Anda di halaman 1dari 11

HUKUM PRANATA

PEMBINAAN PEMERINTAH DALAM PEMBANGUNAN

Rizka Audina Paputungan


03420180067
C2

Program Studi Arsitektur


Fakulta Teknik
Universitas Muslim Indonesia
Pembinaan pembangunan bangunan gedung negara yang meliputi pengaturan, pemberdayaan,
dan pengawasan pembangunan bangunan gedung negara.

A. Pengaturan Pembangunan Gedung Negara


Berdasarkan penjelasan ayat (8) pasal 5 Peraturan Pemerintah No. 36 tahun 2005 tentang
Peraturan Pelaksanaan UU No. 28 tahun 2002 tentang bangunan gedung, penyelenggaraan
bangunan gedung diatur oleh Menteri Pekerjaan Umum dan Lampiran C Peraturan Pemerintah
Nomor 38 Tahun 2007 tentang Pembagian Urusan Pemerintahan antara Pemerintah,
Pemerintah Provinsi, dan Pemerintah Kabupaten/Kota, penetapan kebijakan pembangunan
serta pengelolaan gedung dan rumah negara merupakan urusan pemerintah. Pemerintah
melalui menteri pekerjaan umum telah menerbitkan Permen PU Nomor : 45/PRT/M/2007
tentang pedoman teknis pembangunan bangunan gedung negara sebagai salah satu produk
pembinaan teknis penyelenggaran pembangunan bangunan gedung Negara yang dilaksanakan
oleh Kementerian/Lembaga/SKPD Provinsi dan Kabupaten/Kota, agar pengelolaan bangunan
gedung negara yang merupakan salah satu asset milik negara dengan nilai strategis dimilikinya
sebagai tempat berlangsungnya proses penyelenggaraan negara harus memenuhi persyaratan
teknis dalam pembangunannya.
Lingkup pembinaan melalui pengaturan pembangunan bangunan gedung Negara :

1. Penyusunan Norma, Standar, Pedoman dan Kriteria (NSPK)


a) Peraturan yang Bersifat Nasional
Yaitu produk pengaturan teknis NSPK yang dikeluarkan oleh Menteri atau lembaga
yang mengurusi standarisasi untuk diberlakukan secara nasional diseluruh wilayah
Indonesia.
Berdasarkan UU No. 12 Tahun 2011 Tentang Pembentukan Peraturan Perundang-
undangan sebagai pengganti Undang-Undang Nomor 10 Tahun 2004 tentang
Pembentukan Peraturan Perundang-undangan masih terdapat kekurangan dan belum
dapat menampung perkembangan kebutuhan masyarakat mengenai aturan
pembentukan peraturan perundang-undangan yang baik.
Pembentukan Peraturan Perundang-undangan adalah penyusunan Peraturan dan
Perundang-undangan yang mencakup tahapan perencanaan, penyusunan,
pembahasan, pengesahan atau penetapan, dan pengundangan.
b) Peraturan yang Bersifat Lokal
Yaitu Peraturan, pedoman dan standar yang diterbitkan oleh pemerintah provinsi
dan/atau pemerintah kabupaten/kota yang diberlakukan khusus kepada wilayah
provinsi/kabupaten/kota yang bersangkutan dan dilaksanakan berdasarkan :
− Sumber pendanaan yang mengutamakan APBD daerah
− Sumber pendanaan dapat bersumber melalui APBN dalam bentuk dekonsentrasi
− Maksud, tujuan, sasaran dan tata cara penyusunannya mengacu pada peraturan
yang lebih tinggi seperti UU, Perpres, Permen PUPR, Pergub, Perbup/perwal.
− Melibatkan narasumber dari pemerintah pusat yang mewakili Menteri,
− Menggali berbagai data dari narasumber di pemerintah kabupaten/kota serta
penyelenggara pembangunan termasuk masyarakat selaku subyek,
− Sesuai dengan tujuannya peraturan pembangunan yang disusun oleh pemerintah
daerah tidak boleh memberatkan dan menghambat program nasional dan yang
masih sesuai koridor hukum.
− Menteri dapat memberi pendampingan penyusunan peraturan kepada pemerintah
provinsi/kabupaten/kota dalam penyusunan naskah akademis.

