Anda di halaman 1dari 11

MAKALAH

IFRS 1 - FIRST TIME ADOPTION OF INTERNASIONAL


FINANCIAL REPORTING STANDART

Oleh:

RAKA ADITYA
NUGRAHA
NIM 2011070590

INSTITUT KEUANGAN PERBANKAN DAN INFORMATIKA


ASIA (ASIAN BANKING FINANCE AND INFORMATICS
INSTITUTE)
PERBANAS
JAKARTA
PROGRAM STUDI AKUNTANSI 2022
IFRS 1

FIRST TIME ADOPTION OF INTERNASIONAL FINANCIAL REPORTING


STANDART

I. Pendahuluan

Semakin derasnya arus globalisasi yang mengharuskan para pelaku bisnis ikut serta
dalam bisnis lintas negara telah menuntut adanya sistem akuntansi dan pelaporan keuangan
yang seragam dan dapat diterima di berbagai negara. Untuk itu diperlukan suatu standar
internasional yang berlaku sama di semua negara untuk mempermudah proses rekonsiliasi
bisnis. International Accounting Standards yang lebih dikenal sebagai International Financial
Reporting Standard (IFRS), merupakan standar tunggal pelaporan akuntansi yang
memberikan tekanan pada penilaian (revaluation) profesional dengan pengungkapan yang
jelas dan transparan mengenai substansi ekonomis transaksi, penjelasan hingga mencapai
kesimpulan tertentu. Dengan demikian, pengguna laporan keuangan dapat dengan mudah
membandingkan informasi keuangan entitas antarnegara di berbagai belahan dunia.
Perbedaan utama standar internasional ini dengan standar yang berlaku di Indonesia terletak
pada penerapan revaluation model, yaitu kemungkinan penilaian aset menggunakan nilai
wajar, sehingga laporan keuangan di sajikan dengan basis ‘true and fair’.
Tujuan diterapkannya IFRS merupakan suatu pengupayaan untuk memperkuat
arsitektur keungan global dan mencari solusi jangka panjang terhadap kurangnya transparansi
informasi keuangan. Selain itu IFRS juga memastikan bahwa laporan keungan interim
perusahaan untuk periode-periode yang dimaksukan dalam laporan keuangan tahunan,
mengandung informasi berkualitas tinggi yang :
1. Transparan bagi para pengguna dan dapat dibandingkan sepanjang peiode yang
disajikan
2. Menyediakan titik awal yang memadai untuk akuntansi yang berdasarkan pada
IFRS
3. Dapat dihasilkan dengan biaya yang tidak melebihi manfaat untuk para
pengguna
Beberapa hal yang harus dilakukan oleh suatu perusahaan saat pertama kali memakai IFRS
adalah kesiapan dari akunting perusahaan agar segera mengupdate pengetahuannya tentang IFRS
sehubungan dengan perubahan SAK (Standar Akuntansi Keuangan). Akuntan Manajemen/Perusahaan
dapat mengatisipasi dengan segera membentuk tim sukses konvergensi IFRS yang bertugas
mengupdate pengetahuan Akuntan Manajemen/Perusahaan, melakukan gap analysis, dan menyusun
road map konvergensi IFRS serta berkoordinasi dengan proyek lainnya untuk optimalisasi sumber
daya.

II. Ruang Lingkup


Standar ini berlaku apabila sebuah perusahaan menerapkan IFRS untuk pertama kalinya
melalui suatu pernyataan eksplisit dan tanpa syarat tentang kesesuaian dengan IFRS.
Tujuannya adalah untuk memastikan bahwa laporan keuangan perusahaan yang pertama kali
berdasarkan IFRS (termasuk laporan keuangan interim untuk periode pelaporan tertentu)
menyediakan titik awal yang memadai dan transparan kepada para pengguna dan dapat
dibandingkan sepanjang seluruh periode yang disajikan.

