Disusun oleh,
Penyusun
i
DAFTAR ISI
A. Pendahuluan ……………….…………………………………………….. 1
1. Deskripsi Singkat …….……………………………………………….. 1
2. Relevansi ………………..…………………………………………….. 1
3. Petunjuk Belajar ………………………………………………………. 2
B. Inti ……………………………………………………………..………….. 2
1. Capaian Pembelajaran ………………………………..……………….. 2
2. Sub Capaian Pembelajaran ……………………………………………. 2
3. Uraian Materi …………………………………………………………. 2
4. Forum Diskusi ………………………………………………………… 19
C. Penutup …………………………………………………………………… 19
1. Rangkuman ……………………………………………………………. 19
2. Tes Formatif …….…………………………………………………….. 22
Daftar Pustaka ……………………………………………………………….. 25
KEGIATAN BELAJAR 2: Materi Gerbang Logika .………………………. 26
A. Pendahuluan ……………….…………………………………………….. 26
1. Deskripsi Singkat …….……………………………………………….. 26
2. Relevansi ………………..…………………………………………….. 26
3. Petunjuk Belajar ………………………………………………………. 26
B. Inti ……………………………………………………………..………….. 27
1. Capaian Pembelajaran ………………………………..……………….. 27
2. Sub Capaian Pembelajaran ……………………………………………. 27
3. Uraian Materi …………………………………………………………. 28
4. Forum Diskusi ………………………………………………………… 53
C. Penutup …………………………………………………………………… 53
1. Rangkuman ……………………………………………………………. 53
2. Tes Formatif …….…………………………………………………….. 54
Daftar Pustaka ……………………………………………………………….. 57
KEGIATAN BELAJAR 3: Materi Rangkaian Logika Kombinasi ……….… 58
A. Pendahuluan ……………….…………………………………………….. 58
ii
1. Deskripsi Singkat …….……………………………………………….. 58
2. Relevansi ………………..…………………………………………….. 58
3. Petunjuk Belajar ………………………………………………………. 59
B. Inti …………………………………………………………..…………….. 59
1. Capaian Pembelajaran ………………………………..……………….. 59
2. Sub Capaian Pembelajaran ……………………………………………. 59
3. Uraian Materi …………………………………………………………. 59
4. Forum Diskusi ………………………………………………………… 94
C. Penutup …………………………………………………………………… 94
1. Rangkuman ……………………………………………………………. 94
2. Tes Formatif …….…………………………………………………….. 97
Daftar Pustaka ……………………………………………………………….. 100
KEGIATAN BELAJAR 4: Materi Penerapan Rangkaian Digital…………... 101
A. Pendahuluan ……………….…………………………………………….. 101
1. Deskripsi Singkat …….……………………………………………….. 179
2. Relevansi ………………..…………………………………………….. 179
3. Petunjuk Belajar ………………………………………………………. 101
B. Inti …………………………………………………………..…………….. 102
1. Capaian Pembelajaran ……………………………….……………….. 102
2. Sub Capaian Pembelajaran ……………………………………………. 102
3. Uraian Materi …………………………………………………………. 102
4. Forum Diskusi ………………………………………………………… 122
C. Penutup …………………………………………………………………… 122
1. Rangkuman ……………………………………………………………. 122
2. Tes Formatif …….…………………………………………………….. 122
Daftar Pustaka ……………………………………………………………….. 126
Tugas Akhir ………………………………………………………………….. 126
Tes Sumatif ……………………………………………………………………. 126
Kunci Jawaban Tes Formatif KB 1 – 4 ………………………………………. 137
Kunci Jawaban Tes Sumatif ………………………………………………….. 138
iii
DAFTAR GAMBAR
iv
Gambar 3.18. Rangkaian Dekoder 4-Input ........................................................ 93
Gambar 4.1. Penerapan Rangkaian Penghitung Bilangan Biner ....................... 104
Gambar 4.2. Penerapan Rangkaian Representasi BCD ..................................... 105
Gambar 4.3. Skema Rangkaian Timer Menggunakan IC NE555 ...................... 107
Gambar 4.4. Rangkaian Asynchronous BCD Decade Counter dengan
4 buah JK-FF ................................................................................. 109
Gambar 4.5. Timing Diagram Asynchronous BCD Decade Counter ................ 111
Gambar 4.6. Rangkaian Dekoder BCD ke Seven Segment ............................... 112
Gambar 4.7. Skema Rangkaian Seven Segment Common Katoda .................... 113
Gambar 4.8. Rangkaian Stopwatch Digital ........................................................ 114
Gambar 4.9. Penerapan Multiplexer Pada Sistem Audio ................................... 116
Gambar 4.10. Penerapan Demultiplexer pada Komputer .................................. 118
Gambar 4.11. Diagram Alur rangkaian Kalkulator sederhana ........................... 119
Gambar 4.12. Rangkaian Skematik Kalkulator .................................................. 121
v
DAFTAR TABEL
vi
DAR2/Profesional/840/02/2019
MODUL 2
ELEKTRONIKA DIGITAL
KB 1
SISTEM BILANGAN
Disusun oleh:
Ilmiyati Rahmy Jasril, S.Pd., M.Pd.T.
A. Pendahuluan
Elektronika digital merupakan sebuah cabang ilmu elektronika yang
mempelajari tentang pemrosesan sinyal digital atau biasa disebut dengan
sinyal diskrit. Pada sinyal digital, bilangan dapat dinyatakan dalam bentuk
sistem bilangan yang berfungsi untuk melakukan berbagai pengukuran,
operasi penghitungan, pelabelan.
1. Deskripsi Singkat
2. Relevansi
Materi modul ini sangat diperlukan dalam mempelajari sistem digital
dan aplikasinya. Sinyal digital mempunyai dua level tegangan yang
umum digunakan yaitu +3 V dan +5 V, untuk level tinggi dan 0 V ( GND)
untuk level rendah. Tegangan level ini sering digunakan untuk perangkat
digital TTL, pada IC yang terbentuk dari TTL juga menggunakan level
tegangan diatas. Sinyal digital untuk jenis TTL biasanya dibentuk secara
mekanik yaitu dengan menggunakan saklar, melalui pergerakan saklar
putus dan tersambung (SPDT) melahirkan sinyal digital yang disebut
dengan pulsa dengan priode waktu t1, tegangan 0V atau rendah (L) pada
t2 tegangan +5V atau tinggi (H). Materi tentang konversi bilangan sangat
1
diperlukan dalam aplikasi konverter sinyal analog ke digital dan
sebaliknya.
3. Petunjuk Belajar
Bapak/Ibu peserta PPG dapat mempelajari keseluruhan modul ini
dengan cara yang berurutan sesuai dengan sub capaian pembelajaran.
Pada beberapa bagian modul tersedia video yang merupakan bagian dari
materi yang harus dikuasai. Usahakan menguasai materi pada bagian awal
sebelum melangkah ke materi selanjutnya. Pada bagian contoh konversi
bilangan, sebaiknya lakukan latihan mandiri untuk meningkatkan
pemahaman. Jangan memaksakan diri sebelum benar-benar menguasai
bagian demi bagian dalam modul ini, karena masing-masing saling
berkaitan.
B. Inti
1. Capaian Pembelajaran
Peserta menguasai secara mendalam materi rangkaian elektronika digital
dan konversi sistem bilangan biner.
2. Sub Capaian Pembelajaran :
a. Membedakan sistem bilangan biner dengan sistem bilangan lainnya.
b. Menguasai operasi aritmatika bilangan biner.
c. Mengkonversi berbagai sistem bilangan.
d. Menentukan rangkaian pembentuk logika biner..
3. Uraian Materi
a. Sistem Bilangan Elektronika Digital
2
berbagai kegiatan penghitungan tidak dapat dilakukan sebagaimana
mestinya.
Definisi bilangan adalah objek dari matematika yang
bermanfaat untuk mengukur, menghitung, dan pemberian label.
Bilangan dapat dibentuk menjadi sistem bilangan jika terdiri dari
kumpulan atau gabungan berbagai ekspresi bilangan. Maksud
dibentuknya sistem bilangan adalah untuk mengekspresikan cara
penulisan bilangan. Sistem Bilangan adalah suatu cara atau metode
yang digunakan sebagai pengganti besaran suatu item fisik. Setiap
sistem bilangan menggunakan bilangan dasar atau basis tertentu.
Basis atau Radix dari sistem bilangan adalah jumlah total bit atau
jumlah suku angka yang digunakan dalam suatu sistem bilangan.
Contohnya pada sistem bilangan biner, basis dari sistem bilangan
biner adalah 2, yang artinya adalah memiliki 2 suku angka yakni 0
dan 1.
Dalam sistem elektronika digital, pengetahuan sistem
bilangan merupakan pengetahuan dasar yang penting untuk
dipelajari. Rangkaian digital atau perangkat digital semuanya di
desain menggunakan konsep sistem bilangan. Sistem bilangan dalam
elektronika digital dapat digunakan sebagai pengganti informasi
yang akan diolah dalam pemrosesan sampai diperoleh hasil olahan
yang mengandung informasi. Data hasil olahan ini nantinya apakah
akan diproses lebih lanjut atau berhenti sesuai dengan instruksi yang
diberikan. Sama halnya dengan pengolahan data pada sistem
komputer, laptop, handphone, kalkulator digital, dan lain sebagainya.
Perangkat-perangkat tersebut membutuhkan sistem bilangan dengan
basis-basis tertentu untuk dilakukan proses pengolahan data sehingga
menghasilkan suatu informasi. Informasi tersebut akan ditampilkan
pada layar monitor sehingga dapat dilihat oleh pengguna.
