Anda di halaman 1dari 9

Nama: Ratna Savitri

NIM: 1901036087
Prodi: S1 Akuntansi
Matkul: Auditing II

KERTAS KERJA PEMERIKSAAN


● Pengertian Kertas Kerja Audit
Dalam melaksanakan general audit, kantor akuntan public harus berpedoman kepada
SPAP, khususnya standar auditing, standar pengendalian mutu, kode etik Ikatan
Akuntan Indonesia dan aturan etika IAI-KAP. Semua prosedur audit yang dilakukan
dan temuan yang didapatkan harus didokumentasi dalam kertas kerja pemeriksaan.
Kertas kerja pemeriksaan adalah semua berkas-berkas yang dikumpulkan oleh auditor
dalam menjalankan pemeriksaan, yang berasal dari:
1. Pihak klien
2. Analisis yang dibuat oleh auditor
3. Pihak ketiga
Berkas yang berasal dari klien misalnya:
a. Neraca saldo
b. Rekonsiliasi bank
c. Analisis umur piutang
d. Rincian persediaan
e. Rincian utang
f. Rincian beban umum dan administrasi
g. Rincian beban penjualan
h. Surat pernyataan langganan
Analisis yang dibuat oleh auditor misalnya:
a. Berita acara kas opname
b. Pemahaman atas evaluasi Internal control termasuk ICQ
c. Analisis penarikan aktiva tetap
d. Analisis mengenai cukup tidaknya allowance for bad debts
e. Working balance sheet
f. Working profit and loss
g. Top schedule
h. Supporting schedule
i. Konsep laporan audit
j. Management letter
Berkas yang diperoleh dari pihak ketiga misalnya:
a. Jawaban konfirmasi piutang
b. Jawaban konfirmasi utang
c. Jawaban konfirmasi dari bank
d. Jawaban konfirmasi dari penasehat hukum perusahaan
● Tujuan Kertas Kerja Pemeriksaan
Kertas kerja pemeriksaan adalah dokumentasi auditor atas prosedur audit
yang dilakukan, test-test yang diadakan, informasi yang didapat dan kesimpulan
yang dibuat atas pemeriksaan, analisis, memorandum, surat-surat konfirmasi dan
representation, ikhtisar dokumen perusahaan, rincian pos neraca dan laba rugi serta
komentar yang dibuat dan diperoleh auditor.
Menurut Soekrisno Agus tujuan pembuatan kertas kerja pemeriksaan adalah:
1. Mendukung opini auditor mengenai kewajaran laporan keuangan sesuai
kesimpulan yang dicantumkan dalam kertas kerja perusahaan.
2. Sebagai bukti bahwa auditor telah melaksanakan pemeriksaan sesuai dengan
Standar Profesional Akuntan Publik. Misalnya melakukan penilaian terhadap
pengendalian intern dengan menggunakan Internal control questionnaires,
mengirimkan konfirmasi piutang, meminta surat pernyataan langganan.
3. Sebagai referensi dalam hal ada pertanyaan dari: pihak pajak, pihak bank,
pihak klien.
4. Sebagai salah satu dasar penilaian asisten sehingga dapat dibuat evaluasi
mengenai kemampuan dari asisten sampai dengan partner sesudah selesai
penugasan yang dapat dipakai untuk kenaikan jenjang jabatan dan kenaikan
gaji.
5. Sebagai pegangan untuk audit tahun berikutnya
Untuk persiapan audit tahun berikutnya kertas kerja dapat dimanfaatkan antara lain
untuk: mengecek saldo awal, dipelajari oleh staf auditor yang baru ditugaskan untuk
memeriksa klien tersebut, mengetahui masalah-masalah yang terjadi di tahun lalu dan
berguna untuk penyusunan audit tahun berikutnya.