III. Pengecualian Terhadap Aturan Adopsi Pertama Kali


Hal – hal yang perlu diperhatikan dalam pengecualian untuk penerapan retrospektif
IFRS adalah :
1. Penggabungan usaha sebelum tanggal transisi
2. Nilai wajar jumlah penilaian kembali yang dapat dianggap sebagai nilai terpilih
3. Employee benefits
4. Perbedaan kumulatif atas translasi (penjabaran) mata uang asing, muhibah
(goodwill), dan penyesuain nilai wajar
5. Instrument keuangan termasuk akuntansi lindung nilai (hedging)

IV. Laporan Posisi Keuangan Awal Menurut Standar Pelaporan


Keuangan Internasional
Laporan Posisi Keuangan, secara umum, menyajikan informasi mengenai kekayaan
perusahaan dan klaim-klaim sehubungan dengan kekayaan tersebut. Klaim dalam hal ini, bisa
berupa utang atau kepemilikan saham oleh pihak luar (kreditur dan pemegang saham).
Penyajian Laporan posisi keuangan menurut IFRS, yaitu :
 Laporan Posisi Keuangan
 Laporan Laba Rugi Komprehensif
 Laporan Perubahan Ekuitas
 Laporan Arus Kas
 Catatan atas Laporan Keuangan
 Laporan Posisi Keuangan Komparatif awal periode dan penyajian retrospektif
terhadap penerapan kebijakan akuntansi
Penyajian aset dipisahkan menjadi 2 kelompok, yaitu

1.
Aset Lancar (current assets)
Suatu aset diklasifikasikan ke dalam kelompok “aset lancar” apabila
memenuhi salah satu kriteria berikut ini:
 Dalam bentuk kas atau setara-kas yang penggunaannya tidak dibatasi (untuk
menyelesaikan liabilitas sekurang-kurangnya 12 bulan setelah periode pelaporan); atau
 Diharapkan dapat direalisasikan dalam jangka waktu 12 bulan dari tanggal laporan
posisi keuangan (tanggal laporan posisi keuangan); atau
 Diharapkan dapat direalisasikan, baik digunakan/dikonsumsi sendiri maupun
untuk dijual kepada pihak lain, dalam “siklus operasi normal” perusahaan;
atau
 Dimiliki untuk maksud diperdagangkan
Jika tak satupun dari keempat kriteria di atas terpenuhi, maka suatu aset
diklasifikasikan ke dalam kelompok “aset tak lancar”.
Menggunakan ketentuan di atas, maka yang bisa diklasifikasikan ke dalam kelompok
aset lancar adalah item-item berikut ini:
a. Kas dan Setara Kas
b. Investasi Jangka Pendek untuk Diperdagangkan
c. Piutang Dagang (Piutang)
d. Persediaan
e. Uang Muka Biaya (Biaya Dibayar Dimuka)

2. Aset Tak Lancar (noncurrent assets)


Masuk ke dalam klasifikasi “Aset Tak Lancar’ antara lain:
a. Investasi Bersifat Held to maturity
b. Property Investasi
c. Tanah, Bangunan, Mesin, dan Peralatan
d. Aset Tak Berwujud
e. Aset Dimiliki untuk Dijual
f. Aset Lain – lain
Penyajian Liabilitas dipisahkan menjadi 2 kelompok, yaitu
1. Liabilitas Lancar (current liabilities)
Suatu liabilitas masuk klasifikasi “Liabilitas Jangka Pendek” (atau Lancar)
apabila :
 Diharapkan bisa diselesaikan (dibayar/dilunasi) dalam kurun waktu operasional
normal perusahaan; atau
 Jatuh tempo dalam jangka waktu tidak lebih dari 12 bulan dari tanggal laporan
posisi keuangan (tanggal laporan posisi keuangan); atau
 Dimiliki untuk maksud diperdagangkan; atau
 Entitas tidak memiliki hak tanpa syarat untuk menunda penyelesaian laibilitas
selama sekurang-kurangnya 12 bulan setelah periode pelaporan.
Jika tak satupun diantara keempat kriteria di atas terpenuhi, maka suatu liabilitas
diklasifikasikan sebagai “Liabilitas Jangka Panjang”.
Masuk dalam klasifikasi liabilitas jangka pendek, antara lain :
a. Kewajiban yang timbul dari pembelian barang atau jasa yang digunakan dalam
operasional normal perusahaan, diantaranya :
 Utang Dagang
 Utang Tertulis Jangka Pendek
 Utang Upah dan Gaji Pegawai
 Utang Pajak
 Utang Lain-lain
b. Pembayaran diterima dimuka yang mengakibatkan timbulnya kewajiban untuk
menyerahkan barang atau jasa di masa yang akan datang, misalnya :
 Pendapatan Diterima Dimuka
 Deposit Dari Pelanggan
 Sewa Diterima Dimuka
c. Kewajiban lain yang akan jatuh tempo di periode berjalan, misalnya : promes
yang akan segera jatuh tempo.
Lebih jauh lagi, liabilitas lainnya yang masuk klasifikasi jangka pendek adalah:
liabilitas tidak diselesaikan dalam siklus operasi normal tetapi jatuh tempo untuk
diselesaikan dalam waktu dua belas bulan setelah periode pelaporan atau dimiliki untuk
tujuan diperdagangkan. Misalnya :
 Liabilitas keuangan yang diklasifikasikan sebagai dimiliki untuk
diperdagangkan;
 Cerukan bank;
 Bagian jangka pendek dari liabilitas keuangan jangka panjang;
 Dividen terutang;
 Pajak penghasilan terutang; dan
 Terutang nonusaha lainnya
2. Liabilitas Tak Lancar (noncurrent liabilities)
Kewajiban-kewajiban yang akan terselesaikan melebihi siklus operasional normal
perusahaan masuk klasifikasi “Liabilitas Jangka Panjang”, antara lain :
 Kewajiban yang timbul sebagai bagian dari strukturisasi modal perusahaan
berjangka panjang, misalnya: pinjaman bank jangka panjang, promes, kewajiban
sewa jangka panjang.
 Kewajiban yang timbul tidak dari opersional normal perusahaan, misalnya:
kewajiban premi pensiun, liabiltas pajak tangguhan yang penyelesaiannya belum
diketahui secara pasti.