c) Peraturan yang bersifat Instansional


Yaitu peraturan, pedoman dan standar pembangunan bangunan gedung negara yang
bersifat instansional atau kebutuhan sendiri dapat diterbitkan oleh Menteri yang
mengurusi bidang kementerian/lembaga masing-masing sepanjang tidak bertentangan
dengan Perpres No. 73/tahun 2011 tentang bangunan gedung negara dan Permen PU
No. 45/Kep/M/2007 tentang pedoman pembangunan bangunan gedung negara untuk
penyelenggaraan pembangunan selain bangunan kantor pemerintah dan rumah negara,
seperti pembangunan gedung ruang kelas, rumah sakit atau bangunan gedung lain
yang sifatnya saling mengisi dan melengkapi peraturan teknis bidang pembangunan
bangunan gedung negara yang diterbitkan oleh Menteri PUPR.
2. Penyebarluasan Peraturan Pedoman, Petunjuk dan Standar Teknis (NSPK)
a) Sarana gedung PIP2B di provinsi
b) Sarana perpustakaan kementerian PUPR di pusat dan di daerah
c) Internet dan media sosial lainnya
d) Persuasif, pameran, dan seminar
Penyebarluasan pengaturan yang bersifat nasional dilakukan oleh pemerintah bersama
pemerintah daerah, sedangkan yang bersifat lokal dilakukan oleh pemerintah daerah
kepada masyarakat.
3. Pendampingan Penyusunan Peraturan dan NSPK di Daerah
a) Pendampingan Penyusunan Peraturan Daerah
b) Pendampingan Penyusunan Peraturan Instansional

B. Pemberdayaan Pembangunan Gedung Negara


Pemberdayaan Pembangunan Gedung Negara adalah suatu upaya yang dilakukan oleh
instansi yang berkompeten untuk memampukan pihak lain agar dapat lebih mandiri menyusun,
merencanakan dan melaksanakan proses pembangunan bangunan gedung Negara untuk
kepentingannya berdasarkan peraturan perundang-undangan yang berlaku, serta bertanggung
jawab atas tindakannya.
Pemberdayaan dilakukan kepada penyelenggara pembangunan bangunan gedung, agar
timbul kesadaran memahami dan mengerti akan hak, kewajiban dan peran dalam
penyelenggaraan bangunan gedung khususnya bangunan gedung Negara yang meliputi :.
1. Pendampingan pendataan dalam rangka meningkatkan kapasitas daerah dalam mendata
bangunan gedung yang ada di wilayahnya termasuk bangunan gedung negara
2. Pemberian bantuan percontohan aksesibilitas pada bangunan gedung negara
3. Bantuan penyelenggaraan penataan bangunan dan lingkungan (RTBL)
4. Ketentuan pemberdayaan masyarakat yang belum mampu memenuhi persyaratan
bangunan gedung oleh pemerintah daerah dituangkan dalam peraturan daerah
5. Pendampingan pembangunan dapat dilakukan melalui kegiatan penyuluhan, bimbingan
teknis, pelatihan, dan pemberian tenaga pendampingan teknis kepada masyarakat

