui kemampuannya dalam menguji
hipotesis.
3) Dapat memikirkan masa depan dengan membuat perencanaan dan
mengeksplorasi berbagai kemungkinan untuk mencapainya.
Pada dasarnya, karakteristik perkembangan pada Anak Usia SMA tidak jauh
berbeda dengan karakteristik perkembangan anak pada usia SMP. Hal tersebut karena
anak usia SMP dan SMA berada pada masa remaja dalam rangkaian proses
perkembangan seseorang. Pada umumnya, anak usia SMA sudah tidak mau dikatakan
sebagai kanak-kanak , tetapi mereka belum siap menyandang predikat sebagai orang
dewasa.
a. Perkembangan Fisik
Pada masa remaja awal (anak usia SMP), Pertumbuhan fisik terjadi sangat
pesat, tetapi tidak proposional, misalnya tangan dan kaki. Pada masa remaja
akhir atau ketika sudah di SMA , proporsi tubuh sudah proporsional dan
mencapai ukuran orang dewasa.
b. Perkembangan Kognitif
Pada masa ini, sebagian besar anak mampu memahami konsep-konsep abstrak
dalam batas-batas tertentu (berbifikr operasional formal). Pada usia ini, anak
mendekati efisiensi intelektual yang maksimal. Namun, anak masih memiliki
pengalaman yang minim sehingga membatasi pengetahuan dan kecakapannya
untuk memanfaatkan apa yang diketahui. Banyak hal yang dapat dipelajari
melalui pengalaman, tetapi mereka terkadang mengalami kesulitan dalam
menangkap dan memahami konsep-konsep abstrak, bahkan ada kemungkinan
mereka tidak mampu memahami sepenuhnya.
a. Perkembangan Sosial
Pada masa ini, anak telah mengalami perkembangan kemampuan memahami
orang lain ( social cognition ) dan menjalani persahabatan. Mereka akan men
cenderung memilih teman yang memiliki sifat dan kualitas psikologis yang relatif
sama dengan dirinya, misalnya hobi, minat, sikap, dan kepribadian yang hampir
sama. Disampingnya itu, pada remaja dapat terjadi perkembangan sikap
comformity, yaitu kecenderungan untuk menyerah dan mengikuti apa yang
dilakukan oleh teman sebaya nya. Misalnya mengikuti pendapat-pendapat ,
pikiran, gaya hidup, kebiasaan, kegemaran, dan keinginan teman sebayanya.
b. Perkembangan Emosional
Perkembangan emosional pada masa remaja mengalami puncaknya. Remaja
awal menunjukkan sikap sensitif, reaktif yang kuat, dan temperamental ( mudah
tersinggung, marah, sedih , dan murung ). Akan tetapi, remaja akhir sudah
mulai mampu mengendalikannya. Lingkungan juga dapat memengaruhi
perkembangan emosional pada anak. Misalnya, anak yang tumbuh dan
berkembang di lingkungan yang kurang kondusif, kematangan emosional nya
menjadi terhambat. Mereka akan cenderung menjadi 1) agresif: melawan, keras
kepala , berkelahi, dan suka mengganggu; serta 2) lari dari kenyataan (regresif)
: suka melamun , pendiam, senang menyendiri, mengonsumsi obat penenang,
minuman keras atau obat terlarang. Sementara itu, anak yang tumbuh dan
berkembang di lingkungan yang kondusif dan harmonis akan mengalami
kematangan emosi. Mereka akan mengalami 1) edekuasi (ketepatan) emosi:
cinta, kasih sayang, simpati, altruis (senang menolong) , respek (sikap hormat
dan menghormati orang lain) dan ramah; serta 2) mengendalikan emosi: tidak
mudah tersinggung, tidak agresif, wajar, optimistik, menghadapi kegagalan
secara sehat dan bijak.
C. TUGAS PERKEMBANGAN
2. Konstruktivisme
Pengertian belajar sejatinya sangat luas tidak hanya mengenai guru mengajar di kelas dan
murid mengerjakan tugas. Dalam teori ini, murid akan diajarkan bagaimana cara
menemukan pengetahuan secara individual. Peran aktif sangat diperlukan. Ini sangat
tepat untuk merangsang kecerdasan masing-masing individu. Penerapannya misalnya
pada saat pelajaran geografi dimana setiap pelajar harus menunjukkan lokasi sebuah
negara di peta. Sistem lebih berpusat pada personal bukan perkelompok.
3. Behaviorisme
Pengertian hasil belajar menurut teori ini adalah pada perubahan perilaku yang akan
mempengaruhi psikologi siswa. Tidak hanya cara berpikir dan hasil bagus saja yang
diperhatikan. Mental juga harus dibangun. Pengajar harus mampu memupuk keberanian
agar semua siswa aktif dalam proses belajar. Misalnya pengajar sengaja memberikan
pertanyaan dan bagi murid yang berani menjawab akan mendapatkan reward. Kondisi ini
akan melatih keaktifan dan keberanian.
Kegiatan mengajar di sekolahan tidak hanya melibatkan fungsi guru sebagai pengajar dan
murid sebagai penerima informasi saja. Banyak hal yang mempengaruhi, salah satunya
adalah fasilitas. Faktor penunjang ini sangat signifikan pengaruhnya terhadap prestasi
siswa. Semakin lengkap fasilitas yang dimiliki maka semakin memudahkan penyaluran
pengetahuan. Dan guru pun bisa menerapkan dan mengembangkan metode mengajar
yang mereka miliki tanpa adanya keterbatasan.
Lingkungan sekitar juga bisa memberikan efek positif ataupun sebaliknya. Beberapa ahli
berpendapat bahwa pengertian prestasi belajar tidak hanya nilai saja, tetapi juga
penampilan dan perilaku yang ditunjukkan siswa dalam proses KBM. Kondisi yang
tenang, akan memudahkan siswa dalam menyerap ilmu yang disampaikan. Sebaliknya
kondisi bising akan membuat mereka susah berkonsentrasi.
Kondisi fisik siswa juga bisa mempengaruhi prestasinya. Dalam kondisi capek, akan sulit
mengikuti pelajaran yang disampaikan. Solusinya adalah dengan mengatur jadwal mapel
yang tepat. Pihak sekolah harus memperhatikan pembagiannya dengan benar. Jangan
sampai hasil pembelajaran menurun hanya karena kondisi murid yang terlalu dipaksa
untuk menerima pelajaran yang berlebih.
Setelah mengetahui macam macam teori belajar dan pengertian belajar menurut para ahli,
semoga bisa memberikan gambaran mengenai cara agar dapat meningkatkan prestasi.
Dan bagi guru, supaya bisa memberikan ide mengenai teknik
1. Tujuan
Masing-masing jenjang pendidikan memiliki tujuan kurikulum yang berbeda. Hal ini
menyesuaikan dengan perkembangan kognitif dan sosial anak. Karena itulah materi yang
ada di SD tidak sama dengan SMP atau yang lebih tinggi. Dengan tujuan agar siswa
mudah memahami pelajaran yang disampaikan oleh guru.
2. Isi
Komponen kurikulum yang paling utama adalah bahan ajar yang diberikan kepada murid
untuk mencapai tujuan yang ditentukan. Bahan yang diajarkan harus sesuai dengan
perkembangan siswa, mengandung pengetahuan ilmiah, dan mampu
dipertanggungjawabkan kebenarannya.
3. Strategi
Perkembangan kurikulum di Indonesia memang mengalami beberapa fase untuk
menyesuaikan peningkatan tujuan pendidikan. Karena itulah metode dan strategi
mengajar harus mampu menunjang kegiatan siswa agar bisa memenuhi standar yang
dipatok. Dengan menggunakan media pembelajaran yang cocok dan menarik, akan
merangsang keinginan murid untuk belajar sehingga hasil yang didapatkan akan lebih
baik.
4. Evaluasi
Tahapan akhir namun sangat berpengaruh dalam pengembangan kurikulum yaitu
evaluasi. Hasil pembelajaran akan diketahui untuk memberikan penilaian apakah
penerapannya sudah sesuai dengan kondisi siswa atau perlu dilakukan perbaikan.
Pada kasus K-13 misalnya hanya berlaku selama 1 tahun saja dan pendidikan
Indonesia kembali menggunakan pedoman pengajaran berbasis KTSP hingga sekarang.
Nyatanya prinsip belajar tidak hanya diterapkan didalam sekolah, kegiatan bisa dilakukan
diluar. Menurut Kerr, J.F, pengertian kurikulum adalah metode pembelajaran yang
dirancang tidak hanya untuk individu saja, tetapi juga untuk keperluan kelompok.
Tempatnya bebas, tidak harus formal. Unsur pentingnya adalah sumber pengajaran, guru
dan murid. Beberapa pengertian kurikulum menurut para ahli dapat dijadikan acuan bagi
instansi terkait untuk mengembangkan strategi belajar yang sudah ada.
Banyak guru yang mengabaikan fungsi diferensiasi. Aturan baku yang menyatakan
kurikulum adalah pedoman yang harus diikuti malahan memberikan efek negatif bagi
sebagian kecil siswa. Tidak semua pelajar bisa mengikuti pembelajaran dengan lancar.
Beberapa memerlukan penanganan khusus agar dapat mengejar ketertinggalan dan
setara dengan yang lainnya.
Setelah mengetahui komponen, fungsi, dan pengertian kurikulum 2013 atau K-13 ,
diharapkan guru bisa termotivasi untuk menciptakan bahan ajar yang atraktif, modern,
namun tetap mengandung nilai ilmiah. Hasil belajar akan semakin meningkat jika suasana
KBM menyenangkan dan tidak terasa jenuh.
Standar Kompetensi Lulusan terdiri atas kriteria kualifikasi kemampuan peserta didik yang
diharapkan dapat dicapai setelah menyelesaikan masa belajarnya di satuan pendidikan
pada jenjang pendidikan dasar dan menengah.
Untuk mengetahui ketercapaian dan kesesuaian antara Standar Kompetensi Lulusan dan
lulusan dari masing-masing satuan pendidikan dan kurikulum yang digunakan pada
satuan pendidikan tertentu perlu dilakukan monitoring dan evaluasi secara berkala dan
berkelanjutan dalam setiap periode. Hasil yang diperoleh dari monitoring dan evaluasi
RUMUSAN
RUMUSAN
RUMUSAN
Gradasi untuk dimensi sikap, pengetahuan, dan keterampilan antar jenjang pendidikan
memperhatikan:
a. perkembangan psikologis anak;
b. lingkup dan kedalaman;
c. kesinambungan;
d. fungsi satuan pendidikan; dan
e. lingkungan.
Kompetensi inti menurut Permendikbud No. 64 Tahun 2013 tentang Standar Isi
adalah yang harus dipenuhi oleh peserta didik pada setiap tingkat kelas dalam rangka
pencapaian Standar kompetensi Lulusan. Kompetensi yang bersifat generic mencakup
tigga ranah, yakni sikap, pengetahuan dan keterampilan. Ranah sikap dipilih menjadi
sikap spiritual dan sikap sosial. Pemilihan ini diperlukan untuk menekankan pentingnya
kesinambungan fungsi sebagai manusia seutuhnya yang mencakup aspek spiritual dan
aspek sosial sebagai aman di amanatkan dalam tujuan pendidikan nasional. Dengan
demikian, kompetensi yang bersifat generik terdiri atas empat dimensi yang
mempersentasikan (1) sikap spiritual, (2) sikap sosial, (3) keterampilan, dan (4)
pengetahuan.
Kompetensi inti dirancang seiring dengan meningkatnya usia peserta didik pada
kelas tertentu. Melalui lompetensi inti, integrasi vertical berbagai kompetensi dasar pada
kelas yang berbeda dapat dijaga.
KOMPETENSI INTI KELAS I-II KOMPETENSI INTI KELAS KOMPETENSI INTI KELAS V-
III-IV VI
1. Dari peserta didik diberi tahu menuju peserta didik mencari tahu;
2. Dari guru satu-satunya sumber belajar menjadi belajar berbasis aneka sumber
belajar;
3. Dari pendekatan tekstual menuju proses sebagai penguatan penggunaan
pendekatan ilmiah;
4. Dari pembelajaran berbasis konten menuju proses sebagai penggunaan
pembelajaran berbasis kompetensi;
5. Dari pemebelajaran parsial menuju pembelajaran terpadu;
6. Dari pembelajaran yang menekankan jawaban tunggal menuju 2 pembelajaran
dengan jawaban yang kebenarannya multi dimensi.