● Pengelompokan Kertas Kerja Audit


Kertas kerja pemeriksaan dikelompokkan dalam:
a. Current file (berkas tahun berjalan)
b. Permanent file (berkas permanen)
c. Correspondence file (berkas surat menyurat)
Current file berisi kertas kerja yang mempunyai kegunaan untuk tahun
berjalan misalnya:
a. Neraca saldo
b. Berita acara kas opname
c. Rekonsiliasi bank
d. Rincian Piutang
e. Rincian Persediaan
f. Rincian utang
g. Rincian Biaya
Permanent file berisi kertas kerja yang mempunyai kegunaan untuk beberapa
tahun misalnya:
a. Akte pendirian
b. Buku pedoman akuntansi
c. Kontrak-kontrak
d. Notulen rapat
Correspondence file berisi korespondensi dengan klien, berupa surat
menyurat, facsimile dan lain-lain.

● Kriteria Untuk Pembuatan Kertas Kerja Pemeriksaan yang Baik


Agar kertas kerja pemeriksaan mempunyai manfaat yang optimal, maka
harus dipenuhi criteria berikut ini:
1. Kertas kerja pemeriksaan harus mempunyai tujuan
Misalnya cash count sheet dapat ditafsir dengan angka pada Neraca
2. Harus dicegah menulis kembali kertas kerja pemeriksaan karena membuang
waktu, dapat salah menyalin
3. Dalam kertas kerja pemeriksaan harus dijelaskan prosedur audit apa yang
dilakukan dengan menggunakan audit tick mark, misalnya periksa aging
schedule, cek penjumlahan dengan cara footing dan cross footing.
Penggunaan tick mark antara lain: ^ = footing dan cross footing
4. Kertas kerja pemeriksaan harus di index/cross index.
Ada beberapa cara penggunaan index
Alphabets = A-Z
Numerical = I - II
Gabungan = A1, A2
5. Kertas kerja harus diparaf oleh orang yang membuat dan mereview working
paper sehingga dapat diketahui siapa yang bertanggung jawab.
6. Setiap pertanyaan yang timbul pada review notes harus terjawab, tidak boleh
ada open question (pertanyaan yang belum terjawab).
7. Pada kertas kerja pemeriksaan harus dicantumkan:
a. Sifat dari perkiraan yang diperiksa
b. Prosedur pemeriksaan yang dilakukan
c. Kesimpulan mengenai kewajaran perkiraan yang diperiksa
8. Hal-hal tambahan:
a. Kertas kerja pemeriksaan harus rapi dan bersih
b. Kertas kerja pemeriksaan harus mudah dibaca
c. Bahasa yang digunakan (Indonesia atau Inggris) harus baik
d. Jangan hanya memfoto copy data dari klien tanpa diberi suatu penjelasan.
9. Di bagian muka file kertas kerja pemeriksaan harus dimasukkan daftar isi dan
index kertas kerja pemeriksaan dan contoh paraf seluruh tim pemeriksa.

● Pemilikan dan Penyimpanan Kertas Kerja Pemeriksaan


1. Kertas kerja pemeriksaan adalah milik akuntan public.
2. Kertas kerja pemeriksaan dapat digunakan sebagai sumber referensi bagi klien.
3. Bila ada pihak lain yang ingin meminjam atau mereview kertas kerja pemeriksaan
baru bisa diberikan atas persetujuan tertulis dari klien.
4. Akuntan public harus mengambil langkah-langkah yang tepat untuk keamanan
kertas kerja pemeriksaannya dan menyimpan kertas kerja sesuai dengan
peraturan pemerintah (minimal lima tahun).

● Working Balance Sheet dan Working Profit and loss


Borking balance sheet (WBS) dan working profit and loss (BPL) berisi angka-angka
per book (yang bersumber dari trial balance klien), audit adjustment, saldo
per audit yang nantinya akan merupakan angka-angka di Neraca dan laba rugi yang
sudah diaudit, serta saldo tahun lalu (yang bersumber dari audit report atau KKP
tahun lalu). Setiap angka yang tercantum dalam WBS dan WPL akan didukung oleh
angka-angka dalam Top schedule, oleh karena itu angka dalam WBS dan WPL serta
Top schedule harus dilakukan cross index. WBS biasanya terbagi atas WBS 1 (untuk
pos-pos aset) dan WBS2 (untuk pos-pos liabilities) sedangkan WPL berisi pos-pos
Laba rugi.

