ii
KATA PENGANTAR
Laporan Interim ini disusun sebagai salah satu kewajiban dari pihak penyedia jasa (PT Arenco
Binatama) kepada pihak pengguna jasa (Dinas Pekerjaan Umum dan Penataan Ruang
Kabupaten Kaur) sesuai dengan kontrak Studi Kelayakan Air Batu Rigis Air Padang Guci
dengan Nomor: 690/100/KONT.AM/CK.PUPR/KK/2018. Tanggal 23 Mei 2018.
Laporan ini berisi latar belakang, maksud, tujuan dan sasaran pekerjaan. Selain itu, pada
laporan ini juga dipaparkan mengenai hasil survey dan inventarisasi data, dan analisa awal
terkait dengan potensi penyediaan air Batu Rigis Padang Guci.
Terimakasih diucapkan kepada semua pihak yang telah membantu sehingga Laporan ini
dapat tersusun. Selanjutnya kepada Dinas Pekerjaan Umum dan Penataan Ruang Kabupaten
Kaur, kami ucapkan terimakasih atas kepercayaan yang telah diberikan. Semoga kerjasama
antara kedua belah pihak dapat berlanjut dimasa yang akan datang.
ii
iii
DAFTAR ISI
Sosial............................................................................................................ 2-15
iii
iv
Sosial............................................................................................................ 2-25
iv
v
Skenario Pemenuhan Air Dari 2 Alternatif Lokasi Sumber Air .................... 4-30
v
vi
DAFTAR GAMBAR
Gambar 2-1 Peta Administrasi Kabupaten Kaur Provinsi Kepulauan Bengkulu ................... 2-2
Gambar 2-7 Peta Administrasi Kecamatan Padang Guci Hulu ........................................... 2-22
Gambar 3-4 Peta Lokasi Intake Alternatif 1 Mata Air Batu Rigis .......................................... 3-8
Gambar 3-6 Peta Lokai Intake Alternatif 2 Muara Batu Rigis............................................. 3-11
Gambar 4-2 Grafik responden berdasarkan pendapatan per bulan .................................... 4-2
Gambar 4-3 Grafik responden berdasarkan pengeluaran per bulan ................................... 4-2
Gambar 4-4 Grafik responden berdasarkan kebutuhan air per hari.................................... 4-3
Gambar 4-5 Peluang Curah Hujan Bulanan Provinsi Bengkulu .......................................... 4-14
Gambar 4-6 Peta Daerah Tangkapan Air sumber air alternatif – 1 .................................... 4-21
Gambar 4-7 Peta Daerah Tangkapan Air sumber air alternatif – 2 .................................... 4-22
vi
vii
Gambar 4-10 Data Hujan dan Debit Seintetis Hasil Pemodelan NRECA Air Baku Muara Air
Batu Rigis ............................................................................................................................ 4-26
Gambar 4-11 Flow Duration Curve (FDC) Sumber Air Alternatif – 1.................................. 4-27
Gambar 4-12 Perbandingan Antara Kebutuhan Air Dan Ketersediaan Air Di Sumber Air
Alternatif – 1 ....................................................................................................................... 4-28
Gambar 4-13 Flow Duration Curve (FDC) Sumber Air Alternatif – 2.................................. 4-29
Gambar 4-14 Perbandingan Antara Kebutuhan Air Dan Ketersediaan Air Di Sumber Air
Alternatif – 2 ....................................................................................................................... 4-29
Gambar 4-15 Skema Tata Alokasi Air FS Air Baku Batu Rigis Pada DSS WEAP ................... 4-31
Gambar 4-16 Grafik Inflow dan Outflow Dari Sumber Air dan Ke Setiap Daerah Layanan
Skenario – 1 ........................................................................................................................ 4-32
Gambar 4-17 Fluktuasi Volume Air Pada Reservoar Skenario – 1...................................... 4-33
Gambar 4-18 Grafik Inflow dan Outflow Dari Sumber Air dan Ke Setiap Daerah Layanan
Skenario – 2 ........................................................................................................................ 4-34
Gambar 4-19 Fluktuasi Volume Air Pada Reservoar Skenario – 2...................................... 4-35
Gambar 4-20 Grafik Inflow dan Outflow Dari Sumber Air dan Ke Setiap Daerah Layanan
Skenario – 3 ........................................................................................................................ 4-36
Gambar 4-21 Fluktuasi Volume Air Pada Reservoar Skenario – 3...................................... 4-37
Gambar 4-22 Grafik Inflow dan Outflow Dari Sumber Air dan Ke Setiap Daerah Layanan
Skenario – 4 ........................................................................................................................ 4-38
Gambar 4-23 Fluktuasi Volume Air Pada Reservoar Skenario – 4...................................... 4-40
vii
viii
DAFTAR TABEL
Tabel 2-1 Rata-Rata Suhu dan Kelembaban Udara Menurut Bulan di Kabupaten Kaur, 2016
.............................................................................................................................................. 2-3
Tabel 2-2 Rataan Penyinaran Matahari, Rataan Tekanan Udara, Rataan Penguapan dan Tinggi
Curah Hujan Menurut Bulan di Provinsi Bengkulu, 2016 ..................................................... 2-4
Tabel 2-3 Jumlah Curah Hujan dan Hari Hujan Menurut Bulan di Kabupaten Kaur, 2016 .. 2-4
Tabel 2-4 Jumlah Desa/Kelurahan Menurut Kecamatan di Kabupaten Kaur, 2016........... 2-12
Tabel 2-5 Jumlah Penduduk dan Laju Pertumbuhan Penduduk Menurut Kecamatan di
Kabupaten Kaur 2010, 2015, dan 2016 .............................................................................. 2-14
Tabel 2-6 Jumlah Fasilitas Kesehatan Menurut Kecamatan di Kabupaten Kaur, 2016 ...... 2-16
Tabel 2-7 Jumlah Penduduk Menurut Kecamatan dan Agama yang Dianut di Kabupaten Kaur,
2016 .................................................................................................................................... 2-17
Tabel 2-8 Jumlah Tempat Peribadatan Menurut Kecamatan di Kabupaten Kaur, 2016 .. 2-17
Tabel 2-9 Luas Wilayah Menurut Desa/ Kelurahan di Kecamatan Padang Guci Hulu, 2016 . 2-
23
Tabel 2-10 Rata-rata Suhu dan Kelembaban Udara Menurut Bulan, 2016........................ 2-23
Tabel 2-11 Desa dan Klasifikasi Desa/Kelurahan di Kecamatan Padang Guci Hulu, 2016 . 2-24
Tabel 2-12 Jumlah Penduduk, Rasio Jenis Kelamin dan Laju Pertumbuhan Penduduk di
Kecamatan Padang Guci Hulu 2010 -2016 ......................................................................... 2-25
Tabel 3-1 Sumber Air Baku UPTD PAM Kabupaten Kaur................................................. 3-16
Tabel 3-2 Pipa Transmisi Dirinci Menurut Diameter dan Panjang Di daerah Pelayanan .. 3-16
Tabel 3-3 Instalasi Pengolahan Air UPTD PAM Kabupaten Kaur Berdasarkan Lokasi Sumber
Air Baku ............................................................................................................................... 3-17
viii
1-1
PENDAHULUAN
Nama Pekerjaan : Studi Kelayakan Air Batu Rigis Air Padang Guci
Organisasi Pengguna Jasa : Dinas Pekerjaan Umum dan Penataan Ruang Bidang Cipta
Karya Kabupaten Kaur
Waktu Pelaksanaan : 120 (Seratus Lima Puluh) hari kalender, dimulai dari
penerbitan Surat Perintah Mulai Kerja (SPMK)
Sumber air baku memegang peranan yang sangat penting dalam industri air minum. Air
baku atau raw water merupakan awal dari suatu proses dalam penyediaan dan pengolahan
air bersih. Berdasar SNI 6773:2008 tentang Spesifikasi unit paket Instalasi pengolahan air
dan SNI 6774:2008 tentang Tata cara perencanaan unit paket instalasi pengolahan air pada
bagian Istilah dan Definisi yang disebut dengan Air Baku adalah : “Air yang berasal dari
sumber air pemukaan, cekungan air tanah dan atau air hujan yang memenuhi ketentuan
baku mutu tertentu sebagai air baku untuk air minum” Sumber air baku bisa berasal dari
sungai, danau, sumur air dalam, mata air dan bisa juga dibuat dengan cara membendung
air buangan atau air laut. Evaluasi dan pemilihan sumber air yang layak harus berdasar dari
ketentuan berikut :
2. Kondisi iklim
1-1
1-2
Penyediaan air bersih, selain kuantitasnya, kualitasnya pun harus memenuhi standar yang
berlaku. Dalam hal air bersih, sudah merupakan praktek umum bahwa dalam menetapkan
kualitas dan karakteristik dikaitkan dengan suatu baku mutu air tertentu (standar kualitas
air). Untuk memperoleh gambaran yang nyata tentang karakteristik air baku, seringkali
diperlukan pengukuran sifat-sifat air atau biasa disebut parameter kualitas air, yang
beraneka ragam. Formulasi- formulasi yang dikemukakan dalam angka-angka standar
tentu saja memerlukan penilaian yang kritis dalam menetapkan sifat-sifat dari tiap
parameter kualitas air.
Dengan adanya studi kelayakan pembangunan penyediaan air bersih ini diharapkan
menjadi dasar untuk pembuatan kebijakan dan penyelenggaraan pembangunan dalam
penyediaan air bersih yang digerakkan oleh pemerintah, swasta dan masyarakat sebagai
terobosan terhadap tatanan yang ada untuk mempercepat tercapainya pertumbuhan dan
pemerataan pembangunan.
1-2
1-3
Atas dasar tersebut Dinas Pekerjaan Umum dan Penataan Ruang Kabupaten Kaur
mengadakan Kegiatan Studi Kelayakan penyediaan air bersih Curug Batu Rigis Padang
Guci di Kabupaten Kaur Provinsi Bengkulu pada Tahun Anggaran 2018.
Maksud dari pelaksanaan pekerjaan ini adalah yang menyusun studi kelayakan penyediaan
air bersih curug Batu Rigis mengacu pada konsep pengembangan permukiman yang
terpadu dan berwawasan lingkungan serta selaras dengan RT RW Kabupaten. Tujuan dari
pekerjaan ini adalah diperolehnya analisis kelayakan teknis dan lingkungan, kelayakan
ekonomi dan finansial yang menjadi dasar bagi pemangku kepentingan untuk
melaksanakan kebijakan lebih lanjut dalam pengelelolaan dan Pengembangan Penyediaan
Air Bersih Curug Batu Rigis Padang Guci.
1.4 Sasaran
Sasaran yang hendak dicapai dalam pekerjaan ini adalah diperolehnya data dan analisis
kelayakan teknis, lingkungan dan kelayakan ekonomi-finansial yang mencakup :
1. Teridentifikasinya beberapa sumber air bersih dan kuantitas maupun kualitas air
bersih dari sumber air yang ada serta wilayah/zonasi pemanfaatan air bersih jumlah
air yang dapat dimanfaatkan untuk air baku daerah layanan dari masing-masing
sumber air.
2. Tersusunnya neraca air yang dapat mengakomodasi kebutuhan air bersih dimasa
mendatang.
3. Tersusunnya rencana alokasi dan indikasi program penyediaan air jangka pendek dan
menengah.
1-3
1-4
Lingkup dan kegiatan yang harus dilaksanakan dalam melaksanakan kegiatan Studi
Kelayakan Penyediaan Air Bersih Curug Batu Rigis Padang Guci
b. Melaksanakan identifikasi potensi sumber air bersih dan wilayah pelayanan air bersih
tersebut
e. Melakukan survey kebutuhan prasarana dan sarana penyediaan air bersih dari
sumber sampai ke masyarakat
g. Menhghitung kelayakan ekonomi dan finasila untuk rencana penyediaan air bersih
i. Menyusun laporan-laporan.
BAB I PENDAHULUAN
Dalam bab I berisi tentang deskripsi pekerjaan, latar belakang kegiatan, maksud dan tujuan
lingkup kegiatan, dan sistematika penulisan laporan.
1-4
1-5
Pada bab II dijelaskan tentang kondisi terkini di wilayah kajian, yaitu seperti kondisi fisik,
kondisi iklim, kondisi topografi, batas administrasi, kependudukan, dan lain-lain.
Pada bab III diuraikan tentang konsep pendekatan dan metodologi kerja yang akan
dilakukan oleh konsultan dalam menjalankan tugas dan tanggung jawabnya pada
pelaksanaan pekerjaan Studi Kelayakan Air Bersih Batu Rigis Padang Guci
Pada bab ini berisi tentang Hasil survey dan identifikasi masalah pada lokasi kegiatan Studi
Kelayakan Air Bersih Batu Rigis Padang Guci.
Pada bab V diuraikan tentang rencana kerja dan struktur organisasi pelaksanaan pekerjaan
Studi Kelayakan Air Bersih Batu Rigis Padang Guci
1-5
2-1
Secara astronomis, Kabupaten Kaur terletak di antara 4o 15’ 8,21”- 4o 55’ 27,77” Lintang
Selatan (LS) dan antara 103o 4’ 8,76”- 103o 46’ 50,12” Bujur Timur (BT).
Secara geografis Kabupaten Kaur terletak di sebelah barat Pegunungan Bukit Barisan,
termasuk dalam wilayah administrasi paling selatan Provinsi Bengkulu, Indonesia. Berjarak
sekitar 250 km dari ibukota Provinsi Bengkulu memanjang dari perbatasan Provinsi
Lampung ke arah utara berbatasan dengan Kabupaten Bengkulu Selatan. Berdasarkan
Undang-Undang Nomor 3 Tahun 2003 dan surat Mendagri No. 136/205/PUM tanggal 12
September 2005, luas wilayah daratan Kabupaten
Kaur mencapai 2.365 km2 atau 236.500 Ha, panjang garis pantai 89,17 km dan luas kawasan
laut sejauh 4 mil dari garis pantai seluas 660,59 km 2.
2-1
2-2
Kabupaten Kaur terdiri dari 15 kecamatan, 192 desa dan 3 kelurahan, yaitu:
2-2
2-3
Kondisi Iklim
Dari hasil pemantauan Stasiun Meteorologi dan Geofisika Klas 1 Pulau Baai, selama tahun
2016 temperatur udara rata-rata 27,8oC, dengan suhu minimum sebesar 23,7oC pada bulan
Agustus, sedangkan suhu maksimum 32,2oC pada bulan Maret.
