Anda di halaman 1dari 15

ASET LANCAR

OLEH:

Muhammad Iqbal
Brian Rahardian

MAKALAH
Disusun untuk memenuhi Tugas Mata Kuliah Pelaporan Korporat

PROGRAM PENDIDIKAN PROFESI AKUNTANSI


FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS
UNIVERSITAS BRAWIJAYA
MALANG
2019

1
Asset Lancar

Entitas mengklasifikasikan asset lancar jika:

a) entitas memperkirakan akan merealisasikan asset atatau memilki intensi untuk menjual
atau menggunakannya dalam siklus operasi normal;
b) entitas memiliki asset untuk tujuan diperdagangkan;
c) entitas memperkirakan akan merealisasikan asset dalam jangka waktu dua belas bulan
setelah periode pelaporan atau;
d) asset merupakan kas atau setara kas (sebagaimana didefinisikan dalam PSAK 2: (Laporan
Arus Kas), kecial asset tersebut dibatasi pertukaran atau penggunannya untuk
menyelesaikan liabilitas sekurang-kurangnya dua belas bulan setelah periode pelaporan.

Entitas mengklasifikasikan asset yang tidak termasuk dalam kriteria di atas sebagai asset tidak
lancar

Peryataan ini menggunakan istilah “tidak lancar” untuk mencakup asset tetap dan asset tak
berwujud dan asset keuangan yang bersifat jangka Panjang. Peryataan ini tidak melarang
penggunaan istilah lainnya sepanjang pengertiannya jelas.

Siklus operasi entitas merupakan jangka waktu antara perolehan asset untuk pemrosesan dan
realisasinya dalam bentuk kas atau setara kas. Ketika siklus operasi normal entitas tidak dapat
didefinisikan secara jelas maka siklus operasi normal diasumsikan selama dua belas bulan. Asset
lancar termasuk asset seperti persediaan dan piutang dagang) yang dijual, dikonsumsi, atau
diarealisasikan sebagai bagian dari siklus operasi normal meskipun asset tersebut tidak
diperkirakan untuk direalisasikan dalam jangka waktu dua belas bulan setelah periode pelaporan.
Asset lancar juga mencakup asset yang utamannya dimiliki untuk tujuan diperdagangkan
(contohnya mencakup asset keuangan yang diklasifikasikan sebagai dimiliki untuk tujuan
diperdagangkan sesuaidengan PSAK 55: Instrument keuangan: Pengakuan dan Pengukuran) dan
bagian lancar dari asset keuangan tidak lancar.

2
Kas

Kas adalah aset finansial — juga merupakan instrumen keuangan. Instrumen keuangan
didefinisikan sebagai kontrak apa pun yang menimbulkan aset keuangan satu entitas dan liabilitas
keuangan atau kepentingan ekuitas entitas lain. Kas, adalah aset yang paling likuid, serta
merupakan media pertukaran standar dan dasar untuk mengukur dan menghitung semua item
lainnya. Perusahaan umumnya mengklasifikasikan kas sebagai aset lancar. Kas, terdiri dari koin,
mata uang, dan dana yang tersedia di deposito di bank. Instrumen yang dapat dinegosiasikan
seperti wesel, cek bersertifikasi, cek kasir, cek pribadi, dan wesel bank juga dipandang sebagai
uang tunai. Beberapa instrumen yang dapat dinegosiasikan memberi investor kecil peluang untuk
mendapatkan bunga. Barang-barang ini, lebih tepat diklasifikasikan sebagai investasi sementara
daripada sebagai uang tunai, termasuk dana pasar uang, sertifikat tabungan pasar uang, sertifikat
setoran, dan sejenis deposito dan "short term paper."

