Anda di halaman 1dari 80

ASUHAN KEPERAWATAN PADA LANSIA DENGAN MASALAH

DEMENSIA (GANGGUAN KOGNITIF) DI PANTI KARYA ASIH


LAWANG

KARYA TULIS ILMIAH


(ASUHAN KEPERAWATAN)

KATRINA ZELDA VIANGELLA


NIM. 1401200073

KEMENTERIAN KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA


POLITEKNIK KESEHATAN KEMENKES MALANG
JURUSAN KEPERAWATAN
PROGRAM STUDI DIII KEPERAWATAN LAWANG
2019

i
ASUHAN KEPERAWATAN PADA LANSIA DENGAN MASALAH
DEMENSIA (GANGGUAN KOGNITIF) DI PANTI KARYA ASIH
LAWANG

Karya Tulis Ilmiah ini disusun sebagai salah satu persayaratan menyelesaikan
program pendidikan Diploma III Keperawatan di Program Studi Keperawatan
Lawang Jurusan Keperawatan Politeknik Kesehatan Kemenkes Malang

KATRINA ZELDA VIANGELLA


NIM. 1401200073

KEMENTERIAN KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA


POLITEKNIK KESEHATAN KEMENKES MALANG
JURUSAN KEPERAWATAN
PRODI D-III KEPERAWATAN LAWANG
2019

ii
LEMBAR PESETUJUAN

Karya Tulis Ilmiah dengan judul “Asuhan Keperawatan pada Lansia dengan

Masalah Demensia (gangguan kognitif) di Panti Karya Asih Lawang Malang”

oleh:

Nama : Katrina Zelda Viangella

NIM : 1401200073

Telah diperiksa dan layak untuk diujikan di depan penguji.

Pembimbing

Agus Setyo Utomo, A. M.Kes


NIP. 19730807 200212 1 004

iii
LEMBAR PENGESAHAN

Karya tulis ilmiah dengan judul “Asuhan Keperawatan pada Lansia

dengan Masalah Demensia (gangguan kognitif) di Panti Karya Asih

Lawang Malang” oleh:

Nama : Katrina Zelda Viangella

NIM : 1401200073

Telah dipertahankan di depan penguji pada tanggal

Dewan Penguji

Penguji Ketua Penguji Anggota 1

Nurul Hidayah, S.Kep Ns, M.Kep Agus Setyo Utomo, A. M.Kes


NIP. 19730615 1997 03 2 001 NIP. 19730807 2002 12 1 004

Mengetahui,
Ketua Jurusan Keperawatan
Politekknik Kesehatan Kemenkes Malang

Imam Subekti, S.Kep, M.Kep, Sp.Kom


NIP. 19651205 1989 12 1 001

iv
PERNYATAAN KEASLIAN KARYA TULIS ILMIAH

Saya yang bertanda tangan dibawah ini:

Nama : Katrina Zelda Viangella

NIM : 1401200073

Dengan ini menyatakan bahwa proposal karya tulis ilmiah dengan judul “Asuhan

Keperawatan pada Lansia dengan Masalah Demensia (gangguan kognitif) di Panti

Karya Asih Lawang Malang”

Adalah merupakan hasil karya saya sendiri yang belum pernah

dipublikasikan baik secara keseluruhan maupun sebagian, dalam bentuk jurnal,

working paper atau bentuk lain yang dipublikasikan secara umun. Karya tulis

ilmiah ini sepenuhnya merupakan karya intelektual saya dan seluruh sumber yang

menjadi rujukan dalam karya ilmiah ini telah saya sebutkan sesuai kaidah

akademik yang berlaku umum, termasuk para pihak yang telah memberikan

kontribusi pemikiran pada isi, kecuali yang menyangkut ekpresi kalimat dan

disain penulisan.

Demikian pernyataan ini saya nyatakan secara benar dengan penuh

tanggung jawab dan integritas.

Malang, Januari 2019


Yang menyatakan,

Katrina Zelda Viangella


NIM. 1401200073

v
KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah

melimpahkan rahmat, taufik, dan hidayah-Nya, sehingga penulis dapat menyusun

dan menyelesaikan penulisan Karya Tulis Ilmiah dengan judul “Asuhan

Keperawatan pada Lansia dengan Masalah Demensia (gangguan kognitif) di Panti

Karya Asih Lawang” dengan baik. Karya Tulis Ilmiah ini disusun sebagai salah

satu syarat untuk memenuhi Tugas Akhir dan sebagai salah satu persyaratan

dalam menempuh Ujian Akhir Program di Program Studi Diploma III

Keperawatan Lawang Jurusan Keperawatan Politeknik Kesehatan Kemenkes

Malang.

Dalam penyusunan Karya Tulis Ilmiah ini penulis telah banyak mendapat

bantuan dari berbagai pihak baik secara langsung maupun tidak langsung. Untuk

itu penulis menyampaikan terima kasih kepada :

1. Budi Susatia, S.Kp, M.Kes, selaku Direktur Politeknik Kesehatan

Kemenkes Malang, yang telah memberikan sarana dan prasarana serta

kemudahan penyusunan Karya Tulis Ilmiah ini.

2. Imam Subekti, S.Kp, M.Kep, Sp.Kom selaku Ketua Jurusan Keperawatan

Politeknik Kesahatan Malang yang telah memberikan sarana dan prasarana

serta kemudahan penyusunan Karya Tulis Ilmiah ini.

3. Budiono, S.Kep, M.Kes selaku Ketua Program Studi D-III dan D-IV

Keperawatan Lawang yang telah memberikan sarana dan prasarana serta

kemudahan penyusunan Karya Tulis Ilmiah ini.

vi
4. Ibu Christina Andriani selaku Kepala Panti Karya Asih Lawang yang telah

memberikan sarana dan prasarana dalam penelitian serta kemudahan

penyusunan Karya Tulis Ilmiah ini.

5. Agus Setyo Utomo, A. M.Kes selaku dosen pembimbing yang telah

banyak memberikan motivasi dan bimbingan selama proses penulisan dan

penyusunan Karya Tulis Ilmiah ini.

6. Nurul Hidayah, S.Kep, Ns, M.Kep selaku dosen penguji yang memberikan

arahan dalam penyusunan Karya Tulis Ilmiah ini.

7. Seluruh staf Kampus II Politeknik Kesehatan Kemenkes Malang yang

telah membantu admininstrasi dan peminjaman buku dalam penyusunan

Karya Tulis Ilmiah ini.

8. Papa, Mama, Adik, Kakek, Nenek, Om, Tante, tercinta yang telah

memberi dukungan secara moril dan materiil yang sangat berarti demi

terselesainya Karya Tulis Ilmiah ini.

9. Rekan-rekan dan semua pihak yang telah membantu terselesainya

penulisan Karya Tulis Ilmiah ini.

Penulis menyadari bahwa penyusunan Karya Tulis Ilmiah ini masih

banyak kekurangan dan belum sempurna. Oleh karena itu penulis mengharapkan

kritik dan saran yang bersifat membangun dalam rangka membantu memperbaiki

penyusunan Karya Tulis Ilmiah dan demi kesempurnaan Karya Tulis Ilmiah ini

dan yang akan datang. Penulis berharap semoga Karya Tulis Ilmiah ini dapat

bermanfaat bagi semua pihak yang membutuhkan.

Lawang, Juni 2019

Penulis

vii
ABSTRAK
Viangella, K.,Z., 2019. Asuhan Keperawatan Pada Lansia dengan Masalah
Demensia (Gangguan Kognitif) Di Panti Karya Asih Lawang Kab. Malang. Karya
Tulis Ilmiah, Program Studi DIII Keperawatan Lawang, Jurusan Keperawatan,
Politeknik Kesehatan Kemenkes Malang.
Pembimbing Agus Setyo Utomo, A. M.Kes

Lansia sering mengalami masalah kesehatan salah satunya yaitu demensia. Gejala
yang sering muncul pada penderita demensia adalah penurunan pola berfikir dan
daya ingat. Salah satu terapi untuk mengurangi atau mengatasi masalah kesehatan
pada lansia ini adalah dengan terapi kelompok ataupun braingym. Tujuan
penelitian ini adalah untuk melakukan asuhan keperawatan pada lansia dengan
masalah demensia. Metode penelitian ini adalah deskriptif studi kasus asuhan
keperawatan yang meliputi pengkajian, analisa data, diagnosa keperawatan,
perencanaan, pelaksanaan dan evaluasi. Berdasarkan hasil penelitian setelah
diberikan terapi kelompok maupun braingym skala pola bepikir dan pola daya
ingat pasien meningkat hingga pada skala sedang. Daya ingat dialami pasien tidak
sepenuhnya kembali normal karena faktor dari usia, dimana dengan bertambahnya
usia terjadi penurunan kemampuan untuk berfungsi secara efisien. Oleh karena itu
pendekatan terhadap pasien sangat penting untuk mewujudkan lansia yang
mandiri, sehat, dan produktif untuk mengurangi maupun hingga dapat mengatasi
masalah tersebut. Saran untuk peneliti selanjutnya diharapkan dapat melanjutkan
dan menemukan terapi lain bagi pasien yang mengalami demensia (gangguan
kognitif).
Kata kunci: asuhan keperawatan, lansia, demensia, penurunan pola pikir

viii
ABSTRACT

Viangella, K.Z., 2019. Asuhan Keperawatan Pada Lansia dengan


MasalahDemensia (Gangguan Kognitif) Di Panti karya Asih Lawang Kab.
Malang. Karya Tulis Ilmiah, Program Studi DIII Keperawatan Lawang, Jurusan
Keperawatan,
Pembimbing Agus Setyo Utomo,A.M.Kes

Elderly people often experience health problems, one of which is


dementia.Symptoms that often appear in people with dementia are a decrease in
thinkingProcess and memory. One therapy to reduce or overcome the problems in
the elderlyIs group therapy or braingym. The purpose of this study was to conduct
nursing careFor the elderly with dementia. The menthod of this research is a
descriptive case studyOf nursing care which includes assessment, data anlysis,
nursing diagnoses,Planning, implementation and evalution. Based on the results
of the study, afterBeing given group therapy and braingym, the scale of patient’s
thinking process andMemory increased moderetaly. Memory experoenced by
patients does not FullyNormally function due to factors of age, where the older
the patient, the less theMemory to function efficiently. Therefore, the approach to
patients is very important To realize an independent, healthy and productive
elderly person to reduce or to Overcome the problem. Some suggestions for future
researchers are expected to Continue and find other methods of therapy for
patients with dementia (cognitive impairment).

Keywords: elderly,dementia,decreased thinking process

ix
DAFTAR ISI

SAMPUL DALAM........................................................................................................i
LEMBAR PERSETUJUAN..........................................................................................ii
PERNYATAAN KEASLIAN KARYA TULIS ILMIAH...........................................iii
LEMBAR PENGESAHAN..........................................................................................iv
KATA PENGANTAR...................................................................................................v
ABSTRAK...................................................................................................................vii
ABTRACT...................................................................................................................viii
DAFTAR ISI................................................................................................................ix

BAB 1 PENDAHULUAN............................................................................................1
1.1 Latar Belakang Masalah.................................................................................1
1.2 Rumusan Masalah...........................................................................................4
1.3 Tujuan Penulisan.............................................................................................4
1.3.1 Tujuan Umum........................................................................................4
1.3.2 Tujuan Khusus.......................................................................................4
1.4 Manfaat Penulisan...........................................................................................5
1.4.1 Manfaat teoritis......................................................................................5
1.4.2 Manfaat Praktis......................................................................................5

BAB 2 KAJIAN PUSTAKA........................................................................................6


2.1 Definisi Lanjut Usia........................................................................................6
2.2 Demensia.........................................................................................................7
2.2.1 Definisi Demensia. ................................................................................7
2.2.2 Klasifikasi .............................................................................................7
2.2.2.1 Menurut Kerusakan Struktur Otak..................................................7
2.2.2.1.1 Tipe Alzheimer ........................................................................7
2.2.2.1.2 Demensia Vascular...................................................................9
2.2.2.1.3 Penyakit Lewy body (Lewy body disease) ..............................9
2.2.2.1.4 Demensia Frontotemporal (Frontotemporal dementia) .........10
2.2.2.2 Menurut usia.................................................................................10
2.2.2.2.1 Demensia senilis (usia > 65 tahun) ........................................10
2.2.2.2.2 Demensia prasenilis (usia < 65 tahun) ..................................10
2.2.3 Tanda dan Gejala ................................................................................13
2.2.4 Manifestasi Klinis ...............................................................................13
2.2.5 Patofisiologi.........................................................................................14
2.2.6 Komplikasi...........................................................................................15
2.2.7 Pemeriksaan Penunjang Demensia .....................................................16
2.2.7.1 Pemeriksaan laboratorium rutin ....................................................16
2.2.7.2 Imaging ........................................................................................17
2.2.7.3 Pemeriksaan EEG (Electroencephalogram) ..................................17
2.2.7.4 Pemeriksaan cairan otak ...............................................................17
2.2.7.5 Pemeriksaan neuropsikologis ........................................................17
2.2.8 Penatalaksanaan Medis........................................................................18
2.2.9 Fokus Assessment................................................................................18

x
2.2.10 Diagnosa Keperawatan......................................................................18
2.3 Konsep Kognitif ...........................................................................................21
2.3.1 Definisi ................................................................................................21
2.3.2 Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Fungsi Kognitif .........................22
2.3.3 Penyebab Gangguan Kognitif .............................................................22
2.3.3.1 Faktor Predisposisi.......................................................................22
2.3.3.2 Faktor Presipitasi ..........................................................................23
2.3.4 Penatalaksanaan Gangguan Kognitif ..................................................23
2.3.5 Pemeriksaan Gangguan Kognitif ........................................................24
Tabel 2.1 Pengkajian MMSE...............................................................25
2.4 Konsep Keperawatan ...................................................................................29
Tabel 2.2 Pengkajian KATZ................................................................30
Tabel 2.3 Pengkajian ADL...................................................................33
2.4.1 Pengkajian ...........................................................................................29
2.4.2 Implementasi ......................................................................................37
2.4.3 Evaluasi ...............................................................................................39