Tabel 2-1 Rata-Rata Suhu dan Kelembaban Udara Menurut Bulan di Kabupaten Kaur, 2016
Rata-rata harian kelembaban udara selama tahun 2016 adalah 83 persen. Kelembaban
udara minimum yaitu 81 persen terjadi pada Juni, sedangkan maksimum mencapai 86
persen terjadi di bulan November.
2-3
2-4
Tabel 2-2 Rataan Penyinaran Matahari, Rataan Tekanan Udara, Rataan Penguapan dan Tinggi
Curah Hujan Menurut Bulan di Provinsi Bengkulu, 2016
Suhu Udara
Kelembaban Udara (%)
Temperature (OC)
Bulan
Rata- Rata-
Maks Min Maks Min
Rata Rata
Januari 31.6 25.1 28.2 81 59 81
Februari 31.4 28.7 28.7 78 57 78
Maret 33 29 29 76 59 76
April 33.4 29.3 29.3 80 58 80
Mei 33.1 29.7 29.7 82 50 82
Juni 32.1 28.6 28.6 84 53 84
Juli 31.7 28.2 28.2 85 56 85
Austus 32.6 28.8 28.8 82 50 82
September 32.2 28.4 28.4 82 49 82
Oktober 31.5 28.2 28.2 84 54 84
November 30.8 27.9 27.9 86 58 86
Desember 31 27.9 27.6 81 55 81
Sumber : Kabupaten Kaur dalam Angka, 2017
Rata-rata curah hujan di tahun 2016 sebesar 281 mm, dimana curah hujan terendah terjadi
di bulan Juli, yaitu 78 mm sedangkan tertinggi terjadi di bulan Maret, yaitu 612 mm.
Tabel 2-3 Jumlah Curah Hujan dan Hari Hujan Menurut Bulan di Kabupaten Kaur, 2016
Curah
Hari
Bulan Hujan
Hujan
(mm3)
Januari 349 -
Februari 256 -
Maret 612 -
April 140 -
Mei 166 -
Juni 331 -
Juli 78 -
Austus 254 -
September 332 -
Oktober 326 -
November 260 -
Desember 272 -
Sumber : Kabupaten Kaur dalam Angka, 2017
2-4
2-5
Kondisi Topografi
1. Jalur Low Land (dataran rendah) dengan ketinggian 0–100 m di atas permukaan laut.
Wilayah yang termasuk dalam Jalur Low Land mencapai 9%. Kecamatan yang termasuk
ke dalam Jalur Low Land adalah Kecamatan Tanjung Kemuning, Semidang Gumay, Kaur
Utara, Tetap, Kaur Selatan, Maje dan Nasal.
2. Jalur Bukit Range dengan ketinggian 100–1.000 m. Wilayah yang termasuk dalam Jalur
Bukit Range mencapai 61%. Semua kecamatan di Kabupaten Kaur sebagian
wilayahnya ada yang masuk katagori jalur ini.
3. Jalur Pegunungan dengan ketinggian > 1.000 m. Wilayah yang termasuk dalam Jalur
Pegunungan mencapai 30%. Di Kabupaten Kaur, yang termasuk ke dalam jalur ini
adalah kawasan Bukit Barisan. Dapat dilihat pada gambar berikut.
2-5
2-6
Selain kondisi di atas, bila ditinjau dari kondisi dan kemiringan tanah yang ada di Kabupaten
Kaur sangat cocok untuk tanaman pangan yakni padi, kedele, jagung dan sebagainya.
Untuk tanaman palawija seperti cabe, tomat, kacangkacangan dan sayuran juga
merupakan tanaman yang potensial di wilayah ini. Selanjutnya selain jenis tanaman di atas,
wilayah Kabupaten Kaur juga sangat cocok juga untuk dikembangkan tanaman perkebunan
rakyat berupa kopi, kakao, cengkeh, kelapa, kelapa sawit ataupun sejenisnya karena selain
letaknya di sisi Samudera Indonesia juga datarannya terbentang di jajaran Bukit Barisan
yang terkenal subur. Tekstur Tanah yang dimiliki Kabupaten Kaur terdiri atas:
Dari penjelasan di atas, ditinjau pada faktor topografi dapat disarikan bahwa Kabupaten
Kaur memiliki potensi besar dalam pembangunan bidang pertanian, perkebunan. Data
topografi menunjukkan bahwa kecamatan di Kabupaten Kaur wilayahnya masuk katagori
jalur Bukit Range (61% atau 144.026 hektar ) dan Jalur Low Land mencapai 9% atau 20.889
hektar. Sisanya merupakan Jalur Pegunungan yaitu kawasan Bukit Barisan.
2-6
2-7
Guci Hulu dengan ketingggian ± 287 m. Berikut ditampilkan kondisi ketinggian di atas
permukaan laut masing-masing kecamatan di Kabupaten Kaur.
1. Terdapat 9 (Sembilan) Kecamatan yang termasuk dalam kelompok topografi Jalur Low
Land (dataran rendah) dengan ketinggian 0–100 m,antara lain:
a. Kecamatan Nasal;
b. Kecamatan Maje;
c. Kecamatan Kaur Selatan;
d. Kecamatan Tetap;
e. Kecamatan Kaur Tengah;
f. Kecamatan Kinal;
g. Kecamatan Semidang Gumay;
h. Kecamatan Tanjung Kemuning;
i. Kecamatan Padang Guci Hilir .
2. Terdapat 6 (enam) Kecamatan yang termasuk dalam Jalur Bukit Range dengan
ketinggian 100–1.000 m, antara lain:
a. Kecamatan Muara Sahung;
b. Kecamatan Luas;
2-7
2-8
Kondisi Hidrogeologi
Kabupaten Kaur memiliki 14 (empat belas) Daerah Aliran Sungai (DAS) meliputi: DAS
Barkenang, DAS Kedurang, DAS Kinal, DAS Kolek, DAS Luas, DAS Manula, DAS Mertam Ds,
DAS Nasal, DAS Padang Guci, DAS Sambat, DAS Sawang, dan DAS Seranjangan. DAS-DAS
tersebut mengalir dari utara ke arah selatan kemudian bermuara di Samudera Hindia. Ke
empat belas DAS tersebut terdiri dari 3 DAS Nasional dan 11 DAS lokal. DAS yang termasuk
pada klasifikasi DAS Nasional yaitu DAS Luas, DAS Kinal, dan DAS Manula, sisanya termasuk
klasifikasi DAS lokal.
2-8
2-9
DAS-DAS tersebut di atas membentuk tiga zona kawasan yaitu (1) Kawasan Utara; (2)
Kawasan Tengah, dan (3) kawasan Selatan. Zona Utara selanjutnya disebut Wilayah Utara
Kabupaten Kaur terdiri dari DAS Sulau, DAS Padang Guci, DAS Seranjangan, DAS Kinal, DAS
Barkenang dan DAS Kedurang. DAS Sulau melewati Kec. Padang Guci Hilir dan Kec. Tanjung
Kemuning. DAS Padang Guci melewati Kec. Padang Guci Hulu, Kaur Utara, Padang Guci
Hilir, Kec. Tanjung Kemuning. DAS Seranjangan melewati Kec. Kelam Tengah dan Kec.
Tanjung Kemuning. DAS Kinal melewati Kec. Kinal dan Kec. Semidang Gumai. DAS
Barkenang dan DAS Kedurang melewati Kec. Padang Guci Hulu. Zona tengah yang
selanjutnya disebut dengan Wilayah Tengah Kabupaten Kaur, terdiri dari DAS Luas dan DAS
Tetap. DAS Luas melewati Kec. Muara Sahung, Luas dan Kaur Tengah, DAS Tetap melewati
Kec. Tetap. Zona Selatan selanjutnya disebut Kaur bagian selatan. DAS yang melewati Kaur
bagian selatan meliputi DAS Sambat, DAS Sawang, DAS Nasal, DAS Kolek, DAS Manula. DAS
Manula melewati Kec. Kaur Selatan dan Maje, DAS Sawang melalui Kec. Maje, DAS Nasal,
Kolek dan Manula berada di Kec. Nasal.
Dari ke 14 DAS tersebut terdapat 2 DAS (Manula dan Nasal) yang wilayah hidrologisnya
berada di TNBBS, dengan kondisi tutupan lahannya masih berupa hutan lebat mencapai
95%, terdapat 3 DAS (Seranjangan, Sulau dan Tetap) yang wilayah aliran dan wilayah
hidrologisnya berada di kawasan budidaya, dan DAS-DAS lain merupakan DAS-DAS yang
wilayah hirorologinya berada di kawasan HP atau HPT dan wilayah aliran (midle stream
dan down stream) berada di kawasan budidaya.
2-9
2-10
Kondisi Geologi
Pergerakan lempeng benua dari sebelah Utara–Timurlaut Pulau Sumatera ke arah Selatan–
Barat Daya menyebabkan terbentuknya Sesar Semangko yang membentang dari ujung
Utara Pulau Sumatera, sampai Selat Sunda. Sesar Semangko atau disebut juga dengan
sesar besar Sumatera merupakan sesar yang sampai sekarang masih aktif, dan menekan
bagian utara-timur laut Pulau Sumatera, yang di respon oleh pergerakan lempeng
samudera (oceanic crust) disebelah Barat Daya Pulau Sumatera dengan arah gaya ke
Utara–Timur laut menekan bagian sebelah Barat Pulau Sumatera. Akibat dari pergerakan
kedua bagian Pulau Sumatera ini, maka terbentuklah sesar-sesar yang masih aktif
2-10
2-11
sepanjang zona sesar besar Sumatera. Gaya dan pergerakan dari sesar besar Sumatera
tersebut menimbulkan sesar-sesar orde dua dan selanjutnya, yang terdapat terutama
dibagian Selatan-Barat Laut Kabupaten Kaur.
Dari foto udara bidang-bidang/zona-zona sesar ini ditunjukkan oleh kenampakan liniasi-
liniasi morfologi berupa perubahan rona dan tekstur serta kenampakan liniasi-liniasi
perubahan sifat-sifat geofisika, batuan pada zona tersebut. Selanjutnya dari pergerakan
kedua lempeng tersebut menyebabkan peningkatan aktifitas magma yang kemudian
menghasilkan pembentukan busur gunung api Tersier hingga Resent dari deretan gunung
berapi, pegunungan Bukit Barisan. Pergerakan tektonik lempeng benua dan samudera ini
juga menyebabkan terjadinya pengangkatan (highing) yang merupakan pegunungan Bukit-
Barisan di bagian Utara-Timur laut. Pelurusan-pelurusan yang berarah Barat laut–Tenggara
di bagian Barat laut wilayah Kaur merupakan sesar orde satu dan orde dua pada tinggian
lajur Bukit Barisan. Aktifitas magmatik berikutnya pada akhir Pliosin menghasilkan produk
gunung api Andesit-Basalt (Qv) yang menutupi sebagian wilayah penyelidikan paling Utara.
Gaya-gaya tektonik yang bekerja sejak awal Miosin dibagian ini menyebabkan peningkatan
aktifitas magmatis yang menghasilkan terobosan batuan beku Granit dan Diorit pada
Miosin tengah. Proses tektonik berupa pengangkatan yang terjadi pada akhir Miosin
menyebabkan Tubuh pluton ini terangkat tererosi dan tersingkap pada jalur zona patahan
(fault-zone) orde I dan II, kepermukaan dibagian Utara wilayah Kabupaten Kaur. Struktur
geologi pensesaran berupa sesar-sesar orde dua dan tiga, mengontrol pola sebaran
terobosan pluton dan terbentuk secara intensif dibagian ini. Sistim pensesaran ini
membentuk pelurusan-pelurusan dengan arah secara umum adalah barat laut– tenggara.
Aktifitas magmatik yang terjadi pada akhir Miosin sampai Pliosin (setelah terbentuknya
Formasi Lemau) yang mengandung batubara diwilayah ini, juga menyebabkan percepatan
proses pematangan kualitas batubara yang terdapat pada Formasi ini. Pergeseran-
pergeseran sesar diatas mengakibatkan terbentuknya zona Seismic Beniof didasar laut
yang merupakan zona gempa dengan sismistas tinggi.
2-11
2-12
Pemerintahan
1 Nasal - 17
2 Maje - 19
3 Kaur Selatan 1 18
4 Tetap - 12
5 Kaur Tengah 1 8
6 Luas - 12
7 Muara Sahung - 7
8 Kinal - 14
2-12
2-13
9 Semidang Gumay - 13
10 Tanjung
- 20
Kemuning
11 Kelam Tengah 1 13
12 Kaur Utara - 10
13 Padang Guci Hilir - 9
14 Lungkang Kule - 9
15 Padang Guci Hulu - 11
Kaur 3 192
Sumber : Kabupaten Kaur dalam Angka, 2017
Jumlah wakil rakyat yang duduk pada lembaga legislatif, yaitu Dewan Perwakilan Rakyat
Daerah (DPRD) sebanyak 25 orang, dengan 23 orang laki-laki dan 2 orang perempuan.
Jumlah pegawai negeri sipil dari 86 dinas/instansi sebanyak 3346 orang. Mayoritas
pendidikan tertinggi adalah sarjana/master/doctor. Serta golongan mayoritasnya adalah
golongan III.
Kependudukan
Penduduk Kabupaten Kaur berdasarkan proyeksi penduduk tahun 2016 sebanyak 117.269
jiwa yang terdiri atas 60.704 jiwa penduduk laki-laki dan 56.565 jiwa penduduk
perempuan. Dibandingkan dengan proyeksi jumlah penduduk tahun 2015, penduduk Kaur
mengalami pertumbuhan sebesar 1,26 persen Sementara itu besarnya angka rasio jenis
kelamin tahun 2016 penduduk laki-laki terhadap penduduk perempuan sebesar 107.
Kepadatan penduduk di Kabupaten Kaur tahun 2016 mencapai 49,59 jiwa/km 2 Kepadatan
Penduduk di 15 kecamatan cukup beragam dengan kepadatan penduduk tertinggi terletak
di Kecamatan Kelam Tengah dengan kepadatan sebesar 188,05 jiwa/km2 dan terendah di
Kecamatan Padang Guci Hulu sebesar 19,48 jiwa/Km2.
