Anda di halaman 1dari 39

BAB 1 PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Pasar modal memiliki peran penting dalam perekonomian dunia saat ini.
Perkembangan dunia bisnis di Indonesia didukung dengan adanya
perkembangan pasar modal. Pasar modal merupakan salah satu alternatif
investasi bagi masyarakat. Melalui pasar modal, investor dapat melakukan
investasi di beberapa perusahaan melalui pembelian surat-surat berharga yang
ditawarkan atau yang diperdagangkan di pasar modal. Perusahaan dapat
memperoleh dana yang dibutuhkan dengan menawarkan surat-surat berharga
tersebut. Adanya pasar modal memungkinkan para investor untuk memiliki
perusahaan yang sehat dan berprospek baik (Hermuningsih, 2012:2).
Kegiatan investasi pada hahekatnya memiliki tujuan untuk memperoleh
keuntunngan tertentu. Dalam hal berinvestasi, tidak terlepas dari adanya
fluktuasi harga saham yang dapat mempengaruhi besarnya risk (risiko) dan
return (imbal hasil). Hubungan antara risk dan return dari investasi merupakan
hubungan yang searah. Artinya semakin besar risiko yang harus ditanggung,
semakin besar juga tingkat imbal hasil yang diharapkan. Apabila expected
return (harapan imbal hasil) tinggi yang dimiliki oleh seorang investor, maka
investor akan selalu meminimumkan risiko yang mungkin akan dihadapinya.
Para investor meminimumkan risiko yang mungkin dihadapi dengan
melakukan diversifikasi dalam portofolio, yaitu mengalokasikan sejumlah dana
pada berbagai alternatif investasi yang berkorelasi negatif (Graha dan
Darmayanti, 2016:3).
Suatu indeks diperlukan sebagai indikator untuk mengamati pergerakan
harga dari sekuritas-sekuritas. Bursa efek merupakan sebuah pasar yang
terorganisasi dimana para pialang melakukan transaksi jual-beli surat berharga
dengan berbagai perangkat aturan yang ditetapkan di bursa efek tersebut. Di
Indonesia terdapat bursa efek, yaitu PT. Bursa Efek Indonesia atau yang lebih
dikenal dengan Bursa Efek Indonesia (BEI). Banyaknya jumlah perusahaan
yang listing di Bursa Efek Indonesia membuat para investor bingung untuk

1
2

menentukan pilihan yang tepat, untuk membantu para investor menentukan


pilihan, maka Bursa Efek Indonesia membentuk suatu indeks, yaitu indeks
saham LQ-45. Indeks saham LQ-45 merupakan indeks pasar saham di bursa
efek Indonesia (BEI) yang terdiri dari 45 perusahaan yang memenuhi kriteria
tertentu.
Portofolio merupakan kombinasi atau gabungan dari sejumlah real asset
maupun financial asset. Portofolio akan selalu mengungguli saham individual
karena melalui diversifikasi akan terjadi pengurangan resiko. Masalah yang
sering terjadi adalah investor berhadapan dengan ketidakpastian ketika harus
memilih saham-saham yang dibentuk menjadi portofolio pilihannya. Para
investor berhadapan dengan banyaknya kombinasi saham dalam portofolio
yang pada akhirnya harus mengambil keputusan potofolio mana yang akan
dipilih oleh investor.
Portofolio yang efisien tidak dapat dikatakan portofolio yang optimal.
Seorang investor yang rasional, tentu akan memilih portofolio yang optimal
(Hartono, 2013:309). Sebelum investor menentukan pilihan portofolio efisien
yang optimal pada perusahaan, investor perlu menganalisis portofolio tersebut.
Analisis portofolio dapat digunakan untuk menentukan return optimal pada
risiko yang minimal, salah satu metode analisis yang digunakan adalah Model
Indeks Tunggal. Analisis portofolio optimal yang menggunakan model indeks
tunggal lebih mudah dan sederhana diaplikasikan dalam menentukan saham
mana saja yang dapat menghasilkan return optimal dengan risiko yang
minimum, serta mampu menentukan seberapa besar proporsi dana yang
dibutuhkan.
Berdasarkan dari uraian diatas untuk menganalisis dan menentukan
portofolio efisien yang optimal dan proporsi dana serta expected return dan
risikonya pada saham-saham LQ-45, maka penulis tertarik untuk mengangkat
judul “ANALISIS PORTOFOLIO OPTIMAL SAHAM
MENGGUNAKAN MODEL INDEKS TUNGGAL PADA SAHAM-
SAHAM PERUSAHAAN YANG TERGABUNG DALAM INDEKS LQ-
45 DI BEI PERIODE 2019-2021”.
3

1.2 Rumusan Masalah


a. Berapa portofolio optimal dan besarnya proporsi dana yang dapat
dibentuk dari saham-saham yang tergabung dalam LQ-45 di Bursa Efek
Indonesia periode Agustus 2019-Juli 2021.
b. Berapa besar tingkat expected return dan risiko portofolio dari saham-
saham perusahaan yang masuk dalam portofolio optimal.

1.3 Batasan Masalah


Berdasarkan identifikasi masalah di atas, serta untuk menghindari
perluasan masalah yang akan diteliti, maka pada penelitian ini dibatasi pada
analisis portofolio optimal dengan menggunakan metode model indeks
tunggal pada saham-saham yang tergabung dalam LQ-45 periode Agustus
2019-Juli 2021.

1.4 Tujuan Penelitian


Penelitian ini bertujuan untuk:
a. Mengetahui dan menganalisis portofolio optimal dan besarnya proporsi
dana yang dapat dibentuk dari saham-saham yang tergabung dalam
indeks LQ-45 di Bursa Efek Indonesia periode Agustus 2019-Juli 2021.
b. Mengetahui dan menganalisis besarnya tingkat expected return dan risiko
portofolio dari saham-saham perusahaan yang masuk dalam portofolio
optimal.

1.5 Manfaat Penelitian


Penelitian ini diharapkan sebagai salah satu masukan dalam
pengambilan keputusan untuk berinvestasi pada saham-saham perusahaan
dengan mengetahui portofolio optimal beserta proporsi dananya.
BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Penelitian Terdahulu


Ada beberapa penelitian terdahulu yang terkait dengan penelitian yang
akan dilakukan. Hasil penelitian terdahulu merupakan dasar atau landasan
yang cukup kuat bagi pengembangan kerangka teoritis untuk menjawab
permasalahan yang ada. Adapun penelitian terdahulu yang merupakan dasar
atau landasan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut :

a. Penelitian yang dilakukan oleh Suroto (2015) dengan judul “


ANALISIS PORTOFOLIO OPTIMAL MENURUT MODEL INDEKS
TUNGGAL” penelitian ini dilakukan pada perusahaan yang konsisten
masuk dalam perhitungan indeks LQ-45 periode Agustus 2012- Juli
2015 pada Bursa Efek Indonesia. Hasil penelitian menunjukkan
terdapat 8 saham yang masuk dalam portofolio optimal dengan proporsi
masing-masing saham, yaitu ICBP sebesar 2,32%, GGRM sebesar
2,19%, PTBA sebesar 2,17%, UNVR sebesar 44,59%, EXCL sebesar
1,62%, AALI 1,88% sebesar , AKRA 12,91% sebesar dan BBCA
sebesar 32,33%. Portofolio optimal yang dibentuk menjanjikan tingkat
pengembalian yang diharapkan sebesar 2,7% per bulan dengan risiko
sebesar 7,75%. Investor yang bersikap menghindari risiko lebih
menyukai melakukan diversifikasi daripada investasi sepenuhnya pada
saham individual.
b. Penelitian yang dilakukan oleh Kewal (2013) yang berjudul
“PEMBENTUKAN PORTOFOLIO OPTIMAL SAHAM-SAHAM
PADA PERIODE BULLISH DI BURSA EFEK INDONESIA”.
Penelitian ini dilakukan dengan tujuan untuk menyusun portofolio
optimal saham yang tercatat di Bursa Efek Indonesia dengan
menggunakan model indeks tunggal pada periode Bullish. Periode
penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah 2009-2011.
Hasilnya adalah tersusunnya sebuah portofolio saham yang terdiri dari
empat saham, yaitu ASRI (48,72%), INDF (28,24%), BBNI (16,32%),

