Anda di halaman 1dari 16

LAPORAN PENDAHULUAN

WAHAM

A. MASALAH UTAMA
Gangguan persepsi pikir waham kebesaran.

B. PROSES TERJADINYA MASALAH


1. Pengertian
Waham adalah suatu sistem kepercayaan yang tidak dapat divalidasi atau
dipertemukan dengan informasi yang nyata atau realitas. (Judith Haber,
M.S.Schudy, B.F Siddan, Comprehensive psychiatric nursing, 1982 ).
Waham atau delusi adalah suatu keyakinan atau pikiran dan dipertahan betul
oleh individu meskipun tidak berdasarkan logika sehat dan meskipun terbukti
kebalikannya yang benar, dan juga meskipun terbukti mengganggu
kehidupannya dalam menyesuaikan dengan lingkungannya (Dr.Nusyirwan
yusuf,DSJ,1997).
2. Tanda dan Gejala
a. Klien mengungkapkan sesuatu yang diyakininya (tentang agama, kebesaran,
kecurigaan, keadaan dirinya berulang kali secara berlebihan tetapi tidak sesuai
kenyataan
b. Klien tampak tidak mempunyai orang lain
c. Curiga
d. Bermusuhan
e. Merusak (diri, orang lain, lingkungan)
f. Takut, sangat waspada
g. Tidak tepat menilai lingkungan/ realitas
h. Ekspresi wajah tegang
i. Mudah tersinggung (Azis R dkk, 2003)

3. Rentang respon
Rentang perilaku klien dapat diidentifikasi sepanjang rentang respon sehingga
perawat dapat menilai apakah repson klien adaptif atau maladaptif.

LP dan SP “WAHAM” 1
Perilaku yang berhubungan dengan respon biologis maladaptif :
a. Delusi
a) waham meruypakan pikiran ( pandangan yang tidak rasional )
b) berwujud sipat kemegahan diri
c) pandangan yang tidak berdasarkan kenyataan
d) gangguan berpikir, daya ingat, disorientasi, afek labil
b. Halusinasi
a) pengalaman indera tanpa perangsang pada alat indera yang bersangkutan
b) perasaan ada sesuatu tanpa adanya reangsangan sensorik, misalnya penglihatan
c) rasa, bau, atau sensorium yang sepenuhnya merupakan imajinasi
d) mengalami dunia seperti dalam mimpi
c. Kerusakan proses emosi
a) luapan perasaan yang berkembang dan surut dalam waktu singkat
b) keadaan reaksi psikologis dan fisiologis seperti kegembiraan
c) marah, amuk, depresi, tidak berespon
d. Perilaku yang tidak terorganisir
a) tanggapan atau reaksi individu terhadap rangsangan / lingkungan yang tidak
teratur
b) kehilangan kendali terhadap impuls
e. Isolasi sosial
a) menarik diri secara sosial
b) menyendiri / mengasingkan diri dari kelompok
4. Penyebab
Menurut doengoes,M.E ( tahun 1987, hal 205 ) mengemukakan bahwa etiologi waham
dapat dijelaskan melalui 3 teori, yaitu ;
a. Teori Psikodinamika
Perkembangan emosi lambat kurangnya perhatian Ibu yang menyebabkan
kehilangan perlindungan dan gagal membuktikan rasa percaya dengan orang
lain, sehingga individu selalu hati-hati dalam mengucapkan gangguan harga diri,
kehilangan kontrol, takut / cemas, sikap curiga terhadap orang lain dan sikap umum
yang digunakan yaitu proyeksi.
b. Teori dinamika keluarga
Beberapa teori percaya bahwa orang yang paranoid mempunyai orang tua