2-13
2-14
Tabel 2-5 Jumlah Penduduk dan Laju Pertumbuhan Penduduk Menurut Kecamatan di Kabupaten
Kaur 2010, 2015, dan 2016
Ketenagakerjaan
Pada tahun 2015, jumlah penduduk berumur 15 tahun ke atas yang merupakan angkatan
kerja berjumlah 64.560 orang. Di antaranya merupakan penduduk yang bekerja berjumlah
61.506 orang dan pengangguran berjumlah 3.054 orang. Sementara jumlah penduduk yang
bukan angkatan kerja adalah 17.970 orang yang terdiri dari penduduk yang bersekolah,
mengurus rumah tangga dan lainnya. Angka TPAK laki-laki lebih besar daripada
perempuan. Begitu pula dengan angka TPT. Secara keselurahan Kabupaten Kaur, angka
TPAK adalah 78,23 dan angka TPT adalah 3,7.
2-14
2-15
Mayoritas penduduk yang bekerja berada pada kelompok umur 35-44 tahun. Sedangkan
paling rendah berada pada kelompok umur 65 tahun ke atas yang dikategorikan sebagai
kelompok usia tidak produktif.
Sumber penghasilan utama terbesar penduduk yang bekerja adalah di sektor pertanian,
kehutanan, perburuan dan perikanan baik laki-laki maupun perempuan. Dilihat dari jam
kerja keseluruhan (pekerjaan utama dan tambahan) selama seminggu yang lalu, laki-laki
maupun perempuan dominan bekerja lebih dari 41 jam melebihi standar jam kerja normal.
Begitu pula yang terjadi pada pekerjaan utama saja. Status pekerjaan utama penduduk laki-
laki terbesar adalah berusaha dibantu buruh tidak tetap/tak dibayar. Sementara
perempuan lebih banyak sebagai pekerja keluarga/tak dibayar. Hal ini sejalan dengan
fenomena bahwa laki-laki yang merupakan kepala rumah tangga sebagai
pemilik/pengelola usaha di sektor pertanian/kehutanan/perburuan/perikanan dan
perempuan pada umumnya adalah istri ikut membantu suaminya.
Jumlah pencari kerja terdaftar di Kabupaten Kaur pada Dinas Sosial Tenaga Kerja dan
Transmigrasi Kabupaten Kaur melalui Kartu Pencari Kerja Tahun 2016 sebesar 216 pekerja.
Perbandingan pencarikerja laki-laki lebih besar dibandingkan perempuan, terdaftar 115
laki-laki dan 101 perempuan pencari kerja. Proporsi terbesar pencari kerja yang mendaftar
pada Dinas Sosial dan Tenaga Kerja berpendidikan terakhir SMA yaitu sebesar 54,24 persen
(96 pekerja).
Sosial
Pendidikan
Keadaan sosial penduduk Kabupaten Kaur digambarkan dalam beberapa variabel antara
lain pendidikan, kesehatan dan keluarga berencana, agama, kriminalitas dan kemiskinan.
Dalam bidang pendidikan, pada tahun 2016 di Kabupaten Kaur terdapat 0.25 persen
penduduk usia 7-24 tahun yang tidak/belum pernah bersekolah, 75.44 persen yang masih
bersekolah dan 24.31 persen yang tidak bersekolah lagi.
Semakin tinggi jenjang pendidikan, APM dan APK semakin mengecil. Hanya APK SD yang
mencapai angka 100 persen. Yang artinya dibanding jumlah penduduk usia 7-12 tahun,
terdapat 110,5 persen penduduk yang masih bersekolah di SD tanpa memperhatikan umur.
2-15
2-16
Sementara ditinjau dari APM SD, terdapat 1,02 persen penduduk usia 7-12 tahun yang
tidak sedang bersekolahdi SD.
Jumlah sekolah SD dan SMP tersebar di semua kecamatan sementara SMA terdapat di 14
kecamatan. Satu kecamatan yang belum memiliki SMA adalah Kecamatan Kelam Tengah.
Sementara itu, dari total 195 desa, baru 134 desa yang memiliki SD. Hal ini menandakan
bahwa pembangunan fasilitas pendidikan khususnya SD diperlukan.
Kesehatan
Fasilitas kesehatan merupakan salah satu tolak ukur dalam pencapaian pelaksanaan
pembangunan di Kabupaten Kaur. Pada tahun 201 terdapat satu buah rumah sakit
pemerintah di wilayah Kabupaten Kaur khususnya di Kecamatan Semidan Gumay.
Sedangkan fasilitas kesehatan lainnya yakni puskesmas sebanyak 16, posyandu sebanyak
210 tersebar di setiap kecamatan, dan polinde sebanyak 4 yang hanya ada di Kecamatan
Nasal dan Kinal. Tenaga kesehatan sendiri hampir merata di setiap Kecamatan kecuali
tenaga kefarmasian yang masih sangat kurang Hanya 4 Kecamatan yang memiliki tenaga
kefarmasian. Selain itu, jumlah dokter gigi juga masih sangat kurang Hanya ada 1 dokter
gigi untuk satu Kabupaten.
Tabel 2-6 Jumlah Fasilitas Kesehatan Menurut Kecamatan di Kabupaten Kaur, 2016
1 Nasal - - 1 - 23 2
2 Maje - - 1 - 23 -
3 Kaur Selatan - - 1 - 21 -
4 Tetap - - 1 - 12 -
5 Kaur Tengah - - 1 - 9 -
6 Luas - - 1 - 12 -
7 Muara Sahung - - 1 - 7 -
8 Kinal - - 1 - 14 2
9 Semidang Gumay - - 1 - 13 -
10 Tanjung Kemuning 1 - 2 - 20 -
11 Kelam Tengah - - 1 - 13 -
12 Kaur Utara - - 1 - 14 -
13 Padang Guci Hilir - 1 - 9 -
14 Lungkang Kule - 1 - 9 -
2-16
2-17
Keagamaan
Tempat ibadah yang terdapat di Kabupaten Kaur pada tahun 2016 di antaranya masjid
sebanyak 275, gereja katolik sebanyak 1 dan pura sebanyak 1.
Tabel 2-7 Jumlah Penduduk Menurut Kecamatan dan Agama yang Dianut di Kabupaten Kaur,
2016
1 Nasal 17907 25 - - - -
2 Maje 14542 44 27 54 - -
3 Kaur Selatan 15571 11 - - - -
4 Tetap 4302 - - - - -
5 Kaur Tengah 5225 15 - - - -
6 Luas 5426 - - - - -
7 Muara Sahung 5497 4 - - - -
8 Kinal 3204 - - - - -
9 Semidang Gumay 5807 10 - - - -
10 Tanjung Kemuning 13075 10 - - - -
11 Kelam Tengah 4421 - - - - -
12 Kaur Utara 6567 - - - - -
13 Padang Guci Hilir 3441 - - - - -
14 Lungkang Kule 4634 - - - - -
15 Padang Guci Hulu 3812 - - - - -
Karimun 113431 119 27 54 0 0
Sumber : Kabupaten Kaur dalam Angka, 2017
Tabel 2-8 Jumlah Tempat Peribadatan Menurut Kecamatan di Kabupaten Kaur, 2016
Gereja Gereja
No. Kecamatan Masjid Mushola Pura Vihara
Protestan Katholik
1 Nasal 37 - - - - -
2 Maje 32 - - 1 1 -
3 Kaur Selatan 26 - - - - -
4 Tetap 13 - - - - -
2-17
2-18
Gereja Gereja
No. Kecamatan Masjid Mushola Pura Vihara
Protestan Katholik
5 Kaur Tengah 13 - - - - -
6 Luas 14 - - - - -
7 Muara Sahung 18 - - - - -
8 Kinal 16 - - - - -
9 Semidang Gumay 17 - - - - -
10 Tanjung Kemuning 26 - - - - -
11 Kelam Tengah 15 - - - - -
12 Kaur Utara 17 - - - - -
13 Padang Guci Hilir 10 - - - - -
14 Lungkang Kule 9 - - - - -
15 Padang Guci Hulu 12 - - - - -
Karimun 275 0 0 1 1 0
Sumber : Kabupaten Kaur dalam Angka, 2017
Pada tahun 2016, luas lahan sawah yang terdapat di semua kecamatan berjumlah total
8.099 hektar yang terdiri dari jenis pengairan irigasi sejumlah 4.534 hektar dan non irigasi
sejumlah 3.565 hektar. Lahan sawah terluas berada di Kecamatan Kinal dan yang terkecil
di Kecamatan Lungkang Kule. Ada sedikit penambahan lahan sawah irigasi dibanding tahun
2015 yang merupakan perubahan lahan sawah dari non irigasi menjadi irigasi di Kecamatan
Lungkang Kule.
Selain lahan sawah, Kabupaten Kaur juga memilihi lahan tegal/kebun seluas 9.423 hektar,
ladang/huma seluas 5.001 hektar, dan lahan yang sementara tidak diusahakan seluas
29.538 hektar. Luas panen padi sawah yaitu 6.415,7 hektar dan padi ladang 4.947,2 hektar.
Untuk tanaman palawija yang dihasilkan di antaranya jagung, kedelai, kacang tanah, ubi
kayu dan ubi jalar dengan persentase luas panen terbesar adalah Jagung mencapai total
1.390,1 hektar dan kedelai mencapai total 1.054 hektar pada tahun 2016.
2-18
2-19
Selain tanaman padi dan palawija, Kabupaten Kaur juga mempunyai keragaman produksi
tanaman hortikultura. Pada tahun 2016, terdapat 2 komoditi besar yaitu kacang panjang
dan cabai besar. Luas panen tanaman cabai besar mencapai 176 hektar dengan produksi
sebesar 5.173 kuintal.
Sedangkan kacang panjang mencapai produksi 3.957 kuintal dengan luas panen 177 hektar.
Produksi terbesar justru pada tanaman terong yakni 8.016 kuintal. Sementara untuk buah-
buahan terbesar adalah pisang sebanyak 6.944 kuintal dan mangga sebanyak 4.479 kuintal.
Dukungan luas wilayah dan kondisi lahan di Kabupaten Kaur terhadap komoditas tanaman
perkebunan menjadikan wilayah ini banyak yang dimanfaatkan sebagai lahan
perkebunan. Komoditi yang dihasilkan antara lain kopi, kelapa sawit, dan karet, dan lain-
lain. Pada tahun 2016, kopi, kelapa sawit, dan karet merupakan komoditas unggulan
dengan produksi masing-masing-masing 9.072 ton, 8.303 ton, dan 7.233 ton.
Hewan ternak dibagi dalam dua kelompok yaitu ternak besar dan ternak kecil serta unggas.
Hewan yang masuk kategori ternak besar adalah sapi potong dan kerbau. Sedangkan
hewan yang masuk kategori ternak kecil dan unggas adalah kambing, domba, babi, itik,
ayam ras, dan ayam kampung. Tahun 2016 populasi sapi potong sebanyak 18.013 ekor dan
kerbau 6.791 ekor. Sedangkan populasi ternak kecil dan unggas masing-masing adalah
13.595 ekor dan 94.161 ekor.
Sektor perikanan memegang peranan tak kalah penting dalam perekonomian masyarakat
Kabupaten Kaur. Pada tahun 2016 terdapat 1.282 rumah tangga bermata pencaharian
diperikanan tangkap (laut) dan 2.424 rumah tangga di perikanan budidaya (kolam).
Koperasi (KUD maupun non KUD) diharapkan semakin besar peranannya dalam
menggerakkan perekonomian rakyat. Untuk mencapai maksud tersebut, pemerintah telah
melakukan upaya-upaya antara lain melalui pemberian tambahan modal kegiatan usaha,
pembinaan manajemen, mengikutsertakan koperasi dalam mengelola berbagai bantuan
pemerintah, dan lain-lain. Pada tahun 2016, koperasi di Kabupaten Kaur yang sudah
berbadan hukum ada sebanyak 196 koperasi. Menurut jenisnya, ada 7 KUD dan 189
koperasi lainnya. Pada tahun 2015, di Kabupaten Kaur terdapat 20 pasar. Pedagang di
2-19
2-20
Kabupaten Kaur terdiri dari pedagang menengah berjumlah 5 dan pedagang kecil
berjumlah 115.
Jumlah pelanggan listrik PLN selama kurun waktu dari 2011 hingga 2015 tahun terakhir
terus mengalami peningkatan sebesar 111,27 persen Jumlah pengguna terbanyak adalah
Kecamatan Kaur Selatan. Sementara yang terendah adalah Kecamatan Lungkang Kule.
Rumah tangga adalah pelanggan PDAM atau konsumen PDAM terbesar di Kabupaten Kaur.
Jumlah rumah tangga pelanggan PDAM pada tahun 2016 mencapai 1.667 rumah tangga
atau sebesar 97,71 persen dari seluruh pelanggan PDAM di Kabupaten Kaur.
Pariwisata
Hotel merupakan salah satu tempat yang digunakan untuk singgah para wisatawan. Tahun
2016, jumlah hotel di Kabupaten Kaur sebanyak 12 hotel yang tersebar di ibukota
kabupaten sebanyak 10 hotel, dan 1 hotel di Kecamatan Tanjung Kemuning. Ada sebanyak
37 restoran/rumah makan tersebar di 7 (tujuh) kecamatan mulai dari Kecamatan Nasal,
Maje, Kaur Selatan, Tetap, Semidang Gumay, Kaur Utara hingga Tanjung Kemuning.
Kabupaten Kaur juga memiliki potensi pariwisata yang menarik wisatawan baik domestik
maupun mancanegara. Pada tahun 2016, total wisatawan meningkat dibanding tahun 2015
dengan jumlah wisatawan domestik sebanyak 27.108 orang dan wisatawan mancanegara
sebanyak 102 orang.
Pembangunan dan peningkatan fasilitas transportasi seperti jalan dan jembatan penting
demi memudahkan hubungan komunikasi dan proses mobilisasi penduduk antar daerah
dalam menunjang kelancaran distribusi barang dan jasa sehingga berdampak pada
peningkatan pertumbuhan ekonomi, utamanya untuk daerah-daerah Sulit terjangkau dan
terisolir.
Jalan di Kabupaten Kaur pada tahun 2016 terdiri dari jalan negara sepanjang 85,25 km,
jalan provinsi sepanjang 120,3 km dan jalan kabupaten sepanjang 447,944 km. Kondisi
permukaan jalan yang diaspal adalah 134,66 km sementara sisanya tidak diaspal 160,43
km dan lainnya 152,85 km. Jalan yang dalam kondisi baik adalah 165,12 km, sedang 78.88
km, rusak 88,09 km dan rusak berat 115,85 km. Transportasi merupakan bagian yang tidak
2-20
2-21
dapat dipisahkan dari kehidupan manusia. Terdapat hubungan rata antara transportasi
dengan jangkauan dan lokasi kegiatan manusia, barang-barang dan jasa. Dalam kaitan
dengan kehidupan manusia.