4
5

dan BKSL (6.71%). Hasil pengujian hipotesis pertama menunjukkan


bahwa ada perbedaan dalam return saham dari portofolio candidate
dibandingkan dengan portofolio noncandidate. Hasil pengujian
hipotesis kedua menunjukkan bahwa tidak ada perbedaan dalam risiko
saham yang termasuk dalam portofolio candidate dibandingkan dengan
portofolio noncandidate.
c. Penelitian yang dilakukan oleh Graha dan Darmayanti (2016) yang
berjudul “ANALISIS MODEL INDEKS TUNGGAL PADA
PERUSAHAAN YANG TERGABUNG DALAM INDEKS LQ-45”.
Dalam penelitiannya tentang menentukan saham-saham membentuk
portofolio optimal dari saham-saham perusahaan yang tergabung dalam
indeks LQ-45 di Bursa Efek Indonesia serta besarnya persentase
proporsi dana dengan model indeks tunggal. Penelitian dilakukan pada
perusahaan-perusahaan yang tergabung dalam Indeks LQ-45 di PT.
Bursa Efek Indonesia selama 5 periode. Jumlah sampel sebanyak 31
perusahaan dengan menggunakan purposive sampling. Pengumpulan
data dilakukan melalui studi dokumentasi. Teknik analisis yang
digunakan adalah model indeks tunggal dengan program Microsoft
Office Excel 2013. Berdasarkan hasil analisis ditemukan bahwa yang
masuk ke dalam portofolio optimal dan besarnya proporsi dana adalah
saham-saham PT Harum Energy Tbk. (HRUM) sebesar 42,97 persen,
PT XL AxiataTbk.(EXCL) sebesar 30,12 persen, PT Astra Agro Lestari
Tbk. (AALI) sebesar 24,66 persen, PT Kalbe FarmaTbk. (KLBF)
sebesar 1,55 persen, dan PT Astra International Tbk. (ASII) sebesar
0,70 persen.
d. Penelitian yang dilakukan oleh Suprihatin (2014) yang berjudul
“ANALISIS PORTOFOLIO SAHAM MENGGUNAKAN METODE
MARKOWITZ PADA PERUSAHAAN RETAIL DI BURSA EFEK
INDONESIA” dengan sampel penelitian berjumlah 5 perusahaan yang
aktif diperdagangkan di Bursa Efek Indonesia. Hasil penellitian ini
menunjukkan terdapat 3 portofolio yang efisien yaitu pada bobot sama
6

teerdapat pada portofolio 1, portofolio 3, dan portofolio 6. Pada bobot


berbeda terdapat pada prefensi keuntungan dan risiko yang
ditanggungnya. Investor yang menyukai risiko lebih suka mengambil
investasi dengan risiko yang lebih tinggi, investor yang netral terhadap
risiko lebih bersikap hati-hati dalam mengambil keputusan dan akan
meminta kenaikan tingkat pengembalian yang sama untuk setiap
kenaikan risiko, dan investor yang tidak menyukai risiko biasanya
cenderung mempertimbangkan keputusan investasi secara matang dan
terencana.

2.2 Landasan Teori


4.2.1. Manajemen Keuangan
Pengertian Manajemen Keuangan menurut Horne dan Wachowicz
Jr. (2012:2) adalah salah satu fungsi Manajemen terhadap segala
aktivitas perusahaan yang berhubungan dengan kegiatan memperoleh
sumber dana, menggunakan dana, dan manajemen aktiva untuk
menciptakan kemakmuran bagi pemegang saham.
Kasmir (2010:6) manajemen keuangan adalah segala aktifitas
yang berhubungan dengan bagaimana memperoleh dana untuk
membiayai usahanya, mengelola dana tersebut sehingga tujuan
perusahaan tercapai, dan pengelolaan asset yang dimiliki secara
efektif dan efisien.
4.2.2. Pasar Modal
Pasar modal adalah pasar abstrak yang mempertemukan pihak yang
memiliki dana yang disebut pemodal (investor) dan pihak yang
membutuhkan dana yang disebut emiten atau perusahaan yang sudah
masuk bursa (go public). Dimana pihak yang memiliki dana (unit
surplus) dengan pihak yang membutuhkan dana (unit deficit)
melakukan pertemuan di pasar modal tersebut. Para pemodal
menggunakan instrument pasar modal untuk keperluan investasi
7

portofolionya sehingga pada akhirnya dapat memaksimumkan


penghasilan (Hermuningsih, 2012:10).
a. Fungsi Pasar Modal
Pasar modal mempunyai dua fungsi yaitu sebagai lembaga yang
menunjukan peran penting dalam menunjang perekonomian karena
pasar modal dapat menghubungkan pihak yang membutuhkan dana
dengan pihak yang mempunyai kelebihan dana. Dan mendorong
terciptanya alokasi yang sfisien, karena dengan adanya pasar modal
maka oihak yang kelebihan dana “investor” dapat memilih alternatif
investasi yang memberikan return yang optimal.
b. Jenis Pasar Modal
Menurut hermuningsih (2012:8), terdapat 4 jenis pasar modal,
yaitu antara lain :
1) Pasar Modal Perdana
Pasar modal perdana adalah pasar dimana efek-efek
diperdagangkan untuk pertama kalinya, sebelum dicatatkan di
bursa efek. Di sini, saham dan efek lainnya untuk pertama kalinya
ditawarkan kepada investor oleh pihak penjamin emisi melalui
perantara pedagang efek yang bertindak sebagai agen penjual
saham.
2) Pasar Sekunder
Pasar sekunder merupakan pasar dari efek yang telah dicatatkan
di bursa. Dengan kata lain, pasar sekunder merupakan tempat
investor dapat melakukan jual beli efek, setelah efek tersebut
dicatatkan di bursa sebagai kelanjutan dari pasar perdana.
3) Pasar Ketiga
Pasar ketiga adalah sarana transaksi jual beli efek antara anggota
bursa serta investor dan harga dibentuk oleh market maker.
Investor dapat memilih market maker dengan harga terbaik.
4) Pasar Keempat
8

Pasar keempat adalah sarana transaksi jual beli antara investor


jual dan investor beli tanpa melalui perantara efek.
c. Instrumen Pasar Modal
Instrumen pasar modal menurut Hermuningsih (2012:77), antara
lain:
1) Saham
Saham merupakan salah satu surat berharga yang diperdagangkan
di pasar modal yang bersifat kepemilikan.
2) Obligasi
Obligasi adalah sertfikat yang berisi kontrak antara investor dan
perusahaan, yang menyatakan bahwa investor tersebut/pemegang
obligasi telah meminjamkan sejumlah uang kepada perusahaan.
3) Instrumen derivatif
Instrumen derivatif merupakan efek turunan dari efek “utama”
baik yang bersifat penyertaan maupun hutang. Derivatif
merupakan kontrak atau perjanjian yang nilai atau peluang
keuntungannya terkait dengan kinerja aset lain.
Instrumen derivatif di pasar modal adalah sebagai berikut :
a) Bukti Rights
b) Waran
c) Kontrak Berjangka Indeks Saham
d) Kontrak Opsi Saham
4) Reksa Dana
Reksa dana adalah wadah yang dipergunakan untuk menghimpun
dana dari masyarakat yang berminat berinvestasi untuk
selanjutnya diinvestasikan fortofolio efek (macam-macam bentuk
dan kombinasi investasi seperti deposito, obligasi, saham, valas,
dll).
4.2.3. Investasi
Menurut Hartono (2013:23) investasi adalah penundaan konsumsi
sekarang untuk digunakan di dalam produksi yang efisien selama
9

periode waktu yang akan datang. Investasi dapat diartikan juga sebagai
pengeluaran sejumlah uang atau dana atau menyimpan sejumlah uang
dengan suatu harapan akan mendapat penghasilan secaraa finansial
dimasa yang akan datang. Tujuan berinvestasi pada umumnya adalah
untuk mendapatkan keuntungan. Menurut Hermuningsih (2012:218),
beberapa pilihan investasi untuk meningatkan penghasilan yakni
tabungan, deposito berjangka, polis asuransi, membeli valuta asing,
mendirikan usaha baru, membeli emas, membeli tanah atau rumah,
membeli surat berharga di pasar uang, membeli surat berharga di pasar
uang. Tahap-tahap keputusan investasi pada pasar modal adalah sebagai
berikut:
a. Penentuan Tujuan Investasi
Tujuan investasi masing-masing investor bisa berbeda-beda
tergantung pada investor yang membuat keputusan tersebut. Tujuan
investasi harus dinyatakan baik dalam keuntungan maupun risiko.
b. Penentuan Kebijakan Investasi
Tahap ini dimulai dengan penentuan keputusan alokasi aset (asset
allocation decision). Keputusan ini menyangkut pendistribusian
dana yang dimiliki pada berbagai kelas-kelas aset yang tersedia
(saham, obligasi, real estate ataupun sekuritas luar negeri). Investor
juga harus memperhatikan berbagai batasan yang mempengaruhi
kebijakan investasi seperti seberapa besar dana yang dimiliki dan
porsi pendistribusian dana tersebut serta beban pajak dan pelaporan
yang harus ditangggung.
c. Pemilihan Strategi Portofolio
Strategi portofolio yang dipilih harus konsisten dengan dua tahap
sebelumnya, ada dua strategi portofolio yang bisa dipilih, yaitu
strategi portofolio aktif meliputi kegiatan penggunaan informasi
yang tersedia dan teknik-teknik peramalan secara aktif untuk
mencari kombinasi portofolio yang lebih baik. Strategi portofolio
pasif meliputi aktivitas investasi pada portofolio yang seiring
10

