Anda di halaman 1dari 71

MODUL PRAKTIKUM ANALISIS FARMASI

KELAS REGULER

Koordinator Praktikum :

Dr. apt. Rimadani Pratiwi, M.Si

Dr. apt. Sandra Megantara, M.Si

DEPARTEMEN ANALISIS FARMASI DAN KIMIA MEDISINAL

FAKULTAS FARMASI

UNIVERSITAS PADJADJARAN

JATINANGOR

2022
Tim Penyusun

Dr. apt. Rimadani Pratiwi, M.Si

Dr. apt. Sandra Megantara, M.Si

Raspati Dewi Mulyaningsih

Nisa Amalia

Syifa Amanda

Adira Rahmawaty

Gabriella Livia Amanda

Franatalia Sinaga

Julieta Mega Priyani

Ajeng Pristicha Putri

Izzah Al Mukminah

Dwi Yuri Arista


DAFTAR ISI

I. PENGENALAN ALAT GELAS VOLUMETRIK LABORATORIUM 2


1.1. Tujuan 2
1.2. Instruksi 2
II. PENYIAPAN LARUTAN DAN TITRASI 4
2.1. Tujuan 4
2.2. Instruksi 4
III. TITRASI ASAM-BASA 5
3.1. Tujuan 5
3.2. Prinsip 5
3.4. Prosedur Titrasi Asam Basa dengan Virtual Lab (Level 1) 8
3.5. Prosedur Titrasi Asam Basa dengan Virtual Lab (Level 2) 23
3.6. Prosedur Titrasi Asam Basa di Laboratorium 33
IV. TITRASI BEBAS AIR 34
4.1. Tujuan 34
4.2. Prinsip 34
4.3. Teori Dasar 34
4.4. Prosedur Titrasi Bebas Air 36
4.4.1. Klorpromazin HCl 36
4.4.2. Kodein 36
4.4.3. Metronidazole 37
4.4.4. Chlorhexidine Diacetate 37
V. TITRASI PENGENDAPAN 38
5.1. Tujuan 38
5.2. Prinsip 38
5.4. Prosedur Titrasi Pengendapan 40
5.4.1. Penetapan kadar I- (Iodine) (Metode Volhard-Titrasi Balik) 40
5.4.2. Penetapan kadar kromat (CrO42-) (Metode Fajans) 40
5.4.3. Penetapan kadar klorin (Cl-) (Metode Mohr) 41
5.4.4. Penetapan kadar karbonat (CO3)2- (Metode Volhard) 41
VI. TITRASI REDUKSI OKSIDASI 43
6.1 Tujuan 43
6.2 Prinsip 43
6.3 Teori Dasar 43
6.4 Prosedur Titrasi Redoks dengan Virtual Lab 44
VII. TITRASI KOMPLEKSOMETRI 59
7.1 Tujuan 59
7.2 Prinsip 59
7.3. Teori Dasar 59
7.4. Prosedur Titrasi Kompleksometri 61
7.4.1. Kalsium Klorida 61
7.4.2. Mangan Sulfat 61
7.4.3. Magnesium Sulfat 62
7.4.4. Zink klorida 62
VIII. TITRASI NITRIMETRI 64
8.1 Tujuan 64
8.2 Prinsip 64
8.3. Teori Dasar 64
8.4. Prosedur Titrasi Nitrimetri 65
8.4.1. Procaine HCl 65
8.4.2. Sulfamerazine 66
8.4.3. Paracetamol 66
8.4.4. Sulfametoksazole 66
Jadwal Praktikum Analisis Farmasi Genap 2021/2022

Pertemuan Pokok Materi Kordinator Metode


1 (14-18 Feb 2022) Persiapan Praktikum Dosen dan
asisten
2 (21-25 Feb 2022) Penjelasan Praktikum dan GLP Dosen dan Online
asisten
3 (28-4 Mar 2022) Modul 1: Pengenalan Alat Dosen dan Online
Gelas Volumetric Laboratorium asisten
4 (7-11 Mar 2022) Modul 2: Penyiapan Larutan Dosen dan Online/offline
dan Titrasi asisten
5 (14-18 Mar 2022) Modul 3: Titrasi Asam Basa Dosen dan Online
(Sampel Zat Aktif) asisten
https://virtual.edu.rsc.org/
6 (21-25 Mar 2022) Titrasi Asam Basa (Sampel Dosen dan Online
Sediaan Tablet) asisten
https://virtual.edu.rsc.org/
7 (28-1 Apr 2022) Titrasi Asam Basa Dosen dan Offline
asisten
8 (4-8 Apr 2022) UTS CBT/Skill Lab
9 (11-15 Apr 2022) Modul 4: Titrasi Bebas Air Dosen dan Offline
asisten
10 (18-22 Apr 2022) Modul 5: Titrasi Pengendapan Dosen dan Offline
asisten
11 (25-29 Apr 2022) Presentasi Titrasi Asam Basa, Dosen dan Online
Bebas Air dan Pengendapan asisten
12 (2-6 Mei 2022) Modul 6: Titrasi Redoks Dosen dan Online
https://virtual.edu.rsc.org/ asisten
13 (9-13 Mei 2022) Modul 7: Titrasi Dosen dan Offline
Kompleksometri asisten
14 (16-20 Mei 2022) Modul 8: Titrasi Nitrimetri Dosen dan Offline
asisten
15 (23-27 Mei 2022) Presentasi Titrasi Redoks, Dosen dan Online
Kompleksometri, dan Nitrimetri asisten
16 (6-17 Juni 2022) UAS CBT

1
Modul 1 : PENGENALAN ALAT GELAS VOLUMETRIK LABORATORIUM

1.1.Tujuan
Mengidentifikasi nama dan fungsi berbagai alat volumetrik yang umum digunakan di
laboratorium farmasi.

1.2.Instruksi
✓ Amati video berikut :
a. Introduction to glassware and apparatus
https://www.youtube.com/watch?v=Bp2DI32X4wE
b. Pipette bulb operational instruction: https://www.youtube.com/watch?v=Jc7DVy3-
TFc
c. How to use a volumetric pipette: https://www.youtube.com/watch?v=oEpMve-UqGk
d. How to use a micropipette: https://www.youtube.com/watch?v=Jfqafjt4q6U

✓ a. Identifikasi nama dan fungsi Alat Laboratorium pada Tabel 1


Tabel 1. Alat Gelas Volumetrik Laboratorium
Gambar Alat Nama Alat Fungsi/Penggunaan/Handling

2
b. Hal apa saja yang harus diperhatikan ketika menggunakan volumetric glass laboratory

3
Modul 2 : PENYIAPAN LARUTAN DAN TITRASI

2.1.Tujuan
Melakukan penyiapan larutan dan setting alat untuk titrasi.

2.2.Instruksi
1. Amati video berikut :
a. Preparing a standard solution: https://www.youtube.com/watch?v=iPYyRNjXkgY
b. How to dilute solution: https://www.youtube.com/watch?v=MG86IFZi_XM
c. Setting up and performing a titration:
https://www.youtube.com/watch?v=sFpFCPTDv2w
2. Berapa mg NaOH yang harus ditimbang untuk membuat larutan NaOH 1 N 100 ml?
3. Berapa mL NaOH yang harus di ambil untuk membuat larutan NaOH 0,2 N 100 ml dan
larutan NaOH 1M?
4. Berapa mL HCl pekat yang harus di ambil untuk membuat larutan HCl 1 N 100 ml?
5. Alat apa saja yang harus disiapkan untuk melakukan titrasi?

4
Modul 3 : TITRASI ASAM-BASA

3.1.Tujuan
Menentukan kadar sampel dengan metode titrasi asam basa.
3.2.Prinsip
1. Netralisasi
Reaksi netralisasi terjadi antara ion hidrogen dari larutan asam dengan ion hidroksida dari
larutan basa dan membentuk air yang bersifat netral. Berdasarkan konsep lain reaksi
netralisasi dapat juga dikatakan sebagai reaksi antara donor proton (pemberi) dengan
akseptor proton (penerima). (Setiawati, 2009)
2. Titik ekivalen
Titik ekivalen adalah titik dimana reaksi penetralan tepat tercapai sehingga titrasi harus
dihentikan, yang dapat diamati dari perubahan warna indicator. (Setiawati, 2009)
3. Asidimetri-Alkalimetri
Asidimetri merupakan seuatu metode pengukuran kadar kebasaan suatu zat dengan
menggunakan larutan asam sebagai standar. Alkalimetri merupakan suatu teknik analisis
untuk mengetahui kadar keasaman suatu zat dengan menggunakan larutan standar basa.
(Setiawati, 2009).
3.3.Teori Dasar
Titrasi merupakan suatu metode analisis kimia secara kuantitatif yang biasa digunakan
di laboratorium untuk menentukan konsentrasi suatu reaktan. Oleh karena pengukuran
volume berperan penting dalam titrasi, maka teknik ini juga disebut dengan analisa
volumetrik. Analisis titrimetri merupakan satu dari bagian utama kimia analitik dan
perhitungannya didasarkan pada hubungan kuantitatif reaksi-reaksi kimia. Menurut
Raymond Chang, reaksi kimia yang digunakan sebagai dasar titrasi adalah:
(1) Reaksi yang melibatkan asam kuat dan basa kuat,
(2) Reaksi yang melibatkan asam lemah dengan basa kuat dan
(3) Reaksi yang melibatkan asam kuat dan basa lemah.
Pada titrasi asam basa yang perlu diperhatikan adalah: (a) larutan standar yaitu larutan
yang sudah diketahui konsentrasinya, (b) indikator yang fungsinya untuk mengetahui titik
akhir titrasi, dan (c) prosedur untuk menghitung konsentrasi larutan yang ditentukan.
Tujuan dari titrasi untuk menentukan secara kuantitatif suatu zat dalam larutan dengan
zat/larutan lain yang konsentrasinya telah diketahui melalui reaksi secara bertahap hingga