Adapun sistem bilangan yang umumnya digunakan dalam
elektronika digital diantaranya adalah sistem bilangan Desimal (basis
3
10), Biner (basis 2), Oktal (basis 8) dan Heksadesimal (basis 16).
Hubungan masing-masing sistem bilangan diperlihatkan pada tabel
1.1. berikut.
Tabel 1.1. Kesetaraan Nilai Sistem Bilangan
Desimal Biner Oktal Heksadesimal
0 0000 0 0
1 0001 1 1
2 0010 2 2
3 0011 3 3
4 0100 4 4
5 0101 5 5
6 0110 6 6
7 0111 7 7
8 1000 10 8
9 1001 11 9
10 1010 12 A
11 1011 13 B
12 1100 14 C
13 1101 15 D
14 1110 16 E
15 1111 17 F
4
berskala internasional menggunakan sistem desimal sebagai
dasar perhitungan.
Contoh :
Bilangan (5346)10 dapat ditulis dengan bentuk dibawah ini.
Penyelesaian :
(5346)10 = (5×103)+(3×102) )+(4×101) )+(6×100)
Pada contoh diatas, angka-angka penyusun bilangan
desimal disebut digit. Bahwa setiap bit pada bilangan desimal
memiliki bobot yang berbeda-beda sesuai dengan
kedudukannya. Digit yang menempati posisi paling kiri yakni 5
memiliki bobot terbesar, dalam hal ini bobotnya 103 sehingga
memiliki nilai 5000. Oleh karena memiliki bobot terbesar, maka
digit tersebut dinamakan Most Significant Digit (MSD) yang
berarti digit dengan bobot terbesar. Secara berturut-turut untuk
digit dengan posisi semakin ke kanan bobotnya semakin turun,
digit 3 memiliki bobot 102 sehingga bernilai 300, digit 4
berbobot 101 sehingga nilainya 40, dan digit 6 memiliki bobot
100 bernilai 6. Oleh karena memiliki bobot terkecil, maka digit
paling kanan dinamakan Least Significant Digit (LSD) yang
berarti digit dengan bobot terkecil.
Setelah memahami uraian penjelalasan di atas, maka
hubungan antara digit-digit penyusunnya dengan bobot dapat
disajikan seperti berikut ini.
Contoh 1 :
Bilangan Desimal (5346)10 = 5 x 103 + 3 x 102 + 4 x 101 + 6 x 100
5000 + 300 + 40 + 6
MSD LSD
5
masing-masing dengan pangkat bilangan yang berbasis 10.
Bilangan (1962,2)10 dapat ditulis dengan bentuk;
(1962,2)10 = (1×103)+(9×102) )+(6×101) +(2×100)+(2×10-1)
Berdasarkan contoh tersebut, hubungan bit-bit
penyusunnya dengan bobotnya pada bilangan desimal
(1962,2)10 dapat disajikan seperti berikut ini.
Contoh 2 :
Bilangan Desimal (1962,2)10 = (1 x 103 + 9 x 102 + 6 x 101 + 2 x 100 +
2 x 10-1
1000 + 900 + 60 + 2 + 0,2
MSD LSD
6
Untuk meningkatkan pemahaman sistem bilangan, silahkan cermati
dengan seksama contoh berikut ini.
Contoh 1 :
Bilangan biner( 1101)2 = 1 x 23 + 1 x 22 + 0 x 21 +1 x 20
8 + 4 + 0 + 1
MSB LSB
Jika dihitung dalam desimal bilangan biner (1101)2 = 13
Contoh 2:
Bilangan biner ( 0,101)2 = 1 x 2 -1 + 0 x 2-2 + 1 x 2-3
0,5 + 0 + 0,125
(0,101)2= 0,62510
Hubungan bit susunannya dapat dilihat :
2-1 2-2 2-3 Bobot bilangan biner pecahan
Bilangan biner 0 , 1 0 1
7
Heksadesimal menggunakan angka atau digit 0 sampai 9 (0, 1, 2, 3, 4,
5, 6, 7, 8, 9) dan huruf A sampai F (0, 1, 2, 3, 4, 5, 6, 7, 8, 9, A, B, C,
D, E, F). Huruf A hingga F ekivalen dengan 10 hingga 16. Sistem
bilangan Heksadesimal merupakan gabungan angka dan huruf. Setiap
angka atau bit memiliki bobot 160, 161, 162, 163, 164 dan seterusnya.
Bilangan 7A1C16 dapat ditulis dengan bentuk;
Penyelesaian:
7A1C16 = (7×163)+(10×162)+(1×161)+(2×160) = 3126010
8
1) Desimal ke Biner dan Biner ke Desimal
a. Konversi Desimal ke Biner
Konversi bilangan desimal ke biner dapat dilakukan
dengan kombinasi intuisi dan metode coba-coba (trial and
error). Bilangan desimal yang diketahui dipisah-pisahkan ke
dalam sejumlah bilangan pangkat berbasis 2.
Sebagai contoh : Ubahlah bilangan desimal 2210 menjadi
biner.
Penyelesaian:
2210 nilainya lebih kecil dari 25= (32), maka bit 0 akan
ditempatkan pada kolom tersebut. Tetapi, 22 lebih besar dari 24
(=16), sehingga bit 1 ditempatkan pada kolom tersebut. Sisanya
adalah 22-16 = 6 yang lebih besar dari 22 (=4), sehingga bit 1
ditempatkan pada kolom tersebut, sehingga sisanya adalah 2.
Sisa ini akan menghasilkan bit 1 yang harus dipasang pada
kolom 21 (=2), dan bit 0 ditempatkan pada kolom 20 (=1).
Sehingga bilangan 2210 = 0101102
Cara lain untuk melakukan konversi bilangan desimal ke
biner adalah dengan pembagian. Bilangan desimal yang akan
diubah secara berturut-turut dibagi 2 dengan memperhatikan
sisa pembagian.
Penyelesaian :
22/2 = 11 sisa 0, LSB
11/2 = 5 sisa 1,
5/2 = 2 sisa 1,
2/2 = 1 sisa 0,
1/2 = 0 sisa 1, MSB
Sehingga bilangan desimal 2210 = 0101102
b. Konversi Biner ke Desimal
Konversi biner ke desimal dapat dilakukan seperti contoh berikut
ini.
9
Contoh konversi bilangan biner ke desimal dari 0101102 sebagai
berikut.
Penyelesaian:
0101102 = 0x25 + 1x24 + 0x23 + 1x22 + 1x21 + 0x20
=0 + 16 + 0 + 4 + 2 +0
= 16 + 4 + 2
0101102 = 2210
10
0112 = 38
1012 = 58
0102 = 28
1112 = 78
Jadi, bilangan biner 011101010111 apabila diubah menjadi
bilangan oktal akan diperoleh 35278.
11
Penyelesaian :
00101010010111002 dapat dikelompokkan menjadi 0010 1010
0101 1100.
Sehingga:
00102 = 216, MSB
1010 = A16
0101 = 516
1100 = C16, LSB
Jadi hasil konversi bilangan 00101010010111002 ke
heksadesimal menjadi 2A5C16
Secara lebih ringkasnya konversi bilangan dapat
digambarkan oleh diagram pada gambar 1.1. berikut:
13
maka digunakanlah sistem bilangan BCD untuk memudahkan dalam
mengingat suatu nilai. Pada rangkaian digital dan peralatan-peralatan
digital seperti penampil seven-segment, mikroprosesor, voltmeter dan
jam digital biasanya menggunakan bilangan biner dalam
pengoperasiannya. Akan tetapi manusia saat ini lebih terbiasa dengan
menggunakan sistem bilangan desimal. Manusia sebagai user agar
dapat berkomunikasi atau mengoperasikan suatu rangkaian digital
maupun peralatan-peralatan digital tersebut, memerlukan antarmuka
atau interface antara si user dengan alat. Dikarenakan data yang
diterima interface biasanya berupa bilangan desimal maka rangkaian
digital harus menggunakan kode biner agar dapat lebih mudah untuk
mewakili bilangan desimal tersebut. Ada dua cara
pengkodean/penyandian pada BCD yaitu dengan sandi 8421BCD
2421BCD dapat dilihat pada tabel 1.3. dibawah ini.
Tabel 1.3. Sistem Penyandian BCD
0 0000 0000
1 0001 0001
2 0010 0010
3 0011 0011
4 0100 0100
5 0101 0101
6 0110 0110
7 0111 0111
8 1000 1110
9 1001 1111
14
Contoh :
Menggunakan sandi 8421BCD sebagai berikut:
84310 = 1000 0100 0011 (8421BCD)
Cara lainnya menggunakan (8421BCD) sebagai berikut:
84310 = 1110 0100 0011 (8421BCD)
d. Aritmatika Biner
sama. Pada penjumlahan bilangan biner, jika jumlahnya lebih besar dari
bilangan basisnya (10 untuk desimal, dan 2 untuk biner), maka ada
15
Penyelesaiannya :
11001
11011+
110110 simpan
110100 hasil Penjumlahan
Penyelesaiannya :
1111
0101 -
hasil 1010 (tidak ada yang dipinjam)
16
3. Perkalian Bilangan Biner
0x0=0
0x1=0
1x0=0
1x1=1
Dapat disimpulkan berdasarkan aturan di atas, maka pada sistem
perkalian bilangan biner bahwa setiap angka bernilai 0 jika dikalikan
dengan bilangan bernilai 1 atau 0 maka akan menghasilkan nilai 0.
sebaliknya, jika angka bernilai 1 dikalikan dengan biner bernilai 1 maka
hasilnya akan tetap bilangan bernilai 1.