7. Daripembelajaran verbalisme menuju keterampilan aplikatif;
8. Peningkatan dan keseimbangan antara keterampilan fisikal (hardiskills) dan
keterampiulan mental (softskills);
9. Pembelajaran yang mengutamakan pembudayaan dan pemberdayaan peserta didik
sebagai pembelajaran sepanjang hayat;
10. Pembelajaran yang enerapkan nilai-nilai dengan member keteladanan ( ing
ngarsesung tulodo ) , membangun kemauan (ing madyo mangun karso) dan
mengembangkan kreativitas peserta didik dalam proses pembelajaran ( tut wuri
handayani);
11. Pembelajaran yang berlangsung dirumah,disekolah, dan dimasyarakat;
12. Pembelajaran yang menerapkan prinsip bahwa siapa saja adalah siswa. Dan dimana
saja adalah kelas;
13. Pemanfaatan teknologi informasi dan komunikasi untuk meningkatkan efesiensi dan
efektivitas pembelajaran; dan
14. Pengakuan atas perbedaan individual dan latar belakang budaya peserta didik.
Mencipta
Standar Proses pada SDLB, SMPLB, dan SMALB diperuntukan bagi tunanetra,
tunarungu, tunadaksa, dan tunalaras yang intelegensinya normal.
Secara umum pendekatan belajar yang dipilih berbasis pada teori tentang
taksonomi tujuan pendidikan yang dalam lima dasawarsa terkhir yang secara umum
sudah dikenal luas. Berdasarkan teori taksonomi tersebut, capaian pembelajaran dapat
dikelompokkan dalam tiga ranah yakni: ranah kognitif, affektif, dan psikomotor. Penerapan
teori taksonomi dalam tujuan pendidikan di berbagai Negara dilakukan secara adaptif
sesuai dengan kebutuhannya masing-masing. Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2003
tentang Sistem Pendidikan Nasional telah mengadopsi taksonomi dalam bentuk rumusan
sikap, pengetahuan dan keterampilan.
Standar Penilaian Pendidikan ini disusun sebagai acuan penilaian bagi pendidik,
satuan pendidikan, dan Pemerintah pada satuan pendidikan untuk jejang pendidikan
dasar dan menengah.
Penilaian hasil belajar peserta didik pada jenjang pendidikan dasr dan
menengah didasarkan pada prinsip-prinsip sebagi berikut.
Pendekatan penilaian yang digunakan adalah penilaian acuan kriteria (PAK). PAK
merupakan penilaian pencapaian kompetisi yang didasarkan pada kriteria ketuntasan
minimal (KKM). KKM merupakan kriteria ketuntasan belajar minimal yang ditentukan oleh
satuan pendidikan dengan mempertimbangkan karakteristik Kompetisi Dasar yang akan
dicapai, daya dukung, dan karakteristik peserta didik.
Penilaian hasil belajar peserta didik mencakup kompetisi sikap, pengetahuan, dan
keterampilan yang dilakukan secara berimbang sehingga dapat digunakan untuk
menentukan posisi relatif setiap peserta didik terhadap standar yang telah ditetapkan.
Cakupan penilaian merujuk pada ruang lingkup materi, kompetensi mat
pelajaran/kompetensi muatan/kompetensi progam, dan proses.
b. Teknik dan Instrumen Penilaian
Teknik dan instrument yang digunakan untuk penilaian kompetensi sikap,
pengetahuan, dan keterampilan sebagai berikut.
1) Penilaian kompetensi sikap
Guru melakukan penilaian kompetensi sikap melalui observasi, penilaian diri, penilaian
“teman sejawat” (peer evaluation) oleh peserta didik dan jurnal. Instrument yang
digunakan untuk observasi, penilaian diri dan penilaian antar peserta didik adalah
daftar cek atau skala penilaian (rating scale) yang disertai rubrik, sedangkan pada
jurnal berupa catatan guru.
2) Penilaian kompetensi pengetahuan
Pendidik menilai kompetensi pengetahuan melalui tes tulis, tes lisan, dan penugasan.
3) Penilaian kompetensi keterampilan
Pendidik menilai kompetensi keterampilan melalui penilaian kinerja, yaitu penilaian
yang menuntut peserta didik mendemonstrasikan suatu kompetensi tertentu dengan
menggunakan tes praktik, projek dan penilain portofolio. Instrument yang digunakan
berupa daftar cek atau skala penilaian (rating scale) yang dilengkapi rubrik.
DESAIN PEMBELAJARAN
Pembelajaran merupakan sebuah proses
interaksi antar peserta didik, antara peserta didik
dengan tenaga pendidik dan sumber belajar
pada sebuah lingkungan belajar. pembelajaran
adalah proses pengembangan potensi dan
pengembangan karakter setiap peserta didik
sebagai hasil dan dari Sinergi antara pendidikan
yang berlangsung dari sekolah, keluarga dan
masyarakat. proses ini memberikan peserta
didik kesempatan untuk mengembangkan
potensinya menjadi kemampuan yang sesuai
dan selalu meningkatkan baik dalam sikap
spiritual dan social pengetahuan keterampilan yang diperlukan nya untuk menjalani hidup
dan bermasyarakat berbangsa serta pada kesejahteraan hidup umat manusia.
Desain pembelajaran bisa diartikan dari banyak sudut pandang, seperti sebagai
sistem, proses, disiplin dan ilmu. sebagai sistem, desain pembelajaran adalah
pengembangan dari sistem pembelajaran dan sistem pelaksanaannya didalam termasuk
didalamnya termasuk sarana serta prosedur untuk meningkatkan mutu belajar. sebagai
proses desain pembelajaran menurut Syaiful Sagala (2005:136) merupakan
pengembangan pengajaran secara sistematik yang digunakan secara khusus teori-teori
pembelajaran untuk menjamin kualitas pembelajaran. Pernyataan ini bermakna
penyusunan perencanaan pembelajaran harus sesuai dengan konsep pendidikan dan
pembelajaran yang dianut dalam kurikulum yang digunakan. Sebagai disiplin, desain
pembelajaran membahas berbagai penelitian dan teori tentang strategi serta proses
pengembangan pembelajaran dan pelaksanaannya. Sebagai ilmu, desain , pembelajaran
adalah ilmu untuk menciptakan spesifikasi pengembangan, pelaksanaan, penilaian serta
pengelolaan situasi yang memberikan fasilitas pelayanan pembelajaran dalam skala
makro dan mikro untuk berbagai mata pelajaran dan berbagai tingkatan Kompleksitas.
Desain pembelajaran secara garis besar terdiri atas lima langkah penting sebagai
berikut.
2. Merancang spesifikasi proses pembelajaran yang efektif dan efisien serta sesuai
dengan lingkungan dan kebutuhan belajar siswa.
1. Program ini dibuat dan dikembangkan untuk siapa? (karakteristik peserta didik).
3. Seperti apa isi pembelajaran yang paling baik untuk dipelajari? (strategi
pembelajaran)
Terdapat beberapa model desain pembelajaran yang dikemukakan oleh para ahli
model desain Pembelajaran dapat diklasifikasikan menjadi model berorientasi kelas,
model berorientasi sistem, model berorientasi produk, model prosedural dan model
melingkar.
Model ASSURE digunakan untuk model berorientasi kelas yang ditunjukkan untuk
mendesain pembelajaran dalam level mikro. Model hannafin dan peck digunakan
menghasilkan suatu produk yang biasanya berupa media pembelajaran. Model ADDIE
digunakan untuk model berorientasi sistem yang merupakan model desain pembelajaran
untuk menghasilkan suatu sistem pembelajaran dengan cakupan yang luas. Model Dick
dan Careydigunakan untuk model prosedural sedangkan model kemp digunakan untuk
model melingkar.
Model ini dikembangkan oleh waktu dan menurut model ini terdapat beberapa
komponen yang akan dilewati dalam proses pengembangan dan perencanaan dengan
langkah-langkah yang berurutan. Dick danCarey memilih 9 tahap dalam merancang
pembelajaran menjadi berikut ini.
Penggunaan model ini dalam pengembangan sebuah mata pelajaran agar pada
awal proses pembelajaran peserta didik dapat mengetahui dan bisa melakukan
melakukan hal-hal yang berkaitan dengan materi pada akhir pembelajaran, adanya
pertalian antar komponen khususnya strategi pembelajaran dan hasil pembelajaran yang
diinginkan, serta menerangkan langkah-langkah yang perlu dilakukan dalam
melaksanakan perencanaan desain pembelajaran.
2. Model Kemp
Model desain sistem instruksional yang dikembangkan oleh Kemp adalah model
yang membentuk siklus. Menurut Kemp, pengembangan desain sistem pembelajaran
terdiri atas komponen-komponen yang dikembangkan sesuai dengan kebutuhan tujuan
dan kendala yang timbul maka dari itu model t merupakan model yang sangat Luwes Jika
dilihat dari kerangka sistem beberapa langkah dalam penyusunan bahan ajar menurut
model ini antara lain sebagai berikut.
a. Menentukan tujuan dan daftar topik, serta menetapkan tujuan umum untuk
pembelajaran tiap topiknya.
b. Menganalisis karakteristik pelajar, yaitu untuk siapa pembelajaran tersebut di desain.
c. Menetapkan tujuan pembelajaran yang ingin dicapai menggunakan syarat yang
dampaknya bisa dijadikan tolok ukur perilaku peserta didik.
d. menentukan isi materi pelajaran yang dapat mendukung tujuan.
e. Pengembangan penilaian awal untuk menentukan latar belakang peserta didik dan
pemberian level pengetahuan terhadap suatu topik.
f. Memilih aktivitas dan sumber pembelajaran yang menyenangkan Sehingga peserta
didik mudah dalam menyelesaikan tujuan.
g. Mengkoordinasi sarana penunjang yang meliputi fasilitas, perlengkapan dan jadwal
dalam pelaksanaan pembelajaran.
h. Evaluasi pembelajaran peserta didik dengan syarat Mereka menyelesaikan
pembelajaran serta meninjau kembali beberapa fase dari perencanaan yang
memerlukan perbaikan terus-menerus.
3. Model ASSURE
4. Model ADDIE
Model desain pembelajaran ini adalah model desain yang menggunakan lima
langkah sederhana dalam pengaplikasiannya. desain pembelajaran ini mudah dipelajari
desain pembelajaran addie memiliki 5 tahap dalam pembelajarannya seperti berikut ini.
c. Developer (pengembangan) , yaitu memproduksi program dan bahan ajar yang akan
digunakan dalam program pembelajaran.
Model desain pembelajaran ini adalah model yang terdiri atas tiga fase, yaitu fase
analisis keperluan, Desan, serta pengembangan dan implementasi. Dalam model ini,
penilaian dan pengulangan perlu dilakukan dalam setiap fase. Model ini merupakan model
desain pembelajaran berorientasi produk.
B. MODEL PEMBELAJARAN
klarifikasi.
Berikut adalah contoh aplikasi dari kelima pengalaman belajar yang diuraikan
dalam tabel di atas.
1. Mengamati (Observing)
Dalam kegiatan mengamati guru membuka secara luas dan bervariasi kesempatan
peserta didik untuk melakukan pengamatan melalui kegiatan: melihat, menyimak,
mendengarkan dan membaca. guru memfasilitasi peserta didik untuk melakukan
pengamatan melakukan mereka untuk memperhatikan (melihat, membaca,
mendengar) hal yang penting pada benda benda atau objek.
2. Menanya (Questioning)
Dalam kegiatan mengamati, guru membuka kesempatan secara luas kepada
peserta didik untuk bertanya mengenai apa yang sudah dilihat, disimak, dibaca
atau dilihat. Guru membimbing peserta didik untuk dapat mengajukan pertanyaan-
pertanyaan tentang yang hasil pengamatan objek yang sampai kepada yang
abstrak berkenaan dengan fakta,konsep, prosedur ataupun hal yang lebih abstrak.
pertanyaan yang bersifat faktual sampai kepada pertanyaan yang bersifat hipotetik.
Dari situasi di mana peserta didik dilatih menggunakan pertanyaan dari guru,
masih memerlukan bantuan guru untuk mengajukan pertanyaan sampai ke tingkat
di mana peserta didik Mampu mengajukan pertanyaan secara mandiri.