5
mencapai titik stoikiometri. Reaksi yang terjadi pada titrasi asam basa adalah berdasarkan
reaksi penetralan, sehingga reaksi asam basa Sering disebut juga dengan titrasi netralisasi.
pada Prinsipnya, Reaksi yang terjadi adalah reaksi netralisasi yaitu :

H+ + OH- H2O

(Brown, 2009)

Pada titrasi asam basa, ada beberapa istilah yang harus diperhatikan yaitu:
1. Larutan standar
Larutan standar disebut juga dengan titran,yaitu larutan yang telah ditetapkan
konsentrasinya. Suatu larutan dapat digunakan sebagai larutan standar bila memenuhi
persyaratan sebagai berikut:
• Mempunyai kemurniaan yang tinggi
• Mempunyai rumus molekul yang pasti
• Tidak bersifat higroskopis dan mudah ditimbang
• Larutan harus bersifat stabil
• Mempunyai massa molekul relatif yang tinggi tetapi muatan ion rendah
Suatu larutan yang memenuhi persyaratan disebut larutan standar primer, sedangkan
larutan standar sekunder adalah larutan standar yang bila akan digunakan untuk standarisasi
harus distandarisasi terlebih dahulu dengan larutan standar primer (Brown, 2009)
2. Titik ekuivalen
Titik ekuivalen adalah titik dimana reaksi penetralan tepat tercapai sehingga titrasi
harus dihentikan. Hal ini dapat diamati dari perubahan warna indikator. Pada titrasi
asam basa kuat, titik akhir dari titrasi adalah titik pada saat pH reaktan sekitar 7. Titik
ekivalen dapat diketahui dengan cara menggunakan PH meter atau menggunakan
indikator (Brown, 2009).
3. Indikator
Indikator adalah suatu asam atau basa organik lemah yang menunjukkan warna berbeda
antara bentuk molekular (tidak terionisasi) dan bentuk terionisasinya. Indikator akan
berubah warna ketika. ekuivalen terjadi, jika warna indikator berubah, maka pada saat
itu titrasi dihentikan. Indikator yang digunakan pada titrasi banyak jenisnya dan
mempunyai trayek pH berbeda seperti ditunjukkan pada table (Brown, 2009).

6
Tabel 1. Daftar Indikator Asam Basa

NAMA WARNA DALAM WARNA DALAM KISARAN pH


ASAM BASA
Timol biru Merah Kuning 1,2 – 2,8
Bromofenol biru Kuning Ungu kebiruan 3.0 – 4,6
Metil jingga Jingga Kuning 3,1 – 4,4
Metil merah Merah Kunging 4,2 – 6,3
Klorofenol biru Kuning Merah 4,8 – 6,4
Bromotimol biru (BTB) Kuning Biru 6,0 – 7,6
Kresol merah Kuning Merah 7,2 – 8,8
Fenolftalein Tak berwarna Pink kemerahan 8,3 – 10.00

Jika volume larutan standar sudah diketahui dari percobaan maka konsentrasi senyawa didalam
larutan yang belum diketahui dapat dihitung dengan persamaan berikut :

𝑉𝐴 × 𝑁𝐴
𝑁𝐵 =
𝑉𝐵
Keterangan :
NB = Konsentrasi larutan yang belum diketahui konsentrasinya
VB = Volume larutan yang belum diketahui konsentrasinya
NA = Konsentrasi larutan yang konsentrasinya (larutan standar)
VA = Volume larutan yang telah diketahui konsentrasinya (larutan standar)
(Brown, 2009)

Daftar Pustaka

Brown, Theodore. 2009. Chemistry The Central Science. New Jersey: Pearson Education.

Chang, Raymond. 2005. Kimia Dasar. Jakarta: Erlangga.

Setiawati, Tati. 2021. Titrasi Asam Basa (Titrasi). Tersedia online di https://rest-
app.belajar.kemdikbud.go.id/files/pdf/38edfe41b8c7490cb15ebc4f316b78ca.pdf
[Diakses pada 23 Februari 2021].

7
3.4.Prosedur Titrasi Asam Basa dengan Virtual Lab (Level 1)
Pada modul titrasi asam basa ini akan dilaksanakan menggunakan aplikasi secara online
pada link berikut http://www.rsc.org/learn-chemistry/resources/screen-experiment/.
Silahkan akses link tersebut kemudian ikuti tahapan sebagai berikut :
1. Silahkan setiap mahasiswa buka link tersebut untuk “register” membuat “user
number”. Tampilan link tersebut seperti pada gambar

2. Log in menggunakan “user number” yang telah diperoleh

3. Setelah log in akan masuk ke screen experiment kemudian pilih “Titration”

4. Dalam modul Titration ini terdapat 4 level. Untuk praktikum kali ini hanya akan
dilakukan level 1 yaitu titrasi asam basa. Klik “start this level” pada Titration level 1

8
5. Penjelasan umum :
a. Titration level 1 terdiri dari 11 tahap yang harus dikerjakan.
b. Setiap tahap mempunyai poin 100 dan akan berkurang jika salah dalam
pengerjaannya.
c. Setiap tahap memiliki instruksi yang harus diperhatikan yang ada pada bagian
sebelah kanan dan memiliki maksimum “attempt” yang berbeda-beda.
d. Jika sudah sampai maksimum “attempt” tetapi jawaban masih salah, maka akan
otomatis pindah ke tahap selanjutnya.
e. Dalam setiap tahap tidak dapat “back” hanya bisa “next”.
f. Hanya bisa “next” jika jawaban sudah benar.
g. Setiap tahap terdapat log book yang merangkum aktivitas yang dilakukan.
h. Tidak ada batas waktu dalam setiap pengerjaan.

9
6. Tahap 1 adalah menonton video. Silahkan tonton video secara seksama karena pada
tahap 2 ada beberapa soal yang harus dikerjakan berdasarkan video tersebut. Ingat
setiap tahap tidak bisa “back” hanya bisa “next”.

7. Tahap 2 adalah menjawab beberapa pertanyaan berdasarkan video pada tahap 1

Terdapat 5 pertanyaan. Jawab pertanyaan dengan mendrag opsi di sebelah kiri ke dalam
kotak putih di sebelah kanan pada setiap kotak biru.

10
8. Tahap 3 yaitu pengenalan asam dan basa
- Pada tahap ini, terdapat beberapa aktivitas yang harus dikerjakan untuk mengetahui
lebih tentang asam dan basa
- Maksimum attempt pada setiap aktivitas adalah 3 kali
- Jika sudah melebihi maksimum attempt dan jawaban belum tepat, maka akan
langsung next ke tahap selanjutnya

11
Contoh kegiatan yang harus dilakukan:

Pilih pH yang tepat untuk tiap zat

9. Tahap 4 yaitu penimbangan


Pada tahap ini akan diminta menimbang 1 g senyawa sodium hidroksida. Perlu
diperhatikan bahwa dalam penimbangan ini hanya ada tanda “plus” dan tidak ada
tanda “minus” sehingga timbang secara hati-hati sesuai dengan batas simpangan yang
diminta. Agar dapat lebih berhati-hati dalam menimbang, silahkan coba masing-
masing tanda “+” tersebut memberikan massa berapa banyak, sehingga dapat
diperkirakan jumlah penimbangannya.

12
Pindahkan weighing boat pada timbangan kemudian tekan tombol tare dan mulai timbang

10. Tahap 5 yaitu pembuatan larutan standar sodium hidroksida


Pada tahap ini akan dilakukan pembuatan larutan standar dengan melarutkan sodium
hidroksida.

Larutkan sodium hidroksida dengan menekan tanda “+” kemudian, drag beaker ke atas labu
ukur untuk menuangkan larutan. Bilas kembali beaker dengan aquadest dan pindahkan ke
dalam labu ukur.

13
Tambahkan aquadest menggunakan pipet hingga tanda batas. Terdapat 3 ukuran penambahan.
Tambahkan dengan hati-hati hingga meniskus bawah mencapai batas.

11. Tahap 6 yaitu perhitungan konsentrasi basa

14
Langkah pertama adalah perhitungan massa molar natrium hidroksida. Tentukan jumlah
natrium, oksigen dan oksigen. Masukan nilai massa atom realtif masing-masing atom sesuai
tabel periodik.

Lengkapi persamaan dengan mendrag opsi pada kotak biru ke kotak putih.

Hitung konsentrasi dengan mendrag opsi pada kotak biru ke kotak putih sesuai dengan
persamaan.

15
12. Tahap 7 adalah persiapan titrasi
Lakukan sesuai dengan instruksi yang ada hingga Kristal terbentuk.

Lakukan pembilasan pipet sesuai dengan instruksi yang tertera. Drag pipet ke atas larutan
natrium hidroksida. Tekan tombol “^” agak lama hingga tombol rotate muncul untuk membilas
pipet. Keluarkan pada waste beaker.

16
Pindahkan natrium hidroksida ke dalam erlenmeyer menggunakan pipet. Tekan tombol “^”
hingga mencapai batas. Tambahkan 2-3 tetes indikator.

13. Tahap 8 Pengaturan Buret


Pada tahap ini akan dilakukan pembilasan dan pengisian buret.

Sesuaikan eye level dengan instruksi dengan mendrag tombol kuning di samping gambar mata.
Bilas buret dengan aquadest.