V. Penyesuaian yang Diperlukan dalam Menyusun Laporan Posisi


Keuangan Awal Menurut Standar Pelaporan Keuangan Internasional
Ada beberapa hal yang perlu diperhatikan dalam menyusun laporan posisi
keuangan menurut IFRS 1 antara lain :
1. Pendahuluan dan kerangka dasar
a. Desain IFRS diperuntukkan untuk entitas yang bersifat profit oriented dan
SME (Small Medium Enterprise). IFRS belum mengatur standar akuntansi
untuk perusahaan berbasis syariah.
b. Memungkinkan penilaian aset tetap berwujud dan tidak berwujud
menggunakan nilai wajar. Laporan keuangan harus disajikan dengan basis true and
fair (IFRS Framework par 46)
c. Entitas harus membuat pernyataan eksplisit tentang kepatuhan akan standar
IFRS
d. Tidak diatur secara khusus kapan entitas menyajikan laporan keuangan
e. Menganut standar akuntansi berbasis prinsip untuk meningkatkan
transparansi, akuntabilitas, dan keterbandingan laporan keuangan antar
entitas secara global.
f. Tidak lagi mengakui prinsip konservatif, namun diganti dengan prinsip
kehati-
hatian (Prudence)
2. Pengungkapan dan Penyajian Laporan Keuangan
a. Komponen laporan keuangan lengkap terdiri atas :
 Laporan posisi keuangan (laporan posisi keuangan)
 Laporan laba rugi komprehensif
 Laporan perubahan ekuitas
 Laporan arus kas
 Catatan atas laporan keuangan
 Laporan posisi keuangan komparatif awal periode dan penyajian
retrospektif terhadap penerapan kebijakan akuntansi
b. Berdasarkan ilustrasi IFRS :
Asset : Asset Tidak Lancar
Asset Lancar
Ekuitas : Ekuitas yang dapat diatribusikan ke pemilik entitas
induk Hak nonpengendali
Liabilitas : Liabilitas jangka panjang
Liabilitas jangka pendek
c. Istilah minority interest (hak minoritas) diganti menjadi non controlling
interest (hak non pengendali) dan disajikan dalam Laporan perubahan ekuitas.
d. Tidak mengenal istilah pos luar biasa (extraordinary item)
e. Liabilitas jangka panjang disajikan sebagai Liabilitas jangka pendek jika
akan jatuh tempo dalam 12 bulan meskipun perjanjian pembiayaan
kembali sudah selesai setelah periode pelaporan dan sebelum penerbitan
laporan keuangan
3. Laporan Arus Kas
a. Dianjurkan menggunakan metode langsung, namun metode tidak langsung
tetap diperbolehkan
b. Item pos luar biasa tidak diperbolehkan dalam IFRS
4. Persediaan
a. Pengukuran persediaan berdasarkan biaya atau net realizable value (nilai
realisasi bersih) mana yang lebih rendah.
b. IFRS melarang penggunaan metode LIFO (Last In First Out). Hanya boleh
menggunakan metode FIFO atau rata-rata tertimbang
5. Perubahan Kebijakan dan Prinsip Akuntansi dan Kesalahan Mendasar
a. Dicatat secara retrospektif dan dilakukan penyajian kembali terhadap laba
ditahan serta adanya penjelasan efek kumulatif perubahan pada saat periode
dilakukan perubahan
b. Konsep kesalahan mendasar (fundamental error) dihapus dan diganti dengan
Prior period error (Kesalahan periode lalu)
c. Perubahan estimasi dicatat secara retrospektif dengan cara melakukan
penyesuaian atas laba atau rugi tahun terjadinya perubahan estimasi dan laba
rugi periode yang akan datang jika mempengaruhi keduanya.
6. Peristiwa Setelah Tanggal Laporan posisi keuangan
a. Mengatur pengungkapan dan penyesuaian laporan keuangan terkait peristiwa
baik yang bersifat favorable maupun unfavorable yang terjadi antara akhir