Dari Kegiatan kedua dihasilkan sejumlah pertanyaan melalui kegiatan
bertanya dikembangkan rasa ingin tahu. peserta didik semakin terlatih dalam
bertanya maka rasa ingin tahu semakin dapat dikembangkan.
Pernyataan tersebut menjadi dasar untuk mencari informasi yang lebih lanjut
dan beragam dari sumber yang ditentukan guru sampai yang ditentukan peserta
didik dari sumber yang tunggal sampai sumber yang beragam.
3. Mengumpulkan dan Mengasosiasikan (Associating)
Tindak lanjut dari bertanya adalah menggali dan mengumpulkan informasi
dari berbagai sumber melalui berbagai cara. untuk itu peserta didik dapat
membaca buku yang lebih banyak , memperhatikan fenomena atau objek yang
lebih teliti, atau bahkan melakukan eksperimen dari kegiatan tersebut terkumpul
sejumlah informasi.
Informasi tersebut menjadi dasar bagi kegiatan berikutnya yaitu proses
informasi untuk menemukan keterkaitan satu informasi dengan informasi lainnya,
menemukan pola dari keterkaitan informasi dari dan bahan mengambil berbagai
kesimpulan dari pola yang ditemukan.
Sesuai dengan standar kompetensi lulusan dan standar isi maka prinsip
pembelajaran yang digunakan:
10. Pembelajaran yang menerapkan nilai-nilai dengan memberi keteladanan (leg sung
tulodo) membangun kemauan (ing madyo Mangun Karso) dan mengembangkan
kreativitas peserta Didik dalam proses pembelajaran (tut Wuri Handayani);
12. Pembelajaran yang menerapkan prinsip bahwa siapa saja adalah guru, Siapa saja
peserta, didik dan dimana saja adalah kelas;
13. Pemanfaatan teknologi informasi dan komunikasi untuk meningkatkan Efisiensi dan
efektivitas pembelajaran; dan
14. Pengakuan atas perbedaan individual dan latar belakang budaya peserta didik.
C. PERENCANAAN PEMBELAJARAN
Perencanaan pembelajaran dirancang dalam bentuk Silabus dan rencana pelaksanaan
pembelajaran (RPP) yang mengacu pada standar isi. Perencanaan pembelajaran pada
penyusunan rencana pelaksanaan pembelajaran dan penyimpanan media dan sumber
perangkat penilaian pembelajaran dan skenario pembelajaran. Penyusunan standar
RPP disesuaikan pendekatan pembelajaran yang digunakan.
a. Silabus
Silabus merupakan aturan acuan penyusunan kerangka pembelajaran untuk setiap
bahan mata pelajaran. silabus paling sedikit memuat:
a. Identitas mata pelajaran (khusus SMP/MTs/SMPLB/paket B dan
SMA/MA/SMALB/SMK/MAK/Paket C Kejuruan);
b. Identitas sekolah, meliputi nama satuan pendidikan dan kelas;
c. Kompetensi inti, merupakan gambaran secara kategorial mengenai kompetensi
aspek sikap pengetahuan dan keterampilan yang harus dipelajari peserta didik
yang sesuai dijenjang sekolah, kelas dan mata pelajaran;
d. Kompetensi dasar, merupakan kemampuan spesifik yang mencakup sikap
pengetahuan dan keterampilan yang terkait muatan atau mata pelajaran.
e. Tema (khusus SD/ MI/SDLB/Paket A) ;
f. Materi pokok , memuat fakta , konsep , prinsip dan prosedur yang relevan dan
ditulis dalam bentuk butir-butir sesuai dengan rumusan indikator pencapaian
kompetensi;
g. Pembelajaran , yaitu kegiatan yang dilakukan oleh pendidik dan peserta didik
untuk mencapai kompetensi yang diharapkan;
h. Penilaian, merupakan proses pengumpulan dan pengolahan informasi untuk
menentukan pencapaian hasil belajar peserta didik;
i. Alokasi waktu sesuai dengan jumlah jam pelajaran dalam struktur kurikulum
untuk 1 semester atau 1 tahun; dan
j. Sumber belajar, dapat berupa buku, media cetak dan elektronik, alam sekitar
atau sumber belajar lain yang relevan.
Silabus dikembangkan berdasarkan standar kompetensi lulusan dan standar isi untuk
satuan pendidikan dasar dan menengah sesuai dengan pola pembelajaran pada setiap
tahun ajaran tertentu. Silabus digunakan sebagai acuan dalam pengembangan rencana
pelaksanaan pembelajaran.
bakat, minat, dan perkembangan Fisik serta psikologis peserta Didik. RPP disusun
berdasarkan KD atau subtema yang dilaksanakan kali pertemuan atau lebih.
a.
Identitas sekolah yaitu nama satuan pendidikan;
b.
Identitas mata pelajaran atau tema/subtema;
c.
Kelas/semester;
d.
Materi pokok;
e.
Alokasi waktu ditentukan sesuai dengan keperluan untuk pencapaian KD dan
beban belajar dengan mempertimbangkan jumlah jam pelajaran yang tersedia
dalam Silabus dan KD yang harus dicapai;
f. Tujuan pembelajaran yang dirumuskan berdasarkan KD dengan menggunakan
kata kerja operasional yang dapat diamati dan diukur, yang mencakup sikap,
pengetahuan dan keterampilan.
g. Kompetensi dasar dan indikator pencapaian kompetensi;
h. Materi pembelajaran, memuat fakta, konsep , prinsip dan prosedur yang ditulis
dalam bentuk butir-butir sesuai dengan rumusan indikator kompetensi.
i. Metode pembelajaran, digunakan oleh pendidik untuk mewujudkan strategi dan
proses pembelajaran agar peserta Didik mencapai KD yang disesuaikan dengan
karakteristik peserta Didik dan KD yang akan dicapai;
j. Media pembelajaran, berupa alat bantu proses pembelajaran untuk
menyampaikan materi pembelajaran.
k. Sumber belajar, dapat berupa buku , media cetak dan elektronik, alam semesta,
sumber belajar lain yang relavan;
l. Langkah-langkah pembelajaran dilakukan melalui tahapan pendahuluan, isi,
penutup , dan
m. Penilaian hasil pembelajaran.
2. Prinsip Penyusunan RPP
a. perbedaan individual peserta didik antara lain kemampuan awal, tingkat bakat,
potensi, minat , motivasi belajar, kemampuan sosial, emosi, berkebutuhan khusus,
kecepatan belajar, latar belakang budaya, norma, nilai, dan lingkungan peserta
Didik.
e. Pemberian umpan balik dan tindak lanjut RPP memuat rancangan program
umpan balik positif, penguatan, pengayaan dan remedi
B.PELAKSANAAN PEMBELAJARAN
1. Kegiatan Pendahuluan
2. Kegiatan Inti
a. Sikap
Sesuai dengan karakteristik sikap, maka salah satu alternatif yang dipilh adalah proses
afeksi mulai dari menerima, menjalankan, menghargai,menghayati hingga
mengamalkan. Seluruh aktivitas pembelajaran berorientasi pada tahapan kompetensi
yang mendorong siswa untuk melakukan aktivitas tersebut.
b. Pengetahuan
Pengetahuan dimiliki melalui aktivitas mengetahui,
memahami,menerapkan,menganalisis, mengevaluasi hingga mencipta. Karakteristik
aktivitas belajar dalam domain pengetahuan ini memiliki perbedaan dan kesamaan
dengan aktivitas belajar dalam domain keterampilan. Untuk memperkuat pendekatan
saintifik,tematik terpadu dan tematik sangat disarankan untuk menerapkan belajar
berbasis penyingkapan/penelitian (discovery/inquiry learning). Untuk mendorong peserta
didik menghasilkan karya kreatif dan kontekstual, baik individual maupun kelompok,
disarankan menggunakan pendekatan pembelajaran yang menghasilkan karya berbasis
pemecahan masalah (project based learning).
c. Keterampilan
keterampilan diperoleh melalui kegiatan mengamati, menanya, mencoba, menalar, dan
mencipta. Seluruh isi materi (topik dan subtopik) mata pelajaran yang diturunkan dari
keterampilan harus mendorong siswa untuk melakukan proses pengamatan hingga
penciptaan. Untuk mewujudkan keterampilan tersebut perlu melakukan pembelajaran
yang menerapkan modus belajar berbasis atau penelitian (Discovery/inquiry/learning)
dan pembelajaran yang menghasilkan karya berbasis pemecahan masalah (project
bused Learning) .
3.Kegiatan Penutup
Dalam kegiatan penutup, guru bersama siswa baik secara individu maupun
kepompok melakukan refleksi untuk mengevaluasi:
a. rangkaian aktivitas pembelajaran dan hasil hasil yang diperoleh untuk selanjutnya
secara bersama menemukan manfaat langsung maupun tidak langsung dari hasil
pembelajaran yang telah berlangsung;
b. Memberikan umpan balik terhadap proses dan hasil pembelajaran;
c. Melakukan kegiatan tindak lanjut dalam bentuk pemberian tugas baik tugas
individual maupun kelompok; dan
d. Menginformasikan rencana kegiatan pembelajaran untuk pertemuan berikutnya.
Media pembelajaran bisa juga diartikan sebagai alat atau sarana atau perantara yang
digunakan dalam proses interaksi yang berlangsung antara guru dan siswa untuk
mendorong terjadinya proses belajar mengajar dengan tujuan untuk memperoleh
pengetahuan, keterampilan serta memantapkan apa yang dipelajari dan membantu untuk
mencapai tujuan pembelajaran yang berkualitas.
Dan untuk lebih jelasnya dalam memahami apa itu media pembelajaran, simak berikut ini
definisi dan pengertian media pembelajaran menurut beberapa ahli pendidikan lengkap.
Schramm (1977)
Definisi media pembelajaran adalah “teknologi pembawa pesan yang dapat dimanfaatkan
untuk keperluan pembelajaran”.
Briggs (1977)
Media pembelajaran adalah “sarana fisik untuk menyampaikan isi/materi pembelajaran
seperti buku, film, video, slide, dan sebagainya.
Azhar (2011)
Pengertian media pembelajaran adalah alat bantu pada proses belajar baik di dalam
maupun diluar kelas, lebih lanjut dijelaskan bahwa media pembelajaran adalah komponen
sumber belajar atau wahana fisik yang mengandung materi intruksional di lingkungan
siswa yang dapat merangsang siswa untuk belajar
Sutjiono (2005)
Media belajar itu diperlukan oleh guru agar pembelajaran berjalan efektif dan efisien.
Munadi (2008:7)
Pengertian media pembelajaran adalah segala sesuatu yang dapat menyampaikan dan
menyalurkan pesan dari sumber secara terencana sehingga tercipta lingkungan belajar
yang kondusif dimana penerimanya dapat melakukan proses belajar secara efisien dan
efektif.
AECT
Media pembelajaran adalah segala sesuatu yang digunakan orang untuk menyalurkan
pesan.
Gagne
Media pembelajaran sebagai jenis komponen dalam lingkungan siswa yang dapat
merangsang mereka untuk belajar.
Ali (1992)
Berpendapat bahwa “Media adalah berbagai jenis komponen dalam lingkungan siswa yang
dapar memberikan rangsangan untuk belajar.
Pengelompokan berbagai jenis media apabila dilihat dari segi perkembangan teknologi
dibagi menjadi 2 kategori luas, yaitu media traditional dan media teknologi muthakir. (Azhar
Arsyad. 2011:54)
Jenis-Jenis Media
Menurut Rudi Brets dalam buku Media Pembelajaran (2008 : 52), membagi dalam
beberapa macam dalam hal ini terdapat 3 jenis kategori media. Rudi Brets dalam
memberikan jenis-jenis media didasarkan pada indera. Adapun 3 macam media dan
penjelasannya antara lain:
a. Media Audio
Pengertian Media audio adalah suatu jenis media yang melibatkan indera pendengaran
yang memanipulasi kemampuan suara. Berdasarkan sifat pesan yang diterimanya media
audio ini menerima pesan verbal dan non- verbal.