dengan kinerja indeks pasar. Asumsi strategi pasif ini adalah bahwa
semua informasi yang tersedia akan diserap pasar dan direfleksikan
pada harga saham.
4.2.4. Saham
Saham dapat didefinisikan sebagai tanda penyertaan modal
seseorang atau pihak (badan usaha) didalam suatu perusahaan atau
perseroan terbatas, dengan menyertakan odal tersebut, maka pihak
tersebut memiliki klaim atas aset pendapatan perusahaan, dan berhak
hadir dalam Rapat Umum Pemegang Saham (RUPS).
Saham merupakan tanda bukti memiliki perusahaan dimana
pemiliknya disebut sebagai pemegang saham. Saham merupakan surat
bukti kepemilikan atas aset-aset perusahaan yang menerbitkan saham
tersebut (Tandelilin, 2007:18).
a. Jenis-jenis Saham
Secara umum saham yang dikenal sehari-hari merupakan saham
biasa (common stock). Ada beberapa sudut pandang untuk
membedakan saham, yaitu :
1) Saham biasa (common stock)
Saham biasa adalah jenis saham yang menempatkan pemiliknya
pada posisi paling akhir dalam pembagian dividen dan hak atas
harta kekayaan perusahaan apabila perusahaan tersebut
dilikuidasi. Pemegang saham biasa akan mendapatkan
keuntungan (dividen) apabila perusahaan memperoleh laba.
2) Saham preferen (preffered stock).
Saham preferen yaitu saham yang memberikan hak istimewa
kepada pemiliknya, saham preferen memiliki sifat gabungan
antara obligasi dan saham biasa. Dibanding saham biasa, saham
preferen memiliki kelebihan yaitu hak atas dividen tetap dan hak
pembayaran lebih dahulu jika terjadi likuidasi, oleh karena itu
saham preferen dianggap memiliki karakteristik.
b. Pengertian Harga Saham
11

Harga saham adalah harga yang ditetapkan kepada suatu


perusahaan bagi pihak lain yang ingin memiliki hak kepilikan
saham. Nilai harga saham selalu berubah-ubah setiap waktu. Besaran
nilai harga saham dipengaruhi oelh permintaan dan penawaran yang
terjdi antar penjual dan pembeli saham.
c. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Harga Saham.
Pada aktivitas perdagangan saham sehari-hari, harga saham selalu
mengalami fluktuasi baik kenaikan maupun penurunan harga saham.
Harga saham di bursa ditentukan oleh mekanisme pasar yaitu
kekuatan permintaan dan penawaran saham tersebut. Semakin
banyak orang yang membeli suatu saham, maka harga saham
tersebut cenderung akan bergerak naik. Demikian juga sebaliknya,
semakin banyak orang yang yang menjual saham suatu perusahaan,
maka harga saham tersebut akan bergerak turun.
Contoh variabel yang mempengaruhi harga saham adalah sebagai
berikut: (1) pengumuman pembagian dividen tunai; (2) pengumuman
stock split; (3) pengumuman right issue; (4) pengumuman saham
bonus atau saham dividen; (5) pengumuman waran; (6) rencana
merger dan akuisisi; (7) rencana transaksi benturan kepentingan; (8)
perubahan variabel makro dan mikroek onomi; (9) peristiwa politik
internasional; (10) peristiwa politik nasional; (11) January effect;
(12) insider information;(13) perubahan siklus ekonomi melalui
leading indicator.
4.2.5. Saham Indeks LQ-45
Indeks LQ-45 adalah pasar saham di Bursa Efek Indonesia (BEI)
yang terdiri dari 45 perusahaan yang memenuhi kriteria tertentu, yaitu :
a. Termasuk dalam 60 perusahaan teratas dengan kapitalis pasar
tertinggi dalam 12 bulan terakhir
b. Termasuk dalam 60 perusahaan teratas dengan nilai transaksi pasar
tertinggi di pasar regular dalam 12 bulan terakhir
c. Telah tercatat di Bursa Efek Indonesia (BEI) selama minimal 3 bulan
12

Saham LQ-45 dihitung setiap enam bulan oleh devisi riset Bursa
Efek Indonesia.
4.2.6. Keuntungan (return) dan Risiko (Risk) Saham
a. Keuntungan
Investasi dalam bentuk saham mempunyai potensi keuntungan
dan risiko yang sesuai dengan prinsip investasi yaitu high risk high
return, low risk low return. Semakin tinggi potensi keuntungan dari
suatu instrumen investasi, semakin tinggi pula kemungkinan risiko
yang akan diderita investor, demikian pula sebaliknya.
Potensi keuntungan dari investasi dalam bentuk saham relatif lebih
besar dari investasi dalam bentuk financial assets lainnya seperti
instrumen pasar uang, obligasi, dan reksa dana, oleh karena itu
risiko investasi dalam bentuk saham lebih besar dari pada investasi
dalam bentuk financial assets selain saham.
b. Risiko
Risiko sering dihubungkan dengan penyimpangan atau deviasi
dari outcome yang diterima dengan yang diekspektasi. Untuk
menghitung risiko, metode yang ban yak digunakan adalah deviasi
standar (standard deviation) yang mengukur absolut penyimpangan
nilai-nilai yang sudah terjadi dengan nilai ekspektasinya (Hartono,
2013:257).
Risiko didefinisikan sebagai perbedaan antara hasil yang
diharapkan (expected return) dan realisasinya (Zubir, 2011:19)
4.2.7. Diversifikasi
Dalam upaya meminimumkan risiko investasi adalah dengan
melakukan diversifikasi. Dalam melakukan diversifikasi, persoalan
yang sering muncul adalah strategi apa yang harus dilakukan dalam
investasi. Dengan melakukan diversifikasi, akan banyak peluang
kauntungan yang dapat diraih. Akan tetapi, saat kondisi pasar dalam
keadaan melemah atau dalam kondisi tidak baik, melakukan
13

divesifikasi tidak akan efektif dan tidak akan mendapatkan hasil yang
optimal apabila tidak dilakukan secara efektif (Habib, 2008 : 142).
4.2.8. Portofolio
Portofolio diartikan sebagai seerangkaian kombinasi beberapa
aktiva yang diinvestasi dan dipegang pemodal, baik perorangan
maupun lembaga (Sunariyah, 2006:194)
Portofolio merupakan kombinasi atau gabungan dari sejumlah
real asset maupun financial asset. Portofolio akan selalu
mengungguli saham individual karena melalui diversifikasi akan
terjadi pengurangan resiko. Masalah yang sering terjadi adalah
investor berhadapan dengan ketidakpastian ketika harus memilih
saham-saham yang dibentuk menjadi portofolio pilihannya. Para
investor berhadapan dengan banyaknya kombinasi saham dalam
portofolio yang pada akhirnya harus mengambil keputusan potofolio
mana yang akan dipilih oleh investor. Portofolio yang efisien tidak
dapat dikatakan portofolio yang optimal. Seorang investor yang
rasional, tentu akan memilih portofolio yang optimal (Hartono,
2013:309).
4.2.9. Model Indeks Tunggal
Model Indeks Tunggal merupakan metode yang digunakan dalam
pengukuran nilai return dan risiko portofolio dengan asumsi apabila
pergerakan return saham hanya berhubungan terhadap return pasar
(Jogiyanto, 2013:369).
Konsep model indeks tunggal berasal dari keinginan William
Sharpe untuk menyederhanakan perhitungan Markowitz. Perhitungan
return sekuritas dalam model indeks tuggal melibatkan dua komponen
utama yaitu, komponen return yang terkait dengan keunikan
perusahaan. Dan komponen return yang terkait dengan pasar.
Tujuan dari model indeks tunggal adalah untuk menyederhanakan
model Markowitz. Kerumitan model Markowitz disebabkan karena
melibatkan banyak varian dan kovarian didalam menghitung risiko
14

portofolio. Model indeks tunggal didasarkan pada pengamatan bahwa


harga dari suatu sekuritas berfluktuasi searah dengan indeks harga
pasar (Hartono, 2013:339).
2.3 Kerangka Pemikiran
Gambar 2.1 menjelaskan mengenai alur pemikiran dalam penelitian ini.
Keputusan investasi dilakukan di pasar modal. Saham-saham yang dipilih
adalah saham yang tergabung dalam LQ-45. Metode yang digunakan pada
penelitian ini adalah model indeks tunggal dengan membentuk portofolio
optimal, dilanjutkan dengan perhitungan untuk proporsi dana masing-
masing saham dan tingkat risiko beserta pengembalian dari portofolio
optimal yang telah dibentuk. Setelah hasil analisis ditemukan, kemudian
direkomendasikan untuk keputasan investasi.