Contoh :
Hitung hasil perkalian dari bilangan biner 11102 x 11012 =……
Penyelesaiannya :
1110
1101 x
1110
0000
1110
1110 +
hasil perkalian 10110110
17
001111
1001 -
Sisa 110
18
Gambar 1.3. Bentuk Rangkaian Biner Bernilai = 0
4. Forum Diskusi
Temukan suatu persoalan atau penerapan dalam keadaan sehari-
hari yang hanya dapat dinotasikan dengan dua keadaan saja. Tentukan
C. Penutup
1. Rangkuman
Sistem bilangan elektronika digital terdiri dari bilangan desimal,
biner, oktal, dan heksadesimal. Bilangan desimal adalah bilangan dengan
Basis atau Radix 10. bilangan desimal dimulai dari angka 0 sampai 9.
Angka-angka penyusun bilangan desimal disebut digit. Bahwa setiap digit
pada bilangan desimal memiliki bobot yang berbeda-beda sesuai dengan
kedudukannya. Oleh karena memiliki bobot terbesar, maka digit tersebut
dinamakan Most Significant Digit (MSD) yang berarti digit dengan bobot
terbesar. Oleh karena memiliki bobot terkecil, maka digit paling kanan
dinamakan Least Significant Digit (LSD) yang berarti digit dengan bobot
terkecil.
19
Sistem Bilangan Biner atau Binary Numbering Sistem adalah
sistem bilangan memiliki Basis atau Radix 2. Basis atau Radix dari sistem
bilangan biner dibentuk dari angka 0 dan 1. Setiap susunan bilangan biner
disebut bit singkatan dari binary digit. Setiap bit bilangan biner memiliki
bobot yang berbeda-beda. Bit paling kiri memiliki bobot terbesar sehingga
dinamakan Most Significant Bit (MSB). Sedangkan bit yang berada di
posisi sebelah di paling kanan memiliki bobot yang paling kecil dinamakan
Least Significant Bit (LSB). Bilangan biner tersebut berupa angka atau bit
memiliki bobot 2n, n merupakan bilangan bulat positif dan negatif.
Sistem Bilangan Oktal atau Octal Numbering system adalah sistem
bilangan memiliki Basis atau Radix 8. Angka yang digunakan dimulai dari
0 sampai angka 7. Sistem Bilangan Heksadesimal atau Hexadesimal
Numbering Sistem adalah sistem bilangan yang berbasis 16. Sistem
Bilangan Heksadesimal menggunakan angka atau digit 0 hingga 9 dan huruf
A sampai F (0, 1, 2, 3, 4, 5, 6, 7, 8, 9, A, B, C, D, E, F). Huruf A hingga F
ekivalen dengan 10 hingga 16. Sistem bilangan Heksadesimal merupakan
gabungan angka dan huruf.
Bilangan ini dapat dikonversi ke bilangan lainnya. Konversi
bilangan adalah sebuah cara yang digunakan untuk mengubah bentuk
bilangan yang satu ke bentuk bilangan lain dengan memiliki nilai yang
sama. Konversi bilangan desimal ke bilangan biner, oktal dan heksadesimal
berarti mengubah bentuk bilangan desimal menjadi bentuk bilangan biner,
oktal dan heksadesimal yang hasilnya tetap masih memiliki nilai yang sama
serta sebaliknya.
Sistem bilangan BCD adalah sistem pengkodean biner dari angka
desimal dimana setiap satu digit desimal diwakili oleh sejumlah bit yang
terdiri 4 bit. Sistem kode BCD sebenarnya hampir sama dengan sistem
bilangan biner.
Aritmatika bilangan biner memiliki beberapa operasi yang dapat
dilakukan penjumlahan, pembagian, perkalian, dan pembagian. Rangkaian
elektronika digital merupakan sebuah sistem yang dibentuk dari gerbang
20
logika dan bekerja berdasarkan nilai logik biner dengan kode 0 dan 1.
Rangkaian logika biner dapat dibentuk dari sumber tegangan 5V untuk
logika 1 dan tegangan 0V untuk logika 0.
21
2. Tes Formatif
22
5. Perhatikan konversi bilangan berikut ini!
673, 1248 = 110 111 … 001 010 1002
Tentukanlah bit bilangan biner yang tepat untuk mengisi posisi
bilangan yang diberi tanda titik tersebut…
a. 001
b. 101
c. 011
d. 000
e. 010
23
a. 101 dan 110
b. 100 dan 110
c. 110 dan 111
d. 101 dan 100
e. 010 dan 101
9. Hasil pengurangan bilangan BCD dari 1111 1001 0011 dan 0101
0010 0001 adalah………..
a. 0100 1111 01012
b. 1111 0100 00012
c. 0001 0100 11102
d. 0100 0001 01012
e. 1110 1111 11002
10. Hasil penjumlahan bilangan BCD dari 10010010 + 01011000
adalah…
a. 0001 0101 00002
b. 0001 0101 00112
c. 1111 1111 00012
d. 1100 1100 01012
e. 0000 1111 01012
24
Daftar Pustaka
A.Saha dan N. Mana. 2007. Digital Principle and Logic Design. New
Delhi: Infinity Science Press LLC.
Gerson Feoh.2011. Sistem Bilangan dan Konversi Bilangan.(Online).
Diakses 4 September 2019. Bali: STIKOM
Muclas.2005. Rangkaian Digital. Yogyakarta: Gava Media.Tokheim,
Roger L. 2008. Digital Electronics Principles and Applications.
Singapore: McGraw-Hill Education.
Yusron Sugiarto. Elektronika dan Instrumentasi: Elektronika Digital 1 -
Sistem Bilangan. Fppt.com.
25
DAR2/Profesional/840/02/2019
MODUL 2
ELEKTRONIKA DIGITAL
KEGIATAN BELAJAR 2
GERBANG LOGIKA
Disusun oleh:
Drs. Putra Jaya, M.T.
A. Pendahuluan
Elektronika digital merupakan sebuah cabang ilmu elektronika yang
mempelajari tentang pemrosesan sinyal digital atau biasa disebut dengan sinyal
diskrit. Rangkaian elektronika digital dibentuk oleh gerbang logika. Rangkaian
ini berfungsi untuk melakukan operasi logika pada satu atau lebih input dan
menghasilkan ouput tunggal. Keluaran rangkaian elektronika digital
merupakan hasil dari serangkaian operasi logika berdasarkan prinsip aljabar
Boolean.
1. Deskripsi Singkat
Memberikan pengetahuan tentang analisis terhadap keluaran
rangkaian gerbang logika berdasarkan konsep aljabar Boolean, sehingga
diperoleh bentuk rangkaian elektronika digital yang lebih sederhana.
2. Relevansi
Rangkaian elektronika digital tidak bisa dilepaskan dari berbagai tekhnik
elektronika lainnya, sejalan dengan adanya kebutuhan manusia untuk
mendapatkan informasi atau merasakan sesuatu melalui kemajuan
teknologi dibidang elektronika digital. Materi kajian mempunyai relevansi
dengan peralatan elektronika yang berhubungan dengan penerapan
teknologi digital dalam pengolahan sinyal analog. Lahirnya berbagai
macam teknologi digital, telah memberikan kemudahan kepada pengguna
untuk memenuhi kebutuhan kehidupan dalam berbagai bidang.
3. Petunjuk Belajar
a. Pelajari isi modul dengan cermat dan teliti.
b. Pahami setiap materi teori dasar yang akan menunjang dalam
penguasaan dengan cara membaca secara teliti.
26
c. Kerjakan soal-soal untuk mengukur sampai sejauh mana pengetahuan
yang telah dimiliki.
d. Dalam modul ini terdapat 10 buah soal formatif untuk setiap kegiatan
belajar dalam bentuk pilihan berganda dengan lima alternatif jawaban .
e. Pelajari secara teliti sebelum memberikan jawaban,
f. Bila peserta dapat menjawab benar minimal untuk 7 buah soal, peserta
dapat melanjutkan mempelajari isi modul untuk kegiatan belajar
berikutnya.
g. Lakukan diskusi untuk mendapatkan pemecahan masalah untuk setiap
persoalan yang diajukan dalam forum diskusi sesuai dengan topik
pembahasan.
h. Bacalah referensi lainnya yang berhubungan dengan materi modul agar
peserta mendapatkan tambahan pengetahuan.
B. Inti
1. Capaian Pembelajaran
Peserta PPG mampu menganalisis fungsi persamaan rangkaian gerbang
logika berdasarkan konsep aljabar Boolean untuk menyederhanakan
bentuk rangkaian.
3. Uraian Materi
27
a. Gerbang Logika
1) Pengertian gerbang logika
Gerbang Logika (Logic Gate) adalah komponen pembentuk
rangkaian elektronika digital. Gerbang logika berfungsi untuk
mengubah satu atau beberapa Input (masukan) menjadi sebuah
sinyal Output (Keluaran). Rangkaian beroperasi berdasarkan nilai
logik Input dan Output mengunakan sistem bilangan biner dengan
kode 0 dan 1.
input output
28
0, pada output akan berlogika 0. Gerbang Logika AND dalam
rangkaian diberi simbol pada gambar 2.2. di bawah ini:
Input A
Output
Input B
c) Gerbang Logika OR
Gerbang Logika OR memiliki Output berlogika 0 pada saat
semua inputnya berlogika 0. Untuk kondisi yang lain (salah
satu atau kedua inputnya berlogika 1) pada output akan
berlogika 1. Gerbang Logika OR dalam rangkaian diberi
simbol seperti gambar 2.3 berikut:
Input A
Output
Input B
29
d) Gerbang Logika NAND
Gerbang Logika NAND dibentuk dari hasil kombinasi
gerbang logika AND dan NOT. Output akan berlogika 0 pada
saat semua inputnya berlogika 1. Untuk kondisi yang lain
(salah satu input berlogika 1 atau 0) pada output akan
berlogika 1. Gerbang Logika NAND dalam rangkaian diberi
simbol seperti pada gambar 2.4. dibawah ini:
Input Input
A Output Disederhanakan menjadi A Output
Input Input
B B
Gambar 2.4. Simbol Gerbang Logika NAND
Tabel 2.4. Kebenaran Gerbang Logika NAND
INPUT
OUTPUT
A B
0 0 1
0 1 1
1 0 1
1 1 0
30
Tabel 2.5. Kebenaran Gerbang Logika NOR
INPUT
OUTPUT
A B
0 0 1
0 1 0
1 0 0
1 1 0
31
output akan memberikan nilai logika 1. Gerbang Logika X-
NOR dalam rangkaian memiliki simbol seperti gambar :
32
Konsep kualitas, kuantitas dan distribusi menghasilkan empat
macam proposisi, yang dikenal dengan nama proposisi 𝐴, 𝐸,
𝐼, dan 𝑂.