BAB 3 METODE PENELITIAN..............................................................................41


3.1 Desain Penelitian..........................................................................................41
3.2 Batasan Istilah (Definisi Operasional)..........................................................41
3.3 Partisipan.......................................................................................................42
3.4 Lokasi dan Waktu Penelitian........................................................................42
3.5 Pengumpulan Data .......................................................................................42
3.6 Uji Keabsahan Data......................................................................................43
3.7 Analisis Data.................................................................................................44
3.8 Etika Penelitian.............................................................................................45

BAB 4 ASUHAN KEPERAWATAN.......................................................................48

BAB 5 PEMBAHASAN.............................................................................................65
5.1 Pengkajian.....................................................................................................65
5.2 Diagnosa Keperawatan.................................................................................66
5.3 Intervensi Keperawatan................................................................................66
5.4 Implementasi Keperawatan...........................................................................67
5.5 Evaluasi Keperawatan...................................................................................67

BAB 6 KESIMPULAN DAN SARAN......................................................................68


6.1 Kesimpulan...................................................................................................68
6.2 Saran.............................................................................................................69

DAFTAR PUSTAKA.................................................................................................71

xi
DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1 : Plan of Action .............................................................................. 51

Lampiran 2 : Lembar Informasi...........................................................................52

Lampiran 3 : Surat Persetujuan (Informed Consent)............................................53

xii
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang Masalah

Lanjut usia (lansia) merupakan tahap akhir perkembangan pada daur

kehidupan manusia. Batasan lanjut usia menurut UU Nomor 13 tahun 1998,

adalah seseorang yang telah mencapai usia 60 tahun ke atas. Lansia dapat

dikategorikan berdasarkan kemampuan mencari nafkah yang dibedakan menjadi

dua jenis, yaitu: lansia potensial jika mampu melakukan pekerjaan atau kegiatan

yang dapat menghasilkan barang atau jasa, dan lansia tidak potensial jika lansia

tidak berdaya mencari nafkah sehingga hidupnya bergantung pada bantuan orang

lain. Secara global populasi lansia terus mengalami peningkatan, di Indonesia

diprediksi meningkat lebih tinggi dari pada populasi lansia di wilayah Asia dan

global setelah tahun 2050. Hasil sensus penduduk tahun 2010, menyatakan bahwa

Indonesia saat ini termasuk ke dalam 5 besar negara dengan jumlah penduduk

lansia terbanyak di dunia.

Penduduk lansia di Indonesia mengalami peningkatan yang cukup berarti

selama 30 tahun terakhir dengan populasi 5,30 juta jiwa (sekitar 4,48%) pada

tahun 1970 dan meningkat menjadi 18,10 juta jiwa pada tahun 2010, di mana

tahun 2014 penduduk lansia berjumlah 20,7 juta jiwa (sekitar 8,2%) dan

diprediksikan jumlah lansia meningkat menjadi 27 juta pada tahun 2020.

Peningkatan populasi lansia menunjukkan bahwa Umur Harapan Hidup (UHH)

lansia juga meningkat. Hal ini di satu sisi merupakan indikator keberhasilan

pencapaian pembangunan nasional terutama di bidang kesehatan, namun disisi

lain dapat menimbulkan permasalahan jika Lansia tidak mendapatkan layanan

1
2

kesejahteraan dengan baik. Di balik keberhasilan ini terselip tantangan yang harus

diwaspadai, yaitu ke depan Indonesia akan menghadapi beban tiga (triple burden)

yaitu meningkatnya angka kelahiran dan beban penyakit (menular dan tidak

menular), juga akan terjadi peningkatan Angka Beban Tanggungan penduduk

kelompok usia produktif (umur 15-64 tahun) terhadap kelompok usia tidak

produktif (usia <15 tahun dan >65 tahun) yang mencerminkan besarnya beban

ekonomi yang harus ditanggung.

Keperawatan adalah suatu bentuk pelayanan profesional yang merupakan

bagian integral dari pelayanan kesehatan yang didasarkan ilmu dan kiat

keperawatan yang mencakup pelayanan bio-psiko-sosio dan spiritual yang

komprehensif serta ditujukan kepada individu, keluarga serta masyarakat baik

yang sakit maupun yang sehat, keperawatan pada dasarnya adalah human science

and human care and caring menyangkut upaya memperlakukan klien secara

manusiawi dan utuh sebagai manusia yang berbeda dari manusia lainnya dan kita

ketahui manusia terdiri dari berbagai sistem yang saling menunjang, di antara

sistem tersebut adalah sistem neurobehavior (Yusuf, 2008).

Demensia adalah sindrom penurunan fungsi intelektual disbanding

sebelumnya yang cukup berat sehingga mengganggu aktivitas social dan

professional yang tercermin dalam aktivitas hidup keseharian, biasanya ditemukan

juga perubahan perilaku dan tidak disebabkan oleh delirium maupun gangguan

psikiatri mayor (Ong dkk, 2015)

Penyebab demensia belum bisa diidentifikasi hingga saat ini. Penelitian

telah menunjukkan bahwa dua jenis perubahan sel otak biasanya terjadi pada

penderita demensia. Perubahan ini termasuk plak (gumpalan protein yang

biasanya tidak berbahaya yang disebut beta-amiloid) dan kusut (serat yang kusut,
3

terdiri dari protein abnormal). Keduanya bisa menyebabkan kematian sel otak.

Namun, penyebab kondisi ini masih belum diketahui hingga saat ini. Selain itu,

demensia bisa terjadi ketika pembuluh darah di otak rusak, baik karena tersumbat

atau pecah, yang menghalangi pasokan darah ke otak. Orang yang mengalami

stroke ringan (berskala kecil atau bersifat sementara) mungkin tidak menyadari

bahwa pembuluh darah dan sel-sel otak mereka sudah rusak, dan memiliki faktor

resiko terkena demensia yang lebih tinggi. Beberapa demensia, seperti yang

disebabkan oleh kurangnya vitamin B12 karena menjadi vegetarian untuk jangka

waktu yang lama, mungkin bisa disembuhkan dengan pengobatan tertentu.

Penderita demensia merasakan degenerasi fungsi kognitif, daya ingat,

kemampuan berpikir dan berbahasa secara bertahap. Pada akhirnya, mereka

mengurus diri sendiri dan sangat tergantung kepada orang lain, hingga hanya bisa

terbaring di tempat tidur. Para penderita demensia mengalami pola masalah dan

kecepatan penurunan kemampuan yang berbeda-beda.

Setelah dilakukan studi pendahuluan di Panti Karya Asih Lawang

dipadatkan jumlah lanjut usia yang tinggal di panti sebanyak 16 orang lanjut usia,

dan 7 diantaranya mengalami demensia dan penurunan fungsi kognitif.

Untuk menangani atau mengurangi penyakit demensia ini perlu dilakukan

asuhan keperawatan secara komprehensif termasuk bisa menggunakan berbagai

terapi. Salah satunya adalah terapi aktifitas kelompok, dengan melibatkan setiap

kegiatan baik sensorik maupun motorik.

Berdasarkan fenomena yang telah di uraikan di atas penulis tertarik melakukan

penelitian dengan judul asuhan keperawatan pada klien lanjut usia dengan

masalah demensia (gangguan kognitif) di Panti Karya Asih Lawang.


4

1.2 Rumusan Masalah

Bagaimanakah asuhan keperawatan pada klien lanjut usia dengan masalah

demensia (gangguan kognitif) di Panti Karya Asih Lawang.

1.3 Tujuan Penulisan

1.3.1 Tujuan Umum

Penelitian ini dilakukan untuk melaksanakan asuhan keperawatan

pada klien lanjut usia dengan masalah demensia (gangguan kognitif) di

Panti Karya Asih Lawang.

1.3.2 Tujuan Khusus

1. Melakukan pengkajian pada klien lanjut usia dengan masalah demensia

(gangguan kognitif) di Panti Karya Asih Lawang.

2. Menetapkan diagnosis pada klien lanjut usia dengan masalah demensia

(gangguan kognitif) di Panti Karya Asih Lawang.

3. Menyusun perencanaan pada klien lanjut usia dengan masalah demensia

(gangguan kognitif) di Panti Karya Asih Lawang.

4. Melaksanakan tindakan keperawatan pada klien lanjut usia dengan

masalah demensia (gangguan kognitif) di Panti Karya Asih Lawang.

5. Mahasiswa mampu melaksanakan implementasi pada Tn. B dengan

Demensia di Panti Karya Asih Lawang.

6. Melakukan evaluasi pada klien lanjut usia dengan masalah demensia

(gangguan kognitif) di Panti Karya Asih Lawang.

1.4 Manfaat Penulisan

1.4.1 Manfaat teoritis


5

Sebagai tambahan referensi dan bahan pustaka bagi Poltekkes Kemenkes

Malang Kampus II Lawang mengenai asuhan keperawatan dengan demensia.

1.4.2 Manfaat Praktis

Untuk memberikan informasi kepada mahasiswa lain dan kepada

masyarakat tentang demensia, sehingga kita semua menyadari akan pentingnya

kesehatan.

1.4.2.1 Bagi Peneliti

Untuk meningkatkan pengalaman, wawasan dan pengetahuan Mahasiswa

dalam memberikan asuhan keperawatan pada klien demensia dengan gangguan

kognitif di Panti Karya Asih Lawang.


BAB 2

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Definisi Lanjut Usia

Lansia (lanjut usia) adalah seseorang yang telah memasuki tahapan akhir dari

fase kehidupan. Kelompok yang dikategorikan lansia ini akan mengalami suatu

proses yang disebut Aging Process atau proses penuaan.(Wahyudi,2008). Menua

adalah suatu keadaan yang terjadi di dalam kehidupan manusia. Proses menua

merupakan proses sepanjang hidup, tidak hanya dimulai dari suatu waktu

tertentu, tetapi dimulai sejak permulaan kehidupan. Menjadi tua merupakan proses

alamiah yang berarti seseorang telah melalui tiga tahap kehidupan yaitu anak,

dewasa dan tua (Nugroho,2006 dalam kholifah, 2016).

Lansia merupakan tahap akhir dari proses penuaan. proses menjadi tua akan

dialami oleh setiap orang. masa tua merupakan masa hidup manusia yang

terahir,dimana pada masa ini seseorang akan mengalami kemunduran fisik,

mental dan social secara bertahap sehingga tidak dapat melakukan tugasnya

sehari hari (tahap penurunan). penuaan merupakan perubahan kumulatif pada

mahluk hidup, termasuk tubuh,jaringan dan sel, yang mengalami penurunan

kapasitas fungsional. pada manusia, penuaan dihubungkan dengan perubahan

degeneratif pada kulit,tulang,jantung, pembuluh darah,paru paru,saraf dan

jaringan tubuh lainya. Dengan kemampuan regeneratif yang terbatas, mereka lebih

rentan terkena berbagai penyakit, sindroma dan kesakitan dibandingkan dengan

orang dewasa lain (Kholifah,2016).

6
7

2.2 Demensia

2.2.1 Definisi Demensia

Demensia adalah penurunan memori yang paling jelas terjadi pada saat

belajar informasi baru, meskipun dalam. pada kasus yang lebih parah memori

tentang informasi yang pernah dipelajari juga mengalami penurun. penurunan

terjadi pada materi verbal dan non verbal. Penuruna ini juga harus didapatkan

Secara objektif dengan mendapatkan informasi dari orang-orang yang sering

Bersamanya, atau pun dari tes neuropsikologi atau pengukuran status kognitif.

(International Classification of Diseases 10 (ICD 10), 2013).

Demensia adalah sindroma klinis yang meliputi hilangnya fungsi

Intelektual dan memori yang sedemikian berat sehingga menyebabkan disfungsi

Hidup sehari- hari. Demensia merupakan keadaan ketika seseorang mengalami

Penurunan daya ingat dan daya pikir lain yang secara nyata menggangu aktivitas

Kehidupan sehari-hari. (Nugroho, 2015).

Jadi, demensia sendiri merupakan penurunan fungsi kognitif seseorang

Yang dapat menyebabkan penurunan daya ingat sehingga dapat mengganggu

Aktivitas sehari-hari,sosial,emosional.

2.2.2 Klasifikasi

2.2.2.1 Menurut Kerusakan Struktur Otak

2.2.2.1.1 Tipe Alzheimer

Alzheimer adalah kondisi dimana sel saraf pada otak mengalami

kematian

Sehingga membuat signal dari otak tidak dapat di transmisikan sebagaimana

Mestinya (Grayson,C. 2013) Penderita Alzheimer mengalami gangguan memori,


8

Kemampuan membuat keputusan dan juga penurunan proses berpikir. Sekitar 50-

60% penderita demensia disebabkan karena penyakit Alzheimer.

Demensia ini ditandai dengan gejala:

1) Penuruna fungsi kognitif

2) Daya ingat terganggu,ditemkanya adanya : afasia, apraksia,agnosia,

Gangguan fungsi eksekutif

3) Tidak mampu mempelajari / mengingat informasi baru

4) Perubahan kepribadian (depresi,obsestive,kecerigaan)

5) Kehilangan inisiatif.