Pemberdayaan dilaksanakan melalui sosialisasi, diseminasi, dan pelatihan kepada


pemerintah daerah dan penyelenggara bangunan gedung Negara.(pasal 19 butir 4, Perpres
No. 73 Tahun 2011)
Ada pun beberapa bentuk kegiatan pemberdayaan:
1. Kegiatan Sosial
Sosialisasi pembangunan adalah upaya memberi pemahaman kepada pihak-pihak
penyelenggara pembangunan bangunan gedung negara berdasarkan ketentuan
pengaturan baik pra-penyusunan peraturan maupun peraturan yang telah diundangkan.
Adapun penyelengaraan sosialisai meliputi:
a) Sosialisasi materi yang masih bersifat konsep
− Memberi pemahaman tentang perlunya suatu peraturan lanjutan untuk
melengkapi peraturan yang telah terbit sebelumnya.
− Sosialisasi materi dalam rangka mendapatkan umpan balik dari berbagai pihak,
agar peraturan yang akan diterbitkan sesuai ketentuan peraturan yang berlaku
dan dapat mengakomodir berbagai pihak,
− Sebagai bagian dari uji public.
b) Sosialisasi materi yang sudah diundangkan dalam rangka :
− Memberi pemahaman lebih jauh kepada pihak penyelenggara pembangunan, agar
peraturan yang ada dapat dilaksanakan secara bertanggung jawab
− Melakukan evaluasi, sejauhmana peraturan pembangunan yang telah ada masih
sejalan atau tidaknya dengan peraturan dan kebijakan yang berkembang saat ini
− Mendapatkan masukan dan pendapat dari penyelenggara pembangunan.
2. Kegiatan Dseminasi
Diseminasi pembangunan bangunan gedung negara adalah proses saling tukar
menukar informasi tentang inovasi pembangunan yang berkembang masa kini dimana
kegiatan ini telah melalui perencanaan yang matang untuk menggali pendapat dan
masukan sehingga bertemu satu titik simpul antara pemerintah dan peserta diseminasi.

3. Kegiatan Pelatihan
Pelatihan adalah i usaha pengenalan untuk mengembangkan kinerja tenaga kerja pada
pekerjaan yang dipikulnya atau juga sesuatu berkaitan dengan pekerjaannya agar
pelatihan menjadi efektif maka di dalam pelatihan harus mencakup suatu pembelajaraan
atas pengalaman-pengalaman, pelatihan harus menjadi kegiatan keorganisasian yang
direncanakan dan dirancang didalam menanggapi kebutuhan-kebutuhan yang
teridentifikasi. Bernardin dan Russell (1998:172),
a) Tujuan Pelatihan
− Mengembangkan keahlian yang berbasis kompetensi sehingga diharapkan para
peserta pelatihan dapat memahami materi pelatihan pembangunan bangunan
gedung negara.
− Mengembangkan sikap dan membentuk jati diri secara positif kepada peserta,
− Peningkatan kemampuan dalam melaksanaan tugas.
b) Sasaran Pelatihan
− Pelatihan bersifat umum yang ditujukan kepada masyarakat, dalam rangka
memberi pemahaman mengenai peraturan-peraturan pembangunan
− Pelatihan keterampilan, dalam rangka meningkatkan kemampuan ketrampilan
pekerja individu untuk memahami dan melaksanakan ketentuan NSPK
− Pelatihan keahlian, dalam rangka meningkatkan kemampuan professionalisme
individu sesuai keahliannya menindak lanjuti ketentuan dan peraturan
pembangunan bangunan gedung negara
− Pelatihan kompetensi dasar, dalam rangka memberi pemahaman kepada
individu aparat pegawai negeri atau pegawai swasta sehingga dapat
menjelaskan, menyebar luaskan informasi pembangunan bangunan gedung
kepada pihak lain, seperti Diklat Pengelolaan Teknis
− Pelatihan kompetensi lanjutan, dalam rangka meningkatkan kemampuan
melaksanakan dan menerapkan peraturan pembangunan bangunan Gedung

