Anda di halaman 1dari 11

Etika Bisnis dan Profesi Akuntansi

“Ethical Perpajakan”

Kelompok 2:
M. Abdurrahman L.M 1814190021
Jumhatta Azwar Rosa 1814190027
Akbar Bimo Julianto 1814190030
Juan Edgard Adji Gumilang 1814190046

Universitas Persada Indonesia Y.A.I


Fakultas Ekonomi & Bisnis
Akuntansi S-1
Kasus PT.Hosion Sejati
JAKARTA - Kementerian Keuangan melalui Ditjen Pajak diminta menyelidiki penyebab anak
buahnya tak menanggapi atau menyidik kasus pajak yang lumayan besar untuk pendapatan
negara dari PT Hosion Sejati.

Hosion Sejati hingga kini masih aman dari pemeriksaan petugas pajak meskipun komisaris
utamanya, Kang Hoke Wijaya, sudah berulangkali meminta agar diaudit. Bahkan pemilik dan
pemodal perusahaan itu menyebutkan ada indikasi manipulasi pajak di perusahaannya.

Menurut Kang Hoke, pemeriksaan kewajiban pajak perusahaan seharusnya dilakukan segera.
"Ini menyangkut kepentingan perusahaan kepada negara. Sehingga hak-hak negara tak menguap
begitu saja. Pemeriksaan pajak ini bisa dilakukan dengan audit yang benar,"
kata Kang Hoke, Senin (19/8/2019).

Kang Hoke mengungkapkan, selama ini Hosion menjalin bisnis dengan sejumlah negara.
"Ratusan miliar perputaran uang di sejumlah rekening perusahaan, namun laporan pajak
perusahaan tersebut ternyata tidak dilakukan dengan benar," katanya.

Dia mengaku, sudah melihat sendiri persoalan itu. Indikasi manipulasi juga bisa dilihat
bagaimana Hosion tak ikut dalam tax amnesty pada 2015. "Semua perusahaan yang membayar
pajaknya dengan benar, berebut ikut tax holiday. Lha ini kok tidak ikut, ada apa sebenarnya,"
katanya.

Kang Hoke mengungkapkan, NPWP PT Hosion bernomor 01.466.141.7-606.000 di Jalan


Manyar Tirtonoyo VII Nomor 18, Sukolilo, Surabaya, Jawa Timur.

"Silakan saja dicek dan bandingkan dengan pendapatan perusahaan, apakah masuk akal atau
tidak? Saya yakin ada manipulasi pajak, sehingga mereka tak mau mengaudit perusahaan secara
terbuka dan jujur," katanya.

Selain itu, Kang Hoke juga meminta Pusat Pelaporan Analisis Transaksi Keuangan (PPATK)
agar turun tangan untuk membuka semua rekening perusahaan pemasok alutsita miliknya itu.
"Termasuk semua rekening koran pemegang sahamnya," ucap Kang Hoke Wijaya.

Dia mengatakan, PPATK perlu juga memeriksa seluruh mutasi keuangannya di semua rekening
itu. "Takutnya kalau tidak diaudit-audit atau diblokir rekening-rekening yang terlibat uang-uang
yang harusnya disita untuk negara dari penggelapan pajak maka akan dibawa keluar," katanya.

Permintaan Kang Hoke ini juga pernah disampaikan ke penyidik Unit Jaksi (Pajak dan Asuransi)
Direktorat Pidana Ekonomi Khusus (Ditpideksus) Badan Reserse dan Kriminal Polri (Bareskrim)
Polri dan jaksa.

Permintaan Kang Hoke ini terkait juga dengan persoalan yang ditimpakan kepadanya. Ariel
Topan Subagus yang mengatasnamakan dirinya sebagai Direktur Utama Hosion Sejati
melaporkan Kang Hoke dengan tuduhan penggelapan dan pencucian uang perusahaan.
Menanggapi tuduhan itu, Kang Hoke, justru minta penanganan kasus secara adil, yaitu
mengaudit perusahaan secara terbuka.

Namun, penyidik dan jaksa hingga kini belum melaksanakan permintaan Kang Hoke. Bahkan
mengirimnya ke Pengadilan Negeri Jakarta Pusat sebagai terdakwa sesuai dengan tuduhan Ariel.