Pelaporan Kas

Meskipun pelaporan uang tunai relatif mudah, sejumlah masalah patut mendapat perhatian
khusus. Masalah-masalah ini terkait dengan pelaporan:

1. Cash equivalents.
Klasifikasi saat ini yang telah menjadi populer adalah "Kas dan setara kas." Setara kas adalah
investasi jangka pendek, sangat likuid yang keduanya (a) mudah dikonversi ke jumlah kas yang
diketahui, dan (b) sangat dekat dengan jatuh tempo yang mereka sajikan risiko tidak signifikan
dari perubahan nilai karena perubahan suku bunga. Secara umum, hanya investasi dengan jangka
waktu jatuh tempo tiga bulan atau kurang yang memenuhi syarat dalam definisi ini. Contoh-contoh
ekuivalen tunai adalah uang kertas, surat berharga, dan dana pasar uang. Beberapa perusahaan
menggabungkan uang tunai dengan investasi sementara pada laporan posisi keuangan.

Investasi Jangka Pendek Yang Diperdagangkan

Secara umum investasi jangka pendek diartikan sebagai investasi sementara dalam surat-surat
berharga yang mudah diperjual belikan dengan uang atau kas yang menganggur dengan tujuan
untuk mendapatkan tambahan aliran kas masuk. Kelebihan uang kas dalam suatu perusahaan tidak
akan menimbulkan pendapatan. Oleh karena itu kelebihan uang kas sebaiknya diinvestasikan

3
selama masa tidak terpakainya kas tersebut. Karena jangka waktu tidak terpakainya kas tersebut
relatif pendek, maka investasinya juga dilakukan dalam jangka pendek.

Investasi Jangka Pendek biasanya dilakukan dalam bentuk deposito, sertifikat bank atau surat-
surat berharga yaitu saham (efek ekuitas) dan obligasi (efek utang). Didalam neraca investasi
jangka pendek termasuk dalam kelompok aktiva lancar.

Karakteristik investasi jangka pendek :

a. Surat-surat berharga itu harus dapat dijual kembali dengan harga yang yang berlaku pada
tanggal penjalannya. Surat-surat berharga yang memenuhi syarat adalah surat-surat
berharga yang terdapat dalam bursa saham.
b. Penjalannya kembali oleh pimpinan perusahaan dimaksudkan untuk memenuhi kebutuhan
uang.
c. Pemilikan surat berharga tidak dengan maksud menguasai perusahaan lain

Agar tidak salah menentukan apakah sebuah investasi adalah aktiva lancar atau tidak, investasi
tersebut harus dilihat secara detail. Ada beberapa hal yang perlu dilihat:

1. Jumlah nominal investasi

Apabila nilai investasi yang ditanamkan tergolong besar, maka kemungkinan investasi tersebut
adalah inestasi jangka panjang dan bukan termasuk dalam bagian aktiva lancar. Namun apabila
nilai investasi yang ditanamkan tergolong kecil, umumnya investasi tersebut dikategorikan sebagai
aktiva lancar

2. Jangka waktu pengembalian

Setiap investasi pasti menginginkan memperoleh hasil atau return. Seberapa lama return investasi
tersebut akan diperoleh? Apabila return investasi tersebut diperoleh dalam periode yang relatif
singkat, tidak sampai satu tahun sudah menghasilkan, biasa investasi tersebut digolongkan
kedalam aktiva lancar. Namun jika investasi tersebut memiliki jangka waktu pengembalian
investasi yang lama, maka investasi tersebut tidak bisa disebut dengan aktiva lancar.

4
Piutang Dagang

Piutang adalah jumlah yang dapat ditagih/diklaim dari seseorang atau perusahaan lain yang
diharapkan akan dilunasi dengan kas. Standar akuntansi, baik SAK maupun IFRS, memperlakukan
piutang sebagai instrumen keuangan, yaitu aset keuangan, yang pengakuan dan pengukurannya
diatur dalam PSAK 55/IAS 39, sedangkan penyajiannya diatur dalam PSAK 50/IAS 32 dan PSAK
1/IAS 1.

Piutang umumnya mencakup:

Piutang usaha atau piutang dagang, adalah jumlah yang akan dibayar oleh pelanggan sebagai
akibat dari penjualan barang dan jasa utama perusahaan. Piutang dagang umumnya diselesaikan
dalam jangka pendek (kurang dari satu tahun atau dalam siklus operasi normal).

