Anda di halaman 1dari 24

PERAN BRAND PRESTIGE SEBAGAI MEDIASI BRAND LOVE UNTUK MEMBENTUK

LOYALTY DAN WILLINGNESS TO INVEST

Muhammad Roseno
Universitas Trisakti
seno200507@gmail.com

ABSTRAK

Penelitian ini bertujuan untuk melakukan analisis pengaruh brand love terhadap loyalty dan willingness to invest
dengan brand prestiges sebagai variabel yang diduga dapat memediasi pengaruh antar variabel tersebut.
Penelitian ini di aplikasikan kepada kecintaan fans kepada brand pemain basket yang berlaga di kompetisi NBA
(National Basketball Association) Amerika Serikat. Peliti melakukan studi kausal kuantitatif dengan menggunakan
rancangan penelitian pengujian hipotesis dari kuisioner dengan jumlah responden sebanyak 188 orang dengan
menggunakan online kuisioner. Penelitian ini menemukan bahwa brand love dapat terbentuk dari emotional
attachment dan passion, kemudian telah di demonstrasikan bahwa brand prestiges kemudian memoderasi brand
love untuk membentuk konsekuensi yang lebih baik terhadap terjadinya loyalty dan willingness to invest dari para
fans. Batasan pada penelitian ini peneliti tidak mengidentifikasi seberapa dalam para responden mencintai
olahraga bola basket itu sendiri dan telah berapa lama responden memainkan olahraga bola basket, hal tersebut
diyakini dapat mempengaruhi willingness to invest dan Loyalty pada pemain NBA favorit mereka. Penelitian ini
dapat digunakan oleh pemain NBA untuk membangun strategi pemasaran dengan sponsor agar dapat produk
mereka dapat diterima para fans dan dapat lebih mendalami apa keinginan para fans dari seorang pemain NBA
agar produk yang mereka endorse dapat terjual. Penelitian ini membuktikan bahwa brand prestige sebagai varibel
mediasi tidak hanya fokus kepada hubungan emosional fans dengan pemain NBA tapi juga untuk mencari cara
bagaimana investasi yang mungkin dilakukan oleh para fans terhadap produk yang dikeluarkan pemain NBA.

Kata kunci : Brand prestiges; pemain NBA; Loyalty; Marketing Olahraga


ABSTRACT

This study aims to analyze the connection between brand love on loyalty and willingness to invest, it took brand
prestiges as a variable that suspected will be able to moderate the influence between these variables. This
research is applied to the fans' love for the brand of basketball players who compete in the United States NBA
(National Basketball Association) competition. The researcher conducted a quantitative causal study using a
research design to test the hypothesis of a questionnaire with 188 respondents using an online questionnaire. This
study found that brand love can be formed from emotional attachment and passion, then it has been
demonstrated that brand prestige then moderates brand love to form better consequences for the occurrence of
loyalty and willingness to invest from fans. The limitations in this study is the researchers did not identify how deep
the respondents love basketball itself and how long respondents have played basketball, it believed these factors
could affect their willingness to invest and loyalty to their favorite NBA players. This research can be used by NBA
players to create marketing strategies with sponsors so that their products will be accepted by fans and
furthermore it would explore what the fans needs from an NBA player so the products could compete well with
another brands. This research proves that brand prestige as a mediating variable does not only focus on the
emotional relationship of fans and NBA players but also to find opportunities from fans to the products issued by
NBA players.