"Padahal, banyak persoalan yang terungkap namun tak ditindaklanjuti, termasuk pemalsuan akte
perusahaan yang menempatkan nama Ariel sebagai direktur utama," jelas Kang Hoke.

Kuasa hukum Kang Hoke dari Kantor Hukum Lex Dafaniro, Nico mengatakan, perkara
perusahaan ini belum melalui tahapan-tahapan prosedur yang tertuang dalam peraturan
perundang-undangan khususnya Pasal 138 UU Nomor 40 Tahun 2007 tentang Perseroan
Terbatas (UUPT).

"Mekanisme yang wajib dilakukan terlebih dahulu adalah pemeriksaan terhadap perseroan
dengan mengajukan permohonan secara tertulis beserta alasannya ke Pengadilan Negeri yang
daerah hukumnya meliputi tempat kedudukan perseroan," jelas Nico.

"Permohonan tersebut dapat diajukan oleh 1/10 pemegang saham, pihak lainnya dan kejaksaan
untuk kepentingan umum. Namun jaksa belum menjalankan mekanisme ini. Itulah sebabnya,
dakwaan yang disampaikan jaksa terkesan dipaksakan, bahkan berani melanggar peraturan
perundang-undangan yang melekat dalam dunia usaha," sambung Nico tentang dakwaan yang
disusun tim penuntut umum dari Kejaksaan Negeri Jakarta Pusat yaitu Lumumba Tambunan,
Endang Rahmawati, dan Santoso, itu.

Perkara Kang Hoke saat ini sudah bergulir di Pengadilan Negeri Jakarta Pusat. Majelis hakim
Pengadilan Negeri Jakarta Pusat yang dipimpin Agustinus Setyawahyu mulai mengadili perkara
ini sejak Selasa (28/5/2019). Hingga kini, proses di persidangan sudah masuk ke pemeriksaan
saksi-saksi.

Sumber :

https://nasional.sindonews.com/berita/1431339/13/proses-kasus-pajak-pt-hosion-terus-bergulir-
dan-diminta-ada-audit
1. Tanggungjawab Akuntan pajak
Tanggung jawab utama praktisi pajak adalah sistem pajak. Suatu sistem pajak yang baik
dan kuat harus terdiri dari entitas administrasi pajak, kongres, administrasi dan komunitas
praktisi. Selain itu ketika secara umum menyetujui bahwa praktisi pajak mempunyai
kewajiban atas kemampuan, loyalitas dan kerahasiaan klien, hal ini disebut juga tanggung
jawab praktisi atas sistem pajak yang baik.

Tanggung jawab praktisi pajak yangg terakhir adalah pentingnya pervasive


(peresapan). Dalam hubungan antara praktisi dan klien yang normal, kedua tanggung jawab
dikenali dan dilaksanakan. Namun, situasi ini sulit. Dalam beberapa situasi praktisi
diperlukan untuk memutuskan kewajiban yang berlaku dan dalam pelaksanaannya dapat
disimpulkan bahwa kewajiban atas sistem pajak yang tertinggi. Praktisi pajak membantu
dalam mengatur hukum pajak dengan jujur dan adil dalam pelayanan dan pengembangan
kepercayaan klien dalam integritas dan kepatuhan terhadap sistem pajak.

Praktisi lebih baik melayani publik dengan mengadopsi suatu sikap. Aturan etika yang
fundamental dalam praktik perpajakan pada tingkat etika personal adalah praktisi pajak harus
mengijinkan klien untuk membuat keputusan final. Disamping itu praktisi harus bertanggung
jawab tidak menyediakan informasi yang salah untuk pemerintah.

Pada Kasus ini, PT. Hosion Sejati terindikasi melakukan kejahatan di bidang perpajakan,
Pajak yaitu iuran masyarakat kepada Negara (yang dipaksakan) yang terutang oleh
wajib membayarnya menurut peraturan-peraturan umum (UU) dalam kasus pajak
perusahaan Hosion Sejati hingga kini masih aman dari pemeriksaan petugas pajak
meskipun komisaris utamanya, Kang Hoke Wijaya, sudah berulangkali meminta
agar diaudit dan mengatakan ada indikasi manipulasi pajak di perusahaannya
sehingga Ditjen pajak tak mau mengaudit perusahaan Hosion tersebut. Menurut
Kang Hoke selama ini Hosion menjalin bisnis dengan sejumlah negara. Indikasi
manipulasi juga bisa dilihat bagaimana Hosion tak ikut dalam tax amnesty
pada 2015. Semua perusahaan yang membayar pajaknya dengan benar, berebut
ikut tax holiday  tapi tidak dengan perusahaan Hosion tersebut.

