Anda di halaman 1dari 5

Sungai Kalimas yang terletak di tengah kota Surabaya memiliki peran yang sangat

penting dalam sejarah dan perkembangan kota tersebut. Sungai Kalimas memecah kota ini
menjadi dua bagian, melintasi 8 kecamatan dan 15 desa, dengan bentuk alirannya yang khas
yang berkelok-kelok sepanjang 12 kilometer (Dede et al., 2018). Dahulu, Sungai Kalimas
merupakan daerah yang sangat strategis sebagai pelabuhan dan pusat perdagangan. Sungai ini
mengalami kemunduran yang signifikan akibat pencemaran dan pembuangan sampah
sembarangan, sehingga wilayah sekitarnya kehilangan nilainya. Namun, seiring berjalannya
waktu, Sungai Kalimas mengalami degradasi yang signifikan karena tingginya tingkat
pencemaran limbah (Idajati, 2014). Salah satu upaya revitalisasi sungai yang sudah dilakukan
pemerintah yaitu mengubah Sungai Kalimas menjadi wisata perahu. Namun masih ada beberapa
masyarakat setempat yang membuang limbah sembarangan seperti detergen. Hal ini juga dapat
diduga dengan hasil uji kualitas air dimana kadar fosfat 0,43 mg/ L yang melebihi batas baku
mutu kelas II yaitu 0,2 mg/L (Fabiansa et al., 2022).
Limbah deterjen, salah satu penyumbang utama, telah mengubah sungai ini menjadi
berbusa dan merusak keindahan alamnya. Dampak negatif ini tidak hanya berdampak pada
lingkungan, tetapi juga mengancam kesejahteraan masyarakat yang bergantung pada sungai ini.
Oleh karena itu, penting untuk memahami akar permasalahan pencemaran Sungai Kalimas dan
mencari solusi berkelanjutan. Langkah-langkah untuk melindungi lingkungan dan meningkatkan
kesadaran masyarakat tentang pentingnya menjaga keberlanjutan sumber daya air perlu
ditingkatkan. Hanya dengan usaha bersama dari berbagai pihak, kita dapat mengembalikan
Sungai Kalimas ke kemuliaannya sebagai warisan berharga dan memastikan keberlanjutan
lingkungan bagi generasi mendatang.

Pemerintah setempat harus menerapkan kebijakan ketat terkait pengelolaan limbah dan
mengawasi kegiatan industri di sekitar Sungai Kalimas. Tindakan penegakan hukum yang tegas
terhadap pelanggaran lingkungan juga harus diterapkan untuk mencegah praktik-praktik yang
merugikan. Selain itu, pendidikan masyarakat mengenai pentingnya pengelolaan limbah yang
bertanggung jawab dan keberlanjutan lingkungan dapat membentuk kesadaran bersama. Upaya
pembersihan dan restorasi Sungai Kalimas perlu menjadi prioritas utama. Proyek-proyek
revitalisasi sungai, termasuk penanaman vegetasi di sepanjang tepi sungai dan peningkatan
sistem pengelolaan limbah, dapat membantu mengembalikan ekosistem sungai yang sehat.
Melibatkan komunitas lokal dalam kegiatan-kegiatan ini juga akan memperkuat rasa kepemilikan
terhadap sungai mereka sendiri. Melalui kemitraan antara pemerintah, sektor industri, dan
masyarakat, kita dapat menciptakan solusi berkelanjutan untuk memulihkan Sungai Kalimas.
Hanya dengan komitmen bersama dalam melindungi dan merestorasi lingkungan, kita dapat
mewariskan Sungai Kalimas yang bersih dan lestari kepada generasi mendatang. (Larasati dkk.,
2021).
Lerak atau biasa disebut soapberry atau soapnut adalah buah yang bentuknya seperti
kenari dan tumbuh di pohon setinggi 10 meter. Buah ini dikenal dengan khasiat bijinya yang digunakan
sebagai deterjen tradisional. Biji kulit ini mengandung saponin yang menghasilkan busa dan dapat
berfungsi sebagai detergen untuk mencuci kain ikat pada zaman dahulu, selain itu jugadapat
digunakan untuk mencuci pakaian dengan bahan kain tertentu saja. Sosialisasi bertujuan
untuk meningkatkan pengetahuan ibu rumah tangga di kawasan Pinang Rant tentang kapak kulit
dan penggunaansabun ekologi alami.

Saponin mengandung sifat antibakteri, antijamur, yang kandungan dan khasiatnya tidak jauh
berbeda dengan sabun pabrik (Silviani, et.al., 2021). Manfaat jangka panjang dari biji Lerakin ini
tentunya akan menjaga alam dan lingkungan (Sholikhin et.al., 2011). Perlu dilakukan penelitian lebih
lanjut terhadap sabun lerak untuk mengetahui sejauh mana sabun lerak dapat mengurangi
pencemaran yang tentunya dapat bermanfaat bagi masyarakat. Karena itu, butuh kerja keras untuk
melepas lerak ke masyarakat luas, terutama ibu-ibu rumah tangga yang sehari-hari berinteraksi
langsung dengan sabun. Berdasarkan analisis situasi lingkungan, dapat dirumuskan permasalahan
sebagai berikut:

1. Area sekitar apartemen meninggalkan residu (buih sabun) di saluran air domestic
2. Orang-orang, terutama ibu rumah tangga, menggunakan sabun kimia/manufaktur yang
biasanya melebihi dosis yang dianjurkan dan perhatikan semakin banyak busa, semakin
bersih cucian.
3. Ibu rumah tangga masih belum memiliki informasi tentang perlindungan lingkungan dengan
menggunakan bahan dari alam.
4. Detergen yang mengandung bahan kimia, tidak semua kain bisa digunakan untuk mencuci
semua kain, salah satunya adalah tie-dye.
5. Masyarakat masih menggunakan detergen yang mengandung bahan kimia tinggi yang dapat
menyebabkan alergi
6. Kurangnya pengetahuan masyarakat tentang produk pembersih ramah lingkungan yang
dapat mengurangi limbah berbusa.

