HEINER MULLER
****
(Kecam)
Di bawah sinar matahari Denmark yang menyinari setiap kehidupan hingga
kematian. Aku menginginkan mayatmu di lubang saluran pembuangan,
Istana tenggelam.
Dan kau Ophelia, izinkan aku menikmati jantungmu yang memancing air
mataku.
OPHELIA : Aku Ophelia, orang yang tak diingini sungai, perempuan di tali gantungan,
perempuan dengan pembuluh nadi tersayat, perempuan yang kelebihan
dosis salju di bibir, perempuan dengan kepala dalam oven kompor gas.
Kemarin aku berhenti membunuh diriku. Aku sendirian dengan susuku,
pahaku, dan kemaluanku. Kuhancurkan medan pertempuran yang dulunya
adalah rumahku.
Kuhempaskan jendela-jendela, dengan tangan yang berdarah kurobek-
robek foto para lelaki yang pernah kucinta dan mengharapkanku di tempat
tidur, di meja, di kursi, dan di tanah. Kulempar pakaianku ke dalam api,
kugali jam yang tadinya jantung dari dadaku, aku pergi ke jalan berbaju
darah.
HORATIO MASUK
ORANG-ORANG DI TIANG BERBICARA SEREMPAK “UNIVERSITAS ORANG-
ORANG MATI, BISIKAN DAN GUMAMAN DARI NISAN-NISAN MEREKA” PARA
FILSUF YANG TELAH MATI MELEMPAR HAMLET DENGAN BUKU-BUKU
MEREKA, GALERI PARA PEREMPUAN MATI, PEREMPUAN DI TALI
GANTUNGAN, PEREMPUAN DENGAN PEMBULUH NADI TERSAYAT
HAMLET : Aku menatap kebalik pintu kaca tahan peluru, dimana kerumunan itu
mendesak ke depan dan aku mencium keringat-keringat ketakutanku.
Bergetar dengan takut dan jijik aku melihat diriku dalam kumpulan yang
mendesak ke depan, mulut berbusa, mengacungkan tinju kepada diriku,
aku menggantungkan daging berseragam di kakiku. Akulah prajurit dalam
menara meriam yang dapat berputar, kepalaku kosong di bawah helm,
teriakan tercekik di bawah belenggu. Aku mematahkan leherku, aku adalah
tawananku sendiri, peranku adalah air ludah dan tempolong, pisau dan
luka, taring dan tenggorokan, leher dan tali, aku adalah bank data berdarah
dalam kerumunan. Meludahkan dahak kata-kata di dalam kedap suaraku di
atas pertempuran. Dramaku sudah tidak berlangsung, naskahnya sudah
hilang, pemain-pemainnya meletakkan wajah mereka di gantungan baju
ruang ganti, di dalam kotaknya para juru bisik membusuk, mayat yang
dijejali kapas di ruang penonton tidak menggerakkan tangan, aku pulang
dan membunuh waktu, bersatu dengan diriku yang utuh.
SUARA-SUARA DI BELAKANG PANGGUNG, ORANG-ORANG PADA GELISAH
HAMLET : Aku tidak ingin lagi makan minum, bernafas, mencintai seorang
perempuan, seorang lelaki, seorang anak, seekor binatang aku tidak ingin
lagi mati, aku tidak ingin lagi membunuh, aku membongkar dagingku yang
tersegel, aku ingin menghuni pembuluh darahku, sum-sum tulangku,
labirin tengkorakku, aku bersemayam dalam tahiku, dalam darahku,
pikiranku adalah luka-luka dalam otakku, otakku adalah bekas luka, aku
ingin jadi mesin, tangan untuk meraih, kaki untuk berjalan, tanpa nyeri,
tanpa pikiran.