Penyakit Alzheimer dibagi menjadi 3 stadium berdasarkan beratnya

deteorisasi

Intelektual :

a) Stadium I (Amnesia)

1. Berlangsung 2-4 tahun

2. Amnesia menonjol

3. Perubahan emosi ringan

4. Memori jangka panjang baik

5. Keluarga biasanya tidak terganggu

b) Stadium II (bingung)

1. Berlangsung 2-10 tahun

2. Episode psikotik

3. Agresif

4. Salah mengenali keluarga

c) Stadium III (akhir)

1. Setelah 6-12 tahun


9

2. Memori dan intelektual lebih terganggu

3. Membisu dan gangguan berjalan

4. Inkontinesia urin

2.2.2.1.2 Demensia vascular

Demensia tipe vascular disebabkan oleh gangguan sirkulasi darah

di otak dan setiap penyebab atau faktor resiko stroke dapat berakibat

terjadinya demensia. depresi bisa disebabkan karena lesi tertentu di otak

akibat gangguan sirkulasi darah otak, sehingga depresi dapat diduga sebagai

demensia vaskular. (Ong dkk, 2015) Tanda-tanda neurologis fokal seperti :

1. Peningkatan reflek tendon dalam

2. Kelainan gaya berjalan

3. Kelemahan anggota gerak.

2.2.2.1.3 Penyakit Lewy body (Lewy Body disease)

Penyakit Lewy body (Lewy Body disease) ditandai oleh adanya

lewy body Di dalam otak. Lewy body adalah gumpalan gumpalan protein

alpha-synuclein Yang abnormal yang berkembang di dalam sel-sel syaraf.

Abnormalitas ini Terdapat di tempat tempat tertentu di otak, yang

menyebabkan perubahan-perubahan Dalam bergerak, berpikir dan

berkelakuan. Orang yang menderita penyakit lewy body Dapat merasakan

sangat naik-turunya perhatian dan pemikiran. Mereka dapat berlaku hampir

normal dan kemudian menjadi sangat kebingungan dalam waktu yang pendek

saja. Halusinasi visual (melihat hal-hal yang tidak ada) juga merupakan gejala

umum. (Ong dkk, 2015)


10

2.2.2.1.4 Demensia frontotemporal (Frontotemporal dementia)

Demensia front temporal (frontotemporal dementia) menyangkut

kerusakan yang berangsur-angsur pada bagian depan (frontal) dan/atau

temporal dari lobus (cuping) otak. gejalagejalanya sering muncul ketika orang

berusia 50-an, 60- an dan kadang-kadang lebih awal dari itu. ada dua

penampakan utama dari demensia front temporal-frontal (menyangkut

gangguan pada kemampuan berbahasa). (ong dkk, 2015)

2.2.2.2 Menurut usia

Menurut pedoman penggolongan dan diagnosis gangguan jiwa di

indonesia III (PPDGJ III), demensia dapat diklasifikasikan sebagai berikut:

2.2.2.2.1 Demensia senilis (usia<65 tahun)

Demensia senilis merupakan demensia yang muncul setelah umur

65 tahun. biasanya terjadi akibat perubahan dan degenerasi jaringan otak yang

diikuti dengan adanya gambaran deteriorasi mental. (PPDGJ III),

2.2.2.2.2 Demensia prasenilis (usia <65 tahun)

Demensia pre senilis merupakan demensia yang dapat terjadi pada

golongan umur lebih muda (onset dini) yaitu umur 40-59 tahun dan dapat

disebabkan oleh berbagai kondisi medis yang dapat mempengarhi fungsi

jaringan otak (penyakit degeneratif pada sistem saraf pusat, penyebab intra

kranial, penyebab vaskular, gangguan metabolik dan endokrin, gangguan

nutrisi, penyebab trauma, infeksi dan kondisi lain yang berhubungan,

penyebab toksik (keracunan). ( PPDGJ III), Klasifikasi lain yang berdasarkan

korelasi gejala klinik dengan Patologianatomisnya :

a. Anterior : Frontl premotor cortex

Perubahan behavior, kehilangan kontrol,anti sosial,reaksi lambat.


11

b.Posterior : lobus pariental dan temporal

Gangguan kognitif: memori dan bahasa,akan tetapi behaviour relatif baik.

c.Subkortikal:apatis,forgetful,lamban,adanya gangguan gerak.

d.Kortikal : gangguan fungsi luhur;afasia,agnosia,apraksia.

Kriteria derajat demensia :

a. Ringan : walaupun terdapat gangguan berat daya kerja dan aktivitas sosial,

Kapasitas untuk hidup mandiri tetap dengan higiene personal cukup dan

penilaian

Umum yang baik.

b. Berat : Aktivitas kehidupan sehari-hari terganggu sehingga tidak

Berkesinambungan, inkoheren.

Demensia dibagai menjadi beberapa tingkat keparahan yang dapat dinilai

dinilai sebagai berikut :

1. Mild

Tingkat kehilangan memori yang cukup menggangu aktivitas sehari-hari,

meskipun tidak begitu parah, tapi tidak dapat hidup mandiri. Fungsi utama

yang terkena adalah sulit untuk mempelajari hal baru. Penurunan

kemampuan kognitif menyebabkan penurunan kinerja dalam kehidupan

sehari-hari, tetapi tidak pada tingkat ketergantungan individu tersebut

pada orang lain tidak dapat melakukantugas sehari-hari yang lebih rumit

atau kegiatan rekreasi.

2. Moderat

Derajat kehilangan memori merupakan hambatan serius untuk hidup

mandiri. Hanya hal-hal yang sangat penting yang masih dapat diingat.

informasi baru disimpan hanya sesekali dan sangat singkat. Individu tidak
12

dapat mengingat informasi dasar tentang di mana dia tinggal, apa telah

dilakukan belakangan ini, atau nama-nama orang yang akrab penurunan

kemampuan kognitif membuat Individu tidak dapat melakukan

aktivitasnya tanpa bantuan orang lain dalam kehidupan sehari hari,

termasuk belanja dan penanganan kebutuhan sehari-hari dalam rumah,

hanya tugas-tugas sederhana yang dipertahankan kegiatan semakin

terbatas dan keadaan buruk dipertahankan.

3. Severe

Derajat kehilangan memori ditandai oleh ketidakmampuan lengkap untuk

Menyimpan informasi baru. Hanya beberapa informasi yang dipelajari

sebelumnya yang menetap. Individu tersebut gagal untuk mengenali

bahkan kerabat dekatnya. Penurunan kemampuan kognitif lain ditandai

dengan penurunan penilaian dan berpikir, seperti perencanaan dan

pengorganisasian, dan dalam pengolahan informasi secara umum. Tingkat

keparahan penurunan, harus dinilai sebagai berikut penurunan ini

ditandai dengan ada atau tidak adanya pemikiran yang dapat dimengerti.

Hal- hal tersebut tadi ada minimal 6 bulan baru dapat dikatakan demensia.

2.2.3 Tanda dan Gejala

Nugroho (2009) menyatakan jika dilihat secara umum tanda dan

gejala

Demensia adalah :

1. Menurunya daya ingat yang terus terjadi. Pada penderita demensia,

lupa menjadi bagian keseharian yang tidak bisa lepas.

2. Gangguan orientasi waktu dan tempat,misalnya: lupa hari, minggu,

bulan, tahun, tempat penderita demensia berada.


13

3. Penurunan dan ketidakmampuan menyusun kata menjadi kalimat yang

benar, menggunakan kata yang tidak tepat untuk sebuah kondisi,

mengulang kata atau cerita yang sama berkali-kali.

4. Ekspresi yang berlebihan, misalnya menangis berlebihan saat melihat

sebuah Drama televisi,marah besar pada kesalahan kecil yang

dilakukan orang lain, rasa takut dan gugup yang tak beralasan.

penderita demensia kadang tidak mengerti mengapa perasan-perasaan

tersebut muncul.

5. Adanya perubahan perilaku,seperti: acuh tak acuh,menarik diri dan

gelisah

2.2.4 Manifestasi klinis

Demensia merupakan kondisi yang lama-kelamaan

semakinmemburuk. Penuruna fungsi dapat terjadi dalam kurun waktu

yang lama sebelum gejala Demensia muncul dan ditemukan. Berikut

adalah tanda-tanda demensia:

1. Demensia adalah kondisi yang lama-kelamaan semakin

memburuk.penurunan fungsi dapat terjadi dalam kurun waktu

yang lama sebelum gejala demensia muncul dan ditemukan.

berikut adalah tanda-tanda demensia: menurunya daya ingat yang

terus terjadi. pada penderita demensia, “lupa” menjadi bagian

keseharian yang tidak bisa lepas (Hurley, 2012).

2. Gangguan orientasi waktu dan tempat, misalnya:lupa hari,

minggu, bulan, tahun, tempat penderita demensia berada

(Hurley,2012).
14

3. Penurunan dan ketidakmampuan menyusun kata jadi kalimat yang

benar, menggunakan kata yang tidak tepat untuk sebuah kondisi,

mangulang kata atau cerita yang sama berkali-kali (hurley, 2012).

4. Ekspresi yang berlebihan, misalnya menangis yang berlebihan saat

melihat sebuah drama televisi, marah besar pada kesalahan kecil

yang dilakukan orang lain, rasa takut dan gugup yang tak

beralasan. penderita demensia kadang tidak mengerti mengapa

perasaan-perasaan tersebut muncul (hurley,

2012)

5. Adanya perubahan tingkah laku seperti : acuh tak acuh, menarik

diri dan gelisah sampai susah mengatur pola tidur (Hurley,2012).

2.2.5 Patofisiologi

Proses menua tidak dengan sendirinya menyebabkanterjadinya demensia,

penuaan menyebabkan terjadinya perubahan anatomi dan biokimiawi di susunan

saraf pusat yaitu berat otak akan menurun sebanyak sekitar 10% pada penuaan

antara umur 30 sampai 70 tahun, berbagai faktor etiologi yang telah disebutkan di

atas merupakan kondisi-kondisi yang dapat mempengaruhi sel-sel neuron korteks

serebri. Penyakit degeneratif pada otak,gangguan vaskular dan penyakit lainya,

serta gangguan nutrisi, metabolik dan secara langsung maupun tak langsung

dapat menyebabkan sel neuron mengalami kerusakan melalui mekasnisme

iskemi,infark,inflamasi,deposisi protein abnormal sehingga jumlah neuron

menurun dan mengganggu fungsi dari area kortikal ataupun subkortikal. di

samping itu, kadar neurotransmiter di otak yang diperlukan untuk proses konduksi

saraf juga akan berkurang. Hal ini akan menimbulkan gangguan fungsi kognitif

(daya inga, daya pikir dan belajar) gangguan sensorium (perhatian, kesadaran),
15

persepsi, isi pikir, emosi dan mood. fungsi yang mengalami gangguan tergantung

lokasi area yang terkena (kortikal atau subkortikal) atau penyebabnya, karena

manifestasinya dapat berbeda. keadaan patologis dari hal tersebut akan memicu

keadaan konfusio akut demensia (boedhi-darmojo,2009).

2.2.6 Komplikasi

Kushariyadi (2010) menyatakan koplikasi yang sering terjadi pada

demensia adalah :

1. Peningkatan resiko infeksi di seluruh bagian tubuh.

a) Ulkus diabetikus

b) Infeksi saluran kencing

c) Pneumonia

2. Thromboemboli,Infarkmiokardium

3. Kejang

4. Kontraktur sendi

5. Kehilangan kemampuan untuk merawat diri

6. Malnutrisi dan dehidrasi akibat nafsu dan kesulitan mengguanakan

peralatan

Demensia umumnya diklasifikasikan menjadi tiga stadium utama. Stadium

Awal bisa berlangsung sekitar 3 tahun dan stadium menengah bisa berlangsung

Selama 3 tahun.

Gejala dalam stadium menengah meliputi:

1. Respons yang lambat

2. Penurunan kemampuan analitik


16

3. Kehilangan daya ingat yang parah,tidak mampu untuk mengurus diri

sendiri dan tergantung kepada orang lain

4. Mengalami hambatan untuk mempelajari pengetahuan dan ketrampilan

baru

5. Masalah berbahasa

6. Menjadi emosional,mudah marah, dan mengalami masalah kejiwaan

seperti halusinasi atau delusi

7. Berkeliaran di jalan,bingung tentang siang dan malam hari

8. Orang dengan demensia berat bisa saja:

9. Tidak memahami atau berkomunikasi dengan orang lain

10. Tidak bisa mengenali anggota keluarga

11. Tidak bisa melakukan kegiatan biasa sehari-hari,seperti makan dan mandi

12. Kehilangan kendali usus dan kandung kemih

13. Mengalami kesulitan untuk menelan,berjalan,atau bahkan hanya bisa

Terbaring di tempat tidur.

2.2.7 Pemeriksaan Penunjung Demensia

2.2.7.1 Pemeriksaan labotorium rutin

Pemeriksaan labotarium hanya dilakukan begitu diagnosis klinis Demensia

ditegakkan untuk membantu penacarian etiologi demensia khususnya Pada

demensia reversibel, walaupun 50% penyandang demensia adalah demensia

Alzheimer dengan hasil labotarium normal, pemeriksaan labotarium rutin

Sebaiknya dilakukan. Pemeriksaan labotarium yang dilakukan : pemeriksaan

darah lengkap, urinalisis, elektrolit serum, kalsium darah, ureum, fungsi

hati,hormon tiroid,kadar asam folat.


17

2.2.7.2 Imaging

Computed Tomography (CT) scan dan MRI (Magnetic Resonance

Imaging) telah menjadi pemeriksaan rutin dalam pemeriksaan demensia

walaupun hasilnya masih dipertanyakan.

2.2.7.3 Pemeriksaan EEG (Electroencephalogram)

Pada pemeriksaan EEG tidak memberikan gambaran spesifik dan pada

Sebagian besar hasilnya normal. Pada Alzherimer stadium lannjut dapat memberi

Gambaran perlambatan difus dan kompleks periodik.