Piutang wesel (wesel tagih) atau pinjaman yang diberikan, adalah klaim yang didasari oleh
instrumen kredit yang secara resmi diterbitkan sebagai bukti utang. Pinjaman yang diberikan bisa
berupa kontrak pinjaman jangka panjang atau jangka pendek (lancar).

Piutang lain, adalah piutang “non-dagang” (misalnya, piutang bunga, pinjaman kepada pejabat
perusahaan, pembayaran di muka kepada karyawan, dan pengembalian PPh).

Penjualan kredit juga mengakibatkan timbulnya risiko piutang tak tertagih. Penilaian piutang
bisa menyulitkan karena piutang yang tidak tertagih belum diketahui pada tanggal pelaporan,
sehingga mengharuskan dilakukannya estimasi. Perlakuan piutang tak tertagih bisa dilakukan
dengan salah satu dari dua metode berikut:

Metode penghapusan langsung, secara teoretis lemah dengan alasan:

a. Metode Penghapusan Langsung (Direct Write-Off Method) – Dengan metode ini, piutang tak
tertagih diakui dan langsung dihapus (write-off) pada saat piutang dianggap sudah tidak bisa ditagih
lagi. Pengakuan dilakukan dengan cara mengkredit akun ‘Piutang Dagang’ dan mendebit akun
‘Biaya Piutang Tak Tertagih’ di sisi lainnya.
b. Tidak diterima dalam praktik pelaporan keuangan (tidak sesuai dengan standar akuntansi
keuangan).

Metode cadangan. Metode cadangan melibatkan estimasi kerugian piutang.

5
a. Pencadangan Piutang Tak Tertagih (Bad Debt Allowance Method) – prinsip kesesuaian
(matching principle) memandatkan agar setiap biaya dapat dihubungkan langsung dengan
pendapatannya. Sehingga, idealnya, biaya piutang tak tertagih mestinya juga dibebankan di periode
yang sama saat pendapatan (dalam hal ini, penjualan) diakui. Tetapi, nyaris mustahil untuk
mengetahui apakah suatu penjualan kredit pasti tertagih atau tak tertagih. Solusinya? Dibuatkan
akun ‘Cadangan Piutang Tak Tertagih’.
b. Sesuai dengan standar akuntansi keuangan.

Persediaan

Istilah persediaan didefinisikan dalam PSAK 14 (paragraf 7) sebagai aset yang:

a. Dimiliki untuk dijual dalam kegiatan usaha normal


b. Dalam proses produksi untuk dijual
c. Dalam bentuk bahan atau perlengkapan (supplies) untuk digunakan dalam proses produksi
atau pemberian jasa

Persediaan perusahaan dagang terdiri atas barang yang diperoleh untuk dijual kembali, sedangkan
dalam perusahaan manufaktur, persediaannya terdiri dari barang jadi, pekerjaan dalam proses,
bahan baku dan perlengkapan pabrik. Persediaan merupakan aset lancar. Aset tidak lancar tidak
diperlakukan sebagai bagian dari persediaan.

Pengukuran Persediaan

PSAK 14 mengatur bahwa persediaan harus diukur berdasarkan biaya atau nilai realisasi neto,
mana yang lebih rendah (paragraf 8). Dengan demikian, dalam menentukan persediaan, baik biaya
maupun nilai realisasi neto harus ditentukan terlebih dahulu. Setelah dibuat perbandingan, nilai
terendah dari keduanya digunakan sebagai nilai persediaan.

