Amplifikasi onkogen pada sel tumor dapat dipelajari dengan cara comparative genomic
hybridization (CGH) yaitu dengan memberi gambaran global tentang penambahan dan
pengurangan kromosom di seluruh genom tumor. DNA tumor diberi label dengan
fluorokrom hijau, yang kemudian dicampur (1:1) dengan DNA normal berlabel merah dan
dihibridisasi dengan preparat metafase manusia normal. Fragmen DNA berlabel hijau dan
merah bersaing untuk hibridisasi ke tempat asalnya pada kromosom. Rasio fluoresensi hijau
ke merah yang diukur sepanjang sumbu kromosom menunjukkan hilangnya atau
bertambahnya materi genetik dalam tumor pada lokus spesifik tersebut. Selain mikroskop
fluoresensi, teknik ini memerlukan komputer dengan perangkat lunak analisis gambar khusus
untuk melakukan analisis (Davey, 2005).
Gambar 6.2 (C) Hilangnya daerah pengatur protein dengan delesi. (D) Perubahan dalam urutan
pengkodean yang disebabkan oleh mutasi titik (dicontohkan oleh gen RAS). Gen digambarkan
sebagai kotak bewarna dan petunjuk ekspresi mutasi dengan panah bengkok (Jackson et al.,
2018)
Gambar 6.4 Ilustrasi Translokasi pada Onkogen Myc (Singh et al., 2019)
Gen ras adalah famili protoonkogen yang juga merupakan second major class dari GTP
binding proteins, dimana dalam banyak penelitian protein ini dipastikan berperan dalam
mitogenic signal transduction pada siklus sel. Ras menjadi onkogen ketika mutasi mengubah
asam amino pada kodon 12, 13 atau 61. Bentuk protein ras secara onkogenik terus - menerus
mengirimkan sinyal ke nukleus untuk pertumbuhan sel (Prayitno et al., 2005). Namun, kejadian
mutasi di kedua lokasi bervariasi di antara 3 anggota keluarga ras utama yang berbeda. Misalnya,
Glisin mengalami mutasi pada G12-G13 menyumbang sekitar 99% dari mutasi yang terdeteksi
(masing-masing 86% dan 13%), sedangkan mutasi yang mempengaruhi asam glutamat pada Q61
(Medarde dan Santos, 2012).
Spesifisitas antara jenis tumor dan onkogen Ras yang bermutasi tidak mutlak (bahkan
pada adenokarsinoma pankreas di mana mutasi K-Ras lazim, persentase mutasi yang rendah
dapat ditemukan pada N-Ras), secara umum, mutasi K-ras lebih sering ditemukan pada
adenokarsinoma dan tumor padat, sedangkan N-ras adalah gen yang umumnya bermutasi pada
leukemia, karsinoma tiroid, atau melanoma maligna dan mutasi H-ras jarang ditemukan, dengan
prevalensi yang rendah pada kandung kemih karsinoma dan kanker seminoma atau karsinoma
sel Hurthle (Medarde dan Santos, 2012).
Tabel 6.2 Contoh Gen RAS dan Letaknya (Medarde dan Santos, 2012).
MYC adalah faktor transkripsi pada kromosom 8 q24.21 . Onkoprotein MYC Te (C-myc,
N-myc, dan L-myc) mengontrol transkripsi hampir 15% dari gen yang diekspresikan. MYC juga
berperan dalam pembentukan ribosom, terjemahan mRNA, regulasi siklus sel, dan respons stres,
serta memengaruhi berbagai peristiwa biologis, seperti proliferasi, diferensiasi, kelangsungan
hidup, apoptosis dan regulasi imunitas. MYC juga berpartisipasi dalam kerusakan DNA.
Perbaikan kerusakan DNA, jalur ROS, dan peningkatan stres replikasi merupakan contoh
respons mekanisme kerusakan DNA yang dipicu MYC (Ahmadi, 2021).
Gambar 6.8 Ilustrasi peran MYC dalam kerusakan DNA (Ahmadi, 2021)
Gambar 6.7 Bagan alur sederhana dari pathogenesis kanker (Sudiono, 2008).