Pesan verbal audio yaitu bahasa lisan atau kata-kata, dan pesan nonverbal audio yakni
seperti bunyi-bunyian dan vokalisasi, contohnya gerutuan, gumam, musik, dan lain-lain.
b. Media Visual
Pengertian Media Visual yaitu media yang melibatkan indera penglihatan dalam hal ini
media cetak-verbal, media cetak-grafis, dan media visual non-cetak. Pertama, media
visual-verbal adalah media visual yang memuat pesan verbal atau dikenal pesan linguistik
yang berbentuk tulisan.
Sedangkan yang kedua, media visual non-verbal-grafis adalah jenis media visual yang
berisi pesan non-verbal yakni berupa simbol-simbol visual atau unsur-unsur grafis ,
contohnya gambar (sketsa, lukisan dan foto), grafik, diagram, bagan, dan peta.
1. Sudjana, 2009, Pengertian Alat Peraga Pendidikan adalah suatu alat yang dapat
diserap oleh mata dan telinga dengan tujuan membantu guru agar proses belajar
mengajar siswa lebih efektif dan efisien.
2. Faizal, 20010, mendefinisikan Alat Peraga Pendidikan sebagai instrument audio
maupun visual yang digunakan untuk membantu proses pembelajaran menjadi lebih
menarik dan membangkitkan minat siswa dalam mendalami suatu materi.
3. Wijaya dan Rusyan, 1994 yang dimaksud Alat Peraga Pendidikan adalah media
pendidikan berperan sebagai perangsang belajar dan dapat menumbuhkan motivasi
belajar sehingga siswa tidak menjadi bosan dalam meraih tujuan-tujuan belajar.
4. Nasution, 1985 alat peraga pendidikan adalah alat pembantu dalam mengajar agar
efektif”.
5. Suhardi, 1978 Pengertian alat peraga pendidikan atau Audio-Visual Aids (AVA)
adalah media yang pengajarannya berhubungan dengan indera pendengaran (
6. Sumad, 1972, mengemukakan bahwa alat peraga atau AVA adalah alat untuk
memberikan pelajaran atau yang dapat diamati melalui panca indera. Alat peraga
merupakan salah satu dari media pendidikan adalah alat untuk membantu proses
belajar mengajar agar proses komunikasi dapat berhasil dengan baik dan efektif.
7. Amir Hamzah, 1981 bahwa Alat Peraga Pendidikan adalah adalah alat-alat yang
dapat dilihat dan didengar untuk membuat cara berkomunikasi menjadi efektif”.
Sedangkan yang dimaksud dengan alat peraga menurut Nasution (1985: 95) adalah
“alat bantu dalam mengajar lebih efektif”.
Dari uraian-uraian di atas jelaslah bahwa pengertian alat peraga pendidikan adalah
merupakan segala sesuatu yang dapat digunakan untuk menyalurkan pesan dan dapat
merangsang pikiran, perasaan, perhatian dan kemauan siswa sehingga dapat mendorong
terjadinya proses belajar pada diri siswa.
diajar lebih mudah memahami materi pelajaran jika ditunjang dengan alat peraga
pendidikan.
Secara jelas dan terperinci, berikut ini adalah faedah-faedah atau manfaat dari
penggunaan alat bantu/peraga pendidikan yaitu antara lain sebagai berikut:
f. Fleksibel dan dinamis yang artinya mudah disesuaikan dengan keadaan dan
perkembangan menjadi lebih baik.
2. Tujuan Pembelajaran
Perumusan tujuan pembelajaran khusus kompetensi adalah tujuan dari kompetensi
yang diharapkan dapat dicapai oleh para peserta didik setelah berperan dalam setiap
rencana pengajaran. Selain itu, tujuan pembelajaran khusus dikenal dengan istilah
tujuan instruksional khusus yang dirumuskan berdasarkan tujuan kelas dan butir-butir
pembelajaran yang diambil dalam unit atau tema.
Tujuan pembelajaran dibuat guru sebagai standar pencapaian kompetensi dalam
proses belajar mengajar. Bahan pembelajaran digunakan sebagai sarana untuk
mencapai tujuan pembelajaran dalam proses belajar mengajar dan mendukung
kegiatan yang dilakukan oleh guru dan siswa. Pada pelaksanaannya, guru juga
mempersiapkan alat pendukung yang digunakan untuk mengukur pencapaian tujuan
pembelajaran yang telah dibuat.
a. Perencanaan instruksional
b. Organisasi belajar
c. Pengarahan anak didik
d. supervisi dan pengawasan
e. Assesment penelitian
Perencanaan instruksional adalah alat atau media yang digunakan untuk mengarahkan
kegiatan kegiatan organisasi belajar pada kegiatan belajar mengajar (KBM) dikelas. Organisasi
belajar adalah wadah dan fasilitas atau lingkungan yang sesuai dengan kebutuhan untuk
menciptakan proses belajar mengajar di kelas. Guru harus menentukan tujuan pembelajaran
khusus, bahan kajian, metode, sumber belajar, dan alat penilaian dalam perencanaan pengajaran.
Uraian lebih rinci mengenai setiap komponen perencanaan pengajaran dilihat dalam pembahasan
sebagai berikut.
f. Metode diskusi adalah cara penyampaian materi pelajaran secara berkelompok untuk
mempresentasikan hasil pembelajaran tersebut.
g. Metode eksperimen adalah cara penyampaian materi pelajaran dengan mendramatisasi
suatu topik.
h. tertentu agar peserta didik melakukan suatu kegiatan dan melaporkan hasilnya.
Menurut Subana, dkk (2001:196), “Teknik ialah berbagai cara atau alat yang digunakan guru
umum digunakan dalam pelaksanaan pembelajaran antara lain berikut ini.
a. Teknik Tanya jawab adalah teknik pembelajaran untuk memberikan motivasi kepad
siswa agar timbul keinginan dalam dirinya untuk bertanya selama mendengarkan
pelajaran atau berusaha menjawab bila guru mengajukan pertanyaan..
b. Teknik pemberian tugas adalah teknik pembelajaran yang memberikan kesempatan
kepada peserta didik untuk melaksanakan tugas berdasarkan petunjuk yang telah
dipersiapkan oleh guru sehingga siswa dapat mengalami kegiatan belajar secara nyata.
c. Teknik latihan adalah suatu teknik mengajar yang mendorong peserta didik untuk
melaksanakan kegiatan latihan agar memiliki ketangkasan atau keterampilan yang lebih
tinggi dari apa yang dipelajari.
d. Teknik simulasi adalah penyajian kemungkinan kepad peserta didik untuk menguasai
suatu keterampilan melalui latihan dalam situasi tiruan.
a. Media Audio, yaitu media penyampaian berupa suara-suara yang dapat didengar.
Jenis media audio yang biasa digunakan didalam kelas antara lain berbagi jenis alat
rekaman seperti tape, rekorder, kaset dan radio.
b. Media Visual, yaitu media yang hanya dapat dipandang karena cara penggunaannya
melalui pandangan/penglihatan mata.
c. Media audio maupun media visual memiliki kelebihan dan kekurangan. Oleh karena
itu, seorang guru harus terampil dalam memilih dan memakai media pembelajaran.
Alokasi waktu ditentukan dengan keperluan agar kompetensi dasar dan beban
belajar tercapai.
9. Kegiatan Pembelajaran
Kegiatan pembelajaran terdiri atas berikut ini.
a. Kegiatan Awal
Kegiatan awal adalah awal suatu pertemuan pembelajaran yang ditujukan agar
membangkitkan motivasi dan memfokuskan perhatian peserta didik yang
terlibat aktuf dalam proses pembelajaran.
b. Inti
Kegiatan inti adalah proses pembelajaran untuk mencapai kompetensi
dasar(KD). Kegiatan pembelajaran dilakukan secara interaktif, inspiratif,
menyenangkan, dan lainnya.
c. Kegiatan akhir
Kegiatan akhir adalah kegiatan yang dilakukan untuk menyelesaikan aktivitas
pembelajaran dalam bentuk rangkuman atu kesimpulan, umpan balik, atau
tindak lanjut. Para peserta didik terkadang diminta oleh guru untuk
menyimpulkan kegiatan pembelajaran sehingga guru bisa mendapatkan
insoirasi untuk membuat laporan akhir dari suatu kegiatan pembelajaran.
pembelajaran yang diperlukan saat pelaksanaan kegiatan belajar mengajar sehingga KBM berhasil
sesuai tujuan.
Calon guru harus memiliki 4 standar kompetensi guru agar bisa melaksanakan tugas
profesional isme dengan baik, yaitu kompetensi pedagogis, kepribadian, sosial, dan
profesionalisme. Perencanaan pembelajaran diharapkan bisa menjadi bekal yang baik terutama
untuk para calon guru tentang berbagai aspek yang berhubungan dengan kurikulum dan
pembelajaran. Tiga komponen utama dalam sistem pendidikan nasional antara lain peserta didik,
guru, dan kurikulum yang tidak dapat dipisahkan dalam kegiatan belajar dan mengajar. Tanpa
peserta Didik, guru tidak akan bisa melaksanakan proses pembelajaran. Begitu pula sebaliknya.
Tanpa guru para peserta didik juga tidak akan bisabelajar dengan optimal. Guru tidak akan
mempunyai bahan ajar yang mempunyai bahan ajar yang mumpuni untuk diajarkan kepada
peserta didik tanpa adanya kurikulum.
B. KURIKULUM PENDIDIKAN
Pengembangan kurikulum harus dilakukan oleh pemerintah dan stakeholderlainnya
didalam dunia pendidikan. Pengembangan kurikulum adalah proses penyusunan kurikulum
yang dilakukan oleh pengembang kurikulum (curriculum developer) . Kurikulum perlu
dikembangkan supaya dapat menjadi bahan ajar dan acuan yang digunakan untuk
mencapai tujuan pendidikan nasional. Perubahan dan penyempurnaan kurikulum
umumnya dilakukan setiap 10 tahun sekali. Perubahan kurikulum tersebut dilakukan agar
kurikulum tidak ketinggalan dengan perkembangan masyarakat termasuk ilmu
pengetahuan dan teknologi yang terus berkembang pesat.
6. Kurikulum 1994
Kurikulum ini merupakan penyempurnaan dari Kurikulum 1984.
7. Kurikulum Berbasis Kompetensi (KBK 2004)
Kurikulum ini belum diterapkan di seluruh sekolah di Indonesia, Tetapi beberapa Sekolah
Telah dijadikan uji coba dalam rangka proses pengembangan kurikulum ini.
8. Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan(KTSP 2008)
KBK sering disebut sebagai jiwa KTSP karena KTSP mengadopsi sistem KBK dan
dikembangkan oleh BSNP ( Badan Standar Nasional Pendidikan ) .
9. Kurikulum 2013 (Kurtilas)
Kurikulum ini merupakan penyempurnaan, modifikasi, dan pemutakhiran kurikulum
sebelumnya. Kurikulum 2013 sudah diimplementasikan pada tahun ajaran 2013-2014 di
sekolah-sekolah tertentu (terbatas) . Kurikulum 2013 diluncurkan secara resmi pada
tanggal 15 Juli 2013.
Kurikulum di Indonesia berlaku secara nasional untuk semua sekolah pada tingkatan yang
sama. Misalnya, kurikulum SD berlaku untuk semua Sekolah Dasar di Indonesia. Demikian pula
kurikulum SMP dan sekolah Islam yang setara SMP, SMA dan sekolah Islam yang setara dengan
SMA dan SMK. Kurikulum bersifat universal atau berlaku umum di sekolah-sekolah formal. Semua
program belajar siswa di dalam kurikulum disusun oleh suatu tim nasional. Ini mengolah berbagai
masukan dari berbagai pihak menjadi materi yang disesuaikan dengan tuntutan masyarakat.
Perwujudan aspirasi tentang pembinaan siswa melalui lembaga pendidikan formal itu dituangkan
dalam kurikulum.
tentang kurikulum yang berbeda dari arus (mainstream). Pembatasan Penggunaan kata
membuat kurikulum berbagi sebagai common dan pemahaman substantive kurikulum.