Rumus FIFO, Metode FIFO mengalokasikan biaya untuk barang terjual dan persediaan
dengan asumsi bahwa barang terjual dengan urutan serupa ketika dibeli, sehingga barang yang
pertama kali dibeli akan lebih dulu dijual. Asumsi yang mendasari FIFO sesuai dengan realitas
karena sebagian besar entitas tidak menjual persediaan lama mereka lebih dulu. Rumus FIFO
sistematis dan mudah digunakan, serta tidak memungkinkan adanya manipulasi pendapatan.
Kelebihan lain FIFO adalah bahwa persediaan dalam laporan posisi keuangan akan disajikan pada
biaya kini. Sedangkan kelemahan mendasar FIFO adalah harga lama diberikan untuk HPP yang

6
kemudian dicocokkan dengan pendapatan penjualan harga kini, sehingga dapat menimbulkan
penyimpangan pengukuran laba bruto

Rumus biaya rata-rata tertimbang, Metode biaya rata-rata tertimbang didasarkan pada asumsi
bahwa seluruh barang tercampur sehingga mustahil untuk menentukan barang mana yang terjual
dan barang mana yang tertahan di persediaan. Harga persediaan ditetapkan berdasarkan harga rata-
rata yang dibayarkan untuk barang tersebut, yang ditimbang menurut jumlah yang dibeli.

PSAK 14 mensyaratkan pengungkapan hal-hal berikut (paragraf 34):

1. Kebijakan akuntansi yang diterapkan dalam penilaian persediaan, termasuk rumus biaya
yang digunakan (misalnya FIFO).
2. Jumlah nilai tercatat dari persediaan; (PSAK 1 mensyaratkan bahwa persediaan
ditunjukkan sebagai pos terpisah dalam kelompok aset lancar dalam laporan posisi
keuangan)
3. Nilai tercatat dari subklasifikasi persediaan. Subklasifikasi ini lazimnya disajikan dalam
Catatan Atas Laporan Keuangan
4. Nilai tercatat dari persediaanyang dicatat pada nilai wajar dikurangi biaya penjualan,
terutama untuk pialang komoditas dan produsen hasil pertanian primer.
5. Jumlah ‘harga pokok penjualan’ (untuk entitas yang perhitungan laba ruginya
mengungkapkan analisis beban menggunakan fungsi beban, HPP disajikan secara langsung
sebagai pos tersendiri. Untuk entitas yang perhitungan laba ruginya menggunakan metode
sifat beban, HPP disajikan secara tidak langsung melalui serangkaian pos, seperti bahan
baku dan barang konsumsi digunakan, biaya tenaga kerja, dan biaya operasi lainnya,
bersama dengan perubahan persediaan barang jadi dan pekerjaan dalam proses).
6. Jumlah pemulihan dan keadaan atau peristiwa yang menyebabkan pemulihan, bila
persediaan yang sebelumnya nilainya diturunkan disajikan ulang pada nilai tercatat baru
sesuai dengan ketentuan paragraf 34 entitas juga harus menjelaskan kondisi dan peristiwa
penyebab terjadinya pemulihan nilai persediaan yang diturunkan nilainya.
7. Nilai tercatat persediaan yang diperuntukkansebagai jaminan liabilitas.

7
Beban Dibayar Dimuka

Biaya atau beban dibayar dimuka (Prepaid Expenses) merupakan arus kas keluar atau
pengeluaran perusahaan yang telah dapat ditentukan penggunaannya karena telah terpenuhinya
bukti-bukti legal/dokumen2 yang sah dan dapat dipertanggung jawabkan dari pihak ketiga seperti
kwitansi,invoice. namun perusahaan belum menerima manfaat baik berupa barang/jasa atas
pengeluaran tersebut. Beban dibayar di muka (prepaid expenses) merupakan pos yang sejak awal
dicatat sebagai aktiva tatapi diharapkan menjadi beban dikemudian hari atau selama operasi
normal bisnis. Perlengkapan dan asuransi dibayar di muka merupakan dua contoh beban dibayar
di muka yang mungkin membutuhkan penyesuaian pada akhir periode akuntansi. Contoh lainnya
termasuk beban iklan dibayar di muka dan bunga dibayar di muka.

