Anda di halaman 1dari 5

Teatrikal Puisi

Sumpah Berdarah
Karya : Khalik

2
Lihatlah mereka, para penyembah Tuhan yang baru.

Orang-orang
Siapa saya
Apalah aku
Ketika malam mengiris dinginnya keheningan
Angin menghampiri, mendekat, duduk di sampingku seraya berkata “kamu siapa?”.

2
Lihatlah dengan mata hati kalian
Dengan tajamnya pikiranmu
Siapa mereka?
Apakah mereka itu ada?
Untuk apa mereka ada?
Atau, mereka hanya halusinasi belaka?

Orang-orang
Aku adalah aku
Kamu adalah kamu
Aku tidak bisa menjadi kamu
Kamu tak kan bisa menjadi aku
Aku merdeka tanpa kekangan zaman
Aku merdeka tanpa hukum penguasa
Aku bebas tanpa sangkar yang mengurungku
Aku bebas dengan nafsuku yang meronta-ronta
Aku merdeka, semerdeka-merdekanya merdeka
Aku bebas, sebebas-bebasnya bebas
2
Merdeka? (tertawa kecil)
Apa itu merdeka?
Bukankah merdeka itu mitos abadi yang terus didendangkan?
Kalian belumlah merdeka
Kalian masih terbelenggu rakusnya para penguasa
Kalian masih terpenjara ganasnya serangan kaum-kaum kapitalis
Kalian belum merdeka dalam arti sebenarnya merdeka
Dan sekarang, dengan mengatasnamakan merdeka
Kamu lupa menjadi manusia
Kamu tak hidup dalam dunia nyata
Ragamu tertinggal di sini, sedang jiwa dan pikiranmu hidup dengan Tuhan yang baru

Orang-orang
Aku menyembahmu, aku menghamba padamu----- dilantunkan berulang-ulang dengan gerakan
teatrikal menyembah orang 1.

1
Hay para pemuda
Rusaklah engkau
Menderitalah kamu
Mampuslah kau dikoyak-koyak kerasnya peradaban
Pemimpin-pemimpin kalian adalah boneka
Yang dilengkapi dengan teknologi keserakahan
Korupsi, pemerasan rakyat, kekebalan hukum itulah agendanya
Sementara kalian terus saja terlena
Kalian masih saja terlelap
Dengarlah, kalian hidup dengan cinta yang palsu
Menghamba pada Tuhan imitasi

Orang-orang (tetap melakukan gerakan teatrikal)


Kami adalah pemujamu
Kami adalah pengikut setiamu
Seluruh kami, hanya untukmu
Apapun perintahmu akan kami turuti
Kau yang memberikan kami udara tuk bernafas
Kau yang memberikam kami jiwa
Kau yang memberikan kami rasa
Kau berikan kami hidup
Tanpamu kami mati
Tanpamu kami menderita
Tanpamu kami tersiksa
Denganmu kami merasa hidup
Denganmu kami bisa berjalan
Denganmu kami bercinta
Iya, bercinta.

1
Tersesatlah engkau dalam ketiadaan
Pada heningnya kehampaan
Ditengah bengisnya kebinasaan
Aku mampu membuat kalian terlena
Ku hadiahkan harta yang berlimpah
Ku persiapkan tahta tempatmu berkuasa sesuka hati
Ku rayu kalian dengan moleknya keindahan wanita
Dengan nikmatnya nafsu duniawi
Mampuuussss……
Kamu bukan kamu
Aku bukan aku
Aaaaahhh persetan dengan kalian hahaha…

Orang-orang (tetap dengan adegan teatrikal, perlahan mulai menangis)


Kami adalah perusak generasi
Kami yang memporakporandakan moral
Kami dibantai kemajuan zaman
Harta tahta nafsu duniawi
Kami tak mampu lepas dari jeratnya
Binasalah kami
Tolonglah

2
Bangunlah anak muda
Usaikan lelapmu dalam dunia maya
Runtuhkan Tuhan-tuhan imajinasi yang telah kau bangun bersama
Sadarlah…

1
Jeratku tak dapat kau bendung
Tangismu merintih berdengung
Pelukanku membuatmu linglung
Akulah, sang penakluk yang agung

2
Sadarlaaahh
Lupakah kau bahwa kau pernah hidup dengan cinta yang sebenarnya cinta
Lupakah kau pada jalan setapak rumahmu
Yang menuntunmu pada cahaya ilahi
Lupakah kau pada rumahmu
Bahwa disana, dibalik pintu tua itu
Sepasang merpati tua menunggumu
Mereka telah termakan usia
Kulit keriput mata sayu langkah lesu
Dengan sisa-sisa nyawanya menantimu dengan mimpi yang telah kau genggam
Lupakah kau, bahwa kemewahan hidup yang kau nikmati hari ini
Segala yang melekat ditubuhmu
Mainan canggihmu
Uang yang kau hamburkan
Perhiasan
Semua yang kau sombongkan
Itu semua dari jerih payah mereka, Bangsat. (menangis)

Orang-orang
(semuanya menangis) Bangunlah, sadarlah, bangkitlah----- dilantunkan berulang-ulang dengan
adegan teatrikal. Melepaskan pakaian hitam, menjadi putih.

2
93 tahun yang lalu terjadi sumpah pemuda
Hari ini terjadi sumpah yang kami sebut dengan sumpah berdarah

(semua berkumpul menjadi satu)


Kita semua telah merdeka
Lepaskan segala ke akuan
Runtuhkan kekuatan eksistensi
Robohkan belenggu dari penguasa serakah
Musnahkan semua Tuhan-tuhan sosial media, teknologi, dan uang
Kembali pada jati diri yang sejati
Layaknya manusia yang sebenarnya manusia
Inilah sumpahku hari ini
Mana sumpahmu?

Anda mungkin juga menyukai