APLUS PACIFIC
SNI 7705:2020
ICS 91.100.40
Hak Cipta Badan Standardisasi Nasional, Salinan Standar ini dibuat oleh BSN untuk PT. APLUS PACIFIC
© BSN 2020
Hak cipta dilindungi undang-undang. Dilarang mengumumkan dan memperbanyak sebagian atau
seluruh isi dokumen ini dengan cara dan dalam bentuk apapun serta dilarang mendistribusikan
dokumen ini baik secara elektronik maupun tercetak tanpa izin tertulis dari BSN
BSN
Email: dokinfo@bsn.go.id
www.bsn.go.id
Diterbitkan di Jakarta
SNI 7705:2020
Daftar isi
Hak Cipta Badan Standardisasi Nasional, Salinan Standar ini dibuat oleh BSN untuk PT. APLUS PACIFIC
Daftar isi.....................................................................................................................................i
Prakata ..................................................................................................................................... ii
1 Ruang lingkup .................................................................................................................... 1
2 Acuan normatif................................................................................................................... 1
3 Istilah dan definisi .............................................................................................................. 1
4 Klasifikasi ........................................................................................................................... 2
5 Syarat mutu ....................................................................................................................... 2
6 Pengambilan contoh .......................................................................................................... 3
7 Cara uji .............................................................................................................................. 4
8 Syarat lulus uji ................................................................................................................. 10
9 Syarat penandaan ........................................................................................................... 10
Bibliografi ............................................................................................................................... 11
© BSN 2020 i
SNI 7705:2020
Prakata
Hak Cipta Badan Standardisasi Nasional, Salinan Standar ini dibuat oleh BSN untuk PT. APLUS PACIFIC
Standar Nasional Indonesia (SNI) 7705:2020 dengan judul Lembaran rata kalsium silikat
merupakan revisi dari SNI 7705:2011, Lembaran rata kalsium silikat. Revisi dilakukan untuk
menyesuaikan dengan standar penulisan terkini, melengkapi syarat mutu dan menyesuaikan
pengujian yang diperlukan dengan kebutuhan penggunaan.
Perubahan teknis dalam standar ini meliputi penambahan nominal dimensi; pengelompokan
tebal; menambahkan istilah dan definisi; mengganti uji ketahanan api menjadi uji tahan bakar;
menghilangkan uji ketahanan beku-cair, uji ketahanan air hangat, uji konduktivitas panas, uji
ketahanan pukul, uji tingkat ketahanan api, dan uji kedap suara.
Standar ini disusun dan dirumuskan oleh Komite Teknis 91-02, Kimia bahan konstruksi, dan
telah dibahas dalam rapat konsensus Komite Teknis di Jakarta pada 10 Desember 2019 yang
dihadiri oleh wakil-wakil dari pemerintah, produsen, konsumen, lembaga sertifikasi produk,
lembaga uji, tenaga ahli dan institusi terkait lainnya.
Standar ini telah melalui jajak pendapat pada tanggal 26 Desember 2019 sampai dengan
23 Februari 2020 dan juga telah dibahas dalam rapat pembahasan hasil jajak pendapat pada
tanggal 22 Juli 2020, dengan hasil akhir disetujui menjadi SNI.
Perlu diperhatikan bahwa kemungkinan beberapa unsur dari dokumen standar ini dapat
berupa hak paten. Badan Standardisasi Nasional tidak bertanggung jawab untuk
pengidentifikasian salah satu atau seluruh hak paten yang ada.
© BSN 2020 ii
SNI 7705:2020
Hak Cipta Badan Standardisasi Nasional, Salinan Standar ini dibuat oleh BSN untuk PT. APLUS PACIFIC
1 Ruang lingkup
Standar ini menetapkan spesifikasi teknis dan metode uji lembaran rata kalsium silikat yang
digunakan sebagai bahan bangunan untuk aplikasi interior maupun eksterior antara lain:
dinding, partisi, plafon, lisplang, lantai, bekisting, plint (skirting). Standar ini tidak berlaku untuk
produk lembaran yang mengandung serat asbestos.
2 Acuan normatif
Dokumen acuan berikut sangat diperlukan untuk penerapan dokumen ini. Untuk acuan
bertanggal, hanya edisi yang disebutkan yang berlaku. Untuk acuan tidak bertanggal, berlaku
edisi terakhir dari dokumen acuan tersebut (termasuk seluruh perubahan/ amandemennya).
SNI 1740, Cara uji bakar bahan bangunan untuk pencegahan bahaya kebakaran pada
bangunan rumah dan gedung.
3.1
lembaran rata kalsium silikat
bahan bangunan yang dibuat terutama dari bahan pasir silika, semen portland, serat selulosa,
air, dengan atau tanpa bahan tambahan bila diperlukan, yang dibentuk menjadi lembaran rata
melalui reaksi kimiawi yang terjadi pada suhu dan tekanan tertentu antara unsur silika dan
kalsium di dalam autoclave. Lembaran dapat diberi warna atau permukaannya diberi lapisan
seperti sealer, cat dasar dan/atau cat berwarna atau dibiarkan tetap pada warna alaminya
3.2
lembaran bertekstur
lembaran rata kalsium silikat yang memiliki tekstur dengan relief pola tertentu pada
permukaannya
3.3
plint (skirting)
bahan penutup bagian terendah dari dinding interior. Tujuannya untuk menutupi sambungan
antara permukaan dinding dan lantai, melindungi dinding dari benturan furnitur dan dapat
berfungsi dekoratif
3.4
kuat lentur
beban maksimum yang dapat ditambahkan pada pengujian hingga lembaran rata kalsium
silikat mengalami rusak/patah. Dalam istilah teknis dikenal dengan modulus of rupture
3.5
contoh
lembaran rata kalsium silikat dalam ukuran utuh yang diambil dari masing-masing kelompok
ketebalan dan tipe produk
3.6
contoh uji
bagian contoh yang telah melalui proses preparasi dan siap untuk diuji
4 Klasifikasi
Lembaran rata kalsium silikat diklasifikasikan berdasarkan nilai minimum rata-rata kuat lentur
Hak Cipta Badan Standardisasi Nasional, Salinan Standar ini dibuat oleh BSN untuk PT. APLUS PACIFIC
sesuai Tabel 1 berikut.
5 Syarat mutu
Hak Cipta Badan Standardisasi Nasional, Salinan Standar ini dibuat oleh BSN untuk PT. APLUS PACIFIC
3. Toleransi dimensi:
Panjang Milimeter ± 5,0
Lebar Milimeter ± 5,0
Tebal
Lembaran rata:
Kelompok 1 (< 6 mm) % ± 10,0
Kelompok 2 (6 – 12 mm) Milimeter ± 0,6
Kelompok 3 (>12 mm) Milimeter ± 1,0
Lembaran bertekstur % ± 10,0
4. Kesikuan % ≤ 0,25 terhadap diagonal terpendek
5. Kuat lentur MPa Sesuai Tabel 1
6. Densitas g/cm3 ≥ 0,8
7. Perubahan panjang akibat
% < 0,1
kelembapan
8. Kedap air - Tidak boleh menetes
9. Ketahanan basahkering - RL ≥ 0,7
10. Ketahanan panashujan Tidak boleh terjadi retak, delaminasi,
- melengkung. Uji dilakukan untuk produk
tipe A dengan ketebalan ≥ 6,0 mm.
11. Tahan bakar - tidak terbakar sesuai SNI 1740
6 Pengambilan contoh
Contoh diambil secara acak dari kelompok ketebalan untuk masing-masing tipe produk yang
telah ditetapkan layak jual oleh pihak produsen. Jumlah contoh yang diambil dari kelompok
ketebalan untuk masing-masing tipe produk sampai dengan 1.200 lembar adalah 5 lembar
contoh, dan setiap kelipatan sampai dengan 1.000 lembar diambil contoh tambahan 1 lembar
contoh.
Jumlah
No. Uraian Keterangan
contoh uji
1. Bentuk dan sifat tampak - Observasi dari semua contoh utuh
2. Dimensi dan kesikuan - Pengukuran terhadap semua contoh utuh
2 dari setiap Masing-masing mewakili searah serat
3. Kuat lentur
contoh dan berpotongan serat
1 dari setiap
4. Densitas -
contoh
Perubahan panjang 2 dari setiap Masing-masing mewakili searah serat
5.
akibat kelembapan contoh dan berpotongan serat
1 dari setiap Untuk contoh berdimensi kecil, area uji
6. Kedap air
contoh dimaksimalkan sesuai area yang ada
4 dari setiap
7. Ketahanan basahkering -
contoh
8. Ketahanan panashujan Sesuai 7.9 Dilakukan hanya untuk tipe A
9. Tahan bakar - Sesuai SNI 1740
© BSN 2020 3 dari 11
SNI 7705:2020
7 Cara uji
Hak Cipta Badan Standardisasi Nasional, Salinan Standar ini dibuat oleh BSN untuk PT. APLUS PACIFIC
Dilakukan dengan pengamatan visual, sebagai berikut:
Salah satu permukaan harus halus, dengan atau tanpa tekstur;
Bentuk persegi panjang, bujur sangkar;
Tepi potongan lembaran harus lurus dan rata;
Tidak terlihat adanya retak – retak, lubang atau cacat lainnya;
Warna alami, diberi warna atau dilapisi warna pada permukaannya.
a) Pengukuran panjang dan lebar menggunakan meteran baja atau alat sejenisnya dengan
ketelitian 1 mm, dilakukan paling sedikit 3 kali pengukuran pada setiap sisi dan tengah
lembaran contoh.
b) Hasil pengukuran pada setiap lembaran contoh dihitung nilai rata-ratanya.
c) Panjang dan lebar dari contoh adalah jumlah rata-rata dari pengukuran tiap lembar contoh
dibagi dengan jumlah lembaran contoh yang telah diukur.
CATATAN Apabila lembaran berdimensi kecil, pengukuran cukup dilakukan 2 kali pada sisi lembaran
contoh.
a) Pengukuran tebal dilakukan terhadap contoh uji untuk pengujian kuat lentur, yaitu dilakukan
pada sepanjang salah satu bidang patah setelah contoh uji dibebani sampai patah.
b) Pengukuran dilakukan dengan menggunakan alat pengukur yang sesuai dan mempunyai
ketelitian sampai 0,1 mm.
c) Pada setiap contoh uji dilakukan 3 kali pengukuran, kemudian dihitung nilai rata-ratanya
dan perbedaan antara nilai minimum dan maksimum.
d) Tebal rata-rata dari contoh dan perbedaannya adalah jumlah rata-rata dari masing-masing
contoh uji dibagi dengan jumlah contoh uji yang diukur tebalnya.
CATATAN Untuk lembaran bertekstur, pengukuran dilakukan pada contoh uji sebelum dilakukan uji
kuat lentur, diukur pada posisi puncak tekstur di sepanjang sisi contoh uji sebanyak 8 titik pengukuran.
7.3 Kesikuan
a) Pengukuran kesikuan dilakukan dengan mengukur lintasan diagonal dari lembaran contoh,
menggunakan meteran baja atau alat sejenisnya dengan ketelitian 1 mm.
b) Kesikuan adalah selisih dua diagonal dibagi diagonal terpendek, dinyatakan dalam
persen (%).
c) Kesikuan contoh adalah nilai rata-rata dari kesikuan setiap lembaran contoh dibagi dengan
jumlah lembaran contoh yang telah diukur.
Hak Cipta Badan Standardisasi Nasional, Salinan Standar ini dibuat oleh BSN untuk PT. APLUS PACIFIC
Contoh uji yang diambil berdasarkan Tabel 3 yang mewakili tipe dan kelompok tebal produk.
Selanjutnya siapkan contoh uji dengan cara mengambil bagian pinggir kanan, tengah dan
pinggir kiri dari contoh, dengan ketentuan penyiapan contoh uji seperti Gambar 1, Gambar 2,
dan Gambar 3 berikut ini.
250 mm
250 mm
Lebar > 1.200 mm
250 mm
250 mm 250 mm
250 mm
250 mm
250 mm 250 mm
Lebar ≤ 400 mm
Hak Cipta Badan Standardisasi Nasional, Salinan Standar ini dibuat oleh BSN untuk PT. APLUS PACIFIC
250 mm 250 mm 250 mm
CATATAN 1 Penyiapan contoh uji untuk pengujian kuat lentur tipe A (saturated condition) harus
dilakukan perendaman contoh uji yang telah dibuat selama 24 jam dalam suhu ruang laboratorium uji
untuk ketebalan ≤ 20,0 mm. Perendaman contoh uji dilakukan selama 48 jam untuk ketebalan
> 20,0 mm.
CATATAN 2 Penyiapan contoh uji untuk pengujian kuat lentur tipe B (ambient condition) dibiarkan
selama minimum 24 jam dalam suhu ruang laboratorium uji.
a) Dari setiap contoh dipotong untuk contoh uji ukuran 250 mm x 250 mm sebanyak 2 contoh
uji yang masing-masing mewakili produk searah serat dan berpotongan serat. Tandai arah
seratnya dengan alat tulis.
b) Semua contoh uji dibersihkan dari serpih-serpih yang mudah lepas sebelum diuji, dan diuji
kuat lenturnya dengan mesin uji kuat lentur.
c) Bagian permukaan yang kasar dari contoh uji dengan posisi searah serat diletakkan di atas
dua buah batang penumpu yang diletakkan sejajar berjarak 215 mm. Pada bagian ujung
batang penumpu berbentuk radius yang memiliki radius (r) 3 mm – 25 mm.
d) Contoh uji dibebani pada tengah-tengah jarak tumpu dengan menggunakan sebuah batang
pelentur berbentuk sama dengan batang penumpu. Salah satu batang penumpu harus
terpasang kokoh pada tempat pengujian. Batang penumpu lainnya dan batang pelentur
mempunyai mekanisme penghubung fleksibel pada bagian tengahnya, dapat berupa
engsel, sedemikian sehingga dapat bergerak bebas di bidang vertikal (lihat Gambar 4).
e) Pembebanan dilakukan dengan mesin uji kuat lentur dengan kecepatan
1.000 gram per detik hingga contoh uji patah pada satu arah tertentu dan catat hasilnya.
Satukan benda uji tersebut untuk diuji dengan arah tegak lurus terhadap bidang patah uji
pertama dan catat hasilnya.
f) Ukurlah tebal rata-rata pada bidang patahnya.
g) Satuan kuat lentur adalah jumlah nilai rata-rata dari 2 nilai yang diperoleh dari 2 pengujian
dibagi dengan jumlah contoh uji dan dinyatakan dalam satuan Newton per
millimeter persegi (N/mm2).
h) Kuat lentur dihitung sebagai berikut:
3PL
Kuat lentur = N/mm2 (1)
2bh2
Keterangan:
P adalah beban maksimum yang diberikan pada contoh uji, dinyatakan dalam Newton
(N atau Kgf).
L adalah jarak antara penumpu contoh uji, dinyatakan dalam milimeter (mm).
b adalah lebar contoh uji, dinyatakan dalam milimeter (mm).
h adalah tebal contoh uji, dinyatakan dalam milimeter (mm).
a) Dari setiap contoh dipotong untuk contoh uji ukuran panjang 250 mm dengan lebar sesuai
Hak Cipta Badan Standardisasi Nasional, Salinan Standar ini dibuat oleh BSN untuk PT. APLUS PACIFIC
dengan lebar contoh. Pengujian ini dilakukan terhadap 3 contoh uji.
b) Semua contoh uji dibersihkan dari serpih-serpih yang mudah lepas sebelum diuji, dan diuji
kuat lenturnya dengan mesin uji kuat lentur.
c) Bagian permukaan yang kasar dari contoh uji dengan posisi searah serat diletakkan di atas
dua buah batang penumpu yang diletakkan sejajar berjarak 215 mm. Jarak penumpu harus
tidak kurang dari 15 kali tebal contoh uji. Pada bagian ujung batang penumpu berbentuk
radius yang memiliki radius (r) 3 mm – 25 mm.
d) Contoh uji dibebani pada tengah-tengah jarak tumpu dengan menggunakan sebuah batang
pelentur berbentuk sama dengan batang penumpu. Salah satu batang penumpu harus
terpasang kokoh pada tempat pengujian. Batang penumpu lainnya dan batang pelentur
mempunyai mekanisme penghubung fleksibel pada bagian tengahnya, dapat berupa
engsel, sedemikian sehingga dapat bergerak bebas dibidang vertikal (lihat Gambar 4).
e) Pembebanan dilakukan dengan mesin uji kuat lentur dengan kecepatan
1.000 gram per detik hingga contoh uji patah pada satu arah tertentu dan catat hasilnya.
Satukan benda uji tersebut untuk diuji dengan arah tegak lurus terhadap bidang patah uji
pertama dan catat hasilnya.
f) Satuan kuat lentur adalah nilai rata-rata dari 3 contoh uji dan dinyatakan dalam satuan
Newton per millimeter persegi (N/mm2).
g) Kuat lentur dihitung menggunakan rumus seperti Persamaan 1.
Keterangan gambar:
r radius ujung batang penumpu dan batang pelentur.
L jarak antara penumpu contoh uji.
a) Contoh uji berukuran 100 mm x 200 mm, dibersihkan dari serpihan-serpihan yang mudah
Hak Cipta Badan Standardisasi Nasional, Salinan Standar ini dibuat oleh BSN untuk PT. APLUS PACIFIC
lepas. Kemudian contoh uji dikeringkan di dalam oven pada suhu (105 ± 5) ºC lalu
dikeluarkan dan didinginkan dalam desikator sampai suhu ruang. Timbang contoh uji
menggunakan timbangan dengan ketelitian 0,1 gram, catat hasilnya. Ulangi siklus ini
hingga diperoleh berat tetap. Berat kering contoh uji setelah oven dicatat (W).
b) Selanjutnya contoh uji direndam dalam air selama 24 jam dalam suhu ruang laboratorium
uji untuk ketebalan ≤ 20,0 mm dan selama 48 jam untuk ketebalan > 20,0 mm, kemudian
ditimbang di dalam air (W1) dalam satuan gram dan catat hasilnya. Lalu dikeluarkan dari
perendaman dan dilap dengan lap basah untuk mengurangi air yang berlebihan dan segera
ditimbang (W2) dalam satuan gram dan catat hasilnya.
c) Densitas contoh adalah berat kering contoh uji setelah oven (W) dibagi selisih antara berat
basah contoh uji (W2) dengan berat contoh uji dalam air (W1), dinyatakan dalam gram per
sentimeter kubik (g/cm3)
a) Siapkan 2 lembar contoh uji dengan ukuran 75 mm x 300 mm yang diambil dari contoh
yang sama. Satu lembar contoh uji dipotong berpotongan dengan arah serat dan 1 lembar
contoh uji dipotong searah dengan arah serat kemudian beri tanda. Contoh uji dibersihkan
dari serpihan yang mudah lepas dan debu.
b) Keringkan contoh uji dalam oven pada suhu (100 ± 5) ºC sampai mencapai berat tetap.
c) Keluarkan dari oven dan dinginkan dalam desikator ± 2 jam.
d) Berikan tanda untuk titik pengukuran.
e) Kemudian ukur panjangnya (LK) dengan menggunakan alat ukur dengan ketelitian
0,01 mm.
f) Kemudian rendam contoh uji tersebut ke dalam air dan diamkan selama 24 jam.
g) Keluarkan contoh uji dari perendaman dan dilap menggunakan lap basah untuk
menghilangkan kelebihan air pada permukaannya.
h) Ukur panjang contoh uji (LB) dengan alat ukur dengan ketelitian 0,01 mm.
i) Hitung perubahan panjang setelah perendaman dengan rumus:
LB - LK
Perubahan panjang = 100 % (2)
LK
Keterangan:
LK adalah panjang kering, dinyatakan dalam milimeter (mm).
LB adalah panjang basah setelah perendaman, dinyatakan dalam milimeter (mm).
j) Perubahan panjang adalah nilai rata-rata perubahan panjang contoh uji searah serat dan
contoh uji berpotongan arah serat, dinyatakan dalam persen (%). Catat hasilnya.
a) Dari setiap contoh dipotong untuk contoh uji ukuran 250 mm x 250 mm sebanyak 4 contoh
Hak Cipta Badan Standardisasi Nasional, Salinan Standar ini dibuat oleh BSN untuk PT. APLUS PACIFIC
uji.
b) Pisahkan contoh uji tersebut menjadi 2 set sehingga masing-masing berjumlah 10 contoh
uji dan tandai arah seratnya dengan alat tulis.
c) Kondisikan 1 set pertama untuk dilakukan uji kuat lentur seperti petunjuk pada catatan
dalam pasal 7.4.1 dan lakukan uji kuat lentur dari setiap contoh uji. Catat hasilnya dan
hitung rata-ratanya.
d) Rendam 10 contoh uji dari set kedua dan lakukan siklus basah kering sebagai berikut:
Rendam contoh uji dalam air pada suhu ruang selama minimal 18 jam.
Keringkan dalam oven berventilasi yang suhunya diatur pada suhu (60 ± 3) ºC selama 6
jam.
Interval sampai 72 jam di antara siklus ini diperkenankan dan contoh uji harus disimpan
dalam bak perendam.
e) Ulangi langkah pada butir d) di atas sebanyak 25 siklus.
f) Apabila siklus terpenuhi, lakukan uji kuat lentur pada seluruh contoh uji set kedua dan catat
hasilnya.
g) Hitung rasio kuat lentur dari setiap pasang contoh uji dan catat hasilnya menggunakan
rumus:
Kuat lentur pasca siklus
Rasio kuat lentur = (3)
Kuat lentur set pertama
h) Hitung rata-rata rasio kuat lentur, R, dan standar deviasinya, s, dari rasio kuat lentur setiap
pasang contoh uji di atas dan catat hasilnya. Rasio basah kering (RL) dihitung dengan
rumus:
RL = R – 0,58s (4)
Hak Cipta Badan Standardisasi Nasional, Salinan Standar ini dibuat oleh BSN untuk PT. APLUS PACIFIC
8 Syarat lulus uji
a) Kelompok dinyatakan lulus uji jika hasil pengujian contoh pada pengambilan pertama
seluruhnya memenuhi syarat pada Pasal 5.
b) Jika salah satu syarat mutu tidak dipenuhi, dilakukan uji ulang untuk syarat mutu tersebut,
dengan mengambil contoh yang kedua pada kelompok yang sama.
c) Kelompok dinyatakan lulus uji apabila hasil uji pada contoh yang kedua memenuhi syarat,
jika tidak, maka kelompok dinyatakan tidak lulus uji.
9 Syarat penandaan
Bibliografi
Hak Cipta Badan Standardisasi Nasional, Salinan Standar ini dibuat oleh BSN untuk PT. APLUS PACIFIC
[1] SNI 1027:2015, Lembaran serat krisotil semen rata.
[2] SNI 1739:2008, Cara uji jalar api pada permukaan bahan bangunan untuk pencegahan
bahaya kebakaran pada bangunan rumah dan gedung.
[3] SNI 1741:2008, Cara uji ketahanan api komponen struktur bangunan untuk pencegahan
bahaya kebakaran pada bangunan rumah dan gedung.
[4] SNI 8299:2017, Papan semen rata non asbestos.
[5] ASTM C 1185-95, Standard test methods for sampling and testing non-asbestos fiber-
cement flat sheet, roofing and siding shingles, and clapboards.
[6] BS 476-4:1970, Fire tests on building materials and structures, part 4: non combustibility
test for materials.
[7] ISO 390:1993, Products in fibre reinforced cement, sampling and inspection.
[8] ISO 8336:2017, Fibre-cement flat sheets
[9] JIS A 1321:1994, Testing metods for incombustibility of internal finish material and
procedure of building.
Hak Cipta Badan Standardisasi Nasional, Salinan Standar ini dibuat oleh BSN untuk PT. APLUS PACIFIC
[1] Komite teknis perumus SNI
Komite Teknis 91-02, Kimia bahan konstruksi
CATATAN:
Susunan keanggotaan Komite Teknis 91-02 di atas adalah susunan pada saat standar ini
ditetapkan. Anggota Komite Teknis yang juga turut menyusun sebelum perubahan keanggotaan
pada bulan Oktober 2019, adalah:
1. Lusiana Fitri
2. Haryo Adhitomo Wiratmojo
3. Syaiful Bahri