Biaya dibayar di muka ini sering timbul apabila perusahaan membayar biaya-biaya untuk
beberapa periode sekaligus, sehingga dari jumlah pengeluaran tadi sebagian akan menjadi beban
periode itu dan sebagian lagi akan dibebankan pada periode mendatang.

Pada waktu terjadinya pengeluaran kas, pencatatan bisa dilakukan dengan mendebit rekening
biaya atau rekening aktiva. Oleh karena tidak semua pengeluaran itu menjadi biaya, maka perlu
diadakan penyesuaian agar sebagian pengeluaran itu menjadi biaya, maka perlu diadakan
penyesuaian agar sebagian pengeluaran tadi bisa dibebankan sebagai biaya dan sebagian lagi
merupakan aktiva yaitu biaya dibayar di muka. Jurnal penyesuaian yang dibuat untuk biaya
dibayar di muka akan tergantung kepada rekening yang digunakan untuk mencatat pengeluaran
tersebut. Kieso mengidentifikasikan Beban Dibayar di Muka (prepaid expense) beban yang
dibayar secara tunai dan dicatat sebagai aktiva sebelum digunakan atau dikonsumsi. Apabila biaya
telah terjadi, maka akun aktiva akan di debet untuk memperlihatkan jasa atau manfaat yang akan
diterima di masa depan. Pembayaran di muka biasanya berhubungan dengan asuransi,
perlengkapan, iklan dan sewa. Selain itu, pembayaran di muka juga dilakukan ketika bangunan
dan peralatan dibeli. Beban dibayar di muka akan jatuh tempo baik karena berlalunya waktu
(misalnya, sewa dan asuransi) ataupun karena pemakaian dan konsumsi (misalnya, perlengkapan).
Jatuh tempo biaya-biaya ini tidak memerlukan ayat jurnal harian yang berulang-ulang, karena hal
ini tidak perlu dan tidak praktis. Pengakuan atas biaya-biaya ini biasanya ditunda sampai laporan
keuangan dibuat.

8
Wesel Tagih

Definisi Wesel tagih adalah pernyataan jumlah utang pelanggan dalam bentuk tertulis yang
formal. Selama diharapkan bisa ditagih dalam waktu satu tahun wesel tagih termasuk bagian di
kelompok aset lancar yang disajikan pada laporan keuangan neraca. Wesel ini dapat digunakan
untuk melunasi piutang pelanggan. Wesel ini dan piutang usaha yang dihasilkan dari transaksi
penjualan kadang disebut piutang dagang (trade receivable). Klaim yang didukung oleh sebuah
wesel memiliki beberapa keuntungan dibandingkan klaim dalam bentuk piutang usaha. Dengan
menandatangani wesel, debitor mengakui utangnya dan bersedia untuk membayarnya sesuai
dengan ketentuan yang tertulis. Dengan demikian, wesel tersebut merupakan klaim hukum yang
lebih kuat.

Karakteristik Wesel Tagih

Wesel tagih atau surat perjanjian piutang (promissory note) merupakan janji tertulis untuk
membayar sejumlah uang (nilai nominal) pada saat diminta atau pada waktu yang telah ditentukan.

Surat tersebut dapat dibayarkan ke pelanggan atau perusahaan, atau penanggung atau penanggung
wesel. Surat tersebut ditandatangani oleh orang atau perusahaan yang membuat janji. Pihak yang
berhak menerima uang dari wesel ini disebut penerima pembayaran (payee), dan pihak yang
membuat janji disebut pembuat janji (maker). Tanggal pembayaran wesel ini disebut tanggal jatuh
tempo (due date atau maturity date). Perhitungan tanggal jatuh tempo periode waktu antara tanggal
penerbitan dan tanggal jatuh tempo wesel tagih jangka pendek dapat dinyatakan dalam jumlah
harian atau bulanan. Saat wesel dinyatakan dalam harian, tanggal jatuh tempo merupakan jumlah
hari tertentu setelah tanggal penerbitan.