Key Word: Brand prestiges; NBA Player; Loyalty; Sport Marketing


PENDAHULUAN

Point terpenting pada kompetisi dan organisasi NBA pada saat ini adalah diwajibkannya
organisasi ini untuk menambah keuntungan finansial dan non finansial dengan cara mengembangkan
brand NBA di wilayah-wilayah baru seperti di Indonesia. Berdasarkan pemaparan tersebut maka
penelitian ini dibuat untuk mengetahui seberapa terikatnya masyarakat Indonesia dengan pemain NBA,
karena industri NBA sudah merambah dunia internasional termasuk berpotensi berkembang di
Indonesia. Kecanggihan teknologi informasi pada saat ini dapat membuat fans NBA dengan mudah
mengakses pembelian produk olahraga di negara manapun walaupun terdapat kendala geografis dari
fans tersebut. Misalnya, fans NBA di China yang belum pernah keluar dari negara China sudah dapat
membentuk hubungan psikologis dengan pemain – pemain NBA seperti Lebron James, Giannis
Antetoukompo, Trae Young, Devin Booker dan pemain - pemain NBA lainnya (Haozhou, et al 2016).
Terlepas dari kesibukan pemain-pemain tersebut menjalankan kewajibannya sebagai atlit, mereka juga
melakukan pemasaran produk yang mengambil nama besar mereka untuk dijual ke seluruh dunia.
Gambaran kesibukan pertandingan mereka adalah sebagai berikut, saat ini pemain – pemain yang
berkompetisi NBA masih bertanding dalam format empat divisi dan setiap divisi terbagi menjadi dua
konferensi yaitu Timur dan Barat. Setiap tim memainkan 82 pertandingan dan 26 pertandingan pada
babak playoff untuk mencapai juara. Selama musim reguler setiap tim akan bertanding dengan tim yang
sama sebanyak dua sampai tiga kali. Performa tim selama musim kejuaraan dan playoff akan
mempengaruhi kondisi ekonomi pemilik klub dan pemain yang berasal dari pendapatan dari tiket,
sponsor, kontrak pemain, dan lain sebagainya. (Mahmoud 2006). Jika dibandingkan dengan jumlah
pertandingan pada satu musim sepakbola di Inggris, tim yang mengikuti banyak kejuaraan (Liga, Piala
Liga, Piala FA, Liga Eropa, Liga Champions) hanya akan bertanding sebanyak 40-50 kali pertandingan
dalam satu musim. Peneliti memiliki kekaguman bahwa jumlah pertandingan yang banyak pada satu
musim NBA tersebut dapat membentuk keterikatan yang kuat antara para pemain NBA dengan fans di
seluruh dunia yang pada akhirnya akan mendorong investasi yang dilakukan oleh fans terhadap pemain
favoritnya di NBA seperti membeli jersey pemain tersebut atau bahkan terbang ke Amerika Serikat
untuk menyaksikan pemain kesayangannya bertanding. Para pemain NBA dengan dukungan daya beli
para fans tidak sedikit yang sudah memiliki brand sendiri dengan valuasi yang besar seperti dilansir oleh
artikel SPIN Esports pada artikel yang ditulis oleh Croelan pada bulan Juni 2020 memaparkan angkanya
dimana Michael Jordan dengan “Air Jordan” memiliki valuasi mencapai USD 130 jt/tahun, Lebron James
“Nike Soldier” dengan angka USD 32 jt/tahun, Kobe Bryant brand “Mamba” bernilai USD 16 jt/tahun ,
kemudian Under Armour yang diusung oleh pebasket Stephen Curry memiliki value hingga USD 20
jt/tahun.
Lingkungan organisasi olahraga yang beroperasi pada abad dua puluh satu adalah untuk mencari
income dan membentuk fan base yang kuat, hal ini juga bertujuan agar dapat membentuk asset yang
berharga dan memperbaiki brand management mereka (Abosag et, al, 2012). Brand dalam produk
olahraga sangat di fokuskan pada konsep pembuatan nama, desain logo, dan karakter dari simbol suatu
pemain atau tim olahraga tersebut agar dapat membentuk karakter yang hangat dan cocok di mata para
fans (Shank, 2009).
Pada penelitian sebelumnya pada jurnal yang ditulis oleh Felix Velicia Martin, Luiz Dona Toledo
dan Pedri Palos- Sanchez pada tahun 2020, kecintaan terhadap suatu brand (Brand Love) yang telah
dilakukan penelitian terbentuk dari lima dimensi yaitu : hasrat, hubungan dengan suatu brand, nilai-nilai
intrinsik, hubungan emosional dan thinking. Brand Love terhadap klub sepakbola harus ditanamkan
pada pikiran para fans untuk menghasilkan strategi marketing yang baik melalui Word of Mouth,
Willingness to Invest dan Loyalty. Klub olahraga juga harus membuat nama klub menjadi sebuah brand
favorit yang dicintai masyarakat (CIS,2014; Ruihley and Pate, 2015). Terdapat statement menerangkan
juga bahwa pada saat ini klub olahraga harus memiliki intensitas untuk membangun brand klub olahraga
tersebut dan juga membangun hubungan spesial dengan para fans (Sutton, et al 1997). Klub olahraga
juga harus dapat menempatkan diri mereka di pikiran dan hati para fans (Abosag, et al 2012).
Pada penelitian yang dilakukan oleh Felix, et al (2020) tidak terdapat hubungan antara brand
prestige terhadap variabel dependent, bagian conceptual framework pada penelitian sebelumnya akan
digunakan pada penelitian ini untuk mencari tahu posisi pemain NBA di hati para fans di Indonesia.
Penelitian ini diduga akan memberikan hasil yang kemungkinan berbeda apabila ditambahkan satu
variabel mediasi. Variabel tambahan tersebut adalah “Brand prestige”. Sehingga, penelitian ini
menambahkan Brand prestige menjadi variable mediasi antara brand love dan Willing to Invest dan
Loyalty. Brand prestige menarik untuk diteliti karena sesuatu yang bergengsi membuat fans memiliki
kepuasan batin dengan memberi perlakuan kebebasan berekspresi (Deeter-Schmelz et al.,
2000;Piacentini dan Mailer, 2004) meningkatkan kepercayaan diri (Husic dan Cicic, 2009), dan menarik
perhatian rekan - rekan mereka dengan adanya gengsi tersebut (Taylor dan Cosenza, 2002). Pada
penelitian lain yang dilakukan oleh Irem Erdogmus¸ and Isıl Bu¨deyri-Turan, 2012 memaparkan bahwa
prestiges berpengaruh positif secara tidak langsung terhadap loyalty serta dapat memberikan happiness
kepada customer serta brand yang memiliki prestiges berpengaruh signifikan dan positif terhadap
pembentukan sikap konsumen terhadap suatu brand. Pada penelitian tersebut juga mengatakan brand
prestige memiliki hubungan yang positif dengan kualitas produk suatu brand. Konsumsi pada brand yang
memiliki prestiges tinggi menunjukkan sinyal status sosial, kekayaan atau kekuasaan karena brand yang
bergengsi akan jarang sukar diperoleh dan meningkatkan value pada penggunanya (O'Cass dan Frost,
2002; Baek et al., 2010). Kecintaan terhadap suatu klub olahraga yang menimbulkan prestige bukanlah
sesuatu yg mahal dan harus mengeluarkan uang di awal, cukup berpartisipasi menjadi fans saja dan klub
olahraga tersebut memiliki performance yang baik maka fans akan senang. Kebahagiaan fans itulah yang
diharapkan dapat menimbulkan willing to invest dan loyalty pada pemain bola basket NBA.
Pada penelitian ini dimensi pembentuk Brand Love hanya akan mengambil dimensi dengan
tingkat signifikasi tertinggi yaitu Emotional Attachment dan Passion, hal ini dilakukan untuk membatasi
fokus penelitian pada dimensi terpenting saja. Merujuk pada alasan yang sama hasil dari penelitian ini
tidak menempatkan WOM pada hasil peneltian yang dipengaruhi. Brand Prestige dimasukkan sebagai
variable tambahan untuk melihat bagaimana fans dapat menanamkan variable tersebut pada pola pikir
mereka sehingga dapat menimbulkan kecintaan masyarakat Indonesia terhadap pemain di klub bola
basket NBA. Pada penelitian ini juga akan mengidentifikasi bagaimana brand prestige yang dimiliki oleh
fans dapat digunakan sebagai variabel mediasi antara brand love dengan willing to invest dan loyalty
terhadap pemain di klub basket favorit masyarakat Indonesia yang bermain di NBA. tujuan dari pada
penelitian ini antara lain untuk mengetahui : Pengaruh emotional attachment terhadap brand love,
Pengaruh passion terhadap brand love, pengaruh brand love terhadap brand prestige., melakukan
analisa brand prestige terhadap willing to invest, melakukan analisa pengaruh brand prestige terhadap
loyalty, melakukan analisa brand prestige sebagai mediasi pengaruh antara brand love terhadap
willingness to invest dan loyalty. Hasil penelitian ini dapat digunakan oleh para praktisi di bidang
olahraga lebih spesifik pada manajer tim olahraga untuk membangun strategi sponsorship untuk
membiayai kegiatan olahraga, Peneliltian ini juga diharapkan agar output dari tulisan ini dapat
memberikan suatu manfaat secara signifikan kepada beberapa entitas.

TINJAUAN PUSTAKA

Penelitian ini menggunakan landasan teori yang yang terdiri dari Emotional Attachments,
Passion, Brand Loves, Brand Prestiges, Willingness To Invest dan Loyalty. Emotional Attachment selalu
terkait dengan keterikatan batin , kasih sayang, semangat dan cinta. Konsumen yang memiliki emotional
attachments dengan suatu brand cenderung akan membayar mahal dan akan mengabaikan cacat yang
terjadi pada suatu brand. (Thompson, 2005). Sudah ditemukan riset bahwa emotional attachment
adalah predictor yang baik untuk memperkirakan nilai penjualan dan prospek pangsa pasar, Park et al,
(2010). Pada dunia olahraga emotional attachment adalah sesuatu yang utama pada sebuah brand klub
olahraga. (Abosag, et al, 2012).
Pada tahun 2003 dikeluarkan definisi tentang passion oleh, Vallerand, et al, bahwa passion di
definisikan sebagai rasa memiliki yang kuat tehadap suatu aktivitas yang disukai oleh individu, hal
tersebut sangat dianggap penting dan individu tersebut akan rela menginvestasikan waktu dan energi
terhadap aktivitas tersebut. Dikatakan juga oleh Bauer et al., pada tahun (2007) bahwa passion sangat
mempengaruhi emotional attachment dan behavioural factors.
Menurut Carroll and Ahuvia (2007) Brand Loves adalah tingkatan komitmen emosional yang
tertinggi dan semangat yang dimiliki oleh seorang individu untuk membanggakan suatu merek atau bisa
dikatakan ikatan emosional yang melampaui akal sehat. Brand Loves biasanya muncul pada produk
yang bersifat hedonistik, produk tersebut cenderung bersifat : 1. Kesenangan dan kenikmatan adalah
keuntungannya, 2. Produk tersebut cenderung menghasilkan respons emosional yang lebih kuat, 3.
Membangkitkan identitas diri dan kepercayaan diri konsumen. (Chandon et Al, 2000).
Brand yang memiliki prestiges tinggi akan menciptakan pengakuan status baik dari keluarga
maupun teman, Langer, (1997). Kekayaan seseorang selain dapat ditunjukkan oleh harta benda yang
dimiliki, hal tersebut ditunjukkan pula oleh status sosial, Byrne, (1999). Status dari suatu brand pada
dasarnya mendefinisikan kesuksesan pada kehidupan bermasyarakat, Langer, (1997).
Willingness to Invest disini adalah salah satu aspek kecintaan konsumen terhadap suatu produk
yang mendorong konsumen untuk membayar berapapun untuk dapat menikmati suatu produk tersebut
(Thomson, 2005). Sikap ini juga dapat diartikan sebagai sikap positif konsumen atas evaluasi yang telah
mereka lakukan terhadap suatu produk atau suatu entitas. (Jaako Aspara, et al, 2008).
Loyalty dapat diartikan sebagai komitmen yang mendalam dari seseorang untuk berulang kali
berinvestasi pada brand atau merk yang mereka sukai, Chaudburi and Holdbrook, (2001). Pendapat yang
hampir sama juga diutarakan oleh Aldaz-Manzano, (2011) dan Alalwan (2017). Berdasarkan pemaparan
teori tersebut maka dapat dirumuskan penyusunan hipotesa sbb :
H1 : Terdapat pengaruh terhadap emotional attachment terhadap brand love.
H2 : Terdapat pengaruh terhadap Passion terhadap brand love.
H3 : Terdapat pengaruh Brand love terhadap Brand Prestiges.
H4 : Terdapat pengaruh adanya brand prestige terhadap Willingness to Invest
H5 : Terdapat pengaruh adanya brand prestige terhadap Loyalty.
H6 : Brand Prestiges memediasi pengaruh antara brand love terhadap Willingness to Invest.
H7 : Brand Prestige memediasi pengaruh antara brand love terhadap Loyalty.