LP dan SP “WAHAM” 2
yang berkarakter keras, banyak permintaan dan yang ingin segalanya sempurna,
sering marah, mengutamakan kepertingan pribadi, mencurigai individu, sehingga
pengalaman yang didapat dari dulunya akan mempengaruhi kepribadian seseorang.
c. Teori Biologi
Muncuk karena adanya berapa kekuatan atau pengaruh dari beberapa
penyakit individu yang keluarganya mempunyai gejala penyakit yang sama,
contohnya : pad anak kemabar, jika salah satu terkena skizofrenia, maka 58 %
kemungkinan akan terkena pada anak yang satunya.
 Faktor Predisposisi
a. Klien
1) Beberapa gangguan mental dan fisik : waham, paranoid, skizofrenia,
keracunan zat tertentu pada otak dan gangguan pada pendengaran.
2) Faktor sosial budaya : proses tumbuh kembang yang tidak tuntas,
misalnya rasa saling percaya yang tiadak terbina, kegagalan dalam
mengungkapkan perasaan dan pikiran, proses kehilangan yang
berkepanjangan.
b. Lingkungan yang tidak terapeutik
Sering diancam, tidak dihargai atas jerih payah, kehilangan pekerjaan,
support sistem yang kurang, tidak mempunyai teman dekat, atau tidak
mempunyai orang dipercaya.
c. Interaksi
1) Provokasi : sikap orang lain yang terlalu menguasai, curiga, kaku,
tidak toleran terhadap klien.
2) Anatisipasi : perhatian, penampilan, persepsi dan isi pikir.
3) Konflik : fantasi yang tidak terselesaikan, sudah dapat memfokuskan
pikiran dan sudah dapat mengorganisasikan pikiran terhadap suatu
permasalahan.
 Faktor Presipitasi
a. Internal
Merasa gagal, kehilangan sesuatu yang sangat bermakna secara berulang,
ketakutan karena adanya penyakit fisik.
b. Eksternal
Adanya serangan fisik, kehilangan hubungan yang penting dengan orang
lain , adanya kritikan dari orang lain.
LP dan SP “WAHAM” 3
5. Jenis Waham
Ada beberapa jenis waham menurut W.F.Maramis :
1) Waham Kejadian
Klien percaya bahwa ada orang lain atau komplotan yang sedang
mengganggu bahkan sedang ditipu, dimata-matai atau kejelekannya sedang
diancam oleh orang lain.
2) Waham kebesaran
Klien merasa bahwa ia punya kekuatan, pendidikan, kepandaian atau
kekerasan yang luar biasa, diantaranya bahwa dia ratu adil, dapat membaca
pikiran orang lain, mempunyai puluhan rumah atau mobil.
3) Waham Keagamaan
Klien terlalu mengagungkan agama, misalnya : dia mengaku sebagai nabi.
4) Waham Somatik
Klien merasa bahwa bagian tubuhnya terganggu atau terserang penyakit dan
berulang kali mengatakannya, tetapi tidak sesuai dengan kenyataan.
5) Waham Curiga
Klien yakin bahwa ada seseorang atau kelompok yang berusaha merugikan
atau mencederai dirinya, diucapkan berulang kali tapi tidak sesuai dengan
kenyataan.
6) Waham Nihilistik
Klien yakin bahwa dirinya sudah tidak ada lagi didunia / meninggal, diucapkan
berulang kali teetapi tidak sesuai dengan kenyataan.
6. Manifestasi klinis
Klien mengungkapkan sesuatu yang diyakininya (tentang agama, kebesaran,
kecurigaan, dan keadaan dirinya) berulang kali secara berlebihan tetapi tidak sesuai
kenyataan. Klien tampak tidak mempunyai orang lain, curiga, bermusuhan, merusak
(diri, orang lain, lingkungan), takut, kadang panik, sangat waspada, tidak tepat menilai
lingkungan/realitas, ekspresi wajah tegang, mudah tersinggung.
7. Akibat
Klien dapat mengalami kerusakan komunikasi verbal yang ditandai dengan pikiran
tidak realistis, flight of ideas, kehilangan asosiasi, pengulangan kata-kata yang di
dengar dan kontak mata yang kurang. Akibat lain yang ditimbulkan nya adalah
beresiko mencederai diri, orang lain dan lingkungan.

LP dan SP “WAHAM” 4
C. POHON MASALAH
Kerusakan komunikasi verbal Resiko tinggi mencederai diri, orang lain dan
lingkungan

Core Problem : Perubahan isi pikir waham

Etiologi : Gg. Konsep diri : Harga diri


rendah

D. MASALAH KEPERAWATAN DAN DATA YANG HARUS DIKAJI


1. Masalah keperawatan : Perubahan proses pikir : waham
a. Data subjektif :
Klien mengungkapkan sesuatu yang diyakininya (tentang agama, kebesaran,
kecurigaan, keadaan dirinya) berulang kali secara berlebihan tetapi tidak sesuai
kenyataan.
b. Data objektif :
Klien tampak tidak mempunyai orang lain, curiga, bermusuhan, merusak (diri, orang
lain, lingkungan), takut, kadang panik, sangat waspada, tidak tepat menilai
lingkungan/ realitas, ekspresi wajah klien tegang, mudah tersinggung.