Perlengkapan

Ada 2 tipe perlengkapan yang ada dalam perusahaan, yaitu:

a. Perlengkapan Pabrik (Factory Supplies)

Persediaan ini meliputi barang pemeliharaan, perlengkapan kebersihan, dan barang-barang yang
dianggap terkait dengan proses produksi. Barang-barang tersebut dibebankan pada saat dipakai.
Sehingga perusahaan haruslah mencatat pemakaian perlengkapan ini dan biasanya juga melakukan

9
penghitungan secara fisik atas perlengkapan yang ada di tempat penyimpanan, agar di ketahui
saldo akhirnya yang nantinya masuk ke dalam akun asset perusahaan. Ada juga sebagian
perusahaan yang mencatat pemakaian perlengkapan ini sebagai biaya overhead pabrik yang akan
di alokasikan ke dalam HPP tiap unit yang diproduksi.

b. Perlengkapan Kantor (Office Supplies)

Persediaan ini meliputi barang-barang seperti kertas, tinta printer, clipper, stapler, alat tulis, dll.
Biasanya nilainya tidak materiil atau nilainya rendah sehingga bisa dibebankan pada saat
pembeliannya. Untuk perusahaan berskala besa metode ini tidak dianjurkan karena tidak
mencerminkan posisi nilai akuntansi sesungguhnya. Sebaiknya perusahaan tetap menggunakan
metode akrual, yaitu menghitung nilai pemakaian perlengkapan kantor ini, dengan cara menjumlah
nilai saldo awal ditambah nilai pembelian lalu dikurangi dengan sisa stok secara fisik (setelah
dilakukan stok opname). Pemakaian inilah yang kemudian dijadikan beban pemakaian
perlengkapan pada periode yang bersangkutan.

Karaketristik Perlengkapan

Jenis perlengkapan sangat beragam dan apabila kita sebutkan mungkin akan menghasilkan daftar
yang panjang, bahkan tidak jarang ada yang sulit kita namakan. Namun begitu kita dapat
mengenali karakternya, yaitu antara lain:

Fungsi

Perlengkapan tidak bisa menghasilkan barang/jasa secara langsung, melainkan memerlukan


mesin/equipment lain, karena memang fungsinya hanya sebagai alat penunjang operasional.

Nilai

Perlengkapan kebanyakan nilainya tidak material.

Umur Ekonomis

Perlengkapan umumnya berumur ekonomis lebih dari satu tahun buku. Hal ini kadang membuat
kita ragu untuk menerapkan perlakuan akuntansinya. Melihat nilai unitnya yang relatif tidak
material, rasanya perlengkapan tepat dan lebih mudah jika dikelompokkan ke dalam biaya, itulah
sebabnya mengapa banyak pihak (orang/perusahaan) memperlakukan pembelian perlengkapan ke

10
dalam biaya. Namun metode ini membuat penilaian akuntansinya tidak terlalu tepat, sebab metode
ini mengabaikan umur ekonomisnya.

Jika dikelompokkan ke dalam aktiva tetap (fixed asset), lalu bagaimana cara membebankannya,
mengingat nilainya yang relative kecil?. Jika dibebankan bertahap dengan cara menyusutkannya,
jelas merupakan pekerjaan yang rumit. Bisa dibayangkan ratusan atau bahkan ribuan items (untuk
perusahaan-perusahaan besar) harus dihitung penyusutannya satu persatu. Akan sangat
merepotkan tentunya.

Bagaimana cara tepat memperlakukannya ?

Ada dua pendekatan yang dapat kita lakukan, yaitu:

Melihat Umur Ekonomisnya (The Economical Life Time)

Pertama-tama, pertimbangkanlah umur ekonomisnya, jika umurnya jelas-jelas kurang dari satu
tahun buku, maka tidak ada keraguan lagi untuk mengelompokkan dan memperlakukannya
sebagai biaya (dibebankan diperiode yang sama). Jika memiliki umur ekonomis lebih dari satu
tahun buku, maka alat ini berpotensi untuk di kelompokkan ke dalam asset (Tools & Equipment),
akan tetapi masih perlu pertimbangan yang kedua.

Melihat Nilai Gabungannya (The Bulk Value)

Pertimbangan kedua, jika alat tersebut digabungkan dengan alat lain (yang umurnya lebih dari satu
tahun buku juga) nilai gabungannya menjadi material, maka tidak diragukan lagi alat tersebut
dapat kita kelompokkan ke dalam Asset (Peralatan & Perlengkapannya/Tools & Equipment).
Untuk perusahaan yang baru beroperasi, mungkin memang belum ada banyak peralatan, maka
yang dijadikan pertimbangan adalah potensi penggunaan peralatan di masa yang akan datang,
karena sangat mungkin saat ini peralatannya masih sedikit, sehingga jika digabungkan pun nilainya
tidak akan material, akan tetapi di masa yang akan datang alat-alat kecil tersebut akan signifikan
nilai gabungannya.

11
Pendapatan yang masih harus diterima

Definisi

Pendapatan yang masih harus diterima adalah penerimaan di masa yang akan datang (dalam
waktu 1 tahun) yang telah diakui dan dicatat sebagai pendapatan Perusahaan pada periode
berjalan, karena manfaat atas aktiva, barang, dan/atau jasa Perusahaan telah diterima oleh pihak
lainnya. Salah satu contoh pendapatan yang masih harus diterima adalah pendapatan bunga.

Pengakuan

Pendapatan yang masih harus diterima diakui di setiap akhir periode bersamaan dengan
pengakuan pendapatan terkait pada periode berjalan.

Pengukuran

Pendapatan yang masih harus diterima dan pendapatan yang terkait dicatat sebesar jumlah
pendapatan yang seharusnya diterima oleh Perusahaan untuk periode yang bersangkutan.

Pelaporan

Pendapatan yang masih harus diterima dilaporkan dalam Neraca sebagai bagian dari Aktiva
Lancar.

Pendapatan terkait

Pendapatan terkait dilaporkan dalam Laporan Laba Rugi dan diklasifikasikan sesuai dengan
sifat dari pendapatan yang bersangkutan.

Divisi jasa keuangan (asuransi, modal ventura, dan pembiayaan) serta divisi real estat

Khusus untuk divisi jasa keuangan (asuransi, modal ventura, dan pembiayaan) serta divisi real
estat, neraca disajikan secara unclassified tanpa mengklasifikasikan aktiva dan kewajiban sebagai
lancar dan tidak lancar. Dengan demikian, untuk divisi-divisi tersebut, Pendapatan Yang Masih
Harus Diterima dilaporkan di Neraca, sebagai bagian dari Aktiva.

Kas Kecil

Petty cash / kas kecil adalah sejumlah uang tunai tertentu yang disisihkan dalam perusahaan
dan digunakan untuk melayani pengeluaran-pengeluaran tertentu. Biasanya pengeluaran-

12
pengeluran yang dilakukan melalui dana kas kecil adalah pengeluaran-pengeluaran yang
jumlahnya tidak besar, pengeluaran-pengeluaran lain dilakukan dengan bank (dengan cek ).

Tujuan Dibentuknya Kas Kecil

Ada beberapa tujuan dibentuknya kas kecil, berikut diantaranya.

a. Menangani masalah perlengkapan/perbekalan kantor yang dialami oleh suatu bagian di kantor.

b. Menghindari cara pembayaran yang tidak ekonomis juga tidak praktis atas pengeluaran yang
jumlahnya relatif kecil dan mendadak.

c. Meringankan beban staff karyawan dalam memberikan pelayanan secara maksimal kepada
pelanggan juga termasuk kepada relasi bisnis pimpinan.

d. Mempercepat aktivitas atasan yang menggunakan dana secara mendadak dan juga tidak
terencana sebelumnya.