Pasar Modal

Saham Indeks LQ-45

Model Indeks Tunggal

Portofolio Optimal

Proporsi Dana

Return dan Risk Portofolio

Hasil Analisis

Simpulan dan Rekomendas

Gambar 2.1. Kerangka Pemikiran


BAB 3 METODE PENELITIAN

3.1 Lokasi Penelitian


Penelitian ini dilakukan di Galeri Bursa Efek Indonesia (BEI)
Universitas 17 Agustus 1945 dikarenakan lokasi yang strategis sehingga
dapat memudahkan dalam proses pengumpulan data dan penelitan.

3.2 Populasi dan Sampel


“Populasi adalah keseluruhan objek yang menjadi sasaran penelitian
(Kasiram,2008:257)”. Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh saham
perusahaan yang masuk dalam indeks LQ-45 periode Agustus 2019-Juli
2021.
“Sampel adalah bagian dari popuasi yang akan teliti secara mendalam
(Kasiram, 2008:258)”.Teknik pengambilan sampel dilakukan dengan
metode purposive sampling, yaitu penentuan sampel berdasarkan
pertimbangan atau kriteria-kriteria tertentu sesuai dengan tujuan penelitian.
Perusahaan yang dipilih sebagai sampel adalah perusahaan yang tergabung
didalam indeks LQ-45 secara terus menerus selama periode penelitian
Agustus 2019-Juli 2021.

3.3 Metode Pengumpulan data


Metode pengumpulan data dalam penelitian ini adalah menggunakan
dokumentasi yaitu metode pengumpulan data yang berasal dari catatan atau
data tertulis yang berhubungan dengan objek penelitian atau data yang
diperoleh dari bentuk publikasi. Data sekunder yang diperoleh adalah:
a. Data closing price saham yang diperoleh di Bursa Efek Indonesia pada
periode Agustus 2019-Juli 2021.
b. Data IHSG diperoleh dari trading recapitulation yang diakses melalui
www.yahoofinance.com pada periode Agustus 2019-Juli 2021.
c. Bi rate diperoleh melalui www.bi.go.id pada periode Agustus 2019-Juli
2021

15
16

3.4 Teknik Analisis Data


Analisis data dilakukan dengan menggunakan model Indeks Tunggal,
untuk perhitungannya dilakukan dengan menggunakan program Ms.Excel.
Analisis pembentukan portofolio yang optimal dapat dilakukan dengan
langkah sebagai berikut:
a. Menghitung Realized return saham dan pasar
Realized return saham adalah persentase perubahan harga penutupan
saham A pada bulan ke-t dikurangi harga penutupan saham A pada bulan
ke-t-1 kemudian hasilnya dibagi dengan harga penutupan saham A pada
bulan ke-t-1. Rumus yang digunakan adalah:
Pt -Pt-
Realized Return Saham (Ri) = Pt-

Realized return pasar adalah persentase perubahan harga penutupan


IHSG A pada bulan ke-t dikurangi harga penutupan IHSG A pada bulan
ke-t-1 kemudian hasilnya dibagi dengan harga penutupan IHSG A pada
bulan ke-t-1. Rumus yang digunakan adalah:
IHSGt -IHSGt-
Realized Return Pasar (Rm) =
IHSGt-

Keterangan:
Pt = harga penutupan saham periode t
Pt-1 = harga penutupan saham periode sebelumnya
IHSGt = harga penutupan IHSG periode t
IHSGt-1= harga penutupan IHSG periode sebelumnya
Ri = return yang sudah terjadi dari saham (realized return)
Rm = return yang sudah terjadi dari pasar (realized market)
b. Tingkat keuntungan yang diharapkan atau expected return berasal dari
expected return saham dan pasar dengan rumus persentase rata-rata
realized return i dibagi jumlah realized return i. Rumus yang digunakan
adalah:
Ri
expected return saham (E(Ri)) = n
Rm
expected return pasar (E(Rm)) = n
17

Keterangan:
Ri = return yang sudah terjadi dari saham (realized return)
Rm = return yang sudah terjadi dari pasar (realized market)
E(Ri) = return yang diharapkan dari saham (expected return)
E(Rm) = return yang diharapkan dari pasar (expected return market)
n = jumlah periode realized return saham/pasar
c. Menghitung varians dari saham dan pasar
Varians digunakan untuk menghitung risiko yang mengukur absolut
penyimpangan nilai-nilai yang sudah terjadi dengan nilai ekspektasinya.
Varians dapat berasal dari risiko saham dan pasar.
(Ri-E(Ri))2
Varians Return Saham = σi 2 = √∑ni= n-

(Rm-E(Rm))2
Varians Return Pasar = σ 2m = √∑ni= n-

Keterangan:
σi 2 = varians return saham
σ 2m = varians return pasar
E(Ri) = return yang diharapkan dari saham (expected return)
E(Rm) = return yang diharapkan dari pasar (expected return market)
Ri = return yang sudah terjadi dari saham (realized return)
Rm = return yang sudah terjadi dari pasar (realized market)
n = jumlah periode realized return saham/pasar

d. Standar Deviasi (SD) juga digunakan untuk menghitung risiko yang


mengukur absolut penyimpangan nilai-nilai yang sudah terjadi dengan
nilai ekspektasinya. Standar deviasi merupakan akar kuadrat dari varians.
Rumus yang digunakan adalah:

Standar Deviasi Saham = σi = √σi2


Standar Deviasi Pasar = σm = √σ2 m
Keterangan:
σi = standar deviasi saham
18

σm = standar deviasi pasar


σi 2 = varians return saham
σ 2m = varians return pasar

e. Menghitung kovarian saham dengan pasar yang mencerminkan hubungan


antara return saham dengan return pasar. Kovarian adalah ukuran
absolute yang menunjukkan sejauhmana dua variabel, dalam hal ini
return saham dan return pasar mempunyai kecenderungan untuk
bergerak secara bersama-sama. Rumus yang digunakan adalah:
σim = (Ri – E(Ri)) . (Rm- E(Rm))
Keterangan:
σim = kovarian antara sekuritas i dan pasar
Ri = return yang sudah terjadi dari saham (realized return)
Rm = return yang sudah terjadi dari pasar (realized market)
E(Ri) = return yang diharapkan dari saham (expected return)
E(Rm) = return yang diharapkan dari pasar (expected return market)

f. Bagian return yang berhubungan dengan return pasar ditunjukkan oleh


beta yang merupakan sensitivitas return suatu sekuritas terhadap return
dari pasar. Beta adalah suatu pengukur volatilitas return saham terhadap
return pasar, jadi beta adalah pengukur risiko sistematik saham terhadap
risiko pasar. Volatilitas adalah fluktuasi return saham dalam suatu
periode tertentu. Perhitungan beta adalah pembagian antara kovarian
dengan variance market. Rumus yang digunakan adalah:
σim
βi = √σ2 m

Keterangan:
βi = beta saham i
= kovarian antara sekuritas i dan pasar
= varian return pasar
g. Alpha (αi) merupakan nilai ekspektasi dari return sekuritas yang
independen terhadap return pasar. Alpha hanya berhubungan dengan
19

peristiwa mikro yang mempengaruhi perusahaan tertentu saja, tetapi


tidak mempengaruhi perusahaan-perusahaan secara umum.
Rumus yang digunakan adalah:
αi = ERi – (βi x ERm)
Keterangan:
αi = alpha saham i
βi = beta saham i
E(Ri) = return yang diharapkan dari saham (expected return)
E(Rm) = return yang diharapkan dari pasar (expected return market)

h. Menghitung variance error residual. Rumus yang digunakan adalah:


ei = Ri – αi – (βi. Rm)
∑ni= (ei-E(ei))2
σei2 = n-

Keterangan :
σei2 = variance error residual saham
αi = alpha saham i
βi = beta saham i
Ri = return yang sudah terjadi dari saham (realized return)
Rm = return yang sudah terjadi dari pasar (realized market)
i. Menentukan excess return to beta (ERB) masing-masing saham
Excess return to beta berarti mengukur kelebihan return relative
terhadap suatu unit risiko yang tidak dapat didiversifikasikan yang diukur
dengan beta. Rasio ERB menunjukkan hubungan antara dua factor
penentu investasi yaitu return dan risiko. Rumus yang digunakan adalah :
E(Ri)-Rbr
ERBi = βi