Secara astronomis Kecamatan Padang Guci Hulu terletak pada 4° 24' 12'' – 4° 32' 21''
Lintang Selatan dan 103° 10' 5'' – 103° 25' 21'' Bujur Timur. Letak astronomis ini
memberikan gambaran bahwa Kecamatan Padang Guci Hulu beriklim tropis. Terdapat dua
musim seperti umumnya kecamatan lain di Kabupaten Kaur yaitu musim penghujan dan
musim kemarau. Pada tabel dideskripsikan bahwa musim penghujan lebih banyak terjadi
pada akhir hingga awal tahun. Sedangkan musim kering atau kemarau lebih banyak terjadi
pada pertengahan tahun.
Kecamatan Padang Guci Hulu terletak di sebelah barat Pegunungan Bukit Barisan,
termasuk dalam wilayah administrasi Kabupaten Kaur, Provinsi Bengkulu, Indonesia.
Berjarak sekitar 45 km dari ibukota Kabupaten Kaur dan 255 km dari Provinsi Bengkulu.
Luas wilayah daratan mencapai 370,64 km2. Batas-batas wilayah Kecamatan Padang Guci
Hulu adalah :
Sebelah paling selatan berbatasan dengan Kecamatan Kaur Utara dan Kecamatan
Lungkang Kule
2-21
2-22
Sebelah paling timur berbatasan dengan Kecamatan Kinal dan Kecamatan Lungkang
Kule.
Luas wilayah yang paling besar di Kecamatan Padang Guci Hulu adalah Desa Jati Mulyo
dengan luas wilayah mencapai 110,3 km2. Sedangkan luas wilayah terkecil di wilayah Desa
Cokoh Betung seluas 0,96 km2.
2-22
2-23
Wilayah administrasi pemerintahan di Kecamatan Padang Guci Hulu terdiri dari 9 desa yang
berstatus desa definitif. Setiap desa dipimpin oleh kepala desa yang proses
penunjukkannya dipilih secara langsung oleh masyarakat desa. Perangkat desa terdiri dari
kepala desa (Kades), sekretaris desa (Sekdes), kepala seksi (Kasi), kepala Urusan (Kaur),
Badan Perwakilan Desa (BPD).
Tabel 2-9 Luas Wilayah Menurut Desa/ Kelurahan di Kecamatan Padang Guci Hulu, 2016
Luas
Kecamatan (Km2) Presentase
(1) (2) (3)
1 Pagar Gunung 1,99 0,53
2 Cokoh Betung 0,96 0,27
3 Pagar Alam 2,58 0,7
4 Manau Sembilan I 85,14 22,91
5 Manau Sembilan II 1,63 0,45
6 Bungin Tambun I 5,77 42,46
7 Bungin Tambun II 1,93 0,52
8 Bungin Tambun III 1 0,29
9 Naga Rantai 5,42 1,46
10 Margo Mulyo 1,95 0,53
11 Jati Mulyo 110,3 29,68
Padang Guci Hulu 218,67 99,8
Sumber: Kecamatan Padang Guci Hulu dalam Angka, 2017
Kondisi Iklim
Iklim di kecamatan Padang Guci Hulu pada umumnya sama dengan ikim pada Kabupaten
Kaur, rata rata suhu pada bulan mei 28,70C ini merupakan suhu tertinggi bila dibandingkan
dengan bulan lainnya, dengan kelembaban rata rata antara 81 sampai dengan 86 persen.
Tabel 2-10 Rata-rata Suhu dan Kelembaban Udara Menurut Bulan, 2016
2-23
2-24
Pemerintahan
Kecamatan Padang Guci Hulu merupakan kecamatan yang terbentuk dari pemekaran
wilayah Kecamatan Kaur Utara dibentuk dengan dasar hukum pemekaran wilayah Perda
Nomor 65 tahun 2005 yaitu tentang pembentukan wilayah Kecamatan Padang Guci Hulu
sebagai bagian wilayah administrasi Kabupaten Kaur. Ibu kota Kecamatan Padang Guci
Hulu terletak di Desa Suka Nanti.
Tabel 2-11 Desa dan Klasifikasi Desa/Kelurahan di Kecamatan Padang Guci Hulu, 2016
Kependudukan
Jumlah penduduk Kecamatan Padang Guci Hulu mengalami fluktuasi yang bervariatif
dalam kurun waktu lima tahun terakhir. Pada tahun 2016, jumlah penduduk total
diperkirakan mencapai 3.520 jiwa. Pada tahun 2015, jumlah penduduk Kecamatan Padang
2-24
2-25
Guci Hulu tercatat 3.390 jiwa. pada tahun 2016 terjadi kenaikan pertumbuhan penduduk
sebesar 3,83 persen. Jumlah penduduk laki-laki mencapai 1.792 jiwa dan perempuan 1.728
jiwa. Rasio jenis kelamin atau sex ratio penduduk Kecamatan Padang Guci Hulu pada tahun
2016 sebesar 104. Angka ini menunjukkan bahwa setiap 100 penduduk perempuan di
Kecamatan Padang Guci Hulu terdapat 104 penduduk laki-laki.
Kepadatan penduduk juga menunjukkan kenaikan dari tahun sebelumnya. Pada tahun
2016, kepadatan penduduknya adalah 110 jiwa per km². Terjadi kenaikan kepadatan
jumlah penduduk per km² dibanding tahun 2016 yaitu 106 km per km².
Tabel 2-12 Jumlah Penduduk, Rasio Jenis Kelamin dan Laju Pertumbuhan Penduduk di Kecamatan
Padang Guci Hulu 2010 -2016
Sosial
Pendidikan
Keadaan sosial penduduk digambarkan dalam beberapa variabel antara lain pendidikan,
kesehatan dan agama. Dalam bidang pendidikan, tingkat partisipasi sekolah diantaranya
diukur dengan Angka Partisipasi Murni (APM) dan Angka Partisipasi Kasar (APK). Semakin
tinggi jenjang pendidikan, APM dan APK semakin mengecil. Hanya APK SD yang mencapai
angka 100 persen. Yang artinya di banding jumlah penduduk usia 7-12 tahun, terdapat
110,50 persen penduduk yang masih bersekolah di SD tanpa memperhatikan umur.
Sementara ditinjau dari APM SD, terdapat 1,02 persen penduduk usia 7-12 tahun yang
tidak sedang bersekolah di SD.
2-25
2-26
Pada tahun 2016, di Kecamatan Padang Guci Hulu terdapat 10 SD dan 1 SMP. Dari jumlah
tersebut dapat dilihat bahwa sekolah SD belum tersedia di semua desa. Rasio murid guru
masing-masing sebanyak 12 untuk SD dan 20 untuk SMP
Kesehatan
Fasilitas kesehatan merupakan salah satu tolak ukur dalam pencapaian pelaksanaan
pembangunan di Kecamatan Padang Guci Hulu. Pada tahun 2016 terdapat satu puskesmas
di desa naga rantai. Sedangkan fasilitas kesehatan lainnya yakni posyandu sebanyak 11
tersebar di setiap desa, poskesdes sebanyak 7 buah yang berada tersebar di bebrapa desa.
Tenaga kesehatan sendiri pada tahun 2016 untuk tenaga medis ada sebanyak 2 orang,
keperawatan 6 orang, kebidanan 5 orang, tenaga kefarmasian 1 orang, untuk tenaga
kesehatan lainnya 1 orang , dan kesemua tenaga kesehatan tersebut bertugas
dipuskesmas. Dokter yang ada yaitu dokter umum sebanyak 1 orang dan gigi 1 Orang.
Dari 10 kasus penyakit yang paling banyak diderita penduduk di Kecamatan Padang Guci
Hulu pada tahun 2016, 3 urutan teratas yaitu ISPA sebanyak 22 kasus dan gasteritis
sebanyak 18 kasus, serta malaria 13 kasus. Sementara kasus penyakit gawat lain yang
tercatat di Puskesmas Padang Guci Hulu yaitu pebries sebanyak 12 kasus.
Selama tahun 2016 jumlah bayi lahir sebanyak 146 orang. Dari data Puskesmas Padang
Guci Hulu tidak terdapat bayi yang kekurangan gizi.
Agama
Keagamaan meliputi banyaknya penduduk pemeluk agama tertentu dan jumlah sarana
ibadah. Hingga tahun 2016 di Kecamatan Padang Guci Hulu penduduknya 100 persen
memeluk agama Islam. Untuk jumlah sarana ibadah di kecamatan ini tercatat memiliki 14
masjid.
Pada tahun 2016, luas lahan sawah yang terdapat di Kecamatan Padang Guci Hulu
berjumlah total 752 hektar yang terdiri dari jenis pengairan irigasi sejumlah 669 hektar dan
non irigasi sejumlah 83 hektar. Selain lahan sawah, Kecamatan Padang Guci Hulu juga
2-26
2-27
memilihi lahan tegal/kebun seluas 95 hektar, ladang/huma seluas 138 hektar, dan lahan
yang sementara tidak diusahakan seluas 6.260 hektare.
Dukungan luas wilayah dan kondisi lahan di Kabupaten Kaur terhadap komoditas tanaman
perkebunan menjadikan wilayah ini banyak yang dimanfaatkan sebagai lahan perkebunan.
Selain dikelola oleh perusahaan pemerintah (Perkebunan Nusantara), terdapat juga
perkebunan yang dimiliki dan dikelola rakyat. Komoditi yang dihasilkan antara lain kopi,
kelapa sawit, dan karet, dan lain-lain. Pada tahun 2015, kopi, kelapa awit, karet dan kelapa
merupakan komoditas unggulan di Kecamatan Padang Guci Hulu dengan luas tanaman
karet 332 hektar, kelapa sawit 640 hektar dan kopi 794 hektar.
Energi
Perdagangan
Dikecamatan Padang Guci Hulu sampai tahun 2016 belum ada satupun penginapan atau
hotel yang didirikan. Untuk tempat wisata yang dikelola secara permanen belum ada sama
sekali, hanya ada wisata alam berupa wisata sungai dan hutan.
2-27
3-1
Maksud dan tujuan survey sosial ekonomi ini adalah untuk memperoleh tanggapan dari
masyarakat di daerah studi, sehingga nantinya pada saat akan dilakukan pekerjaan fisik
pembangunan prasarana air baku tidak terdapat kendala dari segi kemasyarakatan.
Berdasarkan data 2 (dua) alternatif lokasi pekerjaan yang sudah di identifikasi dan akan
direncanakan, perlu dilakukan koordinasi dan pemberitahuan lebih detail kepada
masyarakat yang termasuk di wilayah rencana pelayanan, agar mengetahui pekerjaan
apa yang akan di kerjakan di Kecamatan nya serta bisa mendapatkan persetujuan agar
dalam pelaksanaan pembangunan prasarana air baku nanti tidak bermasalah.
Formulir Kuisioner
Di dalam melakukan survey sosial ekonomi kepada responden yang termasuk kedalam
rencana wilayah pelayanan, tim konsultan sudah menyiapkan formulir kuisioner untuk
diisi. Format kuisioner tersebut sebagai berikut :
3-1
3-2
FORM KUISIONER
Kegiatan : Studi Kelayakan Air Batu Rigis Air Padang Guci
Hari / Tanggal :
Tempat :
1 Nama Responden
2 Alamat
a.
Desa
b.
Kecamatan
Status Dalam
3
Keluarga
4 Jenis Kelamin ⃝ Laki-Laki ⃝ Perempuan
⃝ < 20 Tahun ⃝ 40 - 50 Tahun
5 Usia ⃝ 20 - 30 Tahun ⃝ > 50 tahun
⃝ 30 - 40 Tahun
⃝ Tamat SD ⃝ Tidak Sekolah
6 Pendidikan Terakhir ⃝ Tamat SLTP/SMP ⃝ ……………………
⃝ Tamat SLTA/SMA
⃝ PNS ⃝ Wiraswasta
7 Pekerjaan ⃝ Pegawai Swasta ⃝ Pedagang
⃝ Buruh ⃝ …………………..
⃝ < Rp. 500.000 ⃝ Rp. 2.500.000 - Rp. 5.000.000
Pendapatan (Per
8 ⃝ Rp. 500.000 - Rp. 1.000.000 ⃝ Rp. 5.000.000 - Rp. 10.000.000
Bulan)
⃝ Rp. 1.000.000 - Rp. 2.500.000 ⃝ …………………..
⃝ < Rp. 500.000 ⃝ Rp. 2.500.000 - Rp. 5.000.000
Pengeluaran (Per
9 ⃝ Rp. 500.000 - Rp. 1.000.000 ⃝ Rp. 5.000.000 - Rp. 10.000.000
Bulan)
⃝ Rp. 1.000.000 - Rp. 2.500.000 ⃝ …………………..
Jumlah Anggota ⃝ 3 (Tiga) ⃝ 5 (Lima)
10
Keluarga ⃝ 4 (Empat) ⃝ > 6 (Enam)
Kebutuhan Air per
11 Hari (Liter)
12 Sumber Air Bersih
⃝ Sumur Gali/Pompa ⃝ Galon (Beli)
Untuk Makan dan
a. ⃝ Sumur Timba ⃝ …………………..
Minum
⃝ PDAM
⃝ Sumur Gali/Pompa ⃝ Galon (Beli)
b. MCK ⃝ Sumur Timba ⃝ …………………..
⃝ PDAM
3-2
3-3
3-3
3-4
3-4
3-5
3-5
3-6
Identifikasi Potensi sumber air baku meliputi indentifikasi posisi tehadap koordinat
global potensi (debit andalan), perkiraan daerah layanan, kerusakan pada sumber air
anatara dan lain sebagainya. Untuk memudahkan menentukan lokasi-lokasi yang telah
diidentifikasi pada peta topografi, survey posisi global akan dilakukan dengan
menggunakan peralatan GPS.
Tujuan dari survey ini yaitu untuk mengidentifikasi potensi sumber air baku yang terbaik
guna menunjang pekerjaan perencanaan pembangunan sarana dan prasarana air baku
di Kabupaten Kaur.
Curug Batu Rigis merupakan salah satu dari beberapa air terjun yang berada di kaki
Gunung Patah Provinsi Bengkulu, secara geografis berada pada ketinggian sekitar 600
meter di atas permukaan laut, dengan lokasi Desa terdekat adalah Desa Bungin Tambun
III, Kecamatan Padang Guci Hulu, Kabupaten Kaur, Provinsi Bengkulu. Kondisi topografi
yang bergelombang dan berbukit, membuat wilayah ini memiliki banyak curug (air
terjun), diantaranya Curug Batu Rigis. Curug Batu Rigis mengalir deras membentuk spit
yang berliku yang membelah batu besar dan tinggi dengan panjang sekira 15 meter.