● Top Schedule dan Supporting Schedule


Angka-angka dalam top schedule akan didukung oleh angka-angka dalam supporting
schedule. Oleh karena itu angka dalam top schedule dan supporting schedule harus
dilakukan cross index. Top schedule akan memperlihatkan saldo per book (bersumber
dari trial balance klien), audit adjustment, saldo per audit, serta saldo tahun lalu
(bersumber dari KKP tahun lalu). Di semua top schedule dan supporting schedule
harus dicantumkan index working paper.
● Standard Tickmark
Footing (penambahan dan pengurangan) ^ Ditempatkan di bawah angka total
Cross footing (penambahan dan pengurangan) ^ Ditempatkan di samping kanan
angka total
Calculation (selain dari penambahan dan pengurangan ^ Ditempatkan di samping
kanan hasil perhitungan
Dicocokkan dengan general ledger L Diletakkan di samping kanan angka
Dicocokkan dengan subsidiary ledger / Diletakkan di samping kanan angka
Pemeriksaan dokumen-dokumen D Diletakkan di samping kanan angka
Vouching Vo Diletakkan di samping kanan angka
Pemeriksaan journal entry J Diletakkan di samping kanan angka
Pemeriksaan cancelled check C Diletakkan di samping kanan angka
Pemeriksaan official receipts r Diletakkan di samping kanan angka
Jawaban konfirmasi yang cocok CB Diletakkan di samping kanan angka
Jawaban konfirmasi yang tidak cocok RD Diletakkan di samping kanan angka
Jawaban konfirmasi yang dikembalikan oleh kantor pos RPO Diletakkan di samping
kanan angka
Bila tidak ada jawaban NR Diletakkan di samping kanan angka
Untuk menandakan bahwa schedule dibuat oleh klien PBC Diletakkan di sudut kiri
bawah dan dituliskan tanggal terimanya.
AUDIT KAS DAN SETARA KAS
● Pengertian Kas dan Bank
Yang dimaksud dengan kas adalah alat pembayaran yang siap dan bebas dipergunakan
untuk membiayai kegiatan umum perusahaan, sedangkan yang dimaksud dengan bank
adalah sisa rekening giro perusahaan yang dapat dipergunakan secara bebas untuk
membiayai kegiatan umum perusahaan. Contoh perkiraan yang biasanya digolongkan
sebagai kas dan setara kas adalah:
1. Kas kecil (Petty Cash) dalam rupiah maupun mata uang asing.
2. Saldo rekening giro di Bank dalam rupiah maupun mata uang asing.
3. Bon sementara
4. Bon-bon kas kecil yang belum direimbursed
5. Check tunai yang akan didepositokan.

● Tujuan Pemeriksaan Kas dan Bank menurut Agoes, Soekrisno


(1996:153):
1. Untuk memeriksa apakah terdapat internal control yang cukup baik atas kas
dan bank serta transaksi penerimaan kas dan pengeluaran kas.
2. Untuk memeriksa apakah saldo kas dan bank yang ada di Neraca per tanggal
neraca betul-betul ada dan dimiliki perusahaan (Existence)
3. Untuk memeriksa apakah ada pembatasan untuk penggunaan saldo kas dan
bank
4. Untuk memeriksa seandainya ada saldo kas dan bank dalam valuta asing,
apakah saldo tersebut dikonversikan ke dalam rupiah dengan menggunakan
kurs tengah BI pada tanggal Neraca dan apakah selisih kurs yang terjadi sudah
dibebankan atau dikreditkan ke laba rugi komprehensif tahun berjalan.
5. Untuk memeriksa apakah penyajian di Neraca sesuai dengan Standar akuntansi
keuangan di Indonesia (Presentation dan Disclosure).