c) Model Pelatihan
Model pelatihan yang dianggap paling sesuai dengan Kegiatan pembinaan
pembangunan bangunan gedung negara adalah seperti model yang dikembangkan
oleh Centre for International Education (CIE) University of Massachusetts, yaitu
model latihan sembilan langkah seperti dibawah ini :
− Mengidentifikasi kebutuhan, sumber-sumber, dan kemungkinan hambatan.
− Merumuskan tujuan umum dan tujuan khusus latihan.
− Menyusun dan mengembangkan alat penilaian awal (pre-test) dan alat
penilaian akhir (post-test) peserta Latihan
− Menyususn urutan kegiatan latihan dan mengembangkan bahan belajar.
− Melatih para pelatih dan staf program latihan.
− Melakukan penilaian awal terhadap peserta latihan.
− Melaksanakan program latihan.
− Melakukan penilaian akhir terhadap peserta latihan.
− Melakukan penilaian program latihan dan memberikan umpan balik.
Kesembilan langkah tersebut diatas disempurnakan menjadi sepuluh langkah yaitu
dengan melakukan kunjungan lapangan pada salah satu lokasi pembangunan untuk
membandingkan teori yang didapatkan dalam kelas dengan implementasi di
lapangan.
d) Materi Pelatihan
− Kebijakan pembangunan bangunan gedung negara
− Persyaratan pembangunan bangunan gedung negara
− Penyusunan program pembiayaan pembangunan bangunan gedung negara
− Tahapan pembangunan bangunan gedung negara
− Pembiayaan pembangunan bangunan gedung negara
− Pembinaan pembangunan bangunan gedung negara
− Pelaporan dan monitoring
− Kunjungan lapangan dan seminar