Proposisi A = proposisi afirmatif universal, semua S adalah
P,
Proposisi E = proposisi negatif universal, semua S adalah
bukan P,
Proposisi I = afirmatif parsial, sebagian S adalah P,
Proposisi O = proposisi negatif parsial, sebagian S adalah
bukan P,
Term subjek dalam proposisi universal (A dan E) berdistribusi,
sedangkan dalam proposisi parsial (I dan O) term subjeknya
tidak berdistribusi.
33
O : Sebagian S adalah bukan P, berarti proposisi S yang
bukan P adalah bukan kelas kosong, bentuk simbolik
𝑆𝑃̅ ≠ 0.
c) Karakteristik Aljabar Boole
Karakteristik Aljabar Boole dikembangkan oleh John Venn
(1834-1923) dengan menvisualisasi konsep Boole
menggunakan diagram Venn. Kelas kosong divisualisasikan
dengan lingkaran yang diberi warna hitam, dan kelas yang
mempunyai anggota diberi tanda (*) dalam lingkaran.
34
E : Semua S adalah bukan P, atau 𝑆𝑃 = 0 , bagian 𝑆𝑃
diberi warna hitam.
35
postulat, aksioma, definisi, lemma dan teorema dijelaskan
pada uraian berikut.
Postulat adalah sebuah pernyataan matematika yang disepakati
benar tanpa perlu adanya pembuktian. Suatu pernyataan yang
telah disepakati kebenarannya disebut Aksioma.
Aksioma adalah sebuah pernyataan yang dapat diterima
sebagai suatu kebenaran dan bersifat umum dengan kebenaran
yang pasti (mutlak) tanpa adanya pembuktian.
Definisi merupakan sebuah pernyataan yang dibuat dengan
menggunakan konsep yang tak terdefinisi atau konsep yang
telah terdefinisi sebelumnya.
Lemma adalah suatu teorema sederhana dan dipergunakan
sebagai hasil-antara dalam pembuktian teorema yang lain.
Teorema adalah suatu pernyataan matematika yang masih
memerlukan pembuktian dan pernyataanya dapat ditunjukkan
nilai kebenarannya atau bernilai benar.
37
Contoh sederhana dari Aljabar Boole yang konsisten
memenuhi ketentuan yang telah ditetapkan hanya dua
elemen, 0 dan 1:
dan
dan jika 𝑎 = 0:
(2) Dualitas
Dalam Postulat Huntington yang telah dikemukakan pada
bagian sebelumnya terdapat bentuk kasus “pertukaran
tanda dari “+” ke bentuk “·” dan pertukaran nilai biner
dari 0 ke nilai 1 untuk seluruh aturan-aturan dalam Aljabar
Boole, maka hasilnya juga berlaku sebagai suatu Aljabar
38
Boole”. Prinsip pergantian tanda dan pergantian nilai
biner setelah tanda disebut dualitas.
Contoh:
dan
39
̅𝑩 berlaku:
Untuk setiap aB dan 𝒂
𝑎 ∙ 𝑎̅ = 𝑎̅ ∙ 𝑎 = 0
(g) Hukum Absorsi (Penyerapan)
Untuk setiap a dan b berlaku:
𝑎 + 𝑎 ∙ 𝑏 = 𝑎 dan 𝑎 ∙ (𝑎 + 𝑏) = 𝑎
(h) Hukum idempoten
𝑎 + 𝑎 = 𝑎 dan 𝑎 ∙ 𝑎 = 𝑎
(i) Hukum dominansi
𝑎 ∙ 0 = 0 dan 𝑎 + 1 = 1
(j) Hukum involusi: (𝑎̿) = 𝑎
(k) Hukum De Morgan:
̅̅̅̅̅̅̅
(𝑎 + 𝑏 ) = 𝑎̅ ∙ 𝑏̅ dan (𝑎
̅̅̅̅̅̅
∙ 𝑏) = 𝑎̅ + 𝑏̅
02 + 01 = 02 dan 01 + 02 = 01
Dengan menggunakan hukum komutatif dan sifat
persamaan transitif, diperoleh: 01 = 02
40
dan
dan
42
𝑎̅2 = 𝑎 ∙ 𝑎̅2 + 𝑎̅1 ∙ 𝑎̅2 (P3b)
L8 : 𝑎 ∙ [(𝑎 + 𝑏) + 𝑐] = [(𝑎 + 𝑏) + 𝑐] ∙ 𝑎 = 𝑎
Bukti
𝑎 ∙ [(𝑎 + 𝑏) + 𝑐] = 𝑎 ∙ (𝑎 + 𝑏) + 𝑎 ∙ 𝑐 (P3b)
𝑎 ∙ [(𝑎 + 𝑏) + 𝑐] = 𝑎 + 𝑎 ∙ 𝑐 (L5)
𝑎 ∙ [(𝑎 + 𝑏) + 𝑐] = 𝑎 ∙ (1 + 𝑐) = 𝑎 (P2b, L5)
43
Z = a + (b + c) (L5) …………………………... (1)
Selanjutnya, Z juga dapat ditulis sebagai:
Z = [(a + b) + c] [a + (b + c)]
Z = (a + b) [a + (b + c)] + c [a + (b + c)] (P3b)
Z = (a + b) [a + (b + c)] + c (L8)
Z = {a [a + (b + c)] + b [a + (b + c)]} + c (P3b)
Z = {a [a + (b + c)] + b)} + c (L8)
Z = (a + b) + c (L5) ………………………….. (2)
Terlihat (1) = (2) dan dengan transitif, diperoleh:
a + (b + c) = (a + b) + c
dan
(a b) c = a (b c) (Dualitas)
Uraian pembuktian yang telah dilakukan,
membuktikan kebenaran dari Hukum asosiatif.
Beberapa pernyataan dapat disederhanakan dengan
mengabaikan tanda kurung sebagai berikut:
( a + b) + c = a + b + c
(a b) c = abc
a + ab = (a + a)(a + b) (P3a)
a + ab = a + b (P4,P1b)
a ( a + b) = a b (Dualitas)
44
T3 : Untuk setiap bagian elemen a dan b dalam B ,
maka : a + b = a b dan a b = a + b .
Bukti
Pernyataan T3 adalah dua bentuk dari hukum
DeMorgan. Bentuk yang kedua merupakan dual dari
bentuk yang pertama:
( a + b) + a b = 1 1 = 1 (T1,L3)
(a + b) (a b) = a (a b) + b (b a) (P3b,P2b)
( a + b) ( a b) = 0 + 0 = 0 (T1,L3)
Kedua persyaratan P4 dapat dipenuhi, juga a + b
a + b = a b atau a + b = a b
Persamaan yang diperoleh dapat dinyatakan dalam
bentuk elemen a dan b dalam kedudukan a dan b :
a + b = a b = a b atau a + b = a + b
T4 : Untuk setiap elemen a , b dan c dalam B ,
maka:
a b + a c + bc = a b + a c
dan
a b + a c + b c = a b + a c + b c(a + a)
a b + a c + bc = a b + a bc + a c + a c b
a b + a c + b c = a b(1 + c) + a c(1 + b)
45
a b + a c + bc = a b + a c
(a + b) (a + c) (b + c) = (a + b) (a + c) (Dualitas)
Penerapan prinsip postulat, lemma dan teori aljabar
Boolean diberikan pada sub topik contoh, non contoh
dan ilustrasi halaman 24.
5) Fungsi Boolean
f : Bn → B
46
bilangan desimal dari 0 sampai 7 dalam bentuk bilangan biner,
seperti 2.8. tabel berikut.
Tabel 2.8. Kombinasi Input peubah n=3
Kombinasi Peubah
Urutan
Input
Desimal
x y z
0 0 0 0
1 0 0 1
2 0 1 0
3 0 1 1
4 1 0 0
5 1 0 1
6 1 1 0
7 1 1 1
47
suatu fungsi f diberi notasi f ' , dapat diperoleh dengan
menggunakan hukum De Morgan. Untuk dua peubah x dan y
dari fungsi f ( x, y ) = x + y mempunyai bentuk komplementer
f ' ( x, y ) = ( x + y ) = x y .
c) Bentuk Kanonik
Ada dua macam bentuk kanonik:
(1) Penjumlahan dari hasil kali (sum-of-product atau SOP)
Contoh fungsi: 𝑓(𝑥, 𝑦, 𝑧) = 𝑥̅ 𝑦̅𝑧 + 𝑥̅ 𝑦𝑧 + 𝑥𝑦̅𝑧
Setiap suku (term) disebut minterm. Untuk minterm,
setiap peubah yang bernilai 0 dinyatakan dalam bentuk
komplemen, sedangkan peubah yang bernilai 1
dinyatakan tanpa komplemen.