E. DIAGNOSA KEPERAWATAN
a. Resiko mencederai diri, orang lain dan lingkungan berhubungan dengan waham.
b. Perubahan proses pikir : waham berhubungan dengan harga diri rendah.

F. INTERVENSI KEPERAWATAN
1. Diagnosa 1: Resiko mencederai diri, orang lain dan lingkungan berubungan dengan
waham.
a. Tujuan umum :
Klien tidak menciderai diri, orang lain, dan lingkungan.
b. Tujuan khusus :
1) Klien dapat membina hubungan saling percaya dengan perawat. Rasional :

LP dan SP “WAHAM” 5
Hubungan saling percaya merupakan dasar untuk kelancaran hubungan
interaksinya.

Tindakan :
 Bina hubungan saling percaya : salam terapeutik, perkenalkan diri,
jelaskan tujuan interaksi, ciptakan lingkungan yang tenang, buat
kontrak yang jelas (topik, waktu, tempat).
 Jangan membantah dan mendukung waham klien : katakan perawat
menerima keyakinan klien "saya menerima keyakinan anda" disertai
ekspresi menerima, katakan perawat tidak mendukung disertai
ekspresi ragu dan empati, tidak membicarakan isi waham klien.
 Yakinkan klien berada dalam keadaan aman dan terlindungi : katakan
perawat akan menemani klien dan klien berada di tempat yang aman,
gunakan keterbukaan dan kejujuran jangan tinggalkan klien sendirian.
 Observasi apakah wahamnya mengganggu aktivitas harian dan
perawatan diri.

2) Klien dapat mengidentifikasi kemampuan yang dimiliki. Rasional : Dengan


mengetahui kemampuan yang dimiliki klien, maka akan memudahkan
perawat untuk mengarahkan kegiatan yang bermanfaat bagi klien dari pada
hanya memikirkannya.

Tindakan :
 Beri pujian pada penampilan dan kemampuan klien yang realistis.
 Diskusikan bersama klien kemampuan yang dimiliki pada waktu lalu
dan saat ini yang realistis.
 Tanyakan apa yang biasa dilakukan kemudian anjurkan untuk
melakukannya saat ini (kaitkan dengan aktivitas sehari hari dan
perawatan diri).
 Jika klien selalu bicara tentang wahamnya, dengarkan sampai
kebutuhan waham tidak ada. Perlihatkan kepada klien bahwa klien
sangat penting.

LP dan SP “WAHAM” 6
3) Klien dapat mengidentifikasikan kebutuhan yang tidak terpenuhi. Rasional :
Dengan mengetahui kebutuhan klien yang belum terpenuhi perawat dapat
merencanakan untuk memenuhinya dan lebih memperhatikan kebutuhan klien
tersebut sehingga klien merasa nyaman dan aman.

Tindakan :
 Observasi kebutuhan klien sehari-hari.
 Diskusikan kebutuhan klien yang tidak terpenuhi baik selama di
rumah maupun di rumah sakit (rasa sakit, cemas, marah).
 Hubungkan kebutuhan yang tidak terpenuhi dan timbulnya waham.
 Tingkatkan aktivitas yang dapat memenuhi kebutuhan klien dan
memerlukan waktu dan tenaga (buat jadwal jika mungkin).
 Atur situasi agar klien tidak mempunyai waktu untuk menggunakan
wahamnya.

4) Klien dapat berhubungan dengan realitas. Rasional : Menghadirkan realitas


dapat membuka pikiran bahwa realita itu lebih benar dari pada apa yang
dipikirkan klien sehingga klien dapat menghilangkan waham yang ada.

Tindakan :
 Berbicara dengan klien dalam konteks realitas (diri, orang lain,
tempat dan waktu).
 Sertakan klien dalam terapi aktivitas kelompok : orientasi realitas.
 Berikan pujian pada tiap kegiatan positif yang dilakukan klien.

5) Klien dapat menggunakan obat dengan benar. Rasional : Penggunaan obat


yang secara teratur dan benar akan mempengaruhi proses penyembuhan dan
memberikan efek dan efek samping obat.