Aliran Sungainya cukup deras dan bebatuan yang akan bermuara di Sungai Padang Guci,
dengan kolam yang terbentuk di bawahnya sangat dalam dan luasnya sekitar 12 meter.
Untuk menuju ke lokasi curug, diharuskan berjalan kaki sekitar 4 jam, dimulai dari
PLTMH Padang Guci Hulu hingga Muara Tiga berjalan, dengan menelusuri jalan setapak
selama 2,5 jam, dilanjutkan dengan mengikuti jalur sungai Padang Guci hingga Muara
Curug Batu Rigis lebih kurang 1,5 jam perjalanan. Kemudian dari Muara Curug Batu Rigis
masuk dengan menelusuri aliran sungai Batu Rigis sepanjang 150 meter hingga lokasi
curug. Lokasi curug Batu Rigis berada pada koordinat 4°23'59.42" LS dan 103°19'35.22“
BT.
3-6
3-7
3-7
3-8
Gambar 3-4 Peta Lokasi Intake Alternatif 1 Mata Air Batu Rigis
3-8
3-9
Rencana intake alternatif kedua berada pada elevasi 546 mdpl. Rencana intake memiliki
jarak sekitar 400 m dari lokasi mata air batu rigis. Muara Sungai Batu Rigis berada di
Sungai Air Padang Guci. Dari hasil pengamatan, maka lokasi ini berada pada koordinat
4°24'10.33" LS dan 103°19'35.85“ BT.
3-9
3-10
3-10
3-11
3-11
3-12
Umum
Pada umumnya di wilayah kabupaten Kaur hampir sebagian besar mengalami krisis air
minum dimana untuk wilayah yang tinggi sulit mendapatkan air tanah dan diwilayah
pesisir/pantai mudah mendapatkan air akan tetapi kualitas airnya buruk (ada zat kapur
dan agak payau), Sarana dan Prasarana Air Minum di Kabupaten Kaur sudah tersedia
akan tetapi belum beroperasi dengan maksimal dikarenakan biaya operasional yang
diperlukan sangat tinggi karena sistem yang dipakai untuk penyediaan air minum
tersebut terutama untuk memenuhi kebutuhan air minum di kota Bintuhan (Ibu Kota
Kabupaten) menggunakan sistem pompanisasi
Sedangkan untuk wilayah Padang Guci (kecamatan Padang Guci Hulu dan KaurUtara),
Sarana dan Prasarana Air Bersih/Air Minum juga belum dapat mencukupikebutuhan
wilayah tersebut dikarenakan banyaknya kebocoran dan minimnya air baku terutama
pada waktu musim kemarau untuk itu perlu mencari alternative sumber air baku yang
baru untuk dapat memenuhi kebutuahan air minum wilayah tersebut dan wilayah
sekitarnya. Sedangkan Sarana dan Prasarana Air Bersih perdesaan yang selama ini terus
diupayahkan Pembangunannya baik melalui dana DAK maupun dana DAU sangat terasa
sekali manfaatnya bagi masyarakat perdesaan walaupun disana sini masih banyak
persoalan terutama mengenai pengelolaannya.
Instalasi Air baku adalah sarana dan prasarana pengambilan dan/atau penyedia air baku,
meliputi bangunan penampungan air, bangunan pengambilan/ penyadapan, alat
pengukuran, dan peralatan pemantauan sistem pemompaan, dan/atau bangunan
sarana pembawa serta perlengkapannya. Hal tersebut berdasarkan pada Peraturan
Pemerintah Republik Indonesia Nomor 16 Tahun 2005 tentang pengembangan sistem
penyediaan air minum. Selanjutnya dalam PP 25 tahun 2005 tersebut juga dijelaskan
bahwa Unit air baku sebagaimana dimaksud merupakan sarana pengambilan dan/atau
penyedian air Baku.
3-12
3-13
UPTD PAM Dinas Pekerjaan Umum Kabupaten Kaur merupakan pengalihan dari PDAM
Manna Bengkulu Selatan pada kondisi rusak. Hanya satu jaringan perpipaan yang masih
aktif pada saat pengalihan aset ketika Kabupaten Kaur di mekarkan yaitu instalasi
Tanjung Iman. Instalasi Tanjung Iman dengan sumber air baku air sungai Luas yang masih
beroperasi pada saat itu. Namun pada tahun 2008, karena beban biaya operasi dan
perawatan yang tinggi dan juga faktor kerusakan pada jaringan Pipa dan IPA maka
operasi penyedian air bersih untuk instalasi Tanjung Iman ini terpaksa di hentikan.
Berikut data-data teknis kerusakan yang dialami dari masing–masing instalasi penyedian
air baku :
3-13
3-14
3-14
3-15
Dengan kondisi eksisting aspek teknis pada masing instalasi diatas, maka dapat
dikatakan semua instalasi penyedian air minum dalam keadaan rusak dan kondisi inilah
yang membuat semua instalasi berhenti beroperasi sejak tahun 2008.
Mulai tahun 2011 hingga tahun 2018 dilakukan pembangunan beberapa unit sumber air
minum yang telah selesai dikerjakan melalui dana APBN dan APBD dan telah diserah
terimakan kepada UPTD PAM untuk pengelolaannya, antara lain Unit Luas, Unit Tanjung
Agung, dan Unit Suku Tiga.
Aspek Teknis
Sumber air baku yang digunakan oleh UPTD PAM Kabupaten Kaur secara keseluruhan
memiliki total kapasitas distribusi sebesar 60 Lt/dt sedangkan kapasitas produksi 130
Lt/dt. Sumber air baku yang digunakan berupa air permukaan yang terdiri dari mata air
dan sungai. Sistem pengaliran air baku melaui sistem gravitasi. Dari jumlah sumber air
tersebut masih terdapat sumber air yang tidak dimanfaatkan adalah Sumber Air Batu
Rigis, Air Sahung dan Air Long masing – masing berkapasitas 9.5 M3/det, 1,85 M3/det
dan 0,013 M3/det, Rekapitulasi sumber air baku di wilayah Kabupaten Kaur disajikan
dalam Tabel 3-1
3-15
3-16
Kap.
Sistem pengaliran
No Nama Sumber Sumber
air baku
(l/det)
1 Air Tutung Gravitasi 60
2 Air Curug Nibung Gravitasi 50
3 Air Kendalan Gravitasi 20
Jumlah 130
Jaringan Perpipaan
Air baku yang disalurkan dari sumber menuju ke Instalasi Pengolahan Air (IPA) melalui
pipa Transmisi. Pengaliran dilakukan dengan sistem Gravitasi. Perpipaan transmisi yang
digunakan masing-masing wilayah pelayanan pipa transmisi baik panjang ataupun
diameter berbeda – beda tergantung besar kecilnya ketersediaan debit air di daerah
sumber tersebut. Rekapitulasi data pipa transmisi air baku yang digunakan oleh UPTD
PAM Kabupaten Kaur disajikan pada Tabel 3-2
Tabel 3-2 Pipa Transmisi Dirinci Menurut Diameter dan Panjang Di daerah Pelayanan
Pipa Transmisi
No Lokasi
Dia (inch / “) Panjang (km)
1 Unit Luas 02 - 12 27 Km
2 Unit Tanjung Agung 02 - 10 17 Km
3 Unit Suku Tiga 02 - 08 23 Km
Instalasi Pengolahan Air (IPA) pada unit UPTD PAM Kabupaten Kaur sebagian besar
kondisinya masih baik. Masing - masing sistem pada umumnya telah dilengkapi dengan
bak penampung air bersih (reservoir). Berdasarkan data yang diperoleh dari UPTD PAM
Kabupaten Kaur, beberapa unit produksi yang ada belum beroperasi secara optimal.
Gambaran instalasi pengolahan air berdasarkan lokasi sumber air baku disajikan dalam
Tabel 3-3.
3-16
3-17
Tabel 3-3 Instalasi Pengolahan Air UPTD PAM Kabupaten Kaur Berdasarkan Lokasi Sumber Air Baku
Pelayanan air pedesaan pada umumnya dilayani oleh sistem perpipaan atau hidrant
umum (non perpipaan). Rata-rata setiap unit pelayanan air minum pedesaan melayani
sekitar 200 sampai 300 penduduk. Dari seluruh unit pelayanan air minum yang ada
sebagian besar tidak aktif atau sudah tidak berfungsi. Hampir sebagian besar prasarana
pengelolaan air minum yang tidak berfungsi tersebut diakibatkan oleh masalah
pengelolaan atau organisasi kelembagaan pengelola SPAM tidak berfungsi secara
optimal.
Aspek Keuangan
Berdasarkan hasil survei secara agregat, kinerja UPTD PAM Kabupaten Kaur masih
tergolong sehat Hasil ini menggambarkan kondisi pengelolaan air minum perpipaan
yang sudah mulai membaik dari Berdasarkan hasil survei yang dilakukan menyangkut
kinerja keuangan adalah:
3-17
3-18
Tarif air minum UPTD PAM Kabupaten Kaur ditentukan berdasarkan golongan pelanggan
dan pemakaian air. Tarif terendah untuk sambungan rumah tangga dengan pemakaian
sampai 10 m yaitu Rumah Tangga.
Aspek Kelembagaan
Dalam manajemen pengelolaan air minum Kabupaten kaur, terdapat 7 pegawai aktif.
Kepala UPTD PAM telah ditetapkan dalam keputusan Bupati No 10 Tahun 2007 tentang
pembentukan Unit Pelaksanan Teknis daerah UPTD PAM Kabupaten Kaur dengan
eselonisasi adalah eselon IVA. Kepala UPTD di bantu oleh 3 staf yang dibagi 1 orang
sebagai kordinator, 1 Orang bertanggung jawab dibagian teknis, 1 Orang di Bagian
Administrasi dan keuangan.
Aspek Pengaturan
Sebagai lembaga daerah yang notabene adalah milik masyarakat Kabupaten Kaur, UPTD
PAM, belum melakukan pembenahan dan berbagai upaya lainnya untuk meningkatkan
kinerja pengelolaan dalam melayani masyarakat. Guna menunjang upaya tersebut,
harusnya UPTD PAM Kabupaten Kaur harusnya secara intensif dan berkala, mengadakan
pelatihan SDM (Sumber Daya Manusia) dan juga mengikut sertakan dalam seminar dan
lokakarya. Namun karena kelembagaan harusnya UPTD PAM Kabupaten kaur hanya
memeliki 7 orang SDM maka hal demikian tidak bisa dilakukan yang berimplikasi kepada
buruknya kinerja pengeola dan SDM.
Kantor UPTD PAM Kabupaten Kaur, belum ada upaya yang terencana dalam kaitan
peningkatan kinerja keorganisasian dan kelembagaa. Penyebab utama adalah tidak
mandirinya UPTD PAM Kabupaten kaur dan sangat tergantung dengan kebijakan
Pemerintah Daerah. Selain hal-hal yang disebut di atas, UPTD PAM Kabupaten Kaur
belum bisa memberikan kesempatan para pegawai yang berprestasi untuk mengikuti
pendidikan yang lebih tinggi yang berkorelasi dengan kinerja pengelola dan SDM.
3-18
3-19
Aspek Teknis
Air baku yang digunakan sebagian besar adalah air permukaan sehingga di beberapa
lokasi IPA mengalami permasalahan akibat turunnya kualitas air baku. Hal ini disebabkan
karena dibagian hulu IPA banyak digunakan oleh kegiatan yang berpotensi menimbulkan
pencemaran. Permasalahan air baku lainnya adalah karena bencana alam yang
mengakibatkan perubahan aliran sungai dan disamping itu karena konflik kepentingan
dengan kegiatan lainnya seperti untuk kegiatan pertanian. Kapasitas sumber yang
terbatas terkait dengan konflik kebutuhan air saat ini dirasakan semakin meningkat,
sehingga penambahan kapasitas masih sulit dilakukan
Umumnya sumber air yang dikelola UPTD PAM Kabupaten Kaur adalah Air permukaan
sehingga derajat pengolahan yang diperlukan untuk mengolah air sehingga memenuhi
persyaratan air minum relatif lebih besar bila dibandingkan bila sumber air bakunya
adalah mata air.
Pipa distribusi yang terpasang dari sumber ke pelayanan pada daerah ibukota
Kabupaten umurnya rata-rata sudah melebihi 15 tahun. Pada saat dibangun kondisi
lebar jalan khususnya di daerah ibukota untuk jalan provinsi dan nasional lebar jalan
baru mencapai rata-rata 5 m sampai dengan 6 meter. Kondisi sekarang jalan provinsi
maupun jalan nasional sudah lebih lebar dari sebelumnya, sehingga pipa yang telah
tertanam rata-rata berada di bawah permukaan jalan, sehingga sulit untuk melakukan
pemeliharaan maupun perbaikan bila terjadi gangguan terhadap pipa distribusi.
Sehingga perlu dilakukan revitalisasi terhadap seluruh jaringan perpipaan khususnya
jaringan perpipaan yang melayani kecamatan Kaur Selatan.
3-19
3-20
Umumnya tingginya tingkat kebocoran air turut menggerus pendapatan pengelola air
minum. Kebocoran air dapat berupa kebocoran fisik seperti pipa bocor maupun
kebocoran komersial seperti Sambungan illegal, Pelanggan yg tidak menggunakan
meteran, meteran tidak akurat maupun pencatatan yang tidak disiplin.
Untuk menekan tingkat kebocoran air, perlu dilakukan pengantian terhadap meteran
air. Hasilnya volume air yang terjual meningkat yang tentu saja meningkatkan
pendapatan pengelola air minum, ini salah satu cara meningkatkan pendapatan
pengelolaan air minum tanpa menaikan tarif. Masih banyak yang meterannya tidak
berfungsi atau pelanggan yg tidak menggunakan meteran.
Sedangkan kebocoran yang disebabkan oleh faktor non teknis diantaranya disebabkan
oleh;
3-20
3-21
Pengelolaan manajemen UPTD juga belum dapat dinilai sangat jauh efisien.
Akuntabilitas UPTD yang belum terbuka hingga masuknya intervensi birokrasi dalam
pengambilan keputusan ditingkat daerah, menyebabkan UPTD PAM kabupaten Kaur
cenderung bertindak lambat dalam merespon dinamika pasar hingga penggunaan
sumber daya yang tidak efisien. Pengelolaan sumber daya manusia yang minim
menyebabkan tingkat produktivitas pegawai yang rendah sehingga semakin membebani
kondisi keuangan. Dampaknya terjadi lingkaran kesulitan dana (vicious funding cycle)
yang menyebabkan UPTD PAM Kabupaten Kaur mengalami kesulitan untuk dapat
beroperasi memenuhi standar kinerja keuangan yang diharapkan.