METODE PENELITIAN

Rancangan riset ini menggunakan uji hipotesa (Hypothesis Testings) dengan tujuan untuk
menguji hipotesis umumnya menjelaskan karakteristik hubungan-hubungan tertentu atau perbedaan-
perbedaan antar kelompok atau independensi dari dua faktor atau lebih dalam suatu situasi. (Asep
Hermawan, 2009) Pada penelitian ini jenis hubungan antara variabel membentuk suatu asosiasi atau
menempatkan sebuah dugaan serta jawaban sementara dari suatu perumusan masalah yang juga
memperhitungkan hubungan antar variabel yang sedang diteliti. Data pada penelitian ini bersifat Cross
Sectional, dimana data tersebut akan di peroleh berasal dari bebagai kalangan dan dikumpulkan dalam
satu waktu. Berdasarkan uraian pada tinjauan pustaka yang yang telah dijabarkan, maka dapat dibentuk
rerangka konseptual sbb :

Gambar 1 Rerangka Konseptual


Rerangka Konseptual tersebut diukur dengan menggunakan alat sebagai berikut dalam bentuk
kuisioner tertutup :
Tabel 1 Variabel dan Pengukuran
Variabel Indikator Referensi
Emotional Attachment 1. Saya sangat berkomitmen tinggi Thomson (2005) dan
(EA) untuk menjadi fans seorang pemain Batra, et, al (2012)
NBA. (EA1)
2. Saya merasakan hubungan
emosional dengan seorang pemain
NBA yang diidolakan. (EA2)
3. Saya merasa seluruh jiwa sangat
menyatu dengan seorang pemain
NBA yang diidolakan. (EA3)
Passion (Pa) 4. Saya sangat ingin menonton Thomson (2005)
pertandingan seorang pemain NBA
yang diidolakan. (Pa1)
5. Saya sangat ingin menggunakan
jersey seorang pemain NBA yang
diidolakan. (Pa2)
6. Saya merasa bahagia apabila
menonton pertandingan pemain
NBA yang diidolakan. (Pa3)
7. Saya sangat menunggu-nunggu
pertandingan selanjutnya yang
menampilkan seorang pemain NBA
yang diidolakan. (Pa4)

Brand Love 8. Saya mengenal pemain tersebut Carroll dan Ahuvia (2005)
(BL) sebagai pemain yang baik dan dan Batra, et, al (2012).
memiliki pengaruh positif terhadap
perilaku dalam kehidupan.(BL1)
9. Saya sangat ingin pemain tersebut
terus berada di ingatan, dan
menumbuhkan motivasi ketika akan
melakukan sesuatu seuatu yang
sulit. (BL2)
10. Respon emosional saya positif
dengan pemain tersebut. (BL3)
11. Saya sangat mencintai pemain
tersebut. (BL4)
Brand Prestiges 12. Saya sangat bangga menggunakan Carroll dan Ahuvia (2005)
(BP) jersey/pernak pernik pemain ini. dan Batra, et, al (2012).
(BP1)
13. Saya merasa status sosial terangkat
ketika menjadi fans pemain ini.
(BP2)
14. Referensi pemain ini membuat saya
lebih percaya diri ketika berdiskusi
tentang bola basket dengan teman-
teman. (BP3)

Loyalty (Lo) Gremler (1995)


15. Saya akan sangat loyal terhadap
pemain NBA yang diidolakan. (Lo1)
16. Saya tidak berpikir akan lebih
menyenangi pemain NBA lain selain
pemain favorit yang sekarang. (Lo2)
17. Meskipun pemain favorit saya
pindah tim, belum ada terpikir
untuk berpaling dari pemain
tersebut. (Lo3)
18. Saya akan selalu membeli
merchandise pemain idola ketika
hendak membeli pernak pernik bola
basket. (Lo4)
19. Ketika saya memiliki waktu luang,
menonton pertandingan pemain
favorit adalah opsi pertama yang
akan dilakukan. (Lo5)
20. Saya lebih memilih menonton
pemain favorit saya di NBA
bertanding dibanding menonton
tim nasional. (Lo6)
21. Bagi saya, pemain ini adalah pemain
bola basket terbaik di NBA. (Lo7).
Willingness to Invest 22. Saat ini saya selalu menonton Carroll dan Ahuvia (2005)
(WI) pertandingan live pemain NBA dan Batra, et, al (2012).
favorit di smartphone/ TV.(WI1)
23. Saya bersedia membayar aplikasi/
TV berlangganan atau untuk
menonton pemain NBA idola. (WI2)
24. Saya menabung untuk pergi ke
Amerika Serikat dengan tujuan
menyaksikan langsung pemain NBA
yang diiidolakan bertanding. (WI3)
25. Saya membeli jersey/merchandise
pemain NBA yang diidolakan. (WI4)

Alat ukur yang digunakan adalah menggunakan skala interval 5-point Likert scale pada survey
administratif yang ditujukan kepada responden dengan ukuran sample minimum adalah sebanyak 175
sample berdasarkan perhitungan jumlah sample menurut Hair (2010) dengan metode purposive
sampling. Indikator pemilihan responden pada penelitian tulisan ini adalah :
1. Seluruh responden adalah penggemar pemain bola basket National Basketball Association (NBA)
di Amerika Serikat,
2. Usia responden mulai dari 18 tahun dengan pertimbangan usia 18 tahun seorang individu rata-
rata sudah dapat memiliki keputusan untuk melakukan keputusan pembelian,
3. Responden telah menyukai pemain basket tersebut minimal satu tahun,
4. Satu responden hanya boleh mengisi satu kuesioner.