Bilas buret dengan sampel.

17
Isi buret dengan sampel. Pastikan keran di bawah buret tertutup dengan menggeser tombol
kuning di samping buret.

Sesuaikan eye level dengan meniskus dengan menggeser tombol kuning hingga sejajar
meniskus.

14. Tahap 9 Titrasi


Silahkan kerjakan sesuai instruksi yang tersedia.

18
Baca volume awal buret dan isi pada kotak menggunakan ketentuan yang tertera.

19
Lakukan titrasi dengan menekan tombol start hingga warna berubah menjadi bening.

Baca volume akhir dan catat pada kolom. Kurangi volume awal dan akhir untuk mendapatkan
volume titrasi.

Lakukan hal yang sama pada pengujian pertama dan kedua. Rata-ratakan volume titrasi tanpa
percobaan awal.

Lakukan langkah-langkah yang sama untuk sampel C. Titrasi dapat dicoba kembali untuk
latihan, tapi tidak akan mengubah nilai dari titrasi yang sudah dikerjakan.

20
15. Tahap 10 Analisis
Pada tahap ini, akan dilakukan penentuan konsentrasi asam klorida dari titrasi yang
telah dilakukan

Kerjakan sesuai dengan instruksi yang tertera

Drag opsi pada kotak biru ke kotak putih sesuai dengan persamaan pada keterangan.

21
Jawab pertanyaan benar dan salah sesuai dengan instruksi.

16. Tahap 11 Review


Silahkan isi komentar dan review mengenai percobaan yang telah dilakukan.

22
17. Setelah menyelesaikan titration level 1, silahkan download lab book kemudian
submit di google classroom.

3.5.Prosedur Titrasi Asam Basa dengan Virtual Lab (Level 2)


Pada modul titrasi asam basa ini akan dilaksanakan menggunakan aplikasi secara online
pada link berikut http://www.rsc.org/learn-chemistry/resources/screen-experiment/ .
Silahkan akses link tersebut kemudian ikuti tahapan sebagai berikut.
1. Silahkan setiap mahasiswa buka link tersebut untuk “register” membuat “user
number”. Tampilan link tersebut seperti pada gambar

2. Log in menggunakan “user number” yang telah diperoleh

23
3. Setelah log in akan masuk ke screen experiment kemudian pilih “Titration”

4. Dalam modul Titration ini terdapat 4 level. Untuk praktikum kali ini hanya akan
dilakukan level 2 yaitu titrasi asam basa kuat dengan sampel tablet aspirin. Klik “start
this level” pada Titration level 2.

5. Penjelasan umum :
a. Titration level 2 terdiri dari 9 tahap yang harus dikerjakan.
b. Setiap tahap mempunyai poin 100 dan akan berkurang jika salah dalam pengerjaannya.
c. Setiap tahap memiliki instruksi yang harus diperhatikan yang ada pada bagian sebelah
kanan dan memiliki maksimum “attempt” yang berbeda-beda.
d. Jika sudah sampai maksimum “attempt” tetapi jawaban masih salah, maka akan
otomatis pindah ke tahap selanjutnya.
e. Dalam setiap tahap tidak dapat “back” hanya bisa “next”.
f. Hanya bisa “next” jika jawaban sudah benar.
g. Setiap tahap terdapat log book yang merangkum aktivitas yang dilakukan.
h. Tidak ada batas waktu dalam setiap pengerjaan.

24
6. Tahap 1 adalah menonton video. Silahkan tonton video secara seksama karena pada
tahap 2 ada beberapa soal yang harus dikerjakan berdasarkan video tersebut. Ingat
setiap tahap tidak bisa “back” hanya bisa “next”.

25
7. Tahap 2 adalah menjawab beberapa pertanyaan berdasarkan video pada tahap 1
Terdapat 5 pertanyaan. Jawab pertanyaan dengan mendrag opsi di sebelah kiri ke dalam
kotak putih di sebelah kanan pada setiap kotak biru.

8. Tahap 3 adalah preparasi aspirin


Pada tahap ini, terdapat beberapa aktivitas yang harus dikerjakan. Kerjakan aktivitas
sesuai dengan instruksi yang tersedia. Setiap kesalahan akan mengurangi 10 poin.
Setelah 5 kali salah, poin tidak akan berkurang lagi.

26
Gerus dan larutkan tablet aspirin

9. Tahap 4 adalah Persiapan Titrasi

Bilas pipet dengan larutan aspirin, kemudian pindahkan larutan aspirin sesuai volume yang
tertera ke dalam beaker glass.

10. Tahap 5 yaitu Pengaturan Buret


Pada tahap ini akan dilakukan pembilasan dan pengisian buret

27
Sesuaikan eye level dengan instruksi dengan mendrag tombol kuning di samping gambar mata.
Bilas buret dengan aquadest.

Bilas buret dengan natrium hidroksida kemudian isi dengan natrium hidroksida

28
11. Tahap 6 adalah pengukuran pH menggunakan pH meter

Pindahkan pH probe ke dalam beaker glass. Mulai titrasi sampai pH pada kurva stabil (tidak
bertambah lagi).

29
Cocokkan pH indikator dengan range pH yang sesuai, kemudian pilih indikator yang cocok
untuk titrasi berdasarkan end-point region. Indikator dapat dipilih lebih dari satu.

12. Tahap 7 adalah titrasi


Lakukan titrasi dengan langkah-langkah seperti pada titrasi level 1

30
Jika titrasi pertama dan kedua tidak akurat (jarak volume lebih dari 0.05 ml), lakukan titrasi
ketiga. Hitung rata-rata volume titrasi dari titrasi yang akurat saja.

13. Tahap 8 adalah analisis titrasi


Pada tahap ini, akan ditentukan jumlah aspirin pada sampel yang sudah dititrasi.

31
Kerjakan sesuai dengan instruksi yang tertera, kemudian tentukan apakah massa aspirin yang
didapat sudah sesuai dengan persyaratan (keterangan persyaratan tertera pada saat
mengerjakan)

14. Tahap 9 Review


Silakan isi komentar dan review mengenai percobaan yang telah dilakukan.

32
15. Setelah menyelesaikan titration level 2, silakan download lab book dan submit di
google classroom

3.6.Prosedur Titrasi Asam Basa di Laboratorium


Sampel asam benzoate (FI IV hal 178)
Penetapan kadar Timbang saksama lebih kurang 500 mg zat, larutkan dalam 25 mL etanol
encer P yang telah dinetralkan dengan natrium hidroksida 0,1 N. Tambahkan indikator
fenolftalein LP, titrasi dengan natrium hidroksida 0,1 N LV hingga berwarna merah muda.
Tiap mL natrium hidroksida 0,1 N setara dengan 12,21 mg C7H6O2
Natrium Bikarbonat (FI VI hal 1219)
Penetapan kadar Timbang saksama lebih kurang 3 g zat, campur dengan 100 mL air,
tambahkan merah metil LP, titrasi dengan asam hidroklorida 1 N LV. Tambahkan asam
perlahan-lahan sambil terus diaduk sampai larutan berwarna merah muda lemah. Panaskan
larutan hingga mendidih, dinginkan dan lanjutkan titrasi sampai warna larutan merah muda
lemah tidak hilang setelah dididihkan.
Tiap mL asam hidroklorida 1 N setara dengan 84,01 mg NaHCO3
Sampel asetosal/asam asetil salisilat (FI VI hal 170)
Penetapan kadar Timbang saksama lebih kurang 1,5 g zat, masukkan ke dalam labu,
tambahkan 50,0 mL natrium hidroksida 0,5 N LV dan didihkan secara perlahan selama 10
menit. Tambahkan indikator fenolftalein LP. Titrasi kelebihan natrium hidroksida dengan
asam sulfat 0,5 N LV. Lakukan penetapan blangko.
Tiap mL natrium hidroksida 0,5 N setara dengan 45,04 mg C9H8O4

Instruksi :
Buat jurnal untuk praktikum titrasi asam basa di laboratorium.

33
Modul 4: TITRASI BEBAS AIR

4.1.Tujuan
Menentukan kadar sampel dengan titrasi bebas air.
4.2.Prinsip
Netralisasi merupakan reaksi yang terjadi ketika ion H+ dan OH- berada dalam keadaan
setimbang seperti pada pembentukan garam dari asam dan basa (Sumardjo, 2006).
4.3.Teori Dasar
Titrasi Bebas Air (TBA) merupakan titrasi yang dilakukan tanpa adanya air baik pada
alat, bahan, maupun lingkungan kerja (Cairns, 2003; Romandhoni dan Arrosyid, 2019).
Seluruh perlatan gelas harus dibilas dengan air suling, kemudian dibilas kembali dengan
pelarut yang mudah menguap (volatile solvent) seperti aseton, serta dikeringkan secara
seksama di dalam oven atau pengering udara panas (Cairns, 2003). Metode ini memiliki 2
keuntungan: (i) cocok untuk titrasi asam-asam dan basa-basa yang sangat lemah, dan (ii)
pelarut organik yang digunakan mampu melarutkan analit-analit organik (Gandjar dan
Rohman, 2007).
Secara singkat, teori TBA dijelaskan sebagai berikut: air merupakan senyawa amfoterik
yang dapat bersifat asam lemah atau basa lemah. Oleh karena itu, dalam lingkungan air, air
dapat berkompetisi dengan asam-asam atau basa-basa yang sangat lemah dalam menerima
proton menurut reaksi berikut :

H2O + H+ ⇌ H3O+
akan berkompetisi dengan RNH2 + H+ ⇌ RNH3+
Reaksi kompetisi air dengan asam lemah

