Anda di halaman 1dari 25

Batuan sedimen

batuan yang terbentuk karena deposisi


dan sementasi material

Batuan sedimen adalah bat uan yang t erbent uk di permukaan bumi pada kondisi t emperat ur
dan t ekanan yang rendah. Bat uan ini berasal dari bat uan yang lebih dahulu t erbent uk, yang
mengalami pelapukan, erosi, dan kemudian lapukannya diangkut oleh air, udara, at au es, yang
selanjut nya diendapkan dan berakumulasi di dalam cekungan pengendapan, membent uk
sedimen. Mat erial-mat erial sedimen it u kemudian t erkompaksi, mengeras, mengalami lit ifikasi,
dan t erbent uklah bat uan sedimen.[1]

Perlapisan batuan sedimen di Sukabumi, Jawa Barat, Indonesia.


Bat uan sedimen meliput i 75% dari permukaan bumi. Diperkirakan bat uan sedimen mencakup 8%
dari t ot al volume kerak bumi.[2]

St udi t ent ang urut an st rat a bat uan sedimen adalah sumber ut ama unt uk penget ahuan ilmiah
t ent ang sejarah bumi, t ermasuk Paleogeografi, paleoklimat ologi dan sejarah kehidupan. Disiplin
ilmu yang mempelajari sifat -sifat dan asal bat uan sedimen disebut sediment ologi.
Sediment ologi adalah bagian dari baik geologi maupun geografi fisik dan t umpang t indih
sebagian dengan disiplin lain dalam ilmu bumi, sepert i pedologi, geomorfologi, geokimia dan
geologi st rukt ur.

Bat uan sedimen t erjadi akibat pengendapan mat eri hasil erosi. Mat eri hasil erosi t erdiri at as
berbagai jenis part ikel yait u ada yang halus, kasar, berat dan ada juga yang ringan. Cara
pengangkut annya pun bermacam-macam sepert i t erdorong (traction), t erbawa secara
melompat -lompat (saltation), t erbawa dalam bent uk suspensi, dan ada pula yang larut
(solution).

Batuan Sedimen di Mars, hasil investigasi NASA menggunakan Curiosity Mars Rover
Batugamping, jenis umum batuan sedimen

Klasifikasi batuan sedimen berdasarkan


genesannya

Berdasarkan proses yang bert anggung jawab unt uk pembent ukan mereka, bat uan sedimen
dapat dibagi menjadi empat kelompok: bat uan sedimen klast ik, bat uan sedimen biokimia (at au
biogenik), bat uan sedimen kimia dan kat egori keempat unt uk "kat egori lainnya" adalah unt uk
bat uan sedimen yang dibent uk oleh dampak vulkanisme, dan proses-proses minor lainnya.

Batuan sedimen klastik

Bat uan sedimen klast ik t erdiri dari mineral silikat dan fragmen bat uan yang diangkut
menggunakan fluida yang bergerak (sebagai bed load, suspended load, at au sebagai sedimen
aliran gravit asi) dan t erendapkan ket ika fluida ini berhent i. Bat uan sedimen klast ik sebagian
besar t erdiri dari kuarsa, feldspar, fragmen bat uan (lit ik), mineral lempung, dan mika; banyak
mineral lainnya dapat hadir sebagai mineral aksesoris dan mungkin pent ing secara lokal.

Sedimen klast ik, dan akhirnya menjadi bat uan sedimen klast ik, dibagi sesuai dengan ukuran
part ikel yang dominan (diamet er). Kebanyakan ahli geologi menggunakan skala ukuran but ir
Udden-Went wort h dan membagi sedimen t erkonsolidasi menjadi t iga fraksi: kerikil (diamet er>
2 mm ), pasir (diamet er 1/16 hingga 2 mm ), dan lumpur (lempung berdiamet er <1/256 mm
sedang lanau berdiamet er ant ara 1/16 dan 1/256 mm). Klasifikasi bat uan sedimen klast ik
sejajar skema ini; konglomerat dan breksi sebagian besar t erbuat dari kerikil, bat upasir sebagian
besar t erbuat dari pasir, dan bat ulumpur sebagian besar t erbuat dari lumpur. Subdivisi t ripart it
ini mirip dengan pembagian kat egori pada lit erat ur yang lebih t ua yakni rudit , arenit , dan lut it .
Sub bagian t iga kat egori luas ini didasarkan dari perbedaan dalam bent uk klas (konglomerat
dan breksi), komposisi (bat upasir), ukuran but ir dan/at au t ekst ur (bat ulumpur).

Batuan sedimen biokimia

Bat uan sedimen biokimia t erbent uk ket ika biot a menggunakan bahan t erlarut di udara at au air
unt uk membangun jaringan mereka. Cont ohnya t ermasuk:

Sebagian besar bat ugamping yang t erbent uk dari kerangka biot a berkapur sepert i karang,
moluska, dan foraminifera.

Bat ubara, t erbent uk dari t anaman yang menghilangkan karbon dari at mosfer dan
mengkombinasikannya dengan unsur-unsur lain unt uk membent uk jaringannya.

Endapan rijang t erbent uk dari akumulasi kerangka mengandung silika dari biot a mikroskopis
sepert i radiolaria Dan diat om.

Batuan sedimen kimia

Bat uan sedimen kimia t erbent uk ket ika konst it uen mineral dalam larut an menjadi jenuh dan
t erpresipit asi secara anorganik . Bat uan sedimen kimia yang umum meliput i bat ugamping oolit ik
dan bat uan-bat uan yang t erdiri dari mineral evaporit , sepert i halit (bat uan garam), silvit , barit
dan gypsum.

Lain-lain

Kat egori keempat ini t ermasuk bat uan yang t erbent uk oleh arus piroklast ik, breksi impact,
breksi vulkanik, dan proses relat if jarang lainnya.

Skema klasifikasi batuan sedimen berdasarkan


komposisi

Alt ernat if klasifikasi bat uan sedimen dapat dibagi menjadi grup-grup komposisional
berdasarkan mineraloginya:

Bat uan sedimen silisiklast ik

Bat uan sedimen karbonat an

Bat uan sedimen evaporit

Bat uan sedimen karya organik


Bat uan sedimen silikaan

Bat uan sedimen kaya besi

Bat uan sedimen fosfat

Deposisi dan diagenesis

cross bedding dan scour di batupasir pada formasi logan, Ohio, Amerika Serikat

Transportasi sedimen dan deposisi (pengendapan)

Bat uan sedimen t erbent uk ket ika sedimen diendapkan dari udara, es, angin, gravit asi, at au air
mengalir yang membawa part ikel dalam bent uk suspensi. Sedimen ini sering t erbent uk ket ika
pelapukan dan erosi memecah bat uan di daerah sumber (provenans) menjadi mat erial . Mat erial
kemudian diangkut dari daerah sumber ke daerah pengendapan. Jenis sedimen yang diangkut
t ergant ung pada keadaan geologi dari hinterland (daerah sumber sedimen). Namun, beberapa
bat uan sedimen, sepert i evaporit , t erdiri dari mat erial yang t erbent uk di t empat pengendapan.
oleh karena it u, sifat bat uan sedimen, t idak hanya t ergant ung pada pasokan sedimen, t et api
juga pada lingkungan pengendapan sedimen di mana ia t erbent uk.