Kuesioner yang disebarkan pada penelitian adalah sebanyak 188 dan terdapat 175 kuisioner yang
respondennya memenuhi indikator tersebut. Berikut profil responden :

Table 2
Karakteristik Demografi Responden

No Karakteristik Demografik Frekuensi Persen


1 Gender
Pria 147 84.0%
Wanita 28 16.0%
Total 175 100.0%
2 Usia (tahun)
< 18 2 1.1%
19 - 29 73 41.7%
30 - 39 85 48.6%
> 40 15 8.6%
Total 175 100.0%
3 Rentang waktu menjadi fans (tahun)
1–9 55 31.4%
10 – 19 58 33.1%
20 - 29 50 28.6%
30 - 39 8 4.6%
> 40 4 2.3%
Total 175 100%

Berdasarkan hasil dari 175 kuesioner yang disebar didapat data 5 teratas pemain bola basket NBA
terfavorit pilihan responden beserta nilai valuasi brandnya dan rata-rata lama rentang waktu menjadi
fans pemain tersebut, data sebagai berikut :
Tabel 3
Data 5 Teratas Pemain Bola Basket NBA Favorti Responden
Rentang Waktu
Nilai Valuasi
No Nama Pemain Persentase Brand Menjadi Fans
Brand/thn
(Terbanyak)
1 Michael Jordan 20% Air Jordan USD 130 jt 20 - 29 thn
2 Lebron James 15% Nike Soldier USD 32 jt 1 - 9 thn
3 Kobe Bryant 14% Mamba USD 16 jt 10 - 19 thn
4 Steph Curry 8% Curry Brand USD 20 jt 1 - 9 thn
5 Kyrie Irving 5% Nike Kyrie 1 USD 11 jt 1 - 9 thn
Sumber : SPIN Esports, 2020

Sebelum sebuah kuisioner menjadi instrument dalam penelitian maka harus dilakukan terlebih
dahulu yang namanya uji validitas dan uji reliabilitas. Pengujian validitas pada tulisan ini dijalankan
dengan mengakomodasi analisis faktor yang mengacu pada factor loading yang berasal dari tiap-tiap
indikator pengukuran yang valid itu dapat kita lihat pada tampilan tabel sebagai berikut.
Tabel 4
Factor Loading yang signifikan berdasarkan ukuran Sample
Menurut Hair, 2010
Factor Loading Jumlah Sample yang dibutuhkan
0.30 350
0.35 250
0.40 200
0.45 150
0.50 120
0.55 100
0.60 85
0.65 70
0.70 60
0.75 50
Tabel 5 Hasil Uji Validitas

Variable Pernyataan Factor Keterangan


Loading
Emotional Komitmen menjadi Valid
0.824
Attachment (EA) fans
Ada hubungan Valid
emosional dengan 0.872
pemain idola.
Terdapat jiwa yang Valid
menyatu dengan 0.875
pemain favorit.
Passion (Pa) Keingingan menonton 0.782 Valid
pemain favorit
Keinginan 0.792 Valid
menggunakan jersey
pemain idola.
Perasaan bahagia 0.857 Valid
menonton pemain
favorit.
Menantikan pemain 0.777 Valid
idola bertanding.
Brand Love (BL) Pemain idola memiliki 0.778 Valid
pengaruh positif
dalam kehidupan
Pemain idola 0.828 Valid
memotivasi fans
dalam melakukan
sesuatu.
Respon emosional 0.772 Valid
positif fans dengan
pemain tersebut
Kecintaan terhadap 0.829 Valid
pemain tersebut.
Brand Prestiges (BP) Kebanggaan 0.806 Valid
menggunakan jersey
pemain idola.
Status sosial merasa 0.830 Valid
terangkat ketika
menyukai pemain
tertentu.
Pemain tersebut 0.865 Valid
menjadi referensi yg
terpercaya dalam
berdiskusi.
Loyalty (Lo) Kesediaan untuk loyal. 0.760 Valid
Tidak akan pindah ke 0.774 Valid
pemain lain.
Akan mengikuti 0.703 Valid
pemain tersebut
meski sudah pindah
tim.
Akan selalu membeli 0.847 Valid
merchandise pemain
tersebut.
Selalu menonton 0.718 Valid
pemain idola jika ada
waktu luang.
Lebih memilih nonton 0.515 Valid
pemain NBA daripada
Timnas.
Pemain ini adalah 0.480 Valid
terbaik.
Willingness to Invest Selalu menonton 0.774 Valid
(WI) pemain idola di TV/
Smartphone.
Bersedia membayar 0.855 Valid
langganan tv dalam
menonton pemain
idola.
Kesediaan menabung 0.740 Valid
untuk pergi ke US
menyaksikan pemain
idola bertanding.
Kesediaan membeli 0.675 Valid
jersey pemain idola.

Uji reliabilitas dapat dilakukan kepada suatu pernyataan yang pengujian validitasnya sesuai
dengan kategori valid. Uji validitas dapat digunakan dengan cara melakukan pengujian indikator
sebanyak satu kali saja, kemudian dilakukan analisa dengan metode alpha Cronbach tersebut. Kuisioner
dianggap handal jika koefisien memiliki angka positif dan > dari angka 0,7. Pada rumus Cronbach Alpha
dapat diketahui hasil uji sebagai berikut :
Tabel 6
Hasil Uji Reliabilitas

Variabel Cronbach-Alfa Ambang batas Keterangan


Emotional Attachment (EA) 0.818 0,600 Reliable
Passion (Pa) 0,810 0,600 Reliable
Brand Love (BL) 0,812 0,600 Reliable
Brand Prestiges (BP) 0.765 0,600 Reliable
Loyalty (Lo) 0,812 0,600 Reliable
Willingness to Invest (WI) 0,756 0,600 Reliable
Sumber : analisa data primer (2021)

Uji Goodness of fit (GOF) model dapat digunakan untuk mengidentifikasi fungsi yang tepat dari
suatu sample regresi dalam melakukan penaksiran nilai aktual. Dalam ilmu statistika, uji GOF dapat pula
dilakukan dengan melakukan identifikasi koefisien determinasi, Berdasarkan kriteria diatas, terlampir
rekapitulasi hasil goodness of fit :

Tabel 7
Result Uji GOF Model (AMOS)

Ukuran GOF Hasil Target Kecocokan Keterangan


Normal Theory Weighted
754,241 (P = 0.000) P Value > 0.05 No Fit
Least Squares Chi Square
RMSEA 0.102 0.05 ≤ RMSEA < 0.08 No Fit
NFI 0.717 ≥ 0.90 No Fit
CFI 0.795 ≥ 0.90 No Fit
IFI 0.798 ≥ 0.90 No Fit
RFI 0.685 ≥ 0.90 No Fit
RMR 0.053 ≤ 0.10 Good Fit
GFI 0.742 ≥ 0.90 No Fit
AGFI 0.688 ≥ 0.90 No Fit

Pada tulisan ini analisa data yang dipakai dalam melakukan analisa pengaruh variabel yang
diteliti menggunakan metode analisis SEM dengan bantuan software AMOS 22. Uji hipotesis, uji
hipotesis ini bertujuan untuk melihat masing-masing dari variabel independen memiliki pengaruh yang
cukup signifikan terhadap masing-masing variabel dependennya tetap atau konstan.
HASIL DAN PEMBAHASAN
Dari data yang diperoleh dari 175 responden terlampir informasi statistik deskriptif :
Tabel 8 Descriptive Statistics