● Prosedur Pemeriksaan dalam test pengendalian dan test substantive


Kas dan Setara Kas:
1. Pahami dan evaluasi internal control atas kas dan setara kas serta transaksi
penerimaan dan pengeluaran kas dan bank yang meliputi kelengkapan
bukti pendukung, kebenaran perhitungan matematis, otorisasi dari pejabat
perusahaan yang berwenang, kebenaran nama rekening yang didebit/dikredit,
kebenaran posting.
2. Buat top schedule kas dan setara kas per tanggal Neraca.
3. Lakukan cash count (perhitungan fisik uang kas) per tanggal Neraca bias juga
sebelum atau sesudah tanggal Neraca.
4. Kirim konfirmasi atau dapatkan pernyataan saldo dari kasir dalam hal tidak
dilakukan kas opname.
5. Kirim konfirmasi untuk seluruh rekening bank yang dimiliki perusahaan.
6. Minta rekonsiliasi bank per tanggal Neraca.
7. Lakukan pemeriksaan atas rekonsiliasi bank tersebut.
8. Review jawaban konfirmasi dari bank, notulen rapat dan perjanjian kredit
untuk mengetahui apakah ada pembatasan dari rekening bank yang dimiliki
perusahaan.
9. Periksa inter bank transfer 1 minggu sebelum dan sesudah tanggal Neraca un-
tuk mengetahui adanya kitting dengan tujuan untuk window dressing.
10. Periksa transaksi kas sesudah tanggal Neraca (Subsequent payment dan
subsequent collection) sampai mendekati tanggal selesainya pemeriksaan
lapangan.
11. Seandainya ada saldo kas dan setara kas dalam mata uang asing per tanggal
Neraca periksa apakah saldo tersebut sudah dikonversikan ke dalam rupiah
dengan menggunakan kurs tengah BI pada tanggal Neraca dan apakah selisih
kurs yang terjadi sudah dibebankan atau dikreditkan pada laba rugi tahun
berjalan.
12. Periksa apakah penyajian kas dan setara kas di Neraca dan catatan atas laporan
keuangan, sesuai dengan SAK di Indonesia.
13. Buat kesimpulan di top schedule kas dan setara kas atau di memo tersendiri
mengenai kewajaran dari cash on hand dan in bank, setelah kita menjalankan
seluruh prosedur di atas.

AUDIT PIUTANG USAHA DAN PIUTANG LAINNYA


● Pengertian Piutang
Piutang usaha adalah piutang yang berasal dari penjualan barang dagangan
atau jasa secara kredit. Piutang lain-lain adalah piutang yang timbul dari transaksi
di luar kegiatan usaha normal perusahaan. Piutang usaha dan piutang lain-lain yang
diharapkan bias ditagih dalam waktu satu tahun atau kurang diklasifikasikan se-
bagai piutang lancer.
Contoh dari perkiraan yang biasa digolongkan sebagai piutang antara lain:
1. Piutang usaha
2. Wesel tagih
3. Piutang pegawai
4. Piutang bunga
5. Uang muka
6. Uang jaminan (Refundable deposit)
7. Piutang lain-lain
8. Allowance for bad debts

● Tujuan Pemeriksaan Piutang menurut Agoes, Soekrisno (1996:


183):
1. Untuk mengetahui apakah terdapat pengendalian intern yang baik atas piutang
dan transaksi penjualan, piutang dan penerimaan kas.
2. Untuk memeriksa validity (keabsahan) dan authenticity (keotentikan) dari
pada piutang.
3. Untuk memeriksa collectibility (kemungkinan tertagihnya) piutang dan cukup
tidaknya perkiraan allowance for bad debts (penyisihan piutang tek tertagih).
4. Untuk mengetahui apakah ada kewajiban bersyarat (contingent liability) yang
timbul karena pendiskontoan wesel tagih (notes receivable).
5. Untuk memeriksa apakah penyajian piutang di Neraca sesuai dengan Standar
akuntansi yang berlaku umum di Indonesia.