Diagenesis
tekanan larutan bekerja pada batuan sedimen klastik

Ist ilah diagenesis digunakan unt uk menggambarkan semua perubahan kimia, fisik, dan biologis,
t ermasuk sement asi, yang dialami oleh sedimen set elah deposisi awal, eksklusif pada
pelapukan permukaan. Beberapa dari proses ini menyebabkan sedimen t erkonsolidasi:
membent uk subst ansi solid dan kompak dari mat erial lepas. Bat uan sedimen muda, t erut ama
mereka yang berusia Kuart er (periode t erbaru dari skala wakt u geologi) sering masih belum
t erkonsolidasi. Ket ika deposisi sedimen t erjadi, pembebanan (overburden) menyebabkan
t ekanan meningkat , dan proses yang dikenal sebagai litifikasi berlangsung.

Bat uan sedimen sering t erjenuhkan dengan air laut at au air t anah, di mana mineral dapat
t erlarut at au t erendapkan. Mengendapnya mineral mengurangi ruang pori dalam bat uan, proses
yang biasa disebut sementasi. Karena penurunan ruang pori, cairan bawaan asli t erusir at au
dikeluarkan. Mineral yang diendapkan membent uk semen dan membuat bat uan lebih kompak
dan kompet en. Dengan cara ini, klas-klas yang semula longgar dalam bat uan sedimen dapat
menjadi "t erpaku" bersama-sama.

Seiring sediment asi berlangsung, lapisan bat uan yang lebih t ua menjadi t erkubur lebih dari
sebelumnya. Tekanan lit ost at ik dalam bat uan meningkat seiring meningkat nya beban dari
sedimen di at asnya. Hal ini menyebabkan Kompaksi (pemadat an), sebuah proses di mana
but ir-but ir klas t er-reorganisasi. Kompaksi adalah proses diagenesa yang pent ing dalam
pembent ukan - misalnya- bat ulempung, yang awalnya dapat t erdiri dari 60% air. Selama
pemadat an, air int erst it ial ini dit ekan keluar dari ruang pori. Kompaksi juga dapat t erjadi sebagai
hasil dari pelarut an but iran akibat larutan tekanan. Mat erial t erlarut akan t erendapkan lagi di
ruang pori t erbuka, yang berart i akan ada aliran mat erial ke dalam pori-pori. Namun, dalam
beberapa kasus, mineral t ert ent u larut dan t idak mengendap lagi. Proses ini, disebut pencucian
(leaching), meningkat kan ruang pori di bat uan.

Beberapa proses biokimia, sepert i akt ivit as bakt eri, dapat mempengaruhi mineral dalam bat uan
dan oleh karena it u dianggap sebagai bagian dari diagenesis. Jamur dan t anaman (oleh akarnya)
dan berbagai organisme lain yang hidup di bawah permukaan juga dapat mempengaruhi
diagenesis.

Penguburan (overburden) bat uan akibat sediment asi yang sedang berlangsung menyebabkan
peningkat an t ekanan dan t emperat ur, yang merangsang reaksi kimia t ert ent u. Cont ohnya
adalah reaksi di mana bahan organik menjadi lignit at au bat ubara. Ket ika suhu dan peningkat an
t ekanan lebih jauh, ranah diagenesis membuat jalan bagi met amorfosis, proses yang
membent uk bat uan met amorf.

Sifat-sifat batuan sedimen

Sifat -sifat yang dapat diident ifikasi dari bat uan sedimen adalah sebagai berikut :

Warna

Sepotong banded iron fomation.Sejenis batuan yang terdiri dari perselingan lapisan besi (III) oksida (merah) dan
lapisan besi (II) oksida (abu-abu). Batuan ini biasa terbentuk pada zaman prekambrian, ketika atmosfer masih memiliki
sedikit oksigen. Afrika Selatan

Warna dari bat uan sedimen sebagian besar dit ent ukan oleh besi yang t erkandung didalamnya,
yang merupakan unsur dengan dua oksida ut ama: besi (II) oksida dan besi (III) oksida. Besi (II)
oksida hanya t erbent uk dalam keadaan anoxic dan menyebabkan bat uan berwarna abu-abu
at au kehijauan. Besi (III) oksida sering muncul dalam bent uk mineral hemat it dan menyebabkan
bat uan berwarna kemerahan hingga kecoklat an. Dalam iklim kering benua, bat uan berada dalam
kont ak langsung dengan at mosfer di mana oksidasi adalah proses pent ing, sehingga
menyebabkan bat uan berwarna merah at au oranye. Sekuen t ebal bat uan sedimen berwarna
merah yang t erbent uk di iklim arid sering disebut red bed. Namun, warna merah t idak selalu
berart i bahwa bat uan t ersebut t erbent uk di lingkungan benua at au di iklim kering.[3]
Kehadiran bahan organik dapat mewarnai bat uan menjadi hit am at au abu-abu. Bahan organik di
alam t erbent uk dari organisme mat i yang sebagian besar t anaman. Biasanya, bahan t ersebut
akhirnya meluruh oleh oksidasi at au akt ivit as bakt eri. Meskipun begit u, dalam keadaan anoxic,
bahan organik t idak dapat membusuk, dan menjadi sedimen gelap yang kaya bahan organik
t ersebut . Hal ini dapat t erjadi misalnya di bagian bawah laut dalam dan danau. Hanya t erdapat
sedikit aliran air di lingkungan t ersebut , sehingga oksigen dari air permukaan t idak dibawa t urun,
dan sedimen yang t erendapkan disana biasanya adalah bat ulempung. Oleh karena it u bat uan
gelap kaya bahan organik yang sering t erbent uk adalah serpih.[3][4]

Tekstur

Diagram di atas menggambarkan butiran dengan sortasi baik (kiri) dan butiran dengan sortasi buruk (kanan)

Ukuran, bent uk dan orient asi klas at au mineral dalam bat uan disebut t ekst ur. Tekst ur adalah
sifat -sfiat skala kecil dari bat uan, namun t ekst ur juga cukup banyak dit ent ukan oleh sifat -sifat
bat uan skala besar, sepert i kepadat an, porosit as at au permeabilit as.[5]