H2O + B ⇌ OH- + BH+


akan berkompetisi dengan ROH + B ⇌ RO- + BH+
Reaksi kompetisi air dengan basa lemah

Adanya pengaruh kompetisi ini berakibat pada sulitnya pendeteksian titik akhir titrasi
sehingga kadarnya tidak dapat ditentukan secara tepat pada media air. Berbagai macam
pelarut organik dapat digunakan untuk mengganti air karena pelarut-pelarut ini kurang

34
berkompetisi secara efektif dalam menerima atau memberi proton (Gandjar dan Rohman,
2007).
Sejumlah besar obat bersifat asam lemah (halida asam, asam karboksilat, asam amino,
senyawa enol seperti barbiturat dan xantin, imida, fenol, pirol, dan sulfonamida) dan basa
lemah (amina, senyawa heterosiklik yang mengandung nitrogen, oksazolin, senyawa
amonium kuarterner, garam alkali asam oraganik, garam alkali asam anorganik lemah, dan
beberapa garam amina) (Cairns, 2003; Kementerian Kesehatan RI, 2020).
1. Titrasi Bebas Air Basa Lemah
Titran yang digunakan pada TBA senyawa-senyawa yang bersifat basa lemah
adalah asam perklorat dalam larutan asam asetat glasial. Titran asam perklorat tidak
dapat dianggap sebagai baku primer, sehingga harus dibakukan dengan kalium biftalat
yang memiliki kemurnian tinggi (Rohman et al., 2021). Asam asetat glasial merupakan
penerima proton yang sangat lemah sehingga tidak berkompetisi secara efektif dengan
basa-basa lemah dalam menerima proton (Gandjar dan Rohman, 2007). Jika suatu
asam kuat seperti asam perklorat dilarutkan dalam asam yang lebuih lemah seperti asam
asetat, maka akan menghasilkan ion onium yang bertindak sebagai asam yang sangat
kuat dengan tidak adanya air dan bereaksi dengan senyawa basa lemah (Cairns, 2003).
Dalam TBA, biasanya ditambah dengan asam asetat anhidrida dengan tujuan
untuk menghilangkan air yang ada dalam asam perklorat. Reaksi yang terjadi sebagai
berikut:

H2O + (CH3CO)2O → 2CH3COOH


Reaksi penghilangan air dengan asam asetat anhidrida

Sementara indikator yang dapat digunakan antara lain oraset biru, kuinaldin
merah, dan kristal violet. Salah satu jenis analisis dengan TBA adalah analisis L-DOPA
(Gandjar dan Rohman, 2007).
Jika basa yang dianalisis dalam bentuk garam klorida atau bromida, maka
penghilangan anion bromida ataus klorida yang berasal dari asam sebelum titrasi
bersifat penting. Penghilangan bromida atau klorida dilakukan dengan penambahan
merkuri asetat. Contoh garam yang harus dihilangkan anionnya adalah Fenileprin HCl
(Gandjar dan Rohman, 2007). Berikut merupakan perhitungan kadar zat dalam sampel
untuk TBA basa lemah:

35
1
𝐾𝑎𝑑𝑎𝑟 = (𝑉𝑠 − 𝑉𝑏 ) 𝑥 𝐵𝐸 𝑥 𝑥 100%
𝐵𝑆
Keterangan:
Vs = Volume titrasi sampel BE = Berat Ekivalen
Vb = Volume titrasi blanko BS = Berat Sampel
(Farmasi USU, 2019).

2. Titrasi Bebas Air Asam Lemah


Titran yang digunakan pada TBA senyawa-senyawa yang bersifat asam lemah
adalah golongan alkoksida logam alkali (natrium metoksida dan litium metoksida
dalam metanol) dan tetraalkilmonium hidorksida (tetrabutil amonium hidroksida dalam
dimetilformamid). Larutan volumetrik natrium metoksida dalam campuran metanol
dan toluena sering digunakan, walaupun litium metoksida dalam pelarut metanol-
benzena banyak digunakan untuk senyawa yang dapat menghasilkan endapan serupa
gelatin jika dititrasi dengan natrium metoksida. Sebagai deteksi titik akhir dapat
digunakan inddikator timol biru atau secara potensiometri (Gandjar dan Rohman, 2007;
Kementerian Kesehatan RI, 2020).
4.4.Prosedur Titrasi Bebas Air
4.4.1. Klorpromazin HCl
- Timbang saksama lebih kurang 700 mg zat
- Masukkan ke dalam gelas piala, larutkandalam 75 ml asam asetat glasial P
- Tambahkan 10 ml larutan raksa(II) asetat LP,
- Titrasi dengan asam perkiorat 0,1 N L V.
- Tetapkan titik akhir secara potensiometri.
Tiap ml asam per/brat 0,1 N setara dengan 35,53 mg C17H19ClN2S.HCI
Sumber: Kemenkes RI. 2020. Farmakope Indonesia Edisi 6. Jakarta : Kementerian
Kesehatan Republik Indonesia. Hal. 935
4.4.2. Kodein
- Timbang saksama lebih kurang 250 mg zat
- Larutkan dalam 10 ml asam asetat glasial Pdan tambahkan 20 ml 1,4-dioksan P.
- Titrasi dengan asam perklonat 0,1 N L menggunakan indikator kristal violet LP.
- Lakukan penetapan blangko
Tiap ml asam peklorat 0,1 N setara dengan 29,9 mg C18F21NO3

36
Sumber : Kemenkes RI. 2014. Farmakope Indonesia Edisi 5. Jakarta : Kementerian
Kesehatan Republik Indonesia. Hal : 725
4.4.3. Metronidazole
- Larutkan sekitar 0,35 g, ditimbang dengan akurat, dalam 30 mL asam asetat glasial
R1
- Tambahkan 3 tetes 1-naftolbenzein / asam asetat TS sebagai indikator dan titrasi
dengan asam perklorat (0,1 mol / l) VS, seperti dijelaskan pada 2.6 Non-air titrasi,
Metode A.
Setiap mL asam perklorat (0,1 mol / l) VS setara dengan 17,12 mg C6H9N3O3.
Sumber : International Pharmacopeia

4.4.4. Chlorhexidine Diacetate


- Larutkan sekitar 0,45 g, ditimbang dengan akurat, dalam 30 mL asam asetat glasial
R1
- Tambahkan 0,15 mL 1-naftolbenzein / asam asetat TS sebagai indikator, dan titrasi
dengan asam perklorat (0,1 mol / l) VS seperti yang dijelaskan pada 2.6 Non-air
titrasi, Metode A.Setiap mL asam perklorat (0,1 mol / l) VS setara dengan 15,64 mg
C22H30Cl2N10,2C2H4O2
Sumber : International Pharmacopeia

Daftar Pustaka
Cairns, D. 2003. Essentials of Pharmaceutical Chemistry. London: Pharmaceutical Press.
Farmasi USU. 2019. Panduan Prakrikum Kimia Farmasi Kuantitatif. Medan: Farmasi USU.
Gandjar, I. G., dan A. Rohman. 2007. Kimia Farmasi Analisis. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.
Kementerian Kesehatan RI. 2020. Farmakope Indonesia Edisi VI. Jakarta: Kementerian
Kesehatan RI.
Rohman, A., S. Martono, Sudjadi, dan A. Mursyidi. 2021. Analisis Obat secara Volumetri.
Yogyakarta: Gadjah Mada University Press.
Romandhoni, A. N., dan M. Arrosyid. 2019. Penetapan Kadar Kafein pada The Oolong
(Camelia sinensis) Menggunakan Ekstraksi Refluk dengan Metode Titrasi Bebas Air.
CERATA: Jurnal Ilmu Farmasi. 48-56.
Sumardjo, D. 2006. Pengantar Kimia. Jakarta: EGC.

37
Modul 5: TITRASI PENGENDAPAN

5.1.Tujuan
Menentukan kadar sampel dengan titrasi pengendapan.
5.2.Prinsip
a. Titrasi Argentometri
Argentometri merupakan metode umum untuk menentukan kadar halogenida dan
senyawa lain yang membentuk endapan dengan perak nitrat (AgNO3) pada suasana
tertentu (Hamdani, 2012).
b. Pengendapan
Reaksi pengendapan adalah suatu reaksi kimia yang menghasilkan endapan. Endapan
terbentuk jika larutan menjadi terlalu jenuh dengan zat yang bersangkutan (Sandya,
1995).
c. Metode Mohr
Metode Mohr merupakan metode yang menggunakan kalium kromat sebagai indikator
untuk penentuan ion klorida, bromida, dan sianida dengan mereaksikannya
menggunakan ion perak membentuk endapan merah bata dari perak kromat (Ag2CrO4)
(Gunawan, 2009).
d. Metode Volhard
Metode Volhard digunakan untuk penetapan kadar perak atau garamnya, yakni
penetapan kadar halida (Cl, Br, I). Larutan standar yang digunakan adalah tiosianat
(KSCN atau NH4CNS). Indikator yang digunakan adalah Besi (III) ammonium sulfat.
Titik akhir titrasi berwarna merah (Nurhayati, 2015).
e. Metode Fajans
Metode Fajans menggunakan indikator adsorpsi yang dapat diserap pada permukaan
endapan dan menyebabkan timbulnya perubahan warna pada endapan, seperti
flouresence yang dapat membentuk endapan dengan ion perak (Harjadi, 1990).
5.3.Teori Dasar
Metode Argentometri dikenal sebagai metode pengendapan sebab pada metode
Argentometri membutuhkan pembentukan senyawa yang relatif tidak larut. Reaksi yang
menjadi prinsip titrasi Argentometri yaitu titrasi dengan AgNO3, di antaranya:

38
AgNO3 + Cl- 🡪 AgCl(s) + NO3
(Gandjar dan Rahman, 2007)

Reaksi pengendapan merupakan reaksi yang salah satu produknya berbentuk endapan.
Tidak semua zat dapat mengendap, sehingga pengendapan dapat digunakan untuk
mengidentifikasi kation maupun anion. Syarat utama dalam pengendapan adalah perbedaan
kelarutan senyawa-senyawa yang dipisahkan (Petrucci, 1992).
Suatu reaksi dapat dikatakan sebagai reaksi pengendapan apabila suatu substansi zat
tidak dapat larut dalam pelarut dikarenakan kondisi larutan telah mencapai titik jenuhnya.
Disaat larutan telah mencapai titik jenuhnya, maka kelarutan akan berkurang sehingga
dalam kondisi tersebut dapat terbentuk endapan. Pengendapan dapat dilakukan untuk
mengetahui kelarutan suatu substansi zat (Sunarya dan Agus, 2007).
Pada pengendapan, dapat ditentukan dengan melihat nilai hasil kali kelarutan
(solubility product constant, Ksp) dari masing-masing senyawa. Nilai Ksp rendah
mengidentifikasikan bahwa senyawa mudah mengendap atau sukar larut. Jika Ksp suatu
senyawa tinggi maka senyawa sulit diendapkan atau mudah larut. Pengendapan
dipengaruhi oleh suhu, kondisi pH, dan waktu pengendapan (Anggraini, et al., 2015). Jika
Qsp adalah hasil kali ion-ion yang terdapat dalam larutan, maka pengendapan terjadi jika
Qsp > Ksp (Kusmayadi dan Heri, 2015).
Untuk menentukan berakhirnya suatu reaksi pengendapan, digunakan indikator yang
baru akan menghasilkan endapan apabila reaksi dipergunakan dengan hasil baik untuk
titrasi pengendapan. Dalam titrasi yang melibatkan garam-garam perak terdapat tiga
indikator yang telah sukses dikembangkan selama ini, yaitu metode Mohr menggunakan
ion kromat (CrO42-) untuk mengendapkan Ag2CrO4 coklat. Metode Volhard menggunakan
Fe3+, dan metode Fajans menggunakan indikator adsorpsi (Day & Underwood, 1986).
Ada tiga macam titrasi argentometri, yaitu:
a. Metode Mohr
Titrasi mohr terbatas hanya untuk larutan dengan nilai pH antara 6 – 10. Dalam larutan
yang lebih basa, perak oksida akan mengendap. Bila larutan asam, konsentrasi akan
sangat dikurangi jumlahnya, karena asam kromat hanya terionisasi sedikit (Svehla,
1985). Klorin digunakan dalam metode argentometri mohr, keuntungannya ialah alat
yang dipakai sederhana sehingga mudah dan cepat prosesnya, keakuratan dan ketelitian
cukup tinggi serta dapat digunakan untuk konsentrasi klorin yang rendah (Tilawati,
2012). Prinsip analisis Cl- adalah Cl- ditetapkan secara argentometri metode Mohr. Cl-

39
dalam ekstrak diberi indikator kromat, maka ion perak dan AgNO3 dengan ion Cl- akan
memberikan endapan putih dan kelebihan Ag+ dengan kromat membentuk endapan
merah bata (Effendi dan Kasno, 2011). Prinsip kerja penentuan konsentrasi NaCl
dengan menggunakan metode mohr adalah mentitrasi ion klorida yang terdapat pada
NaCl dengan menggunakan larutan AgNO3 dan K2Cr2O4 sebagai indikator (Yusmita,
2017).
b. Metode Volhard
Metode volhard merupakan metode titrasi tidak langsung dimana saat titrasi Ag dengan
NH4SCN yang bertindak sebagai indikatornya ialah garam Fe3+. Pada metode volhard,
untuk menentukan ion klorida suasana harus asam, karena jika pada suasana basa Fe3+
dapat terhidrolisis (Khopkar, 1990).
c. Metode Fajans
Metode fajans merupakan metode untuk penetapan kadar halida dengan memakai
indikator adsorpsi. Apabila AgNO3 ditambahkan ke NaCl yang mengandung zat
berpendar fluor, titik akhir dilihat dari berubahnya warna kuning menjadi merah jingga
(Harjadi, 1993). Metode Fajans menggunakan cara dan prinsip yang sama seperti
metode mohr yaitu titrasi langsung untuk mengendapkan senyawa halogen dari zat yang
akan dititrasi. Yang membedakan adalah larutan indikator yang digunakan dalam
metode ini menggunakan indikator adsorbsi yang dapat diserap pada permukaan
endapan yang terbentuk, contohnya adalah fluorescein dan eosin (Kuntari, 2008).
5.4.Prosedur Titrasi Pengendapan
5.4.1. Penetapan kadar I- (Iodine) (Metode Volhard-Titrasi Balik)
- Timbang 200mg sampel dan larutkan kedalam 35mL air
- Tambahkan 15mL HNO3 4N, 5mL nitrobenzene dan 50mL AgnO3 0.1 N
- Tambahkan indikator feri ammonium sulfat
- Titrasi dengan NH4SCN 0.1N
- Percobaan diulang sebanyak 3 kali
Sumber : Kemenkes RI. 2020. Farmakope Indonesia Edisi 6. Jakarta : Kementerian
Kesehatan Republik Indonesia. Hal. 1975
5.4.2. Penetapan kadar kromat (CrO42-) (Metode Fajans)
- Timbang 1g sampel dan larutkan kedalam 250mL aquades
- Ambil 25mL larutan dengan pipet volume dan tuangkan kedalam labu erlenmeyer
- Tambahkan indikator fluorescein

40
- Titrasi dengan PbAc2 sampai titik akhir titrasi tercapai
- Percobaan diulang sebanyak 3 kali
Sumber : Day dan Underwood. 2002. Analisis Kimia Kuantitatif Edisi Keenam. Jakarta:
Erlangga
5.4.3. Penetapan kadar klorin (Cl-) (Metode Mohr)
- Larutkan sekitar 0,25 g sampel
- Timbang secara akurat, dalam 50 mL air
- Titrasi dengan perak nitrat (0,1 mol / l), menggunakan kalium kromat (100 g / l)
sebagai indikator.
- Percobaan diulang sebanyak 3 kali
Setiap mL perak nitrat (0,1 mol / l) setara dengan 5,844 mg NaCl (Cl-).
Sumber : World Health Organization. 2019. The international pharmacopoeia =
Pharmacopoea internationalis, 9th ed. World Health Organization.
5.4.4. Penetapan kadar karbonat (CO3)2- (Metode Volhard)
- Timbang sampel 0,25 g dan larutkan dalam aquades.
- Tambahkan sejumlah AgNO3 berlebih 0,1 N 50 mL, HNO3 15 mL, dan 5 mL
nitrobenzena.
- Aduk campuran larutan selama 1 menit hingga terbentuk endapan.
- Saring endapan, lalu sisa larutan ditambahkan indikator feri ammonium sulfat
- Titrasi larutan dengan NH4SCN 0,1 N
- Percobaan diulang sebanyak 3 kali
Sumber : Day dan Underwood, 2002. Analisis Kimia Kuantitatif Edisi Keenam. Jakarta:
Erlangga

Daftar Pustaka

Anggraini, Mutia, B. Sarono, S. Waluyo, Rusydi, dan Sujono. 2015. Pengendapan Uranium
dan Thorium Hasil Pelarutan Slag II. Jurnal Batan. Vol 36 (2) : 125-132.
Day, R. A. & Underwood, A. L. 1986. Analisis Kimia Kuantitatif. Jakarta: Erlangga.
Effendi dan Kasno. 2011. Kandungan Klor Tanaman Kelapa Sawit Berdasarkan Jenis Tanah
dan Penggunaan Pupuk. Tersedia secara online di www.litbang.pertanian.go.id [Diakses
pada 23 Februari 2021].
Gandjar, I. G. dan A. Rahman. 2007. Kimia Farmasi Analisis. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.
Gunawan, Didik Setiyo, dan Rum Hastuti. 2009. Buku Ajar Analisis Kuantitatif. Semarang:
Universitas Diponegoro.
41
Hamdani, Syarif. 2012. Panduan Praktikum Kimia Analisis. Bandung: STFI.
Harjadi.1990.Ilmu Kimia Analitik Dasar. Jakarta : Gramedia.
Khopkar, S. M. 1990. Konsep Dasar Kimia Analitik. Jakarta: UI Press.
Kuntari. 2008. Validasi Metode Penentuan Amonium Klorida dalam Obat Batuk Hitam Secara
Titrimetri. Jurnal Kimia. 1(1): 35 – 41.
Kusmayadi, D. Dan Heri Sutanto. 2015. Studi Pengendapan Perak Halida pada Limbah Fixer
yang Telah Jenuh dengan Metode Pembakaran dan Pengendapan NaOH dan Na2S.
Yougster Physics Journal. 4(1): 111 – 116.
Nurhayati, F.2015. Bab II Eprints Undip. Tersedia secara online di
http://eprints.undip.ac.id>BAB_II. [Diakses pada 23 Februari 2021].
Petrucci, R.H. 1992. Kimia Dasar Prinsip dan Terapan Modern Edisi Keempat Jilid 1. Jakarta:
Erlangga.
Sandya, Hadi. 1995. Kimia Dasar I. Jakarta: Erlangga.
Sunarya dan Agus. 2007. Mudah dan Aktif Belajar Kimia. Bandung: Seria Purna Invest.
Svehla, G. 1985. Vogel: Buku Analisis Anorganik Kualitatif Makro dan Semimikro. Jakarta:
PT Kalman Media Pustaka.
Tilawati, W. 2012. Identifikasi dan Penetapan Kadar Klorin dengan Metode Argentometri.
Journal of Pharmacy Science. 1(2): 35 – 44.
Yusmita, L. 2017. Identifikasi Konsentrasi Natrium Klorida pada Jahe dan Lengkuas Giling di
Beberapa Pasar Tradisional di Kota Padang. Jurnal Teknologi Pertanian Andalas. 21(2):
122 – 126.