Keterangan:
ERBi = excess return to beta saham i
E(Ri) = return yang diharapkan dari saham (expected return)
Rbr = return bebas risiko
βi = beta saham ke-i
20

j. Menyusun peringkat saham berdasarkan ERB tertinggi hingga terendah.


k. Nilai Ai dan Bi dihitung untuk mendapatkan nilai aj bj, keduanya
diperlukan untuk menghitung Ci. Rumus yang dapat digunakan adalah:
(E(Ri)-Rbr)βi
Ai =
σei 2

βi 2
Bi =
σei 2

Keterangan:
E(Ri) = return yang diharapkan dari saham (expected return)
Rbr = return bebas risiko
βi = beta saham i
σei2 = variance error residual saham
l. Menentukan cut-off rate (Ci)
Titik pembatas (Ci) adalah nilai C untuk sekuritas ke-i yang dihitung
dari kumulasi nilai-nilai A1 sampai dengan Ai dan nilai-nilai B1 sampai
dengan Bi. Rumus yang digunakan adalah:
(E(Ri)-Rbr)βi
σm 2 ∑ni=
σei 2
Ci = βi 2
2
σm ∑j=i
σei 2

Keterangan:
Ci = cut-off rate
E(Ri) = return yang diharapkan dari saham (expected return)
Rbr = return bebas risiko
σei2= variance error residual saham
σ 2m = varians return pasar
βi2 = kuadrat dari beta saham
m. Menentukan portofolio optimal
1. Bila rasio ERB ≥ Ci, maka saham-saham masuk kedalam portofolio
optimal.
2. Bila rasio ERB < Ci, maka saham-saham tersebut keluar dari
portofolio optimal.
n. Menentukan unique-cut-off point (C*):
21

Nilai Ci yang mempunyai nilai optimal adalah C*. Nilai C* merupakan


nilai Ci tertinggi pada kelompok saham-saham sebelum nilai Ci
mengalami penurunan yang masuk dalam portofolio optimal.
o. Menentukan skala tertimbang saham dan proporsi untuk portofolio
optimal. Rumus yang digunakan adalah:
βi 2
Zi = (ERBi – C*)
σei 2
zi
Wi = ∑k
i= zi

Keterangan:
Wi = porsi sekuritas ke-i
βi = beta sekuritas ke-i
σei 2 =variance error residual saham
ERBi = excess return to beta sekuritas ke-i
C* = nilai unique cut-off point yang merupakan nilai Ci terbesar
Zi = skala pembobotan tiap-tiap saham
p. Menghitung Beta dari portofolio (βp) dan Alpha dari portofolio (αp)
βp = ∑ni= i βi
αp = ∑ni= i . αi
Keterangan :
βp= Beta dari portofolio
αp= Alpha dari portofolio
Wi = porsi sekuritas ke-i
βi = beta saham i
αi = alpha saham i
q. Menghitung expected return portofoilio
E(RP) = αp + βp . E(RM)
Keterangan :
E(RP) = expected return portofolio
βp = Beta dari portofolio
αp = Alpha dari portofolio
E(Rm) = return yang diharapkan dari pasar (expected return market)
22

r. Menghitung risiko portofolio


σp2= βp2 . σM2 + ( ∑ni= i . σei)2
Keterangan :
σp2= resiko portofolio
βp= Beta dari portofolio
σm = standar deviasi pasar
Wi = porsi sekuritas ke-i
σei = variance error residual saham
BAB 4 HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

4.1 Hasil Penelitian


4.1.1. Sampel Penelitian
Saham yang masuk daalam sampel penelitian adalah saham
perusahaan yang masuk dalam indeks LQ-45 secara terus menerus
selama periode Agustus 2019-Juli 2021. Bedasarkan data yang
dikumpulkan, terdapat 37 saham yang memenuhi kriteria unuk di
jadikan sampel dalam penelitian ini. 37 saham sampel data penelitian
dapat dilihat pada lampiran 1-5.

4.1.2. Harga Saham Akhir Bulan (Closing Price) LQ-45


Manentukan return saham dalam penelitian ini menggunakan
harga saham bulanan (Closing Price akhir bulan) LQ45 yang terdapat
di BEI periode Agustus 2019-Juli 2021. Dafar harga saham bulanan
masing-masing saham perusahaan yang konsisten tergabung dalam
LQ-45 dapat dilihat pada lampiran 2.

4.1.3. Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) Periode Agustus 2019-Juli


2021
Analisis pembentukan portofolio optimal dengan model indeks
tunggal adalah menggunakan Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG)
yang akan dijadikan sebagai ukuran pasar. Data IHSG diperoleh dari
laporan Bursa Efek Indonesia yang bisa diakses melalui
www.yahoofinance.com. Data IHSG periode Agustus 2019-Juli 2021
dapat dilihat pada lampiran 3-1.

4.1.4. Suku Bunga Bank Indonesia (SBI) Periode Agustus 2019-Juli 2021
Suku bunga Bank Indonesia digunakan untuk menghitung tingkat
pengembalian bebas resiko atau risk free rate. Data ini diambil dari

23
24

website Bank Indonesia yang bisa diakses melalui www.bi.go.id. Data


SBI periode Agustus 2019-Juli 2021 dapat dilihat pada lampiran 4.

4.1.5. Perhitungan Data


a. Hasil Perhitungan Expected Return, Variance, dan Standar Deviasi
Saham
Tingkat return saham merupakan keuntungan yang diperoleh
dari tiap-tiap saham. Tingkat return saham individual dapat
dihitung dari selisih harga saham awal periode (Pt) dengan harga
saham akhir periode (Pt-1) dibagi dengan harga saham akhir periode
(Pt-1).
Saham yang masuk dalam kandidat portofolio optimal dapat
diketahui dari hasil expected return yang diperoleh pada masing-
masing saham. Expected return dihitung dengan cara membagi
jumlah tingkat realize return dengan periode penelitian. Apabila
saham memiliki expected return negatif, maka saham tersebut tidak
dimasukkan kedalam perhitungan penentuan portofilio optimal.
Sebaliknya, apabila saham memiliki expected return positif, maka
masuk dalam perhitungan penentuan portofilio optimal. Tabel 4.1.
berikut ini menunjukan hasil dri perhitungan expected return saham
masing-masing perusahaan selama periode penelitian.
25

Table 4.1. Expected Return, Variance dan Deviasi Saham


No Kode Saham E(Ri) i
1 ADRO 0,019344438 0,012747189 0,11290345
2 AKRA 0,012891153 0,017896119 0,133776376
3 ANTM 0,056509299 0,047743132 0,218502018
4 ASII -0,005177055 0,012721325 0,112788849
5 BBCA 0,002563037 0,003962569 0,062948941
6 BBNI -0,00784733 0,016895266 0,129981791
7 BBRI 0,00159584 0,009993705 0,099968519
8 BBTN 0,005365916 0,046890158 0,216541355
9 BMRI 0.027521355 0,027699175 0,166430692
10 BSDE -0,007665224 0,014859368 0,121899006
11 BTPS -0,008825559 0,026740055 0,163523867
12 CPIN 0,013345618 0,009641025 0,098188719
13 CTRA 0,007261258 0,028577604 0,169049118
14 ERAA 0,04965302 0,033323687 0,182547766
15 EXCL -0,003042194 0,014316332 0,119650874
16 GGRM -0,0208114 0,014386006 0,119941679
17 HMSP -0,028775569 0,009650253 0,098235702
18 ICBP -0,013352942 0,004100678 0,06403654
19 INCO 0,028694278 0,019137804 0,138339453
20 INDF -0,006635794 0,005515624 0,074267244
21 INKP 0,01292074 0,028210418 0,167959761
22 INTP -0,028453665 0,00830384 0,091125406
23 ITMG -0,062407615 0,084450777 0,290604159
24 JPFA 0,011062285 0,020586514 0,143480012
25 JSMR -0,0031666 0,020157484 141977055
26 KLBF -0,008302624 0,00489295 0,069949624
27 MNCN -0,009247947 0,019191971 0,138535088
28 PGAS -0,008085984 0,031360251 0,177088259
29 PTBA 0,008035961 0,010224398 0,101115767
30 PTPP -0,006949012 0,045983789 0,214438331
31 PWON -0,009714674 0,017827818 0,1338948
32 SMGR -0,014286486 0,014295917 0,119565535
33 TKIM 0,005968692 0,044403793 0,210722076
34 TLKM -0,006097955 0,006287361 0,79292882
35 UNTR 0,005422383 0,009329142 0,096587484
36 UNVR -0,030027369 0,004247842 0,065175472
37 WIKA -0,01613331 0,030817721 0,175549768
Sumber : Lampiran 5-2
26