C. Pengawasan Pembangunan Gedung Negara


Pengawasan dilaksanakan melalui pemantauan terhadap pelaksanaan penerapan peraturan
perundang-undangan bidang bangunan gedung Negara dan upaya penegakan hukum (Perpres
Nomor 73 Tahun 2011. Psl. 19, butir 3)
Kegiatan pengawasan meliputi:
1. Tahap Penyusunan Program Pembiayaan
Kesesuaian program pembiayaan terdiri dari : standar-standar luas ruang sesuai
kebutuhannya, harga satuan bangunan gedung Negara (HSBGN), komponen
pembangunan, jumlah tingkat bangunan, bangunan standar dan non standar. Sedangkan
program pembiayaan untuk perawatan bangunan memberi informasi dan perhitungan
analisis kerusakan untuk menentukan tingkat kerusakan yaitu kerusakan ringan, kerusakan
sedang dan kerusakan berat.
Penyusunan program dan pembiayaan pembangunan bangunan gedung negara
disusun oleh instansi Pengguna Anggaran yang memerlukan bangunan gedung
berdasarkan rekomendasi dari :
− Menteri untuk pembangunan bangunan gedung negara yang pendanaannya bersumber
dari APBN,
− Menteri yang menyelenggarakan urusan pemerintahan bidang dalam negeri untuk
pembangunan bangunan gedung Negara yang pendanaannya bersumber dari APBD
Provinsi,
− Gubernur untuk pembangunan bangunan gedung Negara yang pendanaannya
berrsumber dari APBD Kabupaten/Kota.
2. Tahap Persiapan Pelaksanaan Pembangunan
Tahap ini dilakukan setelah ada kepastian pendanaan yang resmi dari pemerintah, langkah-
langkah yang perlu ditempuh oleh K/L/SKPD adalah :
− Penugasan Pengelola Teknis
Tenaga pengelola teknis seyogyanya dibentuk seawal mungkin, sebelum
pelaksanaan kegiatan dimulai, dimana pemberian bantuan tenaga pengelola teknis
dilaksanakan atas dasar permintaan secara tertulis dari pimpinan instansi/PPK/SKPD
kepada :
• Direktur Bina Penataan Bangunan Direktorat Jenderal Cipta Karya Kementerian
Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat untuk penyelenggaraan pembangunan
bangunan gedung negara oleh Kementerian/Lembaga di tingkat pusat dan di
wilayah DKI Jakarta, termasuk perwakilan Republik Indonesia di luar negeri, atau;
• Kepala Dinas Pekerjaan Umum Provinsi/Instansi Teknis Provinsi yang
bertanggung jawab dalam pembinaan gedung negara sebagai pelaksanaan
dekonsentrasi/tugas pembantuan penyelenggaraan pembangunan gedung negara
oleh Kementerian/Lembaga di wilayah Provinsi tidak termasuk Provinsi DKI
Jakarta. Tenaga pengelola teknis bertugas sejak diangkat berdasarkan Surat
Keputusan Organisasi Pengelolaan Teknis oleh pimpinan instansi/PPK/SKPD
selama masa waktu satu tahun dan dapat diperpanjang penugasannya berdasarkan
persetujuan koordinator pengelola teknis.
− Fungsi Pemantauan oleh Pengelola Teknis
Tenaga Pengelola Teknis fungsi juga dalam rangka pembinaan teknis, yaitu
memantau kegiatan para penyedia jasa konstruksi pada saat pengadaan/ pemilihan dan
pada saat melaksanakan pekerjaan. Dalam menjalankan fungsi pembinaan pemantauan
NSPK, tenaga pengelola teknis dapat memberi informasi segala peraturan yang terkait
dengan penyelenggaraan pembangunan bangunan gedung Negara sebelum terjadi
penyimpangan sehingga kesalahan yang berpotensi terjadi dapat diminimalisir sedini
mungkin.
Tenaga Pengelola Teknis dapat memberikan masukan saran teknis teknologis dan
manajemen untuk percepatan penyelenggaraan pembangunan yang tertib, efektif,
efisien dan berkualitas.
Pemantauan yang dilakukan adalah sejauhmana penerapan peraturan NSPK pada
tahap persiapan yang meliputi sekurang-kurangnya :
• Organisasi kegiatan,
• Bahan, jadwal, waktu dan strategi penyelesaian kegiatan,
• Proses pengadaan penyedia jasa, termasuk KAK
3. Tahap Perencanaan Teknis
Pembinaan teknis melalui pengawasan pada tahap ini adalah memantau penerapan
aturan dan memberi informasi tentang peraturan-peraturan yang perlu diacu oleh penyedia
jasa konsultan perencana dalam rangka membantu K/L/SKPD penyediaan dokumen
perencanaan. Pemantauan yang dilakukan adalah :