Metode dalam Pengelolaan Kas Kecil

Metode ini mencakup tahapan-tahapan pengelolaan dalam penggunaan dana yang ada, sehingga
ketika laporan penggunaan kas kecil diminta oleh pihak-pihak yang terkait dapat ditunjukkan
dengan segera dan lengkap tanpa ada kesalahan. Metode pencatatan kas kecil ada 2 (dua) yaitu:

a. Metode Tetap (Imprest fund system)

Metode Tetap adalah metode pembukuan kas kecil di mana rekening kas kecil jumlahnya selalu
tetap. Setiap pengeluaran kas terjadi, pemegang petty cash tidak serta merta langsung mencatatnya,
tetapi hanya sekedar mengumpulkan bukti transaksi pengeluarannya.

Ciri-ciri Metode Tetap (Imprest fund system):

1. Bukti-bukti penggunaan dana kas kecil dikumpulkan oleh pengelola kas kecil.

2. Pengisian dana kas kecil dilakukan dengan penarikan cek yang sama jumlahnya dengan dana
kas kecil yang telah digunakan sehingga jumlah dana kas kecil kembali kepada jumlah yang
ditetapkan semula.

13
Langkah-langkah operasional metode tetap :

1. Pembentukan dana kas kecil di mana pemegang kas kecil diberi sejumlah uang tunai yang
nantinya untuk pembayaran atas pengeluaran yang diperkirakan bisa memenuhi kebutuhan dalam
waktu tertentu.

2. Dana kas kecil dipergunakan untuk pembayaran transaksi pengeluaran.

3. Setelah dana kas kecil habis/hampir habis, kasir membentuk kembali dana kas kecil, mengisinya
sebesar jumlah nominal pengeluaran yang terjadi.

b. Metode berubah-ubah (Fluctuating fund system)

Metode berubah-ubah adalah suatu metode pengisian dan pengendalian kas kecil di mana jumlah
kas kecil akan selalu berubah-ubah (sesuai dengan kebutuhan). Sistem ini menghendaki bahwa
jumlah nominal kas kecil tidak ditetapkan akan tetapi sesuai dengan kebutuhan. Misalnya, ketika
pertama kali membuat kebijakan, perusahaan menetapkan jumlah nominal kas kecil sebesar Rp5
Juta kemudian digunakan sesuai dengan kebutuhan dan kemudian kas kecil diisi kembali. Ketika
waktu pengisian, jika perusahaan menggunakan sistem dana tetap, maka jumlah kas kecil harus
sama jumlahnya dengan saldo awal kas kecil. Namun pada metode sistem dana berubah (dana
mengambang), jumlah pengisian kembali kas kecil tidak harus sama dengan jumlah nominal saldo
awalnya, jadi bisa kurang maupun lebih.

Ciri-ciri Metode berubah-ubah (Fluctuating fund system):

1. Pembentukkan dan pengisian kembali dana kas kecil di catat di debit dalam akun kas kecil.

2. Bukti pengeluaran kas kecil dicatat dalam buku jurnal kas kecil dengan mendebit akun-akun
yang terkait dengan penggunaan kredit akun kas kecil.

3. Besarnya jumlah dana kas kecil yang disediakan berfluktuasi disesuaikan dengan perkembangan
kegiatan bagian-bagian pemakai dana.

14
Daftar Pustaka

http://nichonotes.blogspot.com/2014/10/aktiva-atau-aset-lancar-current-assets.html.
http://rendyjohan.com/e_accounting/accounting_policy/account_detail_indo.php?account_id=46
&page_id=1
https://manajemenkeuangan.net/wesel-tagih-adalah/
https://www.rezanoor.net/2017/12/pendapatan-yang-masih-harus-diterima-ajp.html
https://zahiraccounting.com/id/blog/cara-tepat-memperlakukan-perlengkapan-menurut-
akuntansi/
Ikatan Akuntansi Indonesia (IAI). 2018. Pernyataan Standar Akuntansi Keuangan (PSAK),
Jakarta: IAI.
Kieso, D.E Weygant, J.J., & Warfield, T. D. 2014, Intermediate Accounting
Second Edition. United States of Amerika. Wiley.

15

Anda mungkin juga menyukai