6.2.1 Gen p53
Gen p53 merupakan protein yang dikode oleh gen TP53/p53, memiliki berat molekul
sekitar 53 kilodalton. Gen ini memiliki 11 ekson dan memiliki total sekuens sepanjang 20kb. P53
mengatur baik represi maupun aktivasi transkripsi sejumlah gen-gen downstream yang berperan
vital dalam respon sel terhadap stress lingkungan, efek genotoksik (seperti alterasi DNA yang
disebabkan oleh UV, radiasi, karsinogen, obat kemoterapi sitotoksik) (Harris dan Levine,
2005).Gen p53 adalah salah satu genom sel yang mengatur pengikatan protein DNA yang dapat
memengaruhi fungsi sel termasuk siklus sel, sintesis DNA dan apoptosis (kematian sel yang
terprogram). Gen p53 menarik minat ilmuwan untuk diteliti karena molekul gen ini dapat
menghentikan tumor bila fungsinya baik. Gen ini terletak pada lengan pendek kromosom 17,
bekerja bila ada kerusakan DNA sel dan menghentikan proses pertumbuhan dan pembelahan sel
sampai kerusakan itu diperbaiki. Gen p53 berfungsi sebagai tumor supressor gen yaitu menahan
gen yang rusak akibat efek mutagenik karsinogen agar tidak melanjutkan pembelahan sel.
Penahanan terjadi di fase G1 pada siklus sel agar memungkinkan sel untuk memperbaiki
kerusakan DNA. Bila gagal, p53 menyiapkan kondisi untuk kematian sel, menyebabkan sel
mengalami apoptosis (Sudiono, 2008).
` Radiasi gamma mengaktifkan ATM kinase dan CHK-2 kinase, keduanya dapat
memfosforilasi protein p53, sedangkan radiasi UV mengaktifkan ATR, CHK-1 dan kasein
kinase-2, yang menghasilkan modifikasi residu asam amino yang berbeda pada protein p53
(Appella dan Anderson, 2001). Kondisi hipoksia juga dapat mengaktifkan protein p53 dan
menyebabkan penghentian siklus sel, apoptosis atau penuaan. Kondisi kejut panas dan dingin,
yang mengakibatkan protein terdenaturasi dan agregasi RNA, mengaktifkan jalur p53. Racun
spindle dan peradangan pada jaringan dan oksida nitrat yang terkait sinyal dapat mengaktifkan
respon p53 (Vogelstein et al., 2000). Modifikasi protein ini tampaknya mengubah protein p53
dalam dua cara: pertama waktu paruh protein dalam sel meningkat, dari 6-20 menit menjadi 60
menit, selnjutnya konsentrasi dari protein P53 meningkat 3-10 kali lipat dalam sel. Selanjutnya,
kemapuan p53 protein untuk mengikat sekuens DNA spesifik dan mngindukasi transkripsi gen
ditingkatkan. Berbagai jenis stres yang ditanggapi oleh protein p53 memiliki kemiripan yaitu
berpotensi menghambat pembelahan sel, meningkatan terjadinya mutasi atau aneuploidi selama
pembelahan sel (Overholtzer et al., 2003).
Gambar 6.8 Aktivasi Gen P53 (Harris dan Levine, 2005).
Ada 2 hal yang diperintahkan oleh p53,yaitu mengaktifkan DNA repair gen dan
penghentian siklus sel pada G1 sampai kerusakannya dapat diperbaiki.Mekanisme penghentian
siklus sel,yaitu dengan mengaktifkan p21.p21 ini berfungsi untuk mencegah aktifasi CDKs oleh
cycline,sehingga CDKs tidak bisa memfosforilisasi Rb.Akibatnya E2F tetap terikat dengan E2F.
Jika terjadi mutasi pada p53,kerusakan DNA tidak akan dapat dideteksi,yang pada akhirnya akan
meningkatkan pertumbuhan sel neoplastic (Yusuf, 1999). Mutasi gen p53 terjadi pada hampir
60% kanker yang terjadi pada manusia. Gen p53 yang mengalami mutasi akan gagal menahan
fase G1, akibatnya sel dengan DNA yang rusak dapat melanjutkan pembelahan sehingga
akumulasi mutasi yang terjadi dapat mengakibatkan transformasi neoplastic. Fungsi p53 sebagai
tumor supressor gen akan mengalami inaktivasi ketika proses keganasan berkembang (Sudiono,
2008).