Kandungan Lerak
Kulit buah, biji, kulit batang dan daun lerak mengandung saponin dan flavanoida. Kulit buah lerak juga
mengandung alkaloida dan polifenol, sedangkan kulit batang dan daunnya mengandung tanin (Sri &
Johnny 1991, p. 514). Kandungan utama buah lerak adalah saponin. Saponin adalah suatu glikosida yang
mungkin ada pada banyak macam tanaman. Saponin ada pada seluruh tanaman dengan konsentrasi
tinggi pada bagian tertentu, dan dipengaruhi oleh varietas tanaman dan tahap pertumbuhan. Fungsi
dalam tumbuh-tumbuhan tidak diketahui, mungkin sebagai bentuk penyimpanan karbohidrat, atau
merupakan waste product dari metabolisme tumbuh-tumbuhan. Kemungkinan lain adalah sebagai
pelindung terhadap serangan serangga (Oey 1989, p. 25).

Sifat Fisika dan Kimia Saponin

Saponin merupakan metabolit sekunder dan merupakan kelompok glikosida triterpenoid atau steroid
aglikon, terdiri dari satu atau lebih gugus gula yang berikatan dengan aglikon atau sapogenin, dapat

membentuk kristal berwarna kuning dan amorf, serta berbau menyengat. Rasa saponin sangat ekstrim,
dari sangat pahit hingga sangat manis. Saponin biasa dikenal sebagai senyawa nonvolatilem dan sangat
larut dalam air (dingin maupun panas) dan alkohol, namun membentuk busa koloidal dalam air dan
memiliki sifat detergen yang baik (Chapagain, 2005). Saponin merupakan senyawa ampifilik. Gugus gula
(heksosa) pada saponin dapat larut dalam air tetapi tidak larut dalam alkohol absolut, kloroform, eter
dan pelarut organik non polar lainnya. Sedangkan gugus steroid (sapogenin) pada saponin, biasa juga
disebut dengan triterpenoid aglikon dapat larut dalam lemak dan dapat membentuk emulsi dengan
minyak dan resin (Lindeboom, 2005).
Menurut Sukmasari (2006), saponin temasuk glikosida yang apabila dihidrolisis akan menghasilkan

Cara Pembuatan Biji Lerak Sebagai Pengganti Detergen

1. Pembersihan buah lerak dari kotoran

Setelah dipetik dari pohon, buah lerak dibersikan dari kotoran-kotoran yang menempel pada buah

tersebut. Ranting atau tangkai kecil sisa tempat menempelnya buah lerak pada dahan harus

dihilangkan.

2. Pengeringan Tahap I

Setelah buah lerak bersih dari sisa-sisa ranting yang menempel, maka proses berikutnya adalah

mengeringkan buah lerak tersebut. proses pengeringan bisa dilakukan dengan cara menjemur buah

lerak dibawah sinar matahari langsung atau dikeringkan dengan menggunakan bantuan mesin oven

supaya proses lebih cepat.


3. Mengeluarkan biji lerak

Setelah buah lerak setengah kering, biji lerak yang berwarna hitam dikeluarkan dari daging buah

lerak.

4. Pencacahan buah lerak setengah kering

Setelah buah lerak dikeluarkan bijinya, proses berikutnya adalah pencacahan buah lerak setengah

kering menjadi potongan-potongan kecil. Tujuan dari proses pencacahan ini suaya nanti mudah

dihaluskan.

5. Pengeringan Tahap II

Setelah proses pencacahan buah lerak dikeringkan lagi dengan bantuan sinar matahari atau dengan

menggunakan oven hingga benar-benar kering.

6. Penghalusan tahap I

Setelah buah lerak benar-benar kering maka tahap berikutnya adalah penghalusan. Penghalusan

dilakukan dengan menggunakan mesin Grinder.

7. Penyaringan

Setelah buah lerak dihaluskan beberapa saat proses berikutnya adalah penyaringan. Tujuan

penyaringan ini adalah untuk memisahkan buah lerak yang benar-benar sudah halus dengan buah

lerak yang belum halus.

8. Penghalusan tahap II

Pada tahap penghalusan ke dua ini buah lerak yang belum halus kembali dihaluskan sampai

mencapai hasil yang diinginkan.

9. Pengemasan

Setelah buah lerak diproses sampai menjadi serbuk proses berikutnya adalah pengemasan. Serbuk

buah lerak dimasukkan kedalam pouch plastik transparan dan siap digunakan sebagai sabun cuci.

Simplisia Lerak Di Ekstraksi Dengan Cara Sinambung. Menggunakan Etanol


Hasil Ekstraksi Dipekatkan Dengan

Anda mungkin juga menyukai