5. Dalam pendidikan formal atau sekolah, kurikulum adalah seperangkat mata kuliah dan
konten yang ditawarkan di sekolah atau universitas. Sebuah kurikulum mungkin sebagian
atau seluruhnya ditentukan oleh eksternal, dan badan otoritatif, yaitu Kurikulum Nasional
untuk Inggris di sekolah-sekolah bahasa Inggris. Di Amerika Serikat, setiap Negara bagian
dan individu distrik sekolah bisa menetapkan kurikulum yang diajarkan. Setiap Negara
bagian membangun kurikulumnya dengan partisipasi yang besar dari kelompok mata
bpelajaran akademis nasional yangbdipilih oleh Amerika Serikat Departemen Pendidikan,
seperti Dewan Nasional Guru Matematika (NCTM) untuk pengajaran matematika. Di
Australia, setiap Negara menetapkan kurikulum Departemen Pendidikan UNESCO Biro
Pendidikan Internasional memiliki misi utama untuk membuat kurikulum dan
pelaksanaannya di seluruh dunia.
6. kurikulum berarti dua hal, yaitu berbagai progam studi yang bisa dipilih oleh peserta didik
dan progam pembelajaran tertentu. Dalam kasus terakhir, kurikulum kolektif
menggambarkan pengajaran, pembelajaran, dan bahan-bahan penilaian yang tersedia
untuk suatu progam studi.
7. Edward A. Krug mendefinisikan kurikulum sebagai sarana yang digunakan untuk mencapai
atau melaksanakan tujuan yang diberikan sekolah.
D. ORGANISASI KURIKULUM
Ada berbagai macam kurikulum yang ditinjau dari berbagai aspek. Berikut ini
penjelasannya.
2. Berdasarkan struktur dan materi mata pelajaran yang diajarkan, kita dapat
membedakan:
a. Kurikulum terpisah-pisah (separated curriculum) yang mata pelajarannya dirancang
untuk diberikan secara terpisah-pisah. Misalnya, mata pelajaran sejarah diberikan
terpisah dengan mata pelajaran geografi dan pelajaran lainnya.
b. Kurikulum terpadu (integrate curriculum) yang bahan ajarannya diberikan secara
terpadu. Misalnya, Ilmu Pengetahuan Sosial merupakan fungsi dari beberapa mata
pelajaran seperti sejarah, geografi, ekonomi, sosiologi, dan sebagainya. Dalam
proses pembelajaran dikenal dengan pembelajaran tematik yang diberikan di
Sekolah Dasar berupa matematika, sains, bahasa Indonesia, dan beberapa mata
pelajaran lain yang diberikan dalam satu tema tertentu.
c. Kurikulum terkorelasi (correlated curriculum) yang bahan ajarnya dirancang dan
disajikan secara terkorelasi dengan bahan ajar yang lain.
Metode pembelajaran digunakan oleh guru untuk mewujudkan suasana dan proses
pembelajaran agar peserta didik mencapai kompetensi dasar atau seperangkat indikator yang
telah ditetapkan. Pemilihan metode pembelajaran disesuaikan dengan situasi dan kondisi peserta
didik, karakteristik dari setiap indikator, kompetensi yang hendak dicapai pada setiap indikator,
dan kompetensi yang hendak dicapai pada setiap mata pelajaran. Pendekatan Pembelajaran
tematik digunakan untuk peserta didik kelas 3 SD/MI.
Tujuan RPP adalah mempermudah, memperlancar, dan meningkatkan hasil proses belajar
mengajar. Setelah menyusun rencana pembelajaran dengan professional, sistematis, dan berdaya
guna maka guru mampu melihat, mengamati, menganalisis, dan memprediksi progam
pembelajaran sebagai kerangka kerja yang logis dan terencana. Fungsi RPP sebagai acuan bagi
guru untuk melaksanakan kegiatan belajar mengajar akan menciptakan kegiatan pembelajaran
yang lebih terarah sehingga berjalan secara efektif dan efisien. Dengan kata lain, RPP berperan
sebagai skenario proses pembelajaran. Oleh karena itu, RPP sebaiknya bbersifat luwes/fleksibel
sehingga memungkinkan guru untuk menyesuaikan diri terhadap respon siswa dalam proses yang
sebenarnya.
a. Kompetensi dan kemampuan dasar yang harus dikuasai siswa, materi dan
submateri pembelajaran, serta pengalaman belajar yang telah dikembangkan
didalam silabus.
b. Berbagai pendekatan untuk materi yang memberikan kecakapan hidup (life skill)
sesuai dengan permasalahan dan lingkungan.
c. Metode dan media yang sesuai sehingga bisa mendekatkan siswa dengan
pengalaman nyata secara langsung.
d. Penilaian dengan sistem pengujian yang menyeluruh dan berkelanjutan
berdasarkan sistem pengujian selaras dengan pengembangan silabus.
MATERI PDF PPPK GURU INSTAGRAM : REKRUTMENP3KGURU
66
HAK CIPTA MILIK WWW.KLIKSOAL.CO.ID I DILARANG MENGGANDAKAN ATAU
MEMPERBANYAK I DILARANG MENGKOMERSILKAN MATERI BAHAN AJAR
TANPA SEIZIN TEAM KLIKSOAL.CO.ID I WHATSAPP : 0812-2474-9929
4. Pengembangan RPP
kreativitas dan kemandirian sesuai dengan bakat, minat, perkembangan fisik, dan psikologi
peserta didik.
5. Format RPP
secara nasional sebagai bentuk akuntabilitas penyelenggaraan buruan kepada pihak-pihak yang
berkepentingan, diantaranya terhadap peserta didik, lembaga, dan program guruan.
Pengertian evaluasi yang lebih luas yaitu suatu proses dalam merencanakan, memperoleh dan
juga menyediakan informasi yang begitu diperlukan untuk membuat berbagai alternatif
keputusan. Berdasarkan dengan Pengertian tersebut maka setiap kegiatan evaluasi maupun
penilaian merupakan suatu proses atau kegiatan yang dengan sengaja direncanakan, untuk
memperoleh informasi atau data. selanjutnya melalui Data tersebut maka dapat dibuat suatu
keputusan.
Apabila evaluasi mengarah pada suatu tindakan atau proses dalam menentukan sesuatu nilai
maka Pengukuran adalah suatu tindakan atau proses untuk melihat kuantitas sesuatu hal. Dengan
demikian, pengukuran dilakukan dengan memberikan jawaban terhadap pertanyaan “ How much
“, namun penelitian dilakukan untuk memberikan jawaban terhadap pertanyaan “ what value “ .
Semua orang ingin mengetahui hasil dari kegiatan yang dilakukannya, baik ataupun buruk
kegiatan tersebut. Hal itu khususnya guru. Guru tentunya harus mengetahui baik atau buruk
kegiatan pembelajaran yang telah mereka lakukan kepada peserta didik. Untuk mendapatkan
informasi tersebut, tentunya guru harus mengadakan suatu evaluasi. Selain itu, evaluasi telah
menjadi suatu kegiatan yang tidak dapat dipisahkan dalam proses pembelajaran. Mengingat
pentingnya hal tersebut, seorang guru tentunya harus memiliki kemampuan dalam melakukan
evaluasi.
Jika seorang guru ingin melakukan kegiatan evaluasi maka sebelumnya guru harus mengetahui
dan memahami terlebih dahulu tentang tujuan dan fungsi evaluasi. Jika tidak maka guru akan
mendapatkan kesulitan dalam merencanakan dan melakukan evaluasi. Setiap orang yang
membahas tentang evaluasi maka membahas pula tentang tujuan dan fungsi evaluasi. Tujuan
evaluasi pembelajaran yaitu untuk mengetahui seberapa efektif dan efisien sistem pembelajaran,
baik yang menyangkut tentang tujuan, metode,media, sumber belajar, sistem penilaian, maupun
lingkungan belajar itu sendiri. Sedangkan tujuan khusus dari evaluasi pembelajaran dapat
disesuaikan dengan jenis evaluasi pembelajaran itu sendiri, seperti evaluasi perencanaan dan
pengembangan, evaluasi Monitoring, evaluasi dampak, evaluasi efisiensi-ekonomis, dan evaluasi
program komprehensif.
Sax (1980) menjelaskan bahwa tujuan evaluasi dan pengukuran yaitu untuk seleksi,
penempatan, diagnosis dan remediasi, umpan balik: penafsiran acuan-norma dan acuan-patokan,
motivasi dan bimbingan belajar, perbaikan program dan Kurikulum: evaluasi formatif dan sumatif ,
dan pengembangan teori .
Evaluasi banyak digunakan dalam berbagai bidang dan kegiatan, misalnya bimbingan dan
penyuluhan, supervisi, seleksi, dan juga pembelajaran. Setiap bidang atau kegiatan tersebut
memiliki tujuan yang berbeda. Dalam kegiatan bimbingan, tujuan evaluasi yaitu untuk
mendapatkan informasi secara menyeluruh tentang karakteristik peserta didik, dan selanjutnya
dapat diberikan bimbingan secara menyeluruh. begitu juga dalam kegiatan supervisi, tujuan
evaluasi yaitu untuk menentukan situasi pembelajaran sehingga berbagai langkah perbaikan dapat
menentukan mutu pembelajaran. Dalam kegiatan seleksi, tujuan evaluasi yaitu untuk mengetahui
berbagai tingkat pengetahuan, keterampilan, sikap dan juga nilai-nilai peserta didik untuk jenis
guruan tertentu.
B. TUJUAN PENILAIAN
Menurut Kellough dan Kellough dalam Swearingen (2006), tujuan penilaian yaitu untuk
membantu peserta didik dalam belajar, menilai efektivitas strategi pembelajaran, menilai dan
meningkatkan efektivitas program kurikulum, menilai dan meningkatkan efektivitas
pembelajaran, menyediakan data yang dapat membantu dalam membuat keputusan, serta
berkomunikasi dan melibatkan orang tua peserta didik. Sementara itu, Chittenden (1994)
menjelaskan tujuan penilaian ( assesment purpose ) adalah sebagai berikut.
1. Keeping track, yaitu untuk menelusuri proses belajar peserta didik, Apakah telah
sesuai dengan rencana pelaksanaan pembelajaran yang telah ditetapkan atau
sebaliknya. untuk itu, Guru harus memiliki data dan informasi dalam kurun waktu
tertentu sehingga dapat memperoleh gambaran mengenai kemajuan belajar
peserta didik.
2. Checking-up, Hal ini dilakukan untuk mengecek ketercapaian kemampuan peserta
didik dalam proses pembelajaran, serta berbagai kekurangan peserta didik selama
mengikuti proses pembelajaran. Oleh karena itu, guru harus melakukan penilaian
untuk mengetahui bagian Materi apa saja yang sudah atau belum diketahui peserta
didik.
3. Finding-out, yaitu untuk mencari,menemukan, serta mendeteksi kekurangan atau
kelemahan peserta Didik dalam proses pembelajaran. Dengan demikian, guru dapat
dengan cepat mencari solusi nya.
4. Summing-up, Apa itu dilakukan untuk menyimpulkan tingkat penguasaan peserta
didik terhadap kompetensi yang sudah ditetapkan. Selanjutnya, hasil penyimpulan
ini dapat digunakan oleh guru untuk menyusun laporan kemajuan belajar.
Tujuan penilaian hasil belajar adalah sebagai berikut.
1. Untuk mengetahui tingkat penguasaan peserta didik terhadap materi yang telah diberikan
guru.
2. Untuk mengetahui bakat, minat, kecakapan, motivasi, dan sikap peserta Didik terhadap
program pembelajaran.
3. Untuk mengetahui tingkat kesesuaian dan pemajuan hasil belajar peserta didik, dengan
standar kompetensi dan kompetensi dasar yang sudah ditetapkan.
4. Untuk mendiagnosis kelemahan dan keunggulan peserta didik ketika mengikuti kegiatan
pembelajaran. Keunggulan peserta didik nantinya dapat digunakan sebagai dasar bagi guru
untuk memberikan pembinaan dan pengembangan lebih lanjut, sedangkan kelemahannya
dapat dijadikan acuan untuk memberikan bantuan belajar lebih baik.
5. Untuk menempatkan peserta didik sesuai dengan potensi yang dimilikinya.
6. Untuk seleksi, yaitu memilih dan menentukan peserta didik yang sesuai dengan jenis
pendidikan tertentu.
1. Seorang guru dapat mengetahui kedudukan peserta didik dalam kelompoknya. Selain itu,
guru juga dapat memperkirakan Apakah seorang peserta didik di dalam kelasnya dapat
digolongkan kedalam anak yang pintar atau biasa tingkat akademik nya. Seorang guru juga
dapat memberikan rencana yang realistis tentang pembelajaran anak didik ke depannya.