Bat uan sedimen klast ik memiliki 't ekst ur klast ik', yang berart i mereka t erdiri dari klas-klas.
Orient asi t iga dimensi dari klas-klas disebut fabrik bat uan. Ant ara set iap klas-klas, bat uan
dapat t erdiri dari mat riks at au semen (yang t erakhir dapat t erdiri dari krist al yang berasal dari
sat u at au lebih mineral presipit asi). Ukuran dan bent uk klas-klas dapat digunakan unt uk
menent ukan kecepat an dan arah arus di lingkungan pengendapan di mana bat uan it u t erbent uk;
bat ulempung gampingan berbut ir halus hanya t erendapkan di air t enang sement ara kerikil dan
klas-klas yang lebih besar hanya t erendapkan oleh air yang bergerak cepat .[6][7] Ukuran but ir
bat uan biasanya dinyat akan dengan skala Went wort h, namun skala alt ernat if kadang-kadang
digunakan. Ukuran but ir dapat dinyat akan sebagai diamet er at au volume, dan selalu nilai rat a-
rat a karena bat uan t erdiri dari klas-klas dengan ukuran yang berbeda. Dist ribusi st at ist ik dari
ukuran but ir yang berbeda unt uk jenis bat uan yang berbeda dijelaskan dalam sifat yang disebut
pemilahan bat uan (sort asi). Ket ika semua klas kurang lebih berukuran sama, bat uan disebut
'sortasi baik', dan ket ika ada variasi yang cukup besar dari ukuran klas/but ir, bat uan disebut
'sortasi buruk'.[8][9]

Kebundaran (rounding) dan kebulatan (sphericity)

Bent uk but iran dapat mencerminkan asal bat uan.

Coquina, batuan yang terdiri dari klas kerang yang rusak,


hanya dapat terbentuk dalam air energetik. Bentuk klas dapat
dijelaskan dengan menggunakan empat parameter:[10][11]

Tekstur permukaan menggambarkan relief skala kecil permukaan but iran yang t erlalu kecil
unt uk dapat mempengaruhi bent uk umumnya.

Kebundaran at au roundness menggambarkan kehalusan bent uk but ir

Kebulat an at au sphericity menggambarkan sejauh mana bent uk but ir at au klas mendekat i


bola.

Bent uk but ir menggambarkan bent uk t iga dimensi dari but ir.

Batuan sedimen kimia memiliki tekstur non-klastik, yang


terdiri sepenuhnya dari kristal. Untuk menggambarkan tekstur
batuan tersebut, hanya ukuran rata-rata kristal dan fabrik
yang diperlukan.

Mineralogi

Kebanyakan bat uan sedimen mengandung baik kuarsa (t erut ama bat uan silisiklast ik) maupun
kalsit ( t erut ama bat uan karbonat ). Berbeda dengan bat uan beku dan bat uan met amorf,
bat uan sedimen biasanya mengandung sangat sedikit mineral ut ama yang berbeda. Namun,
asal usul mineral dalam bat uan sedimen sering lebih kompleks daripada dalam bat uan beku.
Mineral dalam bat uan sedimen dapat (t elah) dibent uk oleh presipit asi selama sediment asi
maupun ket ika t erjadi diagenesis. Dalam kasus diagenesis, mineral presipit asi dapat t umbuh di
at as semen yang lebih t ua sat u generasi .[12] Sejarah diagenesis kompleks dapat dipelajari di
mineralogi opt ik, menggunakan mikroskop pet rografi.

Bat uan sedimen karbonat dominan t erdiri dari mineral karbonat sepert i kalsit , aragonit at au
dolomit . Baik semen maupun klas/but ir (t ermasuk fosil dan ooid) dari bat uan karbonat dapat
t erdiri dari mineral karbonat . Mineralogi dari bat uan sedimen klast ik dit ent ukan oleh mat erial
yang dipasok dari daerah sumber, cara t ransport asi ke t empat pengendapan dan st abilit as
mineral t ert ent u. St abilit as mineral pembent uk ut ama bat uan (ket ahanan t erhadap pelapukan)
dinyat akan oleh seri reaksi Bowen. Dalam seri ini, kuarsa adalah yang paling st abil, diikut i oleh
feldspar, mika, dan mineral kurang st abil lainnya yang hanya hadir ket ika t elah t erjadi sedikit
pelapukan .[13] Jumlah pelapukan t erut ama bergant ung pada jarak ke daerah sumber, iklim lokal
dan wakt u yang dibut uhkan unt uk sedimen yang akan diangkut sana. Di sebagian besar bat uan
sedimen, mika, mineral feldspar dan mineral kurang st abil lainnya t elah bereaksi dengan mineral
lempung sepert i kaolinit , illit e at au smekt it .

Fosil

Lapisan kaya fosil di batuan sedimen, California, Amerika Serikat

Di ant ara t iga jenis ut ama dari bat uan, fosil paling sering dit emukan di bat uan sedimen. Tidak
sepert i kebanyakan bat uan beku dan bat uan met amorf, bat uan sedimen t erbent uk pada suhu
dan t ekanan yang t idak merusak sisa-sisa fosil. Seringkali fosil ini mungkin hanya t erlihat ket ika
belajar di bawah mikroskop (mikrofosil) at au dengan kaca pembesar at au lup.
Organisme mat i di alam biasanya cepat dihapus oleh binat ang pemakan bangkai dan bakt eri,
maupun akibat pembusukan dan erosi. Namun, sediment asi dapat berkont ribusi unt uk keadaan
t ert ent u di mana proses alami yang t adi disebut kan t idak mampu bekerja, sehingga
menyebabkan fosilisasi. Kesempat an fosilisasi jauh lebih t inggi ket ika: t ingkat sediment asi
sangat t inggi (menyebabkan bangkai cepat t erkubur), di lingkungan anoxic (di mana hanya
t erjadi sedikit akt ivit as bakt eri), maupun jika organisme memiliki kerangka yang keras. fosil
t erawat berukuran besar relat if jarang.