a) Pemantauan Teknis Administratif Perencanaan
− Standar dan substansi kontrak perencanaan
− Kesesuaian dokumen Kerangka Acuan Kerja (KAK) dengan dokumen lainnya
− Ketentuan administratif mengenai kepemilikan lahan, ijin pemanfaatan lahan, dan
batas fisik
− Ketentuan pembiayaan dalam DIPA/DIPDA dan POK
− Standarisasi gedung pemerintah seperti luasan ruang, ketinggian bangunan, ruang
hijau
− Standar bangunan yang bersifat khusus
− Model dan format-format berita acara
− Jadwal perencanaan
− Rapat-rapat lapangan yang terdiri rapat persiapan dan rapat mingguan
− Mobilisasi tenaga, bahan dan peralatan
b) Pemantauan Teknis Teknologis Perencanaan
Yaitu sejauh mana penerapan peraturan dan standar-standar terkait pembangunan
bangunan gedung negara sehingga dapat memenuhi persyaratan teknis
penyelenggaraan pembangunan yang telah ditetapkan, seperti :
− Persyaratan Tata Bangunan dan Lingkungan
− Persyaratan Bahan Bangunan
− Persyaratan Struktur Bangunan
− Persyaratan Utilitas Bangunan
− Persyaratan Sarana Penyelamatan
4. Tahap Pelaksanaan Konstruksi
Penyedia jasa pelaksana konstruksi adalah perusahaan yang memenuhi persyaratan
yang ditetapkan untuk melakukan tugas pelaksanaan konstruksi fisik pembangunan
gedung; Penyedia jasa pelaksanaan konstruksi berfungsi membantu K/L/SKPD untuk
melakukan tugas pelaksanaan konstruksi fisik, Penyedia jasa pelaksanaan konstruksi mulai
bertugas sejak waktu yang ditetapkan berdasarkan SPMK sampai dengan serah terima
kedua pekerjaan pelaksanaan; Penyedia jasa pelaksanaan konstruksi dalam melaksanakan
tugasnya bertanggung jawab secara kontraktual kepada KPA/Pejabat Pembuat Komitmen.
Pemantauan tersebut dilakukan dari tahap persiapan, pelaksanaan konstruksi dan
masa pemeliharaan bangunan gedung baik administrasi maupun teknis pelaksanaan.
a) Pemantauan Persyaratan Teknis Administratif Pelaksanaan Konstruksi
b) Pemantauan Persyaratan Teknis Teknologis Pelaksanaan Konstruksi
5. Tahap pengawasan/manajemen konstruksi (MK)
Pembinaan teknis melalui pengawasan pada tahap ini adalah melakukan
pemantauan penerapan peraturan pada selama penyelenggaraan pembangunan oleh
konsultan pengawas/MK, memberi informasi tentang peraturan-peraturan yang perlu diacu
oleh penyedia jasa konsultan pengawasan/MK.
Pemantauan peraturan pada setiap tahapan penyelenggaraan antara lain :
a) Tahap Persiapan:
Memantau kinerja penyedia jasa pada tahap persiapan dalam menerapkan persyaratan
NSPK, terutama yang berkaitan dengan tugas-tugas :
− penyusunan Kerangka Acuan Kerja (KAK), waktu dan strategi pengadaan, serta
bantuan evaluasi proses pengadaan
− Membantu Pengelola Kegiatan dalam mempersiapkan dan menyusun program
pelaksanaan seleksi penyedia jasa pekerjaan perencanaan
− Membantu Panitia / ULP.
− Penyebarluasan pengumuman seleksi penyedia jasa pekerjaan perencanaan, baik
melalui papan pengumuman, media cetak, maupun media elektronik
− Membantu Panitia Pengadaan Barang dan Jasa melakukan pra-kualifikasi calon
peserta seleksi penyedia jasa pekerjaan perencanaan;
− Membantu memberikan penjelasan pekerjaan pada waktu rapat penjelasan
pekerjaan;
− Membantu Panitia Pengadaan Barang dan Jasa dalam menyusun Harga
Perhitungan Sendiri HPS)/Owner’s Estimate (OE) pekerjaan perencanaan
− Membantu melakukan pembukaan dan evaluasi terhadap usulan teknis dan biaya
dari penawaran yang masuk;
− Membantu menyiapkan draft surat perjanjian pekerjaan perencanaan
− Membantu pengelola kegiatan menyiapkan surat perjanjian pekerjaan
perencanaan.
b) Tahap Perencanaan:
Memantau kinerja penyedia jasa pada tahap perencanaan dalam menerapkan
persyaratan NSPK, terutama yang berkaitan dengan tugastugas :
− Evaluasi program pelaksanaan kegiatan perencanaan yang dibuat oleh penyedia
jasa perencanaan, yang meliputi program penyediaan dan penggunaan sumber
daya, strategi dan pentahapan penyusunan dokumen lelang;
− Memberikan konsultansi kegiatan perencanaan, yang meliputi penelitian dan