2. AICPA statement and for tax services dan akuntan pajak


Dalam kaitannya dengan etika akuntan pajak, AICPA mengeluarkan Statemet on
Responsibilities in Tax Practice (SRTP). Adapun isinya adalah sebagai berikut:

 SRTP (Revisi 1988) No.1: Posisi Pengembalian Pajak


 SRTP (Revisi 1988) No.2: Jawaban Pertanyaan atas Pengembalian
 SRTP (Revisi 1988) No.3: Aspek prosedur tertentu dalam menyiapkan Pengembalian
 SRTP (Revisi 1988) No.4: Penggunaan Estimasi
 SRTP (Revisi 1988) No.5: Keberangkatan dari suatu posisi yang sebelumnya
disampaikan di dalam suatu kelanjutan administrative atau keputusan pengadilan
 SRTP (Revisi 1988) No.6: Pengetahuan Kesalahan: Persiapan Kembalian
 SRTP (Revisi 1988) No.7: Pengetahuan Kesalahan: Cara kerja administrasi
 SRTP (Revisi 1988) No.8: Format dan isi nasihat pada klien

Pada Kasus ini, PT Hosion Sejati Tidak sesuai dengan SRTP yang dikeluarkan
AICPA, dimana Ariel Topan Subagus yang mengatasnamakan dirinya sebagai Direktur Utama
Hosion Sejati Telah memalsukan akte perusahaan yang menempatkan nama Ariel sebagai
direktur utama
Kementerian Keuangan melalui Ditjen Pajak diminta menyelidiki penyebab
anak buahnya tak menanggapi atau menyidik kasus pajak yang lumayan besar untuk
 pendapatan negara dari PT Hosion Sejati. Komisaris utamanya, Kang Hoke Wijaya,
sudah berulangkali meminta agar diaudit dan dia menyebutkan ada indikasi
manipulasi pajak di perusahaannya.

3. Kompleksitas aturan perjakan dan tuntutan klien


Pajak secara klasik memiliki dua fungsi. Pertama, fungsi budgetair. Kedua, fungsi
reguleren. Berdasarkan Undang-Undang Dasar 1945 pasal 23  ayat 2, disebutkan bahwa
“segala pajak untuk keperluan negara berdasarkan undang-undang.” Dari hal tersebut dapat
disimpulkan bahwa pajak memiliki fungsi yang luas antara lain sebagai sumber pendapatan
negara yang utama, pengatur kegiatan ekonomi, pemerataan pendapatan masyarakat, dan
sebagai sarana stabilisasi ekonomi. Kalau kita lihat APBN, pajak selalu dituntut untuk
bertambah dan bertambah.Pemerintah harus memasukkan uang sebanyak-banyaknya ke kas
negara.  Dalam struktur anggaran negara, seperti halnya negara kita bisa mencapai 75%
diperoleh dari pajak. Kondisi inilah yang memicu pemerintah untuk membuat aturan-aturan
perpajakan. Aturan perpajakan merupakan masalah yang sebaiknya menjadi prioritas bagi
pemerintah supaya tidak terjadi tax avoidance.

Negara mempunyai kekuatan untuk memaksa pajak tersebut dipergunakan untuk


penyelenggaraan pemerintah. Hal ini memperlihatkan bahwa pajak yang di pungut
harus berdasarkan undang-undang, sehingga menjamin adanya kepastian hukum,
baik bagi petugas pajak sebagai pengumpul pajak maupun bagi wajib pajak sebagai
pembayar pajak. Kejahatan di bidang perpajakan harus ditangani secara serius
mengingat kejahatan ini sangat merugikan dalam konteks pendapatan negara, yang
apabila dibiarkan begitu saja akan mengganggu stabilitas ekonomi yang
berkesinambungan bagi penyelenggara negara. Di bidang perpajakan
mengandung makna adanya hak dan kewajiban, sebagaimana telah diatur dan
ditetapkan dalam peraturan perundang- undangan
Prinsip – Prinsip Etika Bisnis Menurut Sony Keraf (1998) prinsip – prinsip
etika bisnis sebagai berikut :