Galian (burrow) di turbidit, dibuat oleh krustacea, Pyrenees

Fosil dapat berbent uk sisa-sisa langsung at au jejak organisme dan kerangka mereka. Paling
umum diawet kan adalah bagian keras dari organisme sepert i t ulang, t empurung, dan jaringan
kayu dari t anaman. Jaringan lunak memiliki kesempat an yang jauh lebih kecil unt uk diawet kan
dan t erfosilisasi, dan jaringan lunak dari hewan yang lebih t ua dari 40 jut a t ahun sangat
jarang.[14] Jejak dari organisme yang dibuat saat masih hidup disebut fosil jejak. Cont ohnya
adalah liang, jejak kaki, dll

Menjadi bagian dari bat uan sedimen at au met amorf, fosil menjalani proses diagenesa yang
sama sepert i bat uan. Misalnya, sebuah t empurung t erdiri dari kalsit dapat melarut kan
sement ara semen silika kemudian mengisi rongga. Dengan cara yang sama, mineral-mineral
presipit asi dapat mengisi rongga-rongga yang sebelumnya dit empat i oleh pembuluh darah,
jaringan pembuluh darah at au jaringan lunak lainnya. Hal ini dapat mempert ahankan bent uk
organisme t et api mengubah komposisi kimia, proses yang disebut permineralization.[15][16]
Mineral yang paling umum di semen permineralisasi adalah karbonat (t erut ama kalsit ), berbagai
bent uk silika amorf (kalsedon, flint , rijang) dan pirit . Dalam kasus semen silika, proses ini disebut
litifikasi.
Pada suhu dan t ekanan yang t inggi, bahan organik dari organisme mat i mengalami reaksi kimia
di mana zat -zat mudah menguap (volat il) sepert i air dan karbon dioksida akan dikeluarkan. Fosil
t ersebut , pada akhirnya, t erdiri dari lapisan t ipis karbon murni at au bent uk mineralisasinya, grafit .
Jenis fosilisisasi ini disebut karbonisasi. Hal ini sangat pent ing unt uk fosil t anaman.[17] Proses
yang sama bert anggung jawab unt uk pembent ukan bahan bakar fosil sepert i lignit at au
bat ubara lainnya.

Struktur sedimen primer

Perlapisan - Silang siur batupasir fluviatil, Kepulauan Shetland

St rukt ur di bat uan sedimen dapat dibagi ke dalam st rukt ur 'primer' (t erbent uk selama
pengendapan) dan st rukt ur 'sekunder' (t erbent uk set elah pengendapan). Tidak sepert i t ekst ur,
st rukt ur selalu berbent uk fit ur skala besar pada bat uan yang dapat dengan mudah dipelajari di
lapangan. St rukt ur sedimen dapat menunjukkan sesuat u t ent ang lingkungan pengendapan
sedimen at au dapat berfungsi unt uk mengindikasi di bagian mana bat uan t ersebut berada
ket ika sebelum t erjadi pembalikan maupun gaya t ekt onik lainnya.
Flute cast, salah satu tipe sole mark, Utah, Amerika Serikat

Bat uan sedimen yang t ersusun berlapis-lapis disebut lapisan at au st rat a. Sebuah lapisan
didefinisikan sebagai lapisan bat uan yang memiliki lit ologi dan t ekst ur yang seragam . Lapisan
t erbent uk oleh pengendapan lapisan sedimen di at as sat u sama lain. Urut an lapisan yang
mencirikan bat uan sedimen disebut perlapisan.[18][19] Lapisan t unggal dapat memiliki ket ebalan
dari beberapa sent imet er hingga beberapa met er. Lapisan yang lebih halus dan kurang t erlihat
disebut laminae, dan st rukt ur yang t erbent uk di bat uan disebut laminasi. Ket ebalan laminae
biasanya kurang dari beberapa sent imet er.[20] Meskipun perlapisan dan laminasi umumnya
dimulai dalam keadaan horizont al di alam, hal ini t idak selalu t erjadi. Pada beberapa lingkungan
t ert ent u, lapisan-lapisan diendapkan pada sudut t ert ent u . Kadang-kadang beberapa set
lapisan dengan orient asi yang berbeda berada di bat uan yang sama, st rukt ur yang disebut
perlapisan- silang siur ( cross bedding).[21] Perlapisan - silang siur t erjadi ket ika erosi skala kecil
t erjadi selama deposisi, memot ong bagian perlapisan. Perlapisan yang baru lalu t erjadi
membent uk sudut t erhadap perlapisan yang lebih t ua.

Kebalikan dari perlapisan - silang siur adalah paralel laminasi, di mana set iap lapisan sedimen
saling sejajar sat u sama lain.[22] Pada laminasi, perbedaan umumnya disebabkan oleh perubahan
siklus dalam pasokan sedimen yang disebabkan, misalnya, oleh perubahan musiman dalam
curah hujan, suhu at au kegiat an biokimia . Lamina yang mewakili perubahan musim (mirip dengan
lingkaran pohon) disebut varve. Set iap bat uan sedimen t erdiri dari lapisan dengan skala
milimet er bahkan lebih halus lagi yang diberi nama dengan ist ilah umu laminit. Beberapa bat uan
t idak memiliki laminasi sama sekali; karakt er st rukt ural mereka disebut st rukt ur masif.

Perlapisan berusun (graded bedding) adalah st rukt ur dimana lapisan dengan ukuran but ir yang
lebih kecil t erjadi di at as lapisan dengan but iran lebih besar. St rukt ur ini t erbent uk ket ika air
yang mengalir cepat berhent i mengalir. Klas - klas yang lebih besar dan berat mengendap lebih
dulu baru kemudian klas - klas yang lebih kecil. Meskipun perlapisan bersusun dapat t erbent uk
dalam berbagai lingkungan yang berbeda, st rukt ur ini adalah karakt erist ik ut ama pada arus
t urbidit .[23]

Tanda riak (ripple mark) ditemukan di Bavaria, Jerman

Bent uk lapisan (bedform atau bentuk permukaan perlapisan tertentu) dapat menjadi indikasi
unt uk lingkungan sedimen t ert ent u juga. Cont oh - cont oh bent uk lapisan t ermasuk bukit (dune)
dan t anda riak (ripple mark). Tapak riak (sole mark), sepert i t anda alat (tool mark) dan cet akan
suling (flute cast), merupakan hasil galian pada lapisan sedimen yang diawet kan. Bent uknya
memanjang dan sering digunakan sebagai indikasi arah aliran pada saat proses pengendapan
berlangsung.[24][25]

Tanda riak juga t erbent uk dalam air yang mengalir. Ada dua jenis: gelombang riak asimet ris
(asymmetric wave ripples) dan arus riak simet ris (symmetric current ripples). Lingkungan di
mana saat ini berada dalam sat u arah, sepert i sungai, menghasilkan riak asimet ris. Semakin lama
sayap riak t ersebut berorient asi berlawanan dengan arah arus.[26][27][28] Gelombang riak t erjadi
dalam lingkungan di mana arus t erjadi pada semua arah, sepert i permukaan pasang surut .
Lumpur ret ak at au mudcrack t erbent uk akibat dehidrasi sedimen yang kadang-kadang t erjadi di
at as permukaan air. St rukt ur sepert i ini umumnya dit emukan di permukaan pasang surut at au
t it ik bar (point bar) di sepanjang sungai.

Struktur sedimen sekunder

St rukt ur sedimen sekunder adalah st rukt ur pada bat uan sedimen yang t erbent uk set elah
pengendapan. St rukt ur t ersebut t erbent uk oleh proses kimia, fisika dan biologi di dalam
sedimen. Mereka bisa menjadi indikat or unt uk keadaan lingkungan set elah deposisi. Beberapa
dapat digunakan sebagai krit eria umur relat if bat uan.