2.2.7.4 Pemeriksaan cairan otak

Fungsi lumbal diindikasikan bila klinis dijumpai awitan demensia akut,

Penyandang dengan imunosupresan, dijumpai rangsangan meningen dan panas,

Tes sifilis (+), penyengatan meningeal pada CT scan.

2.2.7.5 Pemeriksaan neuropsikologis

Meliputi pemeriksaan status mental, aktivitas sehari-hari/fungsional dan

aspek kognitif lainya. pemeriksaan neuropsikologis penting untuk sebagai

penambahan pemeriksaan demensia, terutama pemeriksaan untuk fungsi kognitif,

minimal yang mencakup atensi,memori,bahasa,kontruksi visuospatial, kalkulasi

dan problem solving. Pemeriksaan neuropsikologi sangat berguna Terutama pada

kasus yang sangat ringan untuk membedakan proses ketuaan atau proses depresi.

(Nugroho, 2013)

Mempertahankan lingkungan yang familiar akan membantu penderita

tetap memiliki orientasi . kalender yang besar, cahaya yang terang, jam dinding

dengan angka yang besar.

3. Terapi Simtomatik (Harrisons,2014).

Pada penderita penyakit demensia dapat diberikan terapi yang bersifat


18

Simtomatik, terapi tersebut meliputi :

a.Diet

b.Latihan fisik yang sesuai

c.Terapi rekreasional dan aktifitas.

d.Penanganan terhadap masalah-masalah

4. pencegahan dan perawatan demensia

Hal yang dapat kita lakukan untuk menurunkan resiko terjadinya demensia

Diantaranya adalah menjaga ketajaman daya ingat dan senatiasa mengoptimalkan

Fungsi otak,seperti (Harrisons,2014):

a. Mencegah masuknya zat-zat yang dapat merusak sel-sel otak seperti

alkohol dan zat adiktif yang berlebihan.

b. Membaca buku yang merangsang otak untuk berpikir hendaknya

dilakukan setiap hari.

c. Melakukan kegiatan yang dapat membuat mental kita sehat dan aktif

seperti kegiatan rohani & memperdalam ilmu agama.

d. Tetap berinteraksi dengan lingkungan, berkumpul dengan teman yang

memiliki persamaan minat atau hobi.

e. Mengurangi stress dalam pekerjaan dan berusaha untuk tetap relaks dalam

kehidupan sehari-hari dapat membuat otak kita tetap sehat.

2.2.9 Fokus Assessment

Fokus assessement pada penderita demensia berupa riwayat keperawatan

Dan pemeriksaan fisik klien. Riwayat keperawatan meliputi status kesehatan masa

Lalu klien yang beresiko terhadap demensia, berupa penyakit-penyakit yang

pernah di derita klien yang bisa menyebabkan demensia seperti : penyakit

degenaratif, penyakit serebrovaskluer, gagal jantung, trauma otak, infeksi


19

(Aids,ensefalitis, sifilis), Hidrosefaulus normontensif, Tumor prmer atau

metastasis,stress mental, heat stroke, whipple disease, diabetes.

Pemeriksaan fisik klien meliputi : ketidakmampuan melakukan tindakan

yang berarti, kerusakan fungsi tubuh, tidak dapat melakukan aktifitas sehari-hari

secara mandiri

2.2.10 Diagnosa Keperawatan

Diagnosa keperawatan adalah keputusan klinik tentang respon individu, keluarga

dan masyarakat tentang masalah kesehatan aktual dan potensial, sebagai dasar

seleksi intervensi keperawatan untuk mencapai tujuan asuhan keperawatan sesuai

dengan kewenangan perawat (Nanda, 2009).

Diagnosa keperawatan pada demensia yang mungkin muncul:

1. Perubahan proses berfikir berhubungan dengan perubahan fisiologis

(degenerasi neuron ireversibel) ditandai dengan hilan ingatan atau memori,

hilang konsentrasi, tidak mampu mengintrepeksikan stimulasi dan menilai

realitas dengan akurat.

2. Perubahan persepsi sensori berhubungan dengan perubahan persepsi,

transmisi atau integrasi sensori (penyakit neurologis, tidak mampu

berkomunikasi, gangguan tidur, nyeri) ditandai dengan cemas, apatis, gelisah,

halusinasi.

3. Perubahan pola tidur berhubungan dengan perubahan lingkungan ditandai

dengan keluhan verbal tentang kesulitan tidur, terus menerus terjaga, tidak

mampu menentukan kebutuhan/waktu tidur.

4. Kurang perawatan dirii berhubungan dengan intoleransi aktivitas kejan.


20

5. Resiko terhadap cedera berhubungan dengan kesulitan keseimbanggan,

kelemahan, otot tidak terkoordinasi, aktifitas kejang.

6. Resiko terhadap perubahan nutrisi lebih dari kebutuhan tubuh berhubungan

dengan mudah lupa, kemunduran hobi, perubahan sensori

2.3 Konsep Kognitif

2.3.1 Definisi

Gangguan kognitif merupakan gangguan dan kondisi yang mempengaruhi

kemampuan berfikir seseorang. Individu dengan masalah seperti itu akan memiliki

kesulitan dengan ingatan, persepsi, dan belajar. Meskipun berbeda dari

pengetahuan yang sebenarnya, kognisi memainkan peran penting dalam

kemampuan seseorang untuk belajar dan akhirnya hidup sehat dan normal

ketidakmampuan mengingat beberapa informasi atau keterampilan sikap aktivitas

mental secara sadar seperti berpikir, mengingat, belajar dan menggunakan bahasa.

Fungsi kognitif juga merupakan kemampuan atensi, memori, pertimbangan,

pemecahan masalah, serta kemampuan eksekutif seperti merencanakan, menilai,

mengawasi, dan melakukan evaluasi (Strub &Black, 2012).

2.3.2 Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Fungsi Kognitif

Faktor-faktor yang mempengaruhi penurunan fungsi kognitif pada lansia

yaitu proses penuaan pada otak dan pertambahan usia. Sebagian besar bagian otak

termasuk lobus frontal mempunyai peranan penting dalam penyimpanan ingatan

di otak (Lucas, 2013). Faktor pertambahan usia yaitu bertambahnya usia

seseorang maka akan semakin banyak terjadi perubahan pada berbagai sistem

dalam tubuh yang cenderung mengarah pada penurunan fungsi. Pada fungsi
21

kognitif terjadi penurunan kemampuan fungsi intelektual, berkurangnya

kemampuan mengakumulasi informasi baru dan mengambil informasi dari

memori (Pranarka,2014).

2.3.3 Penyebab Gangguan Kognitif

2.3.3.1 Faktor Predisposisi

Pada umumnya gangguan kognitif disebabkan oleh gangguan pada fungsi

susunan saraf pusat. Susunan saraf pusat memerlukan untuk nutrisi sebagai

fungsi,jika ada gangguan dalam pengiriman nutrisi maka hal ini akan

mengakibatkan gangguan pada fungsi susunan saraf pusat.salah satu faktor yang

dapat menyebabkan yaitu adalah suatu keadaan penyakit seperti infeksi sistematik,

gangguan peredaran darah, keracunan zat-zat (Namun demikian banyak juga

faktor lain yang menurut beberapa ahli dapat menimbulkan gangguan kognitif,

misalnya kekurangan vitamin, malnutrisi, dan gangguan jiwa fungsional beck,

Rawlins dan Williams, 2014).

2.3.3.2 Faktor Presipitasi

Gangguan kognitif yang berdampak di otak. Hipoksia dapat juga berupa

anemia Hipoksia,Hitoksi Hiposia, Hipoksemia Hipoksia, atau Iskemik Hipoksia.

Semua kondisi ini menimbulkan distribusi aliran nutrisi ke otak berkurang.

Gangguan metabolisme sering menggangu fungsi mental, hipotiroidisme,

hipoglikemia. Racun, virus lain yang menyerang otak mengakibatkan gangguan

pada fungsi otak beck, Rawlins dan Williams, 2014).


22

2.3.4 Penatalaksanaan Gangguan Kognitif

Karena tidak ada penyebab secara yang pasti dari gangguan kognitif dan

gejalanya pun berbeda-beda dari setiap penderitanya, maka tak ada obat

penyembuh utama.

Perawatan yang dilakukan bervariasi dan sering disesuaikan tergantung pada

kondisi dan gejalanya. Pengelolaan masalah kognitif dilakukan oleh penyedia

layanan kesehatan yang berbeda, mulai dari dokter sampai pekerja social (Elias

FM, 2013).

1. Dengan cara terapi, termasuk terapi perilaku dan okupasi untuk

memungkinkan klien tersebut berfungsi senormal dan semandiri mungkin.

2. Obat-obatan seperti penguat suasana hati dan obat yang menghalangi atau

memperkuat neurotransmitter tertentu yang terkait dengan gangguan

tertentu.

3. Penggunaan teknologi untuk meningkatkan penyimpanan informasi dan

ingatan.

4. Dengan Konseling untuk klien maupun keluarganya.

2.3.5 Pemeriksaan Gangguan Kognitif

Ada berbagai cara untuk mnentukan apakah seorang lansia tersebut

mengalami gangguan kognitif atau seberapa berat gangguan kognitif yang

dialaminya, pemeriksaan tersebut antara lain :

1. Cognitive Performance Scale (CPS)

Pemeriksaan Cognitive Performace Scale ini pertama sekali diperkenalkan

pleh Morris pada tahun 1994, dengan 5 bentuk pengukuran. Dimana bentuk-

bentuk pengukuran tersebut meliputi status koma (comatose status),


23

kemampuan dalam membuat keputusan (decision making), kemampuan

memori (short-termmemory), tingkat pengertian (making self understood) dan

makan (eating). Tiap kategori di bagi dalam 7 grup, dimana pada skala nol (0)

dinyatakan intact sampai skala enam (6) dinyatakan sebagai gangguan fungsi

kognitif yang sangat berat (very severe impairmeent). Penelitian yang ada

menunjukan bahwa CPS memberikan penilaian fungsi kognitif yang akurat

dan penuh arti pada populasi dalam suatu institusi (hartmaier dkk.2015). skor

CPS di dasarkan pada :

a) Apakah seseorang itu koma

b) Kemampuannya dalam membuat keputusan

c) Kemampuannya untuk membuat dirinya sendiri mngerti

d) Apakah terdapat gangguan pada short-term memory atau delayed recall

e) Apakah terdapat ketergantungan dalam self performance dalam hal

makan (eating)

2.4 konsep keperawatan

2.4.1 pengkajian

1.aktifitas istirahat

Gejala: merasa lelah

Tanda: siang/malam gelisah,tidak berdaya,gangguan pola tidur,penurunan

minat atau perhatian pada aktivitas yang biasa,hobi,mengikuti acara progam

televisi. Gangguan kterampilan motorik,ketidakmampuan untuk melakukan hal

yang telah biasa yang dilakukannya, gerakan yang sangat bermanfaat. Untuk

menilai ADL digunakan berbagai skala seperti katz index,barthel yang di

modofikasi,dn functional activities questioner (FAQ) (Ediawati,2013).:


24

a) Indeks kemandirian katz

Menurut maryam (2009) dengan menggunakan indeks kemandirian katz yang

berdasarkan pada evaluasi fungsi mandiri atau bergantung dari klien dalam hal

makan, mandi, toileting, kontinen, (BAB/BAK), berpindah ke kamar mandi dan

berpakaian.

Tabel 2.2 Pengkajian KATZ


NO Aktivitas Mandiri Tergantung
1. Mandi
Mandiri
Bantuan hanya pada satu bagian mandi
( seoerti punggung atau ekstremitas
yang tidak mampu ) atau mandi sendiri
sepenuhnya
Tegantung :
Bantuan mandi lebih dari satu bagian
tubuh, bantuan masuk dan keluar dari
bak mandi, serta tidak mandi
2 Berpakaian
Mandiri :
Mengambil baju dari lemari,memakai
pakaian,melepas
pakaian,mengancingi/mengikat pakaian
Tergantung :
Tidak dapat memakai baju sendiri atau
hanya sebagian
25

3. Ke Kamar Kecil
Mandiri :
Masuk dan keluar dari kamar
Kecil kemudian membersihkan
genetalia sendiri
Tergantung : Menerima
bantuan untuk masuk ke kamar
kecil dan menggunakan
pispot,memakai pempers

4. Berpindah
Mandiri :
Berpindah ke dan dari tempat
tidur untuk duduk,bangkit dari
kursi sendiri
Bergantung :
Bantuan dalam naik atau turun
Dari tempat
Tidur atau kursi,tidak
melakukan satu, atau lebih
perpindahan
5. Kontinen
Mandiri :
BAK dan BAB seluruhnya
Dikontrol sendiri
Tergantung
Inkontinesia parsial atau total ;
Penggunakan
kateter,pispot,enama dan
pembalut (pampers)
26

Makanan
Mandiri :
Mengambil makanan
dari piring dan
menyuapinya sendiri
Bergantung :
Bantuan dalam hal
mengambil makanan
dari piring dan
menyuapinya,tidak
makan sama sekali,
dan makanan
parenteral (NGT)
Keterangan :
Beri tanda (v) pada point yang sesuai kondisi klien
b) Barthel ADL (Activitief of Daily Living) Indeks
ADL (Activity of Daily Living) adalah aktivitas pokok bagi perawatan diri. ADL
(Activity of Daily Living) meliputi antara lain ke
toilet,makan,berpakaian,berpindah tempat dan mandi(Ediwati,2013)
27

Tabel 2.3 Pengkajian ADL

No. ADL Nilai Keterangan K.1 K.2


1. Mengontrol BAB 0 Inkontinensia
1 Kadang-kadang
Inkontinensia
2 Kontinensia teratur
2. Mengontrol BAK 0
1
2
3. Membersihkan 0 Butuh pertolongan orang
diri ( lap muka, lain
sisir rambut, sikat
gigi ) 1 Mandiri

4. Toileting 0 Tergantung pertolongan


orang lain
1 Perlu pertolongan pada
Beberapa aktivitas, tetapi
beberapa aktivitas masih
dapat dikerjakan

sendiri
2 Mandiri
5. Makan 0 Tidak mampu
1 Butuh pertolongan orang
lain penuh
2 Bantuan minimal
3 Mandiri
6. Berpindah dari 0 Tidak mampu
kursi ke tempat
tidur 1 Perlu pertolongan untuk
dapat duduk
2 Bantuan minimal 2 orang
28

3 Mandiri

7. Mobilisasi / 0 Tidak mampu


berjalan
1 Menggunakan kursi roda
2 Berjalan dibantu dengan
orang lain
3 Mandiri
8. Berpakaian 0 Tergantung pertolongan
orang
lain
1 Sebagaian dibantu
2 Mandiri
9. Naik turun tangga 0 Tidak mampu
1 Butuh pertolongan
2 Mandiri
10. Mandi 0 Tergantung pertolongan
orang lain
1 Mandiri
TOTAL

Nilai ADL : 20 : Mandiri

12 – 19 : Ketergantungan ringan

9 – 11 : Ketergantungan sdang

5 – 8 : Ketergantungan berat

0 – 4 : Ketergantungan total
29

2. Sirkulasi

Gejala : Riwayat penyakit vaskuler srbral/sistemik. hiprtensi, episod

emboli ( merupakan faktor predisposisi ).