● Prosedur Pemeriksaan dalam test pengendalian dan test substantive


Piutang Usaha:
1. Pahami dan evaluasi internal control atas piutang dan transaksi penjualan,
retur penjualan, piutang dan penerimaan kas yang meliputi kelengkapan
bukti pendukung, kebenaran perhitungan matematis, otorisasi dari pejabat
perusahaan yang berwenang, kebenaran nama perkiraan yang didebit/dikredit,
kebenaran posting.
2. Buat top schedule dan supporting schedule Piutang pertanggal Neraca.
3. Minta aging schedule dari piutang usaha per tanggal Neraca yang antara lain
menunjukkan nama pelanggan, saldo piutang, umur piutang dan subsequent
collectionnya.
4. Periksa mathematical accuracy nya dan cek individual balance ke subledger
lalu totalnya ke general ledger.
5. Test check umur piutang dari beberapa customer ke subledger piutang dan sales
invoice.
6. Kirimkan konfirmasi piutang:
a. Tentukan dan tuliskan dasar pemilihan pelanggan yang akan dikirimi surat
konfirmasi.
b. Tentukan apakah akan digunakan konfirmasi positif atau konfirmasi negative.
c. Cantumkan nomor konfirmasi baik di schedule piutang maupun di surat
konfirmasi.
d. Jawaban konfirmasi yang berbeda harus diberitahukan kepada klien untuk dicari
perbedaannya.
e. Buat ikhtisar (summary) dari hasil konfirmasi.
7. Periksa subsequent collections dengan memeriksa buku kas dan bukti
penerimaan kas untuk periode sesudah tanggal Neraca sampai mendekati
tanggal penyelesaian pemeriksaan lapangan (audit field work).
8. Periksa apakah ada wesel tagih yang didiskontokan untuk mengetahui kemung-
kinan adanya contingent liability.
9. Periksa dasar penentuan allowance for bad debts dan periksa apakah jumlah
yang disediakan oleh klien sudah cukup dalam arti tidak terlalu besar dan
tidak terlalu kecil.
10. Test sales cut-off dengan jalan memeriksa sales invoice,credit note lebih kurang
2 minggu sebelum dan sesudah tanggal Neraca.
11. Periksa notulen rapat, surat-surat perjanjian, jawaban konfirmasi bank dan
correspondence file untuk mengetahui apakah ada piutang yang dijadikan sebagai
jaminan.
12. Periksa apakah penyajian piutang di Neraca dilakukan sesuai dengan SAK di
Indonesia.
13. Tarik kesimpulan mengenai kewajaran saldo piutang yang diperiksa.

AUDIT PERSEDIAAN ATAU INVENTORIS


● Pengertian Persediaan
Menurut SAK persediaan adalah:
a. Aktiva yang tersedia untuk dijual dalam kegiatan usaha normal
b. Dalam proses produksi dan atau dalam perjalanan
c. Dalam bentuk bahan atau perlengkapan (supplies) untuk digunakan dalam
proses atau pemberian jasa.
Sifat-sifat Persediaan:
1. Merupakan aktiva lancar karena masa perputarannya biasanya kurang atau sama
dengan satu tahun
2. Merupakan jumlah yang besar terutama dalam perusahaan dagang dan industri
3. Mempunyai pengaruh yang besar terhadap neraca dan laba rugi karena
kesalahan dalam penentuan persediaan akhir periode akan mengakibatkan
kesalahan dalam jumlah aktiva lancar, total aktiva, harga pokok penjualan,
laba kotor dan laba bersih, taksiran pajak penghasilan, pembagian deviden dan laba
ditahan, kesalahan tersebut akan berpengaruh terhadap laporan keuangan
periode berikutnya.
Persediaan diukur berdasarkan biaya atau nilai realisasi, mana yang lebih
rendah.
Contoh perkiraan yang biasa digolongkan sebagai persediaan:
a. Bahan baku (raw material)
b. Barang dalam proses (work in process)
c. Barang jadi (finished goods)
d. Suku cadang (spare parts)
e. bahan pembantu: olie, bensin, solar
f. Barang dalam perjalanan
g. Barang konsinyasi (consignment out)