Konkresi rijang di cyprus

Kehadiran mat erial organik dalam sedimen dapat meninggalkan jejak lebih dari sekadar fosil.
Jejak- jejak t erawet kan dan liang (burrow) adalah cont oh jejak fosil (juga disebut
ichnofossil).[29] Beberapa jejak fosil sepert i cet akan kaki dinosaurus at au manusia purba dapat
menangkap imajinasi manusia, t et api jejak t ersebut relat if jarang. Kebanyakan fosil jejak adalah
liang moluska at au art hropoda. Burrowing ini disebut biot urbasi oleh ahli sediment ologi.
Biot urbasi dapat menjadi indikat or yang berharga dari lingkungan biologi dan ekologi set elah
sedimen diendapkan. Di sisi lain, akt ivit as burrowing organisme dapat menghancurkan st rukt ur-
st rukt ur sedimen primer lain, yang membuat rekonst ruksi menjadi lebih sulit .

St rukt ur sekunder juga dapat t erbent uk oleh diagenesis at au pembent ukan t anah
(pedogenesis) ket ika sedimen t ersingkap di at as permukaan air. Cont oh st rukt ur diagenesa
umum dalam bat uan karbonat adalah st ylolit .[30] St ylolit adalah bidang yang t idak t erat ur di
mana mat erial t erlarut kan menjadi pori-pori fluida di dalam bat uan. Hasil presipit asi dari spesies
kimia t ert ent u dapat mewarnai bat uan, at au disebut juga pembent ukan konkresi (concretion).
Konkresi merupakan kurang lebih t ubuh konsent ris dengan komposisi yang berbeda dari bat uan
induk. Pembent ukan mereka dapat t erjadi akibat presipit asi lokal akibat perbedaan kecil dalam
komposisi at au porosit as bat uan induk, sepert i di sekit ar fosil, di dalam liang at au di sekit ar
akar t anaman.[31] Pada bat uan karbonat sepert i bat ugamping dan rijang, konkresi mudah
dit emukan. Sedangkan bat upasir t erest rial dapat memiliki konkresi besi. Konkresi kalsit di
bat ulempung disebut konkresi sept arian.

Set elah pengendapan, proses fisik dapat merusak sedimen, membent uk st rukt ur-st rukt ur
sekunder kelas t iga. Kont ras densit as ant ar set iap lapisan sedimen yang berbeda, sepert i
ant ara pasir dan lempung, bisa mengakibat kan st rukt ur api (flame structure) at au cet akan
beban (load cast), yang dibent uk oleh diapirisme t erbalik.[32] Diapirisme menyebabkan lapisan
at as yang lebih padat t enggelam ke dalam lapisan lainnya. Kadang-kadang, kont ras densit as
dapat t erjadi ket ika salah sat u sat uan bat uan mengalami dehidrasi. Lempung dapat dengan
mudah dikompresi sebagai akibat dari dehidrasi, sedangkan pasir mempert ahankan volume
yang sama namun menjadi relat if kurang padat akibat dehidrasi. Di sisi lain, ket ika t ekanan fluida
pori di dalam lapisan pasir melampaui t it ik krit is, pasir dapat mengalir melalui lapisan lempung di
at asnya, membent uk t ubuh diskordan dari bat uan sedimen yang disebut dike sedimen (proses
yang sama dapat membent uk gunung berapi lumpur di permukaan).

Sebuah dike sedimen juga dapat t erbent uk di iklim dingin di mana t anah secara permanen beku
selama hampir sepanjang t ahun. Pelapukan frost dapat membent uk ret akan di t anah yang
dapat t erisi dengan puing-puing dari at as. St rukt ur t ersebut dapat digunakan sebagai indikat or
iklim urut an pembent ukan.[33]

Kont ras padat an juga dapat menyebabkan pat ahan skala kecil, bahkan saat sediment asi
berlangsung (syn-sedimentaru fault).[34] faulting t ersebut juga dapat t erjadi ket ika massa besar
sedimen t ak t erlit ifikasi t ersimpan di lereng, sepert i di sisi depan dari delt a at au lereng benua.
Ket idakst abilan dalam sedimen t ersebut dapat mengakibat kan longsor (slumping). St rukt ur
yang dihasilkan pada bat uan akibat proses t ersebut yakni lipat an dan pat ahan sinsediment asi,
yang sulit sekali dibedakan dengan pat ahan dan lipat an yang diakibat kan oleh gaya t ekt onik.

Lingkungan Pengendapan Batuan Sedimen

Sit uasi di mana bat uan sedimen t erbent uk disebut lingkungan pengendapan. Set iap lingkungan
pengendapan memiliki kombinasi karakt erist ik proses geologi dan sit uasi yang berbeda. Jenis
sedimen yang diendapkan t idak hanya bergant ung pada sedimen yang diangkut ke suat u
t empat , t et api juga bergant ung pada lingkungan pengendapan it u sendiri.[35]
Lingkungan pengendapan laut at au marin bermakna bahwa bat uan t ersebut t erbent uk di laut
at au samudra. Seringkali, Lingkungan pengendapan laut dangkal dan laut dalam dibedakan. Laut
dalam biasanya mengacu pada lingkungan pengendapan dengan kedalaman lebih dari 200 m di
bawah permukaan air. Lingkungan laut dangkal ada yang berdekat an dengan garis pant ai dan
dapat meluas keluar bat as landas kont inen (continental shelf / paparan benua). Air di
lingkungan t ersebut memiliki energi yang umumnya lebih t inggi daripada di lingkungan laut
dalam karena akt ivit as gelombang. Ini berart i bahwa part ikel sedimen kasar dapat diangkut dan
sedimen yang diendapkan bisa lebih kasar daripada di lingkungan laut dalam. Ket ika sedimen
yang t ersedia diangkut dari benua, secara bergant ian pasir, lempung, dan lanau diendapkan.
Ket ika benua t erlet ak sangat jauh, jumlah sedimen yang dibawa t ersebut mungkinlebih sedikit ,
dan proses biokimia mendominasi jenis bat uan yang t erbent uk. Terut ama di iklim hangat ,
lingkungan laut dangkal yang jauh dari lepas pant ai biasanya t erdiri dari endapan karbonat . Air
dangkal dan hangat merupakan habit at yang ideal bagi banyak organisme kecil yang
membangun kerangka karbonat . Ket ika organisme ini mat i, kerangka mereka t enggelam ke
dasar, membent uk lapisan t ebal lumpur gampingan yang dapat membat u menjadi bat ugamping.
Lingkungan laut dangkal yang hangat juga merupakan lingkungan yang ideal unt uk t erumbu
karang, yang merupakan sedimen yang t erdiri dari kerangka karbonat dari organisme yang lebih
besar.[36]