Std
Variabel N Min Max Mean Kesimpulan
Deviasi
Emotional Attachment 175 1 5 3.4514 0.74021 Cukup Kuat
Passion 175 3 5 4.2686 0.56922 Tidak Terlalu Kuat
Brand Love 175 2 5 3.8686 0.62504 Cukup Kuat
Brand Prestiges 175 1 5 3.5771 0.74552 Cukup Kuat
Willingness to Invest 175 2 5 3.5657 0.67379 Cukup Kuat
Loyalty 175 2 5 3.6400 0.6447 Cukup Kuat
Valid N (listwise) 175
Sumber : Olah data 2021
Berikut rekapitulasi pengujian hipotesis :
Tabel 9

Pengujian Hipotesis

Estimate S.E. C.R. Pvalue Keputusan


EA  BL 0.793 0.115 5.124 0.000 Supported
PA  BL 0.114 0.146 0.923 0.356 Not Supported
BL  BP 0.934 0.169 7.589 0.000 Supported
BP  WL 0.891 0.114 7.261 0.000 Supported
BP  LO 0.907 0.100 8.538 0.000 Supported
Sumber: Hasil Uji Hipotesis dengan regresi dengan menggunakan SEM AMOS
Keterangan: Tingkat Signifikansi ***1%; **5% dan *10%
Berikut Hasil uji pengaruh tidak langsung :
Tabel 10 Uji pengaruh tidak langsung Hipotesis 6
Hipotesis Estimate P- Kesimpulan
Value
Brand Prestiges
memediasi
pengaruh terhadap 0.8321 0.000 Supported
Brand Love dan
Willingness to Invest
Sumber: Pengolahan data menggunakan AMOS
Tabel 11 Uji pengaruh tidak langsung Hipotesis 7
Hipotesis Estimate P-Value Kesimpulan
Brand Prestiges
memediasi
pengaruh antara 0.8471 0.000 Supported
Brand Love
terhadap Loyalty
Sumber: Pengolahan data menggunakan AMOS

Hipotesis 1
Berdasarkan tabel 9 dapat disimpulkan terdapat pengaruh positif Emotional Attachment
terhadap Brand Love. Hal ini dapat dilihat dari hasil uji hipotesis pada hipotesis yang pertama yaitu
dengan nilai p-value sebesar 0,000 atau lebih kecil dari tingkat kesalahan (α =5%) dan nilai estimate
sebesar 0,934. Kesimpulan yang dapat diambil dari hasil tersebut adalah Ho ditolak dan Ha diterima
yang artinya terdapat pengaruh positif Emotional Attachment terhadap Brand Love
Hasil penelitian ini mendukung penelitian yang dilakukan oleh Felix, et al (2020). Emotional
Attachment memiliki pengaruh yang signifikan pada preferensi konsumen terhadap kecintaan mereka
terhadap suatu brand, yang menunjukkan bahwa konsumen jika sudah memiliki ikatan emosional yang
kuat maka akan tumbuh rasa cintanya terhadap brand tersebut. Dengan demikian, apabila konsumen
tidak memiliki ikatan emosional yang kuat maka akan sangat berdampak pada status branding suatu
produk di mata konsumen. Fans klub dan atlit olahraga di Indonesia memiliki perilaku yang sama seperti
di negara – negara lain terkait kecintaan terhadap brand olahraga favorit mereka.
Hipotesis 2
Pada tabel 9 dapat disimpulkan terdapat pengaruh negatif antara passion terhadap Brand Love.
Hal ini dapat dilihat dari hasil uji hipotesis pada hipotesis yang pertama yaitu dengan nilai p-value
sebesar 0,356 atau lebih besar dari tingkat kesalahan (α =5%) dan nilai estimate sebesar 0,114.
Kesimpulan yang dapat diambil dari hasil tersebut adalah Ho diterima dan Ha ditolak yang artinya
terdapat pengaruh positif tapi tidak signifikan antara passion terhadap Brand Love.
Hasil penelitian ini tidak mendukung penelitian yang dilakukan oleh Felix, et al (2020). Sternberg
pada tahun 1986 menyebutkan juga bahwa passion merupakan hal yang paling mendukung untuk
terciptanya brand love dan brand loyalty. Responden pada penelitian ini tidak terlalu memiliki passion
yang tinggi untuk membentuk kecintaan terhadap produk yang dikeluarkan pemain basket NBA favorit
mereka.
Hipotesis 3
Pada tabel 9 dapat disimpulkan terdapat pengaruh positif antara Brand Love terhadap Brand
Prestige. Hal ini dapat dilihat dari hasil uji hipotesis pada hipotesis yang pertama yaitu dengan nilai p-
value sebesar 0,000 atau lebih kecil dari tingkat kesalahan (α =5%) dan nilai estimate sebesar 0,934.
Kesimpulan yang dapat diambil dari hasil tersebut adalah Ho ditolak dan Ha diterima yang artinya
terdapat pengaruh positif antara Brand Love terhadap Brand Prestige.
Hasil penelitian ini tidak mendukung penelitian yang dilakukan oleh Felix, et al (2020). Brand
Love memiliki pengaruh yang signifikan pada pembentukan gengsi yang ditimbulkan atas suatu produk,
hal ini menunjukkan bahwa gengsi yang timbul akan suatu produk disebabkan pemicunya adalah
kecintaan terhadap produk tersebut. Hasil penelitian ini mendukung penelitian yang dilakukan oleh
Seong Kim, et al, 2018; yang menyatakan bahwa Brand Love memiliki dampak yang penting dan
signifikan terhadap terjadinya terhadap brand prestige. Artinya, semakin tinggi tingkat kecintaan
konsumen terhadap atlit NBA favorit mereka, maka semakin tinggi pula gengsi fans dalam menggunakan
produk yang dikeluarkan oleh pemain tersebut.
Hipotesis 4
Pada tabel 9 dapat disimpulkan terdapat pengaruh positif antara Brand Prestige terhadap
Willingness to Invest. Hal ini dapat dilihat dari hasil uji hipotesis pada hipotesis yang pertama yaitu
dengan nilai p-value sebesar 0,000 atau lebih kecil dari tingkat kesalahan (α =5%) dan nilai estimate
sebesar 0,891. Kesimpulan yang dapat diambil dari hasil tersebut adalah Ho ditolak dan Ha diterima
yang artinya terdapat pengaruh positif antara Brand Prestige terhadap Willingness to Invest.
Hipotesis keempat menguji pengaruh Brand prestige terhadap willingness to invest. Responden
yang merasa status sosialnya terangkat ketika orang lain mengetahui dia adalah fans pemain ini maka
minimal dia akan menginvestasikan sejumlah uang untuk membeli jersey pemain favorit tersebut. Fase
selanjutnya fans tersebut akan membeli pernak pernik atau bahkan menabung untuk menyaksikan
pemain kesayangan mereka bertanding. (Carroll, et al 2005). Hasil penelitian ini juga mendukung
penelitian yang dilakukan oleh Jinsoo, et al, tahun 2015; yang menyatakan bahwa Brand prestige
memiliki dampak yang penting dan signifikan terhadap terjadinya terhadap brand attachment atau
willingness to invest.
Hipotesis 5
Pada tabel 9 dapat disimpulkan terdapat pengaruh positif antara Brand Prestige terhadap
Loyalty. Hal ini dapat dilihat dari hasil uji hipotesis pada hipotesis yang pertama yaitu dengan nilai p-
value sebesar 0,000 atau lebih kecil dari tingkat kesalahan (α =5%) dan nilai estimate sebesar 0,907.
Kesimpulan yang dapat diambil dari hasil tersebut adalah Ho ditolak dan Ha diterima yang artinya
terdapat pengaruh positif antara Brand Prestige terhadap Loyalty.
Berdasarkan penilaian responden pada penelitian ini fans akan loyal apabila pemain atau klub
olahraga menjaga gengsi terhadap popularitas brand yang dikeluarkan. Fans tidak akan berpindah ke
idola lain dan akan selalu meluangkan waktunya untuk menyaksikan pemain kesayangan mereka
bertanding apabila pemain tersebut menjaga brand prestigenya. (Greimler, 1995). Hasil penelitian ini
juga mendukung penelitian yang dilakukan oleh Jinsoo, et al tahun 2015; yang menyatakan bahwa Brand
prestige memiliki dampak yang signifikan terhadap terjadinya terhadap terjadinya loyalty.
Hipotesis 6
Berdasarkan penilaian responden pada penelitian ini membuat sikap Willingness to Invest semakin
positif apabila terdapat mediasi dari Brand Prestiges. Hal ini menjawab saran dari penelitian sebelumnya
oleh Felix et, al pada tahun 2020 apabila ditambahkan mediasi brand prestiges maka sikap willingness to
invest pada para fans akan semakin positif.
Hipotesis 7
Berdasarkan penilaian responden pada penelitian ini membuat sikap Loyalty semakin positif
apabila terdapat mediasi dari Brand Prestiges. Hal ini menjawab saran dari penelitian sebelumnya oleh
Felix et, al pada tahun 2020 apabila ditambahkan mediasi brand prestiges maka sikap Loyalty pada para
fans akan semakin positif.
Gambar 2 Hasil SEM Penelitian
SIMPULAN