Tindakan :
 Diskusikan dengan klien tentang nama obat, dosis, frekuensi, efek
dan efek samping minum obat.

LP dan SP “WAHAM” 7
 Bantu klien menggunakan obat dengan prinsip 5 benar (nama pasien,
obat, dosis, cara dan waktu).
 Anjurkan klien membicarakan efek dan efek samping obat yang
dirasakan.
 Beri reinforcement bila klien minum obat yang benar.

6) Klien dapat dukungan dari keluarga. Rasional : Dukungan dan perhatian


keluarga dalam merawat klien akan mambentu proses penyembuhan klien.

Tindakan:
 Diskusikan dengan keluarga melalui pertemuan keluarga tentang :
gejala waham, cara merawat klien, lingkungan keluarga dan follow
up obat.
 Beri reinforcement atas keterlibatan keluarga

2. Diagnosa 2: Perubahan proses pikir: waham berhubungan dengan harga diri rendah.
a. Tujuan umum :
Klien tidak terjadi perubahan proses pikir: waham dan klien akan meningkat
harga dirinya.
b. Tujuan khusus :
1) Klien dapat membina hubungan saling percaya

Tindakan :
 Bina hubungan saling percaya : salam terapeutik, perkenalan diri,
jelaskan tujuan interaksi, ciptakan lingkungan yang tenang, buat
kontrak yang jelas (waktu, tempat dan topik pembicaraan)
 Beri kesempatan pada klien untuk mengungkapkan perasaannya
 Sediakan waktu untuk mendengarkan klien
 Katakan kepada klien bahwa dirinya adalah seseorang yang berharga
dan bertanggung jawab serta mampu menolong dirinya sendiri

2) Klien dapat mengidentifikasi kemampuan dan aspek positif yang dimiliki

LP dan SP “WAHAM” 8
Tindakan :
 Klien dapat menilai kemampuan yang dapat Diskusikan kemampuan
dan aspek positif yang dimiliki
 Hindarkan memberi penilaian negatif setiap bertemu klien, utamakan
memberi pujian yang realistis
 Klien dapat menilai kemampuan dan aspek positif yang dimiliki

3) Klien dapat menilai kemampuan yang dapat digunakan.

Tindakan :
 Diskusikan kemampuan dan aspek positif yang dimiliki
 Diskusikan pula kemampuan yang dapat dilanjutkan setelah pulang
ke rumah

4) Klien dapat menetapkan / merencanakan kegiatan sesuai dengan kemampuan


yang dimiliki

Tindakan :
 Rencanakan bersama klien aktivitas yang dapat dilakukan setiap hari
sesuai kemampuan
 Tingkatkan kegiatan sesuai dengan toleransi kondisi klien
 Beri contoh cara pelaksanaan kegiatan yang boleh klien lakukan

5) Klien dapat melakukan kegiatan sesuai kondisi dan kemampuan

Tindakan :
 Beri kesempatan mencoba kegiatan yang telah direncanakan
 Beri pujian atas keberhasilan klien
 Diskusikan kemungkinan pelaksanaan di rumah

6) Klien dapat memanfaatkan sistem pendukung yang ada

LP dan SP “WAHAM” 9
Tindakan :
 Beri pendidikan kesehatan pada keluarga tentang cara merawat klien.
 Bantu keluarga memberi dukungan selama klien dirawat.
 Bantu keluarga menyiapkan lingkungan di rumah.
 Beri reinforcement positif atas keterlibatan keluarga.

G. INTERVENSI

1. Klien percaya dengan perawat, terbuka untuk ekspresi waham


2. Klien menyadari kaitan kebutuhan yg tdk terpenuhi dg keyakinannya (waham) saat ini
3. Klien dapat melakukan upaya untuk mengontrol waham
4. Keluarga mendukung dan bersikap terapeutik terhadap klien
5. Klien menggunakan obat sesuai program

LP dan SP “WAHAM” 10
DAFTAR PUSTAKA

1. Stuart GW, Sundeen, Principles and Practice of Psykiatric Nursing (5 thed.). St.Louis
Mosby Year Book, 1995
2. Keliat Budi Ana, Proses Keperawatan Kesehatan Jiwa, Edisi I, Jakarta : EGC, 1999
3. Keliat Budi Ana, Gangguan Konsep Diri, Edisi I, Jakarta : EGC, 1999
4. Aziz R, dkk, Pedoman Asuhan Keperawatan Jiwa Semarang : RSJD Dr. Amino
Gonohutomo, 2003
5. Tim Direktorat Keswa, Standar Asuhan Keperawatan Jiwa, Edisi 1, Bandung, RSJP
Bandung, 2000