Pertanyaan
1. Apa perbedaan dari onkogen dan tumor supressor gen?
2. Apa yang menyebabkan suatu proto-onkogen berubah menjadi onkogen?
3. Sebutkan contoh dari onkogen beserta mekanismenya!
4. Jelaskan bagaimana suatu sel normal menjadi sel kanker?
5. Sebutkan contoh dari tumor supressor gen beserta mekanismenya!
DAFTAR PUSTAKA
Adams JM . (2003). Ways of dying: multiple pathways to apoptosis. Genes Dev 17: 2481–2495.
Ahmadi, S.E., Rahimi, S., Zarandi, B. et al. Correction to: MYC: a multipurpose onkogene with
prognostic and therapeutic implications in blood malignancies. J Hematol Oncol 14, 135
(2021). https://doi.org/10.1186/s13045-021-01152-9
Basañez G, Hardwick JM. 2008. Unravelling the Bcl-2 Apoptosis Code with a Simple Model
System. PLOS Biology . Vol 6(6): e154. https://doi.org/10.1371/journal.pbio.0060154
Jackson,S., Chester, J. 2015. Personalised cancer medicine. International Journal of Cancer. Vol
137 (2)
Kasten MM, Giordano A. pRb and the cdks in apoptosis and the cell cycle. Cell Death Differ.
1998 Feb;5(2):132-40. doi: 10.1038/sj.cdd.4400323. PMID: 10200457.
Lee EY, Muller WJ. 2010. Onkogenes and tumor suppressor genes. Cold Spring Harb Perspect
Biol.doi: 10.1101/cshperspect.a003236
Marco A. Pierotti, PhD, Gabriella Sozzi, PhD, and Carlo M. Croce, MD.. 2003. Cancer Medicine
6th Edition. BC Decker Inc.: USA
Meenu Angi, V. Kamath, V. Srivastava. 2017. The t(8;14)(q24.1;q32) and its variant
translocations: A study of 34 cases. Hematology/Oncology and Stem Cell Therapy Journal.
Vol 10(3)
Medarde and Santos. 2012. Ras in Cancer and Developmental Diseases. Genes & Cancer / vol 2
no 3
Overholtzer M, Rao PH, Favis R, Lu XY, Elowitz MB, Barany F, Ladanyi M, Gorlick R, Levine
AJ. 2003. The presence of p53 mutations in human osteosarcomas correlates with high
levels of genomic instability. Proc Natl Acad Sci: USA
Prayitno, Adi. 2005. Ekspresi Protein p53, Rb, danc-myc pada Kanker Serviks Uteri dengan
Pengecatan Immuno histokimia”. Jurnal Indonesia. Volume 6, Nomor 3 Halaman: 157-
159
Ras and GAP drive GTP into a precatalytic state Till Rudack, Fei Xia, Jürgen Schlitter, Carsten
Kötting, Klaus Gerwert Proceedings of the National Academy of Sciences Sep 2012, 109
(38) 15295-15300; DOI: 10.1073/pnas.1204333109
Sudiono, J. 2008. Pemeriksaan Patologi untuk Diagnosis Neoplasma Mulut. Jakarta: EGC
Tak W.MakMary E.Saunders. 2006. The Immune Response. Academic Press: USA
Weinstein, I. B., & Joe, A. K. 2006. Mechanisms of disease: Onkogene addiction—a rationale
for molecular targeting in cancer therapy. Nature Clinical Practice Oncology 3, 448–457.
Yusuf, H.Y. 1999. Peran Gen p53 dan Regulasi Apoptosis pada Perkembangan Kanker,
Khususnya Karsinoma Kepala dan Leher. Jurnal Kedokteran Gigi Universitas Indonesia.
Vol. 6 (3) : 44-49
Zhi-Jie Kang, Yu-Fei Liu, Ling-Zhi Xu, Zi-Jie Long, Dan Huang, Ya Yang, Bing Liu, Jiu-Xing
Feng, Yu-Jia Pan, Jin-Song Yan,2016. The Philadelphia chromosome in leukemogenesis.
Chin J Cancer.Vol 35: 48.