Berdasarkan Tabel 4.1. perhitungan dari 37 saham terdapat 21


saham yang memiliki nilai expected return negatif. Saham yang
memiliki nilai expected return negative tidak diikut sertakan dalam
perhitungan selanjutnya. Berarti ada 16 saham yang memiliki nilai
expected return positif akan digunakan dalam perhitungan
selanjutnya dan layak dijadikan alternative dalam berinvestasi.
Tingkat expected return tertinggi adalah saham ANTM sebesar
0,056509299 (5,6%) yang berarti dapat memberikan keuntungan
besar bagi investor, sedamgkan saham yang memiliki nilai
expected return terendah adalah ITMG sebesar -0,062407615 (-
6,2%) yang berarti investor akan mendapatkan pengembalian
negatif.
Variance dan standar deviasi merupakan pengukuran yang
digunakan untuk menghitung risiko yang berhubungan dengan
expected return. Dari hasil perhitungan variance 37 saham,
diketahui saham yang memiliki tingkat risiko yang terbesar adalah
saham ANTM 0,047743132 (4,77%) dan saham yang memiliki
risiko terkecil adalah saham BBCA 0,003962569 (0,40%).

b. Hasil Perhitungan Market Return


Return pasar dihitung dengan cara mengukur selisih antar IHSG
pada bulan sekarang ( ) dengan IHSG bulan sebelumnya (
) kemudian dibagi dengan IHSG bulan sebelumnya
( ). IHSG merupakan indeks harga saham gabungan dari
seluruh jenis saham yang tercatat di Bursa Efek Indonesia.
Berdasarkan Tabel 4.2, expected return market sebesar -
0,000102742 (0,01%) per bulan dan standar deviasi sebesar
0,05717535 (5,71%).
27

Table 4.2. Expected Return Market, Variance dan Standar Deviasi


IHSG
E(Rm) -0,000102742
0,003269021
m 0,05717535
Sumber : Lampiran 3-2

c. Hasil Perhtungan Kovarian Antara Return Saham Individual


Dengan Return Pasar
Kovarian adalah ukuran mutlak yang menunjukan sejauh mana
return saham dan return pasar memiliki kecenderungan untuk
bergerak secara bersama-sama. Perhitungannya adalah perkalian
dari selisih realized return saham dan expected market return yang
dibagi dengan jumlah periode dalam penelitian. Hasil perhitungan
kovarian antara return pasar saham individual dengan return pasar
dapat di lihat pada Tabel 4.3.
Table 4.3. Hasil Perhitungan Kovarian
No. Kode Emiten im
1 ADRO 0,0034182251
2 AKRA 0,0081345848
3 ANTM 0,0115514819
4 BBCA 0,0026696655
5 BBRI 0,0046208666
6 BBTN 0,0062220547
7 BMRI 0,0038803663
8 CPIN 0,0013828250
9 CTRA 0,0088039810
10 ERAA 0,0098257070
11 INCO 0,0084944630
12 INKP 0,0065402320
13 JPFA 0,0047156670
14 PTBA 0,0016455610
15 TKIM 0,0097882240
16 UNTR 0,0026917760
Sumber : Lampiran 6
28

Kovarian dapat bernilai positif, negative, ataupun nol. Nilai


kovarian positif berarti kecenderungan dua variable bergerak
searah, ini menunjukan apabila return saham naik maka return
pasar juga akan naik dan sebaliknya. Nilai kovarian negatif berarti
kecenderungan dua variable bergerak berlawanan, ini menunjukan
return saham naik maka return pasar akan turun dan sebaliknya.
Nilai kovarian nol mengindikasikan bahwa pergerakank dua
variable bersifat independen satu dengan lainnya yang menunjukan
return saham dan return pasar tidak bergerak searah ataupun
berlawan.

d. Hasil Perhitungan Alpha, Beta, Variance Eror Residual, Dan


Excess Return To Beta
Realized return adalah return yang sudah terjadi, sehingga
memiliki nilai pasti dan tidak mengandung kesalahan pengukuran,
sedangkan expected return adalah return yang diharapkan akan
didapatkan dan belum terjadi, sehingga memiliki nilai yang belum
pasti. Expected return masih dapat menyimpang dari realized
return. Perpedaan nilai antara expected return dengan realized
return merupakan kesalahaan estimasi, kesalahaan ini ditunjukan
oleh kesalahaan residu.
Bagian return yang berhubungan dengan return pasar
ditunjukan oleh beta yang merupakan sensitivitas return suatu
sekuritas terhadap return dari pasar, jadi beta adalah pengukur
risiko sistematik sham terhadap risiko pasar. Perhitungan beta
adalah pembagian antara kovarian dengan variance market.
Excess return to beta (ERB) adalah mengukur kelebihan return
relative terhadap suatu unit risiko yang tidak dapat
didiversifikasikan yang diukurdengan beta. Rasio ERB
menunjukan hubungan dua faktor penentu investasai, yaitu return
29

dan risiko. Perhitungan alpha, beta, variance error residual, dan


excess return to beta dapat dilihat pada Tabel 4.4.
Table 4.4. Alpha, Beta, Variance Error Residual, Dan Excess Return To
Beta
Kode ERBi=E(Ri)-
No. i i
Saham Rbr/i
1 ADRO 0,01945 1,04564 0,00946 0,01697
2 AKRA 0,01315 2,48839 0,00620 0,00454
3 ANTM 0,05687 3,53362 0,02387 0,01554
4 BBCA 0,00265 0,81666 0,00168 0,00118
5 BBRI 0,00174 1,41353 0,00405 0,00000
6 BBTN 0,00556 1,90334 0,02686 0,00198
7 BMRI 0,02764 1,18701 0,02381 0,02184
8 CPIN 0,01339 0,42301 0,00838 0,02777
9 CTRA 0,00754 2,69316 0,01025 0,00210
10 ERAA 0,04996 3,00570 0,02472 0,01599
11 INCO 0,02896 2,59847 0,01066 0,01043
12 INKP 0,01313 2,00067 0,01823 0,00566
13 JPFA 0,01121 1,44253 0,01536 0,00656
14 PTBA 0,00809 0,50338 0,00840 0,01279
15 TKIM 0,00628 2,99424 0,02359 0,00146
16 UNTR 0,00551 0,82342 0,00781 0,00464
Sumber : Lampiran 7, 8, 9
Nilai beta lebih dari satu (1) berarti bahwa risiko sistematis
saham lebih besar dibandingkan dengan risiko sistematis pasar.
Nilai beta lebih lecil dari satu (1) berarti bahwa risiko sistematis
saham lebih kecil dibandingkan dengan risiko pasar, jika nilai beta
sama dengan 1 (=1) menunjukan bahwa risiko sistematis saham
sama besar dengan risiko sistematis pasar.
Saham ANTM memiliki nilai beta tertinggi sebesar 3,53362.
Hal ini dapat diartikan apabila return market meningkatkan satu
satuan, mak aka nada peningkatan return saham ANTM sebesar
3,53362.
30

e. Mengurutkan nilai ERB dari nilai terbesar ke terkecil.


