Laporan Pendahuluan Gadar
Laporan Pendahuluan Gadar
LAPORAN PEN
DAHULUAN A.
DEFINISI
Instalasi Gawat D
arurat (IGD) ruma
h sakit mempunya
i tugas menyeleng
garakan pelayan a
suhan medis dan a
suhan keperawata
n sementara serta
pelayanan pembe
dahan darurat bag
i pasien yang data
ng dengan gawat
darurat medis. IG
D memiliki peran
sebagai gerbang u
tama masuknya p
enderita gawat dar
urat (Ali, 2014). P
elayanan pasien g
awat darurat adala
h pelayanan yang
memerlukan pelay
an segera, yaitu ce
pat, tepat dan cer
mat untuk menceg
ah kematian dan k
ecacatan. Pelayan
an ini bersifat pen
ting (
emergency)
sehingga diwajibk
an untuk melayani
pasien 24 jam seh
ari secara terus m
enerus. IGD meru
pakan unit rumah
sakit yang membe
rikan perawatan p
ertama kepada pas
ien. Unit ini dipim
pin oleh seorang d
okter jaga dengan
tenaga dokter ahli
dan berpengalama
n dalam menanga
ni PGD (Pelayana
n Gawat Darurat),
yang kemudian bi
la dibutuhkan aka
n merujuk pasien
ke dokter spesialis
tertentu (Hidayati,
2004). IGD meny
ediakan penangan
an awal bagi pasie
n yang menderita
sakit dan cedera y
ang dapat mengan
cam jiwa dan kela
ngsungan hidupny
a. Adapun tugas I
GD adalah menye
lenggarakan pelay
anan asuhan medi
s dan asuhan kepe
rawatan serta pela
yanan pembedaha
n darurat bagi pasi
en yang datang de
ngan kondisi gaw
at darurat. Menur
ut Depkes R.I (20
06), petugas tim k
esehatan di IGD d
i rumah sakit terdi
ri dari dokter ahli,
dokter umum, ata
u perawat yang tel
ah mendapat pelat
ihan penanganan
kegawatdaruratan
yang dibantu oleh
perwakilan unit-
unit lain yang bek
erja di IGD.
B.
KEGIATAN IG
D
Instalasi Gawat D
arurat yang merup
akan suatu bentuk
penanganan kega
watdaruratan me
miliki berbagai m
acam kegiatan. M
enurut Flynn (196
2) dalam Azrul (1
997) kegiatan IG
D secara umum d
apat dibedakan se
bagai berikut : 1.
Menyelenggaraka
n pelayanan gawa
t darurat.
Kegiatan utama y
ang menjadi tangg
ung jawab IGD ad
alah menyelengga
rakan pelayanan g
awat darurat. Saya
ngnya jenis pelay
anan kedokteran y
ang bersifat khas s
eing disalah guna
kan. Pelayanan ga
wat darurat yang s
ebenarnya bertuju
an untuk menyela
matkan kehidupan
penderita (
live saving
), sering dimanfaa
tkan hanya untuk
memperoleh pelay
anan pertolongan
pertama (
first aid
) dan bahkan pela
yanan rawat jalan
(
ambulatory care
) 2.
Menyelenggaraka
n pelayanan peny
aringan untuk kas
us-kasus yang me
mbutuhkan pelaya
nan rawat inap int
ensif. Kegiatan ke
dua yang menjadi
tanggung jawab U
GD adalah menye
lenggarakan pelay
anan penyaringan
untuk kasus-kasus
yang membutuhka
n pelayanan inten
sif. Pada dasarnya
Sorotan
Tambah Catatan
Berbagi Kutipan
Hilangkan pesan penilaian pengguna
pelayanan ini mer
upakan lanjutan d
ari pelayanan gaw
at darurat, yakni d
engan merujuk ka
sus-kasus gawat d
arurat yang dinilai
berat untuk memp
eroleh pelayanan r
awat inap intensif.
3.
Menyelenggaraka
n pelayanan infor
masi medis darura
t.
Kegiatan ketiga y
ang menjadi tangg
ung jawab UGD a
dalah menyelengg
arakan informasi
medis darurat dala
m bentuk menam
pung serta menja
wab semua pertan
yaan anggota mas
yarakat yang ada
hubungannya den
gan keadaan medi
s darurat (
emergency medic
al questions
).
C.
PROSEDUR DA
N PELAYANAN
Prosedur pelayana
n di IGD merupak
an kunci awal pel
ayanan petugas ke
sehatan rumah sak
it dalam melayani
pasien secara baik
atau tidaknya, dili
hat dari sikap yan
g ramah, sopan, te
rtib dan penuh tan
ggung jawab (Dep
kes R.I, 2006). Pa
sien yang datang
untuk berobat di I
GD jumlahnya leb
ih banyak dan sili
h berganti setiap h
ari. Di IGD, pera
wat merupakan an
ggota tim kesehat
an digaris terdepa
n yang menghada
pi masalah keseha
tan klien selama 2
4 jam secara terus
menerus (Lestari
dan Retno, 2010).
Disiplin pelayana
n adalah suatu atu
ran yang berkaita
n dengan cara me
milih anggota antr
ian yang akan dila
yani lebih dahulu.
Disiplin yang bias
a digunakan adala
h (Subagyo, 1993)
: 1.
FCFS :
First Come-First
Served
(pertama masuk,
pertama dilayani)
2.
LCFS :
Last Come-First
Served
(terakhir masuk,
pertama dilayani)
3.
SIRO :
Service In Rando
m Order
(pelayanan denga
n urutan acak) 4.
Emergency First
: Kondisi berbaha
ya yang didahuluk
an. Ada beberapa
pembagian penan
ganan dan kriteria
pasien dalam kon
disi kegawatdarur
atan di IGD, yaitu
:
1.