Dalam Rangka menuju kelembagaan UPTD PAM Kabupaten kaur yang berkualitas, sudah
pasti akan mempengaruhi kinerja pengelola dan SDM. Selain pembinaan SDM, ada
upaya lainnya untuk mewujudkan kinerja Pengelolaan SDM sesuai dengan harapan
masyarakat luas. Permasalahan profesionalisme, kemandirian serta pelayanan yang baik
dan prima belum terwujudkan.
Permasalahan yang paling penting adalah penambahan pegawai, seperti yang dijelaskan
dalam kelembagaan hanya terdapat 7 karyawan dalam menangani daerah dan luasan
Kabupaten Kaur yang mempunyai 3 instalasi yang ada. Jumlah pegawai UPTD ini sangat
tidak sepadan dengan cakupan dan wilayah layanan air minum.
Dalam hal peningkatan pendapatan dan juga menunjang kinerja, UPTD PAM Kabupaten
Kaur belum pernah merealisasikan kenaikan tarif air minum sampai pada saat ini.
Kenaikan tarif ini, untuk mendukung tercapainya tugas pokok dan fungsi UPTD PAM
Kabupaten Kaur, Lebih lanjut UPTD PAM Kabupaten Kaur harusnya mengusulkan
3-21
3-22
bantuan baik dari APBD dan APBN yang dialokasikan untuk berupa biaya personil, biaya
training operator dan perangkat lunak dan keras. Selama ini ini bantuan yang diterima
hanya pada peningkatan teknis dan operasi bukan kepada peningkatan aspek
kelembagaan dengan bantuan itu, UPTD PAM Kabupaten Kaur dapat memperoleh
banyak manfaat. Misalnya seperti peningkatan mutu pelayanan pelanggan, peningkatan
dan pengembangan sistem informasi dan diharapkan juga dapat mengangkat efisiensi
kelembagaan secara keseluruhan.
3-22
4-1
ANALISA DATA
Pekerjaan Utama
Menurut hasil data lapangan yang didapat dari survey primer bahwa pekerjaan utama
penduduk di 6 Kecamatan yang termasuk wilayah rencana pelayanan air baku
didominasi dengan pertanian. Hasil yang didapat dari responden bahwa 88,46 %
responden adalah petani, dan selebihnya terbagi ke beberapa jenis pekerjaan seperti
pedagang, wiraswasta, buruh dan lainnya. Untuk lebih jelasnya tentang pekerjaan
utama penduduk dapat dilihat pada grafik di bawah ini.
Pekerjaan Utama
1.28
1.28 2.56
2.56
6.41
88.46
4-1
4-2
– 1.000.000 Juta Rupiah. Untuk detail data yang didapat tentang pendapatan dan
pengeluaran dapat dilihat pada grafik berikut ini.
1.28
1.28 11.54
5.13
80.77
80.77
4-2
4-3
Untuk survey primer kebutuhan pemakaian air dilihat dari pemakaian rumah tangga.
Menurut hasil penyebaran kuesioner disimpulkan bahwa kebutuhan air untuk keperluan
sehari-hari sebagian besar antara. Untuk detail data yang didapat tentang kebutuhan
pemakaian air dapat dilihat pada grafik berikut ini.
Hampir seluruh responden di lokasi studi menyatakan bahwa selama ini mereka
mengetahui adanya rencana pembangunan penyediaan air baku dan mereka
menyatakan sangat setuju dengan adanya rencana pembangunan penyediaan air baku
di lokasi studi ini karena sulitnya memperoleh air bersih di lokasi studi terutama ketika
musim kemarau.
Seluruh responden menyatakan bahwa pembangunan penyediaan air baku ini akan
sangat bermanfaat. Manfaat yang diperoleh dengan adanya kegiatan ini antara lain
4-3
4-4
4-4
4-5
Kaur Utara 6,459 6,549 6,644 6,733 6,823 7,073 1.39 1.45 1.34 1.34 3.66 1.84
Kelam Tengah 6,311 6,403 6,488 6,575 6,656 6,740 1.46 1.33 1.34 1.23 1.26 1.32
Sungai Batu Rigis, Tanjung Kemuning
Kabupaten 10,781 10,939 11,085 11,233 11,371 11,515 1.47 1.33 1.34 1.23 1.27 1.33
1 Kec. Padang Guci Padang Guci Hilir 3,656 3,709 3,759 3,809 3,856 3,904 1.45 1.35 1.33 1.23 1.24 1.32
Kaur
Hulu, Kab. Kaur Padang Guci Hulu 6,701 6,752 6,843 6,903 6,953 7,219 0.76 1.35 0.88 0.72 3.83 1.51
Lungkang Kule 3,274 3,307 3,336 3,365 3,390 3,520 1.01 0.88 0.87 0.74 3.83 1.47
Jumlah 37,182 37,659 38,155 38,618 39,049 39,971 1.28 1.32 1.21 1.12 2.36 1.46
Sumber : Hasil Survey Identifik asi Lapangan dan Data BPS
Daerah Layanan Rencana Jumlah Jumlah Jumlah Jumlah Jumlah Jumlah Jumlah Jumlah
Rata-rata Peningk.
No. Sumber Air Lokasi Pendk. Th Pendk. Th Pendk. Th Pendk. Th Pendk. Th Pendk. Th Pendk. Th Pendk. Th
Jumlah. Pendk. %/th
Kecamatan Kabupaten 2016 2017 2018 2020 2025 2030 2035 2040
Kabupaten
Kaur Utara 6823 1.837 7073 7076 7338 8037 8803 9642 10561
Kaur
Kelam Kabupaten
6656 1.324 6740 6833 7016 7492 8002 8546 9127
Tengah Kaur
Tanjung Kabupaten
Sungai Batu Rigis, 11371 1.326 11515 11675 11986 12802 13674 14605 15599
Sungai Batu Kemuning Kaur
1 Kec. Padang Guci
Rigis Padang Guci Kabupaten
Hulu, Kab. Kaur 3856 1.321 3904 3959 4064 4340 4634 4948 5284
Hilir Kaur
Padang Guci Kabupaten
6953 1.507 7219 7164 7382 7955 8573 9239 9956
Hulu Kaur
Lungkang Kabupaten
3390 1.466 3520 3490 3593 3865 4156 4470 4808
Kule Kaur
4-5
4-6
Daerah Layanan Rencana Jumlah Rata-rata Jumlah Jumlah Jumlah Jumlah Jumlah Jumlah Jumlah
No. Sumber Air Lokasi Pendk. Peningk. Jumlah. Pendk. Pendk. Th Pendk. Th Pendk. Th Pendk. Pendk. Th Pendk. Th
Kecamatan Kabupaten Th 2016 Pendk. %/th Th 2017 2018 2020 2025 Th 2030 2035 2040
Kabupaten
Kaur Utara 6823 1.837 6948 7074 7324 7951 8578 9204 9831
Kaur
Kelam Kabupaten
6656 1.324 6744 6832 7009 7449 7890 8330 8771
Tengah Kaur
Tanjung Kabupaten
Sungai Batu Rigis, 11371 1.326 11522 11673 11974 12728 13482 14236 14990
Sungai Batu Kemuning Kaur
1 Kec. Padang Guci
Rigis Padang Guci Kabupaten
Hulu, Kab. Kaur 3856 1.321 3907 3958 4060 4315 4569 4824 5079
Hilir Kaur
Padang Guci Kabupaten
6953 1.507 7045 7163 7372 7896 8420 8944 9468
Hulu Kaur
Lungkang Kabupaten
3390 1.466 3435 3489 3589 3837 4086 4334 4583
Kule Kaur
4-6
4-7
Daerah Layanan Rencana Jumlah Jumlah Jumlah Jumlah Jumlah Jumlah Jumlah Jumlah
Rata-rata Peningk.
No. Sumber Air Lokasi Pendk. Th Pendk. Th Pendk. Th Pendk. Th Pendk. Th Pendk. Th Pendk. Th Pendk. Th
Jumlah. Pendk. %/th
Kecamatan Kabupaten 2016 2017 2018 2020 2025 2030 2035 2040
Kabupaten
Kaur Utara 6823 1.837 6949 7078 7343 8050 8824 9673 10603
Kaur
Kelam Kabupaten
6656 1.324 6745 6835 7018 7498 8012 8560 9146
Tengah Kaur
Tanjung Kabupaten
Sungai Batu Rigis, 11371 1.326 11523 11677 11990 12812 13691 14629 15632
Sungai Batu Kemuning Kaur
1 Kec. Padang Guci
Rigis Padang Guci Kabupaten
Hulu, Kab. Kaur 3856 1.321 3907 3959 4065 4343 4640 4956 5295
Hilir Kaur
Padang Guci Kabupaten
6953 1.507 7046 7166 7385 7963 8586 9258 9983
Hulu Kaur
Lungkang Kabupaten
3390 1.466 3435 3491 3595 3868 4163 4479 4820
Kule Kaur
4-7
4-8
Dalam penentuan kebutuhan air bersih, faktor penting yang pertama kali perlu
ditetapkan dalam perhitungan adalah menentukan :
Pada kajian ini proyeksi kebutuhan dibuat selama 20 Tahun, dengan tahun dasar adalah
tahun 2020. Sehingga proyeksi kebutuhan air dibuat dalam jangka waktu 2020 s.d. 2040.
Hasil perhitungan debit kebutuhan air pada tahun terakhir yang diproyeksikan (2040)
diperlihatkan pada Tabel 4-6.
Selanjutnya , tingkat pelayanan air akan direncanakan agar dapat mencakup 100% dari
kebutuhan air di setiap 6 (enam) Kecamatan yang telah dipilih pada Tahun 2040. Detail
perhitungan rencana pelayanan tersebut akan dihitung melalui beberapa scenario yang
dibahas pada sub bab Error! Reference source not found..
4-8
4-9
Tabel 4-6 Hasil Perhitungan Debit Kebutuhan Air Pada Tahun 2040
Kaur Utara 10,560.78 9,830.91 10,603.11 10,331.60 1,549,740.22 17.94 1.15 20.63 27.50 48.13
Kelam
9,126.68 8,771.06 9,145.73 9,014.49 1,352,173.46 15.65 1.15 18.00 24.00 41.99
Sungai Tengah
Batu Rigis, Tanjung
15,599.31 14,989.85 15,631.98 15,407.04 2,311,056.74 26.75 1.15 30.76 41.01 71.77
Sungai Kec. Kemuning Kabupaten
1 253.95 0.254
Batu Rigis Padang Padang Guci Kaur 5,283.94 5,078.81 5,294.92 5,219.22 782,883.12 9.06 1.15 10.42 13.89 24.31
Guci Hulu, Hilir
Kab. Kaur Padang Guci
9,956.10 9,467.98 9,983.01 9,802.36 1,470,354.27 17.02 1.15 19.57 26.09 45.66
Hulu
Lungkang
4,807.64 4,583.05 4,819.94 4,736.88 710,531.86 8.22 1.15 9.46 12.61 22.07
Kule
Sumber : Hasil Perhitungan
4-9
4-10
Tabel 4-7 Proyeksi Kebutuhan Air Bulanan Tiap Kecamatan Tahun 2020 s.d. 2040
4-10
4-11
4-11
4-12
Analisa potensi ketersediaan air dilakukan untuk mengetahui besar dan arah
pengembangan dari potensi Sumber Daya Air dari ke-2 (dua) alternatif sumber air yang
ada di wilayah kajian. Proses dan tahapan dari Analisa potensi ketersediaan air pada
kajian ini diperlihatkan sebagai berikut.
Untuk melihat ketersediaan air dalam satuan waktu yang terukur pada studi ini data
hujan akan dibagi dalam perioda 1 bulanan. Analisis curah hujan bulanan akan dilakukan
dalam analisis hujan-limpasan (Rainfall-Runoff) dan perhitungan hujan efektif. Lingkup
analisis curah hujan bulanan meliputi, pengisian data hujan yang tidak terukur, uji
konsistensi data hujan, dan perhitungan curah hujan wilayah yang akan digunakan untuk
menghitung debit andalan di kedua alternatif lokasi sumber air.
Ketersediaan Data
Lokasi intake yang teridentifikasi pada pekerjaan ini yaitu pada mata air batu rigis yang
berada pada koordinat 4°23'59.42" LS dan 103°19'35.22" BT. Data curah hujan yang
dipergunakan di ambil dari Stasiun Hujan Fatmawati Soekarno-Bengkulu milik Badan
Meteorologi, Klimatologi dan Geofisika. Disamping itu alasan pemilihan stasiun hujan
tersebut didasarkan juga pada kelengkapan data pencatatan Stasiun hujan.
4-12
4-13
Kondisi iklim di lokasi pekerjaan secara umum adalah sama dengan wilayah lain di
Indonesia yaitu beriklim tropis dan dipengaruhi oleh angin muson dimana musim
penghujan terjadi pada bulan November hingga Mei, sedangkan musim kemarau terjadi
pada bulan Juni hingga Oktober. Perbedaan musim dalam setahun tersebut
menyebabkan terjadinya perubahan suhu dan kelembaban. Suhu udara berkisar antara
27o-30o C dengan kelembaban nisbi rata-rata berkisar 76%-86%.
4-13
4-14
BULAN
NO URAIAN SAT
JAN FEB MAR APR MEI JUN JUL AGT SEP OKT NOP DES
A DATA
1 o
Temperatur Udara (T) C 28.20 28.70 29.00 29.30 29.70 28.60 28.20 28.80 28.40 28.20 27.90 27.60
2 Kelembaban Relatif (RH) % 81.00 78.00 76.00 80.00 82.00 84.00 85.00 82.00 82.00 84.00 86.00 81.00
3 Kecepatan Angin (U) m/det 5.72 7.62 6.70 4.76 2.86 3.81 2.86 2.86 2.86 2.86 2.86 4.76
4 Kecerahan Matahari, (n) jam/hr 7.20 6.84 9.60 8.40 7.32 5.88 6.36 6.72 5.88 4.80 4.92 5.76
5 Waktu minimum kecerahan matahari, (N) jam/hr 11.96 11.96 11.96 11.96 11.96 11.96 11.96 11.96 11.96 11.96 11.96 11.96
6 Penyinaran Matahari (S=n/N) % 60.20 57.19 80.27 70.23 61.20 49.16 53.18 56.19 49.16 40.13 41.14 48.16
Sumber : BMKG Bengkulu 2018
4-14
4-15
Analisa frekuensi dilakukan untuk membuktikan seri data yang sesuai dengan distribusi
curah hujan wilayah dua mingguan yang telah didapatkan melalui metoda statistik.