(2) Perkalian dari hasil jumlah (product-of-sum atau POS)
𝑔(𝑥, 𝑦, 𝑧) = (𝑥 + 𝑦 + 𝑧)(𝑥 + 𝑦̅ + 𝑧)(𝑥 + 𝑦̅ + 𝑧̅)(𝑥̅ + 𝑦̅ + 𝑧)
Setiap suku (term) disebut maxterm. Untuk maxterm,
setiap peubah yang bernilai 0 dinyatakan tanpa
komplemen, sedangkan peubah yang bernilai 1
dinyatakan dalam bentuk komplemen.
Tabel 2.10. dan 2.11. berikut diperlihatkan cara
membentuk minterm dan maxterm:
Tabel 2. 10. Dua peubah
Peubah Minterm Maxterm
x y Suku Lambang Suku Lambang
0 0 𝑥̅ 𝑦̅ m0 x+y M0
0 1 𝑥̅ 𝑦 m1 𝑥 + 𝑦̅ M1
1 0 𝑥𝑦̅ m2 𝑥̅ + 𝑦 M2
1 1 𝑥𝑦 m3 𝑥̅ + 𝑦̅ M3
48
Tabel 2.11. Tiga peubah
Peubah Minterm Maxterm
x y z Suku Lambang Suku Lambang
0 0 0 𝑥̅ 𝑦̅𝑧̅ m0 𝑥+𝑦+𝑧 M0
0 0 1 𝑥̅ 𝑦̅𝑧 m1 𝑥 + 𝑦 + 𝑧̅ M1
0 1 0 𝑥̅ 𝑦𝑧̅ m2 𝑥 + 𝑦̅ + 𝑧 M2
0 1 1 𝑥̅ 𝑦𝑧 m3 𝑥 + 𝑦̅ + 𝑧̅ M3
1 0 0 𝑥𝑦̅𝑧̅ m4 𝑥̅ + 𝑦 + 𝑧 M4
1 0 1 𝑥𝑦̅𝑧 m5 𝑥̅ + 𝑦 + 𝑧̅ M5
1 1 0 𝑥𝑦𝑧̅ m6 𝑥̅ + 𝑦̅ + 𝑧 M6
1 1 1 𝑥𝑦𝑧 m7 𝑥̅ + 𝑦̅ + 𝑧̅ M7
49
Contoh, Non Contoh, Ilustrasi.
A = y z ( z + zx) + ( x + z )( x y + xz )
Penyelesaian:
Gambar rangkaian logika,
x y z
A = y z ( z + zx) + ( x + z )( x y + xz )
50
A = y z ( z + x z ) + ( x + z )( x y + xz )
A = y z + xy z + x y + xz + x y z + xz z
A = y z + xy z + x y + x y z + xz
A = y z (1 + x) + x y (1 + z ) + xz
A = y z + x y + xz
A = z x + z y + xy
A = z x + zy
A = xz + y z
x y z
Penyelesaian:
51
𝑓 ′ (𝑥, 𝑦, 𝑧) = 𝑥 + (𝑦̅ + 𝑧̿)(𝑦̿ + 𝑧̅)
𝑓 ′ (𝑥, 𝑦, 𝑧) = 𝑥 + (𝑦̅ + 𝑧)(𝑦 + 𝑧̅)
Nyatakan tabel 2.12. kebenaran di bawah ini dalam bentuk kanonik SOP
dan POS.
Tabel 2.12. Kebenaran penerapan kanonik dan POS fungsi Boolean
Desimal x y z f(x, y, z)
0 0 0 0 0
1 0 0 1 1
2 0 1 0 0
3 0 1 1 0
4 1 0 0 1
5 1 0 1 0
6 1 1 0 0
7 1 1 1 1
Penyelesaian:
a. SOP
Kombinasi nilai-nilai peubah yang menghasilkan nilai fungsi sama
dengan 1 adalah 001, 100, dan 111. Fungsi Boolean dalam bentuk
kanonik SOP;
f ( x, y, z ) = x yz + x y z + xyz
Dengan menggunakan lambang minterm,
f ( x, y, z ) = m1 + m4 + m7 = (1, 4, 7 )
b. POS
Kombinasi nilai-nilai peubah yang menghasilkan nilai fungsi sama
dengan 0 adalah 000, 010, 011, 101 dan 110. Fungsi Boolean dalam
bentuk kanonik POS adalah;
g ( x, y, z ) = ( x + y + z )( x + y + z )( x + y + z )( x + y + z )( x + y + z )
Dengan menggunakan lambang maxterm,
52
g ( x, y, z ) = M 0 M 2 M 3 M 5 M 6 = (0, 2, 3, 5, 6 )
4. Forum Diskusi
1) B = x + xyz + yz x + wx + wx + x y
3) D = ( x + y x)[ xz + x z ( y + y )]
4) E = x z y + ( x z y + z x)[ y ( z + x) + yz + yxz]
f ( x, y, z ) = x + yz
C. PENUTUP
1. Rangkuman
a. Rangkaian elektronika digital merupakan sebuah sistem yang
dibentuk dari gerbang logika dan bekerja berdasarkan nilai logik biner
dengan kode 0 dan 1.
b. Rangkaian elektronika digital dibentuk dari tujuh jenis gerbang
logika; Gerbang Logika NOT, AND, OR, NAND, NOR, X-OR, dan
X-NOR.
53
c. Aljabar Boole dikembangkan oleh George Boole seorang ahli
matematika Inggris (1815-1864), berdasarkan konsep logika
Aristoteles menjadi sebuah struktur aljabar dengan menggunakan
lambang-lambang non bahasa.
d. Visualisasi konsep dan karakteristik Aljabar Boole dikembangkan
oleh John Venn (1834-1923) dengan menggunakan diagram Venn.
e. Aljabar Boole sebagai dasar matematis teori switcing fungtion,
digunakan dalam perancangan rangkaian logika (rangkaian digital)
sebagai bagian pembentuk komputer digital.
f. Struktur Aljabar Boole dikembangkan berdasarkan postulat, aksioma,
definisi, lemma dan teorema, secara simbolik ditulis dengan bentuk
B, , +, , 0, 1 .
2. Tes Formatif
Pilih jawaban yang tepat dari lima alternatif jawaban A, B, C, D, E
dengan cara memberikan tanda silang.
4. Dua buah gerbang logika diberikan dua bentuk peubah input yang
dinyakan dengan 𝐼𝑛 = {(0,0), (0,1), (1,0), (1,1)} , jika kedua
gerbang logika tersebut dirangkaikan seperti gambar di bawah ini.
55
5. Konsep kualitas, kuantitas dan distribusi menghasilkan empat macam
proposisi, yang dikenal dengan nama proposisi 𝐴 , 𝐸 , 𝐼 , dan 𝑂 .
Keempat macam proposisi tersebut digunakan untuk
mengembangkan sebuah bentuk konsep sentral Aljabar Boole. Salah
satu pernyataan dari proposisi A adalah…….
A. Proposisi A: Semua S adalah P, berarti proposisi S yang
bukan P adalah kelas kosong, bentuk simbolik S P = 0 ,
B. Proposisi A: Semua S bukan P, berarti proposisi S yang P
adalah kelas kosong, bentuk simbolik SP = 0 ,
C. Proposisi A: Sebagian S adalah P, berarti proposisi S yang P
adalah bukan kelas kosong, bentuk simbolik SP 0 ,
D. Proposisi A: Sebagian S bukan P, berarti proposisi S yang
bukan P adalah bukan kelas kosong, bentuk simbolik S P 0 ,
E. Proposisi A: Sebagian S adalah P, berarti proposisi yang
bukan S dan P adalah bukan kelas kosong, bentuk simbolik
SP 0,
9. Kombinasi nilai-nilai peubah 000, 010, 011, dan 101 dalam bentuk
kanonik POS dari fungsi Boolean dinyatakan dengan persamaan:
A. 𝑓(𝑥, 𝑦, 𝑧) = (𝑥 + 𝑦 + 𝑧)(𝑥 + 𝑦̅ + 𝑧)(𝑥 + 𝑦̅ + 𝑧̅)(𝑥̅ + 𝑦̅ + 𝑧̅)
B. 𝑓(𝑥, 𝑦, 𝑧) = (𝑥̅ + 𝑦̅ + 𝑧̅)(𝑥̅ + 𝑦 + 𝑧̅)(𝑥̅ + 𝑦 + 𝑧)(𝑥̅ + 𝑦 + 𝑧̅)
C. 𝑓(𝑥, 𝑦, 𝑧) = (𝑥 + 𝑦 + 𝑧)(𝑥 + 𝑦̅ + 𝑧)(𝑥̅ + 𝑦̅ + 𝑧̅)(𝑥̅ + 𝑦 + 𝑧̅)
D. 𝑓(𝑥, 𝑦, 𝑧) = (𝑥 + 𝑦 + 𝑧)(𝑥̅ + 𝑦̅ + 𝑧)(𝑥 + 𝑦̅ + 𝑧̅)(𝑥̅ + 𝑦 + 𝑧̅)
E. 𝑓(𝑥, 𝑦, 𝑧) = (𝑥 + 𝑦 + 𝑧)(𝑥 + 𝑦̅ + 𝑧)(𝑥 + 𝑦̅ + 𝑧̅)(𝑥̅ + 𝑦 + 𝑧̅)
Daftar Pustaka
Agarwal, A., & Lang, J. (2005). Foundations of Analog and Digital
Electronic Circuits. Morgan Kaufmann.
Bignell, J. (2006). Digital Electronics (5th Edition). Thomson.
Brown, J. A., & Malvino, A. P. (1910). Digital Computer Electronics. Career
Education.