Prioritas I (label
merah) :
Emergency
Pada prioritas I ya
itu pasien dengan
kondisi gawat dar
urat yang mengan
cam nyawa/fungsi
vital dengan pena
nganan dan pemin
dahan bersifat seg
era, antara lain : g
angguan pernapas
an, gangguan jant
ung dan gangguan
kejiwaan yang ser
ius. Kriteria : sum
batan jalan nafas a
tau distress nafas,
luka tusuk, penuru
nan tekanan darah
, perdarahan pemb
uluh darah, proble
m kejiwaan, luka
nakar deajat II >2
5% tidak mengen
ai dada dan muka,
diare dengan dehi
drasi, patah tulang
.
2.
Prioritas II (label
kuning) :
Urgent
Pada prioritas II y
aitu pasien dalam
kondisi darurat ya
ng perlu evaluasi
secara menyeluru
h dan ditangani ol
eh dokter untuk st
abilisasi, diagnosa
dan terapi definiti,
potensial mengan
cam jiwa/fungsi v
ital bila tidak sege
ra ditangani dala
m waktu singkat p
enanganan dan pe
mindahan
bersifat jangan ter
lambat, antara lain
: pasien dengan ri
siko syok, fraktur
multiple, fraktur f
emur/pelvis, luka
bakar luas, gangg
uan kesadaran/
trauma kepala, dia
re non dehidrasi.
3.
Prioritas III (lab
el hijau) :
Non Emergency
Pada prioritas III
yaitu pasien gawa
t darurat semu (
false emergency)
yang tidak memer
lukan pemeriksaa
n dan perawatan s
egera. 4.
Prioritas IV (lab
el hitam) :
Death
, pasien datang da
lam keadaan suda
h meninggal. Krit
eria : henti jantun
g yang kritis, hent
i nafas yang kritis,
trauma kepala yan
g kritis, dan perda
rahan yang kritis.
Pengaturan tindak
an medis secara u
mum dalam UU N
o. 36 tahun 2014 t
entang Kesehatan
dapat dilihat dala
m pasal 63 ayat (4
) dinyatakan bahw
a pelaksanaan pen
gobatan dan pera
watan berdasarka
n ilmu kedokteran
dan ilmu keperaw
atan hanya dapat
dilakukan oleh ten
aga kesehatan yan
g mempunyai kea
hlian dan kewena
ngan. Dalam pela
yanan kegawatdar
uratan, Depkes RI
(2006), menyebut
kan perawat gawa
t darurat mempun
yai peran dan fun
gsi seperti fungsi i
ndependen yang
merupakan fungsi
mandiri yang berk
aitan dengan pem
berian asuhan (car
e), fungsi depende
n merupakan fung
si yang didelegasi
kan sepenuhnya at
au sebagian dari p
rofesi lain, dan fu
ngsi kolaboratif, y
aitu melakukan ke
rjasama saling me
mbantu dalam pro
gram kesehatan (p
erawat sebagai an
ggota tim kesehat
an).
Gambar 1. Pemil
ihan Pasien Sesu
ai Tingkat Kega
watdaruratan di
RSUD Dr. Kanuj
oso Djatiwibowo
Balikapapan D.
ALUR PENANG
ANAN PASIEN
DI IGD
Alur penanganan
pasien di IGD yait
u perawat meneri
ma pasien, kemud
ian mencatat ident
itas lengkap dan j
elas dan informed
consent, perawat
melakukan anamn
esa (auto dan hete
ro anamnesa), per
awat melakukan p
emeriksaan
Glascow Coma S
cale
(GCS), TTV dan
pemeriksaan fisik
awal, pengelompo
kan pasien dan dia
gnosa awal, sepert
i gawat darurat :
memerlukan tinda
kan segera dan me
ngancam jiwa, no
n gawat darurat : t
idak
urgent
, tindakan segera
dan tidak
mengancam jiwa.
Non gawat non da
rurat boleh diberi
terapi simptomatis
(berdasar gejala).
Gawat darurat dan
gawat non darurat
, perawat menghu
bungi dokter jaga
pada hari tersebut
dan melaporkan k
ondisi terakhir pas
ien dan boleh mel
akukan tindakan a
wal pertolongan p
ertama/
Basic Live Suppo
rt
meliputi :
airway, jaw thrus
t, chin lift
dan
hiperekstensi
, kemudian memb
ersihkan jalan naf
as dari sumbatan (
sekret dan benda a
sing), memeriksa
breathing
dengan memasan
g oksigen, dan me
meriksan
circulation
, serta memonitor
pengeluaran urine
. Kegawatdarurata
n merupakan kead
aan yang mengan
cam jiwa, untuk it
u diperlukan pera
wat yang kompete
n sebagai praktisi,
juga harus mening
katkan kemampua
n yang terkait ber
bagai peran, harus
mengerti karakteri
stik pelayanan ke
perawatan yang te
pat, cermat dan ce
pat serta mengerti
tugas, cara bersika
p dan cara berkom
unikasi dengan ba
ik dalam kondisi e
mergensi. Sement
ara itu urutan prio
ritas penanganan
kegawatan berdas
arkan pada 6-B ya
itu : B -1 = Breath
–
sistem pernafasan
B -2 = Bleed
–
sistem peredaran
darah ( sirkulasi )
B -3 = Brain
–
sistem saraf pusat
B -4 = Bladder
–
sistem urogenitali
s B -5 = Bowl
–
sistem pencernaa
n B -6 = Bone
–
sistem tulang dan
persendian Kegaw
atan pada system
B-1, B-2, B-3, ada
lah prioritas utam
a karena kematian
dapat terjadi
sangat cepat, rang
king pertolongan i
ni disebut “ Live
Saving First Aid “
yang meliputi :
1.
Membebaskan jal
an napas dari sum
batan 2.
Memberikan napa
s buatan 3.
Pijat jantung jika j
antung berhenti 4.
Menghentikan pe
ndarahan dengan
menekan titik per
darahan dan meng
gunakan beban 5.
Posisi koma deng
an melakukan trip
le airway menuve
r, posisi shock de
ngan tubuh horizo
ntal, kedua tungka
i dinaikan 200 unt
uk auto tranfusi 6.
Bersikap tenang t
api cekatan dan be
rfikir sebelum ber
tindak, jangan pan
ic 7.
Lakukan pengkaji
an yang cepat terh
adap masalah yan
g mengancam jiw
a 8.
Lakukan pengkaji
an yang siatemati
k sebelum melaku
kan tindakan seca
ra menyeluruh.
Gambar 2. Alur
Pelayanan Pasien
IRD di RSUD Dr
. Kanujoso Djati
wibowo Balikapa
pan E.
TUJUAN IGD
1.
Mencegah kemati
an dan kecacatan
pada penderita ga
wat darurat 2.
Menerima rujukan
pasien atau mengi
rim pasien 3.
Melakukan penan
ggulangan korban
musibah masal da
n bencana yang te
rjadi dalam maup
un diluar rumah s
akit 4.
Suatu IGD harus
mampu memberik
an pelayanan den
gan kualitas tinggi
pada masyarakat
dengan problem
medis akut
F.
KRITERIA IGD
1.
IGD harus buka 2
4 jam 2.
IGD juga harus m
emiliki penderita
–
penderita false e
mergency (korban
yang memerlukan
tindakan medis tet
api tidak segera),t
etapi tidak boleh
memggangu / me
ngurangi mutu pel
ayanan penderita-
penderita gawat d
arurat. 3.
IGD sebaiknya ha
nya melakukan pr
imary care sedang
kan definitive car
e dilakukan ditem
pat lain dengan ca
ra kerjasama yang
baik 4.
IGD harus menin
gkatkan mutu pers
onalia maupun ma
syarakat sekitarny
a dalam penanggu
langan penderita g
awat darurat (PPG
D) 5.
IGD harus melaku
kan riset guna me
ningkatkan mutu /
kualitas pelayanan
kesehatan masyar
akat sekitarnya.
G.
KEMAMPUAN
MINIMAL PET
UGAS IGD
Menurut Depkes
2014 :
1.
Membuka dan me
mbebaskan jalan
nafas (Airway) 2.
Memberikan venti
lasi pulmoner dan
oksigenasi (Breat
hing) 3.
Memberikan sirku
lasi artificial deng
an jalan massage j
antung luar (Circu
lation) 4.
Menghentikan per
darahan, balut bid
ai, transportasi, pe
ngenalan dan pen
anggulangan obat
resusitasi, membu
at dan membaca r
ekaman EKG.
H.
KEMAMPUAN
TENAGA PERA
WAT IGD
Sesuai dengan pe
doman kerja pera
wat (Depkes, 201
4)
1.
Mampu mengenal
klasifikasi dan lab
elisasi pasien 2.
Mampu mengatasi
pasien : syok, gaw
at nafas, gagal jan
tung, kejang, kom
a, perdarahan, kol
ik, status asthmati
kus, nyeri hebat d
aerah panggul dan
kasus ortopedi. 3.
Mampu melaksan
akan pencatatan d
an pelaporan Ask
ep 4.
Mampu berkomun
ikasi : intern dan e
kstern
I.
SARANA DAN P
RASARANA FIS
IK RUANGAN
YANG DIPERL
UKAN DI IGD
Ketentuan umum
fisik bangunan :
1.
Harus mudah dija
ngkau oleh masya
rakat 2.
Harus mempunyai
pintu masuk dan k
eluar yang berbed
a (Alur masuk ken
daraan /pasien tid
ak sama dengan al
ur keluar) 3.
Harus memiliki ru
ang dekontaminas
i (dengan fasilitas
shawer) yang terle
tak antara ruang
“triage “ (ruang p
enerimaan pasien)
dengan ruang tind
akan)
4.
Ambulans / kenda
raan yang memba
wa pasien harus d
apat sampai di de
pan pintu 5.
Ruang triage haru
s dapat memuat m
inimal 2 brankar
J.
PRINSIP PENA
NGGULANGAN
PENDERITA G
AWAT DARUR
AT
Kematian dapat te
rjadi bila seseoran
g mengalami keru
sakan atau kegaga
lan dan salah satu
sistem / organ se
perti :
1.
Susunan saraf pus
at 2.
Pernafasan 3.
Kardiovaskuler 4.
Hati 5.
Ginjal 6.
Pancreas
Kegagalan (kerus
akan) sistem/ orga
n tersebut dapat di
sebabkan oleh : 1.
Trauma / cedera 2
.
Infeksi 3.
Keracunan (polso
ning) 4.
Degenerasi (kailur
e) 5.
Asfiksi 6.
Kehilangan cairan
dan elektrolit dala
m jumlah besar (
excessive loss of
water and electrol
ite
) Kegagalan siste
m saraf pusat, kar
diovaskuler, perna
fasan dan kehilan
gan hipoglikemia
dapat menyebabk
an kematian dala
m waktu singkat (
4-6 menit). Sedan
gkan kegagaln sist
em / organ yang l
ain dapat menyeb
abkan kematian d
alam waktu yang l
ebih lama. Drngan
demikian keberha
silan Penanggulan
gan Penderita Ga
wat Darurat (PPG
D) dalam menceg
ah kematian dan c
acat ditentukan ol
eh : 1.
Kecacatan menem
ukan penderita ga
wat darurat 2.
Kecepatan memin
ta pertolongan 3.
Kecepatan dan ku
alitas pertolongan
yang diberikan : a
)
Ditempat kejadian
b)
Dalam perjalanan
kerumah sakit c)
Pertolongan selanj
utnya secara mant
ap di Puskesmas/
Rumah Sakit
K.
TRIAGE
Mempunyai arti
menyortir atau me
milih. Dirancang
untuk menempatk
an pasien yang tep
at diwaktu yang te
pat dengan pembe
ri pelayanan yang
tepat.
Triage
merupakan suatu
proses khusus me
milah pasien berd
asar beratnya cede
ra atau penyakit d
an menentukan je
nis perawatan ga
wat darurat serta t
ransportasi. Dan
merupakan proses
yang berkesinamb
ungan sepanjang
pengelolaan. Dala
m
Triage
tidak ada standar
d nasional baku, n
amun ada 2 sistem
yang dikenal, yait
u:
1.
METTAG
(Triage tagging s
ystem).
Sistem METTAG
merupakan suatu
pendekatan untuk
memprioritisasika
n tindakan.
Prioritas Nol
(
Hitam
) : a.
Mati atau jelas ce
dera fatal. b.
Tidak mungkin di
resusitasi.
Prioritas Pertam
a
(
Merah
) : Cedera berat ya
ng perlukan tinda
kan dan transport
segera. a.
gagal nafas, b.
cedera torako-
abdominal,
c.
cedera kepala / m
aksilo-fasial berat,
d.
shok atau perdara
han berat, e.
luka bakar berat.
Prioritas Kedua
(
Kuning
) : Cedera yang di
pastikan tidak aka
n mengalami anca
man jiwa dalam w
aktu dekat : a.
cedera abdomen t
anpa shok, b.
cedera dada tanpa
gangguan respiras
i, c.
fraktura mayor ta
npa shok, d.
cedera kepala / tul
ang belakang lehe
r, e.
luka bakar ringan.
Prioritas Ketiga
(
Hijau
) : Cedera minor y
ang tidak membut
uhkan stabilisasi s
egera : a.
cedera jaringan lu
nak, b.
fraktura dan dislo
kasi ekstremitas, c
.
cedera maksilo-
fasial tanpa gangg
uan jalan nafas, d.
gawat darurat psik
ologis. Sistem M
ETTAG atau peng
kodean dengan w
arna system taggi
ng yang sejenis, b
isa digunakan seb
agai bagian dari P
enuntun Lapangan
START.
2.
Sistem triase Pen
untun Lapangan
START
(Simple Triage A
nd Rapid Transpo
rtation).
Penuntun Lapang
an START memu
ngkinkan penolon
g secara cepat me
ngidentifikasikan
korban yang deng
an risiko besar ak
an kematian seger
a atau apakah tida
k memerlukan tra
nsport segera. Pen
untun Lapangan S
TART dimulai de
ngan penilaian pa
sien 60 detik, meli
puti pengamatan t
erhadap ventilasi,
perfusi, dan status
mental. Hal ini un
tuk memastikan k
elompok korban :
a.
Perlu transport se
gera / tidak, b.
Tidak mungkin di
selamatkan, c.
Mati.
L.
PRINSIP UMU
M TRIASE
1.
Perkenalkan diri a
nda dan jelaskan a
pa yang akan anda
lakukan. 2.
Pertahankan rasa
percaya diri pasie
n. 3.
Coba untuk meng
amati semua pasie
n yang datang, ba
hkan saat mewaw
ancara pasien. 4.
Pertahankan arus i
nformasi petugas t
riase dengan area
tunggu & area tin
dakan. Komunika
si lancar sangat pe
rlu. Bila ada wakt
u adakan penyulu
han.
5.
Pahami sistem IG
D dan keterbatasa
n anda. Ingat obje
ktif primer aturan
triase. Gunakan su
mber daya untuk
mempertahankan
standar pelayanan
memadai. Prinsip
dari triage :
1.
Triase harus cep
at dan tepat :
Kemampuan untu
k merespon secara
cepat, terhadap ke
adaan yang meng
anca nyawa meru
pakan suatu yang
sangan penting pa
da bagian kegawa
tdaruratan
2.
Pemeriksaan haru
s adekuat dan aku
rat :
Akurasi keyakina
n dan ketangkasan
merupakan suatu
element penting p
ada proses pengka
jian
3.
Keputusan yang d
iambil berdasarka
n pemeriksaan :
Keamanan dan ke
efektifan perawata
n pasien hanya da
pat direncanakan j
ika ada informasi
yang adekuat dan
data yang akurat
4.
Memberikan inter
vensi berdasarkan
keakutan kondisi :
Tanggungjawab u
tama dari perawat
triase adalah untu
k mengkaji dan m
emeriksa secara a
kurat pasien, dan
memberikan pera
watan yang sesuai
pada pasien, term
asuk intervensi ter
apiutik, prosedur
diagnostic, dan pe
meriksaan pada te
mpat yang tepat u
ntuk perawatan
5.
Kepuasan pasien t
ercapai
–
Perawat triase har
us melaksanakan
prinsip diatas untu
k mencapai kepua
san pasien
–
Perawat triase me
nghindari penund
aan perawatan ya
ng mungkin akan
membahayakan k
esehatan pasien at
au pasien yang se
dang kritis
–
Perawat triase me
nyampaikan supp
ort kepada pasien,
keluarga pasien, a
tau teman (Depart
ment Emergency
Hospital Singapor
e, 2014)
Prinsip umum lai
n dalam asuhan
keperawatan yan
g di berikan oleh
perawat di ruang
gawat darurat an
tara lain :
1.
Penjaminan keam
anan diri perawata
n dan klien terjaga
, perawat harus m
enerapkan prinsip
universal precauti
on, mencegah pen
yebaran infeksi da
n memberikan asu
han yang nyaman
untuk klien 2.
Cepat dan tepat da
lam melakukan tri
age, menetapkan
diagnose keperaw
atan, tindakan kep
erawatan dan eval
uasi yang berkela
njutan 3.
Tindakan keperaw
atan meliputi resu
sitasi dan stabilisa
si diberikan untuk
mengatasi masala
h biologi dan psik
ologi klien 4.
Penjelasan dan pe
ndidikan kesehata
n untuk klin dan k
eluarga diberikan
untuk menurunka
n kecemasan dan
meningkatkan ker
jasama perawat da
n klien 5.
Sistem monitorin
g kondisi klien ha
rus dapat dijalank
an 6.
Sistem dokumenta
si yang dipai dapa
t digunakan secar
a mudah, cepat da
n tepat 7.
Penjaminan tinda
kan keperawatan s
ecara etik dan leg
al keperawatan pe
rlu dijaga.
M.
TIPE TRIAGE
Ada beberapa Tip
e triage, yaitu :
1.
Daily triage
Daily triage adala
h triage yang selal
u dilakukan sebag
ai dasar pada syst
em kegawat darur
atan. Triage yang
terdapat pada seti
ap rumah bsakit b
erbeda-beda, tapi
secara umum dituj
ukan untuk menge
nal, mengelompo
kan pasien menur
ut yang memiliki t
ingkat keakutan d
engan tujuan untu
k memberikan eva
luasi dini dan pera
watan yang tepat.
Perawatan yang p
aling intensif dber
ikan pada pasien d
engan sakit yang s
erius meskipun bil
a pasien itu berpro
gnosis buruk.
2.
Mass Casualty inc
ident
Merupakan triage
yang terdapat keti
ka sestem kegawa
tdaruratan di suat
u tempat bencana
menangani banya
k pasien tapi belu
m mencapai tingat
ke kelebihan kapa
sitas. Perawatan y
ang lebih intensif
diberikan pada ko
rban bencana yan
g kritis. Kasus mi
nimal bisa di tund
a terlebih dahulu.
3.
Disaster Triage
Ada ketika syste
m emergensi local
tidak dapat memb
erikan perawatan i
ntensif sesegera m
ungkin ketika kor
ban bencana sang
at membutuhkan.
Filosofi perawata
n berubah dari me
mberikan perawat
an intensif pada k
orban yang sakit
menjadi memberi
kan perawatan ter
baik untuk jumlah
yang terbesar. Fok
usnya pada identif
ikasi korban yang
terluka yang mem
iliki kesempatan u
ntuk bertahan hid
up lebih besar den
gan intervensi me
dis yang cepat. Pa
da disaster triage
dilakukan identifi
kasi korban yang
mengalami luka ri
ngan dan ditunda t
erlebih dahulun ta
npa muncul resko
dan yang mengala
mi luka berat dan
tidak dapat bertah
an. Prioritasnya di
tekankan pada tra
nsportasi korban d
an perawatan berd
asarkan level luka
.
4.
Military Triage
Sama dengan tiag
e lainnya tapi bero
rientasi pada tujua
n misi disbanding
dengan aturan me
dis biasanya. Prin
sip triage ini tetap
mengutamakan pe
ndekatan yang pal
ing baik karena ji
ka gagal untuk me
ncapai tujuan misi
akan mengakibatk
an efek buruk pad
a kesehatan dan k
esejahteraan popu
lasi yang lebih bes
ar.
5.
Special Condition
triage
Digunakan ketika
terdapat faktor lai
n pada populasi at
au korban. Contoh
nya kejadian yang
berhubungan deng
an senjara pemusn
ah masal dengan r
adiasi, kontamina
si biologis dan ki
mia. Dekontamina
si dan perlengkap
an pelindung sang
at dibutuhkan ole
h tenaga medis. (
Oman, Kathleen S
., 2008;2)
N.
RUANG IGD
Ruang IGD, selai
n sebagai area kli
nis, IGD juga me
merlukan fasilitas
yang dapat menun
jang beberapa fun
gsi-fungsi penting
sebagai berikut: k
egiatan ajar meng
ajar, penelitian/
riset, administrasi,
dan kenyamanan s
taff. Adapun area-
area yang ada di d
alam kegiatan pel
ayanan kesehatan
bagi pasien di IG
D adalah : (1) Are
a administratif, (2
)
Reception/
Triage/Waiting a
rea, (3) Resuscita
tion area
, (4) Area Perawat
Akut (pasien yang
tidak menggunaka
n ambulan), (5) A
rea Konsultasi (un
tuk pasien yang m
enggunakan ambu
lan), (6) Staff
work stations,
(7) Area Khusus,
misalnya: Ruang
wawancara untuk
keluarga pasien, R
uang Prosedur,
Plaster room, Ap
otik, Opthalmolo
gy/ENT,
Psikiatri, Ruang I
solasi, Ruang Dek
ontaminasi, Area
ajar mengajar. (8)
Pelayanan Penunj
ang, misalnya: Gu
dang /Tempat Pen
yimpanan, Perlen
gkapan bersih dan
kotor, Kamar man
di, Ruang Staff, T
empat Troli Linen
, (9) Tempat peral
atan yang bersifat
mobile
Mobile X-Ray eq
uipment bay,
(10) Ruang alat k
ebersihan. (11) Ar
ea tempat makana
n dan minuman, (
12) Kantor Dan A
rea Administrasi,
(13) Area diagnos
tic misalnya medi
s imaging area lab
oratorium, (14) D
epartemen keadaa
n darurat untuk se
mentara/ bangsal
observasi jangka
pendek/ singkat (o
psional), (15) Rua
ng Sirkulasi. Ukur
an Total IGD dim
ana total area inter
nal IGD, tidak ter
masuk bangsal pe
ngamatan dan are
a internal imaging
sekarang ini sebai
knya, harus sediki
tnya 50 m
2
/1000 kehadiran t
ahunan atau 145
m
2
/1000 jumlah pas
ien yang masuk se
tahun, ukuran yan
g manapun boleh
dipakai tetapi lebi
h baik dipilih yan
g lebih besar. Uku
ran yang minimu
m suatu IGD akan
lebih fungsional a
pabila seluas 700
m
2
. Total ukuran dan
jumlah area peraw
atan akan juga aka
n dipengaruhi ole
h faktor-faktor se
perti: Jumlah ang
ka pasien, pertum
buhan yang dipro
yeksikan, antipast
i perubahan di dal
am teknologi, kep
arahan penyakit,
waktu penggunaa
n laboratorium da
n imaging medis,
jumlah atau susun
an kepegawaian d
an struktur. Menu
rut Kemenkes (20
12), kebutuhan ru
ang, fungsi dan lu
asan ruang serta k
ebutuhan fasilitas
pada ruang gawat
darurat di Rumah
sakit kelas C adal
ah sebagai berikut
: 1.
Ruang Penerimaa
n a.
Ruang administra
si , berfungsi untu
k menyelenggarak
an kegiatan admin
istrasi, meliputi: p
endataan pasien I
GD, keuangan da
n rekam medik. B
esaran ruang/luas
bekisar antara 3-5
m2/ petugas (luas
area disesuaikan d
engan jumlah petu
gas). Untuk kebut
uhan fasilitas anta
ra lain seperti mej
a, kursi, lemari be
rkas/arsip, telefon,
safety box dan per
alatan kantor lain
nya. b.
Ruang tunggu pen
gantar pasien, berf
ungsi sebagai rua
ngan dimana kelu
arga/pengantar pa
sien menunggu. R
uang ini perlu dise
diakan tempat dud
uk dengan jumlah
yang sesuai aktivi
tas pelayanan. Bes
aran ruang/luas 1-
1,5 m2/ orang (lua
s disesuaikan den
gan jumlah
kunjungan pasien/
hari). Kebutuhan f
asilitas yang diper
lukan antara lain k
ursi, meja, televisi
dan alat pengkond
isi udara (AC/Air
Condition). c.
Ruang Triase, rua
ng tempat memila
h
–
milah kondisi pas
ien,
true emergency
atau
false emergency.
Kebutuhan fasilita
s yang diperlukan
seperti wastafel, k
it pemeriksaan se
derhana, label. d.
Ruang penyimpan
an brankar, tempa
t meletakkan/ par
kir brankar pasien
yang siap digunak
an apabila diperlu
kan. e.
Ruang dekontami
nasi (untuk RS di
daerah industri), r
uang untuk memb
ersihkan/ dekonta
minasi pasien sete
lah
drop off
dari ambulan dan
sebelum memasuk
i area triase. Kebu
tuhan fasilitas rua
ng diperlukan ada
lah shower dan si
nk lemari/rak alat
dekontaminasi. f.
Area yang dapat d
igunakan untuk pe
nanganan korban
bencana massal.
Kenutuhan fasilita
s yang diperlukan
adalah area terbuk
a dengan/tanpa pe
nutup, fasilitas air
bersih dan drainas
e. 2.
Ruang Tindakan a
.
Ruang resusitasi, r
uangan ini diperg
unakan untuk mel
akukan tindakan p
enyelamatan pend
erita gawat darura
t akibat gangguan
ABC. Luasan rua
ngan minimal 36
m2. Kebutuhan fa
silitas yang diperl
ukan seperti naso
paringeal, orofari
ngeal, laringoskop
set anak, laringos
kop set dewasa, n
asotrakeal, orotra
keal, suction, trak
eostomi set, bag v
alve mask, kanul
oksigen, oksigen
mask, chest tube,
ECG, ventilator tr
ansport monitor, i
nfusion pump, ve
na suction, nebuli
zer, stetoskop, wa
rmer, NGT, USG.
b.
Ruang tindakan b
edah, ruangan ini
untuk melakukan
tindakan bedah ri
ngan pada pasien.
Luasan ruangan m
inimal 7,2 m2/
meja tindakan. Ke
butuhan fasilitas y
ang diperlukan ya
itu meja periksa, d
ressing set, infusi
on set, vena sectio
n set, torakosintes
is set, metalkauter
, tempat tidur, tian
g infus, film view
er. c.
Ruang tindakan n
on bedah, ruangan
ini untuk melakuk
an tindakan non b
edah pada pasien.
Luasan ruangan m
inimal 7,2 m2/ me
ja tindakan. Kebut
uhan fasilitas yan
g diperlukan yaitu
kumbah lambung
set, EKG, irrigato
r, nebulizer, sucti
on, oksigen medis
, NGT, infusion p
ump, jarum spinal
, lampu kepala, ot
oskop set, tiang in
fus, tempat tidur, f
ilm viewer, ophtal
moskop, bronkosk
opi, slit lamp. d.
Ruang observasi,
ruang untuk mela
kukan observasi t
erhadap pasien set
elah diberikan tin
dakan medis. Keb
utuhan fasilitas ha
nya tempat tidur p
eriksa. e.
Ruang pos perawa
t
(nurse station),
ruang untuk mela
kukan perencanaa
n, pengorganisasi
an, pelayanan kep
erawatan, pengatu
ran jadwal, doku
mentasi s/d evalua
si pasien. Pos pera
wat harus terletak
dipusat blok yang
dilayani agar pera
wat dapat
mengawasi pasien
nya secara efektif.
Kebutuhan fasilita
s yang diperlukan
antara lain meja, k
ursi, wastafel, co
mputer, dll. 3.
Ruang Penunjang
Medis a.
Ruang petugas/ St
af, merupakan rua
ng tempat kerja, is
tirahat, diskusi pet
ugas IGD, yaitu k
epala IGD, dokter
, dokter konsulen,
perawat. Kebutuh
an fasilitas yang d
iperlukan adalah s
ofa, lemari, meja/
kursi, wastafel,
pantry
. b.
Ruang perawat, ru
ang ini digunakan
sebagai ruang istir
ahat perawat. Lua
s ruangan sesuai k
ebutuhan. Kebutu
han fasilitas yang
diperlukan antara
lain sofa, lemari,
meja/kursi, wastaf
el. c.
Gudang kotor, Fas
ilitas untuk memb
uang kotoran beka
s pelayanan pasie
n khususnya yang
berupa cairan.
Spoolhoek
berupa bak atau kl
oset yang dilengk
api dengan leher a
ngsa. Kebutuhan f
asilitas yang diper
lukan adalah klos
et leher angsa, kra
n air bersih. d.
Toilet petugas, ter
diri dari kamar ma
ndi/ WC untuk pet
ugas IGD. e.
Ruang loker, mer
upakan ruang tem
pat menyimpan ba
rang-barang milik
petugas/staf IGD
dan ruang ganti pa
kaian.
O.
SYARAT KHUS
US INSTALASI
GAWAT DARU
RAT
Komponen pelay
anan yang diberik
an kepada IGD ter
diri atas perlengka
pan elektrikal dan
mekanikal serta je
nis perabotan dan
jumlah. Kualitas j
uga mempengaruh
i terhadap kegiata
n yang berlangsun
g di dalam ruanga
n tersebut. Ada 2 f
aktor penting, yait
u manusia sebagai
pengguna dan ban
gunan beserta ko
mponen-
komponennya seb
agai lingkungan b
inaan yang menga
komodasi kegiata
n manusia. Salah
satu fungsi utama
IGD adalah untuk
menerima, mensta
bilkan dan mengat
ur pasien yang me
nunjukkan gejala
yang bervariasi, g
awat dan kondisi-
kondisi yang sifat
nya tidak gawat.
Adapun persyarat
an khusus untuk I
GD menurut pedo
man teknis sarana
prasarana RS kela
s C yaitu: 1.
Area IGD harus te
rletak pada area d
epan atau muka d
ari tapak RS 2.
Area IGD harus m
udah diliat serta m
udah dicapai dari l
uar tapak rumah s
akit (jalan raya) d
engan tanda-tanda
yang sangat jelas
dan mudah dimen
gerti masyarakat u
mum. 3.
Area IGD harus m
emiliki pintu mas
uk kendaraan yan
g berbeda dengan
pintu masuk kend
araan ke area Inst
alasi Rawat Jalan/
Poliklinik, Instala
si rawat inap serta
area zona servis d
ari rumah sakit. 4.
Untuk tapak RS y
ang berbentuk me
manjang mengiku
ti panjang jalan ra
ya maka pintu ma
suk ke area IGD h
arus terletak pada
pintu masuk perta
ma kali ditemui ol
eh pengguna kend
araan untuk masu
k ke area RS. 5.
Untuk bangunan
RS yang berbentu
k bangunan bertin
gkat banyak yang
memiliki ataupun
tidak memiliki lan
tai bawah tanah m
aka perletakan IG
D harus berada pa
da lantai dasar ata
u area yang memil
iki akses langsung
. 6.
IGD disarankan u
ntuk memiliki are
a yang dapat digu
nakan untuk pena
nganan korban be
ncana massal. 7.
Disarankan pada a
rea untuk menuru
nkan atau menaik
kan pasien memili
ki sistem sirkulasi
yang memungkin
kan ambulan berg
erak satu arah. 8.
Letak bangunan I
GD disarankan be
rdekatan dengan i
nstalasi bedah sen
tral. 9.
Letak bangunan I
GD disarankan be
rdekatan dengan u
nit rawat intensif (
Intensive Care Un
it). 10.
Letak bangunan I
GD disarankan be
rdekatan dengan u
nit kebidanan. 11.
Letak bangunan I
GD disarankan be
rdekatan dengan i
nstalasi laboratori
um. 12.
Letak bangunan I
GD disarankan be
rdekatan dengan i
nstalasi radiologi.
13.
Letak bangunan I
GD disarankan be
rdekatan dengan
BDRS (Bank Dar
ah Rumah Sakit).
Menurut DepKes
RI tahun 1991, ko
nsep dasar Unit G
awat Darurat ditet
apkan dengan pert
imbangan dasar, y
aitu: 1.
Pemisahan antara
ruang bedah dan n
on bedah. 2.
Dilakukan pemisa
han sirkulasi antar
a pasien dengan p
erawat/dokter. 3.
Pengaturan sirkul
asi perawat/dokter
dan tempat alat-
alat medik
(bench)
sehingga dimung
kinkan penggunaa
n alat-alat secara
bersama. 4.
Pembentukan rua
ng-ruang perawat
an yang memungk
inkan untuk digun
akan sebagai ruan
g periksa, observa
si dan resusitasi.
Keseluruhan ruan
g dan alat ditetapk
an untuk dapat dig
unakan selama 24
jam. 5.
Mempunyai pintu
masuk khusus yan
g mudah dilalui k
endaraan dan mud
ah dilihat. Ada ba
nyak klasifikasi tr
iage yang digunak
an, adapun bebera
pa klasifikasi umu
m yang dipakai :
1.
Three Categories
Triage System
Ini merupakan be
ntuk asli dari syst
em triase, pasien
dikelompokkan m
enjadi :
–
Prioritas utama
–
Prioritas kedua
–
Prioritas rendah T
ipe klasifikasi ini
sangat umum dan
biasanya terjadi k
urangnya spesifita
s dan subjektifitas
dalam pengelomp
okan dalam setiap
grup
2.