Sebaran teoritis yang digunakan dalam analisis frekuensi dilakukan melalui berbagai
metoda, yaitu sebaran teoritis Normal, Log-Normal, Pearson Tipe III, Log-Pearson tipe
III, dan Gumbel.
Hasil analisa frekuensi curah hujan wilayah DAS Regional di Kabupaten Kaur dapat dilihat
pada Tabel 4-11.
Tabel 4-11 Hasil Analisa Frekuensi Curah Hujan Wilayah Bulanan Kabupaten Kaur
Tahun Xi Xi - Xr (Xi - Xr)² (Xi - Xr)³ (Xi - Xr)⁴ Hasil Analisa
2008 196 5 23.97 117.35 574.53 Xr = 191
2009 189 -2 2.64 (4.28) 6.95 S= 36.72458
2010 272 82 6,655.73 542,992.66 44,298,798.01 Cs = -0.01767
2011 145 -46 2,128.62 (98,208.16) 4,531,028.35 Cv = 0.19253
2012 175 -16 243.16 (3,791.66) 59,125.19 Ck = 0.0127
2013 172 -18 341.22 (6,303.07) 116,431.31
2014 190 -1 0.51 (0.36) 0.26
2015 150 -41 1,664.88 (67,932.21) 2,771,836.90
2016 223 33 1,058.82 34,453.50 1,121,100.10
2017 195 4 18.70 80.87 349.69
Jumlah 1907 0 12,138.25 401,404.62 52,899,251.28
Sumber : Analisa Konsultan 2018
Analisa distribusi curah hujan wilayah dilakukan untuk mengklarifikasi keabsyahan curah
hujan untuk dijadikan sebagai curah hujan rencana. Untuk analisa distribusi ada
beberapa syarat untuk masing-masing metode yang akan digunakan dalam analisa.
Syarat distribusi dan hasil analisa frekuensi diperlihatkan pada Tabel 4-12.
Tabel 4-12 Syarat Distribusi dan Hasil Analisa Frekuensi Curah Hujan
4-15
4-16
Evaporasi dan transpirasi merupakan faktor penting dalam studi pengembangan sumber
daya air. Evaporasi adalah proses fisik yang mengubah suatu cairan atau bahan padat
menjadi gas. Sedangkan transpirasi adalah penguapan air yang terjadi melalui
tumbuhan. Jika kedua proses tersebut saling berkaitan disebut dengan evapotranspirasi.
Sehingga evapotranspirasi merupakan gabungan antara proses penguapan dari
permukaan tanah bebas (evaporasi) dan penguapan yang berasal dari daun tanaman
(transpirasi).
Eto = c x Eto*
Eto* = W (0.75.Rs – Rn1) + (1 – W). f(u). (ea – ed)
4-16
4-17
4-17
4-18
BULAN
NO URAIAN SAT
JAN FEB MAR APR MEI JUN JUL AGT SEP OKT NOP DES
A DATA
1 o 28.20 28.70 29.00 29.30 29.70 28.60 28.20 28.80 28.40 28.20 27.90 27.60
Temperatur Udara (T) C
2 Kelembaban Relatif (RH) % 81.00 78.00 76.00 80.00 82.00 84.00 85.00 82.00 82.00 84.00 86.00 81.00
3 Kecepatan Angin (U) m/det 5.72 7.62 6.70 4.76 2.86 3.81 2.86 2.86 2.86 2.86 2.86 4.76
4 Kecerahan Matahari, (n) jam/hr 7.20 6.84 9.60 8.40 7.32 5.88 6.36 6.72 5.88 4.80 4.92 5.76
5 Waktu minimum kecerahan matahari, (N) jam/hr 11.96 11.96 11.96 11.96 11.96 11.96 11.96 11.96 11.96 11.96 11.96 11.96
6 Penyinaran Matahari (S=n/N) % 60.20 57.19 80.27 70.23 61.20 49.16 53.18 56.19 49.16 40.13 41.14 48.16
4-18
4-19
Analisa daerah tangkapan air dilakukan untuk menghitung besarnya debit aliran
permukaan yang mengalir melewati sumber air alternatif – 1 dan alternatif – 2. Meskipun
sumber air alternatif – 1 merupakan mata air, potensi air permukaan tetap dihitung dengan
menambahkan baseflow yang merupakan hasil perhitungan debit pada saat di lapangan
pada perhitungan debit andalan.
Daerah Tangkapan Air Sumber Air Alternatif -1 Mata Air Batu Rigis
Daerah tangkapan air pada sumber air alternatif – 1 yang memiliki luas 0,51 Km2,
merupakan DTA yang jauh lebih kecil bila di bandingkan dengan luas Daerah tangkapan air
pada sumber air alternatif – 2.
Air yang secara dominan terus ada dan mengalir pada sumber air alternatif – 1 adalah air
yang keluar dari dalam tanah (mata air), yaitu air yang tersimpan pada lapisan aquifer di
wilayah tersebut. Pendekatan yang bisa dilakukan untuk mengukur debit andalan pada
mata air adalah pengukuran debit di lapangan. Perhitungan debit andalan untuk
menghitung ketersediaan air di daerah tangkapan air pada sumber air alternatif – 1
dilakukan melalui pemodelan debit sintetis dengan mengasumsikan baseflow lebih
dominan daripada run-off.
Peta Daerah Tangkapan Air sumber air alternatif -1 dapat dilihat pada Gambar 4-6.
Daerah tangkapan air pada sumber air alternatif – 2 yang memiliki luas 105,94 Km2,
merupakan DTA yang relative besar bila di bandingkan dengan luas Daerah tangkapan air
pada sumber air alternatif – 1, dan memiliki potensi yang besar untuk menangkap air hujan
yang jatuh ke dalam wilayahnya yang kemudian berkonsentrasi mengalir menjadi aliran
permukaan menuju lokasi sumber air alternatif – 2 .
Air yang terus ada dan mengalir pada sumber air alternatif – 2 adalah gabungan antara
aliran permukaan yang ada akibat hujan yang terjadi di wilayah tersebut dan akumulasi
dari mata air yang keluar di dalam wilayah DTA.. Pendekatan yang bisa dilakukan untuk
mengukur debit andalan pada daerah tangkapan air pada sumber air alternatif – 2 adalah
4-19
4-20
pemodelan debit sintetis dengan menambahkan base flow yang dapat ditentukan melalui
kalibrasi dengan pengukuran debit sesaat di lapangan. Pada lokasi ini aliran run-off
diasumsikan lebih besar daripada baseflow.
Peta Daerah Tangkapan Air sumber air alternatif – 2 dapat dilihat pada Gambar 4-7.
4-20
4-21
4-21
4-22
4-22
4-23
Debit andalan adalah debit yang diperkirakan selalu ada/ tersedia dengan keandalan
tertentu pada waktu yang lama. Karena di lokasi-lokasi studi tidak terdapat stasiun
duga/pengukur debit air, maka untuk memperkirakan besarnya debit andalan
dihitung/didekati dengan menggunakan metode simulasi hujan menjadi aliran (Rainfall -
runoff model).
Pada studi ini untuk memperkirakan debit sumber air dipakai simulasi metode “NRECA”.
Untuk perhitungan NRECA pada daerah studi dibutuhkan input data sebagai berikut :
Curah hujan bulanan selama 10 tahun, dari Stasiun Pos Hujan Fatmawati Soekarno-
Bengkulu.
Evapotranspirasi dihitung dengan data temperatur, kelembaban relatif, kecepatan
angin dan lama penyinaran matahari.
Nilai evapotranspirasi dihitung dengan menggunakan rumus Pennman.
Struktur model NRECA dapat dibagi menjadi dua komponen, yaitu perhitungan limpasan
langsung (dirrect-runoff) dan limpasan bawah tanah (baseflow).
Penjumlahan dari limpasan langsung dan limpasan bawah tanah merupakan debit
(limpasan) di suatu DTA. Struktur model dan langkah perhitungan metode NRECA dapat
dilihat pada Gambar 4-8 dan Tabel 4-14.
HUJAN
PERMUKAAN C. runoff
EVAPOTRANS DIRECT RUNOF
TANAH
STREAM
FLOW
INFILTRASI
PERKOLASI
4-23
4-24
7 Rasio AET/PET
AET = Evopotranspirasi aktual. Rasio ini didapat dengan bantuan grafik 1,
tergantung dari nilai Rb/PET
8 AET(i)
AET(i) PET(i) . Harga ini hasil perkalian No (3) dan (7)
PET(i)
9 Neraca air (water balance) = Rb – AET (No (2) – No (8)
10 Rasio kelebihan kelembaban tanah (excess moisture ratio).
1. Bila neraca air pada No (9) positif, maka harga kelebihan kelembaban tanah
didapatkan dengan bantuan grafik 2. Jika harga kesetimbangan air negatif, maka
harga rasio ini sama dengan nol
11 Kelebihan kelembaban tanah (excess moiture) didapatkan dengan mengalikan
harga No (10) dengan (9)
Excess Moiisture(i) = Excess Moisture Ratio (i) x Water Balance (i)
12 Perubahan tampungan = No (9) – No (11)
Delta Storage (i) = Water Balance (i) – Excess Moisture(i)
13 Pengisian air tanah (recharge to groundwater). Harga pengisian air tanah
didapatkan dengan mengalikan PSUB dengan No 11.
Recharge to Ground Water(i) = PSUB x Excess moisture (i)
14 Tampungan awal air tanah (begin storage GW). Harga tampungan awal air tanah
ditetapkan sebagai kondisi awal dan digunakan pada perhitungan selanjutnya.
15 Tampungan akhir air tanah (end storage Ground Water). Harga tampungan akhir
air tanah didapatkan dari penjumlahan antara No (13) dan No (14).
End Storage GW (i) = Recharge to GW (i) + Begin Storage GW(i)
16 Aliran air tanah (GW flow). Harga ini didapatkan dari perkalian antara GWF
dengan No (15)
17 Direct Flow. Harga direct flow didapatkan dari pengurangan antara No (11)
dengan No (13)
18 Debit Total. = No (16) + No (17)
19 Debit pengamatan (observed discharge). Harga debit pengamatan digunakan
untuk proses kalibrasi model.
4-24
4-25
Untuk mendapatkan parameter model yang dianggap dapat mewakili kondisi DAS, hasil
perhitungan debit dengan model NRECA diverifikasi dan dikalibrasi dengan debit hasil
pengukuran debit sesaat dilapangan. Pada studi ini, kalibrasi data dilakukan pada Wilayah
DAS Muara Air Batu Rigis yang memiliki luas daerah tangkapan sebesar 105.94 m 2. Kalibrasi
dilakukan terhadap hasil hasil studi terdahulu di Kabupaten Kaur dimana pada lokasi Muara
Batu Rigis memiliki nilai debit sebesar 9,51 m 3/dtk.
Untuk penentuan debit andalan dengan tingkat keandalan tertentu perlu dipertimbangan
terminologi debit sungai yang terbagi sebagai berikut:
Debit yang dilampaui oleh debit-debit sebanyak 355 hari dalam setahun dengan kata
lain debit ini menpunyai tingkat keandalan sebesar 95 %.
Debit yang dilampaui oleh debit-debit sebanyak 275 hari dalam setahun dengan kata
lain debit ini menpunyai tingkat keandalan sebesar 80 %.
Debit yang dilampaui oleh debit-debit sebanyak 185 hari dalam setahun dengan kata
lain debit ini menpunyai tingkat keandalan sebesar 50 %.
Debit yang dilampaui oleh debit-debit sebanyak 95 hari dalam setahun dengan kata
lain debit ini menpunyai tingkat keandalan sebesar 25 %.
4-25
4-26
Gambar 4-10 Data Hujan dan Debit Seintetis Hasil Pemodelan NRECA Air Baku Muara Air Batu
Rigis
Inventarisasi nama dan besarnya debit andalan pada sungai yang sudah ditentukan melalui
pengamatan peta hasil deliniasi dari Lokasi Pengukuran dan Jaringan Sungai. Debit andalan
pada setiap DAS atau Water District adalah jumlah debit andalan pada bagian sungai paling
hilir seperti diuraikan sebagai berikut.
4.3.3.2.1 Debit Andalan Sumber Air Alternatif – 1 (Intake Mata Air Batu Rigis)
Lokasi pada DAS Intake Mata Air Batu Rigis yang akan dihitung debit andalannya. Hasil
analisis daerah tangkapan sungai dan debit andalan pada lokasi tersebut dapat dilihat
sebagai berikut.
4-26
4-27
Tabel 4-15 Hasil Perhitungan Debit Andalan Bulanan Sumber Air Alternatif – 1 (M3/dtk)
LOKASI : MATA AIR BATU RIGIS LUAS DAS : 0.51 KM2
Tahun Jan Feb Mar Apr Mei Jun Jul Ags Sep Okt Nov Des
2008 0.044 0.032 0.065 0.065 0.038 0.030 0.026 0.038 0.032 0.036 0.058 0.091
2009 0.051 0.038 0.037 0.060 0.039 0.044 0.032 0.024 0.040 0.050 0.067 0.079
2010 0.061 0.071 0.072 0.062 0.059 0.055 0.066 0.058 0.105 0.109 0.097 0.083
2011 0.081 0.054 0.054 0.063 0.043 0.058 0.037 0.029 0.026 0.025 0.037 0.040
2012 0.036 0.035 0.027 0.029 0.031 0.022 0.026 0.028 0.019 0.048 0.071 0.063
2013 0.061 0.065 0.057 0.051 0.051 0.036 0.032 0.044 0.029 0.043 0.028 0.042
2014 0.056 0.055 0.050 0.047 0.055 0.037 0.030 0.054 0.033 0.028 0.072 0.041
2015 0.061 0.047 0.040 0.038 0.029 0.037 0.025 0.020 0.018 0.015 0.015 0.071
2016 0.039 0.061 0.082 0.053 0.060 0.046 0.040 0.063 0.042 0.052 0.087 0.056
2017 0.067 0.054 0.055 0.050 0.051 0.045 0.033 0.043 0.068 0.062 0.063 0.039
Min 0.036 0.032 0.027 0.029 0.029 0.022 0.025 0.020 0.018 0.015 0.015 0.039
Rata2 0.056 0.051 0.054 0.052 0.046 0.041 0.035 0.040 0.041 0.047 0.059 0.060
Maks 0.081 0.071 0.082 0.065 0.060 0.058 0.066 0.063 0.105 0.109 0.097 0.091
Q50 0.058 0.054 0.054 0.052 0.047 0.040 0.032 0.041 0.032 0.046 0.065 0.059
Q80 0.043 0.037 0.039 0.045 0.036 0.035 0.026 0.027 0.024 0.027 0.035 0.041
Q90 0.039 0.035 0.036 0.037 0.031 0.029 0.026 0.024 0.019 0.024 0.027 0.040
Sumber : Analisis Konsultan, 2018
4-27
4-28
Gambar 4-12 Perbandingan Antara Kebutuhan Air Dan Ketersediaan Air Di Sumber Air Alternatif –
1
4.3.3.2.2 Debit Andalan Sumber Air Alternatif – 2 (Intake Muara Air Batu Rigis)
Lokasi pada DAS Intake Muara Air Batu Rigis yang akan dihitung debit andalannya. Hasil
analisis daerah tangkapan sungai dan debit andalan pada lokasi tersebut dapat dilihat
sebagai berikut.