42
Modul 6: TITRASI REDUKSI OKSIDASI

6.1.Tujuan
Penentuan kadar sampel dengan titrasi reduksi oksidasi.
6.2 Prinsip
Reaksi Redoks adalah yang melibatkan oksidasi suatu spesi ditandai dengan
peningkatan bilangan oksidasi, pelepasan elektron, atau penambahan oksigen serta reduksi
spesi lain yang ditandai dengan penurunan bilangan oksidasi, penambahan elektron, atau
pelepasan oksigen.
6.3 Teori Dasar
Titrasi redoks (reduksi-oksidasi) didasari pada transfer elektron antara larutan titran dan
analit. Titik akhir titrasi pada teknik ini ditandai dengan perubahan warna indikator.
Indikator pada titrasi redoks memberikan perubahan warna apabila indikator mengalami
perubahan dari kondisi teroksidasi menjadi tereduksi (Harris, 2007). Beberapa larutan
dapat berfungsi sebagai autoindikator, dimana suatu larutan dapat memberikan perubahan
warna sehingga tidak dibutuhkan indikator tambahan untuk menunjukkan titik akhir titrasi.
Spesi yang umum digunakan sebagai agen pereduksi adalah Fe(II) dan natrium tiosulfat,
sedangkan agen pengoksidasi diantaranya adalah kalium permanganat, kalium dikromat
dan iodin (McPherson, 2014). Secara umum, reaksi redoks dapat dinyatakan dengan rumus
berikut.
mA (pereduksi) + nB (pengoksidasi) → P (produk
dengan m adalah jumlah elektron yang dilepaskan oleh agen pereduksi, dan n adalah jumlah
elektron yang diterima agen pengoksidasi. Maka secara stoikiometri, dinyatakan sebagai :

𝑚 𝑚𝑜𝑙 𝑧𝑎𝑡 𝑝𝑒𝑛𝑔𝑜𝑘𝑠𝑖𝑑𝑎𝑠𝑖


=
𝑛 𝑚𝑜𝑙 𝑧𝑎𝑡 𝑝𝑒𝑟𝑒𝑑𝑢𝑘𝑠𝑖

(Nair et al., 2020)

43
6.4 Prosedur Titrasi Redoks dengan Virtual Lab
Modul titrasi redoks ini akan dilaksanakan menggunakan aplikasi secara online melalui
link berikut https://virtual.edu.rsc.org/. Silahkan akses link tersebut kemudian ikuti
tahapan sebagai berikut.
1. Setiap mahasiswa membuka link tersebut, kemudian pilih “register”. Bagian “first
name or initials” diisi dengan NPM_NAMA. Tampilan link tersebut seperti pada
gambar berikut.

2. Silahkan log in menggunakan user number yang sudah diperoleh.

3. Setelah log in, anda akan diarahkan ke screen experiment. Pada halaman ini, pilih
“titration”.

4. Dalam modul Titration ini terdapat 4 level. Pada praktikum kali ini hanya akan
dilakukan level 4 yaitu titrasi redoks. Klik “start this level” pada titration level 4.

44
5. Penjelasan umum:
- Terdapat 11 tahapan yang harus dikerjakan pada Titration level 4.
- Setiap tahap akan memberikan 100 poin dan akan berkurang jika salah dalam
pengerjaannya.
- Setiap tahap memiliki instruksi yang harus diperhatikan pada bagian sebelah kanan.
- Setiap tahap juga memiliki maksimum “attempt” yang berbeda-beda.
- Jika sudah mencapai maksimum “attempt” tetapi jawaban masih salah, maka akan
otomatis pindah ke tahap selanjutnya.
- Dalam setiap tahap tidak terdapat pilihan “back”, hanya bisa “next”.
- Pilihan “next” bisa dipilih jika jawaban sudah benar.
- Dari setiap tahap akan terdapat log book yang merangkum aktivitas yang dilakukan.
- Tidak ada batas waktu dalam setiap pengerjaan.

45
6. Pada tahap 2, setiap mahasiswa akan diinstruksikan untuk menonton video. Pada
tahapan selanjutnya akan ada soal yang harus dikerjakan berdasarkan video tersebut.
Ingat, setiap tahap tidak terdapat pilihan “back”.

7. Tahap selanjutnya adalah menjawab pertanyaan berdasarkan video. Instruksi setiap


tahapan akan ada di sebelah kanan (pada gambar di kotak merah).

46
8. Tahap selanjutnya adalah penyetaraan reaksi. Jangan lupa terlebih dahulu membaca
petunjuk di sebelah kanan setiap mengerjakan soal.

a. Setiap mahasiswa mengisi jumlah setiap komponen yang berperan dalam reaksi. Untuk
mengetahui penjelasan lengkap mengenai cara penyetaraan, pilih “How to balance half
equation”.

47
b. Setelah menyetarakan jumlah tiap komponen, selanjutnya adalah menyetarakan jumlah
elektron yang berperan dalam reaksi. Ikuti petunjuk pada kotak sebelah kanan.

c. Setelah menyetarakan elektron, selanjutnya adalah memilih komponen yang bisa


dieliminasi dari reaksi.

48
d. Tahapan selanjutnya adalah preparasi sampel. Pada tahapan ini, mahasiswa mengisi tiap
tabel sesuai dengan perintah yang ada.

9. Setelah tahap penyetaraan reaksi, tahap selanjutnya adalah preparasi tablet.

49
Pada tahap pelarutan tablet, ikuti instruksi pada kolom sebelah kanan.

50
10. Setelah tahap pelarutan tablet, lanjut ke tahap preparasi titrasi. Pada tahap ini, setiap
mahasiswa akan diinstruksikan untuk membilas pipet dengan akuades dan memipet
larutan sampel. Silahkan ikuti semua tahap dalam preparasi titrasi sesuai dengan
instruksi di kolom sebelah kanan.

51
11. Setelah preparasi titrasi, lanjut ke tahap penyiapan buret. Pada tahapan ini mahasiswa
akan membilas buret menggunakan akuades dan lalu diisi dengan larutan titran.
Lakukan semua kegiatan sesuai instruksi pada kolom sebelah kanan.

52
12. Tahap selanjutnya adalah proses titrasi. Pada tahap ini, mahasiswa akan diinstruksikan
untuk membaca volume larutan awal dan sisa titran pada buret dan mengisi nilai volume
pada kolom. Nilai volume harus disertai dengan 2 angka dibelakang koma. Proses titrasi
dilakukan dengan mengklik “start” hingga larutan sampel berwarna merah muda pucat.
Setelah perubahan warna, klik “stop”. Trial titrasi dilakukan satu kali. Titrasi sampel
akan dilakukan sebanyak 2 kali. Apabila hasil titrasi 1 dan 2 tidak cukup dekat, maka
akan dilakukan titrasi ketiga. Di akhir eksperimen, hitung nilai volume rata-rata titran
yang terdekat.

53
13. Tahap selanjutnya adalah titrasi Fe2+. Pada tahap ini, hitung mol MnO4-, mol Fe2+,
massa Fe2+, dan membandingkan hasil titrasi dengan kadar Fe dalam label obat.

54
55
14. Setelah tahap titrasi Fe2+, tahap selanjutnya adalah mereview langkah-langkah yang
dalam titrasi sesuai dengan yang sudah dilakukan pada tahap sebelumnya.

56
15. Setelah menyelesaikan semua tahapan, di bagian akhir yaitu pada tahap Review,
mahasiswa dapat memberikan komen dan review mengenai percobaan yang sudah
dilakukan.

16. Setelah menyelesaikan semua tugas dalam titration level 4, silahkan download
logbook kemudian submit di google classroom.

57
Daftar Pustaka

Harris, D.C., 2007. Quantitative Chemical Analysis: Seventh Edition. USA: W.H. Freeman and
Company.

McPherson, P., 2014. Practical Volumetric Analysis. Royal Society of Chemistry.

Nair, S. G., More, T. S., Jadhav, V. R., Rayate, M. M., & More, B. A. (2020). A Procedure
Employing for Redox Titration: Balancing the Redox Chemical Equation in Acidic or
Basic Medium. International Journal of Research and Review, 7(5), 99-102.