Tabel 4.5.
Kode E(Ri)- ERBi=E(Ri)-
No. ei2 E(Ri) Rbr i
Saham Rbr Rbr/i
1 CPIN 0,008384 0,013346 0,0016 0,011746 0,423009 0,027767
2 BMRI 0,023808 0,027521 0,0016 0,025921 1,187012 0,021837
3 ADRO 0,009465 0,019344 0,0016 0,017744 1,045642 0,016970
4 ERAA 0,024724 0,049653 0,0016 0,048053 3,005703 0,015987
5 ANTM 0,023869 0,056509 0,0016 0,054909 3,533621 0,015539
6 PTBA 0,008402 0,008036 0,0016 0,006436 0,503380 0,012785
7 INCO 0,010655 0,028694 0,0016 0,027094 2,598473 0,010427
8 JPFA 0,015358 0,011062 0,0016 0,009462 1,442532 0,006559
9 INKP 0,018232 0,012921 0,0016 0,011321 2,000670 0,005658
10 UNTR 0,007814 0,005424 0,0016 0,003824 0,823420 0,004644
11 AKRA 0,006195 0,012891 0,0016 0,011291 2,488386 0,004538
12 CTRA 0,010245 0,007261 0,0016 0,005661 2,693155 0,002102
13 BBTN 0,026860 0,005366 0,0016 0,003766 1,903339 0,001979
14 TKIM 0,023591 0,005969 0,0016 0,004369 2,994237 0,001459
15 BBCA 0,001685 0,002563 0,0016 0,000963 0,816656 0,001179
16 BBRI 0,004048 0,001596 0,0016 -0,000004 1,413532 -0,000003
Sumber : Lampiran 9-1

f. Menentukan Cut-Off Rate


Titik pembatas (Ci) adalah nilai C untuk sekuritas ke-i yang
dihitung dari kumulasi nilai-nilai sampai dengan dan nilai-
nilai sampai dengan . Hasil perhitungan dari kumulasi nilai-
nilai sampai dengan dan nilai-nilai sampai dengan .
Dapat dilihat pada tabel 4.6.
31

Tabel 4.6. Perhitungan dari kumulasi nilai-nilai sampai


dengan dan nilai-nilai sampai dengan
Kode
No. Ai Bi Kumulatif Ai Kumulatif Bi
Saham
1 CPIN 0,5925918215 21,34171388 0,5925918215 21,3417138752
2 BMRI 1,2923903299 59,18218751 1,8849821514 80,5239013857
3 ADRO 1,9603985356 115,5220984 3,8453806870 196,0459997384
4 ERAA 5,8417706797 365,4011556 9,6871513667 561,4471553529
5 ANTM 8,1287503588 523,1158492 17,8159017255 1084,5630045520
6 PTBA 0,3855822528 30,15781746 18,2014839783 1114,7208220089
7 INCO 6,6072714117 633,6694693 24,8087553900 1748,3902913095
8 JPFA 0,8887550079 135,4913142 25,6975103979 1883,8816055123
9 INKP 1,2422792200 219,5431283 26,9397896179 2103,4247338156
10 UNTR 0,4029539008 86,77160958 27,3427435187 2190,1963433980
11 AKRA 4,5350472839 999,4503113 31,8777908026 3189,6466547283
12 CTRA 1,4881539037 707,9397313 33,3659447063 3897,5863860449
13 BBTN 0,2668602236 134,8743396 33,6328049299 4032,4607256436
14 TKIM 0,5544870050 380,0373954 34,1872919349 4412,4981210525
15 BBCA 0,4668108864 395,8559173 34,6541028213 4808,3540383498
16 BBRI -0,0014526636 493,6026125 34,6526501577 5301,9566508177

g. Menentukan unique Cut-Off Rate Point (C*)


Besarnya cut-off rate point (C*) adalah nilai dimana nilai
ERB terakhir masih lebih besar dari . Nilai C*digunakan untuk
menentukan titik pembatas saham yang masuk kandidat portofolio
optimal. Portofolio optimal dibentuk dari saham-saham yang
mempunyai ERB lebih besaar atau sama dengan cut-off rate,
sedangkan saham yang mempunyai ERB yang lebih kecil dari cut-
off rate tidak dimasukan kedalam portofolio optimal. Hasil
perbandingan ERB dengan cut-off rate dapat dilihat pada Tabel 4.7.
32

Table 4.7. perbandingan Nilai ERB dengan Cut-Off Rate


No. Kode Saham ERBi Ci
1 CPIN 0,0277668338 > 0,0046518427
2 BMRI 0,0218374883 > 0,0067680950
3 ADRO 0,0169699007 > 0,0087450752
4 ERAA 0,0159872803 > 0,0114972633
5 ANTM 0,0155391017 > 0,0129214079
6 PTBA 0,0127854827 < 0,0129187018
7 INCO 0,0104269998 < 0,0121838004
8 JPFA 0,0065594980 < 0,0118501506
9 INKP 0,0056584746 < 0,0113071764
10 UNTR 0,0046438449 < 0,0110839618
11 AKRA 0,0045375415 < 0,0092613112
12 CTRA 0,0021020912 < 0,0080819983
13 BBTN 0,0019785841 < 0,0078962823
14 TKIM 0,0014590327 < 0,0073879489
15 BBCA 0,0011792444 < 0,0069160698
16 BBRI -0,0000029430 < 0,0063171186
Sumber : Lampiran 10-1
Pada Tabel 4.7. dapat diketahui, dari 16 data saham terdaapat 5
saham yang memenuhi kriteria untuk masuk kedalam pembentukan
portofoio optimal, kareena nilai ERB dari masing-masing saham
tersebut lebih besar dibandingkan cut-off rate. Saham-saham
tersebut adalah CPIN (Charoen Pokphand Indonesia Tbk.), BMRI
(Bank Mandiri (Persero) Tbk.), ADRO (Adaro Energy Tbk.),
ERAA (Era Jaya Swasembada Tbk.), dan ANTM (Aneka Tambang
(Persero) Tbk.).
Tabel 4.8. Penentuan Unique Cut-Off Rate Point (C*)
Kode
No. ERBi=E(Ri)-Rbr/i C*
Saham
1 CPIN 0,0277668338 > 0,0046518427
2 BMRI 0,0218374883 > 0,0067680950
3 ADRO 0,0169699007 > 0,0087450752
4 ERAA 0,0159872803 > 0,0114972633
5 ANTM 0,0155391017 > 0,0129214079 (*)
Sumber : Lampiran 10-1
33

Nilai C* merupakan tertinggi dari saham-saham yang masuk


dalam kandidat portofolio optimal. C* menunjukan batas pemisah
antara penerimaan dan penolakan saham untuk portofolio optimal.
Dari table diatas diketahui bahwa C* berada pada angka
0,0129214079 yang dimiliki oleh saham ANTM (Aneka Tambang
(Persero) Tbk.).

h. Hasil perhitungan skala tertimbang (Zi) dan Proporsi Dana (Wi)


Menghitung besarnya proporsi dana (Wi) dilakukan dengan
menghitung skala tertimbang (Zi) terlebih dahulu. Hasil
perhitungan dapat di lihat pada Tabel 4.9.
Tabel 4.9. Perhitungan Skala Tertimbang (Zi) dan Proporsi Dana
(Wi)
Kode
No. Zi Zj Wi
Saham
1 CPIN 0,3191423780 3,9194943581 0,0814243749
2 BMRI 0,5340943266 3,9194943581 0,1362661297
3 ADRO 0,4802243694 3,9194943581 0,1225220208
4 ERAA 1,1599188317 3,9194943581 0,2959358340
5 ANTM 1,4261144524 3,9194943581 0,3638516406
Sumber : Lampiran 10-2
Wi merupakan seberapa besar proporsi dana untuk membentuk
portofolio yang optimal. Dari table diatas diketahui CPIN
mempunyai nilai Wi sebesar 0,0814243749 (8,14%), BMRI
mempunyai nilai Wi sebesar 0,1362661297 (13,62%), ADRO
mempunyai nilai Wi sebesar 0,1225220208 (12,25%), ERAA
mempunyai nilai Wi sebesar 0,2959358340 (29,59%), ANTM
mempunyai nilai Wi sebesar 0,3638516406 (36,38%).

i. Menghitung Beta dan Alpha Porofolio


Beta portofolio dihitung dengan menjumlahkan Wi yang
dikalikan dengan i dari saham-saham portofolio optimal. Alpha
34

portofolio dihitung dengan menjumlahkan Wi yang dikalikan


dengan i dari saham-saham portofolio optimal. Hasil perhitungan
beta dan alpha portofolio dapat dilihat pada Tabel 4.10.
Table 4.10. Nilai dan
Kode Saham Wi.i Wi.i
CPIN 0,0344432359 0,0010901974
BMRI 0,1617494959 0,0037668470
ADRO 0,1281141502 0,0023832823
ERAA 0,8894952941 0,0147854964
ANTM 1,2857138713 0,0206930980
p 2,4995160473
p 0,0427189211

Sumber : Lampiaran 10-3
Dari perhitungan tabel diatas, dapat dilihat nilai alpha portofolio
(p) sebesar 0,0427189211 dan nilai beta portofolio (p) sebesar
2,4995160473.

j. Menghitung Expected Return Portofolio


Expected Return portofolio dihitung dengan penjumlahan antara
alpha portofolio dengan beta portofolio yang dikalikan denngan
Expected Market Return.
E(Rp) = p + p . E(Rm)
= 0,0427189211 + 2,4995160473 . -0,000102742

= 0,0424621158

Expected return portofolio yang dibentuk oleh kelima saham


diharapkan memiliki nilai pengembalian yang optimal sebesar
0,0424621158.
35

k. Menghitung Risiko Portofolio


Table 4.11. Perhitungan Nilai Risiko Portofolio Saham

Kode
 Wi Wi .
Saham
CPIN 6,247580 0,003269 0,008384 0,081424 0,000683
BMRI 6,247580 0,003269 0,023808 0,136266 0,003244
ADRO 6,247580 0,003269 0,009465 0,122522 0,001160
ERAA 6,247580 0,003269 0,024724 0,295936 0,007317
ANTM 6,247580 0,003269 0,023869 0,363852 0,008685
 (Wi .  0,021088
( Wi . ) 0,000445
  0,020423
0,020868
Sumber : Lampiran 11
Dari Tabel 4.11. diatas dapat dilihat pembentukan portofolio dari
kelima saham yang telah masuk kategori saham optimal yaitu CPIN,
BMRI, ADRO, ERAA, dan ANTM didapat risiko portofolio sebesar
0,020868. BMRI, ERAA, dan ANTM memiliki risiko saham
individual lebih besar dibandingkan risiko portofolio, sedangkan
CPIN dan ADRO memiliki risiko saham individual lebih keccil
dibandingkan risiko portofolio.