Hal ini Tentunya penting karena keberhasilan masa depan akademik peserta didik akan
ditentukan dari realistis atau tidaknya rencana pembelajaran.
2. Kedua, apabila pengetahuan tentang kemajuan peserta didik tadi digabungkan dengan
pengetahuan tentang kapasitas ( kemampuan dasar ) peserta didik maka pengetahuan
tentang kemajuan itu dapat digunakan, sebagai petunjuk mengenai kesungguhan usaha
dalam menempuh program gurunya. Berdasarkan petunjuk ini pula, seorang guru dapat
membantu peserta didik sesuai dengan kompetensi yang diharapkan.
C. FUNGSI EVALUASI
Fungsi evaluasi begitu luas dan juga bergantung dari sudut mana seorang guru melihatnya, Jika
dilihat secara menyeluruh maka fungsi evaluasi adalah sebagai berikut.
1. Secara psikologis, peserta didik ingin pulang mengetahui sejauh mana kegiatan
pembelajaran yang dilakukan, telah sesuai dengan tujuan yang hendak dicapai. peserta
didik dikategorikan sebagai manusia yang belum dewasa. Mereka masih memiliki sikap
dan moral yang heteronom. Dan membutuhkan banyak pendapat dari orang dewasa (
seperti orang tua dan guru ). Hal ini nantinya sebagai pedoman peserta didik dalam
menghadapi suatu situasi. Ketika menentukan sikap dan tingkah laku, mereka umumnya
tidak berpegangan pada pedoman yang berasal dari dalam dirinya, namun mengacu pada
norma yang berasal dari luar diri mereka. Dalam hal pembelajaran , peserta didik
tentunya perlu mengetahui hasil belajarnya, agar merasakan kepuasan dan juga lebih
meningkatkan Semangat belajarnya.
2. Secara sosiologis, evaluasi memiliki fungsi untuk mengetahui sejauh mana peserta didik
sudah cukup mampu untuk terjun ke masyarakat. Hal ini dalam artian bahwa peserta
didik Mampu berkomunikasi dan beradaptasi terhadap seluruh lapisan masyarakat, serta
dengan segala karakteristiknya. Selain itu, peserta didik diharapkan bisa Membina dan
mengembangkan semua potensi yang ada dalam masyarakat. Hal ini Tentunya penting,
karena mampu atau tidaknya peserta didik untuk terbawa ke masyarakat, Akan
memberikan ukuran tersendiri terhadap institusi perguruan yang bersangkutan. Dengan
demikian, materi pembelajaran perlu disesuaikan dengan kebutuhan masyarakat.
3. Secara didaktis-metodis, evaluasi dapat membantu guru dalam menempatkan peserta
didik pada kelompok tertentu, yang telah disesuaikan dengan kemampuan dan kecakapan
peserta didik masing-masing, dan juga membantu guru untuk memperbaiki proses
pembelajaran nya.
4. Evaluasi dapat berfungsi untuk mengetahui kedudukan peserta didik dalam kelompok.
Apakah mereka termasuk dalam anak yang pintar, sedang atau kurang pintar. Hari ini
akan berhubungan dengan sikap dan juga tanggung jawab orang tua sebagai guru
pertama. Setelah mengetahui hal ini, guru dan orang tua perlu menentukan langkah
selanjutnya.
5. Evaluasi juga berfungsi untuk mengetahui tingkat kesiapan peserta didik untuk
menempuh program gurunya. Apabila peserta didik telah dianggap siap Maka program
guruan bisa dilaksanakan. Sebaliknya, jika peserta didik belum siap Maka program buruan
sebaiknya jangan dulu diberikan. Hal itu karena dapat mengakibatkan hasil yang kurang
maksimal.
6. Evaluasi memiliki fungsi untuk membantu guru, dalam memberikan bimbingan dan
seleksi, baik dalam bentuk menentukan jenis guruan, kenaikan kelas, maupun jurusan.
dengan evaluasi maka guru dapat mengetahui potensi peserta didik sehingga dapat
memberikan bimbingan sesuai dengan tujuan yang telah ditentukan atau diharapkan.
Sama halnya dengan kenaikan kelas, jika peserta didik belum menguasai kompetensi yang
ditentukan maka peserta didik akan lebih baik tidak dinaikkan ke kelas berikutnya.
Kegagalan adalah hasil dari keputusan evaluasi dan dengan itu seorang guru harus
memberikan bimbingan yang intensif.
7. Secara Administratif, evaluasi memiliki fungsi untuk memberikan laporan mengenai
kemajuan peserta didik kepada orang tua, pejabat pemerintah yang berwenang, kepala
sekolah, guru dan juga peserta Didik itu sendiri. Hasil evaluasi ini nantinya dapat
memberikan gambaran secara umum, yang meliputi semua hasil usaha yang dilakukan
oleh institusi guruan.
Sementara itu, Stanley dalam Oemar Hamalik (1989) menjabarkan secara spesifik tentang
fungsi tes dalam pembelajaran, yang dikategorikan dalam tiga fungsi yang saling berhubungan,
yaitu fungsi instruksional, fungsi administratif, dan fungsi bimbingan. Berikut ini penjelasan nya
lebih lanjut.
1. Fungsi Instruksional
Berikut penjabaran mengenai fungsi instruksional dari teks dalam pembelajaran.
a. Proses konstruksi suatu tes merangsang guru untuk menjelaskan dan merumuskan
kembali berbagai tujuan pembelajaran ( kompetensi dasar ) yang bermakna. Jika
guru terlibat secara aktif dalam perumusan tujuan pembelajaran (kompetensi dasar
dan indikator), maka guru akan terdorong untuk memperbaiki program pengalaman
belajar bagi peserta didik, Disamping akan memperbaiki alat evaluasi itu sendiri.
Guru juga akan merasakan bahwa kompetensi dasar dan indikator yang telah
dirumuskan akan bermakna bagi diri mereka, dan peserta didik sehingga akan
memperkaya berbagai pengalaman belajar.
b. Suatu teks akan memberikan umpan balik kepada guru. Umpan balik yang
bersumber dari hasil tes akan membantu guru, untuk memberikan bimbingan
belajar yang lebih bermakna bagi peserta didik. Tes yang telah dirancang dengan
baik maka dapat dijadikan alat untuk mengidentifikasi diri peserta didik, yaitu untuk
meneliti berbagai kelemahan yang dirasakannya.
c. Tes-tes yang dikonstruksi secara cermat dapat memotivasi peserta didik untuk
melakukan kegiatan belajar. Pada umumnya, setiap peserta didik ingin berhasil
dengan baik dalam setiap teks yang ditempuhnya, bahkan ingin lebih baik dari
teman-teman sekelasnya. Keinginan ini nantinya akan mendorongnya belajar lebih
baik dan teliti. Artinya, Iya akan berusaha untuk menguasai materi pelajaran yang
akan dievaluasi itu.
d. Ulangan merupakan suatu alat yang berguna dalam rangka penguasaan atau
pemantapan belajar (overlearning). Ulangan dapat dilaksanakan dalam bentuk
review, latihan, pengembangan keterampilan,dan konsep-konsep. Pemantapan,
penguasaan dan pengembangan ingatan (retention) akan lebih baik, jika dilakukan
ulangan pada periode tertentu dan berkelanjutan. Meskipun peserta didik dapat
menjawab semua pertanyaan dalam tes, namun ulangan ini tetap memiliki manfaat
yang besar, karena penguasaan materi pelajaran akan bertambah kuat.
2. Fungsi Administratif
Berikut ini penjabaran mengenai fungsi administratif dari tes dalam pembelajaran.
a. Test adalah suatu mekanisme untuk mengontrol kualitas suatu sekolah maupun
suatu sistem sekolah. Norma-norma lokal atau norma-norma nasional dapat
menjadi dasar untuk melihat dan menilai keefektifan serta kelemahan kurikuler
sekolah. Terlebih jika daerah setempat tidak mempunyai alat yang dapat digunakan
untuk melaksanakan evaluasi secara periodik.
b. Teks dapat berguna untuk mengevaluasi program dan melakukan penelitian.
Keberhasilan suatu program inovasi bisa dilihat setelah diadakan pengukuran
terhadap hasil program, yang sesuai dengan tujuan khusus yang telah ditetapkan.
Percobaan metode mengajar untuk menemukan cara belajar efektif dan efisien bagi
para peserta didik, baru dapat dilaksanakan setelah diadakan berbagai kegiatan
eksperimen dan selanjutnya dapat diukur keberhasilannya dengan tes.
c. Teks dapat meningkatkan kualitas hasil seleksi. Seleksi dilakukan untuk menentukan
bakat peserta didik dan memiliki kemungkinan berhasil dalam studinya pada suatu
lembaga pendidikan. Contohnya seperti sejauh mana keterampilan calon untuk
mengemban tugas tertentu, Apakah tergolong dalam anak yang cerdas atau
sebaliknya dan lain-lain. Hasil seleksi sering digunakan untuk menempatkan dan
juga mengklasifikasikan peserta didik dalam rangka program bimbingan. guru juga
dapat menggunakan hasil tes untuk menentukan Apakah peserta didik perlu
dibimbing, dilatih, dan diajari.
d. Tes bermanfaat untuk melakukan akreditasi, penguasaan, dan sertifikasi. Tes dapat
digunakan untuk mengukur kompetensi seorang lulusan. Misalnya, seorang calon
guru sudah dapat dikatakan memiliki kompetensi yang diharapkan apabila ia
mampu mendemonstrasikan kemampuannya di dalam kelas. Untuk mengetahui
tingkat penguasaan kompetensi dan kemudian memberikan sertifikat diperlukan
pengukuran dengan alat tertentu, yaitu tes.
3. Fungsi Bimbingan
Tes sangat penting untuk mendiagnosis bakat bakat khusus dan kemampuan (ability) peserta
didik. Bakat skolastik, minat, kepribadian, merupakan aspek-aspek nanti yang harus mendapat
perhatian dalam proses bimbingan. Informasi dari hasil tes standar (standarized test) dapat
membantu kegiatan bimbingan dan seleksi ke sekolah yang lebih tinggi, memilih jurusan/program
studi. Mengetahui kemampuan, dan sebagainya. Untuk memperoleh informasi yang lengkap
sesuai dengan kebutuhan bimbingan maka diperlukan alat ukur yang memadai seperti tes.
Selain itu, terdapat pula beberapa fungsi penilaian hasil belajar lainnya, berikut
penjabarannya.
1. Fungsi formatif, yaitu dalam rangka memberikan umpan balik kepada guru untuk
memperbaiki proses pembelajaran dan melaksanakan remedial bagi peserta didik.
2. Fungsi sumatif, yaitu dalam rangka menentukan nilai hasil belajar peserta didik dan
selanjutnya diberikan laporan kepada berbagai pihak. Hal itu berkaitan dengan
penentuan kenaikan kelas maupun lulus atau tidaknya peserta didik.
3. Fungsi diagnostik, yaitu dalam rangka memahami berbagai latar belakang peserta
didik seperti fisik, psikologis, dan juga lingkungan Mereka yang mengalami berbagai
kesulitan belajar. Hasil ini Tentunya berguna untuk memecahkan kesulitan belajar
siswa.
4. Fungsi penempatan, yaitu dalam rangka untuk menempatkan peserta didik pada
situasi atau lingkungan pembelajaran yang sesuai dengan kemampuan peserta didik
(misalnya menentukan program spesialisasi).
D. PRINSIP-PRINSIP EVALUASI
Untuk memperoleh hasil evaluasi yang lebih baik maka guru harus memperhatikan beberapa
prinsip umum evaluasi sebagai berikut.
1. Kontinuitas
Evaluasi tidak boleh dilakukan secara insidental. Hal itu karena pembelajaran
sendiri merupakan suatu proses dan kontinu. Oleh karena itu, guru harus
melakukan evaluasi secara kontinu. Hasil evaluasi yang didapatkan pada suatu
waktu harus selalu dihubungkan dengan hasil-hasil di waktu sebelumnya. Dengan
demikian maka dapat diperoleh gambaran yang jelas dan berarti mengenai
perkembangan peserta didik. Perkembangan belajar peserta didik tidak hanya
dilihat dari dimensi produk saja, namun juga dimensi proses bahkan dari dimensi
input.