3. Integritas ego

Gejala : Curiga atau takut terhadap situasi/orang khayalan, ksalahan persepsi

terhadap lingkungan, ksalahan identifikasi teerhadap objek dan orang, Penimbun

objek ; meyakini bahwa objek yang salah penempatan nya telah di curi.kehilangan

multiple, perubahan citra tubuh dab harga diri yang dirasakan.

Tanda : menyembunyikan ketidakmampuan (banyak alasan tidak mampu

untuk melakukan kewajiban,mungkin juga tangan membuka buku namun lupa

membaca nya), duduk dan menonton yang lain ,aktivitas pertama mungkin

menumpuk benda tidak bergerak dan emosi stabil, gerakan berulang (melipat

membuka lipatan melipat kembali kain), menyembunyikan barang, atau berjalan-

jalan.

1. Eliminasi

Gejala: dorongan berkemih

Tanda: inkontinensia urine/fases,cenderung konstipasi/imfaksi dengan diare.

2. Hygene

Gejala: perlu bantuan/tergantung orang lain

Tanda: tidak mampu mempertahankan penampilan,kebiasaan personal yang

kurang,kebiasaan pembersihan buruk,lupa untuk pergi ke kamar mandi,lupa

langkah-langkah untuk buang air,tidak dapat menemukan kamar mandi dan

kurang berminat pada atau lupa pada waktu makan : tergantung pada orang lain

untuk memasak makanan dan menyiapkannya dimeja,makan,menggunakan alat

makan.
30

3. Neurosensori

Gejala: pengingkaran terhadap gejala yang ada terutama perubahan kognitif,dan

atau gambaran yang kabur, keluhan hipokondria tentang kelelahan,pusing atau

kadang-kadang sakit kepala. Adanya keluhan dalam kemampuan

kognitif,mengambil keputusan,mengingat yang berlalu,penurunan tingkah laku

(diobservasi oleh orang terdekat). Kehilangan sensasi propriosepsi (posisi tubuh

atau bagian tubuh dalam ruang tertentu). Dan adanya riwayat penyakit serebral

vaskuler/sistemik, emboli atau hipoksia yang berlangsung secara periodik (sebagai

factor predisposisi) serta aktifitas kejang (merupakan akibat sekunder pada

kerusakan otak).

Tanda : kerusakan komunikasi : afasia dan disfasia; kesulitan dalam menemukan

kata-kata yang benar (terutama kata benda); bertanya berulang-ulang atau

percakapan dengan subtansi kata yang tidak memiliki arti; terpenggal-penggal,

atau bicaranya tidak terdengar. Kehilangan kemampuan untuk membaca dan

menulis bertahap (kehilangan keterampilan monorik halus).

4. Kenyamanan

Gejala : adanya riwayat trauma kepala yang serius (mungkin menjadi factor

predisposisi atau factor aklerasinya), trauma kecelakaan (jatuh,luka bakar dan

sebagainya).

Tanda : Ekimosis,lesarasi dan rasa bermusuhan/menyerang orang lain.

5. Interaksi sosial

Gejala : merasa kehilangan kekuatan. Faktor psikosial sebelumnya; pengaruh

personal dan individu yang muncul mengubah pola tingkah laku yang

muncul.Tanda : kehilangan control sosial, perilaku tidak tepat.


31

2.4.2 Implementasi

Implementasi adalah tahap ke empat dalam tahap proses keperawatan

dalam melaksanakan tindakan perawatan sesuai dengan rencana (Hidayat, 2013).

Implementasi merupakan tahap keempat dari proses dokumentasi keperawatan

yang dimulai setelah perawat menyusun rencana keperawatan. Dengan rencana

keperawatan yang diberikan dibuat brdasarkan diagnosa yang tepat,intrvensi

diharapkan dapat mencapai tujuan yang di harapkan untuk meningkatkan status

kesehatan. Implementasi meliputi klien,perawat dan staf lain nya yang akan

melaksanakan rencana keperawatan . komponen lain dari proses

keperawatan,seperti pengkajian dan perencanaan berlanjut selama komponen

ini .didalam konsep konsep asuhan keperawatan ini klin melakukan intervensi

atau perncanaan yang sudah di susun kepada para klien lansia seperti mlakukan

terapi aktivitas dan lain-lain.

Menurut Debora tahun 2013 implementasi merupakan suatu tahapan

keempat dari proses kperawatan .tahap ini muncul jika perencanaan yang di buat

diaplikasikan pada klien.tindakan yang dilakukan mungkin sama,mungkin juga

berbeda dengan urutan yang telah dibuat pada perencanaan.aplikasi yang

dilakukan pada klien akan berbda ,disesuaikan dengan kondisi klien saat itu dan

kbutuhan yang paling dirasakan oleh klien.implmentasi keperawatan

membutuhkan flksibelitas dan kratifitas perawat. Sebelum melakukan suatu

tindakan ,perawat harus mengetahui alasan mengapa tindakan trsebut dilakukan.

Perawat harus yakin bahwa:

1. Tindakan kprawatan yang dilakukan ssuai dengan tindakan yang sudah di

rncanakan.

2. Dilakukan dengan cara yang tepat,aman,serta sesuai dengan kondisi klien.


32

3. Selalu di evaluasi apakah sudah efektif.

4. Aktivitas yang dilakukan pada tahap implementasi

Jenis-jenis Implementasi

Menurut Asmadi (2013) dalam meelakukan implementasi keperawatan

terdapat tiga jenis implementasi keperawatan, yaitu :

1. Independent implementations adalah salah satu tindakan yang dilkakukan

secara mandiri oleh perawat tanpa petunjuk dari tenaga kesehatan lainnya.

Independent implementations ini bertujuan untuk membantu klien dalam

mengatasi masalahnya sesuai dengan kebutuhan klien itu sendiri, seperti contoh :

mmbantu klien dalam memenuhi activity daily living (ADL), memberikan

perawatan diri,menciptakan lingkungan yang aman,nyaman dan bersih untuk

klien,memberikan dorongan motivasi, membantu dalam pemenuhan psiko-sosio-

spiritual klien, membuat dokumentasi,dan lain-lain

2. Interdependent/collaborative adalah tindakan perawat yang dilakukan

berdasarkan kerjasama dengan tim kesehatan yang lain. Contohnya dalam

pemberian obat,harus berkolaborasi dengan dokter dan apoteker untuk dosis,

waktu, jeneis obat, ketepatan cara, ketepatan klien,efek samping dan respon klien

setelah di berikan obat.

3. Dependen implementations adalah pelaksanaan rencana tindakan

medis/instruksi dari tenaga medis seperti ahli gizi,psikolog,psikoterapi,dan lain-

lain dalam hal memberikan nutrisi kepda klien sesuai dengan diet yang telah di

buat oleh ahli gizi dan latihan fisik sesuai dengan anjuran bagian fisioterapi.
33

2.4.3 Evaluasi

Evaluasi merupakan langkah proses yang memungkinkan peerawat untuk

menentukan apakah intervensi keperawatan telah berhasil meningkatkan kondisi

Klien atau tidak. Kriteria proses yaitu menilai pelaksanaan proses keperawatan

sesuai situasi. Kondisi dan kebutuhan klien.Evaluasi proses harus dilaksanakan

untuk membantu keefektifan terhadap tindakan. Kriteria kebrhasilan yaitu menilai

hasil asuhan keperawatan yang ditunjukan dengan perubahan tingkah lakuklien.

Disini penelitian melakukan evaluasi apakah intervensi yang telah dilakukan

sudah berhasil dalam meningkatkan memori klien, mengurangi defisit perawatan

diri klien, membantu klien dalam keefektifan koping dan mencegah resiko jatuh

pada klien.

Evaluasi adalah tahap kelima dari proses keperawatan.pada tahap ini

perawat membandingkan hasil tindakan yang telah dilakukan dengan kriteria hasil

yang sudah di tetapkan serta menialai apakah masalah yang terjadi sudah teratasi

seluruhnya, hanya sebagian, atau bahkan belum teratasi semuanya. Evaluasi

adalah proses yang bekelanjutan yaitu suatu proses yang digunakan mengukur

dan mmonitor kondisi klien untuk mengetahui kesesuaian tindakan

keperawatan,perbaikan tindakan keperawatan ,kebutuhan klien sast ini,perlunya di

rujuk pada tempat kesaehatan lainnya dan apakah perlu menyusun ulang prioritas

diagnosis supaya kebutuhan klien bisa terpenuhi (Debora,2011).


BAB III

METODE PENELITIAN

3.1 Desain Penelitian

Desain penelitian merupakan bentuk rancangan yang digunakan dalam

prosedur penelitian (Hidayat,2008:25). Di dalam penelitian ini peneliti

menggunakan desain penelitian studi kasus dengan pendekatan asuhan

keperawatan yaitu penelitian dengan cara mengumpulkan data yang dimulai dari

pengkajian, menentukan diagnosis, melakukan perencanaan, melaksanakan

tindakan dan melakukan evaluasi kepada pasien demensia. Adapun jenis

penelitian ini adalah penelitian studi kasus dengan pendekatan asuhan

keperawatan dengan tujuan untuk mengeksplorasi masalah asuhan keperawatan

pada lansia dengan demensia di Panti Karya Asih Lawang. Pendekatan asuhan

keperawatan meliputi pengkajian, penentuan diagnosa, perencanaan asuhan

keperawatan, melakukan tindakan dan melakukan evaluasi.

3.2 Batasan Istilah (Definisi Operasional)

Studi kasus dengan menggunakan asuhan keperawatan adalah rangkaian

proses keperawatan pada individu yang mengalami gangguan dengan melalui

pengkajian, menetapkan diagnosa, menyusun perencanaan, melakukan

implementasi (tindakan keperawatan) serta melakukan evaluasi pada klien.

Penerapan studi kasus dengan asuhan keperawatan dilakukan pada lanjut usia

yaitu klien dengan usia diatas 60 tahun dengan demensia (gangguan kognitif).

Demensia adalah gangguan kognitif yang diakibatkan oleh penurunan fungsi otak

yang bisa mengganggu aktivitas sehari-hari.

34
35

3.3 Partisipan

Penelitian asuhan keperawatan ini diberikan pada 1 (satu) orang klien

dengan demensia (gangguan kognitif). Peneliti tidak membatasi umur dan tidak

menentukan jenis kelamin klien yang akan diteliti, serta peneliti tidak melakukan

asuhan keperawatan dengan cara memaksa klien.

3.4 Lokasi dan Waktu Penelitian

Penelitian studi kasus asuhan keperawatan ini dilakukan di Panti Karya

Asih Lawang selama 2 minggu pada bulan Desember 2018 sampai Januari 2019

3.5 Pengumpulan Data

Pengumpulan data adalah kegiatan penelitian dengan cara mengumpulkan

data untuk memperkuat hasil dari sebuah penelitian. Pengumpulan data dilakukan

selama 2 (dua) minggu pada pagi hari kecuali hari minggu dan hari libur. Peneliti

melakukan pengumpulan data dengan cara:

1. Wawancara

Metode pengumpulan data dengan cara melakukan wawancara

kepada klien secara langsung. Metode ini dapat dilakukan

apabila peneliti ingin mengetahui secara mendalam serta

jumlah pasien yang sedikit (Hidayat, 2008:36).

2. Observasi

Metode pengumpulan data dengan cara melakukan pengamatan

langsung kepada klien, untuk mengetahui apakah ada

perubahan pada pasien. Pengumpulan dengan cara ini

dilakukan dan untuk melihat perilaku manusia, proses kerja,

dan responden kecil (Hidayat, 2008:36).

3. Pemeriksaan fisik
36

Metode pengumpulan data ini dilakukan dnegan cara

pemeriksaan fisik pada klien yang mengalami gangguan untuk

mengetahui apakah ada perubahan pada anggota badan setelah

dilakukan pengkajian.

4. Dokumentasi

Dokumentasi dilakukan setiap hari setelah melakukan asuhan

keperawatan pada pasien dan dilakukan dengan menggunakan

format pengkajian pada lanjut usia.

5. Alat-alat

Peneliti menggunakan format asuhan keperawatan dengan

menggunakan pengkajian. Selain itu peneliti menggukan SOP

untuk melakukan tindakan seperti SOP life review, SOP brain

gym, stimulasi kognitif dengan menggunakan media kertas,

buku gambar, spidol atau alat tulis serta dengan menyanyi.