Floyd, T. L. (2014). Digital Fundamentals (11th Edition). Pearson.
Junaidi. 2018. Elektronika Digital. Bandarlampung: Pustaka Media
Mano, M., & Ciletti, M. D. (2006). Digital Design. TBS
57
DAR2/Profesional/840/02/2019
MODUL 2
ELEKTRONIKA DIGITAL
KB 3
RANGKAIAN LOGIKA KOMBINASI
Disusun oleh:
Ilmiyati Rahmy Jasril, S.Pd., M.Pd.T.
Dr. Elfi Tasrif, M.T.
A. Pendahuluan
Elektronika digital merupakan sebuah cabang ilmu elektronika yang
mempelajari tentang pemrosesan sinyal digital atau biasa disebut dengan
sinyal diskrit. Rangkaian elektronika digital dibentuk oleh gerbang logika.
Rangkaian logika kombinasi dibentuk dari gerbang logika dasar yang
berfungsi untuk melakukan operasi logika pada satu atau lebih input dan
menghasilkan ouput tunggal maupun banyak atau sebaliknya.
1. Deskripsi Singkat
2. Relevansi
Materi modul ini sangat diperlukan dalam mempelajari rangkaian
logika kombinasi dalam elektronika digital terhadap berbagai bidang
kehidupan. Dengan adanya rangkaian kombinasi akan memudahkan
pengguna untuk mendapatkan output yang diinginkan berdasarkan input
yang telah ditentukan. Kemudian dari segi analisa penyederhanaan
58
rangkaian kombinasi terdapat keuntungan yaitu diperoleh watak
rangkaian yang sama, harga ekonomis, dan dari segi tata letak komponen
akan lebih sederhana (jumlah rangkaian yang sedikit) bila dibandingkan
dengan rangkaian awal yang banyak.
3. Petunjuk Belajar
Bapak/Ibu peserta PPG dapat mempelajari keseluruhan modul ini
dengan cara yang berurutan sesuai dengan sub capaian pembelajaran.
Pada beberapa bagian modul tersedia video yang merupakan bagian dari
materi yang harus dikuasai. Usahakan menguasai materi pada bagian
awal sebelum melangkah ke materi selanjutnya. Pada bagian contoh
penyederhanaan rangkaian kombinasi, sebaiknya lakukan latihan
mandiri untuk meningkatkan pemahaman. Jangan memaksakan diri
sebelum benar-benar menguasai bagian demi bagian dalam modul ini,
karena masing-masing saling berkaitan.
B. Inti
1. Capaian Pembelajaran
Menganalisis rangkaian logika kombinasi.
3. Uraian Materi
a. Pengertian Logika Kombinasi
Logika kombinasi merupakan rangkaian logika yang outputnya
hanya tergantung pada kombinasi input-inputnya saja, dan tidak
tergantung pada keadaan output sebelumnya. Dimana outputnya
tidak bergantung pada keadaan output sebelumnya dan disebut juga
59
dengan logika yang outputnya tidak tergantung pada waktu. Untuk
lebih jelasnya perhatikan gambar 3.1. blok diagram berikut ini.
i0 f0 (i0, i1)
i1 f1 (i1, i3, i4)
Rangkaian Logika
i2 Kombinasi f2 (i5, i7)
In fm (i9, in)
60
➢ Notasi Minterm
Contoh: f = A'BC + AB'C' + AB'C + ABC' + ABC
Cara lain untuk merepresentasikan f adalah sebagai
berikut:
f(A,B,C) = m3 + m4 + m5 + m6 + m7
atau
f(A,B,C) = ∑m(3, 4, 5, 6, 7)
ket: ∑ menunjukkan bahwa ini merupakan bentuk sum
of product
m(3, 4, 5, 6, 7) menunjukkan minterm untuk m3, m4,
m5, m6, m7
cara lain:
f(A,B,C) = 0.m0 + 0.m1 + 0.m2 + 1.m3 + 1.m4 + 1.m5 +
1.m6 + 1.m7
Minterm pada f sesuai dengan 1 dari f dalam tabel
kebenaran.
2) Maxterm
Maxterm merupakan sebutan jumlah dimana semua
variabel muncul tepat satu kali, baik komplemen atau tidak
komplemen. Maxterm (M) dijelaskan secara lebih rinci sebagai
berikut:
• Mewakili tepat satu kombinasi dalam tabel kebenaran.
• Ditandai dengan Mj , dimana j adalah persamaan desimal
dari kombinasi bener maxterm yang sesuai (bj)
• Sebuah variabel Mj merupakan komplemen jika nilai bj
adalah 1, sebaliknya merupakan tidak komplemen.
Contoh: Diasumsikan 3 variabel (A, B, C), dan j=3. Maka,
nilai bj = 011 dan minterm yang sesuai ditandai
dengan Mj = A + B’ + C’
61
➢ Notasi Maxterm
Contoh: f = (A+B+C) (A+B+C')(A+B'+C)
Cara lain untuk merepresentasikan f adalah
f(A,B,C) = M0M1M2
atau
f(A,B,C) = M(0,1,2)
Maxterm pada f sesuai dengan 0 dari f dalam tabel
kebenaran.
A B C Minterm Maxterm
0 0 0 A'B'C' = m0 A+B+C = M0
0 0 1 A'B'C = m1 A+B+C' = M1
0 1 0 A'BC' = m2 A+B'+C = M2
0 1 1 A'BC = m3 A+B'+C' = M3
1 0 0 AB'C' = m4 A'+B+C = M4
1 0 1 AB'C = m5 A'+B+C' = M5
1 1 0 ABC' = m6 A'+B'+C = M6
1 1 1 ABC = m7 A'+B'+C' = M7
4) Hubungan M dan m
Jika ekspansi minterm untuk f(A, B, C) = m3 + m4 + m5 +
m6 + m7 , apakah ekspansi maxterm untuk f(A, B, C)?
➔ Pilih mana yang tidak ada dalam minterm
Sehingga ekspansi Maxterm untuk f(A, B, C) = M0M1M2
5) Komplemen Minterm
Komplemen dari minterm adalah maxterm yang sesuai.
Contoh:
Jika f = f(A, B, C) = m3 + m4 + m5 + m6 + m7
62
✓ f' = (m3 + m4 + m5 + m6 + m7)'
= m3' + m4' + m5' + m6' + m7'
= M3M4M5M6M7
Contoh:
001 100 111
x y z f1 f2
0 0 0 0 0
0 0 1 1 0 f1 = m1 + m4 + m7
0 1 0 0 0 = x'y'z + xy'z' + xyz
0 1 1 0 1
1 0 0 1 0
1 0 1 0 1 f2 = m3 + m5 + m6 + m7
1 1 0 0 1 = x'yz + xy'z + xyz' + xyz
1 1 1 1 1
63
Dalam Notasi lain:
f1 = ∑(1, 4, 7)
f2 = ∑(3, 5, 6, 7)
3) Kanonik Products of Sums (POS)
Dengan menggunakan tabel kebenaran, maka ekspresi
logika selalu dapat ditulis untuk setiap fungsi dengan
mengambil AND dari Maxterm untuk setiap fungsi bernilai 0.
Representasi fungsi ini adalah “Product of Maxterm” dan
disebut representasi Canonical Product of Sums(SOP) dari
fungsi tersebut.
Contoh:
x y z f1 f2
0 0 0 0 0 f1 = M0M2M3M5M6
0 0 1 1 0
0 1 0 0 0 =(x+y+z)(x+y'+z)(x+y'+z')
0 1 1 0 1 (x'+y+z')(x'+y'+z)
1 0 0 1 0
1 0 1 0 1
1 1 0 0 1
f2 = ?
1 1 1 1 1
f1 = (0, 2, 3, 5, 6)
f2 = (0, 1, 2, 4)
64
Implementasi SOP yang ditunjukkan pada gambar 3.2. di
bawah:
f1 = ∑(1, 4, 7)
f1 = (0, 2, 3, 5, 6)
65
• Selalu ada dua representasi canonical untuk fungsi, SOP atau
POS
• Terkadang, satu implementasi lebih sederhana dibandingkan
implementasi lain (dari segi biaya)
• Implementasi SOP dan POS sering disebut implementasi logika 2
level/tingkat.
Hal ini karena kita menganggap gerbang NOT pada input adalah
free (tidak dianggap), sehingga yang terlihat hanya ada 2 level
gerbang (AND-OR untuk SOP dan OR-AND untuk POS) yang
dibutuhkan dalam implementasi fungsi.
66
lebih banyak gerbang/literal dari yang dibutuhkan. Misalkan
kita gunakan istilah AND untuk semua product term. Maka
fungsi logika dapat dituliskan dalam bentuk Standard Sum Of
Products, dimana bukan minterm, istilah AND hanyalah
istilah produk. Kita dapat memulai dengan Canonical SOP dan
menggunakan aljabar Boolean untuk menyederhanakan
pernyataan dalam bentuk yang lebih sederhana.
Contoh:
x y z f1 f2
0 0 0 0 0
0 0 1 1 0 f2 = m3 + m5 + m6 + m7
0 1 0 0 0
0 1 1 0 1 = x'yz + xy'z + xyz' + xyz
1 0 0 1 0
1 0 1 0 1
1 1 0 0 1
1 1 1 1 1
67
menyederhanakan pernyataan dalam bentuk yang lebih
sederhana.