1. Prinsip otonomi

adalah kemampuan dan sikap seseorang saat mengambil tindakan dan keputusan yang
berdasarkan kesadarannya sendiri mengenai apa yang dianggapnya baik yang bisa dilakukan.
Sikap kejujuran sendiri biasanya dikaitkan dengan harga barang yang telah ditwarkan.Dalam
berbisnis secara modern, kepercayaan konsumen merupakan hal yang sangat penting. Oleh
sebab itu pelaku bisnis dihimbau untuk memberikan informasi yang  sebenarnya terhadap
para konsumen

Pada kasus ini, PT Hoison tidak menerapkan prinsip otonomi karena telah melakukan
manipulasi pajak perusahaan dan menolak untuk dilakukannya pengauditan.

2. Prinsip kejujuran

Pelaku bisnis diharuskan memiliki prinsip kejujuran agar mendapatkan kunci


keberhasilan yang bertahan untuk jangka waktu lama. Jika terdapat seorang pembisnis
yang berlaku tidak jujur dan curang maka kemungkinan besar tidak akan ada pelaku
bisnis yang bersedia untuk melakukan kerja sama.

Sikap kejujuran sendiri biasanya dikaitkan dengan harga barang yang telah
ditwarkan.Dalam berbisnis secara modern, kepercayaan konsumen merupakan hal yang
sangat penting. Oleh sebab itu pelaku bisnis dihimbau untuk memberikan informasi
yang  sebenarnya terhadap para konsumen

Pada kasus ini dijelaskan bahwasannya PT Hosion melakukan perubahan akte atas
nama direktur utamanya tanpa melakukan RUPS terlebih dahulu, tentu saja hal ini
melanggar prinsip kejujuran.

3. Prinsip keadilan

Prinsip yang satu ini mengharuskan pelaku bisnis diperlakukan secara adil dan
disesuaikan dengan kriteria rasional. selain itu pun mengharuskan seseorang agar dalam
menjalankan suatu bisnis harus memperlakukan relasi internal dan eksternal secara sama
dan memberikan hak mereka masing-masing. Hal ini bertujuan untuk menjauhkan
kerugian terhadap salah satu pihak pelaku bisnis

Pada kasus ini, PT Hosion tidak menerapkan prinsip keadilan dengan baik di
dalam perusahaannya, karena dijelaskan bahwa pembagian deviden mengalami
penghambatan sejak 2015 hingga 2019, padahal komisaris utamanya merupakan
pemegang saham dengan mayoritas tinggi nilainya yaitu 60 persen dari total saham.
4. Prinsip saling menguntungkan
Pelaku bisnis harus menjalankan bisnisnya dengan sebaik mungkin agar masing-
masing pihak yang terkait mendapatkan keuntungan. Sama seperti prinsip keadilan,
prinsip memberi keuntungan juga memiliki tujuan untuk menghindarkan salah satu pihak
saja yang untung.

Misalnya saja, pengusaha harus memberikan harga sebenarnya suatu barang


terhadap konsumen serta memberikan pelayanan sebaik mungkin untuk memberikan
kepuasan konsumen. Oleh karena itu prinsip saling memberikan keuntungan harus
dipegang erat.

Pada kasus ini PT Hosion tidak menerapkan prinsip saling memberi keuntungan,
karena adanya manipulasi pajak agar perusahaan mendapatkan keuntungan dengan cara
memalsukan pajak perusahaan yang bertujuan untuk mengurangi jumlah pajak dari
jumlah pajak yang ditentukan.

5. Prinsip integritas moral


Dalam menjalankan tugasnya para pelaku bisnis harus mempertahankan nama
baik perusahaannya. Pelaku bisnis harus mengelola dan menjalankan bisnis dengan
sebaik mungkin agar kepercayaan konsumen atau pihak lain terhadap perusahaan tetap
ada.

Dengan pengertian lainnya, seseorang atau pelaku bisnis harus memberikan


dorongan terhadap diri sendiri dalam berbisnis untuk memunculkan rasa bangga. Hal ini
biasanya dapat terlihat dari perilaku pembisnis diluar dan didalam perusahaan.