Di lingkungan pengendapan laut dalam, arus air di dasar laut kecil. Hanya part ikel halus dapat
diangkut ke t empat -t empat ini. Biasanya sedimen yang t erendapkan di dasar laut dalam adalah
lempung halus at au kerangka-kerangka kecil mikroorganisme. Pada kedalaman 4 km, kelarut an
karbonat meningkat secara dramat is (zona kedalaman di mana hal ini t erjadi disebut isoklin).
Sedimen karbonat an yang t enggelam di bawah lysoklin kemudian larut , sehingga t idak ada
bat ugamping yang dapat dibent uk di bawah kedalaman ini. Namun Kerangka mikro-organisme
yang t erbent uk dari silika (sepert i radiolaria) masih dapat bert ahan. Cont oh dari bat uan yang
t erbent uk dari kerangka silika adalah radiolarit . Ket ika dasar laut memiliki kemiringan kecil,
misalnya di lereng benua, endapan sedimen yang ada dapat menjadi t idak st abil, menyebabkan
t erjadinya arus t urbidit . Arus t urbidit adalah gangguan mendadak pada lingkungan laut yang
cukup dalam dan dapat menyebabkan pengendapan spont an sedimen dalam jumlah besar,
sepert i pasir dan lanau. Urut an bat uan yang t erbent uk oleh arus t urbidit disebut t urbidit .[37]

Lingkungan pengendapan t ransisi (terminologi amerika serikat = lingkungan pengendapan


pantai ) didominasi oleh aksi gelombang. Di pant ai, sedimen dominan kasar sepert i pasir at au
kerikil t erendapkan, sering berbaur dengan fragmen t empurung. Dat aran pasang surut (tidal
flat) dan shoal merupakan t empat -t empat yang kadang-kadang kering karena air pasang.
Mereka sering dipot ong oleh gully, di mana aliran gully t ersebut lebih besar dan juga ukuran
but ir mat erial yang t erbawa dan t erendapkan lebih besar. Dimanapun di sepanjang pesisir (baik
pesisir dari laut at au danau) badan air yang dimasuki sungai, delt a dapat t erbent uk. Delt a
adalah akumulasi besar sedimen yang diangkut dari benua ke t empat -t empat di depan mulut
sungai. Delt a umumnya t erdiri dari sedimen klast ik.

Sebuah bat uan sedimen yang t erbent uk di benua disebut memiliki lingkungan pengendapan
benua. Cont oh lingkungan pengendapan benua yait u laguna, danau, rawa, dat aran banjir dan
kipas aluvial. Dalam air t enang sepert i rawa, danau dan laguna, sedimen halus t erendapkan,
bercampur dengan bahan organik dari t anaman dan hewan yang mat i. Di sungai, energi air jauh
lebih t inggi dan bahan yang diangkut t erdiri dari sedimen klast ik. Selain t ransport asi air, sedimen
di lingkungan benua juga bisa diangkut oleh angin at au glet ser. Sedimen yang diangkut oleh
angin disebut Aeolian dan bat uannya selalu memiliki sort asi yang baik, sedangkan sedimen
yang diangkut oleh glet ser disebut glasial (glacial till) dan dit andai dengan penyort iran bat uan
yang sangat buruk.[38]

Fasies sedimentasi

Pergeseran fasies sedimentasi, dalam kasus ini transgresi (atas) dan regresi (bawah)

Lingkungan pengendapan sedimen biasanya berada berdampingan sat u sama lain dalam sebuah
suksesi alam t ert ent u. Sebuah pant ai, di mana pasir dan kerikil t erendapkan, biasanya dibat asi
oleh lingkungan laut yang lebih dalam di lepas pant ai, di mana sedimen-sedimen yang lebih
halus t erendapkan pada wakt u yang sama. Di belakang pant ai, bisa t erdapat bukit at au dune
(dimana endapan dominannya adalah pasir dengan sort asi baik) at au laguna (di mana lempung
halus dan mat erial organik t erendapkan). Set iap lingkungan pengendapan memiliki karakt erist ik
endapan sendiri. Bat uan khas yang dibent uk dalam lingkungan t ert ent u disebut fasies sedimen.
Ket ika lapisan sedimen t erakumulasi sepanjang wakt u, lingkungan dapat bergeser, membent uk
perubahan fasies di bawah permukaan pada sat u lokasi. Di sisi lain, ket ika lapisan bat uan
dengan usia t ert ent u diikut i secara lat eral, lit ologi (jenis bat uan) dan fasies akan berubah di
t it ik t ert ent u.[39]

Fasies dapat dibedakan dengan berbagai cara: yang paling umum adalah dengan lit ologi
(misalnya: bat ugamping, bat ulanau at au bat upasir) at au dengan kont en fosil. Karang misalnya
hanya hidup di lingkungan laut hangat dan dangkal dan fosil karang karenanya hanya khas pada
fasies laut dangkal. Fasies yang dit ent ukan oleh lit ologi disebut lit hofasies; facies yang
dit ent ukan oleh fosil disebut biofacies.[40]

Lingkungan pengendapan sedimen dapat menggeser posisi geografis mereka sepanjang wakt u.
Garis pant ai dapat menggeser ke arah laut ket ika permukaan laut t urun, yakni ket ika permukaan
naik karena kekuat an t ekt onik di kerak bumi at au ket ika sungai membent uk delt a besar. Di
bawah permukaan, pergeseran geografis lingkungan pengendapan sedimen dari masa lalu ini
t erekam dengan baik dalam pergeseran fasies sediment asi. Ini berart i bahwa fasies sedimen
dapat berubah baik sejajar at aupun t egak lurus t erhadap lapisan imajiner bat uan dengan usia
t et ap, fenomena yang dijelaskan oleh Hukum Walt her.[41]

Sit uasi di mana garis pant ai bergerak ke arah benua disebut t ransgresi. Dalam kasus t ransgresi,
fasies laut dalam t erendapkan di at as facies laut dangkal, sebuah suksesi yang disebut onlap.
Regresi adalah sit uasi di mana garis pant ai bergerak ke arah laut . Pada regresi, fasies laut yang
lebih dangkal akan t erendapkan di at as facies laut yang lebih dalam, sit uasi yang disebut
offlap.[42]

Fasies dari semua bat uan dari usia t ert ent u dapat diplot pada pet a unt uk memberikan
gambaran mengenai paleogeografi. Sebuah urut an pet a unt uk usia yang berbeda dapat
memberikan wawasan dalam pengembangan geografi regional.