periode pelaporan hingga tanggal laporan keuangan diotorisasi untuk terbit.
b. Istilah Events after balance sheet date (peristiwa setelah tanggal laporan
posisi.
keuangan) direvisi menjadi Events after reporting period (Peristiwa setelah
periode pelaporan).
c. Terdapat istilah tanggal laporan keuangan diotorisasi untuk terbit (the date
when the financial statements are authorised for issue).
d. Terdapat pengungkapan fakta adanya pihak yang dapat mengubah laporan
keuangan setelah diterbitkan jika ada.
7. Kontrak Kontsturksi
IAS mengharuskan penggunaan metode persentase penyelesaian (percentage of
completion method) untuk melakukan pengakuan terhadap pendapatan dan beban
jika realisasi konstruksi dapat diestimasi dengan andal. IAS 11 memberikan
pedoman yang sangat terbatas dalam menentukan estimasi realisasi kontrak
8. Pajak Penghasilan
a. IAS 12 mengatur tentang beda temporer (temporary difference) antara basis
pajak dengan basis komersil yang dijadikan basis dalam mengakui aset atau
kewajiban pajak tangguhan
b. Mencakup perbedaan temporer akibat adanya hibah pemerintah (government
grants)
c. Pengakuan pajak tangguhan yang berasal dari Goodwill yang muncul dari
penggabungan usaha tidak diijinkan
d. Tidak mengatur pengungkapan yang berasal dari pos luar biasa
e. Tidak mengatur tentang PPh Final
f. Tidak mengatur tentang SKP
g. Terdapat pengaturan beda temporer dari perbedaan basis pelaporan fiskal dan
komersial sebagai konsekuensi penerapan model revaluasi sebagaimana diatur
dalam IAS 16
9. Aset Tetap
a. Penerapan prinsip nilai wajar dalam penilaian Aset. Aset dapat diukur dengan
menggunakan dua pendekatan, yaitu model revaluasi dan model harga
perolehan.
b. Nilai selisih akibat adanya revaluasi disajikan dalam lapora laba rugi dan
ekuitas
c. Metode penyusutan yang digunakan harus ditelaah secara periodik. Koreksi
akibat penelaahan ini akan diperlakukan sesuai dengan IAS 8. Dimungkinkan
juga perubahan terhadap metode penyusutan jika dalam hasil review terdapat
perubahan signifikan dengan pola pemanfaatan ekonomi yang diharapkan dari
aset tersebut.
d. Manajemen harus melakukan review atas nilai residu dan masa manfaat
aset
setiap tahun. Jika terdapat perubahan, maka disesuaikan dengan menggunakan
IAS 8
10. Sewa
a. Aset sewa pembiayaan dikapitalisasi jika kontrak sewa mengalihkan secara
substansial seluruh resiko dan manfaat terkait kepemilikan aset. Suatu
sewa diklasifikasikan sebagai sewa operasi jika sewa tidak mengalihkan
mengalihkan secara substansial seluruh resiko dan manfaat terkait kepemilikan aset.
b. Kriteria yang harus dipenuhi untuk diklasifikasikan sebagai sewa
pembiayaan:
 Pengalihan kepemilikan aset pada akhir masa sewa
 Lesse memiliki hak opsi untuk membeli dengan harga cukup rendah di
akhir masa sewa
 Masa sewa meliputi sebagian besar umur ekonomis aset
 Pada awal sewa nilai kini dari jumlah pembayaran sewa minimum
mendekati nilai wajar aset
 Aset sewa bersifat khusus dimana lessee yang menggunakannya tanpa
perlu modifikasi
c. Tidak mengatur tentang sewa pembiayaan tanah
11. Pendapatan
a. Pendapatan diakui jika dapat terukur dengan andal, manfaat ekonomi yang
probable. Jika pendapatan diakui dari transaksi penjualan, maka pendapatan
diakui jika resiko dan manfaat aset yang diperjual belikan telah dialihkan
pada pembeli
b. Pengakuan pendapatan pada industry khusus tidak diatur