● Tujuan pemeriksaan Persediaan menurut Agoes, Soekrisno (1996: 219):


1. Untuk memeriksa apakah terdapat internal control yang cukup baik atas per-
sediaan.
2. Untuk memeriksa apakah persediaan yang tercantum di Neraca betul-betul
ada (existency) dan dimiliki oleh perusahaan pada tanggal Neraca.
3. Untuk memeriksa apakah metode penilaian persediaan (valuation) sesuai
dengan prinsip akuntansi yang berlaku umum di Indonesia (SAK).
4. Untuk memeriksa apakah system pencatatan persediaan sesuai dengan prinsip
akuntansi yang berlaku umum di Indonesia /SAK.
5. Untuk memeriksa apakah terhadap barang-barang yang rusak bergerak lambat
dan ketinggalan mode sudah dibuatkan allowance yang cukup.
6. Untuk mengetahui apakah ada persediaan yang dijadikan jaminan kredit.
7. Untuk mengetahui apakah persediaan diasuransikan dengan nilai pertanggung-
an yang cukup.
8. Untuk mengetahui apakah ada perjanjian pembelian/penjualan persediaan
yang mempunyai pengaruh yang besar terhadap laporan keuangan.
9. Untuk memeriksa apakah penyajian persediaan dalam laporan keuangan sudah
sesuai dengan prinsip akuntansi yang berlaku umum di Indonesia/SAK.

● Prosedur pemeriksaan atas Persediaan untuk test pengendalian dan test substantif:
a. Prosedur pemeriksaan untuk compliance test:
1. Pelajari dan evaluasi internal control atas persediaan dengan ICQ
dan lakukan terst transaksi terhadap order pembelian yang meliputi
kelengkapan bukti pendukung, kebenaran perhitungan matematis,
otorisasi dari pejabat perusahaan yang berwenang, kebenaran nama
perkiraan yang didebit/dikredit, kebenaran posting.
2. Tarik kesimpulan mengenai internal control atas persediaan
b. Prosedur pemeriksaan substantive atas persediaan:
1. Lakukan observasi atas stock opname yang dilakukan perusahaan.
2. Minta daftar persediaan akhir dan lakukan prosedur pemeriksaan berikut
ini:
Cek mathematical accuracy (penjumlahan dan perkalian), cocokkan
quantity per book dengan stock card, cocokkan quantity per count dengan
count sheet, cocokkan total value dengan buku besar persediaan.
3. Kirimkan konfirmasi untuk persediaan consignment out.
4. Periksa unit price dari raw material, work in process, finished goods dan
supplies.
5. Periksa cukup tidaknya allowance for slow moving.
6. Periksa kejadian setelah tanggal neraca
7. Periksa cut-off penjualan dan cut-off pembelian
8. Periksa jawaban konfirmasi dari bank, perjanjian kredit, notulen rapat
9. Periksa apakah ada sales atau purchase commitment per tanggal neraca
10. Seandainya ada barang dalam perjalanan lakukan prosedur berikut ini:
Minta rincian barang dalam perjalanan per tanggal neraca, periksa
mathematical accuracy.
11. Periksa apakah penyajian persediaan di laporan keuangan sudah sesuai
dengan prinsip akuntansi yang berlaku umum di Indonesia/SAK.
12. Buat kesimpulan dari hasil pemeriksaan persediaan dan buat jurnal
adjustment jika diperlukan.

Anda mungkin juga menyukai