Dengan berdasarkan dari hasil temuan dan pengujian hipotesis yang telah dijelaskan pada bab
empat, berikut beberapa kesimpulan yang dapat diambil dari penelitian ini :

1. Hasil pengujian terdapat pengaruh positif antara Brand love dan Brand Prestiges. Semakin dalam
cinta seorang fans atau customer terhadap suatu produk dan apabila hal tersebut jumlahnya terjadi
secara massive, maka akan menimbulkan gengsi yang tinggi terhadap produk tersebut.
2. Hasil pengujian terdapat pengaruh positif adanya brand prestige terhadap Willingness to Invest dan
Loyalty. Gengsi yang tinggi dari suatu produk secara signifikan akan meningkatkan keinginan fans
untuk mengeluarkan uang, waktu dan tenaga untuk kemajuan produk yang dikeluarkan oleh pemain
yang diidolakannya. Hal tersebut juga akan meningkatkan sifat loyalitas dalam diri fans untuk tetap
mencintai pemain NBA tersebut.
3. Hasil pengujian menunjukkan terdapat pengaruh positif dari mediasi yang dibentuk Brand Prestiges
antara brand love terhadap willingnest to Invest, hal ini membuat Willingness to Invest semakin
positif apabila terdapat mediasi dari Brand Prestiges, hal ini dapat memperkuat dugaan pada
penelitian sebelumnya apabila brand prestiges ditambahkan sebagai mediasi akan semakin
membantu kenaikan variable willingness to Invest.
4. Hasil pengujian menunjukkan terdapat pengaruh positif dari mediasi yang dibentuk Brand Prestiges
antara brand love terhadap Loyalty, hal ini membuat sikap loyal fans pemain NBA semakin positif
apabila terdapat mediasi dari Brand Prestiges, hal ini juga memperkuat dugaan pada penelitian
sebelumnya apabila brand prestiges ditambahkan sebagai mediasi akan semakin membantu
kenaikan variable Loyalty.

IMPLIKASI

Implikasi dari penelitian ini yang dapat kita lihat dari hasil statistiknya dengan rata – rata
tertinggi, maka para manajemen yang bekaitan dengan branding suatu produk yang di endorse oleh atlit
harus melakukan hal – hal sbb :
1. Para Fans pemain NBA akan memiliki ikatan emosional yang kuat dengan pemain yang
disenanginya apabila fans merasa jiwa mereka menyatu dengan kepribadian pemain tersebut.
2. Fans akan sangat ingin menggunakan jersey pemain kesayangan mereka di NBA apabila fans
tersebut memiliki passion yang tinggi terhadap pemain yang diidolakannya.
3. Para fans akan timnbul rasa cinta terhadap produk atau brand yang dikeluarkan oleh pemain
kesayangannya apabila pemain tersebut menumbuhkan motivasi ketika seorang fans akan
melakukan sesuatu yang sangat sulit dalam hidupnya.
4. Fans akan terangkat status sosialnya terkait prestige apabila pemain kesayangan mereka
terkenal, bermain baik dan disukai banyak orang.
5. Seorang fans yang memilki kecintaan dan gengsi yang tinggi terhadap kesenangannya terhadap
pemain bola basket tertentu maka fans tersebut akan memutuskan untuk menabung agar dapat
menyaksikan pertandingan pemain bola basket favorit mereka secara langsung.
6. Para fans akan loyal terhadap pemain favorit mereka apabila mereka menganggap pemain
tersebut adalah pemain bola basket terbaik yang berlaga di kompetisi NBA.

KETERBATASAN DAN SARAN

Penelitian ini memiliki beberapa keterbatasan masalah untuk dapat diperbaiki pada penelitian

berikutnya, yaitu :

1. Kurangnya variable pembentuk brand love sehingga hal tersebut akan sangat mempengaruhi
terbentuknya willingness to invest dan Loyalty dengan mediasi Brand prestige.
2. Para pemain NBA harus menekankan pada usaha pendekatan emosional dengan para fans dan
membangun strategi pemasaran yang baik untuk membangun hubungan jangka panjang dengan
para fans.
3. Terdapat komponen yang belum dilampirkan pada variable pembentuk brand prestige terhadap
kecintaan terhadap pemain NBA sehingga memunculkan suatu bias yang tidak dapat dijelaskan
dalam literatur.
4. Pada penelitian ini tidak mengidentifikasi seberapa dalam para responden mencintai olahraga
bola basket itu sendiri dan telah berapa lama responden memainkan olahraga bola basket, hal
tersebut diyakini dapat mempengaruhi willingness to invest dan Loyalty pada pemain NBA
favorit mereka.
5. Penelitian ini tidak melakukan analisa kualitatif sebelum masuk ke analisa kuantitatif, karena
penelitian ini menganalisa variable emosional dari fans atau konsumen.
6. Model penelitian menarik untuk dicoba di industri olahraga lainnya dan dipersempit di beberapa
wilayah yang memiliki budaya fans tim olahraga fanatik dan yang tidak fanatik, hal ini dapat
dilakukan untuk membaca peluang bisnis pada industri olahraga di suatu daerah tertentu.
DAFTAR PUSTAKA

Ahuvia, Aaron C., Bagozzi Richard P. and Batra Rajeev (2007), “Brand love”: the “what” and “so what”,
Marketing Science Institute Conference, Mineapolis.
Aikaterini Stavrianea and Irene (Eirini) Kamenidou (2020), “Memorable tourism experiences, destination
image, satisfaction, and loyalty: an empirical study of Santorini Island”. EuroMed Journal of
BusinessEmerald Publishing Limited 1450-2194 DOI 10.1108/EMJB-10-2020-0106.
Ali Abdallah Alalwan, Nripendra Rana, Yogesh Kumar Dwivedi, Raed Salah Algharabat (2017), “Social
Media in Marketing: A Review and Analysis of the Existing Literature”, Telematics and
Informatics 34(7) DOI:10.1016/j.tele.2017.05.008
Aron O'Cass and Hmily Frost (2002) “Status brands: Examining the effects of non-product-related brand
associations on status and conspicuous consumption” Journal of Product & Brand Management
vol 11 No. 2 2002, pp. 67-88,#
Augusty, Ferdinand (2006). “Metode Penelitian Manajemen: Pedoman Penelitian untuk skripsi, Tesis dan
Disertai Ilmu Manajemen” Semarang: Badan. Penerbit Universitas Diponegoro.
Bao, Y. and Mandrik, C.A. (2004), “Discerning store brand users from value consciousness consumers:the
role of prestige sensitivity and need for cognition”,Advances in Consumer Research, Vol. 31No.
1, pp. 707-712
Batra, R, Ahuvia, A. and Bagozzi, R. (2012), “Brand love”, Journal of Marketing, Vol. 76 No. 1, pp. 1-16.
Bauer, Hans H., Heinrich Daniel and Martin Isabel (2007), “How to create high emotional consumer
brand relationships?” The causalities of brand passion, ANZMAC Annual Conference, Dunedin.
Baumeister, Roy F. and Bratslavsky Ellen (1999), “Passion, intimacy and time: passionate love as a
function of change in intimacy”, Personality and Social Psychology Review, vol.3, No 1.
Bıçakcıoglu, N, Ipek, and Bayraktaroglu, G. (2018), “Antecedents and outcomes of brand love: the
mediating role of brand loyalty”, Journal of Marketing Communications, Vol. 24 No. 8, pp. 863-
877.
Brody J. Ruihley, Joshua Ray Pate. (2015) “For the Love of Sport: Examining Sport Emotion Through a
Lovemarks Lens”, Communication & Sport 5
C Byrne, Warren B Young, G J Wilson (1999), “A Comparison of Drop Jump Training Methods: Effects on
Leg Extensor Strength Qualities and Jumping Performance”. International Journal of Sports
Medicine 20 (5).
Cannon, Perreault dan McCarthy. 2009. “Pemasaran Dasar Pendekatan. Manajerial Global” Buku 2 Edisi
16. Jakarta: Salemba Empat.
Chaudhuri, A. and Holbrook, M. (2001), “The chain of effects from brand trust and brand affect to brand
performance: the role of brand loyalty”, Journal of Marketing, Vol. 65 No. 2, pp. 81-93.
Cheol Whee Park, Deborah J. Macinnis, Joseph R. Priester, Andreas B. Eisingerich (2010). “Brand
Attachment and Brand Attitude Strength: Conceptual and Empirical Differentiation of Two
Critical Brand Equity Drivers”.Journal of Marketing Vol. 74 (November 2010), 1–17.
Craig J. Thompson, Eric Arnould (2005) “Consumer Culture Theory (CCT): Twenty Years of Research”
Journal of Consumer Research 31(4):868-882.
Dawn R. Deeter-Schmelz, Jesse N. Moore (2000) “Prestige Clothing Shopping by Consumers: A
Confirmatory Assessment and Refinement of the Precon Scale with Managerial Implications”
The Journal of Marketing Theory and Practice 8(4):43-58.
De Olivera Santini, F. and Ladeira, W.J. (2013), “Background of purchase intention of Brazilian soccer club
fans”, Global Journal of Management and Business Research, Vol. 13 No. 7, pp. 2-11
DOI:10.1177/2167479515607048.
Douglas B. Grisaffea, Hieu P. Nguyen (2011) “Antecedents of emotional attachment to brands” Journal of
Business Research 64(10):1052-1059.
Ellen J. Langer (1997), “Mindful Learning”, Current Directions in Psychological Science 9(6):220-223.
Felix Velicia, Luis Dona, Pedro Palos (2020) “How deep is your love? Brand love analysis applied to
football teams”, International Journal of Sports Marketing and Sponsorships, Vol 21 No 4 pp.
669693.
Fournier, S. (1998), “Consumers and their brands: developing relationship theory in consumer research”,
Journal of Consumer Research, Vol. 24 No. 4, pp. 343-353.
Ganesh, J., Arnold, M. and Reynolds, K. (2000), “Understanding the customer base of service providers:
an examination of the differences between switchers and stayers”, Journal of Marketing, Vol.
64 No. 2, pp. 65-87.
Ghozali, Imam. (2011) “Aplikasi Analisis Multivariate Dengan Program SPSS”. Semarang: Badan Penerbit
Universitas Diponegoro. Gumanti, T. A. dan N. Alkaf.
Gremler, D. (1995), “The Effect of Satisfaction, Switching Costs, and Interpersonal Bonds on Service
Loyalty”, Doctoral dissertation, Arizona State University, Tucson, Arizona
Hair, J. J. F., Black, W. C., Babin, B. J., Anderson, R. E., Black, W. C., & Anderson, R.E.(2019). “Multivariate
Data Analysis” https://doi.org/10.1002/9781119409137.ch4
Hair, J.F., Black, W.C., Babin,B.J.,and Anderson, R.E. (2010), “Multivariate Data Analysis”, 7th edition,
Upper Saddle River: Prentice Hall.
Haozhou Pu. (2016) “Mediating the giants: Yao Ming, NBA and the cultural politics Mediating the giants:
Yao Ming, NBA and the cultural politics of Sino-American relations”. Asia Pacific Journal of Sport
and Social Science 5(2):1-1 DOI:10.1080/21640599.2016.1191703
Hermawan, Asep (2009). “Penelitian Bisnis” Grasindo 2009 108.2009.
Hu, L., & Bentler, P. M. (1998). “Fit indices in covariance structure modeling: Sensitivity to under-
parameterized model misspecification” Psychological Methods, 3, 424–453
Hwang, J. and Han, H. (2014), “Examining strategies for maximizing and utilizing brand prestige in the
luxury cruise industry”, Tourism Management, Vol. 40, pp. 244-259.
Ibrahim Abosag, Stuart Roper and Daniel Hind (2012) “Examining the relationship between brand
emotion and brand extension among supporters of professional football clubs”, European
Journal of MarketingVol. 46 No. 9, 2012pp. 1233-1251
Irem Erdogmus¸ and Isıl Bu¨deyri-Turan, (2012) “The role of personalitycongruence, perceived qualityand
prestige on ready-to-wearbrand loyalty” Journal of Fashion Marketing and Management Vol. 16
No. 4, 2012pp. 399-417.
Isabelle Collin-Lachaud and Mbaye Fall Diallo, (2020). “Smartphone use during shopping and store
loyalty: the role of social influence”. International Journal of Retail & Distribution Management
Emerald Publishing Limited 0959-0552.
Jaakko Aspara and Henrikki Tikkanen, (2010). “The impact of company identification on individuals’
investment behaviour”. European Journal of Marketing Vol. 45 No. 9/10, 2011 pp. 1446-1469
Jan-Benedict EM Steenkamp, Rajeev Batra, Dana L Alden, (2003), “How perceived brand globalness
creates brandvalue”. Journal of International Business Studies (2003) 34, 53 – 65.
Jinsoo Hwang, Heesup Han and Seung-woo Choo, (2015), “A strategy for the development of the private
country club: focusing on brand prestige”, International Journal of Contemporary Hospitality
Management Vol. 27 No. 8, 2015 pp. 1927-1948.
John Bowlby M.D. (1982) “American Journal of Orthopsychiatry ATTACHMENT AND LOSS: Retrospect and
Prospect”. ebook available download on Wiley Online Library : https://doi.org/10.1111/j.1939-
0025.1982.tb01456
Jose Benitez, Jörg Henseler, Ana Castillo, Florian Schuberth (2020). “How to perform and report an
impactful analysis using partial least squares: Guidelines for confirmatory and explanatory IS
research”, Information & Management 57(2):103168 DOI:10.1016/j.im.2019.05.003.
Kerlinger, Fred N. (1995). “Asas-asas penelitian behavioural”. Alih bahasa : Landung R. Situmorang dan
H.J, Koeseoesmanto. Yogyakarta : UGM Press.
Kevin Robert Filo, Daniel C Funk, Kostas Alexandris (2008) “Exploring the role of brand trust in the
relationship between brand associations and brand loyalty in sport and fitness”, International
Journal of Sport Management and Marketing Vol 3 Nos ½ (1)
DOI:10.1504/IJSMM.2008.015960.
Komputindo, Jakarta.
Mahmoud M. Nourayi. (2006) “Profitability in professionalsports and benchmarking: thecase of NBA
franchises”, Benchmarking: An International Journal Vol. 13 No. 3, 2006pp. 252-271
Malhotra, N. K. (1996), “Marketing Research An Applied Oriented” Second Edition, Prentice Hall, Inc.,
New jersey.
Maria Piacentini, Greig Mailer (2004) “Symbolic consumption in teenager' clothing choices” Journal of
Consumer Behaviour 3(3):251 – 262
Markelz, M. (2017), “The Secret to Loyal Customers”. Marketing News, AMA, pp. 8-9.
Melika Husic and Muris Cicic (2008) “Luxury consumption factors” Journal of Fashion Marketing
andManagementVol. 13 No. 2, 2009pp. 231-245
Min-Seong Kim, Jihye Kim (2018). “Linking marketing mix elements to passion-driven behavior toward a
brand”. International Journal of Contemporary Hospitality Management Vol. 30 No. 10, 2018
pp. 3040-3058.
Nasution. (1996).” Metode Penelitian Kualitatif Naturalistik” Jakarta : Sinar Grafika. Nasution. (2007).
Metode Research (Penelitian Ilmiah). Jakarta : Bumi Aksara.
Nila Armelia Windasari and Mousa Albashrawi, (2020) “Behavioral routes to loyalty across gender on m-
banking usage”. Review of International Business and Strategy Emerald Publishing Limited
2059-6014 DOI10.1108/RIBS-06-2020-0073.
Oliver, R. (1999), “Whence consumer loyalty?”, Journal of Marketing, Vol. 63, pp. 33-44.
P Soni (2020), “Revisiting the role of relationship benefits in online retail”, Marketing Intelligence &
Planning ISSN: 0263-4503.
Pierre Chandon, Brian Wansink, & Gilles Laurent (2000), “A Benefit Congruency Framework of Sales
Promotion Effectiveness”, Journal of MarketingVol. 64.
Regan, P.C., Kocan, E.R. and Whitlock, T. (1998), “Ain’t love grand! a prototype analysis of the concept of
romantic love”, Journal of Social and Personal Relationships, Vol. 15 No. 3, pp. 411-420.
Ricardo Roseira Cayolla, Sandra Maria Correia Loureiro (2014), “Fans club brand relationship: Football
passion”. International Journal of Business and Globalisation 12(1):82-97.
Richard Klink, Gerard Athaide, 2012. "Creating brand personality with brand names," Marketing Letters,
Springer, vol. 23(1), pages 109-117.
Richard L Oliver, Robert A. Westbrook (1999) “Profiles of Consumer Emotions and Satisfaction in
Ownership and Usage” Volume 6 1999.
Robert J Vallerand, Céline M Blanchard, Geneviève A Mageau, Richard Koestner (2003), “Les Passions De
L'ame: On Obsessive and Harmonious Passion”, Journal of Personality and Social Psychology
85(4):756-67.
Roy, S., Eshghi, A. and Sarkar, A. (2013), “Antecedents and consequences of brand love”, Journal of Brand
Management, Vol. 20 No. 4, pp. 325-332.
Santoso Singgih, (2011) “Structural Equation Modeling” Edisi 1, PT Elex Media
Sekaran, Uma dan Bougie. (2013). “Research methodsn for business, A Skill-Building Approach” America:
Third edition, John Wiley & Sons, Inc.
Sharyn Rundle-Thiele, Dariusz Siemieniako, Wieslaw Urban (2005). “Understanding loyalty from a
customer's perspective”. Journal of Customer Behaviour 9(3):283-298
Sonny Sumarsono. (2004) “Metode Riset Sumber Daya Manusia”. Cetakan Pertama. Graha Ilmu.
Yogyakarta. Veithzal Rivai. 2006.
Spears, N. & Singh S. N. (2004). “Measuring Attitude toward The Brand and Purchase Intentions.” Journal
of Current Issues & Research in Advertising (CTC Press) Vol. 26 (2): 53-62.
Sternberg, Robert J. (1986), “A triangular theory of love,” Psychological Review, 93 (2).
Sugiyono (2012). “Metode Penelitian Kuantitatif Kualitatif dan R&B”. Bandung: Alfabeta. Supriyono,
Rakhmat. 2010. Desain Komunikasi Visual Teori dan Aplikasi.
Susan Taylor, Robert M. Cosenza (2002) “Profiling later aged female teens: Mall shopping behavior and
clothing choice” Journal of Consumer Marketing 19(5):393-408.
Tae Hyun Baek, Jooyoung Kim (2010) “The Differential Roles of Brand Credibility and Brand Prestige in
Consumer Brand Choice” Journal of Psychology and Marketing 27(7):662 – 678.
Tracy Panther, Jillian Dawes Farquhar (2004), ”Consumer responses to dissatisfaction with financial
service providers: An exploration of why some stay while others switch”. Journal of Financial
Services Marketing 8(4):343-353
Uma Sekaran (2009). “Metode Penelitian Untuk Bisnis”, Salemba Empat: jakarta. Wibowo. Manajemen
Kinerja. PT. Raja Grafindo Parsada: Jakarta. Wilopo.
Vasco M. Pontinha, Rita Coelho do Vale (2019). “Brand love measurement scale development: an inter-
cultural analysis”. Journal of Product & Brand Management 29/4 (2020) 471–489
Wilhite, B. and Shank, J. (2009) “In praise of sport: Promoting sport participation as a mechanism of
health among persons with a disability.” Disability and Health Journal, 2, 116-127.
doi:10.1016/j.dhjo.2009.01.002
Williams, M. (2001), “In whom we trust: group membership as an affective context for trust
development”, Academy of Management Review, Vol. 26 No. 3, pp. 377-396.
Wong, A. and Zhou, L. (2005), “Consumers’ motivations for consumption of foreign products: an
empirical test in the People’s Republic of China”, available at:
www.u21global.edu.sg/PartnerAdmin/ViewContent?module¼DOCUMENTLIBRARY&oid¼14097
.
Zhou, R., Hotta, I., Denli, A.M., Hong, P., Perrimon, N., Hannon, G.J. (2008). “Comparative analysis of
argonaute-dependent small RNA pathways in Drosophila.” Mol. Cell 32(4): 592--599.

https://dailyspin.id/kicks/10-kontrak-sepatu-termahal-dalam-sejarah-nba-kalian-pasti-kaget/
https://www.indosport.com/basket/20190830/14-nilai-brand-sepatu-pemain-nba-termahal-jordan-tak-
ada-tandingan
https://www.forbes.com/sites/kurtbadenhausen/2019/02/06/nba-team-values-2019-knicks-on-top-at-
4-billion/?sh=1659e579e667
www.nba.com

Anda mungkin juga menyukai