Four Categories T
riage System
Terdiri dari :
–
Prioritas paling ut
ama (sesegera mu
ngkin, kelas 1, par
ah dan harus sese
gera mungkin)
–
Prioritas tinggi (y
ang kedua, kelas 2
, sedang dan seger
a)
–
Prioritas rendah (
dapat ditunda, kel
as 3, ringan dan ti
dak harus segera d
ilakukan)
–
Prioritas menurun
(kemungkinan ma
ti dan kelas 4 atau
kelas 0)
3.
Start Method (Si
mple Triage And
Rapid Treatment)
Pada triase ini tida
k dibutuhkan dokt
er dan perawat, ta
pi hanya dibutuhk
an seseorang deng
an pelatihan medi
s yang minimal. P
engkajian dilakuk
an kdengan sangat
cepat selama 60 d
etik pada bagian b
erikut :
–
Ventilasi / pernap
asan
–
Perfusi dan nadi (
untuk memeriksa
adanya denyut na
di)
–
Status neurologi T
ujuannya hanya u
ntuk memperbaiki
masalah-masalah
yang mengancam
nyawa seperti obs
truksi jalan napas,
perdarahan yang
massif yang harus
diselesaikan secep
atnya. Pasien dikl
asifikasikan sebag
ai berikut : a)
The Walking Wo
unded
Penolong ditemp
at kejadian memb
erikan instruksi ve
rbal pada korban,
untuk berpindah.
Kemudian penolo
ng yang lain mela
kukan pengkajian
dan mengirim kor
ban ke rumah saki
t untuk mendapat
penanganan lebih
lanjut. b)
Critical / Immedi
ate
Dideskripsikan se
bagai pasien deng
an luka yang seriu
s, dengan keadaan
kritis yang memb
utuhkan transport
asi ke rumah sakit
secepatnya, denga
n kriteria pengkaji
an :
–
respirasi >30x/
menit
–
tidak ada denyut n
adi
–
tidak sadar/
kesadaran menuru
n c)
Delayed
Digunakan untuk
mendeskripsikan
pasien yang tidak
bisa yang tidak m
empunyai keadaa
n yang menganca
m jiwa dan yang b
isa menunggu unt
uk beberapa saat u
ntuk mendapatkan
perawatan dan tra
nsportasi, dengan
criteria
–
Respirasi <30x/
menit
–
Ada denyut nadi
–
Sadar/ respon kes
adaran normal d)
Dead
Digunakan ketika
pasien benar-
benar sudah mati
atau mengalami lu
ka dan mematikan
seperti luka temba
k di kepala (Depar
tement Emergenc
y Hospital Singap
ore, 2014). Sistem
klasifikasi pasien
yang digunakan, d
iantaranya :
1.
Traffic director
Dalam sistem ini,
perawat hanya me
ngidentifikasi kel
uhan utama dan m
emilih antara statu
s
“mendesak” atau
“tidak mendesak”.
Berdasarkan klasi
fikasi ini pasien di
kirim ke ruang tun
ggu
atau area perawat
an akut. Tidak ada
tes diagnostik per
mulaan yang dilak
ukan sampai tiba
waktu pemeriksaa
n.
2.
Spot check
Pada model ini, p
erawat mendapatk
an keluhan utama
bersama dengan d
ata subjektif dan o
bjektif yang terbat
as, dan pasien dik
ategorikan ke dala
m salah satu dari t
iga prioritas
pengobatan beriku
t ini : “gawat daru
rat,” “mendesak,”
atau “ditunda”. D
apat dilakukan be
berapa
tes diagnostic pen
dahuluan, dan pas
ien ditempatkan d
i area perawatan t
ertentu atau di rua
ng tunggu. Tidak
ada evaluasi ulang
yang direncanaka
n sampai dilakuka
n pengobatan.
3.
Comprehensive
Sistem comprehen
sive adalah sistem
yang paling maju
dengan melibatka
n dokter dan pera
wat dalam menjal
ankan peran triase
. Data dasar yang
diperoleh meliputi
pendidikan dan ke
butuhan pelayana
n kesehatan prime
r, keluhan utama,
serta informasi su
bjektif dan ojektif.
Tes diagnostic pe
ndahuluan dilakuk
an dan pasien dite
mpatkan di ruang
perawatan akut at
au ruang tunggu. J
ika pasien ditemp
atkan di ruang tun
ggu, pasien harus
dikaji ulang setiap
15 sampai 60 men
it (Rea, 1987).
Ada beberapa istil
ah yang digunaka
n dalam unit gawa
t darurat berdasar
kan Prioritas Pera
watannya, antara l
ain :
a.
Gawat Darurat (P
1)
Keadaaan yang m
engancam nyawa/
adanya gangguan
ABC dan perlu tin
dakan segera, mis
alnya
cardiac arrest,
penurunan kesada
ran , trauma mayo
r dengan perdarah
an hebat
b.
Gawat Tidak Dar
urat (P2)
Keadaan mengang
ancam nyawa tete
pi tidak memerluk
an tindakan darur
at. Setelah dilakuk
an resusitasi maka
ditindak lanjuti ol
eh dokter speciali
s. Misalnya : pasi
en kanker tahap la
njut, fraktur, sickl
e cell dan lainya.
c.
Darurat Tidak Ga
wat (P3)
Keadaan yang tid
ak mengancam ny
awa tetapi memerl
ukan tindakan dar
urat. Pasien sadar,
tidak ada ganggua
n ABC dan dapat
langsung diberika
n terapi definitif.
Untuk tindak lanj
ut dapat ke polikli
nik, misalnya: las
erasi, fraktur mino
r/tertutup,sistitis,
otitis media dan la
inya.
d.
Tidak Gawat Tida
k Darurat
Keaadaan yang ti
dak mengancam n
yawa tetapi tidak
memerlukan tinda
kan gawat. Gejala
dan tanda klinis ri
ngan/
asimptomatis. Mis
alnya penyakit kul
it, batuk, flu, dan
sebagainya (ENA,
2001;Iyer, 2004)