58
Modul 7: TITRASI KOMPLEKSOMETRI

7.1 Tujuan
Penentuan kadar sampel dengan titrasi kompleksometri
7.2 Prinsip
1. Ionisasi
Ionisasi merupakan suatu peristiwa terlepasnya elektron suatu atom dari ikatannya (Day
dan Underwood, 2002).
2. Pembentukan Kompleks
Pembentukan kompleks merupakan suatu reaksi yang terjadi antara ion pusat dan ligan
yang berkaitan dengan reaksi asam basa berdasarkan teori asam basa Lewis. Mengacu
pada Lewis, asam berarti akseptor pasangan elektron, sementara basa berarti donor
pasangan elektron (Harvey, 2000).
7.3.Teori Dasar
Titrasi kompleksometri digunakan untuk menentukan kandungan garam-garam logam.
Etilen diamin tetra asetat (EDTA) merupakan titran yang sering digunakan (Gandjar dan
Rohman, 2007). Pemilihan EDTA sebagai titran didasarkan atas keterjangkauan harga,
stabilitas kompleksnya (Lubis, 2018). Namun, titran EDTA tidak dapat dianggap sebagai
baku primer, sehingga harus dibakukan dengan logam Zn yang memiliki kemurnian tinggi
(Rohman et al., 2021). EDTA akan membentuk kompleks 1:1 yang stabil dengan semua
logam kecuali logam alkali seperti natrium dan kalium. Logam-logam alkali tanah seperti
kalsium dan magnesium membentuk kompleks yang tidak stabil dengan EDTA pada pH
rendah, karenanya titrasi logam-logam ini dengan EDTA dilakukan pada larutan bufer
amonia pH 10. Persamaan reaksi umum pada reaksi kompleksometri:

Mn+ + Na2EDTA → (MEDTA)n-4 + 2H+


(Gandjar dan Rohman, 2007).
Untuk deteksi titik akhir titrasi digunakan indikator zat warna. Indikator zat warna
ditambahkan pada larutan logam saat awal sebelum dilakukan titrasi dan akan membentuk
kompeks berwarna dengan sejumlah kecil logam (Gandjar dan Rohman, 2007). Reaksi
antara ion logam dan indikator harus cepat dan reversible. Tetapan kesetimbangan yang
terbentuk dari kompleks logam-indikator harus cukup besar untuk menghasilkan perubahan
warna yang tajam, tetapi harus lebih kecil dari tetapan kesetimbangan kompleks logam-

59
titran. Pemilihan indikator sangat ditentukan oleh rentang pH pada saat reaksi kompleks
berlangsung, dan juga adanya ion lain yang berasal dari sampel atau dapar. Ion pengganggu
dapat ditutup (masking) atau dilapis dengan penambahan senyawa pembentuk kompleks
lain (Kementerian Kesehatan RI, 2020). Indikator yang dapat digunakan antara lain: hitam
eriokrom, mureksid, jingga pirokatekol, jingga xilenol, asam kalkon karbonat, kalmagit,
dan biru hidroksi naftol (Gandjar dan Rohman, 2007). Secara umum, perhitungan kadar zat
dalam sampel untuk titrasi kompleksometri dapat dirumuskan sebagai berikut:
1
𝐾𝑎𝑑𝑎𝑟 = (𝑉𝐸𝐷𝑇𝐴 𝑀𝐸𝐷𝑇𝐴 ) 𝑥 𝐵𝑀 𝑥 𝑥 𝐹𝑝 𝑥 100%
𝐵𝑆
Keterangan:
BM = Berat Molekul Fp = Faktor pengenceran
BS = Berat Sampel
(Adriani et al., 2019).

Ada beberapa jenis titrasi kompleksometri, yaitu: titrasi langsung, titrasi balik, titrasi
substituasi, titrasi tidak langsung, dan titrasi alkalimetri. Berikut merupakan masing-
masing penjelasannya:
1. Titrasi Langsung
Larutan ion yang akan ditetapkan ditambah dengan bufer, misalnya bufer pH 10
lalu ditambah indikator logam yang sesuai dan dititrasi langsung dengan larutan baku
dinatrium edetat. Selain dengan penambahan indikator, titik akhir titrasi juga dapat
ditetapkan secara amperometri, konduktometri, spektrofotometri, atau potensiometri.
2. Titrasi Balik
Titrasi balik digunakan untuk logam yang mengendap dengan hidroksida pada
pH titrasi, senyawa yang tidak larut (sulfat dan kalsium oksalat), senyawa yang
membentuk komplek yang sangat lambat, dan ion logam yang membentuk kompleks
yang lebih stabil dengan natrium edetat dibandingkan indikator. Pada keadaan
demikian, dapat ditambahkan larutan baku dinatrium edetat berlebihan kemudian
ditambah bufer pada pH yang diinginkan, dan kelebihan dinatrium edetat dititrasi
kembali dengan larutan baku ion logam. Titik akhir ditunjukkan dengan bantuan
indikator logam.
3. Titrasi Substitusi
Titrasi substitusi digunakan untuk ion logam yang tidak memberikan titik akhir
yang jelas jika dititrasi secara langsung atau dengan titrasi balik, atau ion logam

60
(magnesium dan kalsium) yang membentuk kompleks yang lebih stabil dengan
natrium edetat dibandingkan logam lain,
4. Titrasi Tidak Langsung
Titrasi tidak langsung digunakan untuk menentukan anion yang tidak bereaksi
dengan pengkelat, sehingga diendapkan dengan kelebihan ion logam yang sesuai
sebagai kompleks 1:1, dan kelebihan ion logam dalam filtrat dititrasi dengan larutan
baku EDTA mengggunakan indikator yang sesuai untuk mendeteksi titik akhir,
5. Titrasi Alkalimetri
Sebelum dititrasi, larutan logam yang akan ditetapkan harus dalam suasana
netral terhadap indikator asam-basa. Selain dengan penambahan indikator, titik akhir
titrasi juga dapat ditetapkan secara potensiometri (Gandjar dan Rohman, 2007).
7.4.Prosedur Titrasi Kompleksometri
7.4.1. Kalsium Klorida
- Timbang saksama lebih kurang 1 g zat, masukkan ke dalam gelas piala 250 ml, larutkan
dalam campuran air-asam klorida 3 N (100:5).
- Pindahkan larutan ke dalam labu terukur 250-ml, encerkan dengan air sampai tanda.
- Pipet 50 ml larutan ke dalam labu Erlenmeyer, tambahkan 100 ml air, 15 ml natrium
hidrokida I N dan 300 mg indikator biru hidroksinafiol LP.
- Titrasi dengan dinatrium edetat 0,05 M L sampai titik akhir berwarna biru tua.
Tiap ml dinatrium edetat 0,05 M setara dengan 7,351 mg CaC12.2H20
Sumber : Kemenkes RI. 2014. Farmakope Indonesia Edisi 5. Jakarta : Kementerian
Kesehatan Republik Indonesia. Hal : 604.
7.4.2. Mangan Sulfat
- Timbang saksama lebih kurang 350 mg zat, larutkan dalam 200 ml air.
- Tambahkan lebih kurang 10 mg asam askorbat P, tambahkan dari buret dinatrium
edetat 0,05 M LV lebih kurang 25 ml
- Kemudian tambahkan 10 ml dapar amonia-amonium kiorida LP dan lebih kurang
0,15 ml hitam eriokrom T LP.
- Lanjutkan titrasi dengan dinatrium edetal 0,05 ML V sampal berwarna biru.
Tiap ml dinatrium edetat 0,05 M setara dengan 8,451 mg MnSO4.H20

Sumber : Kemenkes RI. 2014. Farmakope Indonesia Edisi 5. Jakarta : Kementerian


Kesehatan Republik Indonesia. Hal : 810.

61
7.4.3. Magnesium Sulfat
- Timbang saksama lebih kurang 250 mg residu yang diperoleh pada penetapan Sisa
pemjaran,
- Larutkan dalam 100 ml air, tambahkan sedikit asam klorida 3 N hingga larut sempunna.
- Atur pH hingga 7 dengan penambahan natrium hidroksida I N menggunakan kertas
indikator pH
- Tambahkan 5 ml dapar arnonia-arnonium kiorida LP dan 0,15 ml hitam eriokrom LP
- Titrasi dengan dinatriurn edetat 0,05 M LV sampai berwarna biru.
Tiap ml dinatriurn edetat 0,05 M setara dengan 6,018 mg MgSO4

Sumber : Kemenkes RI. 2014. Farmakope Indonesia Edisi 5. Jakarta : Kementerian


Kesehatan Republik Indonesia. Hal : 806

7.4.4. Zink klorida


- Timbang saksama lebih kurang 12 g zat, masukkan ke dalam tentukur 1000-ml
- Larutkan dalam lebih kurang 500 ml air, tambahkan 12 g amonium klorida P
- Encerkan dengan air sampai tanda. Pipet 25 ml larutan mi ke dalam gelas piala 400 ml
- Tambahkan 100 ml air, 10 ml dapar ammonium hidroksida-amonium klorida LP dan 1
ml larutan hitam eriokrom P (1 dalam 2000).
- Titrasi dengan dinatrium edetat 0,05 ML V sampai titik akhir berwarna biru tua.
Tiap ml dinatrium edetat 0,05 M setara dengan 6,815 mg ZnC12

Sumber : Kemenkes RI. 2014. Farmakope Indonesia Edisi 5. Jakarta : Kementerian


Kesehatan Republik Indonesia. Hal : 1332.

Daftar Pustaka
Adriani, A. Fauziah, dan R. Saputra. 2019. Analisis Kalsium (Ca) pada Ikan Petek dan Mujair
dengan Metode Kompleksometri. Oceana Biomedicina Journal. 2(2): 91-100.
Day R. A., dan A. L. Underwood. 2002. Analisis Kimia Kuantitatif Edisi 6. Jakarta: Erlangga.
Gandjar, I. G., dan A. Rohman. 2007. Kimia Farmasi Analisis. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.
Harvey, D. 2000. Modern Analytical Chemistry. New York: McGraw-Hill Companies.
Kementerian Kesehatan RI. 2020. Farmakope Indonesia Edisi VI. Jakarta: Kementerian
Kesehatan RI.
Lubis, M. R. 2018. Penetapan Kadar Kalsium pada Susu Bubuk Bermerek “H” secara Titrasi
Kompleksometri. Jurnal Ilmiah Kohesi. 2(4): 35-35.
62
Rohman, A., S. Martono, Sudjadi, dan A. Mursyidi. 2021. Analisis Obat secara Volumetri.
Yogyakarta: Gadjah Mada University Press.

63
Modul 8: TITRASI NITRIMETRI
8.1 Tujuan:
Menetapkan kadar sampel dengan titrasi nitrimetri.
8.2 Prinsip
1. Titrasi Nitrimetri
Titrasi nitrimetri merupakan titrasi yang dipergunakan dalam analisis senyawa organik,
khususnya persenyawaan amine primer yang menghasilkan garam diazonium (Azizah,
et al., 2016).
2. Reaksi Diazotasi
Diazotasi merupakan reaksi antara amina primer dengan asam nitrit yang
menghasilkan garam diazonium (Azizah, et al., 2015).
8.3.Teori Dasar
Ada berbagai macam metode penetapan kadar bahan aktif dalam sediaan obat yang
mana salah satunya ialah nitrimetri. Nitrimetri merupakan metode titrasi yang
menggunakan NaNO2 sebagai pentiter dalam suasana asam. Dalam suasana asam NaNO2
berubah menjadi HNO2 (asam nitrit) yang akan bereaksi dengan sampel yang dititrasi
kemudian membentuk garam diazonium. Zat yang dapat dititrasi dengan nitrimetri ialah
zat yang mengandung gugus amin aromatis primer atau zat lain yang dapat
dihidrolisis/direduksi menjadi amin aromatis primer (Azizah, et al., 2016).
Nitrimetri adalah metoda titrasi yang menggunakan NaNO2 sebagai pentiter dalam
suasana asam. Pada suasana asam, NaNO2 berubah menjadi HNO2 (asam nitrit) yang akan
bereaksi dengan sampel yang dititrasi membentuk garam diazonium. Metode ini didasarkan
pada reaksi diazotasi yakni reaksi antara amina aromatik primer dengan asam nitrit dalam
suasana asam membentuk garam diazonium (Gandjar dan Rohman, 2012).
Reaksi diazotasi ialah reaksi antara ion nitrit dengan senyawa amina yang selanjutnya
dikopling oleh turunan benzena dan menghasilkan senyawa azo. Pada suatu penelitian yang
telah dilakukan, reaksi ini berlangsung optimum pada penggunaan buffer asetat pH 3 dan
pH larutan ialah antara 1,24 – 1,28 (Setiowati, et. al., 2016).

64
Reaksi diazotasi ini tidak stabil dalam suhu kamar, karena garam diazonium yang
terbentuk akan mudah terdegradasi membentuk senyawa fenol dan gas nitrogen. Oleh
karena itu, reaksi diazotasi harus dilakukan pada suhu dibawah 15oC. Reaksi diazotasi
dapat dipercepat dengan penambahan garam kalium bromida. Saat proses titrasi, penetesan
natrium nitrit dari buret tidak boleh terlalu cepat karena pembentukan garam diazoium
membutuhkan waktu yang lama (Azizah, et. al., 2015).
Hubungan reaksi diazotasi dengan dunia farmasi yaitu untuk penetapan kadar suatu
senyawa obat yang mengandung gugus amin aromatik. Umumnya pada reaksi ini, amin
aromatik akan bereaksi dengan nitrit dalam suasana asam, yang mana diikuti dengan reaksi
kopling sehingga menghasilkan senyawa azo yang berwarna merah (Anggresani, et. al.,
2018).
Intensitas warna senyawa azo dipengaruhi oleh adanya gugus kromofor dan ausokrom.
Gugus kromofor dan ausokrom pada senyawa azo ini berturut-turut adalah (N=N) dan
(NH2). Gugus kromofor adalah gugus pengemban warna, dan gugus ausokrom adalah
gugus fungsional yang mengintensifkan warna (Azizah, et. al., 2015).
Pada titrasi diazotasi, penentuan titik akhir titrasi dapat menggunakan 3 macam
indikator, yaitu indikator dalam, indikator luar, dan potensiometri. Indikator luar digunakan
pasta kanji – iodida atau dapat juga digunakan kertas kanji – iodida. Dimana pada saat
larutan sampel digoreskan pada kertas atau pasta kanji – iodida akan menimbulkan warna
biru. Hal ini disebabkan karena adanya kelebihan asam nitrit akan mengoksidasi iodida
menjadi iodium dan dengan adanya amilum/kanji maka akan timbul reaksi antara amilum
dengan iodium menghasilkan warna biru. Indikator dalam yang digunakan berupa
campuran senyawa tropeolin – OO berbanding dengan metilen blue sebanyak 5 : 3 (Gandjar
dan Rohman, 2012).
Tropeolin – OO memiliki rumus kimia C18H14N3 dengan massa molekul 375,3 dengan
struktur kompleks yang dapat menyebabkan iritasi kulit, mata, atau saluran respirasi apabila
tidak ditangani dengan baik (NCBI, 2019).
8.4.Prosedur Titrasi Nitrimetri
8.4.1. Procaine HCl
- Timbang saksama lebih kurang 500 mg zat, masukkan ke dalam gelas piala
- Tambahkan 100 ml air dingin, 5 ml asam klorida Pdan 100 mg kalium bromida P
- Aduk sampai larut

65
- Lakukan titrasi seperti tertera pada Titrasi Nitrimetri dalam Titrasi <711>, mulai dan
"dinginkan hingga suhu lebih kurang 15°".
Tiap ml natrium nitrit 0,1 M setara dengan 27,28 mg C13H20O2N2.HC1
Sumber : Kemenkes RI. 2014. Farmakope Indonesia Edisi 5. Jakarta : Kementerian
Kesehatan Republik Indonesia. Hal : 1058
8.4.2. Sulfamerazine
- Lakukan penetapan seperti tertera pada Titrasi Nitrimetri <701>.
Tiap ml natrium nitrit 0,1 M setara dengan 26,43 mg C11H12N4O2S
- Timbang saksama lebih kurang 500 mg sulfonamida atau sejumlah yang tertera pada
monografi
- dan masukkan ke dalam gelas piala yang sesuai.
- Tambahkan 20 ml asam kiorida P dan 50 ml air, aduk hingga larut, dinginkan hingga
suhu lebih kurang 15°
- Titrasi perlahan dengan natrium nitrit 0,1 MLV yang sebelumnya telah dibakukan
terhadap Sulfanilamida BPFL
Sumber : Kemenkes RI. 2014. Farmakope Indonesia Edisi 5. Jakarta : Kementerian
Kesehatan Republik Indonesia. Hal : 1232
8.4.3. Paracetamol
- Pindahkan sekitar 0,25 g, ditimbang dengan akurat, ke dalam labu, tambahkan 10 mL
asam klorida (~ 70 g / l) TS dan didihkan di bawah kondensor refluks selama 1 jam.
- Cuci kondensor dengan 30 mL air, tambahkan 1 g kalium bromida R ke larutan
gabungan, dan lanjutkan seperti yang dijelaskan pada 2.7 Titrasi nitrit
- Titrasi dengan natrium nitrit (0,1 mol / l) VS
Setiap mL natrium nitrit (0,1 mol / l) VS setara dengan 15,12 mg C8H9NO2
Sumber : International Pharmacopeia
8.4.4. Sulfametoksazole
- Timbang saksama lebih kurang 500 mg zat, larutkan dalam campuran 20 ml asam
asetat glasial P dan 40 ml air
- Tambahkan 15 ml asam klorida P.
- Dinginkan hingga 15, dan segera titrasi dengan natrium nitrit 0,1 M LV
- Tetapkan titik akhir secara potensiometrik menggunakan elektrode kalomel dan platina.
- Tiap ml natrium nitrit 0,1 M setara dengan 25,33 mg C10H11N3O3S

66
- Sumber : Kemenkes RI. 2014. Farmakope Indonesia Edisi 5. Jakarta : Kementerian
Kesehatan Republik Indonesia. Hal : 1234

Daftar Pustaka

Anggresani, L., Hadriyati A., Syahyara, A. Y., dan Pratama S. 2018. Analisis Kandungan
Nitrium Nitrit pada Daging Sapi Mentah di Pasar dan Supermarket Kota Jambi.
Chempublish Journal. Vol 3 (2): 69 – 75.
Azizah, Fadillah Firda, Sianita, Maria Monica dan Supriyanto, Ganden. 2015. Optimasi Proses
Reduksi Kloramfenikol Menggunakan Reduktor Zn dengan Spektrofotometri UV-VIS.
Unesa Journal Of Chemistry. Vol. 4(4): 82-90.
Azizah, L.N., Kartasasmita, R. E., Zein F., Puspitasari I. R., dan Abdulah R. 2016.
Comporation Ultraviolet Spectrophotometri and Nitrimetric Titration Method with
Biom perometric Technique for Sulfametoxsazole Determination. Asian Journal of
Chemistry. Vol 4 (2): 111 – 116.
Gandjar, I.G. dan Rohman A. 2012. Kimia Farmasi Analisis. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.
National Center of Biology Information. 2019. Tropeolin OO. Tersedia secara online di
https://pubchem.ncbi.nlm.nih.gov/compound/orange_IV#section=Top. [Diakses pada
23 Februari 2021].
Setiowati, Roto, dan Wahyuni, E.T. 2016. Monitoring Kadar Nitrit dan Nitrat pada Air Sumur
di Daerah Catur Tunggal Yogyakarta dengan Metode Spektrofotometri UV-VIS. Jurnal
Manusia dan Sains. Vol 23(2): 143 – 148.

67

Anda mungkin juga menyukai