3.6 Uji Keabsahan Data

Uji keabsahan data bertujuan untuk menguji data yang telah

dikumpulkan sudah merupakan data yang valid dan aktual atau belum. Pada

penelitian ini dilakukan uji keabsahan data apabila :

1. Memperpanjang waktu asuhan keperawatan jika dalam 2 minggu

tidak ada perubahan pada klien.

2. Memvalidasikan data yang telah diperoleh dari pasien kepada orang

lain yang lebih mengerti.


37

3.7 Analisis Data

Analisa data dilakukan sejak peneliti melakukan penelitian. Dilakukan

mulai awal pengkajian dan dilakukan pendokumentasian pada setiap hari untuk

mengetahui perkembangan dari pasien. Teknik analisis data yang dipakai oleh

peneliti adalah dengan cara pengumpulan data dengan wawancara dan observasi

pada klien. Urutan dari analisis data adalah :

1. Pengumpulan data

Data dikumpulkan dari wawancara, observasi, pemeriksaan fisik,

serta pendokumentasian. Hasil ditulis dalam buku catatan

terstruktur. Pengumpulan data diperoleh dengan cara melakukan

pengkajian setelah itu menetapkan diagnosis keperawatan yang

muncul, melakukan perencanaan untuk mengatasi masalah yang

muncul, melakukan tindakan serta melakukan evaluasi disetiap

tindakan.

2. Mengolah Data

Data-data yang sudah terkumpul kemudian diklasifikasikan

menjadi data subjektif dan data objektif berdasarkan data yang

diperoleh dilapangan. Data subjektif yaitu data yang diperoleh

dari pernyataan klien dan petugas di Panti, sedangkan data

objektif didapat dari observasi kepada klien kemudian

dibandingkan antara klien yang satu dengan klien yang satunya.

3. Penyajian Data

Penyajian data dilakukan dengan cara penggunaan tabel, gambar

dan bentuk naratif. Nama klien berupa inisial untuk menjaga

privasi dari klien


38

4. Kesimpulan

Dari data yang telah disampaikan, kemudian di bandingkan data

yang satu dengan data yang lainnya.

3.8 Etika Penelitian

Menurut Hidayat (2008:39), masalah etika penelitian keperwatan

merupakan masalah yang sangat penting dalam penelitian, mengingat penelitian

keperawatan berhubungan langsung dengan manusia, maka segi penelitian harus

diperhatikan. Masalah etika yang harus diperhatikan antara lain sebagai berikut :

1. Justice (keadilan)

Justice atau keadilan adalah prinsip yang terkandung dalam bioetik.

Justice adalah suatu prinsip dimana seorang tenaga kesehatan wajib memberikan

perlakuan yang adil untuk semua pasiennya

2. Beneficience (Bermanfaat untuk orang lain)

Beneficence adalah prinsip bioetik dimana tenaga kesehatan melakukan

suatu tindakan untuk kepentingan pasiennya dalam usaha untuk membantu

mencegah atau menghilangkan bahaya atau hanya sekedar mengobati masalah-

masalah sederhana yang dialami pasien.

3. Autonomy

Dalam prinsip ini, tenaga kesehatan wajib menghormati martabat dan hak

manusia, terutama hak untuk menentukan nasibnya sendiri. Pasien diberi hak

untuk berfikir secara logis dan membuat keputusan sesuai dengan keinginannya

sendiri. Autonomy pasien harus dihormati secara etik, dan di sebagain besar

negara dihormati secara legal. Akan tetapi perlu diperhatikan bahwa dibutuhkan
39

pasien yang dapat berkomunikasi dan pasien yang sudah dewasa untuk dapat

menyetujui atau menolak tindakan medis.

Melalui informed consent, pasien menyetujui suatu tindakan medis secara

tertulis.Informed consent menyaratkan bahwa pasien harus terlebih dahulu

menerima dan memahami informasi yang akurat tentang kondisi mereka, jenis

tindakan medik yang diusulkan, resiko, dan juga manfaat dari tindakan medis

tersebut.
BAB 4

ASUHAN KEPERAWATAN

Pada bab 4 karya tulis ilmiah ini, membahas tentang proses asuhan

keperawatan yang terdiri dari pengkajian, perumusan diagnosa, perencanaan,

implementasi dan evaluasi. Penelitian ini dilakukan di Panti Karya Asih Lawang.

Panti ini dihuni oleh lansia sebanyak 16 orang dan 7 orang diantaranya mengalami

demensia dan penurunan fungsi kognitif.

4.1 Pengkajian

4.1.1Pengumpulan Data

Klien seorang lansia bernama Tn. S berumur 73 tahun yang berasal dari

Surabaya. Klien sudah tinggal di panti selama 7 bulan, waktu kedatangan

pertama di panti tanggal 26 Oktober 2018. Penanggung jawab/orang yang

bisa dihubungi adalah Ny. N yang merupakan adik klien dan tinggal di

Surabaya.

Tn. S mengatakan tidak bisa tidur dan mengeluh hanya ingin pulang

bertemu dengan keluarganya. Saat di tanya klien tidak bisa menjelaskan

pengertian, penyebab, tanda gejala dan pencegahan tentang demensia maupun

penurunan fungsi kognitif (pikun).

Pada tingkat kemandirian dalam kehidupan sehari-hari, diperoleh skore

90 yang berarti klien dapat melakukan aktivitas sehari-hari secara mandiri.

Klien memiliki berat badan 53 kg dan tinggi badan 160 cm dan berdasarkan

pengkajian determinan nutrisi pada lansia diperoleh skore 2 dimana nutrisi

klien baik. Untuk pola eliminasi, klien mengatakan BAB 1 kali sehari dan

65
66

BAK 7-8 kali sehari. Klien juga mengatakan sering BAK dimalam hari

sehingga mengganggu tidurnya.

Tn. S mengatakan mempunyai kebiasaan tidur 2-3 jam sehari dan tidak

pernah tidur siang. Klien mengatakan juga mengeluh sulit untuk memulai

tidur. Hal ini disebabkan karena klien merasa tidak nyaman berada di panti

dan hanya ingin pulang. Klien memiliki masalah pada emosionalnya, hal ini

didapat pada pengkajian masalah emosional dimana terdapat jawaban “ya”

lebih dari satu pada form pengkajian. Pertanyaan yang memiliki jawaban “ya”

yaitu :

Pada tahap 1 :

 Apakah klien mengalami susah tidur?

 Ada masalah atau banyak pikiran ?

Dan pada tahap 2 :

 Keluhan lebih dari 3 bulan atau lebih 1 bulan 1 kali dalam 1 bulan

 Ada masalah atau banyak pikiran

 Menggunakan obat tidur atau penenang atas anjuran dokter

Selanjutnya yaitu pengkajian fungsi intelektual menggunakan SPMSQ,

dimana intepretasi jawaban salah pada angka 0 yang menunjukkan fungsi

intelektual klien utuh. Pada pengkajian kemampuan kognitif menggunakan

MMSE, interpretasi hasil diperoleh skore 20 yang menunjukkan ada

gangguan kognitif sedang pada klien. Klien sudah lansia, pendengaran dan

penglihatan klien masih dalam batas normal. Masalah utama sehubungan

dengan di rawat di panti yaitu klien mengatakan bahwa kedua orang tuanya

sudah meninggal dan adik-adiknya sibuk berkerja dan tidak bisa menemani
67

klien setiap waktu, sehingga klien mengatakan adiknya yang bernama Ny. N

membawanya ke panti. Pola koping klien konstruktif/efektif karena saat di

lakukan wawancara klien mampu berbicara baik, sesekali klien

menghubungkan situasi atau masalah yang sedang dihadapi dengan nilai

keyakinan yang dianutnya, dan klien mengikuti aktivitas yang ada di panti.

Peran saat ini yang dijalankan Tn. S adalah seorang lansia panti yang

beragama Kristen dan tidak ada masalah dengan penampilan perannya

sehubungan dengan sakit. Klien juga cukup mampu berinteraksi dengan orang

lain. Klien memiliki system pendukung yaitu saudara/adik klien yang

bernama Ny. N Dan dari pengkajian fungsi social dengan apgar keluarga

lansia di dapatkan skore 8 yang berarti fungsi social lansia baik.

Pada pengkajian fisik didapatkan data yaitu keadaan umum klien baik,

kesadaran composmentis, suhu tubuh klien 36,3oC, nadi 88 x/menit, tekanan

darah 110/80 mmHg dan RR 18 x/menit. Klien mengatakan tidak sesak dan

tidak batuk, juga tidak terdapat pembesaran vena jugularis. Intergumen klien

dalam batas normal dengan hasil klien tidak mengeluh gatal-gatal, tidak

terdapat edema, kemerahan atau memar. Mulut klien bersih, gusi dalam batas

normal, dan gigi ada yang tanggal atas dan bawah.

Pada abdomen bising usus ada, tidak terdapat nyeri tekan, tidak terdapat

ascites dan tidak teraba massa. Pada neuro sensori, pupil sama dan keduanya

bereaksi terhadap cahaya. Pengkajian keseimbangan di dapatkan skore 21,

dimana resiko jatuh klien sedang.

4.1.2Analisis Data

Pada pengkajian focus yang dilakukan pada tanggal 20 Mei 2019

didapatkan data sebagai berikut :


68

Pada pola istirahat dan tidur di peroleh data subyektif yaitu klien

mengatakan hanya bisa 2-3 jam pada malam hari, klien mengatakan sering

terbangun pada malam hari karena sering buang air kecil, klien mengatakan

saat sudah terbangun pada malam hari klien sulit untuk memulai tidur

kembali, klien mengatakan saat bangun tidur kepalanya terasa sedikit pusing

dan selalu berpikiran hanya ingin cepat pulang. Sedangkan, data obyektifnya

yaitu klien tampak lelah dan tidak bersemangat saat beraktivitas di pagi dan

siang hari, klien terkadang terlihat tertidur di pagi hari saat lansia yang lain

beraktivitas, tanda-tanda vital klien yaitu TD: 110/80, N: 88 x/menit, RR:18

x/menit, S: 36,3oC.

4.2 Perumusan Diagnosa Keperawatan

Berdasarkan pengkajian fokus, diagnose keperawatan yang muncul yaitu :

← Perubahan proses pikir berhubungan dengan perubahan fisiologis (degenerasi

neuron ireversibel).

← Perubahan pola tidur berhubungan dengan perubahan lingkungan ditandai

dengan keluhan verbal tentang kesulitan tidur, terus-menerus terjaga, tidak

mampu menentukan kebutuhan/waktu tidur.

4.3 Rencana Tindakan Keperawatan

Pada penelitian yang dilakukan, rencana tindakan keperawatan disusun

untuk mengatasi masalah/diagnosa keperawatan pada klien, yaitu:

1. Perubahan proses pikir berhubungan dengan perubahan fisiologis

(degenerasi neuron ireversibel)

Tujuan :

Setelah dilakukan asuhan keperawatan selama 3 hari diharapkan klien

mampu mengenali perubahan dalam berpikir dengan


69

Kriteria hasil :

1. Mampu memperlihatkan kemampuan kognitif untuk menjalani

konsekuensi kejadian yang menegangkan terhadap emosi & pikiran

tentang dirinya.

2. Mampu mengembangkan strategi untuk mengatasi anggapan diri

yang negative.

Intervensi :

1. Kembangkan lingkungan yg mendukung & hubungan klien-perawat

yg terapeutik.

Rasional:  Berikan obat sesuai indikasi, Mengurangi kecemasan dan

emosional.

2.      Pertahankan lingkungan yg menyenangkan dan tenang.

Rasional: Kebisingan merupakan sensori berlebihan yg meningkatkan

gangguan neuron.

3. Tatap wajah ketika berbicara dengan klien.

Rasional: Menimbulkan perhatian, terutama pada klien dg gangguan

perceptual.

4. Panggil klien dengan namanya.

Rasional: Nama adalah bentuk identitas diri & menimbulkan pengenalan

terhadap realita &  klien.

5. Gunakan suara yang agak rendah dan berbicara dengan perlahan

pada klien.

Rasional: Meningkatkan pemahaman. Ucapan tinggi & keras

menimbulkan stress yg mencetuskan konfrontasi & respon marah.


70

6. Gunakan kata-kata pendek, kalimat, dan instruksi sederhana(tahap

demi tahap).

Rasional: Seiring perkembangan penyakit, pusat komunikasi dlm otak

terganggu sehingga menghilangkan kemampuan klien dalam respons

penerimaan pesan & percakapan secara keseluruhan.

7. Ciptakan aktivitas sederhana, bermanfaat, dan tidak bersifat

kompetitif sesuai kemampuan klien.

Rasional: Memotivasi klien dalam cara yang menguatkan kegunaannya &

kesenangan diri serta merangsang realita.

8. Evaluasi pola tidur.

Rasional:  Kurang tidur dapat mengganggu proses pikir & kemampuan

koping klien.

2. Perubahan pola tidur berhubungan dengan perubahan lingkungan

ditandai dengan keluhan verbal tentang kesulitan tidur, terus-

menerus terjaga, tidak mampu menentukan kebutuhan/waktu tidur.

Tujuan :

Setelah dilakukan asuhan keperawatan selama 3 hari diharapkan tidur

klien efektif.

