Anda di halaman 1dari 33

PROPOSAL PENELITIAN

PEMURNIAN MINYAK JELANTAH DENGAN


ADSORBEN TONGKOL JAGUNG (Zea mays L.)
SECARA KONTINU PADA KOLOM ADSORPSI

JEREMIA TOGI CHRISTIAN SIADARI 200405078


BASTIAN RICHARD HENDRICO SITOHANG 200405135

DEPARTEMEN TEKNIK KIMIA


FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
MEDAN
2024
LEMBAR PENGESAHAN

PEMURNIAN MINYAK JELANTAH DENGAN ADSORBEN


TONGKOL JAGUNG (Zea mays L.) SECARA KONTINU PADA
KOLOM ADSORPSI

DIAJUKAN OLEH:
JEREMIA TOGI CHRISTIAN SIADARI 200405078
BASTIAN RICHARD HENDRICO SITOHANG 200405135

Diketahui/Disetujui,

Dosen Pembimbing Dosen Penguji

Bode Haryanto, S.T., M.T., Ph. D Dr. Ir. Bambang Trisakti, M.Si
NIP. 197101301999031001 NIP. 196609251991031003

Diketahui
Koordinator Penelitian

Dr. Ir. Taslim, M.Si., IPM


NIP. 196501151990031002
PRAKATA

Puji dan syukur ke hadirat Tuhan Yang Maha Esa, atas berkat dan rahmat-
Nya penulis dapat menyelesaikan proposal penelitian dengan judul “Pemurnian
Minyak Jelantah Dengan Adsorben Tongkol Jagung (Zea Mays L.) Secara
Kontinu pada Kolom Adsorpsi”. Adapun tujuan dari penulisan proposal
penelitian ini adalah sebagai salah satu syarat untuk menyelesaikan studi di
Fakultas Teknik, Departemen Teknik Kimia, Universitas Sumatera Utara.
Dengan ini, penulis juga menyampaikan terima kasih kepada:
1. Bode Haryanto, ST., MT., Ph.D selaku Dosen Pembimbing atas kesabarannya
membimbing Penulis dalam proses penyusunan dan penulisan proposal
penelitian ini.
2. Prof. Ir. Maya Sarah, S.T., M.T., Ph.D., IPM selaku Ketua Departemen Teknik
Kimia, Fakultas Teknik, Universitas Sumatera Utara.
3. Dr. Ir. Taslim, M.Si., IPM selaku Koordinator Penelitian Departemen Teknik
Kimia, Fakultas Teknik, Universitas Sumatera Utara.
4. Dosen dan Pegawai Departemen Teknik Kimia yang telah memberikan banyak
ilmu dan bantuan kepada penulis selama menjalankan perkuliahan.
5. Kedua orang tua yang sudah memberikan semangat dan motivasi maupun
materi kepada penulis.
6. Seluruh mahasiswa Teknik Kimia Universitas Sumatera Utara yang memberi
dukungan moral kepada peneliti untuk menyelesaikan proposal penelitian ini.
Penulis menyadari bahwa proposal penelitian ini masih jauh dari
sempurna. Oleh karena itu, Penulis mengharapkan saran dan masukan demi
kesempurnaan proposal penelitian ini. Semoga proposal penelitian ini dapat
memberikan manfaat bagi pengembangan dan kemajuan ilmu pengetahuan.

Medan, 18 Maret 2024


Penulis I Penulis II

Jeremia Togi Christian Siadari Bastian Richard Hendrico Sitohang


200405078 200405135

i
DAFTAR ISI

Halaman

PRAKATA i
DAFTAR ISI ii
DAFTAR GAMBAR iv
DAFTAR TABEL v
BAB I PENDAHULUAN 1
1.1 LATAR BELAKANG 1
1.2 RUMUSAN MASALAH 4
1.3 TUJUAN PENELITIAN 4
1.4 MANFAAT PENELITIAN 4
1.5 RUANG LINGKUP PENELITIAN 5
BAB II TINJAUAN PUSTAKA 6
2.1 ADSORPSI 6
2.1.1 Mekanisme Adsorpsi 6
2.1.2 Kinetika Adsorpsi 6
2.1.3 Faktor yang Mempengaruhi Adsorpsi 7
2.1.4 Proses Kontinu Adsorpsi 8
2.2 SPESIFIKASI BAHAN BAKU 8
2.2.1 Jagung 8
2.2.2 Tongkol Jagung 9
2.3 MINYAK JELANTAH 10
2.4 ALAT UJI 12
2.4.1 Turbidimeter 12
2.4.2 SEM-EDX 13
2.4.3 High Performance Liquid Chromatography (HPLC) 14
2.4.4 Brunalier Emmett Teller (BET) 14
2.4.5 Fourier Transform Infrared (FTIR) 15
BAB III METODOLOGI PENELITIAN 17
3.1 WAKTU DAN TEMPAT PELAKSANAAN PENELITIAN 17
3.2 BAHAN DAN PERALATAN 17

ii
3.2.1 Bahan Penelitian 17
3.2.2 Peralatan Penelitian 17
3.2.2.1 Peralatan untuk Pembuatan Adsorben 17
3.2.2.2 Peralatan untuk Pemurnian Minyak Jelantah 17
3.2.2.3 Peralatan untuk Analisis 18
3.3 PROSEDUR PENELITIAN 18
3.3.1 Prosedur Pengambilan Sampel Minyak Jelantah 18
3.3.2 Prosedur Pembuatan Adsorben Tongkol Jagung 18
3.3.3 Prosedur Adsorpsi 19
3.3.3.1 Prosedur Mengukur Kekeruhan Minyak Jelantah 19
Tanpa Adsorben
3.3.3.2 Prosedur Mengukur Pengaruh Ukuran dan 19
Massa Adsorben Terhadap Kemampuan
Menurunkan Kinetika Kekeruhan Minyak
Jelantah
3.4 FLOWCHART PERCOBAAN 20
3.4.1 Flowchart Pengambilan Sampel Minyak Jelantah 20
3.4.2 Flowchart Pembuatan Adsorben Tongkol Jagung 21
3.4.3 Flowchart Mengukur Kekeruhan Minyak Jelantah Tanpa 22
Adsorben
3.4.4 Flowchart Mengukur Pengaruh Ukuran Adsorben dan 23
Laju Alir Terhadap Kekeruhan Minyak Jelantah
DAFTAR PUSTAKA ........................................................................................ 24

iii
DAFTAR GAMBAR

Halaman
Gambar 2.1 Mekanisme Adsorpsi 6
Gambar 2.2 Tanaman Jagung 9
Gambar 2.3 Struktur Lapisan Tongkol Jagung 10
Gambar 2.4 Minyak Jelantah 11
Gambar 2.5 Turbidimeter 12
Gambar 2.6 SEM-EDX 13
Gambar 2.7 HPLC 14
Gambar 2.8 BET 15
Gambar 2.9 FTIR 16
Gambar 3.1 Flowchart Pengambilan Sampel Minyak Jelantah 20
Gambar 3.2 Flowchart Pembuatan Adsorben Tongkol Jagung 21
Gambar 3.3 Flowchart Mengukur Kekeruhan Minyak Jelantah Tanpa 22
Adsorben
Gambar 3.4 Flowchart Pengaruh Ukuran Adsorben dan Pengaruh Laju Alir 23
Terhadap Kekeruhan Minyak Jelantah

iv
DAFTAR TABEL

Halaman
Tabel 1.1 Data Beberapa Hasil Penelitian Terdahulu Tentang Pembuatan 2
Adsorben Terhadap Pemurnian Minyak Jelantah
Tabel 2.2 Syarat Mutu Minyak Goreng SNI 01-3741-1995 11
Tabel 2.3 Syarat Mutu Biodiesel SNI 7182: 2015 12

v
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 LATAR BELAKANG


Minyak goreng adalah salah satu kebutuhan pokok manusia yang bearsal
dari lemak tumbuhan atau hewan yang dimurnikan. Bahan minya goreng dari
tumbuhan dihasilkan dari tanaman seperti kelapa, biji-bijian, kacang-kacangan,
jagung dan kedelai. Pemanfaatan minyak goreng sebagai pengolahan makanan
disukai masyarakat dikarenakan dapat menghantarkan panas, memberikan cita
rasa, dan memberikan tekstur (Setyawati dkk., 2022).
Penggunaan minyak goreng sebagai bahan dasar penghantar panas dapat
mengubah kandungan dalam minyak goreng. Pemanasan minyak goreng, terlebih
dengan suhu yang sangat tinggi akan merusak ataupun menghilangkan kandungan
vitamin yang ada pada minyak tersebut (Syahrir dkk., 2019). Oleh karena itu,
terjadi perubahan fisik pada minyak seperti timbulnya bau tengik, berwarna
kecoklatan, viskositas minyak meninggi, serta timbulnya busa ketika minyak
goreng bekas digunakan. Selain itu juga terjadi perubahan kimia seperti
meningkatnya kadar air, bilangan peroksida dan bilangan asam (Haili dkk., 2021).
Minyak goreng yang telah digunakan sebanyak tiga kali atau lebih
dinamakan minyak jelantah. Minyak jelantah tidak dapat digunakan kembali
karena pemakaian dan pemanasan yang berulang akan dihasilkan zat berupa
karsinogenik. Minyak jelantah juga tidak dapat dibuang secara langsung ke
lingkungan. Minyak jelantah digolongkan sebagai limbah cair karena dapat
merusak lingkungan dan dapat menimbulkan berbagai macam penyakit (Mardwita
dkk., 2023).
Untuk menurunkan resiko yang muncul akibat pemakaian minyak jelantah
dapat dilakukan dengan cara memurnikan minyak jelantah. Salah satu metodenya
adalah adsorpsi sehingga minyak dapat digunakan kembali tanpa mengurangi
kualitas minyak goreng tersebut. Adsorpsi dianggap sebagai metode yang
ekonomis dan efektif karena biaya yang relatif murah, dapat diregenerasi serta
relatif sederhana. Penggunaan adsorben dapat berasal dari limbah pertanian yang

1
berpotensi sebagai adsorben, yaitu ampas tebu, tongkol jagung, kulit padi, kulit
kedelai, biji kapas, jerami, biji salak serta kulit kacang tanah (Adam, 2017).
Penelitian mengenai pembuatan adsorben terhadap pemurnian minyak
jelantah sudah pernah dilakukan sebelumnya dengan menggunakan variasi baik
pada bahan baku, parameter uji, maupun jenis aktivator yang digunakan. Tabel
dibawah menampilkan beberapa rangkuman penelitian sebelumnya tentang
pembuatan adsorben terhadap pemurnian minyak jelantah.

Tabel 1.1 Data Beberapa Hasil Penelitian Terdahulu Tentang Pembuatan Adsorben
Terhadap Pemurnian Minyak Jelantah

Judul/Peneliti/Tahun Penelitian Hasil

Potensi Arang - Bahan baku arang - Penurunan bilangan


Tempurung Kelapa tempurung kelapa peroksida minyak
Sebagai Adsorben - Karbonisasi suhu goreng bekas
Pemurnian Minyak 110°C hingga berat - Daya serap arang 80
Goreng Bekas konstan mesh lebih besar
(Fathurrahmaniah dkk., - Variasi arang 80 mesh daripada daya serap
2022) dan >100 mesh arang >10 mesh
- Variasi aktivasi HCl - Pada arang yang
0,5 M, 1,0 M, dan 1,5 diaktivasi dengan
M larutan HCl 1,5 M
- Penentuan bilangan dapat menurunkan
peroksida bilangan peroksida
minyak goreng bekas
hingga sebesar
60,11%

2
Tabel 1.1 Data Beberapa Hasil Penelitian Terdahulu Tentang Pembuatan Adsorben
Terhadap Pemurnian Minyak Jelantah (Lanjutan)

Judul/Peneliti/Tahun Penelitian Hasil

Pembuatan - Bahan baku limbah kulit - Kadar air mencapai standar


Bioadsorben Dari udang dan kulit jagung SNI yang berlaku
Kombinasi Kitosan - Formulasi bioadsorben - Kadar abu tergolong tinggi
Dan Kulit Jagung kulit jagung : kitosan dan tidak masuk pada SNI
Pada Proses adalah 2,5 : 7,5 ; 5 : 5; arang aktif
Pemurnian Minyak dan 7,5 : 2,5 - Adapun F3 dengan
Jelantah - Pengadukan dengan bilangan asam sebesar 0,62
(Ilmannafian dkk., waktu 90 menit dan mg KOH/gr dan telah
2023) suhu konstan 1200C pencapai standar SNI
- Aktivasi H2SO4 0,1 N minyak goreng layak pakai
- Uji kadar air, abu, asam - Bilangan peroksida dengan
lemak bebas, bilangan penurunan terendah adalah
asam, dan bilangan F3 dengan bilangan
peroksida. peroksida 6,36 meq O2/kg

Pemanfaatan Karbon - Bahan baku, biji pala - Waktu optimum pemurnian


Aktif Dari Biji Pala spesies Myristica yakni pada 32 jam dengan
(Myristica fragrans fragrans Houtt parameter pengujian sesuai
Houtt.) Untuk - Variasi waktu dengan SNI 3773:2013
Pemurnian Minyak perendaman 8, 16, 24, sebagai berikut: warna
Jelantah 32, 40, dan 48 jam kuning keruh, berbau
(Kurniawan dkk., - Uji parameter warna, normal, bilangan asam
2021) bau, bilangan asam, dan sebesar 0.7713 mg KOH/g,
bilangan peroksida dan bilangan peroksida
sebesar 3.8168 mg O2/g

Berdasarkan penelitian terdahulu yang dipaparkan, dapat disimpulkan


bahwa bahan alami dapat digunakan sebagai adsorben untuk pemurnian minyak
jelantah. Penelitian ini dilakukan dengan tujuan untuk membuat adsorben alami
dengan bahan baku tongkol jagung yang akan digunakan untuk pemurnian minyak
jelantah secara kontinu pada kolom adsorpsi.

3
1.2 RUMUSAN MASALAH
Adapun permasalahan yang akan diteliti pada penelitian ini yaitu:
1. Pengaruh ukuran adsorben dan laju alir dalam pemurnian minyak
jelantah menggunakan kolom adsorpsi.
2. Pengaruh waktu dalam pemurnian minyak jelantah menggunakan
kolom adsorpsi.
3. Kandungan senyawa yang terdapat dalam minyak jelantah sebelum dan
sesudah pemurnian.
4. Pemurnian minyak jelantah untuk bahan baku biodiesel.

1.3 TUJUAN PENELITIAN


Adapun tujuan dari penelitian ini yaitu:
1. Mengetahui pengaruh ukuran adsorben dan laju alir dalam pemurnian
minyak jelantah menggunakan kolom adsorpsi.
2. Mengetahui pengaruh waktu terhadap pemurnian minyak jelantah
menggunakan kolom adsorpsi.
3. Menganalisa kandungan senyawa minyak jelantah sebelum dan sesudah
pemurnian.
4. Menggunakan kembali minyak jelantah yang telah dimurnikan untuk
bahan baku biodiesel.

1.4 MANFAAT PENELITIAN


Penelitian ini diharapkan dapat:
1. Memberikan informasi adanya potensi tongkol jagung dapat dijadikan
sebagai adsorben dalam pemurnian minyak jelantah.
2. Memberikan informasi kandungan senyawa minyak jelantah setelah
dimurnikan.
3. Memberikan informasi adanya pengaruh perbedaan ukuran dan laju alir
adsorben terhadap pemurnian minyak jelantah.
4. Memberikan informasi adanya potensi minyak jelantah yang telah
dimurnikan untuk menjadi bahan baku biodiesel.

4
1.5 RUANG LINGKUP PENELITIAN
Penelitian ini dilakukan di Laboratorium Operasi Teknik Kimia
Universitas Sumatera Utara.
Variabel-variabel dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:
1. Variabel tetap
• Bahan Baku : Tongkol Jagung
• Bentuk Adsorben : Serbuk
• Massa Adsorben : 3 gram
• Sampel : Minyak Jelantah
• Volume Sampel : 1000 mL
• Pencucian : Hingga pH air pencuci konstan
• Pengeringan : 60°C (hingga berat sampel konstan)
• Suhu : Suhu kamar (±27°C)

2. Variabel bebas
• Laju Alir Sampel : 5, 10, dan 15 mL/min
• Ukuran Adsorben : 25, 50, 70, dan 100 mesh

Bahan yang digunakan dalam penelitian ini adalah tongkol jagung sebagai
adsorben dan minyak jelantah sebagai sampel yang akan dimurnikan. Alat analisis
yang digunakan dalam penelitian ini adalah turbidimeter untuk mengukur
kekeruhan sampel minyak jelantah, SEM-EDX untuk menganalisa permukaan
adsorben yang berinteraksi dengan kotoran pada minyak jelantah, HPLC untuk
melihat kandungan senyawa yang terdapat di dalam minyak jelantah, BET untuk
pengujian karakterisasi adsorben seperti ukuran luas permukaan adsorben dan
pori-porinya, dan FTIR untuk untuk identifikasi gugus-gugus fungsional yang
terdapat dalam suatu senyawa yang dianalisis.

5
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

2.1 ADSORPSI

2.1.1 Mekanisme Adsorpsi


Proses adsorpsi dapat digambarkan sebagai proses dimana molekul
meninggalkan larutan dan menempel pada permukaan zat adsorben akibat kimia
dan fisika. Proses adsorpsi tergantung pada sifat zat padat yang mengadsorpsi,
sifat atom/molekul yang diserap, konsentrasi, temperatur dan lain-lain. Pada
proses adsorpsi terbagi menjadi 4 tahap yaitu:
1. Transfer molekul-molekul zat terlarut yang teradsorpsi menuju lapisan film
yang mengelilingi adsorben.
2. Difusi zat terlarut yang teradsorpsi melalui lapisan film (film diffusion process).
3. Difusi zat terlarut yang teradsopsi melalui kapiler/pori dalam adsorben (pore
diffusion process).
4. Adsorpsi zat terlarut yang teradsorpsi pada dinding pori atau permukaan
adsorben (proses adsorpsi sebenarnya) (Karim dkk., 2017).

Gambar 2.1 Mekanisme Adsorpsi

2.1.2 Kinetika Adsorpsi


Kinetika adsorpsi menyatakan adanya proses penyerapan suatu zat oleh
adsorben dalam fungsi waktu. Karakteristik kemampuan penyerapan adsorben
terhadap adsorbat dapat dilihat dari laju adsorpsinya. Laju adsorpsi dapat

6
diketahui dari konstanta laju adsorpsi (k) dan orde reaksi yang dihasilkan dari
suatu model kinetika adsorpsi. (Anggriani dkk., 2021)
Model kinetika orde satu dan orde dua dinyatakan oleh persamaan:
ln 𝐶𝑒 = 𝑘. 𝑡 + 𝐶0 (Orde 1) (2.1)
1 1
= 𝑘. 𝑡 + 𝐶 (Orde 2) (2.2)
𝐶𝑒 0

2.1.3 Faktor yang Mempengaruhi Adsorpsi


Faktor-faktor yang mempengaruhi daya adsorpsi suatu bahan ialah:
1. Macam-macam Adsorben
a. Adsorben Polar: Adsorben polar mempunyai daya adsorpsi yang
besar terhadap asam karboksilat, alkohol, alumina, keton dan
aldehid. Contoh: alumina.
b. Adsorben non-Polar: Adsorben nonpolar mempunyai daya adsorpsi
yang besar terhadap senyawa yang bersifat basa. Contoh: silica.
c. Adsorben Basa: Adsorben basa mempunyai daya adsorpsi yang besar
terhadap senyawa yang bersifat asam. Contoh: Magnesia.

2. Macam-macam Adsorbat
Jika zat yang diadsorpsi merupakan elektrolit maka adsorpsi akan
berjalan lebih cepat dan hasil adsorpsi lebih banyak jika dibandingkan dengan
larutan non elektrolit. Hal ini disebabkan karena larutan elektrolit terionisasi
sehingga didalam larutan terdapat ion-ion dengan muatan berlawanan yang
menyebabkan gaya tarik-menarik Van der Waals semakin besar, berarti daya
adsorpsi semakin besar.

3. Konsentrasi Masing-Masing Zat


Jika konsentrasi (C) makin besar, maka jumlah solut yang teradsorpsi
semakin besar.

4. Luas Permukaan
Makin luas permukaan adsorben (adsorben makin kecil ukurannya),
maka adsorpsi yang terjadi makin besar karena kemungkinan zat yang menempel
pada permukaan adsorben bertambah. Hal ini menyebabkan bagian yang semula

7
tidak berfungsi sebagai permukaan (bagian dalam) setelah digerus akan berfungsi
sebagai permukaan.

5. Tekanan
Jika tekanan diperbesar molekul-molekul adsorbat akan lebih cepat
teradsorpsi, akibatnya jumlah adsorbat yang terserap bertambah banyak. Jadi
tekanan memperbesar jumlah zat yang teradsorpsi.
6. Daya Larut terhadap Adsorben
Jika daya larut tinggi maka proses adsorpsi akan terhambat karena gaya
untuk melarutkan solut/adsorbat berlawanan dengan gaya tarik adsorben terhadap
adsorbat. (Widayatno dkk., 2017).

2.1.4 Proses Adsorpsi


Proses adsorpsi pada sistem kontinu atau kolom adaalh proses adsorpsi
dimana ada adsorben selalu dikontakkan dengan larutan segar dan dapat
memberikan adsorpsi secara optimal sampai kondisi jenuh. Kelebihan dari sistem
ini yaitu lebih berlaku untuk pengolahan yang lebih nyata dan skala besar
sehingga sistem ini dapat diaplikasikan dalam industri besar dengan
diintegrasikan pada sistem alir. Kapasitas adsorpsi pada sistem kontinu
dipengaruhi oleh laju alir influen, massa adsorben, pH, waktu kontak, konsentrasi
efluen, dan volume efluen (Putri dan Indarti, 2019).

2.2 SPESIFIKASI BAHAN BAKU

2.2.1 Jagung
Jagung (Zea mays L.) merupakan salah satu bahan pangan yang berpotensi
untuk dikembangkan sebagai pangan lokal. Jagung selain sebagai bahan pangan
juga digunakan untuk pakan dan bahan baku industri. Jagung sebagai bahan
pangan dapat memberikan nilai gizi dalam jumlah yang cukup besar jika
dibandingkan dengan bijibijian lain. Secara umum, komponen dasar biji jagung
terdiri atas pati, protein, lemak, vitamin, mineral, dan bahan organik lain. (Darwis
dkk., 2020).

8
Gambar 2.2 Tanaman Jagung

Tanaman jagung termasuk dalam keluarga rumput-rumputan dengan


spesies Zea mays L. Klasifikasi tanaman jagung adalah sebagai berikut.

Tabel 2.1 Taksonomi Jagung

Kingdom Plantae
Divisi Spermatophyta
Sub Divisi Angiospermae
Kelas Monocotyledoneae
Ordo Poales
Famili Poaceae
Genus Zea
Spesies Zea Mays L.
(Suryaningsih dkk., 2013)

2.2.2 Tongkol Jagung


Tongkol jagung merupakan bagian tanaman jagung yang kurang
dimanfaatkan oleh masyarakat. Namun, realitanya tongkol jagung mengandung
beberapa gizi yang dapat dimanfaatkan oleh manusia serta dapat diolah dan layak
dikonsumsi manusia. Salah satunya serat kasar. (Velayati dkk., 2022).
Tongkol jagung merupakan kerangka dari tongkol jagung. Biji jagung
tersusun rapi pada permukaan tongkol jagung melalui penyematan carpopodium.
Bentuk tongkol jagung berbentuk kerucut dan parameter geometri penampangnya
menunjukkan distribusi gradien dari bawah ke atas. Struktur makro tongkol
jagung terdiri dari empulur, cincin kayu, dan glume. Penampang empulur

9
berbentuk lingkaran tidak beraturan, dan sisi luarnya berupa cincin kayu
berbentuk cincin dan lem berbentuk cincin. (Zou dkk., 2021).

Gambar 2.3 Struktur Lapisan Tongkol Jagung

Tongkol jagung mempunyai kandungan lignin (15%), kadar selulosa


(45%) dan kadar hemiselulosa (35%). Selain itu, tongkol jagung juga
mengandung karbon yang cukup tinggi sebesar (39,80%). Berdasarkan hal
tersebut tongkol jagung dapat digunakan sebagai bahan baku pembuatan untuk
memurnikan larutan dari molekul organik yang mengandung pengotor yang tidak
diinginkan (adsorben) yang dapat mengadsorpsi logam, senyawa organik, zat
warna, serta residu antibiotik ceftriaxone (Muthia, 2023).

2.3 MINYAK JELANTAH


Minyak jelantah yaitu minyak goreng yang sudah berkali-kali digunakan
untuk menggoreng. Penggunaan minyak goreng secara berulang akan menurunkan
kualitas minyak goreng tersebut sehingga mempengaruhi kualitas bahan pangan
yang digoreng. Minyak goreng seperti ini memiliki sifat karsinogen yang sudah
tidak aman untuk digunakan (Erna dan Wiwit, 2017).
Penggunaan minyak jelantah dapat menyebabkan terjadinya proses
hidrolisis dan oksidasi sehingga menghasilkan asam lemak bebas yang dapat
menurunkan kualitas minyak dan berbahaya bagi kesehatan. Akan tetapi
pembuangan minyak jelantah juga dapat mengganggu lingkungan karena sifatnya
yang sukar larut dalam air. Oleh karena itu, untuk layak dimanfaatkan kembali
maka minyak jelantah harus dimurnikan terlebih dahulu sehingga kualitas minyak
meningkat (Kurniawan dkk., 2021).

10
Gambar 2.4 Minyak Jelantah

Adapun parameter syarat mutu minyak goreng sesuai SNI 01-3741-1995


menurut Noriko dkk (2012), yaitu:

Tabel 2.2 Syarat Mutu Minyak Goreng SNI 01-3741-1995

No Kriteria Uji Satuan Persyaratan


1 Keadaan bau, warna, dan - Normal
rasa
2 Air % b/b Maks. 0,30
3 Asam lemak bebas % b/b Maks. 0,30
4 Bahan makanan tambahan Sesuai SNI. 022-M dan Permenkes No.
722/Menkes/Per/IX/88
5 Cemaran Logam
5.1 Besi (Fe) Mg/kg Maks. 1,5
5.2 Tembaga (Cu) Mg/kg Maks. 0,1
5.3 Raksa (Hg) Mg/kg Maks. 0,1
5.4 Timbal (Pb) Mg/kg Maks. 40,0
5.5 Timah (Sn) Mg/kg Maks. 0,005
5.6 Seng (Zn) Mg/kg Maks. 40,0/250,0
6 Arsen (As) % b/b Maks 0,1
7 Bilangan Peroksida % mg 02/gr Maks. 1
(Noriko dkk., 2012)

11
Adapun parameter syarat mutu biodiesel sesuai SNI 7182: 2015 menurut
Busyairi dkk (2020), yaitu:

Tabel 2.3 Syarat Mutu Biodiesel SNI 7182: 2015

No Parameter Satuan Persyaratan Metode Uji


1 Kadar Air %-vol, maks Max 0,05 ASTM D 2709
2 Densitas gr/cm3 0,85-0,89 ASTM D 1298
3 Viskositas mm2/s (cSt) 2,3-6,0 ASTM D 445
4 Titik nyala °C, min Min. 100 ASTM D 93
(Flash Point)
5 Kadar metil ester % massa, min 96,5 AOCS Cd 1-25
(Busyairi dkk., 2020)

2.4 ALAT UJI

2.4.1 Turbidimeter
Turbidimeter merupakan alat pengujian kekeruhan dengan sifat optik
akibat dispersi sinar dan dapat dinyatakan sebagai perbandingan cahaya yang
dipantulkan terhadap cahaya yang datang. Intensitas cahaya yang dipantulkan oleh
suspensi padatan adalah fungsi konsentrasi jika kondisi lainnya konstan (Putra,
2018).

Gambar 2.5 Turbidimeter

Turbidimeter merupakan alat yang sangat akurat, dapat mengukur


kekeruhan dengan sangat rendah, dan beberapa didapat dalam bentuk portable.
Turbidimeter menggunakan satuan Nephelometric Turbidity Units (NTU) atau
juga Jackson Turbidity Units (JTU). Namun dalam penggunaannya alat ini
memiliki kekurangan, yakni memmbutuhkan sumber daya listrik dan juga perlu
dikalibrasi (Merlianti dan Irsyad, 2017).

12
2.4.2 SEM-EDX
SEM (Scanning Electron Microscope) – EDX (Energy Dispersive X-Ray
Spectroscopy) merupakan metode yang secara luas digunakan untuk pengamatan
morfologi permukaan, struktur, dan pemetaan kandungan berbagai jenis sampel
mulai dari bahan alam, organik, anorganik polimer, logam, hingga sampel biologi.
Metode pengamatan ini menggunakan berkas elektron dengan pancaran energi
tinggi untuk memindai objek sehingga menghasilkan citra dan komposisi sampel.
Berkas elektron yang digunakan memiliki panjang gelombang puluhan ribu kali
lebih pendek sehingga dihasilkan resolusi dan detail gambar yang lebih baik
daripada miksroskop optik (Sahdiah dan Kurniawan, 2023).

Gambar 2.6 SEM-EDX

Kemajuan dalam penggunaan Scanning Electron Microscopy (SEM)


memungkinkan pemindaian area yang luas dan mengumpulkan sejumlah besar
data untuk mendapatkan karakteristik sampel, diantaranya adalah menghitung
objek dan mengumpulkan statistik objek tersebut, salah satunya mendapatkan
citra morfologi ukuran untuk menentukan distribusi ukuran. Pengujian Scanning
Electrom Microscopy (SEM) memungkinkan mendapatkan hasil citra morfologi
dan konsentrasi dari campuran bahan (Septiano dkk., 2021). Hasil SEM yang
berupa gambar topografi menyajikan bentuk permukaan bahan dengan berbagai
lekukan dan tonjolan, sedangkan Energy Dispersive X-Ray (EDX) digunakan
untuk analisis elemental kimia bahan (Mardiyah dkk., 2022).

13
2.4.3 High Performance Liquid Chromatography (HPLC)
HPLC (High Performance Liquid Chromatography) adalah teknik
pemisahan, identifikasi, dan kuantifikasi komponen dalam campuran. hali ini
terutama cocok untuk senyawa yang tidak mudah menguap, tidak stabil secara
termal, dan memiliki berat molekul yang besar. Prinsip dasar HPLC adalah
pemisahan analit berdasarkan kepolarannya, alatnya terdiri dari kolom (sebagai
fasa diam) dan larutan tertentu sebagai fasa geraknya. Perbedaan yang signifikan
antara HPLC dan kromatografi adalah pada HPLC menggunakan tekanan yang
tinggi untuk mendorong fasa gerak. Campuran analit akan terpisah berdasarkan
kepolarannya, dan kecepatannya akan berbeda yang dapat diamati melalui
spektrum yang puncak-puncaknya terpisah (Sukma dan Fajri, 2019).

Gambar 2.7 HPLC

2.4.4 Brunalier Emmett Teller (BET)


Brunalier Emmett Teller (BET) merupakan sebuah teori dari tiga orang
ilmuwan, yaitu Stephen Brunauer, P.H. Emmett, dan Edward Teller yang berhasil
melakukan penelitian tentang adsorpsi gas multilayer. Teori ini menjelaskan
bahwa energi diserap melalui adanya induksi dipol kedalam gas non-polar
sehingga terjadi ikatan antara lapisan teradsorpsi. Teori ini merupakan lanjutan
dari teori Langmuir, dimana teori Langmuir terbatas hanya pada satu lapisan saja
(Kusumaningtyas, 2017).

14
Gambar 2.8 BET

Teori BET dapat digunakan setelah dilakukan uji menggunakan alat SAA
(Surface Area Analyzer). Alat ini berfungsi untuk menentukan diameter dan
volume pori, serta luas permukaan spesifik material. Berdasarkan prinsip
adsorpsidesorpsi gas adsorbat. Mekanisme adsorpsi gas tersebut berupa
penyerapan gas (nitrogen, argon dan helium) pada permukaan suatu bahan padat
yang akan dikarakterisasi pada suhu tetap. Jika diketahui volume gas (nitrogen,
argon, atau helium) yang dapat diserap oleh suatu permukaan padatan pada suhu
dan tekanan tertentu dan diketahui secara teoritis luas permukaan dari satu
molekul gas yang diserap, maka luas permukaan total padatan tersebut dapat
dihitung. Luas permukaan merupakan jumlah pori pada setiap satuan luas dari
sampel. Sementara luas permukaan spesifik adalah luas permukaan per satuan
gram (Kusumaningtyas, 2017).

2.4.5 Fourier Transform Infrared (FTIR)


Fourier Transformed Infrared (FTIR) adalah proses untuk mendapatkan
serapan inframerah atau spektrum radiasi zat padat, cair atau gas. FTIR bekerja
dengan mengidentifikasi senyawa, mendeteksi gugus fungsi, dan menganalisis
campuran dan sampel selama analisis. Metode spektroskopi yang digunakan
adalah metode spektroskopi adsorpsi yang didasarkan pada perbedaan penyerapan
radiasi inframerah oleh molekul zat. Spektrum inframerah dihasilkan dengan
melewatkan cahaya melalui sampel, mengukur intensitas cahaya dengan detektor
dan membandingkannya dengan intensitas tanpa sampel sebagai fungsi panjang

15
gelombang. Spektrum inframerah yang diperoleh kemudian diplot sebagai
intensitas fungsi energi, panjang gelombang (µm) atau bilangan gelombang.
FTIR paling umum digunakan untuk penentuan kuantitatif dan kualitatif senyawa
organik. Dalam penelitian kuantitatif, FTIR digunakan untuk menentukan
konsentrasi analit dalam sampel. FTIR sekarang digunakan untuk penelitian
kualitatif untuk menentukan gugus fungsi yang terkandung dalam sampel
kompleks (Dewi, 2021).

Gambar 2.9 FTIR

Secara sederhananya, prinsip kerja FTIR adalah untuk mengidentifikasi


senyawa, mendeteksi gugus fungsi, dan menganalisis campuran dan sampel yang
dianalisis. Suatu ikatan dalam sebuah molekul dapat mengalami berbagai vibrasi
molekul. Secara umum terdapat dua tipe vibrasi molekul:
a. Stretching (Vibrasi Regang/Ulur)
Vibrasi sepanjang ikatan sehingga terjadi perpanjangan atau pemendekan
ikatan.
b. Bending (Vibrasi Lentur/Tekuk)
Vibrasi yang disebabkan oleh sudut ikatan sehingga terjadi pembesaran atau
pengecilan sudut ikatan. Gerakan vibrasi yang teramati dalam spektrum
inframerah jika menghasilkan perubahan momen dipol (µ ≠ 0) sedangkan jika (µ
= 0) akan teramati spektrum raman.
Oleh karena itu suatu ikatan tertentu dapat menyerap energi lebih dari satu
panjang gelombang (Wuisan dkk., 2022).

16
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN

3.1 WAKTU DAN TEMPAT PELAKSANAAN PENELITIAN


Penelitian ini dilaksanakan di:
1. Laboratorium Operasi Teknik Kimia, Departemen Teknik Kimia,
Fakultas Teknik, Universitas Sumatera Utara.
2. Laboratorium Surfaktan dan Aplikasi Teknik Kimia, Departemen
Teknik Kimia, Fakultas Teknik, Universitas Sumatera Utara.

3.2 BAHAN DAN PERALATAN

3.2.1 Bahan Penelitian


Bahan yang akan digunakan pada kegiatan penelitian ini adalah:
1. Aquadest
2. Minyak Jelantah
3. Tongkol Jagung

3.2.2 Peralatan Penelitian


Peralatan yang akan digunakan pada kegiatan penelitian ini adalah:
3.2.2.1 Peralatan untuk Pembuatan Adsorben
1. Aluminium foil
2. Ayakan
3. Pisau
4. Neraca digital
5. pH meter
6. Oven

3.2.2.2 Peralatan untuk Pemurnian Minyak Jelantah


1. Beaker glass
2. Corong kaca
4. Kertas saring
5. Kolom adsorpsi

17
6. Neraca Digital
7. Statif dan Klem

3.2.2.3 Peralatan untuk Analisis


1. Turbidimeter
2. SEM-EDX
3. HPLC
4. BET
5. FTIR

3.3 PROSEDUR PENELITIAN

3.3.1 Prosedur Pengambilan Sampel Minyak Jelantah


Pada penelitian ini dilakukan pengambilan sampel berupa minyak jelantah
dari pengepul minyak jelantah di Medan, dengan langkah-langkah sebagai
berikut:
1. Sampel diambil sebanyak 5 Liter menggunakan jerigen.
2. Sampel yang telah diambil langsung dibawa ke Laboratorium Operasi Teknik
Kimia.
3. Sampel didiamkan selama 20 menit untuk mengendap secara gravitasi lalu
diambil bagian yang atas.

3.3.2 Prosedur Pembuatan Adsorben Tongkol Jagung


Prosedur pembuatan karbon aktif tonggol jagung adalah sebagai berikut:
1. Tongkol jagung diperoleh dari pasar.
2. Tongkol jagung dibersihkan dari kotoran dan dicuci dengan air
hingga pH pencucian netral.
3. Tonggol jagung dikeringkan dengan oven pada suhu 60℃ hingga
mencapai berat konstan 3 kali pengukuran.
4. Tonggol jagung yang telah dikeringkan kemudian dihancurkan
sampai menjadi bentuk serbuk dengan ukuran 25, 50, dan 100
mesh sebanyak 3 gram.

18
3.3.3 Prosedur Adsorpsi

3.3.3.1 Prosedur Mengukur Kekeruhan Minyak Jelantah Tanpa Adsorben


Prosedur mengukur kekeruhan minyak jelantah tanpa adsorben adalah:
1. Sampel berupa minyak jelantah diambil sebanyak 100 mL dan
dimasukkan ke dalam beaker glass.
2. Uji kekeruhan minyak jelantah dengan menggunakan turbidimeter.

3.3.3.2 Prosedur Mengukur Pengaruh Ukuran dan Laju Alir Adsorben Terhadap
Kemampuan Menurunkan Kinetika Kekeruhan Minyak Jelantah
Prosedur mengukur pengaruh ukuran adsorben dan pengaruh massa
adsorben terhadap kekeruhan minyak jelantah adalah:
1. Sampel berupa minyak jelantah diambil sebanyak 100 mL, disaring, dan
dimasukkan ke dalam beaker glass.
2. Siapkan kolom adsorpsi dengan menyusun kapas dan adsorben tongkol
jagung sebanyak 3 gram dengan ukuran partikel 25 mesh.
3. Sampel dipompa ke dalam kolom adsorpsi dengan laju alir sebesar 5
mL/min, lalu diukur kekeruhannya menggunakan turbidimeter.
4. Ulangi prosedur 2 sampai 4 dengan variasi laju alir 10 mL/min dan 15
mL/min dengan variasi ukuran adsorben yaitu 50 dan 100 mesh.
5. Analisis terhadap adsorben yang memiliki daya jerap paling baik
menggunakan SEM-EDX dan minyak jelantah yang memiliki nilai
kekeruhan paling kecil menggunakan HPLC.

19
3.4 FLOWCHART PROSEDUR PENELITIAN

3.4.1 Flowchart Pengambilan Sampel Minyak Jelantah

Mulai

Sampel diambil sebanyak 5 liter dengan menggunakan jerigen

Sampel yang telah diambil langsung dibawa ke Laboratorium


Operasi Teknik Kimia

Sampel didiamkan selama 20 menit untuk mengendap secara


gravitasi lalu diambil bagian yang atas

Selesai

Gambar 3.1 Flowchart Pengambilan Sampel Minyak Jelantah

20
3.4.2 Flowchart Pembuatan Adsorben Tongkol Jagung

Mulai

Tongkol jagung diperoleh dari pasar

Tongkol jagung dibersihkan dari kotoran dan dicuci dengan air hingga
pH pencucian netral

Tongkol jagung dikeringkan dalam oven dengan suhu 600C sampai


tongkol jagung mencapai berat konstan selama 3 kali pengukuran

Tongkol jagung dihancurkan menjadi serbuk dengan ukuran 25, 50 dan


100 mesh sebanyak 3 gram

Selesai

Gambar 3.2 Flowchart Pembuatan Adsorben Tongkol Jagung

21
3.4.3 Flowchart Mengukur Kekeruhan Minyak Jelantah Tanpa Adsorben

Mulai

Sampel berupa minyak jelantah diambil sebanyak 100 mL


dan dimasukkan ke dalam beaker glass.

Uji kekeruhan minyak jelantah dengan menggunakan


turbidimeter

Selesai

Gambar 3.2 Flowchart Mengukur Kekeruhan Minyak Jelantah Tanpa


Adsorben

22
3.4.4 Flowchart Mengukur Pengaruh Ukuran Adsorben dan Pengaruh
Laju Alir Adsorben Terhadap Kekeruhan Minyak Jelantah

Mulai

Sampel berupa minyak jelantah diambil sebanyak 100 mL dan


dimasukkan ke dalam beaker glass

Siapkan kolom adsorpsi dan ditambahkan 3 gram adsorben tongkol


jagung berbentuk serbuk dengan ukuran adsorben 25 mesh

Sampel dipompa ke dalam kolom adsorpsi dengan laju alir sebesar


5 mL/min lalu diukur kekeruhannya menggunakan turbidimeter

Apakah ada variasi


ukuran dan laju alir
adsorben? Ya

Tidak
Dilakukan analisa terhadap adsorben menggunakan SEM-EDX dan
minyak jelantah yang memiliki nilai kekeruhan paling kecil
menggunakan HPLC

Selesai

Gambar 3.4 Flowchart Mengukur Pengaruh Ukuran Adsorben dan Pengaruh


Laju Alir Terhadap Kekeruhan Minyak Jelantah

23
DAFTAR PUSTAKA

Adam, D. H. 2017. Kemampuan Tandan Kosong Kelapa Sawit Sebagai Adsorben


untuk Meregenerasi Minyak Jelantah. Edu Science 4(1): 8-11.

Anggriani, U. M., A. Hasan, dan I. Purnamasari. 2021. Kinetika Adsorpsi Karbon


Aktif Dalam Penurunan Konsentrasi Logam Tembaga (Cu) dan Timbal
(Pb). Jurnal Kinetika 12(2): 29-37.

Busyairi, M., A. Z. Muttaqin, I. Meicahyanti, dan Saryadi. 2020. Potensi Minyak


Jelantah Sebagai Biodiesel dan Pengaruh Katalis Serta Waktu Reaksi
Terhadap Kualitas Biodiesel Melalui Proses Transesterifikasi. Serambi
Engineering V(2): 933-940.

Darwis, M., Edy, dan Subaedah. 2020. Pertumbuhan dan Produksi Benih Jagung
Tiga Varietas yang Telah Mengalami Penyimpanan Satu Bulan dan Enam
Bulan. Jurnal AGrotekMas 1(3): 52-57.

Dewi, S. M. N. 2021. Identifikasi Alduteran Molase Dalam Madu Lebah Tanpa


Sengat dengan Menggunakan Metode FTIR. Skripsi. Program Studi S1
Farmasi, Fakultas Farmasi, Universitas Bhakti Kencana. Bandung.

Erna, N. dan W. S. Wiwit. 2017. Pengolahan Minyak Goreng Bekas (Jelantah)


Sebagai Pengganti Bahan Bakar Minyak Tanah (Biofuel) bagi Pedagang
Gorengan di Sekitar FMIPA UNNES. Rekayasa 15(2): 89-95.

Fathurrahmaniah, Ewisahrani, dan E. Nursa’ban. 2022. Potensi Arang Tempurung


Kelapa Sebagai Adsorben Pemurnian Minyak Goreng Bekas. Jurnal PIPA:
Pendidikan Ilmu Pengetahuan Alam 3(1): 19-23

Haili, H. M., Sulistiyana, dan E. M. Jayadi. 2021. Pemanfaatan Limbah Kulit


Bawang Merah (Allium cepa L.) Dan Ampas Tebu (Sugarcane Bagasse)
Sebagai Adsorben Pada Pemurnian Minyak Jelantah. al-Kimiya 8(1): 28-
36.

Ilmannafian, A. G., M. I. Darmawan, M. Kiptiah, dan H. Bukhari. 2023.


Pembuatan Bioadsorben Dari Kombinasi Kitosan Dan Kulit Jagung Pada
Proses Pemurnian Minyak Jelantah. EnviroScientae 19(1): 158-164.
24
Karim, M. A., H. Juniar, M. F. P. Ambarsari. 2017. Adsorpsi Ion Logam Fe Dalam
Limbah Tekstil Sintesis denga Menggunakan Metode Batch. Distilasi 2(2):
68-81.

Kurniawan, I., Susanty, T. Y. Hendrawati, dan W. D. Rusanti. 2021. Pemanfaatan


Karbon Aktif dari Biji Pala (Myristica fragrans Houtt.) Untuk Pemurnian
Minyak Jelantah. Seminar Nasional Sains dan Teknologi. 17 November.

Kusumaningtyas, M. P. 2017. Analisis Struktur Nano Batu Apung Lombok


Menggunakan Metode BET (BrunauerEmmett-Teller). Skripsi.
Departemen Fisika, Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam,
Institut Teknologi Sepuluh Nopember. Surabaya.

Mardwita, M., E. S. Yusmartini, M. Rahayu, dan E. Elfidiah. 2023. Pemurnian


Minyak Jelantah Menggunakan Karbon Aktif Dari Ampas Tebu Dan
Aktivator H2SO4. Barometer 8(1): 50-57.

Merlianti, T. D. dan M. Irsyad. 2017. Validasi Metode Tabung Secchi untuk


Pengukuran Kekeruhan Dalam Air. JAK-STABA 1(2): 21-25.

Muthia, D. R. 2023. Optimasi Dspe Berbasis Graphene Oxide dari Limbah


Tongkol Jagung (Zea mays L.) untuk Penentuan Residu Antibiotik
Ceftriaxone. Skripsi. Jurusan Kimia, Fakultas Matematika dan Ilmu
Pengetahuan Alam, Universitas Lampung. Bandar Lampung.

Noriko, N., D. Elfidasari, A. T. Perdana, N. Wulandari, dan W. Wijayanti. 2012.


Analisis Penggunaan dan Syarat Mutu Minyak Goreng pada Penjaja
Makanan di Food Court UAI. Jurnal Al-Azhar Indonesia Seri Sains dan
Teknologi 1(3): 147-154.

Putra, I. N. 2018. Rancang Bangun Sistem Monitoring Kolam Renang Berbasis


Web dan Iot. JATI 2(2): 116-121.

Putri, S. A., Asnawati, dan D. Indarti. 2019. Optimalisasi Adsorpsi Zat Warna
Rhodamin B pada Hemiselulosa Dalam Sistem Dinamis. Berkala Sainstek
7(1): 1-6.

Sahdiah, H. dan R. Kurniawan. 2023. Optimasi Tegangan Akselerasi pada


Scanning Electron Microscope – Energy Dispersive X-Ray Spectroscopy
25
(SEM-EDX) untuk Pengamatan Morfologi Sampel Biologi. Jurnal Sains
dan Edukasi Sains 6(2): 117-123.

Setyawati, H., M. S. M. Putra, dan E. N. Azarine. 2022. Pemanfaatan Limbah


(Ampas Tebu Kering, Kulit Pisang Kering, Kulit Nanas Kering) pada
Pemurnian Minyak Jelantah. Seminar Nasional. 13 Juli: 520-526.

Sukma, F. F. dan R. Fajri. 2019. Identifikasi Asam Dehidroasetat dalam Produk


Kosmetika dengan Menggunakan HPLC (High Performance Liquid
Cromatography). Jurnal Kimia Sains dan Terapan 1(2): 15-17.

Suryaningsih, M. Joni, dan A. A. K. Darmadi. 2013. Inventarisasi Gulma pada


Tanaman Jagung (Zea mays L.) di Lahan Sawah Kelurahan Padang Galak
Denpasar Timur, Kodya Denpasar, Provinsi Bali. Jurnal Simbiosis 1(1): 1-
8.

Syahrir, I., S. Sahraeni, A. Kurniawan, dan P. F. Syaifuddin. 2019. Efektivitas


Pemurnian Minyak Goreng Bekas Dengan Adsorben Arang Aktif Sabut
Kelapa Dan Ekstrak Bawang Merah. Prosiding Seminar Nasional
Penelitian & Pengabdian Kepada Masyarakat.

Velayati, J. M., R. P. Asyari, R. Mustafidah, dan T. Sayekti. 2022. Pemanfaatan


Limbah Tongkol Jagung sebagai Bahan Pembuatan Sereal untuk Alternatif
Menu Sarapan. Jurnal Tadris IPA Indonesia 2(3): 283-292.

Widayatno, T., T. Yuliawati, dan A. A. Susilo. 2017. Adsorpsi Logam Berat (Pb)
dari Limbah Cair dengan Adsorben Arang Bambu Aktif. Jurnal Teknologi
Bahan Alam 1(1): 17-23.

Wuisan, J. J., D. R. Wenas, A. M. Rampengan, dan C. A. N. Bujung. 2022. Studi


Struktur Mikro dan Jenis Mineral Batuan Tanah Beruap di Gunung
Soputan Minahasa. Jurnal FisTa : Fisika dan Terapannya 3(2): 19-25.

Zou, Y., J. Fu, Z. Chen, dan L. Ren. 2021. The Effect of Microstructure on
Mechanical Properties of Corn Cob. Micron 146: 1-7.

26

Anda mungkin juga menyukai