Oleh:
RAKA ADITYA
NUGRAHA
NIM 2011070590
I. Pendahuluan
Semakin derasnya arus globalisasi yang mengharuskan para pelaku bisnis ikut serta
dalam bisnis lintas negara telah menuntut adanya sistem akuntansi dan pelaporan keuangan
yang seragam dan dapat diterima di berbagai negara. Untuk itu diperlukan suatu standar
internasional yang berlaku sama di semua negara untuk mempermudah proses rekonsiliasi
bisnis. International Accounting Standards yang lebih dikenal sebagai International Financial
Reporting Standard (IFRS), merupakan standar tunggal pelaporan akuntansi yang
memberikan tekanan pada penilaian (revaluation) profesional dengan pengungkapan yang
jelas dan transparan mengenai substansi ekonomis transaksi, penjelasan hingga mencapai
kesimpulan tertentu. Dengan demikian, pengguna laporan keuangan dapat dengan mudah
membandingkan informasi keuangan entitas antarnegara di berbagai belahan dunia.
Perbedaan utama standar internasional ini dengan standar yang berlaku di Indonesia terletak
pada penerapan revaluation model, yaitu kemungkinan penilaian aset menggunakan nilai
wajar, sehingga laporan keuangan di sajikan dengan basis ‘true and fair’.
Tujuan diterapkannya IFRS merupakan suatu pengupayaan untuk memperkuat
arsitektur keungan global dan mencari solusi jangka panjang terhadap kurangnya transparansi
informasi keuangan. Selain itu IFRS juga memastikan bahwa laporan keungan interim
perusahaan untuk periode-periode yang dimaksukan dalam laporan keuangan tahunan,
mengandung informasi berkualitas tinggi yang :
1. Transparan bagi para pengguna dan dapat dibandingkan sepanjang peiode yang
disajikan
2. Menyediakan titik awal yang memadai untuk akuntansi yang berdasarkan pada
IFRS
3. Dapat dihasilkan dengan biaya yang tidak melebihi manfaat untuk para
pengguna
Beberapa hal yang harus dilakukan oleh suatu perusahaan saat pertama kali memakai IFRS
adalah kesiapan dari akunting perusahaan agar segera mengupdate pengetahuannya tentang IFRS
sehubungan dengan perubahan SAK (Standar Akuntansi Keuangan). Akuntan Manajemen/Perusahaan
dapat mengatisipasi dengan segera membentuk tim sukses konvergensi IFRS yang bertugas
mengupdate pengetahuan Akuntan Manajemen/Perusahaan, melakukan gap analysis, dan menyusun
road map konvergensi IFRS serta berkoordinasi dengan proyek lainnya untuk optimalisasi sumber
daya.
1.
Aset Lancar (current assets)
Suatu aset diklasifikasikan ke dalam kelompok “aset lancar” apabila
memenuhi salah satu kriteria berikut ini:
Dalam bentuk kas atau setara-kas yang penggunaannya tidak dibatasi (untuk
menyelesaikan liabilitas sekurang-kurangnya 12 bulan setelah periode pelaporan); atau
Diharapkan dapat direalisasikan dalam jangka waktu 12 bulan dari tanggal laporan
posisi keuangan (tanggal laporan posisi keuangan); atau
Diharapkan dapat direalisasikan, baik digunakan/dikonsumsi sendiri maupun
untuk dijual kepada pihak lain, dalam “siklus operasi normal” perusahaan;
atau
Dimiliki untuk maksud diperdagangkan
Jika tak satupun dari keempat kriteria di atas terpenuhi, maka suatu aset
diklasifikasikan ke dalam kelompok “aset tak lancar”.
Menggunakan ketentuan di atas, maka yang bisa diklasifikasikan ke dalam kelompok
aset lancar adalah item-item berikut ini:
a. Kas dan Setara Kas
b. Investasi Jangka Pendek untuk Diperdagangkan
c. Piutang Dagang (Piutang)
d. Persediaan
e. Uang Muka Biaya (Biaya Dibayar Dimuka)