Kriteria hasil :

1. Jumlah jam tidur 6-8 jam

2. Pola, kualitas, dan rutinitas tidur meningkat/baik

3. Perasaan segar setelah bangun tidur

4. Terbangun diwaktu yang sesuai

Intervensi :

1. Lakukan bina hubungan saling percaya


71

Rasional : membantu dalam proses asuhan keperawatan

2. Kaji pola, kualitas dan rutinitas tidur

Rasional : untuk mengetahui kebiasaan tidur klien

3. Kaji tanda-tanda vital

Rasional : untuk memberikan data dasar

4. Diskusikan manajeman lingkungan: kenyamanan

Rasional : Kondisi lingkungan yang nyaman memengaruhi

kemampuan seseorang untuk tidur dengan nyaman

5. Diskusikan pengaturan jam tidur

Rasional : Pemberian informasi yang tepat dapat memotivasi dalam

perbaikan kualitas tidur

6. Diskusikan pengaturan posisi tidur

Rasional : Posisi yang tepat dapat membantu menjadi rileks sehingga

membantu untuk tidur

7. Beri edukasi untuk tidak makan dan minum yang dapat menganggu

tidur dan anjurkan buang air kecil sebelum tidur

Rasional : beberapa makanan dan minuman membuat klien sulit tidur

dan untuk membantu dalam kualitas tidur klien

8. Ajarkan teknik relaksasi otot progresif

Rasional : latihan relaksasi otot progresif membantu untuk relaks

sehingga membantu meningkatkan tidur

4.2 Implementasi Keperawatan

Implementasi dilakukan selama 3 hari, dan berikut implementasi yang

dilakukan penulis:
72

1. Perubahan proses pikir berhubungan dengan perubahan fisiologis

(degenerasi neuron ireversibel)

Tanggal 20 Mei 2019, Jam 09.30 WIB

2. Perubahan pola tidur berhubungan dengan perubahan lingkungan

ditandai dengan keluhan verbal tentang kesulitan tidur, terus-

menerus terjaga, tidak mampu menentukan kebutuhan/waktu tidur.

Tanggal 20 Mei 2019, Jam 09.45 WIB

S:

 Klien mengatakan hanya bisa 2-3 jam pada malam hari

 Klien mengatakan sering terbangun pada malam hari karena sering

buang air kecil

 Klien mengatakan saat sudah terbangun pada malam hari klien sulit

untuk memulai tidur kembali

 Klien mengatakan saat bangun tidur kepalanya terasa pusing dan

badan terasa pegal-pegal

O:

 Tanda-tanda vital :

TD : 110/80 N: 88 x/menit S: 36,3 oC, RR: 18 x/menit

 Klien tampak lelah, terlihat lesu

 Klien sesekali terlihat tidur saat lansia yang lain beraktivitas

A:

Masalah pola tidur klien belum teratasi

P:

1. Lakukan bina hubungan saling percaya


73

2. Kaji pola, kualitas dan rutinitas tidur

3. Kaji tanda-tanda vital

4. Diskusikan manajeman lingkungan:kenyamanan

5. Diskusikan pengaturan jam tidur

6. Diskusikan pengaturan posisi tidur

7. Beri edukasi untuk tidak makan dan minum yang dapat

menganggu tidur dan anjurkan buang air kecil sebelum tidur

8. Ajarkan teknik relaksasi otot progresif.

I:

1. Membina hubungan saling percaya

2. Mengkaji pola, kualitas dan rutinitas tidur klien dengan hasil klien

mengatakan hanya bisa kira-kira 2-3 jam pada malam hari, klien

mengatakan sering terbangun pada malam hari karena sering buang

air kecil, klien mengatakan saat sudah terbangun pada malam hari

klien sulit untuk memulai tidur kembali, klien mengatakan saat

bangun tidur kepalanya terasa sedikit pusing

3. Mengkaji tanda-tanda vital dengan hasil TD : 110/80 N: 88 x/menit

S: 36,3OC, RR: 18 x/menit

4. Mendiskusikan pengaturan jam tidur dengan klien dengan hasil

klien mengatakan biasanya tidur kira-kira jam 8 malam dan

terbangun jam 10 malam dan setelah itu klien mengatakan tidak

bisa tidur kembali,

 Klien mengatakan kita-kira hanya bisa 2-3 jam pada malam hari,

klien mengatakan sering terbangun pada malam hari karena sering


74

buang air kecil, klien mengatakan saat sudah terbangun pada

malam hari klien sulit untuk memulai tidur kembali, klien

mengatakan saat bangun tidur kepalanya terasa pusing dan badan

terasa pegal-pegal.

 Klien mengatakan biasanya tidur kira-kira jam 8 malam dan

terbangun jam 10 malam dan setelah itu klien mengatakan tidak

bisa tidur kembali.

 Tanda-tanda vital TD : 110/80 N: 88 x/menit S: 36,3 OC, RR: 18

x/menit

Lanjutkan intervensi 2,3,5,7,8

Tanggal 21 Mei 2019, Jam 11.30 WIB

S:

 Klien masih mengeluhkan hal yang sama yaitu mengatakan

tidurnya masih 2-3 jam setelah itu sulit untuk memulai tidur

kembali

 Klien mengatakan sering terbangun pada malam hari karena sering

buang air kecil

 Klien mengatakan saat bangun tidur kepalanya terasa pusing dan

badan terasa pegal-pegal

O:

 Tanda-tanda vital :

TD : 100/80 N: 88 x/menit S: 35,8oC RR : 18 x/menit

 Klien tampak lelah,


75

 Klien sesekali terlihat tidur saat lansia yang lain beraktivitas

A:

Masalah pola tidur klien belum teratasi

P:

1. Lakukan bina hubungan saling percaya

2. Kaji pola, kualitas dan rutinitas tidur

3. Kaji tanda-tanda vital

4. Diskusikan manajeman lingkungan:kenyamanan

5. Diskusikan pengaturan jam tidur

6. Diskusikan pengaturan posisi tidur

7. Beri edukasi untuk tidak makan dan minum yang dapat menganggu

tidur dan anjurkan buang air kecil sebelum tidur

8. Ajarkan teknik relaksasi otot progresif

I:

1. Mengkaji pola, kualitas dan rutinitas tidur klien dengan hasil

keluhan yang sama dengan klien mengatakan tidurnya masih 2-3

jam pada malam hari, klien mengatakan sering terbangun pada

malam hari karena sering buang air kecil, klien mengatakan saat

sudah terbangun pada malam hari klien sulit untuk memulai tidur

kembali, klien mengatakan saat bangun tidur kepalanya terasa

pusing

2. Mengkaji tanda-tanda vital dengan hasil sebelum dilakukan

relaksasi otot progresif TD : 100/80 N: 88 x/menit S: 35,8 oC RR :

18 x/menit, dan setelah dilakukan relaksasi otot progresif TD :

100/80 N: 88 x/menit S: 36,1oC RR : 18 x/menit


76

3. Mendiskusikan pengaturan jam tidur dengan klien dengan hasil

sama seperti sebulumnya klien mengatakan biasanya kira-kira tidur

jam 8 malam dan terbangun jam 10 malam, klien belum bisa tidur

kira-kira jam 9 atau 10 malam dan terbangun sekitar jam 3 atau

jam 4 pagi.

4. Memberikan eduksi kepada klien untuk tidak makan dan minum

yang dapat menganggu tidur dan menganjurkan buang air kecil

sebelum tidur dengan hasil klien mengatakan akan mengikuti

anjuran yang diberikan

5. Mengajarkan relaksasi otot progresif dengan hasil klien mengikuti

dengan baik yang diajarkan

E:

 Keluhan yang sama dengan klien mengatakan tidurnya masih 2-3

jam pada malam hari, klien mengatakan sering terbangun pada

malam hari karena sering buang air kecil, klien mengatakan saat

sudah terbangun pada malam hari klien sulit untuk memulai tidur

kembali, klien mengatakan saat bangun tidur kepalanya terasa

pusing dan badan terasa pegal-pegal

 Klien belum bisa tidur jam 9 atau 10 malam dan terbangun kira-

kira jam 3 atau jam 4 pagi

 Klien mengikuti dengan baik latihan relaksasi otot progresif yang

diberikan.

 Tanda-tanda vital sebelum dilakukan relaksasi otot progresif TD :

100/80 N: 88 x/menit S: 35,8oC RR : 18 x/menit, dan setelah


77

dilakukan relaksasi otot progresif TD : 100/80 N: 88 x/menit S:

36,1oC RR : 18 x/menit

Lanjutkan intervensi 2,3,4,5,7,8

Tanggal 22 Mei 2019, Jam 10.30

S:

 Klien mengatakan hal yang sama hanya bisa 2-3 jam pada malam

hari

 Klien mengatakan sering terbangun pada malam hari karena sering

buang air kecil

 Klien mengatakan saat sudah terbangun pada malam hari klien sulit

untuk memulai tidur kembali

 Klien mengatakan saat bangun tidur kepalanya terasa pusing

O:

 Tanda-tanda vital :

 TD : 110/80 N: 88 x/menit S: 36,0oC RR : 20 x/menit.

 Klien tampak lelah, sedikit lesu

 Klien sesekali terlihat tidur saat lansia yang lain beraktivitas

A:

Masalah pola tidur klien belum teratasi

P:

1. Lakukan bina hubungan saling percaya

2. Kaji pola, kualitas dan rutinitas tidur

3. Kaji tanda-tanda vital

4. Diskusikan manajeman lingkungan:kenyamanan


78

5. Diskusikan pengaturan jam tidur

6. Diskusikan pengaturan posisi tidur

7. Beri edukasi untuk tidak makan dan minum yang dapat menganggu

tidur dan anjurkan buang air kecil sebelum tidur

8. Ajarkan teknik relaksasi otot progresif

I:

1. Mengkaji pola, kualitas dan rutinitas tidur klien dengan hasil klien

mengatakan kira-kira sudah tidur 3-4 jam pada malam hari, klien

mengatakan terbangun pada malam hari untuk buang air kecil,

klien mengatakan masih sulit untuk tidur kembali saat sudah

terbangun pada malam hari, klien mengatakan saat bangun tidur

kepalanya terasa pusing dan badan terasa pegal-pegal

2. Mendiskusikan pengaturan jam tidur dengan klien dengan hasil

klien mengatakan sudah bisa tidur jam 9 malam tetapi masih

terbangun di jam 12 malam

3. Mengkaji tanda-tanda vital dengan hasil sebelum dilakukan

relaksasi otot progresif TD : 110/80 N: 88 x/menit S: 36,0 oC RR :

20 x/menit, dan sesudah dilakukan relaksasi otot progresif TD :

110/80 N: 88 x/menit S: 36,3oC RR : 18 x/menit

4. Mendiskusikan dengan klien untuk memenajemen lingkungan yang

nyaman untuk tidur seperti mematikan lampu jika tidak bisa tidur

karena cahaya lampu yang menggangu, membersihkan tempat tidur

jika terdapat barang-barang ditempat tidur yang dapat mengganggu

kenyamanan tidur, menutup jendela dan pintu, memakai selimut


79

jika dan pakaian yang hangat jika udara terlalu dingin dengan hasil

klien berdiskusi baik dengan penulis.

5. Memberikan eduksi kepada klien untuk tidak makan dan minum

yang dapat menganggu tidur dan menganjurkan buang air kecil

sebelum tidur dengan hasil klien mengatakan sudah melakukan

anjuran dengan tidak minum sebelum tidur dan buang air kecil

sebelum tidur, tetapi saat malam hari masih terbangun karena untuk

buang air kecil

6. Mengajarkan relaksasi otot progresif dengan hasil klien mengikuti

dengan baik yang diajarkan dan klien sudah mulai hafal gerakan-

gerakan diawal

E:

 Klien dengan hasil klien mengatakan sudah tidur 3 jam pada

malam hari, klien mengatakan terbangun pada malam hari untuk

buang air kecil, klien mengatakan masih sulit untuk tidur kembali

saat sudah terbangun pada malam hari, klien mengatakan saat

bangun tidur kepalanya terasa pusing dan badan terasa pegal-pegal

 Klien mengatakan sudah bisa tidur jam 9 malam tetapi masih

terbangun di jam 12 malam

 Klien berdiskusi baik dengan penulis tentang manajeman

lingkungan sebelum tidur

 Klien mengatakan sudah melakukan anjuran dengan tidak minum

sebelum tidur dan buang air kecil sebelum tidur, tetapi saat malam

hari masih terbangun karena untuk buang air kecil


80

 Klien mengikuti dengan baik latihan relaksasi otot progresif yang

diberikan dan klien sudah mulai hafal gerakan-gerakan diawal

 Tanda-tanda vital sebelum dilakukan relaksasi otot progresif TD :

110/80 N: 88 x/menit S: 36,0oC RR : 20 x/menit, dan sesudah

dilakukan relaksasi otot progresif TD : 110/80 N: 88 x/menit S:

36,3oC RR : 18 x/menit

Lanjutkan intervensi 2,3,4,5,6,,8

4.3 Evaluasi Keperawatan

Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 3 hari, pada masalah

insomnia diperoleh hasil yaitu klien sudah mulai tidur dengan jumlah jam

tidur klien 6 jam, pola tidur klien baik yaitu klien tidur dimalam hari, kualitas

tidur klien baik dengan hasil klien mengatakan tidurnya nyenyak tetapi masih

terbangun di malam hari untuk buang air kecil dan klien mengatakan sudah

bisa tidur kembali setalah terbangun di malam hari, ritunitas tidur mulai

meningkat, klien mengatakan terbangun di waktu yang sesuai yaitu kurang

lebih jam 3, sehingga kriteria hasil terpenuhi.


BAB 5

PEMBAHASAN

Pada bab 5 ini, penulis akan membahas Asuhan Keperawatan pada Lansia

Tn.S dengan Masalah Demensia ( Gangguan Kognitif ) di Panti Karya Asih

Lawang Kabupaten Malang yang dilakukan pada tanggal 20 Mei – 24 Mei 2019.

Pembahasan dalam proses asuhan keperawatan ini meliputi pengkajian, Diagnosa

keperawatan, intervensi keperawatan, immplementasi keperawatan dan evaluasi

dengan

perbandingan antara teori dan kenyataan.