Tabel 4-16 Hasil Perhitungan Debit Andalan Bulanan Sumber Air Alternatif – 2 (M3/dtk)
4-28
4-29
Gambar 4-14 Perbandingan Antara Kebutuhan Air Dan Ketersediaan Air Di Sumber Air Alternatif –
2
Water balance merupakan hubungan antara ketersediaan air dan kebutuhan air. Hasil
perhitungan water balance untuk semua sumber alternatif intake tiap desa disajikan pada
tabel water balance di bawah ini :
4-29
4-30
Bila dilihat dari tabel water balance tersebut maka ketersediaan air pada intake di muara
air batu rigis sangat mencukupi kebutuhan air masyarakat sampai dengan 2040 sesuai
dengan standar pedoman desain air baku untuk proyeksi 22 tahun dengan tingkat
pelayanan 100% masyarakat dapat tercukupi kebutuhan airnya dengan kebutuhan airnya
perorang sebesar 150 lt/hari.
Untuk melakukan analisa pemenuhan air dari 2 alternatif lokasi sumber air di wilayah kajian
pada berbagai alternatif skenario pengalokasian air, digunakan DSS WEAP yang dapat
melakukan perhitungan neraca dan alokasi air mulai dari tahap perencanaan skema tata
alokasi air di wilayah kajian sampai dengan mengevaluasi hasil cakupan pelayanan
pendistribusian air dari skema yang telah di rencanakan.
Skema tata alokasi air yang dibuat untuk melakukan perhitungan pemenuhan air pada
kajian ini dapat dilihat pada Gambar 4-15.
4-30
4-31
Gambar 4-15 Skema Tata Alokasi Air FS Air Baku Batu Rigis Pada DSS WEAP
Setiap node yang digunakan pada skema dalam DSS WEAP dapat di aktif dan non-aktifkan
sesuai dengan tujuan perhitungan yang diinginkan untuk mengetahui hasil yang
dibutuhkan pada kajian ini.
Rencana-rencana yang diaplikasikan dan hasil evaluasinya yang dihasilkan dari setiap
skenario penyediaan air baku melalui pemodelan neraca air di DSS WEAP pada kajian ini
dapat dilihat sebagai berikut.
4-31
4-32
Hasil perhitungan dari Skenario – 1, diperlihatkan pada Gambar dan Tabel berikut ini.
Gambar 4-16 Grafik Inflow dan Outflow Dari Sumber Air dan Ke Setiap Daerah Layanan Skenario –
1
Tabel 4-18 Inflow dan Outflow Dari Sumber Air dan Ke Setiap Daerah Layanan Skenario – 1
Bulan : Jan Feb Mar Apr Mei Jun Jul Ags Sep Okt Nov Des
Inflow (m³/det) Dari :
Mata Air Batu Rigis 0.0547 0.0502 0.0543 0.0523 0.0452 0.0404 0.0341 0.0401 0.0383 0.0435 0.0574 0.0599
Outflow (m³/det) Ke :
Kec. Kaur Utara -0.0101 -0.0092 -0.0100 -0.0096 -0.0083 -0.0074 -0.0063 -0.0074 -0.0070 -0.0080 -0.0106 -0.0110
Kec. Kelam Tengah -0.0091 -0.0084 -0.0091 -0.0087 -0.0075 -0.0067 -0.0057 -0.0067 -0.0064 -0.0073 -0.0096 -0.0100
Kec. Lungkang Kule -0.0048 -0.0044 -0.0047 -0.0045 -0.0039 -0.0035 -0.0030 -0.0035 -0.0033 -0.0038 -0.0050 -0.0052
Kec. Padang Guci Hulu -0.0098 -0.0090 -0.0097 -0.0094 -0.0081 -0.0072 -0.0061 -0.0072 -0.0069 -0.0078 -0.0103 -0.0107
Kec. Tanjung Kemuning -0.0156 -0.0144 -0.0155 -0.0149 -0.0129 -0.0115 -0.0098 -0.0114 -0.0109 -0.0124 -0.0164 -0.0171
Kecamatan Padang Guci Hilir -0.0053 -0.0049 -0.0053 -0.0051 -0.0044 -0.0039 -0.0033 -0.0039 -0.0037 -0.0042 -0.0056 -0.0058
4-32
4-33
Jan Feb Mar Apr Mei Jun Jul Ags Sep Okt Nov Des
Vol Embung Batu Rigis (M³)
12.2371 6.9143 10.5710 6.7014 6.1929 5.7176 4.5010 6.2424 14.1386 14.4333 20.1538 25.0467
Reservoir Storage Volume
Scenario: Reference, Monthly Average
26.0 Embung Batu Rigis
25.5
25.0
24.5
24.0
23.5
23.0
22.5
22.0
21.5
21.0
20.5
20.0
19.5
19.0
18.5
18.0
17.5
17.0
16.5
16.0
15.5
15.0
14.5
14.0
Cubic Meter
13.5
13.0
12.5
12.0
11.5
11.0
10.5
10.0
9.5
9.0
8.5
8.0
7.5
7.0
6.5
6.0
5.5
5.0
4.5
4.0
3.5
3.0
2.5
2.0
1.5
1.0
0.5
0.0
January February March April May June July August September October November December
4-33
4-34
Hasil perhitungan dari Skenario – 2, diperlihatkan pada Gambar dan Tabel berikut ini.
Gambar 4-18 Grafik Inflow dan Outflow Dari Sumber Air dan Ke Setiap Daerah Layanan Skenario –
2
Tabel 4-20 Inflow dan Outflow Dari Sumber Air dan Ke Setiap Daerah Layanan Skenario – 2
Bulan : Jan Feb Mar Apr Mei Jun Jul Ags Sep Okt Nov Des
Inflow (m³/det) Dari :
Mata Air Batu Rigis 0.0379 0.0372 0.0372 0.0374 0.0364 0.0348 0.0311 0.0333 0.0309 0.0334 0.0349 0.0381
Outflow (m³/det) Ke :
Kec. Kaur Utara -0.0152 -0.0149 -0.0149 -0.0150 -0.0146 -0.0139 -0.0124 -0.0133 -0.0124 -0.0133 -0.0140 -0.0153
Kec. Padang Guci Hulu -0.0147 -0.0145 -0.0145 -0.0145 -0.0142 -0.0136 -0.0121 -0.0130 -0.0120 -0.0130 -0.0136 -0.0148
Kecamatan Padang Guci Hilir -0.0080 -0.0078 -0.0078 -0.0079 -0.0077 -0.0073 -0.0066 -0.0070 -0.0065 -0.0070 -0.0073 -0.0080
4-34
4-35
48
46
44
42
40
38
36
34
32
30
28
26
24
22
20
18
16
14
12
10
8
6
4
2
0
January February March April May June July August September October November December
4-35
4-36
Hasil perhitungan dari Skenario – 3, diperlihatkan pada Gambar dan Tabel berikut ini.
Gambar 4-20 Grafik Inflow dan Outflow Dari Sumber Air dan Ke Setiap Daerah Layanan Skenario –
3
Tabel 4-23 Inflow dan Outflow Dari Sumber Air dan Ke Setiap Daerah Layanan Skenario – 3
Bulan : Jan Feb Mar Apr Mei Jun Jul Ags Sep Okt Nov Des
Inflow (m³/det) Dari :
Mata Air Batu Rigis 0.0430 0.0417 0.0422 0.0427 0.0405 0.0376 0.0320 0.0362 0.0328 0.0370 0.0397 0.0431
Outflow (m³/det) Ke :
Kec. Kelam Tengah -0.0133 -0.0129 -0.0131 -0.0132 -0.0125 -0.0116 -0.0099 -0.0112 -0.0101 -0.0115 -0.0123 -0.0134
Kec. Lungkang Kule -0.0069 -0.0067 -0.0068 -0.0069 -0.0065 -0.0061 -0.0052 -0.0058 -0.0053 -0.0060 -0.0064 -0.0069
Kec. Tanjung Kemuning -0.0228 -0.0221 -0.0223 -0.0226 -0.0214 -0.0199 -0.0169 -0.0191 -0.0174 -0.0196 -0.0210 -0.0228
4-36
4-37
40
38
36
34
32
30
28
26
24
22
20
18
16
14
12
10
8
6
4
2
0
January February March April May June July August September October November December
4-37
4-38
Hasil perhitungan dari Skenario – 4, diperlihatkan pada Gambar dan Tabel berikut ini.
Gambar 4-22 Grafik Inflow dan Outflow Dari Sumber Air dan Ke Setiap Daerah Layanan Skenario –
4
4-38
4-39
Tabel 4-26 Inflow dan Outflow Dari Sumber Air dan Ke Setiap Daerah Layanan Skenario – 4
Bulan : Jan Feb Mar Apr Mei Jun Jul Ags Sep Okt Nov Des
Inflow (m³/det) Dari :
Mata Air Batu Rigis 10.3769 9.3973 10.2491 9.8212 8.3433 7.3465 6.0531 7.2856 7.4085 8.5660 11.2927 11.8222
Outflow (m³/det) Ke :
Kec. Kaur Utara -0.0154 -0.0154 -0.0154 -0.0154 -0.0154 -0.0154 -0.0154 -0.0154 -0.0154 -0.0154 -0.0154 -0.0154
Kec. Kelam Tengah -0.0139 -0.0139 -0.0139 -0.0139 -0.0139 -0.0139 -0.0139 -0.0139 -0.0139 -0.0139 -0.0139 -0.0139
Kec. Lungkang Kule -0.0072 -0.0072 -0.0072 -0.0072 -0.0072 -0.0072 -0.0072 -0.0072 -0.0072 -0.0072 -0.0072 -0.0072
Kec. Padang Guci Hulu -0.0149 -0.0149 -0.0149 -0.0149 -0.0149 -0.0149 -0.0149 -0.0149 -0.0149 -0.0149 -0.0149 -0.0149
Kec. Tanjung Kemuning -0.0238 -0.0238 -0.0238 -0.0238 -0.0238 -0.0238 -0.0238 -0.0238 -0.0238 -0.0238 -0.0238 -0.0238
Kecamatan Padang Guci Hilir -0.0081 -0.0081 -0.0081 -0.0081 -0.0081 -0.0081 -0.0081 -0.0081 -0.0081 -0.0081 -0.0081 -0.0081
Overflow ( (m³/det)
-10.2935 -9.314 -10.166 -9.738 -8.26 -7.263 -5.97 -7.202 -7.3251 -8.4826 -11.209 -11.739
4-39
4-40
Jan Feb Mar Apr Mei Jun Jul Ags Sep Okt Nov Des
Vol Embung Batu Rigis (M³)
100 100 100 100 100 100 100 100 100 100 100 100
Reservoir Storage Volume
All Reservoirs (1), Monthly Average
Reference
102
100
98
96
94
92
90
88
86
84
82
80
78
76
74
72
70
68
66
64
62
60
58
56
Cubic Meter
54
52
50
48
46
44
42
40
38
36
34
32
30
28
26
24
22
20
18
16
14
12
10
8
6
4
2
0
January February March April May June July August September October November December
4-40
5-4
5.1 Kesimpulan
a. Terdapat dua alternatif sumber air baku permukaan yang akan memenuhi
pemenuhan air baku di 6 Kecamatan prioritas, yaitu :
1. Kecamatan Padang Guci Hulu
2. Kecamatan Padang Guci Hilir
3. Kecamatan Kaur Utara
4. Kecamatan Semidang Gumay
5. Kecamatan Tanjung Kemuning
6. Kecamatan Lungkang Kule
b. Agar pelaksanaan kegiatan yang efektif dan efisien, kegiatan survey lapangan
dilakukan secara simultan dan cenderung bersamaan, yaitu : survey pengukuran
GPS, survey sosial ekonomi, dan survey potensi air baku, serta didukung
dokumentasi berupa foto-foto.
c. Berdasarkan hasil survey sosial ekonomi dengan menggunakan formulir kuisioner
didapat kesimpulan bahwa masyarakat sekitar wilayah studi memerlukan air baku
dan sangat setuju dengan adanya rencana pembuatan sarana dan prasarana air
baku.
d. Berdasarkan hasil analisa neraca air, perbandingan antara ketersediaan air dari dua
sumber air baku dan kebutuhan air wilayah pelayanan adalah sebagai berikut.
Bulan Jan Feb Mar Apr Mei Jun Jul Ags Sept Okt Nov Des Ket
Kebutuhan Air (M3/dtk) 0.254 0.254 0.254 0.254 0.254 0.254 0.254 0.254 0.254 0.254 0.254 0.254
Tidak
Ketersediaan Curug Batu Rigis 0.034 0.030 0.031 0.032 0.026 0.024 0.021 0.019 0.014 0.019 0.022 0.035
Mencukupi
Air (M3/dtk)
Muara Batu Rigis 6.970 6.145 6.355 6.640 5.308 4.961 4.264 3.945 2.958 4.042 4.487 7.202 Mencukupi
5-4
5-5
1. Dengan membuat tampungan sebesar 100 m3 pada alternatif 1 mata air batu
rigis, tidak dapat mencukupi kebutuhan air baku di 6 Kecamatan
2. Dengan membuat tampungan sebesar 100 m3 pada alternatif 1 mata air batu
rigis, dapat mencukupi kebutuhan air baku di 3 Kecamatan
3. Dengan membuat tampungan sebesar 100 m3 pada alternatif 2 muara air batu
rigis, dapat mencukupi kebutuhan air baku di 6 Kecamatan
5-5