2. Komperhensif
Untuk melakukan evaluasi terhadap suatu objek maka guru harus mengambil
seluruh objek itu sebagai bahan evaluasi. Contohnya, jika objek evaluasi itu adalah
peserta didik maka seluruh aspek kepribadian peserta didik harus dievaluasi dan
Evaluasi ini digunakan untuk mengetahui adanya dampak yang ditimbulkan oleh
suatu program pembelajaran. Dampak ini nantinya dapat diukur berdasarkan
kriteria keberhasilan sebagai indikator tercapainya tujuan program pembelajaran.
4. Evaluasi Efisiensi-Ekonomis
Evaluasi ini digunakan untuk menilai tingkat efisiensi dari suatu program
pembelajaran. Dengan demikian, diperlukan adanya perbandingan antara jumlah
biaya, tenaga dan waktu yang diperlukan dalam program pembelajaran dengan
program lainnya yang mempunyai tujuan yang sama.
5. Evaluasi Program Komprehensif
Evaluasi ini digunakan untuk menilai suatu program pembelajaran secara
komprehensif, seperti pelaksanaan program, dampak program, tingkat keefektifan,
dan juga efesiensi.
F. JENIS PENILAIAN DAN HASIL BELAJAR
Penilaian proses dan hasil belajar memiliki empat jenis, berikut penjelasannya.
1. Penilaian Formatif (formative Assessment)
Penilaian formatif digunakan untuk melihat kemajuan belajar peserta didik
ketika proses belajar berlangsung, untuk memberikan balikan (feedback) yang
dapat menyempurnakan suatu program pembelajaran, serta untuk mengetahui
berbagai kelemahan yang Perlu diperbaiki sehingga hasil belajar peserta didik dan
proses pembelajaran guru dapat lebih baik. Soal-soal penilaian formatif ada yang
mudah dan ada pula yang sulit hal ini tergantung pada tugas-tugas belajar dalam
program pembelajaran yang nantinya akan dinilai.
Tujuan utama dari penilaian formatif yaitu untuk membuat proses
pembelajaran lebih baik bukan untuk menentukan tingkat kemampuan dari peserta
didik. Penilaian formatif sebenarnya adalah penilaian acuan patokan (criterion-
referenced assesment) . Penilaian formatif seperti yang diberikan di akhir satuan
pelajaran Sebenarnya bukan penilaian formatif lagi, karena data-data yang
diperoleh akhirnya digunakan untuk menentukan tingkat hasil belajar peserta didik.
Akan tetapi, lebih tepat apabila penilaian di akhir satuan pelajaran itu dipandang
sebagai penilaian sumatif. Apabila dimaksudkan bagi perbaikan proses
pembelajaran maka masuk itu baru terlaksana pada jangka panjang yaitu Ketika
penyusunan program tahun berikutnya.
Hasil penilaian formatif memiliki manfaat untuk guru dan juga peserta didik,
berikut penjelasannya.
a. Manfaatkan bagi Guru
Manfaat penilaian formatif untuk seorang guru adalah sebagai berikut.
1) Guru dapat mengetahui sejauh mana bahan pembelajaran dikuasai
oleh peserta didik. Apabila guru mengetahui tingkat keberhasilan
kelompok peserta didik dalam menguasai materi pelajaran maka
guru dapat memutuskan apakah suatu materi pelajaran harus
diulang kembali atau tidak. Apabila suatu mati harus diulang maka
Kata “Sumatif” berasal dari kata “sum” yang memiliki arti “total obtained by adding
together items, members or amouts” . Penilaian sumatif adalah penilaian yang dibuat apabila
satuan pengalaman belajar atau seluruh materi pelajaran telah selesai. Misalnya adalah ujian akhir
semester dan juga ujian nasional. Penilaian sumatif dapat diberikan dengan maksud untuk
mengetahui sejauh mana peserta didik dapat menguasai standar kompetensi yang sudah
ditetapkan.
Tujuan dari penilaian sumatif yaitu untuk menentukan nilai (angka) yang mengacu pada
tingkatan hasil belajar peserta didik yang nantinya digunakan sebagai angka raport. Hasil penilaian
sumatif juga bisa digunakan untuk perbaikan proses pembelajaran secara komprehensif.
Beberapa fungsi utama dari penilaian sumatif, yaitu (a) dapat menentukan nilai akhir
peserta didik Pada periode tertentu. Misalnya, akhir catur Wulan, akhir semester, akhir tahun,
atau akhir suatu sekolah. Nilai itu nantinya dilaporkan dalam buku laporan guruan atau Surat
Tanda Tamat Belajar (STTB). Dengan demikian guru dapat mengetahui kedudukan seorang peserta
didik jika dibandingkan dengan prestasi belajar peserta didik lainnya, (b) dapat memberikan
informasi mengenai keterampilan kecakapan peserta didik Pada periode tertentu, dan (c) untuk
memperkirakan Apakah peserta didik dapat berhasil atau sebaliknya pada pelajaran di jenjang
yang lebih tinggi.
Agar fungsi sumatif dalam memperkirakan ini bisa berjalan dengan baik maka seorang guru
harus memperhatikan beberapa hal berikut. Pertama,pelajaran berikutnya harus memiliki
hubungan dengan pelajaran yang telah ditempuh peserta didik. Kedua, pelajaran berikutnya harus
masih memiliki hubungan dengan karakteristik peserta didik. Ketiga, dapat digunakan untuk
menentukan bahan pelajaran berikutnya. Keempat, Untuk bahan pertimbangan dalam
menyempurnakan urutan dan juga ruang lingkup dari materi pelajaran, termasuk metode, media,
dan sumber belajar yang dipakai dalam serangkaian kegiatan pembelajaran.
1. Terdapat kesadaran yang sama di antara guru dan peserta didik untuk
meningkatkan kualitas pembelajaran
2. Penilaian terhadap pelaksanaan refleksi harus dilakukan secara kritis.
3. penilaian terhadap peserta didik pelaksanaan pembelajaran bisa dilakukan
ketika memulai pembelajaran hingga akhir pembelajaran.
4. penilaian dapat dilakukan terhadap beberapa aspek pembelajaran yang
dilakukan oleh guru, baik materi, metode, dan lain-lain.
5. hasil penilaian terhadap pembelajaran yang dilakukan guru dapat menjadi
dasar bagi perbaikan pembelajaran.
Penilaian
No Aspek Penilaian Keterangan
Ya Tidak
Guru telah menjelaskan materi dengan bahasa
1 yang mudah dimengerti
Guru menjelaskan materi sehingga mudah
2
diterima
Guru mengatur tempat duduk sesuai dengan
3 kemauan siswa
4 Guru memberikan motivasi untuk belajar
5 Guru kurang memperhatikan siswa
Guru tidak memberikan kesempatan yang rata
6
kepada siswa dalam pembelajaran
7 Penampilan guru kurang menarik
8 Guru yang sering kesal dengan siswa
9 Guru kurang memberikan latihan kepada siswa
Guru sering keluar kelas ketika sedang
10
berlangsungnya pembelajaran
Setelah mengisi tabel di atas, Tulislah berbagai pesan dan Kritik membangun agar
pembelajaran mendatang Berjalan Lebih baik.
Pesan:.....................................................................................................................................
................................................................................................................................................
................................................................................................................................................
................................................................................................................................................
................................................................................................................................................
................................................................................................................................................
2. Evaluasi Pembelajaran
evaluasi memiliki terjemahan dari kata evalution yang diterjemahkan dengan “penilaian” .
Dengan demikian, di antara penilaian dan evaluasi bisa dilihat sebagai dua istilah yang
satu makna. Arti lain evaluasi bisa diartikan sebagai suatu tindakan atau proses untuk
menentukan nilai dari suatu objek. Pengertian evaluasi pembelajaran adalah suatu proses
yang berkelanjutan tentang pengumpulan dan penafsiran informasi dalam rangka menilai
keputusan keputusan yang dibuat untuk merancang suatu sistem pembelajaran.
Pengertian tersebut memiliki beberapa implikasi berikut.
c. Evaluasi mengharuskan adanya penggunaan alat ukuran yang akurat dalam rangka
pengumpulan informasi yang dibutuhkan guru untuk membuat suatu keputusan.
Evaluasi pembelajaran memiliki tujuan sebagai berikut.
Berdasarkan uraian di atas maka dapat disimpulkan jika penilaian formatif adalah
penilaian yang dilakukan ketika akhir program belajar mengajar yang bertujuan untuk
melihat Tingkat keberhasilan proses belajar mengajar. Penilaian formatif memiliki orientasi
pada proses yang selanjutnya dapat memberikan informasi kepada peserta didik
mengenai program atau proses belajar mengajar Perlu diperbaiki. Jenis penilaian ini
nantinya dapat digunakan guru sebagai suatu kegiatan reflektif pembelajaran yang sesuai
dengan fungsinya bahwa penilaian formatif bisa digunakan untuk melihat sejauh mana
keberhasilan proses pembelajaran dan bisa memberikan informasi apakah suatu
pembelajaran Perlu diperbaiki atau tidak. Dengan kata lain, penilaian formatif bisa
digunakan untuk bahan refleksi pembelajaran dalam mendeteksi kesulitan belajar yang
disebabkan oleh faktor pedagogis.
Kesulitan belajar yang disebabkan oleh faktor pedagogis yaitu kesulitan belajar siswa yang
sering terjadi karena faktor kurang sesuainya guru dalam mengelola pembelajaran dan
menerapkan metodologi. Contoh nya, guru masih belum memperhatikan kemampuan
awal yang dipunyai peserta didik, nama guru langsung memberikan materi baru.
Selanjutnya, pada saat peserta didik mendapatkan kesulitan dalam memahami maka guru
akan mengulang pengetahuan dasar yang diperlukan. Kemudian meneruskan lagi ke
materi baru yang pembelajarannya terpenggal.
Jika hal ini terjadi begitu sering dalam suatu tatap muka maka dapat menimbulkan
kesulitan dalam memahami, berbentuk tidak terstrukturnya bahan ajar yang dapat
mendukung kompetensi peserta didik. Pada saat menerangkan berbagai bagian bahan
ajar yang menunjang tercapainya suatu kompetensi bisa saja sudah jelas, namun jika
secara keseluruhan tidak dikemas dalam suatu struktur pembelajaran yang baik maka
kompetensi dasar dalam penguasaan materi dan penerapannya tidak selalu dapat
berhasil.
Struktur pelajaran yang tersusun dengan baik maka dapat memudahkan peserta didik
dalam mengurangi kesulitannya dalam belajar. Hal yang sering terjadi pada peserta didik
adalah ketika diterangkan oleh guru, mereka mengerti. Akan tetapi, ketika diberikan soal
sendiri maka peserta didik tidak bisa mengerjakannya. Apabila guru menanggapinya
hanya dengan menyatakan memang hal tersebut sering dikemukakan peserta didik
kepada saya, berarti guru tersebut tidak merasa tertantang profesionalismenya dalam
mengajar, untuk mencari penyebab utama, menemukan dan mengatasi masalahnya.
Kesulitan diatas bisa terjadi karena guru kurang Memberikan latihan yang cukup di kelas
dan memberikan bantuan kepada peserta didik yang memerlukan meskipun seorang
peserta didik sudah berusaha keras menjelaskan materinya. Hal ini juga dapat terjadi
karena guru belum menerapkan hakikat belajar, yaitu belajar adalah berpikiran dan
mengerjakan. Berpikir ketika mendengarkan penjelasan guru memiliki implikasi bahwa
tanya jawab adalah salah satu bagian penting di dalam belajar. Dengan adanya tanya
jawab maka proses diagnosis sudah diawali. Dengan demikian, diagnostic teaching sambil
mengatasi kesulitan peserta didik sudah dilaksanakan.
Cara lain di dalam refleksi pembelajaran adalah dengan cara diagnosis kesulitan belajar
peserta didik. Dengan mengetahui kesulitan belajar peserta didik maka guru dapat
memperbaiki strategi pembelajaran yang sesuai dengan karakteristik dan juga hasil
analisis kesulitan tersebut. Pada dasarnya, terdapat kesamaan antara profesi seorang
peserta didik dengan profesi seorang dokter. Seorang dokter ketika menetapkan suatu
jenis penyakit yang memberikan jenis obat yang akan diberikan melalui kegiatan diagnosa
terhadap pasien nya. Kegiatan dokter ketika mendiagnosa pasien dapat melalui
wawancara dan juga melihat dokumen kemajuan pemeriksaan sebelumnya. Sedangkan
bagi seorang guru dalam menetapkan jenis kesulitan peserta didik maka dilakukan melalui
kegiatan penilaian atau tes.
Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (2001) diagnosis memiliki pengertian berikut (a)
penentuan jenis penyakit dengan cara meneliti (memeriksa) gejala-gejalanya,(b)
pemeriksaan terhadap suatu hal. Demikian pula halnya pekerjaan sebagai seorang guru,
sebelum memberikan pembelajaran perbaikan (pembelajaran remedial) , seorang guru
perlu mencari penyebab kesulitan belajar peserta didik atau mendiagnosa kesulitan
belajar yang mereka alami.
a. Faktor Fisisologis
kesulitan belajar peserta didik yang dapat ditimbulkan oleh faktor fisiologis, yaitu esulitan
belajar yang disebabkan karena gangguan fisik seperti gangguan penglihatan,
pendengaran, gangguan sistem syaraf, dan lain-lain. Hal yang dapat dilakukan guru
hanyalah memberikan kesempatan kepada peserta didik yang memiliki gangguan dalam
penglihatan atau pendengaran tersebut untuk duduk lebih dekat ke meja guru. Selebihnya,
hambatan belajar tersebut hendaknya diatasi melalui kerja sama dengan pihak yang
memiliki kompetensi dalam mengatasi kesulitan peserta didik tersebut.
b. Faktor Sosial
Lingkungan keluarga, masyarakat, dan sekolah sangat berpengaruh terhadap motivasi
belajar peserta didik. Suatu keluarga yang memiliki suasana kondusif dalam belajar akan
menjadikan anak termotivasi tinggi dalam belajar dan nyaris tidak memiliki kesulitan
belajar. Demikian juga pergaulan peserta didik di masyarakat dan di sekolah yang
mengutamakan suasana belajar yang kondusif maka peserta didik memiliki motivasi
belajar yang tinggi pula.
c. Faktor Emosional
Peserta didik cepat emosi, mudah tersinggung, mudah marah, dan dapat menghambat
belajarnay. Keadaan peserta didi yang demikian dapat disebabkan oleh masalah-masalah
sebagai berikut: siswa mengkonsumsi minuman keras, ekstasi dan sejenisnya, peserta
didik kurang tidur, ada masalah keluarga sehingga mereka sulit untuk melupakannya, dan
sebagainya.
d. Faktor intelektual
Peserta didik yang mengalami kesulitan belajar disebabkan oleh faktor intelektual, umunya
kurang berhasil dalam menguasai konsep atau prinsip walaupun telah berusaha
mempelajarinya. Dengan demikian, seorang guru harus memberikan waktu lebih lama
dalam mengerjakan suatu tugas, dibandingkan dengan siswa yang lainnya.
e. Faktor Pedagogis
Faktor lain yang menjadi penyebab peserta didik mengalami kesulitan belajar adalah
faktor pedagogis, yaitu faktor kurang tepatnya guru dalam mengelola pembelajaran dan
menerapkan metodologi. Dengan demikian, seorang guru harus mencari cara agar
pengelolaan pembelajaran dapat berjalan lebih efektif.
Penelitian tindakan kelas adalah hal yang harus dilakukan agar pembelajaran di dalam
kelas dapat terwujud dengan maksimal.
tujuan instruksional. PTK ini mengarahkan peneliti untuk dapat menentukan cara yang
paling efektif untuk mencapai tujuan pengajaran.
saat melaksanakan pembelajaran sebelum penelitian, dan tidak boleh dibuat-buat yang
menjadikan pembelajaran menjadi kaku. Seorang kolaborator pun disarankan untuk
menjalankan pengamatan secara objektif sesuia dengan kondisi pembelajaran yang
dilakukan oleh peneliti. Hal ini tentunya penting karena penelitian tindakan memiliki tujuan
untuk memperbaiki proses pembelajaran.
d. Tahap Refleksi
Kegiatan refleksi ini biasa dilakukan pada saat kolaborator sudah selesai melakukan
pengamatan terhadap peneliti ketika melaksanakan pembelajaran. Selanjutnya,
kolaborator berhadapan dengan peneliti dan mendiskusikan semua hasil pengamatan,
serta peneliti melakukan implementasi rancangan tindakan. Inti dari suatu penelitian
tindakan adalah saat kolaborator mengatakan kepada penelitian mengenai berbagai hal
yang dirasakan apakah telah berjalan dengan baik atau belum. Hasil refleksi nantinya
dapat berguna untuk pertimbangan dalam merancang kegiatan berikut nya. Jadi, inti dari
kegiatan refleksi yaitu kegiatan evaluasi, analisis, pemaknaan, penjelasan, penyimpulan
dan identifikasi mengenai tindak lanjut perencanaan siklus berikutnya.
Keempat tahap dalam penelitian tindakan yang dijabarkan diatas adalah unsur untuk
membentuk sebuah siklus, yaitu satu putaran kegiatan beruntun, yang dinilai dari tahap
penyusunan rancangan hingga refleksi, yang tidak lain adalah evaluadi. Jika dikaitkan
pada “bentuk tindakan” sebagaimana disebutkan dalam uraian ini maka yang dimaksud
dengan bentuk tindakan adalah siklus tersebut. Jadi, bentuk penelitian tindakan tidak
pernah merupakan kegiatan tunggal, namun selalu berupa rangkaian kegiatan yang akan
kembali ke asal, yaitu bentuk siklus.
Guru ketika menyusun penelitian tindakan kelas harus berdasarkan permasalahan yang
terjadi di kelas, yaitu terdiri dari permasalahan guru maupun permasalahan peserta didik.
Permasalahan dapat muncul karena adanya kesenjangan di antara idealisme dari harapan
yang ada dengan kenyataan yang terjadi dalam pembelajaran di kelas.
Ketentuan dalam menentukan masalah adalah sebagai berikut: (1) mengintropeksi diri
bahwa memang terdapat masalah dalam pembelajaran di kelas, (2) menuliskan masalah,
(3) mengidentifikasi masalah yang mudah/terlihat, (4) menentukan alternatif dan solusi
dari masalah yang telah diidentifikasi, (5) merumuskan masalah, dan (6) menuliskan judul
penelitian tindakan kelas. berikut penjabaran lebih lanjut.
1) Contoh dari Masalah Belajar Mengajar diKelas
Beberapa contoh dari masalah belajar mengajar yang biasa terjadi di kelas adalah sebagai
berikut.
a) Sebagian besar peserta didik kurang menyukai mata pelajaran.
b) Minat belajar peserta didik pada mata pelajaran cenderung rendah.
c) Sebagian besar peserta didik mengantuk ketika pelajaran di jam terakhir
berlangsung.
d) nilai rata-rata ulangan harian peserta didik kurang dari KKM.
e) Sebagian besar peserta didik tidak mengerjakan PR.
f) Guru belum dapat memberikan strategi pembelajaran yang inovatif.
g) Alat peraga mata pelajaran kurang tersedia.
4) Perumusan Masalah
Rumusan masalah dari permasalahan yang disebutkan di atas adalah sebagai berikut.
2) Perumusan Masalah
Perumusan masalah berisi kalimat pertanyaan yang terdiri dari (a) pertanyaan Bagaimana
menerapkan solusi dalam pembelajaran yang dapat menyelesaikan masalah, dan (b)
pertanyaan mengenai Apakah dapat di Selesaikan masalah tersebut dengan solusi yang
dipilih. Contoh perumusan masalah dari judul di atas:
3) Tujuan Penelitian
Tujuan utama diadakannya penelitian tindakan kelas yaitu untuk peningkatan mutu
pembelajaran yang nantinya dapat meningkatkan mutu guruan. Oleh karena itu, tujuan
penelitian harus disusun sesuai dengan rumusan masalah yang ada. Untuk itu, tujuan
penelitian yang sesuai dengan rumusan masalah yang telah dijabarkan adalah sebagai
berikut.
MATERI PDF PPPK GURU INSTAGRAM : REKRUTMENP3KGURU
96
HAK CIPTA MILIK WWW.KLIKSOAL.CO.ID I DILARANG MENGGANDAKAN ATAU
MEMPERBANYAK I DILARANG MENGKOMERSILKAN MATERI BAHAN AJAR
TANPA SEIZIN TEAM KLIKSOAL.CO.ID I WHATSAPP : 0812-2474-9929
a) Setting Penelitian
Setting penelitian memiliki tiga komponen berikut : (1) Tempat penelitian, (2) waktu
penelitian, dan (3) subjek penelitian. Tempat penelitian akan mendeskripsikan kelas
dan satuan guruan dimana penelitian dilakukan, waktu penelitian kemudian
menyebutkan mulai dan sampai bulan apa penelitian dilakukan, Dan Terakhir subjek
penelitian akan menyebutkan jumlah peserta didik yang menjadi subjek penelitian.
b) Prosedur Penelitian
Beberapa hal yang perlu dideskripsikan dalam Prosedur Penelitian adalah (1) jenis
dan model PTK, dan (2) siklus penelitian. Berikut penjelasannya lebih lanjut.
1) Jenis dan Model Penelitian
Jenis penelitian tindakan kelas ini yaitu penelitian tindakan kelas partisipan.
Peneliti terlibat langsung pada proses penelitian sejak awal hingga hasil
penelitian berupa penyusunan laporan. Misalnya, model penelitian yang
digunakan adalah model Kurt Lewin.
2) Siklus Penelitian
Penelitian ini dilaksanakan dengan beberapa siklus, setiap siklus terdiri dari
empat tahapan, yaitu sebagai berikut.
a) Perencanaan (Planning)
Perencanaan pada penelitian ini terdiri dari (1) Rencana Pelaksanaan
Pembelajaran (RPP) tiga Kompetensi Dasar (KD), yaitu KD 1 tentang ,
KD 2 tentang.........., dan KD 3 tentang........., (2) Lembar Kerja Siswa (LKS)
dan (3) Instrumen tes, observasi kegiatan belajar peserta didik dan instrumen
observasi kegiatan pembelajaran.
b) Pelaksanaan (Acting)
Penelitian dapat dilaksanakan minimum tiga siklus, dengan satu siklus
minimum tiga kali pertemuan. Siklus pertama KD 1, siklus kedua KD 2, siklus
ketiga KD 3 , dan seterusnya.
(3) Pengamatan (Observing)
Pengamatan dilakukan selama dan sesudah pembelajaran berlangsung dengan
menggunakan instrumen berikut ini. (a) instrumen observasi kegiatan belajar
peserta didik, yang dilaksanakan oleh peneliti ketika proses belajar berlangsung
dengan sasaran yaitu peserta didik. (b) instrumen observasi kegiatan
pembelajaran yang dilaksanakan oleh kolaborator pada saat proses
pembelajaran berlangsung dengan sasaran guru (peneliti) dan (c) instrumen tes
yang dilaksanakan setiap akhir siklus.
(4) Refleksi (Reflecting)
pembelajaran dan juga hasil pengamatan peneliti terhadap proses belajar peserta didik
serta hasil tes.
e) Indikator Kinerja
Seperti telah diuraikan bahwa penelitian tindakan kelas adalah penelitian yang
pelaksanaannya terdiri dari beberapa tahapan (siklus), yang disarankan
minimum tiga siklus. untuk menandai berakhirnya siklus penelitian maka
diperlukan adanya indikator kinerja. Indikator kinerja dibuat meneliti
berdasarkan dengan permasalahan yang ingin diselesaikan. Misalnya,
masalah yang ingin diselesaikan dalam suatu penelitian adalah mengenai
motivasi belajar. Dengan demikian, indikator kinerja yang dibuat menunjukkan
persentase minimal yang ditunjukkan peserta didik setelah mengikuti
pembelajaran. Misalnya, indikator kinerja Dalam penelitian ini adalah (1)
keaktifan peserta didik dalam mengikuti pembelajaran minimal 70%, dan 2
jumlah peserta didik yang mencapai KKM minimal 75%.
Internet
http://kabar-pendidikan.blogspot.com/2011/04/peran-kepala-sekolah-sebagai-
supervisor.html
https://fokussatu.com/metode-pembelajaran/
https://www.academia.edu/6503141/MACAM-MACAM_METODE_PEMBELAJARAN
https://belmawa.ristekdikti.go.id/pendidikan-profesi-guru/
https://www.silabus.web.id/teori-silabus-dan-rpp/