12. Imbalan Kerja
a. Imbalan kerja dibagi dalam dua kelompok yaitu imbalan kerja jangka
pendek dan imbalan pasca kerja.
b. Dengan menggunakan metode Projected unit credit method.
c. Tidak mengatur imbalan kerja ekuitas.
13. Hibah Pemerintah
Hibah pemerintah, termasuk yang bersifat moneter, diakui ketika terdapat kepastian
bahwa entitas yang menerima akan memenuhi semua persyaratan yang diharuskan
dalam ketentuan. Hibah akan diakui sebagai laba pada periode periode pelaporan
dimana entitas mengeluarkan biaya untuk memperoleh hibah tersebut
14. Mata Uang Asing
a. Pengaturan tentang mata uang fungsional dan mata uang asing terdapat di
IAS 21 tentang The Effects of Changes in Foregn Exchange Rates
b. IAS 21 mengharuskan penggunaan indikator primer dan sekunder.
Indikator
primer terdiri dari harga barang dan jasa, mata uang pembayaran bahan
baku, upah, dan biaya lain. Indikator sekunder terdiri dari mata uang
dominan dalam pendanaan, operasional, dan hubungan antara anak
perusahaan dan induk.
c. Proses penjabaran laporan keuangan dilakukan jika mata uang pelaporan
yang digunakan berbeda dengan mata uang fungsional (mata uang dasar
entitas bisnis dalam menyajikan laporan keuangan)
d. Jika mata uang fungsional laporan keuangan adalah mata uang suatu
ekonomi yang sedang mengalami inflasi tinggi, maka laporan keuangan
harus disajikan kembali sesuai IAS 29 tentang Financial Reporting in Hyper
Inflation Economies
15. Biaya Pinjaman
Biaya pinjaman yang dapat diatribusikan langsung terhadap akuisisi, konstruksi,
atau produksi suatu aset harus dikapitalisasi sebagai bagian biaya perolehan aset
tersebut.
16. Hubungan Istimewa
a. Definisi dan criteria pihak yang memiliki hubungan istimewa diatur secara
detail
b. Pengungkapan dilakukan secara luas termasuk pengungkapan tentang
kompensasi yang diberikan perusahaan terhadap manajemen dan karyawan kunci
dalam bentuk imbalan jangka pendek, imbalan pasca kerja, imbalan jangka
panjang, pemutusan hubungan kerja dan imbalan saham
c. Pengeliminasian akun ketika dilakukan konsolidasi laporan keuangan
harus diungkapkan
17. Dana Pensiun
a. Standar ini digunakan untuk seluruh entitas yang menyelenggarakan
program pension
b. Laporan keuangan dibedakan antara :
 Dana pension iuran pasti, terdiri dari laporan aset bersih yang tersedia
untuk manfaat dan informasi terkait kebijakan pendanaan.
 Dana pension manfaat pasti, terdiri dari laporan informasi aset bersih,
nilai sekarang manfaat yang dijanjikan, serta surplus dan defisit.
c. Penilaian investasi menggunakan nilai wajar
18. Laporan Keuangan Konsolidasi
a. Akun minority interest dihapuskan dan diganti dengan non controlling
interest yang disajikan sebagai bagian ekuitas
b. Pengendalian ada jika suatu entitas memiliki 50% hak suara, kecuali
dapat dibuktikan bahwa tidak ada pengendalian.
c. Laporan keuangan konsolidasi harus mencakup “semua” anak perusahaan,
kecuali jika akuisisi terhadap anak perusahaan termasuk kriteria sebagai
dimiliki untuk dijual, maka harus disajikan sebagaimana diatur dalam IFRS
5 tentang Non-current Assets Held for Sale and Discontinued Operations
d. Entitas induk dapat tidak menyajikan laporan keuangan konsolidasi jika :
 Entitas induk tersebut adalah entitas anak yang dimiliki seluruhnya, atau