Contoh:
x y z f1 f2
0 0 0 0 0 f1 = M0M2M3M5M6
0 0 1 1 0
0 1 0 0 0 =(x+y+z)(x+y'+z)(x+y'+z')
0 1 1 0 1 (x'+y+z')(x'+y'+z)
1 0 0 1 0
1 0 1 0 1
1 1 0 0 1
1 1 1 1 1
68
• Mengelompokkan Maxterm-Maxterm bernilai 0 yang saling
berdekatan
• Membentuk rangkaian OR-AND minimal
3) Representasi Karnaugh Map
x1
x2 0 1
0 m0 m2
1 m1 m3
4) Grouping K-Map
69
✓ Group merah: x1 dieliminasi, Grup biru: x2 dieliminasi
x1 x2 f(x1, x2)
0 0 1
0 1 0
1 0 1
1 1 1
x1
x2 0 1
x1'
x1
x2 0 1
0 1 0
x1' x2' f(x1, x2) = ∑m(0, 3) =
1 x1'x2' + x1x2
1 0
fungsi SOP tidak dapat
x1 x2 disederhanakan
70
• Sederhanakan: f(x1, x2) = ∑m(0, 1)
x1
x2 0 1
0
1 0 f(x1, x2) = ∑m(0, 1) = x1'x2' +
x1'
x1'x2 = x1'
1 1 0 x2 dieleminasi
x1 0
x2 1
1 x2'
0 1
6) K-Map 3 Variabel
71
Peta K-Mapnya dari tabel di atas sebagai berikut.
X 1' X2 X1
X2'
X 2'
Kedua sel tepi berdekatan
• Sederhanakan: f = ∑m(0, 1, 2, 5)
X 1' X 3'
X 2' X 3
f = X1'X3' + X2'X3
• Sederhanakan: f = ∑m(0, 2, 4, 7)
f = X1'X3' + X2'X3'
+ X1X2X3
X1'X3' X 1X 2 X 3 X2'X3'
72
• Sederhanakan: f = ∑m(0, 1, 3, 4, 5, 7) dan f = ∑m(0, 1, 3,
4, 5, 6)
X 2'
f = X2' + X3
X3
X 2'
X 1' X 3 X 1 X 3'
7) K-Map 4 Variabel
73
8) Grouping K-Map 4 Variabel
X 1 X 2'
X1 X3'X4
X 2' X 3
9) K-Map 5 Variabel
74
X1'X3X4' X 1X 3'
X 2X 4X 5 '
Contoh:
Di K-Map, masukan don’t care bisa diberi nilai 0 atau 1
sedemikian sehingga diperoleh fungsi yang optimal.
75
Penyelesaian:
Asumsi fungsi 3 variabel. Kombinasi masukan {X2X1} = 10 |
11 tidak pernah terjadi, selebihnya f = ∑ m(1, 4, 5, 6)
f = ∑ m(1, 4, 5, 6) + D(2, 3) atau
f = M(0, 7) · D(2, 3)
76
Contoh Don’t Care 4 Variabel:
77
eksekusinya akan semakin bertambah seiring dengan kenaikan
jumlah variabel.
Metode tabulasi terdiri atas dua bagian:
1) Menemukan kandidat-kandidat dari fungsi Boolean yang
diberikan untuk fungsi penyederhanaan, atau disebut juga
prime implicant
2) Memilih diantara prime implicant tersebut yang paling
minimal dalam mengcover fungsi Boolean.
Langkah-langkah metoda Quine-McCluskey untuk
menyederhanakan ekspresi Boolean dalam bentuk SOP adalah
sebagai berikut :
1) Nyatakan tiap minterm dalam n peubah menjadi string bit
yang panjangnya n, yang dalam hal ini peubah komplemen
dinyatakan dengan " 0", peubah yang bukan komplemen
dengan "1".
2) Kelompokkan tiap minterm berdasarkan jumlah "1" yang
dimilikinya.
3) Kombinasikan minterm dalam n peubah dengan kelompok
lain yang jumlah "1"-nya berbeda satu, sehingga diperoleh
bentuk prima (prime-implicant) yang terdiri dari n-1
peubah. Minterm yang dikombinasikan diberi tanda "√".
4) Kombinasikan minterm dalam n-1 peubah dengan
kelompok lain yang jumlah "1"-nya berbeda satu, sehingga
diperoleh bentuk prima yang terdiri dari n-2 peubah.
5) Teruskan langkah 4 sampai diperoleh bentuk prima yang
sesederhana mungkin.
6) Ambil semua bentuk prima yang tidak bertanda "√". Buatlah
tabel baru yang memperlihatkan minterm dari ekspresi
Boolean semula yang dicakup oleh bentuk prima tersebut
(tandai dengan "X"). Setiap minterm harus dicakup oleh
paling sedikit satu buah bentuk prima.
78
7) Pilih bentuk prima yang memiliki jumlah literal
paling sedikit namun mencakup sebanyak mungkin
minterm dari ekspresi Boolean semula. Hal ini dapat
dilakukan dengan cara berikut :
a.Tandai kolom – kolom yang mempunyai satu buah tanda
"X" dengan tanda "*", lalu beri tanda "√" di
sebelah kiri bentuk prima yang berasosiasi dengan
tanda "*" tersebut. Bentuk prima ini telah dipilih
untuk fungsi Boolean sederhana.
b. Untuk setiap bentuk prima yang telah ditandai "√", beri
tanda minterm yang dicakup oleh bentuk prima tersebut
dengan tanda "√".
c.Periksa apakah masih ada minterm yang belum dicakup
oleh bentuk prima terpilih. Jika ada, pilih dari bentuk
prima yang tersisa yang mencakup sebanyak mungkin
minterm tersebut. Beri tanda "√" bentuk prima yang
dipilih itu serta minterm yang dicakupnya.
d. Ulangi langkah c sampai seluruh minterm sudah
dicakup oleh semua bentuk prima.
Umumnya metoda Quine McCluskey digunakan untuk
menyederhanakan fungsi Boolean yang ekspresinya dalam
bentuk SOP, namun metode ini dapat dimodifikasi sehingga juga
dapat digunakan untuk ekspresi dalam bentuk POS.
79
Contoh 1
Sederhanakan fungsi Boolean f(w, x, y, z) = ∑m(0, 1, 2, 8, 10, 11, 14, 15)
Penyelesaian:
(i) Langkah 1 – 5
80
Contoh 2
Sederhanakan fungsi Boolean f(w, x, y, z) = ∑m(1, 4, 6, 7, 8, 9, 10, 11,
15)
Penyelesaian:
(i) Langkah 1 – 5
81
minterm
1
Bentuk Prima 1 4 6 7 8 9 10 11
5
√ 1,9 X X
√ 4,6 X X
6,7 X X
√ 7,15 X X
11,15 X X
√ 8,9,10,11 X X X X
* * * *
√ √ √ √ √ √ √ √ √
82
◼ Simbol dari Half Adder ditunjukkan gambar 3.4.
dibawah:
83
◼ Implementasi Rangkaian Half Adder menggunakan IC
Output
Input LED (Nyala (1)/ Mati (0)
A B Sum Carry
0 0 0 0
0 1 1 0
1 0 1 0
1 1 0 1
b) Full Adder
84
Untuk lebih jelasnya secara singkat, perhatikan uraikan
berikut ini.
85
Tabel Kebenaran Full Adder dapat dilihar pada tabel 3.2
dibawah ini.
Output
Input LED (Nyala (1)/ Mati (0)
A B Carry in Sum Carry Out
0 0 0 0 0
0 1 0 1 0
1 0 0 1 0
1 1 0 0 1
0 0 1 1 0
0 1 1 0 1
1 0 1 0 1
1 1 1 1 1
86
Jika keluaran pada Y adalah salah satu dari input
datanya, maka selektor akan difungsikan dengan
memberikan nilai biner yang menjadi 4 kondisi. Masing-
masing kondisi akan berfungsi mengeluarkan satu input
data, berikut dapat digambarkan dengan tabel 3.3. berikut.
Tabel 3.3. Data Selektor
Data
Selector - Input Input Selected
S1 S0
0 0 D0
0 1 D1
1 0 D2
1 1 D3
Rangkaian yang dibutuhkan untuk data selektor
sebagai multiplekser, dapat digambarkan dengan
perantaraan tabel diatas. Data output Y sama dengan input
data Do jika S1 = 0 dan So = 0
Y = D0.S1’.So’
Data output sama dengan input data D1 jika S1 = 0 dan So
=1
Y = D1.S1’.So
Output data sama dengan D2 jika S1 = 1 dan So = 0 maka
Y = D2.S1.So’
Output data sama dengan D3 jika S1 = 1 dan So = 1 maka
Y = D3.S1.So
Jika bentuk diatas di OR kan maka Output data menjadi
Y = D0.S1’.So’ + D1.S1’.So + D2.S1.So’ + D3.S1.So,
seperti gambar 3.11. sebagai berikut .
87
Gambar 3.11. Bentuk Persamaan Selektor Multiplekser
88
◼ Implementasi Rangkaian Multiplexer Menggunakan
IC
b) Demultipekser
Disingkat dengan DMUX kebalikan dari fungsi
multiplekser, dimana satu jalur data pada masukan dapat
diubah menjadi beberapa jalur data keluaran. Input data
dimasukkan ke input gerbang AND, data yang muncul
pada jalur input ini akan dilewatkan ke output dengan
pilihan selektor inpunya .
Bila S1 = 0 dan So = 0 maka data keluar pada Do,
bila S1 = 0 dan So =1 data keluar pada D1, bila S1 = 1 dan
So = 0 data keluar pada D2 dan bila selektor S1 = 1 dan So
= 1 data keluar pada D3 seperti gambar 3.14. berikut ini.