LP dan SP “WAHAM” 11
STRATEGI PELAKSANAAN DAN TIDAKAN

WAHAM

KLIEN DENGAN : PERUBAHAN ISI PIKIR WAHAM KEBESARAN

A. PROSES KEPERAWATAN
1. Kondisi klien
 Klien tampak curiga
 Ekspresi wajah tegang
 Klien mengatakan hal yang diyakininya
 Klien tampak memandang perawat dengan serius
2. Diagnosa Keperawatan
 Perubahan isi pikir : waham b.d harga diri rendah
3. Tujuan Khusus
TUK 1 : klien dapat membina hubungan saling percaya.
4. Tindakan Keperawatan
 Bina hubungan saling percaya, salam terapeutik perkenalan diri, jelaskan
tujuan interaksi, ciptakan lingkungna yang tenang, buat kontrak yang jelas.
 Beri kesempatan pada klien untuk mengungkap perasaannya.
 Sediakan waktu untuk mendengarkan klien.
 Katakan kepada klien bahwa dirinya adalah seorang yang berharga dan
bertanggung jawab serta mampu menoong dirinya sendiri.

B. STRATEGI KOMUNIKASI DALAM PELAKSANAAN TINDAKAN


KEPERAWATAN
1. SP 1 P : Membina hubungan saling percaya ; mengidentifikasi kebutuhan yang
tidak terpenuhi dan cara memenuhi kebutuhan ; mempraktekkan pemenuhan
kebutuhan yang tidak terpenuhi.
a. ORIENTASI :
“Assalamualaikum, perkenalkan nama saya Citto, saya perawat yang dinas
pagi ini di Ruang melati. Saya dinas dari jam 07.00-14.00, saya yang akan
membantu perawatan bapak hari ini. Nama bapak siapa? senangnya dipanggil

LP dan SP “WAHAM” 12
apa?”
“Bisa kita berbincang-bincang tentang apa yang bapak R rasakan sekarang?”
“Berapa lama bapak R mau kita berbincang-bincang? Bagaimana kalau 15
menit?”
“Dimana enaknya kita berbincang-bincang pak?”
b. KERJA :
“Saya mengerti pak R merasa bahwa pak R adalah seorang Nabi, tapi sulit bagi
saya untuk mempercayainya, karena setahu saya semua Nabi tidak hidup
didunia ini, bisa kita lanjutkan pembicaraan yang tadi terputus pak?”
“Tampaknya pak R gelisa sekali, bias pak R ceritakan kepada saya apa yang
pak R rasakan?”
“Oooo, jadi pak R merasa takut nanti diatur-atur oleh orang lain dan tidak
punya hak untuk mengatur diri pak R sendiri?”
“Siapa menurut pak R yang sering mengatur-atur diri pak R?”
“Jadi teman pak R yang terlalu mengatur-atur ya pak, juga adik pak R yang
lain?” “Kalau pak R sendiri inginnya seperti apa?”
“Ooo, Bagus pak R sudah punya rencana dan jadwal unutk diri sendiri.” “Coba
kita tuliskan rencana dan jadwal tersebut pak R.”
“Wah, bagus sekali, jadi setiap harinya pak R ingin ada kegiatan di luar rumah
sakit karena bosan kalau dirumah sakit terus ya?”
c. TERMINASI :
“Bagimana perasaan pak R setelah berbincang-bincang dengan saya?” “Apa
saja tadi yang telah kita bicarakan? Bagus.”
“Bagaimana kalau jadwal ini pak R coba lakukan, setuju pak?”
“Bagaimana kalau bincang-bincang kita saat ini kita akan lanjutkan lagi.”
“Saya akan datang kembali dua jam lagi.”
“Kita akan berbincang-bincang tentang kemampuan yang pernah pak R
miliki?” “Bapak mau kita berbincang-bincang dimana? Bagaimana kalau disini
saja pak R?”

2. SP 2 P : Mengidentifikasi kemampuan positif pasien dan membantu


mempraktekannya.

LP dan SP “WAHAM” 13
a. ORIENTASI :
“Assalamualaikum pak R, bagaimana perasaannya saat ini? Bagus”
“Apakah pak R sudah mengingat-ngingat apa saja hobi atau kegemaran pak R?”

“Bagaimana kalau kita bicarakan hobi tersebut sekarang?”


“Dimana enaknya kita berbincang-bincang tentang hobi pak R tersebut?”
“Berapa lama pak R mau kita berbincang-bincang? Bagaimana kalau 20
menit?”

b. KERJA :
“Apa saja hobi pak R? Saya catat ya pak, terus apa lagi?” “Wah, rupanya pak R
pandai main suling ya.”
“Bisa pak R ceritakan kepada saya kapan pertama kali belajar main Suling, siapa
yang dulu mengajarkannya kepada pak R, dimana?”
“Bisa pak R peragakan kepada saya bagaiman bermain suling yang baik itu.”
“Wah, bagus sekali pak. Bagaimana kalau kita buat jadwal untuk kemampuan
pak R ini. Berapa kali sehari/seminggu pak R mau bermain suling?”
“Apa yang pak R harapkan dari kemampuan bermain suling ini?”
“Ada tidak hobi atau kemampuan pak R yang lain selain bermain suling?”

c. TERMINASI :
“Bagaimana perasaan pak R setelah kita berbincang-bincang tentang hobi dan
kemampuan pak R?”
“Setelah ini coba pak R lakukan latihan bermain suling sesuai denga jadwal
yang telah kita buat ya?”
“Bagaimana kalau bincang-bincang kita saat ini kita akan lanjutkan lagi.”
“Bagaiman kalau nanti sebelum makan siang? Nanti kita ketemuan di taman
saja, setuju pak?”
“Nanti kita akan membicarakan tentang obat yang harus pak R minimum,
setuju?”

3. SP 3 P : Mengajarkan dan melatih cara minum obat yang benar.


a. ORIENTASI :
“Assalamualaikum pak

LP dan SP “WAHAM” 14
R.”

LP dan SP “WAHAM” 15
“Bagaimana pak, sudah dicoba latihan main sulingnya? Bagus sekali.”
“Sesuai dengan janji kita tadi, kita akan membicarakan tentang obat yang harus
pak R minum, Bagaimana kalau kita mulai sekarang pak?”
“Berapa lama pak R mau kita membicarakannya? Bagaimana kalau 20 atau 30
menit saja?”
b. KERJA:
“Pak R berapa macam obat yang diminum, jam berapa saja obat yang
diminum?”
“Pak R perlu minum obat ini agar pikirannya jadi tenang, tidurnya juga
tenang.” “Obatnya ada tiga macam pak, yang warnanya oranye namanya CPZ
gunanya agar tenang, yang putih ini namanya THP gunanya agar rileks, dan
yang merah jambu ini namanya HLP gunanya agar pikiran jadi teratur.
Semuanya ini diminum 3 kali sehari, jam 7 pagi, jam 1 siang, dan jam 7
malam.”
“Bila nanti setelah minum obat mulut pak R terasa kering, untuk
membantu mengatasinya pak R bisa banyak minum dan mengisap-isap es
batu.”
“Sebelum minum obat ini pak R mengecek dulu label dikotak obat apakah benar
nama pak R tertulis disitu, berapa dosis atau butir yang harus diminum, jam
berapa saja harus diminum. Baca juga apakah nama obatnya sudah benar!”
“Obat-obat ini harus diminum secara teratur dan kemungkinan besar harus
diminum dalam waktu yang lama. Agar tidak kambuh lagi, sebaiknya pak R
tidak menghentikan sendiri obat yang harus diminum sebelum berkonsultasi
dengan dokter.”
c. TERMINASI :
“Bagaiman perasaan pak R setelah kita becakap-cakap tentang obat yang pak R
minum? Apa saja nama obatnya? Jam berapa minum obat?”
“Mari kita masukkan pada jadwal kegiatan! Jangan lupa minum obatnya dan
nanti saat makan minta sendiri obatnya pada perawat!”
“Jadwal yang telah kita buat kemarin dilanjutkan ya pak!”
“Pak besok kita ketemu lagi untuk melihat jadwal kegiatan yang telah
dilaksanakan. “Bagaimana kalau seperti biasa, jam 10 dan ditempat sama?”
“Sampai besok ya pak.”
LP dan SP “WAHAM” 16

Anda mungkin juga menyukai