pemeriksaan hasil perencanaan dari sudut efisiensi sumber daya dan biaya, serta
kemungkinan keterlaksanaan konstruksi
− Mengendalikan program perencanaan, melalui kegiatan evaluasi program terhadap
hasil perencanaan, perubahan-perubahan lingkungan, penyimpangan teknis dan
administrasi atas persoalan yang timbul, serta pengusulan koreksi program;
− Melakukan koordinasi dengan pihak- pihak yang terlibat pada tahap perencanaan;
− Menyusun laporan bulanan kegiatan konsultansi manajemen konstruksi tahap
perencanaan, merumuskan evaluasi status dan koreksi teknis bila terjadi
penyimpangan
− Meneliti kelengkapan dokumen perencanaan dan dokumen pelelangan, menyusun
program pelaksanaan pelelangan bersama penyedia jasa perencanaan, dan ikut
memberikan penjelasan pekerjaan pada waktu pelelangan, serta membantu
kegiatan panitia pelelangan;
− Menyusun laporan dan berita acara dalam rangka kemajuan pekerjaan dan
pembayaran angsuran pekerjaan perencanaan;
− Mengadakan dan memimpin rapat-rapat koordinasi perencanaan, menyusun
laporan hasil rapat koordinasi, dan membuat laporan kemajuan pekerjaan
manajemen konstruksi.
c) Tahap Pelelangan
Memantau kinerja penyedia jasa pada tahap pelelangan dalam menerapkan persyaratan
NSPK, terutama yang berkaitan dengan tugastugas :
− Membantu Pengelola Kegiatan dalam mempersiapkan dan menyusun program
pelaksanaan pelelangan pekerjaan konstruksi fisik;
− Membantu Panitia Pengadaan Barang dan Jasa dalam penyebarluasan
pengumuman pelelangan, baik melalui papan pengumuman, media cetak, maupun
media elektronik;
− Membantu Panitia Pengadaan Barang dan Jasa melakukan pra-kualifikasi calon
peserta pelelangan (apabila pelelangan dilakukan melalui prakualifikasi);
− Membantu memberikan penjelasan pekerjaan pada waktu rapat penjelasan
pekerjaan;
− Membantu Panitia Pengadaan Barang dan Jasa dalam menyusun Harga Perhitungan
Sendiri (HPS)/Owner’s Estimate (OE) pekerjaan konstruksi fisik;
− Membantu melakukan pembukaan dan evaluasi terhadap penawaran yang masuk;
− Membantu menyiapkan draft surat perjanjian pekerjaan pelaksanaan konstruksi
fisik;
− Menyusun laporan kegiatan pelelangan.
d) Tahap Pelaksanaan
Memantau kinerja penyedia jasa pada tahap persiapan dalam menerapkan persyaratan
NSPK, terutama yang berkaitan dengan tugastugas :
− Mengevaluasi program kegiatan pelaksanaan fisik yang disusun oleh pelaksana
konstruksi, yang meliputi program-program pencapaian sasaran fisik, penyediaan
dan penggunaan sumber daya berupa: tenaga kerja, peralatan dan perlengkapan,
bahan bangunan, informasi, dana, program Quality Assurance /Quality Control,
dan program kesehatan dan keselamatan kerja (K3);
− Mengendalikan program pelaksanaan konstruksi fisik, yang meliputi program
pengendalian sumber daya, pengendalian biaya, pengendalian waktu,
pengendalian sasaran fisik (kualitas dan kuantitas) hasil konstruksi, pengendalian
perubahan pekerjaan, pengendalian tertib administrasi, pengendalian kesehatan
dan keselamatan kerja;
− Melakukan evaluasi program terhadap penyimpangan teknis dan manajerial yang
timbul, usulan koreksi program dan tindakan turun tangan, serta melakukan
koreksi teknis bila terjadi penyimpangan;
− Melakukan koordinasi antara pihakpihak yang terlibat dalam pelaksanaan
konstruksi fisik;

6. Tahap pasca pembangunan


Memantau kinerja penyedia jasa pada tahap pasca pembangunan dalam menerapkan
persyaratan NSPK, terutama yang berkaitan yaitu :
a) Mengingatkan kepada penyedia jasa agar sedini mungkin melakukan persiapan untuk
mendapatkan status dari Pengguna Anggaran, Sertifikat Laik Fungsi (SLF) dari
Instansi Teknis Daerah, dan pendaftaran sebagai bangunan gedung negara untuk
mendapatkan Huruf Daftar Nomor (HDNo) dari Kementerian Pekerjaan Umum dan
Perumahan Rakyat.
b) Pihak penyedia pelaksana konstruksi masih bertanggung jawab melakukan perbaikan
cacat-cacat tersembunyi pada masa pemeliharaan.

Anda mungkin juga menyukai