Pada kasus ini PT Hosion tidak menerapkan prinsip integritas moral karena telah
mencorengkan nama baik perusahaan dengan cara memanipulasi pajak perusahaan hanya
dengan tujuan untuk mengurangi jumlah pajak dari pajak yang telah ditentukan. Hal ini
tentu saja sangat merugikan perusahaan.
Bertens (2013) mengemukakan tiga ukuran moralitas dalam bisnis yang
dapat digunakan untuk mengukur sudut pandang moral dan prinsip
integritas moral, yaitu :
i. Hati Nurani
Hati nurani merupakan kata hati yang paling dalam yang hanya dapat diketahui oleh diri
seseorang. Orang lain tidak dapat mengetahui kata hati seseorang sebenarnya kecuali Tuhan
yang maha mengetahui. Perbuatan seseorang atau organisasi dikatakan baik bila dilakukan sesuai
dengan hati nurani. Perbuatan dikatakan buruk, jika hal tersebut dilakukan dilaksanakan
melawan suara hati nurani. Karena menyimpang dari keyakinan terdalam, maka bertindak
melawan hati nurani berarti merusak integritas pribadi. Hati nurani sangat mengendalikan
perilaku seseorang, melakukan sesuatu sesuai perintah hati nurani bukan berlawanan dengan
suara hati nurani. Hati nurani hanya dimiliki oleh manusia. Setiap orang mempunyai hati nurani,
termasuk orang tidak beragama. Bagi orang beragama, hati Bisnisnurani mempunyai arti
khusus. Bila seseorang memutuskan secara moral berdasarkan suara hati nurani, maka
keputusannya dipertanggung jawabkan kepada Tuhannya. Dengan demikian seseorang sadar
secara penuh bahwa keputusannya berada dijalan Tuhan atau sebaliknya.

Pada Kasus ini, Kang Hoke minta penanganan kasus secara adil, yaitu mengaudit
perusahaan secara terbuka menunjukan bahwa ia menerapkan moral hati nurani demi kemajuan
Perusahaan,Sedangkan Pihak Jaksa tidak menerapkan moral Hati nurani karna melaksanakan
Proses tidak sesuai Prosedur yang berlaku, dakwaan yang disampaikan jaksa terkesan dipaksakan
bahkan berani melanggar peraturan perundang-undangan yang melekat dalam dunia usaha

ii. Kaidah Emas


Pengukuran melalui kaidah emas terhadap perilaku baik buruk seseorang lebih mengena
secara moral dan objektif. Prinsip kaidah emas antara lain: Perlakukanlah orang lain
sebagaimana diri sendiri ingin diperlakukan oleh orang lain. Perilaku bisa dianggap secara moral
baik, bila memperlakukan orang sebagaimana diri sendiri ingin diperlakukan. Setiap orang
menginginkan agar dirinya diperlakukan dengan baik, maka sebaiknya yang bersangkutan harus
bisa memperlakukan orang lain dengan cara demikian pula. Dengan demikian dari sisi moral
lebih baik seseorang berlaku baik kepada orang lain.

Pada kasus ini, Pihak Direktur Utama tidak melaporkan keuangan perushaan
dengan benar kepada pihak pajak,bahkan orang dalam perushaan atau Komisaris Utama
Kang Hoke menyebutkan ada indikasi manipulasi Pajak Perushaan yang dilakukan
Dirut. Hasil dari kecurangan pihak dirut pun sampai membuat Anak buah ditjen pajak
tak menanggapi atau menyidik kasus pajak diperushaan tersebut. kecurangan yang dilakukan
oleh mereka dinilai perbuatan yang tidak baik menurut kaidah emas.
iii. Penilaian Umum
Sebuah tindakan bisnis dapat dikatakan etis apabila sebagian besar masyarakat
apakah dari konsumen atau masyarakat bukan konsumen dapat menerima perlakuan
terhadap mereka. Jadi perlakuan pebisnis kepada stakeholder dinilai oleh stakeholder
secara umum. Hal ini adil karena sebagian besar masyarakat memberikan pandangannya
mengenai berbagai hal yang dilakukan oleh para pebisnis apakah termasuk bermoral atau
tidak. Jadi kualitas etika pebisnis ditentukan penilaiannya oleh kelompok lebih besar
yaitu stakeholder.