Cekungan Sedimentasi

Tempat dimana sediment asi skala besar berlangsung disebut cekungan sedimen. Jumlah
sedimen yang dapat disimpan di cekungan t ergant ung pada kedalaman cekungan, yang disebut
ruang akomodasi. Kedalaman, bent uk dan ukuran cekungan bergant ung pada pergerakan
t ekt onik di lit osfer Bumi. Ket ika lit osfer bergerak ke at as (tectonic uplift), menyebabkan
darat an naik ke at as permukaan laut , sehingga erosi menghapus mat erial-mat erial at as
permukaan t adi, dan daerah t adi menjadi sumber baru unt uk sedimen . Ket ika lit osfer bergerak
ke bawah (tectonic subsidence), sebuah bent uk cekungan dan sediment asi dapat t erbent uk.
Ket ika lit osfer t erus bergerak ke bawah, ruang akomodasi baru t erus dicipt akan.

Suat u jenis cekungan yang dibent uk oleh dua pot ong benua yang saling bergerak t erpisah
disebut cekungan keret akan (rift basin). rift basin berbent uk memanjang, sempit dan dalam.
Karena gerakan divergen t ersebut , lit osfer t ert arik dan menipis, sehingga ast enosfer panas
naik dan memanaskan rift basin diat asnya. Karena keadaannya yang t erpisah dari sedimen
benua, pada rift basin biasanya juga t erdapat endapan vulkanik yang merupakan infill. Ket ika
cekungan t umbuh karena peregangan lit osfer t erus berlanjut , rift t umbuh dan laut dapat
masuk, membent uk endapan laut .

Ket ika sepot ong lit osfer yang dipanaskan dan t ert arik t adi mendingin lagi, densit asnya naik,
menyebabkan penurunan keseimbangan isost at ik. Jika penurunan ini berlanjut cukup lama,
t erebnt uk cekungan yang disebut cekungan sag (sag basin). Cont oh cekungan sag adalah
daerah di sepanjang t epi benua pasif, t et api cekungan sag juga dapat dit emukan di pedalaman
benua. Dalam cekungan sag berat t ambahan dari sedimen yang baru t erendapkan sudah cukup
unt uk menjaga penurunan t erjadi dalam lingkaran set an. Sehingga, t ot al ket ebalan infill sedimen
di cekungan sag bisa melebihi 10 km.

Jenis ket iga dari cekungan sediment asi ada di sepanjang bat as lempeng konvergen - t empat
di mana sat u lempeng t ekt onik bergerak menujam ke bawah lempeng yang lain ke dalam
ast enosfer. Lempeng yang menujam t adi menekuk dan membent uk cekungan fore-arc di depan
lempeng yang meniban (overriding plate) - Cekungan yang dalam, asimet ris, dan panjang.
Cekungan - cekungan fore-arc diisi oleh endapan laut dalam dan sekuen t ebal t urbidit . Infill
t ersebut disebut Flysch. Ket ika gerakan konvergen dari kedua lempeng menyebabkan kolisi
benua, cekungan menjadi dangkal dan berkembang menjadi cekungan t anjung (foreland basin).
Pada saat yang sama, pengangkat an t ekt onik membent uk sabuk pegunungan di lempeng yang
meniban (overriding plate), dimana sejumlah besar mat erial dari sabuk pegunungan t ersebut
t ererosi dan t erbawa ke cekungan. Mat erial erosi t ersebut disebut molase dan t erdapat baik
di fasies benua maupun fasies samudera. Proses-proses t adi disebut siklus wilson.

Pada saat yang sama, berat yang t erus t umbuh dari sabuk pegunungan dapat menyebabkan
penurunan lit ost at ik di daerah overriding plate di sisi lain sabuk pegunungan. Jenis cekungan
yang dihasilkan dari penurunan ini disebut cekungan busur belakang ( back arc basin) - dan
biasanya diisi oleh endapan laut dangkal dan molase.[43]

Tingkat sedimentasi

Tingkat pengendapan sedimen berbeda t ergant ung pada lokasi. Sebuah saluran di flat tidal
dapat mengalami pengendapan beberapa met er sedimen dalam sat u hari, sement ara di dasar
laut dalam, set iap t ahun hanya beberapa milimet er dari sedimen t erendapkan. Dapat dibedakan
pengendapan akibat sediment asi normal dan sediment asi akibat proses kat ast ropisme.
Kat egori yang t erakhir mencakup semua jenis proses yang luar biasa t iba-t iba sepert i gerakan
massa, longsoran bat uan at au banjir. Proses bencana dapat menyebabkan proses
pengendapan secara t iba-t iba dari sejumlah besar sedimen. Dalam beberapa lingkungan
sedimen, sebagian dari t ot al kolom bat uan sedimen dibent uk oleh proses bencana, meskipun
lingkungan t ersebut secara umum st abil. Lingkungan sedimen lainnya didominasi oleh
sediment asi normal yang sedang berlangsung.[44]

Dalam banyak kasus, sediment asi t erjadi secara perlahan. Di padang pasir, misalnya, angin
mengendapkan mat erial silisiklast ik (pasir at au lanau) di beberapa t empat , at au banjir
kat ast ropik di lembah mungkin menyebabkan pengendapan mendadak sejumlah besar mat erial
det rit al, t et api di sebagian besar t empat ,erosi eolian yang mendominasi. Jumlah bat uan
sedimen yang t erbent uk t idak hanya bergant ung pada jumlah mat erial yang t ersedia, t et api
juga pada seberapa baik mat eri t erkonsolidasi. Erosi menghilangkan sedimen yang t erendapkan
segera set elah pengendapan.[44]

Stratigrafi

Lapisan bat uan muda pada prinsipnya selalu berada di at as lapisan bat uan yang lebih t ua, hal it u
dinyat akan dalam prinsip superposisi. Biasanya ada beberapa gap dalam urut an bat uan yang
disebut ket idakselarasan. Ket idakselarasan mewakili periode di mana t idak ada sedimen baru
yang hadir, at au ket ika lapisan sedimen sebelumnya naik ke at as muka air dan t ererosi
karenanya.

Bat uan sedimen berisi mengenai informasi pent ing t ent ang sejarah Bumi. Mereka mengandung
fosil, sisa-sisa t erawet kan dari t anaman purba dan hewan. Bat ubara dianggap sebagai jenis
bat uan sedimen. Komposisi sedimen memberikan kit a pet unjuk ke bat uan asal. Perbedaan
ant ara urut an perlapisan menunjukkan perubahan lingkungan dari wakt u ke wakt u. Bat uan
sedimen dapat berisi fosil karena, t idak sepert i kebanyakan nat uan beku dan bat uan met amorf,
bat uan sedimen t erbent uk pada suhu dan t ekanan yang t idak merusak sisa-sisa fosil.