89
Gambar 3.14. Uji Input Data dan Output Multiplekser
90
Gambar 3.16. Blok Diagram Enkoder
Sumber: https://www.wikiwand.com/en/Encoder_(digital)
Input Output
D0 D1 D2 D3 D4 D5 D6 D7 x y z
1 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0
0 1 0 0 0 0 0 0 0 0 1
0 0 1 0 0 0 0 0 0 1 0
0 0 0 1 0 0 0 0 0 1 1
0 0 0 0 1 0 0 0 1 0 0
0 0 0 0 0 1 0 0 1 0 1
0 0 0 0 0 0 1 0 1 1 0
0 0 0 0 0 0 0 1 1 1 1
91
keluaran yang khas pula. Dalam bentuk umum dekoder
mempunyai jalur input sebanyak n untuk menhandel bit
sebanyak n dari satu ke 2n jalur keluarnya.
Ingin ditentukan jika terjadi bilangan biner 1001 pada
masukan digital, pintu AND dapat digunakan sebagai dasar
elemen pengkodean karena menghasilkan keluaran tinggi
hanya bila semua masukan tinggi. Oleh karena itu haruslah
dibuat benar semua input AND adalah TINGGI bila terjadi
bilangan biner 1001, dapat dilakukan dengan membalikkan bit
tengahnya berisi 0 menjadi 1 seperti pada gambar 3.17. berikut
ini.
92
ke 16-jalur, bila diinginkan keluarannya dalam keadaan nol
dapat digunakan pintu NAND
◼ Implementasi Dekoder Menggunakan IC
Implementasi Dekoder 4-Input menggunakan IC 74154N
ditunjukkan oleh gambar 3.18. dibawah ini.
93
4. Forum Diskusi
a) Pulsa berikut ini merupakan data input dan dibawahnya terdapat pulsa
seleksi data input. Tentukan pulsa data-output untuk demux.
C. Penutup
1. Rangkuman
Logika kombinasi merupakan rangkaian logika yang outputnya hanya
tergantung pada kombinasi input-inputnya saja, dan tidak tergantung pada
keadaan output sebelumnya. Dimana outputnya tidak bergantung pada
keadaan output sebelumnya dan disebut juga dengan logika yang
outputnya tidak tergantung pada waktu. Terdapat beberapa metode
penyederhanaan rangkaian kombinasi yaitu minterm dan maxterm,
kanonik, karnaugh map, dan Metode Quine-McCluskey. Masing-masing
metode penyederhanaan memiliki fungsi masing-masing. Selalu ada dua
representasi canonical untuk fungsi, SOP atau POS. Terkadang, satu
94
implementasi lebih sederhana daripada implementasi lainnya (dalam hal
biayanya).
Implementasi SOP dan POS sering disebut implementasi logika 2
level/tingkat.
Hal ini karena kita menganggap gerbang NOT pada input adalah free
(tidak dianggap), sehingga yang terlihat hanya ada 2 level gerbang (AND-
OR untuk SOP dan OR-AND untuk POS) yang dibutuhkan dalam
implementasi fungsi.
Karnaugh Map merupakan sekumpulan kotak-kotak yang diberi
nama sedemikian rupa berdasarkan nama variabelnya dan diletakkan
sedemikian rupa pula sehingga dapat mengeliminasi beberapa tabel jika
kotak itu digabung. Jumlah kotak tergantung banyaknya variabel input.
Jika ada sebanyak n input maka ada 2n kombinasi input, maka sebanyak
itu pula kotak yang dibutuhkan. Metode Karnaugh Map hanya cocok
digunakan jika fungsi Boolean mempunyai jumlah peubah paling banyak
6 buah. Jika jumlah peubah yang terlibat pada suatu fungsi Boolean lebih
dari 6 buah maka penggunaan Karnaugh Map menjadi semakin rumit,
sebab ukuran peta bertambah besar.
Selain itu, metode Karnaugh Map lebih sulit diprogram dengan
komputer karena diperlukan pengamatan visual untuk mengidentifikasi
minterm-minterm yang akan dikelompokkan. Metode Quine-McCluskey
merupakan metode alternatif untuk mengatasi kelemahan Karnaugh Map.
Rangkaian logika kombinasi menggunakan kemasan IC terdiri dari
adder (Half-Full), multiplexer dan demultiplexer, enkoder dan dekoder.
Adder sebagai rangkaian yang menjalankan operasi penjumlahan bilangan
biner. Multiplexer merupakan solusi dalam mengirimkan sinyal ketika
terdapat keterbatasan jalur, karena multiplexer mampu menyalurkan dari
banyak input pada satu output dengan cara memilih informasi yang sesuai
dengan input pemilihan. Sebaliknya, demultiplexer prinsip kerja dari
multiplexer. Dekoder berfungsi untuk mengubah input n yang diberikan
95
menjadi output maksimal sebanyak 2n. Enkoder bekerja dengan cara
mengubah input maksimal 2n menjadi output n.
96
2. Tes Formatif
1. Rangkaian Full Adder dapat dibentuk dari …
a. 1 gerbang XOR , 1 gerbang AND, dan 1 gerbang OR
b. 1 gerbang XOR , 1 gerbang AND, dan 2 gerbang OR
c. 2 gerbang XOR , 1 gerbang AND, dan 2 gerbang OR
d. 2 gerbang XOR , 2 gerbang AND, dan 2 gerbang OR
e. 2 gerbang XOR , 2 gerbang AND, dan 1 gerbang OR
2. Bagian yang kosong pada gambar di bawah ini.
97
4. Dekoder bertujuan untuk menghasilkan minterm dengan jumlah
tertentu, jumlah minterm yang bisa dihasilkan oleh sebuah dekoder
adalah:
a. Minterm yang memiliki jumlah ≥ 2𝑛
b. Minterm yang memiliki jumlah > 2𝑛
c. Minterm yang memiliki jumlah = 2𝑛
d. Minterm yang memiliki jumlah ≤ 2𝑛
e. Minterm yang memiliki jumlah = 𝑛
a. f = x + y’z + yz’
b. f = x’ + y’z + yz’
c. f = x + y’z’ + yz’
d. f = x + y’z’ + y’z’
e. f = x’ + y’z’ + yz’
98
a. f (A,B,C,D) = ∑m(0,1,3,5,6,7,8,10,11,14,15)
b. f (A,B,C,D) = ∑m(0,1,3,5,6,7,9,10,11,13,15)
c. f (A,B,C,D) = ∑m(0,2,3,5,6,7,8,10,11,14,15)
d. f (A,B,C,D) = ∑m(0,2,3,5,6,7,8,10,11,12,15)
e. f (A,B,C,D) = ∑m(0,2,3,5,6,7,9,10,11,12,15)
99
𝑥 = 𝐷3 + 𝐷5 + 𝐷6 + 𝐷7 𝑥 = 𝐷3 + 𝐷5 + 𝐷6 + 𝐷7
e. 𝑧 = 𝐷1 + 𝐷3 + 𝐷5 + 𝐷7
𝑦 = 𝐷2 + 𝐷3 + 𝐷6 + 𝐷7
𝑥 = 𝐷4 + 𝐷5 + 𝐷6 + 𝐷7
Daftar Pustaka
A.Saha dan N. Mana. (2007). Digital Principle and Logic Design. New
Delhi: Infinity Science Press LLC.
https://bundet.com/pub/detail/pengertian-half-adder-full-adder-
1536555723 diakses 11 Oktober 2019.
http://ppg.spada.ristekdikti.go.id/master/pluginfile.php/29111/mod_reso
urce/content/3/Modul_Elektronika_Digital-Elfi_Tasrif-KB_3_-
_Copy.PDF
100
DAR2/Profesional/840/02/2019
MODUL 2
ELEKTRONIKA DIGITAL
KB 4
PENERAPAN RANGKAIAN DIGITAL
Penulis:
Igor Novid, M.T.
Ilmiyati Rahmy Jasril, S.Pd., M.Pd.T.
1. Deskripsi Singkat
Pelajaran yang telah dilalui oleh peserta pada kegiatan
sebelumnya, penerapan dari pelajaran tersebut akan dibahas pada
modul kali ini. Seperti penerapan dari gerbang digital, rangkaian
kombinasi dan sekuensial. Pada bagian akhir modul, peserta diharapkan
mengetahui dan memahami proses penerapan dari rangkaian digital.
2. Relevansi
Teori digital yang telah dipelajari dari kegiatan sebelumnya
akan diterapkan pada kegiatan kali ini. Seperti penerapan untuk sistem
bilangan, maka pada kegiatan kali ini akan membahas mengenai
penggunaan representasi binary-coded-decimal (BCD). Kemudian
berikutnya untuk penerapan gerbang logika, pada kegiatan ini perilaku
dari gerbang IC akan dipelajari. Dilanjutkan dengan penyederhanaan
fungsi boolean dengan menggunakan IC gerbang.
3. Petunjuk Belajar
Modul ini disusun secara berurutan berdasarkan sub capaian
pembelajaran, dan dimulai dengan penerapan dari kegiatan yang
pertama hingga kegiatan yang Bapak/Ibu peserta PPG pelajari sebelum
101
kegiatan ini. Pada beberapa bagian dari modul, terdapat video yang
termasuk sebagai materi dan perlu untuk Bapak/Ibu kuasai. Ketika
Bapak/Ibu akan melanjutkan pada pembahasan berikutnya, diharapkan
untuk menguasai dan melakukan latihan mandiri yang disediakan.
B. Inti
1. Capaian Pembelajaran
Peserta mampu menerapkan rangkaian elektronika digital.
3. Uraian Materi
a. Penerapan Sistem Bilangan
Pada kegiatan belajar 1, Bapak/Ibu peserta PPG telah
mempelajari mengenai sistem bilangan. Dan tidak ada salahnya
apabila kita tinjau kembali materi tersebut, seperti definisi bilangan
adalah objek dari matematika yang bermanfaat untuk mengukur,
menghitung, dan pemberian label. