Bab 4 - Gambaran Kondisi DI. Kalibawang
Bab 4 - Gambaran Kondisi DI. Kalibawang
BAB IV
GAMBARAN KONDISI DI. KALIBAWANG
4.1. Umum
Daerah Irigasi Kalibawang merupakan sebuah sistem irigasi yang
mendapatkan air dari Sungai Progo melalui bangunan pengambilan bebas
yang terletak di Desa Banjarharjo, Kecamatan Kalibawang, Kabupaten
Kulonprogo, kurang lebih 30 km sebelah barat dari Kota Yogyakarta. Waktu
tempuh menuju lokasi intake Kalibawang ± 1 jam, rute tercepat melalui
jalan ring road utara kota Yogyakarta menuju Jl. Tempel – Seyegan, Jl.
Tempel – Dekso, dan Jl. Bligo ke Jl. Selokan Mataram di Bliogo. Sketsa
lokasi dapat dilihat pada Gambar 4.1.
Saluran Induk Kalibawang mengalirkan air dari intake Kalibawang ke
daerah-daerah irigasi yang meliputi sebagian besar wilayah pertanian
Kabupaten Kulonprogo.
Intake Kalibawang
Pada saat ini areal lahan D.I. Kalibawang belum bisa memperoleh air irigasi
secara merata dalam arti jumlah yang cukup dan waktu yang tepat. Hal ini
disebabkan antara lain kondisi jaringan irigasi mengalami penurunan
kapasitasnya sehingga terjadi kehilangan air yang cukup besar pada
jaringan irigasi. Melihat perkembangan daerah saat ini dimana banyak
terdapat alih fungsi lahan, maka beberapa titik saluran pembawa perlu
ditinjau atau dikaji kembali agar air terbagi sesuai dengan kondisi lapangan.
Bangunan Bagi/Sadap
SAL. INDUK KALIBAWANG 5,89 m 3/dt
3
Lokasi Pengukuran Debit (1.290 ha / 1,06 m /dt)
PROGO
SUNGAI KAYUJARAN
Bendung
SUPLESI KAYUJARAN
SS. ANGIN-ANGIN
SUNGAI
SS. KAYUJARAN DI. KAYUJARAN
SUNGAI SERANG
3
198 ha 0,15 m 3/dt
0,65 m /dt 3 0,32 m /dt
BANGUNAN BAGI
KEMUKUS
SUPLESI SERANG
1,11 m 3/dt
SUNGAI PAPAH
WADUK SERMO
SUPLESI PAPAH
SUPLESI WADUK SERMO 0,58 m 3/dt
KALI NGRANCAH
SUNGAI PAPAH
0,48 m 3/dt
SS. NGESTIHARJO SS. GARONGAN
SUNGAI
BD. PEKIKJAMAL
SAMUDERA INDONESIA
B. Jaringan Utama
1. Klasifikasi J.I 1. Teknis
2. Bangunan utama 2. Intake Kalibawang
3. Sumber air 3. Sungai Progo
4. Wilayah Sungai 4. Progo
5. DAS 5. Progo
6. Area irigasi 6741 ha 6. 37152 ha
C. Bangunan Utama
1. Type 1. Free Intake dengan Pintu Pengatur
2. Konstruksi 2. Pasangan batu kali
3. Lebar Bendung 3.
4. Pintu Intake 4. 4 buah, lebar 1,00 m
5. Pintu Emergency 5. 4 buah, lebar 1,00 m
D. Saluran Pembawa
1. Saluran Primer 1. 24.066 m
2. Saluran Sekunder 2. 125.240 m
Sumber: Laporan akhir Detail Desain Rehabilitasi Jaringan Irigasi Sistem Daerah Irigasi
Kalibawang (LANJUTAN), Tahun 2017
Gambar 4.4. Peta Jaringan Irigasi Kalibawang (Tampak Citra Satelit Google)
Foto f) Terjunan.5+900
Sumber : DD. Rehabilitasi Jaringan Irigasi Sistem D.I Kalibawang (Lanjutan), Th.2017
Intake Kalibawang
4.10.2. Personil
Untuk menunjang pelaksanaan tugas-tugas pelayanan kepada
masyarakat petani diperlukan petugas operasi dan pemeliharaan
meliputi Pekarya, Juru Pengairan, Staf admiistrasi dan kepala UPT.
4.12.2. Penduduk
Jumlah penduduk Kabupaten Kulon Progo sebanyak 412.611 jiwa,
yang terdiri dari 202.372 jiwa penduduk laki-laki, dan 210.239 jiwa
penduduk perempuan. Luas wilayah Kabupaten Kulon Progo adalah
58.627,5 ha.. Kepadatan penduduk rata-rata mencapai 704
jiwa per km2. Kepadatan penduduk di 12 kecamatan cukup ergam
dengan kepadatan pendudk tertinggi terletak di kecamatan Wates
dengan kepadatan sebesar 1.480 jiwa per km 2 dan terendah di
kecamatan Samigaluh sebesar 374 jiwa per km2.
2. Hubungan Kemasyarakatan
Berdasarkan hasil penelitian lapangan 100% responden
menyatakan hubungan masyarakat baik antara petani hulu, tengah
dan petani hilir dalam kegiatan sehari-hari cukup baik. Hai ini dapat
dilihat adanya kerja sama antara para petani dalam melaksanakan
kegiatan-kegiatan kemasyarakatan sehingga tidak pernah terjadi
konflik kepentingan dalam penggunaan air irigasi serta alih fungsi
lahan, kalau terjadi kejadian konflik di antara petani di selesaikan
dengan mencari solusinya secara kekeluargaan sehingga tidak
menimbulkan masalah yang besar.
No Prosentase
Pendidikan Jumlah
. (%)
1 SD 7 23,3
2 SLTP 3 10
3 SLTA 19 63,3
4 SARJANA 1 3,4
Total 30 100
4. Status Petani
Status yang dimiliki petani sangat mempengaruhi pelaksanaan
usaha tani. Status petani ditentukan oleh kedudukannya dalam
masyarakat, ataupun hubungan dengan tanah yang digarapinya.
Dalam usaha tani dikenal sebagai petani milik dimana merupakan
golongan petani yang memiliki tanah dan juga secara langsung
mengusahakan dan menggarapnya, petani penyewa yakni golongan
petani yang mengusahakan tanah milik orang lain dengan cara
menyewa. Pengarap merupakan golongan petani yang
mengusahakan tanah milik orang lain dengan sistim bagi hasil.
Status Petani Dalam Kegiatan Usaha Tani
1) Status Petani Terhadap Lahan
Berdasarkan hasil penelitian lapangan peneliti memperoleh
informasi bahwa 80% respoden mengatakan bahwa sawah
yang dikelola itu adalah milik sendiri dan 20% yang lain
merupakan penyewa lahan.
2) Status Petani Dalam Masyarakat
Berdasarkan hasil survey kepada beberapa petani di beberapa
lokasi yang mewakili permasalahan di lapangan maka dapat
diketahuai bahwa sebagian besar masyarakat petani telah
berstatus sebagai masyarakat biasa, pengurus P3A dan
pensiunan atau PNS.
antara lain IR.64, Ciherang, Impari 32, Impari 42, dan padi Sunggal
(jenis varietas baru).
b. Pengolahan Bibit
Bibit yang digunakan para petani dalam hal ini bibit padi
merupakan bibit unggul yang sangat menguntungkan bagi para
petani baik dari segi umur tanaman, sifat tanaman maupun harga
jual yang relatif tinggi sehingga banyak menguntungkan petani.
d. Pasca Panen
e. Pemasaran Hasil
Pemasaran hasil proses pemasaran hasil pertanian bagi petani
umumnya tidak mengalami kesulitan hal ini disebabkan karena
jarak antara daerah pertanian dengan pasar yang tidak terlalu
jauh. Selain itu transportasi cukup lancar karena didukung oleh
jalan raya yang cukup permanen sehingga hal ini dapat
memperoleh proses pengangkutan hasil panen baik bagi petani
maupun para pembeli.
4.14. Kondisi Kelembagaan
4.14.1. Umum
Yang dimaksudkan dengan profil kelembagaan merupakan bagian
yang mempunyai peran yang cukup besar dalam proses
pembangunan pertanian, terdapat dan berfungsinya lembaga-
lembaga seperti kelompok tani, koperasi, dan P3A. Lembaga
seperti ini akan memperlancar pembangunan tersebut, yang
dimaksud dengan lembaga disini adalah organisasi atau kaidah-
kaidah baik formal maupun informal yang mengatur tindakan dan
perilaku anggota masyarakat baik dalam kegiatan rutin maupun
dalam usaha mencapai tujuan. Salah satu organisasi masyarakat
yang sangat berperan dalam pembangunan pertanian daerah
irigasi adalah lembaga Perkumpulan Petani Pemakai Air (P3A).