Klasifikasi lebih lanjut

Berdasarkan proses pengendapannya


bat uan sedimen klast ik (dari pecahan pecahan bat uan sebelumnya)

bat uan sedimen kimiawi (dari proses kimia)

bat uan sedimen organik (pengedapan dari bahan organik)

Berdasarkan t enaga alam yang mengangkut


bat uan sedimen aerik (udara)

bat uan sedimen aquat ik (air sungai)


bat uan sedimen marin (laut )

bat uan sedimen glast ik (glet ser)

Berdasarkan t empat endapannya


bat uan sedimen limnik (rawa)

bat uan sedimen fluvial (sungai)

bat uan sedimen marine (laut )

bat uan sedimen t eist rik (darat )

Penamaan bat uan sedimen biasanya berdasarkan besar but ir penyusun bat uan t ersebut .
Penamaan t ersebut adalah: breksi, konglomerat , bat upasir, bat ulanau, bat ulempung.

Breksi adalah bat uan sedimen dengan ukuran but ir lebih besar dari 2 mm dengan bent uk
but it an yang bersudut

Konglomerat adalah bat uan sedimen dengan ukuran but ir lebih besar dari 2 mm dengan
bent uk but iran yang membudar

Bat u pasir adalah bat uan sedimen dengan ukuran but ir ant ara 2 mm sampai 1/16 mm

Bat u lanau adalah bat uan sedimen dengan ukuran but ir ant ara 1/16 mm sampai 1/256 mm

Bat u lempung adalah bat uan sedimen dengan ukuran but ir lebih kecil dari 1/256 mm

Bibliografi

Andersen, B. G. & H. W. Borns, Jr. (1994). The Ice Age World. Scandinavian Universit y Press.
ISBN 82-00-37683-4.

Blat t , H., G. Middlet on & R. Murray (1980). Origin of Sediment ary Rocks. Prent ice-Hall. ISBN
0-13-642710-3.

Boggs, S., Jr. (1987). Principles of Sediment ology and St rat igraphy (1st ed.). Merrill. ISBN 0-
675-20487-9.

Boggs, S., Jr. (2006). Principles of Sediment ology and St rat igraphy (4t h ed.). Upper Saddle
River, NJ: Pearson Prent ice Hall. ISBN 978-0-13-154728-5.

Buchner, K & R. Grapes (2011). "Met amorphic rocks". Pet rogenesis of Met amorphic Rocks.
Springer. pp. 21–56. doi:10.1007/978-3-540-74169-5_ 2. ISBN 978-3-540-74168-8.

Collinson, J., N. Mount ney & D. Thompson (2006). Sediment ary St ruct ures (3rd ed.). Terra
Publishing. ISBN 1-903544-19-X.
Dot t , R. H. (1964). "Wacke, graywacke and mat rix - what approach t o immat ure sandst one
classificat ion". Journal of Sediment ary Pet rology 34 (3): 625–632. doi:10.1306/74D71109-
2B21-11D7-8648000102C1865D.

Einsele, G. (2000). Sediment ary Basins, Evolut ion, Facies, and Sediment Budget (2nd ed.).
Springer. ISBN 3-540-66193-X.

Folk, R. L. (1965). Pet rology of Sediment ary Rocks. Hemphill.

Levin, H. L. (1987). The Eart h t hrough t ime (3rd ed.). Saunders College Publishing. ISBN 0-
03-008912-3.

Press, F., R. Siever, J. Grot zinger & T. H. Jordan (2003). Underst anding Eart h (4t h ed.). W. H.
Freeman

Referensi

1. Syarifin. 2004. Petrologi. Bandung: Universitas Padjadjaran

2. Buchner & Grapes (2011), p. 24

3. Levin (1987), p. 57

4. Tarbuck & Lutgens (1999), pp. 145–146

5. Boggs (1987), p. 105

6. Tarbuck & Lutgens (1999), pp. 156–157

7. Levin (1987), p. 58

8. Boggs (1987), pp. 112–115

9. Blatt et al. (1980), pp. 55–58

10. Levin (1987), p. 60

11. Blatt et al. (1980), pp. 75–80

12. Folk (1965), p. 62

13. For an overview of major minerals in siliciclastic rocks and their relative stabilities, see
Folk (1965), pp. 62–64

14. Stanley (1999), pp. 60–61

15. Levin (1987), p. 92

16. Stanley (1999), p. 61

17. Levin (1987), pp. 92–93


18. Tarbuck & Lutgens (1999), pp. 160–161

19. Press et al. (2003), p. 171

20. Boggs (1987), p. 138

21. Untuk deskripsi mengenai perlapisan - silang siur, lihat Blatt dkk.(1980), p. 128, pp. 135–
136; Press dkk. (2003), pp. 171–172.

22. Blatt et al. (1980), pp. 133–135

23. Untuk penjelasan mengenai perlapisan bersusun, lihat Boggs (1987), pp. 143–144;
Tarbuck & Lutgens (1999), p. 161;Press dkk. (2003), p. 172.

24. Collinson et al. (2006), pp. 46–52

25. Blatt et al. (1980), pp. 155–157

26. Tarbuck & Lutgens (1999), p. 162

27. Levin (1987), p. 62

28. Blatt et al. (1980), pp. 136–154

29. Untuk deskripisi singkat mengenai fosil-fosil jejak, lihat Stanley (1999), p. 62; Levin (1987),
pp. 93–95; and Collinson et al. (2006), pp. 216–232

30. Collinson et al. (2006), p. 215

31. Untuk konkresi, lihat Collinson dkk. (2006), pp. 206–215.

32. Collinson et al. (2006), pp. 183–185

33. Collinson et al. (2006), pp. 193–194

34. Collinson et al. (2006), pp. 202–203

35. Untuk penjelasan mengenai lingkungan-lingkungan pengendapan yang berbeda, lihat


Press dkk (2003) atau Einsele (2000), part II.

36. Untuk definisi dari lingkungan pengendapan laut dangkal, lihat levin (2003), p. 63.

37. Tarbuck & Lutgens (1999), pp. 452–453

38. Untuk penjelasanmengenai lingkungan pengendapan laut dangkal, lihat Levin (2003), pp.
67–68.

39. Tarbuck & Lutgens (1999), pp. 158–160

40. Reading (1996), pp. 19–2

41. Reading (1996), pp. 20–21


42. Reading (1996), pp. 20–2

43. Untuk penjelasan mengenai tipe-tipe cekungan sedimentasi, lihat Press dkk. (2003), pp.
187–189; Einsele (2000), pp. 3–9.

44. Reading (1996), p. 17

Artikel bertopik geologi ini adalah sebuah rintisan. Anda dapat membantu Wikipedia
dengan mengembangkannya (https://id.wikipedia.org/w/index.php?title=Batuan_sedimen
&action=edit) .

Diperoleh dari
"https://id.wikipedia.org/w/index.php?
title=Batuan_sedimen&oldid=19468159"


Terakhir disunting 4 bulan yang lalu oleh 112.215.244.253

Anda mungkin juga menyukai