5.1 Pengkajian Keperawatan

Dalam tahap ini penulis melakukan pengkajian kepada klien. Pengkajian

pada Tn.S tanggal 20 Mei 2019. Data yang diperoleh penulis dari klien, catatan

status klien, dan tim kesehatan ( perawat ruangan ) dengan wawancara langsung,

observasi dan pemeriksaan fisik. Selama melakukan pengkajian berdasarkan

pemeriksaan fisik. Pada pengkajian Tn.S umur 73 tahun Tn.S mengatakan tidak

bisa tidur dan mengeluh hanya ingin pulang bertemu dengan keluarganya. Saat di

tanya klien tidak bisa menjelaskan pengertian, penyebab, tanda gejala dan

pencegahan tentang demensia maupun penurunan fungsi kognitif ( pikun ).Pada

tingkat kemandirian dalam kehidupan sehari-hari, diperoleh skore 90 yang berarti

klien dapat melakukan aktivitas sehari-hari secara mandiri. Klien memiliki berat

badaan 53 kg dan tinggi badan 160 cm dan berdasarkan pengkajian determinan

nutrisi pada lansia diperoleh skore 2 dimana nutrisi klien baik. Untuk pola

eliminasi, klien mengatakan BAB 1 kali sehari dan BAK 7-8 kali sehari. Klien

81
82

juga mengatakan sering BAK dimalam hari sehingga menggangu tidurnya.Tn.S

mengatakan mempunyai kebiasaan tidur 2-3 jam sehari dan tidak pernah tidur

siang. Klien mengatakan juga mengeluh sulit untuk memulai tidur. Hal ini

disebabkan karena klien merasa tidak nyaman berada di panti dan hanya ingin

pulang.

Pada pengkajian fisik didapatkan data yaitu keadaan umum klien

baik,kesadaran composmentis, suhu tubuh klien 36,3˚C, nadi 88 x/menit, tekanan

darah110/80 mmHg dan RR 18 x/menit.

5.2 Diagnosa Keperawatan

Dari hasil pengkajian terhadap Tn.S didapatkan dua Diagnosa keperawatan

yang paling prioritas sebagai berikut :

1. Perubahan proses pikir berhubungan dengan perubahan fisiologis

( degenerasi neuron ireversibel ).

2. Perubahan pola tidur berhubungan dengan perubahan lingkungan ditandai

dengan keluhan verbal tentang kesulitan tidur, terus-menerus terjaga,

tidak

mampu menentukan kebutuhan/waktu tidur.

5.3 Intervensi Keperawatan

Setelah peneliti merumuskan Diagnosa sesuai dengan data focus yang

ditemukan, selanjutnya peneliti menyusun rencana keperawatan dan menetapkan

kriteria hasil. Intervensi keperawatan untuk mengatasi diagnosa diatas, peneliti


83

melakukan terapi review kehidupan, brain gym, latihan kognitif dengan cara

menggambar. Intervensi yang dicantumkan sesuai dengan sumber yang ada.

5.4 Implementasi Keperawatan

Implementasi pada Tn.S dilakukan pada tanggal 20 Mei – 24 Mei 2019.

Peneliti melaksanakan implementasi sesuai intervensi yang telah ditentukan pada

subyek. Implementasi ada yang dimodifikasi dari intervensi yang ada. Ada

hambatan pada saat implementasi yaitu dua hari pertama tidak mau mengikuti

tindakan keperawatan, selain itu subyek biasanya tidak nyambung diajak

bercerita.

5.5 Evaluasi Keperawatan

Setelah diberikan asuhan keperawatan selama lima hari terhadap subyek,

ditemukan perkembangan pada diagnosa gangguan kognitif yaitu Subyek yang

awalnya nilai SPMSQ 7 menjadi 8 dan MMSE yang awalnya 20 menjadi 27.

Subyek mengalami peningkatan yang cukup tinggi karena subyek melatih

kemampuannya dengan mengisi TTS dan membaca Koran. Pada diagnosa ke dua,

yang awalnya masih sering terbangun pada malam hari frekuensinya sudah

berkurang.
84

BAB 6

KESIMPULAN DAN SARAN

6.1 Kesimpulan

1. Pengkajian Keperawatan

Dari hasil pengkajian didapatkan satu subyek berjenis kelamin laki-laki

yang usianya 73 tahun. Mengalami demensia dengan subyek pertama mengalami

demensia sedang ( SPMSQ = 7 dan MMSE = 20 ).

2. Diagnosa Keperawatan

Dari hasil analisa data pada subyek ditemukan diagnosa keperawatan

sebagai berikut:

a. Perubahan proses pikir berhubungan dengan perubahan fisiologis

( degenerasi neuron ireversibel )

b. Perubahan pola tidur berhubungan dengan perubahan lingkungan

ditandai dengan keluhan verbal tentang kesulitan tidur, terus-menerus

terjaga, tidak mampu menentukan kebutuhan/waktu tidur.

3. Intervensi Keperawatan

Intervensi keperawatan untuk mengatasi diagnosa diatas, peneliti

melakukan terapi review kehidupan, brain gym, latihan kognitif dengan

cara menggambar. Intervensi yang dicantumkan sesuai dengan sumber

yang ada.

4. Implementasi Keperawatan

Peneliti melaksanakan implementasi sesuai intervensi yang telah ditentukan

pada subyek. Implementasi ada yang dimodifikasi dari intervensi yang ada. Ada
85

hambatan pada saat implementasi yaitu satu hari pertama tidak mengikuti

tindakan keperawatan, selain itu klien biasanya tidak nyambung diajak berita.

5. Evaluasi Keperawatan

Setelah diberikan asuhan keperawatan selama satu minggu terhadap subyek,

ditemukan perkembangan pada diagnosa gangguan kognitif yaitu Subyek yang

awalnya nilai SPMSQ 7 menjadi 8 dan MMSE yang awalnya 20 menjadi 27.

Subyek mengalami peningkatan yang cukup tinggi karena subyek melatih

kemampuannya dengan membaca koran. Pada diagnosa ke dua, yang awalnya

masih sering terbangun pada malam hari frekuensinya sudah berkurang.

6.2 Saran

Berdasarkan hasil penelitian yang telah di lakukan, di berikan beberapa

saran yang dapat terjadi bahan pertimbangan dan masukan sebagai berikut :

1. Bagi Lahan Penelitian ( Panti Karya Asih Lawang )

Dapat meningkatkan kemampuan lanjut usia dalam hal mengasah

kemampuan kognitif misalnya review kehidupan, senam otak dan stimulasi

kognitif dengan cara menggambar, menulis atau bernyanyi supaya tidak

terjadi demensia semakin berat. Kegiatan mengasah kemampuan kognitif bisa

dilakukan tiga kali dalam satu minggu.

2. Bagi Para Tenaga Kesehatan

Perawatan subyek dengan demensia sangatlah penting. Merawat subyek yang

mengalami gangguan demensia harus sabar dan telaten, maka disarankan jika

tenaga kesehatan yang berkunjung ke subyek yang menderita demensia


86

diharapkan tidak hanya memeriksa kondisi fisik subyek namun juga harus

memeriksa mental subyek.

3. Bagi Peneliti Selanjutnya

Peneliti selanjutnya diharapkan untuk meneliti subyek yang berada di

keluarga karena mungkin akan berbeda penanganannya antara di rawat

keluarga dengan dirawat di panti.


87

DAFTAR PUSTAKA

Alzheimer’s Australia. 2016. What is dimentia ?.

Anam Ong, P. Et al., 2015. Panduan Nasional Praktik Klinik Diagnosis dan

Penatalaksanaan Demensia. In: Jakarta: PERDOSSI

Bulecheck, G, M.2015. Nursing Incomes Classification. America: Elseveir Inc.

Cohen , Hyland , dkk.2012.The utility of mandatory depression screening of

dimentia patients in nursing homes.

Definisi Dan Klarifikasi 2015-2017. Jakarta:EGC

Departemen Kesehatan RI, 1998. Pedoman Penggolongan dan Diagnosis

Gangguan Jiwa di Indonesia (PPDGJ). Edisi III. Dirjen Pelayanan

Medis RI. Jakarta.

DIII keperawatan. Jawa timur : AIPDIKI.

Ediawati, Ek. (2013). Gambaran Tingkat Kemandirian Dalam Activity of

DailyLiving (ADL) Dan Resiko Jatuh Pada Lansia Di Panti Sosial

Tresna Wredha Budi Mulia 01 dan 03 Jakarta Timur.

Skripsi.Universitas Indonesia

Halim, Samuel.,2007. Efek Mozart dan terapimusik dalam dunia kesehatan.

Herdman, T. Heather . 2015. NANDA International Diagnosis Keperawatan

Jurnal e-Clinic (eCl), Volume 3, Nomor 3, September-Desember 2015

Kholifah, S. N. 2016. Keperawatan Gerontik. Pusat pendidikan sumber daya

manusia kesehatan badan pengembangan dan pemberdayaan sumber

daya manusia kesehatan, 10.

Marjolein E. de Vugt. 2013. The impact of early dementia diagnosis and

intervention on informal caregivers.


88

Maryam, R. Siti, dk. (2008). Mengenal Usia Lanjut dan Perawatannya. Jakarta:

Salemba Medika.

Milders , Mc bain , dkk.2013. Cognitive stimulation by caregivers for people with

dimentia.

Moorhed, S.2015.Nursing Outcomes Classification.America: Elsevier Inc.

Pratiwi. 2013. Pola konsumsi pangan, aktivitas fisik, riwayat penyakit, riwayat

demensia keluarga dan kejadian demensia pada lansia di panti

werdha tresna Bogor.

Pratowo, Edy.2015. Panduan penyusunan karya tulis ilmiah : studi kasus program

Staiberg, M. 2010. Risk factors for neuropsychiatric symptoms in

dementia.

Verghese, annweller, dkk, 2014.Motoriccognitive risk syndromemulticountry

Prevalence and dimentia risk.Diakses Februari 2018.

Verghese, Joe . 2014. Motoric cognitive risk syndrome.

Verhey & de vugt. 2013. The impact of early dementia diagnosis and intervention

on informal caregives.

WHO. Definition of an older or elderly person. Available from URL :

http://www.who.int/whosis/ mds/mds _definition


Lampiran 1
PLAN OF ACTION
( September 2018 – Juni 2019 )
Nama : Katrina Zelda V
NIM : 1401200073
No
Kegiatan Penelitian September Oktober November Desember Januari Februari Maret April Mei Juni
.
I Tahap Persiapan 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4
a. Penentuan Judul
b. Mencari Literatur
c. Penyusunan
Proposal
d. Konsultasi
Proposal
e. Perbaikan
Proposal
f. Ujian sidang dan
Revisi
g. Pengurusan Ijin
II Tahap Pelaksanaan
a. Pengambilan Data
b. Pengolahan Data
c. Analisa dan
Pengolahan Data
d. Konsultasi Hasil
III Tahap Evaluasi
a. Perbaikan Hasil
b. Pencatatan dan
Pelaporan Hasil
c. Ujian Sidang KTI
d. Perbaikan Hasil

89
90

Lampiran 2

INFORMASI PENELITIAN

Saya yang bertana tangan dibawah ini adalah mahasiswa Politeknik

Kesehatan Kemenkes Malang Jurusan Keperawatan Program Studi D-III

Keperawatan

Lawang :

Nama : Katrina Zelda Viangella

NIM : 1401200073

Akan memberikan penjelasan terkait penelitian yang akan saya lakukan,

Dengan judul “Asuhan Keperawatan pada Lansia dengan Masalah Demensia

( Gangguan Kognitif ) di Panti Karya Asih Lawang Kab. Malang”. Untuk maksud

diatas, maka kami mohon Bapak / Ibu untuk menjadi responden dalam penelitian

ini. Adapun hal-hal yang perlu Bapak / Ibu ketahui adalah :

1. Tujuan penelitian ini adalah untuk mendapatkan gambaran tentang Asuhan

Keperawatan pada Lansia dengan Masalah Demensia ( Gangguan Kognitif )

di Panti Karya Asih Lawang Kab. Malang.

2. Selama penelitian ini Bapak / Ibu tidak akan mengalami/resiko apapun yang

timbul dari penelitian ini.

3. Identitas Bapak / Ibu akan dirahasiakan sepenuhnya oleh peneliti, dan hanya

data yang Bapak / Ibu isikan yang akan digunakan demi kepentingan

penelitian.

4. Penelitian ini tidak akan memungut biaya sedikitpun kepada Bapak / Ibu.
91

5. Jika kemudian Bapak / Ibu keberatan meneruskan penelitian ini, Bapak / Ibu

boleh menghentikan peran serta dalam penelitian ini.

6. Hal-hal yang belum jelas dapat ditanyakan kepada peneliti

Saksi Peneliti

( ) ( Katrina Zelda Viangella )


92

Lampiran 3

INFORMED CONSENT

Saya yang bertanda tangan di bawah ini :

Nama : ..............................................................................................

Umur : ..............................................................................................

Alamat : .....................................................................................................

Pendidikan : .............................................................................................

Pekerjaan : .....................................................................................................

Setelah mendapatkan keterangan manfaat dan resiko dari penelitian yang akan

dilakukan oleh mahasiswa Katrina Zelda Viangella, NIM 1401200073 dengan

judul “Asuhan Keperawatan pada Lansia dengan Masalah Demensia

( Gangguan Kognitif ) di Panti Karya Asih Lawang Kab. Malang” menyatakan

( bersedia / tidak bersedia )* sebagai pasien dalam Asuhan Keperawatan dengan

catatan bila sewaktu-waktu saya merasa dirugikan dalam bentuk apapun berhak

membatalkan persetujuan ini. Saya percaya dengan apa yang saya informasikan ini

akan dijamin Kerahasiaannya.

Malang, ..........................2019

Peneliti Pasien

Katrina Zelda Viangella


NIM 1401200073
*) Coret yang tidak perlu
i

Anda mungkin juga menyukai