4.2 Pembahasaan
4.2.1. Analisis Pembentukan Portofolio Optimal
Analisis pembentukan portofolio optimal yang daftar Indeks
Saham LQ-45 periode Agustus 2019-Juli 2021 ini menggunakan 37
sampel saham dari 45 saham yang masuk dalam daftar setiap
periodenya. Saham yang masuk dalam sampel penelitian adalah
saham yang masuk dalam Indeks Saham LQ-45 secara terus menerus
selama periode penelitian.
Langkah awal dilakukan penentuan expected return untuk memilih
saham peerusahaan yang akan dimasukan pada perhitungan
selanjutnya dan masuk dalam pembentukan portfolio optimal. Apabila
36

expected return negatif, maka saham tersebut tidak masuk dalam


perhitungan pembentukan portofolio optimal. Sebaliknya, expected
return positif maka saham tersebut masuk dalam perhitungan
pembentukan portofolio optimal. Hasil dari perhitungan 37 sampel
saham, terdapat 16 saham yang memiliki nilai expected return positif,
dan terdapat 21 saham memiliki nilai expected return negative. Ini
berarti terdapat 16 saham yang bernilai expected return positif masuk
kedalam kandidat pembentukan perhitungan portofolio optimal.
Penentuan pembentukan portofolio optimal dilakukan dengan
penyusunan peringkat ERB dari nilai yang tertinggi ke nilai terendah.
Untuk menentukan ERB dibutuhkan analisis terhadap expected return,
beta, dan risk free. Menentukan Ci dilakukan dengan menganalisis
hasil perhitungan expected return, variance market, beta, alpha,
kovarian, variance error residual, dan risk free. Apabila nilai ERBi
memiliki nilai lebih tinggi atau sama dengan nilai Ci maka sasham
tersebut akan masuk kedalam pembentukan portofolio. Setelah
besarnya nilai Ci diketahui maka C* dapat ditentukan dengan melihat
nilai Ci yang tertinggi. Dalam penelitian ini C* terletak pada saham
ANTM dengan nilai sebesar 0,0128129093 dan diketahui terdapat 5
saham yang masuk portofolio optimal, yaitu CPIN(Charoen Pokphand
Indonesia Tbk.), BMRI (Bank Mandiri (Persero) Tbk.), ADRO (Adaro
Energy Tbk.), ERAA (Era Jaya Swasembada Tbk.), ANTM (Aneka
Tambang (Persero) Tbk.).

4.2.2. Analisis Proporsi Dana Portofolio Optimal


Menentukan skala tertimbang perlu dilakukan untuk menentukan
proporsi dana. Analisis skala tertimbang menggunakan hasil
perhitungan beta,variance error residual, ERB dan penentuan cut-off
point. Wi adalah seberapa besar proporsi dana untuk membentuk
portofolio optimal. Dari perhitungan tersebut diketahui CPIN
mempuyai nilai Wi sebesar 0,0814243749 (8,14%), BMRI mempuyai
37

nilai Wi sebesar 0,1362661297 (13,63%), ADRO mempuyai nilai Wi


sebesar 0,1225220208 (12,25%) ERAA mempuyai nilai Wi sebesar
0,2959358340 (29,59%) ANTM mempuyai nilai Wi sebesar
0,3638516406 (36,38%).

4.2.3. Perhitungan Ecxpected Return Portofolio Dan Risiko Portofolio


Saham
Ecxpected Return portofolio yang terbentuk oleh kelima saham
ydiharapkan memiliki nilai pengembalian yang optimal yaitu sebesar
0,0424621158. Sedangkan untuk risiko portofolio saham dapat dilihat
pada Tabel 4.12.
Table 4.12. Perbandingan Nilai Sekuritas Sebelum Dan Sesudah
Pembentukan Portofolio

Kode
E(Ri) i i 
Saham
CPIN 0,0133456180 0,4230089069 0,0133890788 0,0096410250
BMRI 0,0275213550 1,1870117384 0,0276433110 0,0276991750
ADRO 0,0193444380 1,0456418298 0,0194518693 0,0127471891
ERAA 0,0496530200 3,0057032365 0,0499618320 0,0333236870
ANTM 0,0565092990 3,5336211973 0,0568723503 0,0477431320
E(Rp) 0,0424621158
p 2,499516047
p 0,042718921
 0,020868185
Sumber : Lampiran 11
Saham-saham setelah dibentuk portofolio akan saling menutupi
kekurangan satu sama lain, apabila salah satu saham memiliki tingkat
nilai pengembalian yang menurun, maka saham lainnya akan menutupi
dengan tingkat pengembalian yang berthan ataupun meningkat.
BAB 5 SIMPULAN DAN REKOMENDASI

5.1 Simpulan
Berdasarkan analisis dengan perhitungan menggukan metode model indeks
tunggal pada saham-saham yang tergabung dalam indeks LQ-45 di bursa
efek Indonesia (BEI) pada periode Agustus 2019-Juli 2021 dan hasil dari
pembahasaan dapat ditarik kesimpulan :
a. Didapatkan 5 saham yang memenuhi kriteria dalam pembentukan
portofolio optimal saham yaitu pada CPIN (Charoen Pokphand
Indonesia Tbk.), BMRI (Bank Mandiri (Persero) Tbk.), ADRO (Adaro
Energy Tbk.), ERAA (Era Jaya Swasembada Tbk.), ANTM (Aneka
Tambang (Persero) Tbk.).
b. Besarnya proporsi dana yang layak diinvestasikan pada kelima saham
tersebut adalah saham sebagai berikut :
a. 8,14% (0,0814243749) pada saham CPIN
b. 13,63% (0,1362661297) pada saham BMRI
c. 12,25% (0,1225220208) pada saham ADRO
d. 29,59% (0,2959358340) pada saham ERAA
e. 36,38% ( 0,3638516406) pada saham ANTM
c. Expected return portofolio yang dibentuk oleh kelima saham
diharapkan memiliki nilai pengembalian optimal sebesar
0,0424621158.
d. Risiko portofolio yang dibentuk oleh kelima saham, pada saham BMRI,
ERAA, dan ANTM memiliki risiko saham individual lebih besar
dibandingkan risiko portofolio, sedangkan CPIN dan ADRO memiliki
risiko saham individual lebih kecil dibandingkan risiko portofolio,

5.2 Rekomendasi
Bagi Investor
Investor disarankan memilih saham portofolio sebagai pilihan investasi pada
saham-saham perusahaan yang tergabung didalam indeks LQ-45, karena

38
39

dari hasil analisis didapatkan 5 saham unggulan yang memiliki tingkat


pengembalian tertinggi dengan tingkat risiko terrendah yaitu pada saham
CPIN (Charoen Pokphand Indonesia Tbk.), BMRI (Bank Mandiri (Persero)
Tbk.), ADRO (Adaro Energy Tbk.), ERAA (Era Jaya Swasembada Tbk.),
ANTM (Aneka Tambang (Persero) Tbk.). dan 2 diantara nya yaitu pada
saham CPIN (Charoen Pokphand Indonesia Tbk.) dan ADRO (Adaro
Energy Tbk.) sudah memiliki risiko saham individual lebih rendah
dibandingkan risiko portofolio. Investor disarankan menginvesatsikan dana
dengan proporsi masing-masing saham yaitu sebesar 8,14% (0,0814243749)
pada saham CPIN, 13,63% (0,1362661297) pada saham BMRI, 12,25%
(0,1225220208) pada saham ADRO, 29,59% (0,2959358340) pada saham
ERAA, 36,38% ( 0,3638516406) pada saham ANTM.

Anda mungkin juga menyukai