entitas anak yang dimiliki sebagian olehentitas lainnya dan pemilik lain,
termasuk pihak yang tidakmemiliki hak suara, yang telah diinformasikan
dan tidak menolak entitas induk tersebut untuk tidak menyajikan laporan
keuangan konsolidasian;
 Instrumen utang dan instrumen ekuitas entitas induk tersebut tidak
diperdagangkan di pasar publik
 Entitas induk sedang tidak dalam proses menerbitkan sekuritas ke publik
 Entitas induk akhir atau entitas induk antara telah menghasilkan laporan
keuangan konsolidasi sesuai IFRS
e. IFRS mengijinkan penggunaan penggunaan 2 pendekatan, yaitu
pendekatan
proporsi kepemilikan dan pendekatan nilai wajar.
19. Investasi di Perusahaan Asosiasi
a. Terdapat pengaturan rinci tentang penjabaran dan selisih penjabaran mata
uang asing terhadap nilai investasi yang dicatat dengan menggunakan
metode ekuitas.
b. Terdapat pengaturan tentang cara pembuktian pengaruh signifikan suatu
perusahaan sehingga perusahaan investee dikategorikan sebagai perusahaan
asosiasi
20. Pelaporan dalam Kondisi Ekonomi Hiperinflasi
a. Kriteria kondisi hiperinflasi :
 Penduduknya lebih memilih untuk menyimpan kekayaan mereka dalam
bentuk aset nonmoneter atau dalam mata uang asing yang relatif stabil.
Jumlah mata uang lokal yang dimiliki segera diinvestasikan untuk
mempertahankan daya beli;
 Penduduknya mempertimbangkan jumlah moneter bukan dalam mata
uang
lokal tetapi dalam mata uang asing yang relatif stabil. Harga-harga
mungkin dikuotasikan dalam mata uang asing tersebut;
 Harga yang berlaku dalam penjualan dan pembelian secara kredit
ditentukan dengan memasukkan faktor ekspektasi hilangnya daya beli
selama periode kredit, bahkan jika periode kreditnya singkat;
 Suku bunga, upah dan harga dikaitkan dengan indeks harga; dan
 Tingkat inflasi kumulatif selama tiga tahun mendekati atau melebihi
100%.
b. Terdapat prosedur detail bagaimana cara menyajikan kembali akun akun
dalam laporan keuangan
21. Modal Ventura
a. Kerja sama operasi dibagi atas tiga skema, yaitu pengendalian bersama
operasi, pengendalian bersama aset, dan pengendalian bersama entitas
b. Menggunakan metode ekuitas atau metode proporsional
22. Laporan Keuangan Interim
a. Penyajian laporan keuangan interim harus dilakukan secara komparatif
dengan periode interim tahun sebelumnya untuk laporan laba rugi, arus kas
dan laporan perubahan ekuitas. Namun laporan posisi keuangan periode
interim dibandingkan dengan laporan posisi keuangan tahunan yang terakhir
b. Manajemen dapat menyajikan laporan keuangan dengan format ringkas
(condensed financial statement) dengan selected explanatory notes
23. Penurunan Nilai Aset
a. Penurunan nilai aset tidak boleh melampauai batas nilai tercatatnya
b. Perusahaan tidak diperkenankan melakukan reversal atas penurunan nilai
Goodwil pada periode interim sebelumnya
24. Agrikultur
a. Mengatur penyajian aset biologi dan produk pertanian serta pelaporannya
yang menggunakan nilai wajar
b. Menggunakan nilai wajar dikurangi biaya untuk menjual (konsep akresi).
Selisihnya dimasukkan dalam laporan laba rugi
25. Restrukturisasi Utang Bermasalah
Tidak diatur dalam satu standar khusus, namun tersirat dalam IAS 23 tentang
Borrowing Cost dan IAS 37 tentang Provisions, Contingent Liabilities and
Contingent Asset
26. Kuasi Reorganisasi
Tidak diatur dalam satu standar khusus

Anda mungkin juga menyukai