Pada Kasus ini, Tentu saja masyarakat umum akan menilai bahwa yang dilakukan
direktur utama PT.Hosion Sejati dan pihak kejaksaan yang tidak melaksanakan prosedur
dengan benar adalah perbuatan yang buruk sehingga akan kehilangan integritasnya, disisi
lain proses Hukum sudah di proses di pengadilan bahkan sudah di pemeriksaaan saksi
saksi
Lima prinsip dasar etika untuk Akuntan adalah:
(a) Integritas- bersikap lugas dan jujur dalam semua hubungan profesional dan bisnis.
Untuk memelihara dan meningkatkan kepercayaan publik, setiap anggota harus
memenuhi tanggung jawab profesionalnya dengan integritas setinggi mungkin. Integritas
mengharuskan seorang anggota untuk bersikap jujur dan berterus terang tanpa harus
mengorbankan rahasia penerima jasa. Pelayanan dan kepercayaan publik tidak boleh
dikalahkan oleh keuntungan pribadi. Integritas dapat menerima kesalahan yang tidak
disengaja dan perbedaan pendapat yang jujur, tetapi tidak menerima kecurangan atau
peniadaan prinsip.

Pada kasus ini komisaris utamanya, Kang Hoke Wijaya Telah menunjukan
integritasnya dimana ia meminta penanganan kasus secara adil, yaitu mengaudit
perusahaan secara terbuka. Bahkan ia meminta PPATK agar memeriksa seluruh mutasi
keuangannya di semua rekening PT.Hosion Sejati, Sedangkan dari pihak Ariel Topan
Subagus sebagai Direktur Utama Hosion Sejati malah memalsukan dokumen bahkan
terindikasi Memanipulasi Transaksi dari berbagai perusahaan yang bekerja sama dengan PT
hoison, hal ini sangat bertentangan dengan etika bisnis

(b) Objektivitas - tidak mengompromikan pertimbangan profesional atau bisnis karena


adanya bias, benturan kepentingan, atau pengaruh yang tidak semestinya dari
pihak lain.

Pada Kasus ini, pihak Komisaris yaitu Kang Hoke Wijaya menerapkan objektivitas
karena dapat mendeteksi kecurangan pemalsuan dokumen serta manipulasi yang dilakukan
oleh Direktur Utama Hosion Sejati yaitu Ariel Topan Subagus

(c) Kompetensi dan Kehati-hatian Profesional - untuk:

(i) Mencapai dan mempertahankan pengetahuan dan keahlian profesional


pada level Yang disyaratkan untuk memastikan bahwa klien atau organisasi
tempatnya bekerja memperoleh jasa profesional yang kompeten, berdasarkan
standar profesional dan standar teknis terkini serta ketentuan peraturan
perundang-undangan yang berlaku; dan
(ii) Bertindak sungguh-sungguh dan sesuai dengan standar profesional dan
standar teknis yang berlaku.

(d) Kerahasiaan - menjaga kerahasiaan informasi yang diperoleh dari hasil hubungan
profesional dan bisnis.
Pada Kasus ini, Pihak Dirut merahasiakan soal Pemalsuan akte Perushaan kepada
pihak ke-3 atau Para pemegang saham demi keuntungan Pribadi bahkan hal ini tidak
terdeteksi oleh pihak pajak sekalipun.
(e) Perilaku Profesional - mematuhi peraturan perundang-undangan yang berlaku dan
menghindari perilaku apa pun yang diketahui oleh Akuntan mungkin akan
mendiskreditkan profesi Akuntan.
Pada Kasus ini, Pihak Kang Hoke Wijaya menuntut agar Kasus ini segera
ditindaklanjuti yaitu dengan melakukan pengauditan langsung secara terbuka
dan jujur dan pemeriksaan terhadap perseroan atau perusahaan tersebut sesuai
dengan prosedur Peraturan Perundang-Undangan, termasuk semua rekening
koran pemegang sahamnya karena ini menyangkut kepentingan perusahaan
kepada negara. Sehingga hak-hak negara tak menguap begitu saja. Tentunya
hal ini dilakukan agar bisa diketahui apakah benar ada manipulasi pajak
diperusahaan tersebut atau ada hal yang lain. Juga menindaklanjuti pemalsuan
akte perusahaan yang menempatkan nama Ariel Topan Subagus yang
mengatasnamakan dirinya sebagai Direktur Utama Hosion Sejati.

Anda mungkin juga menyukai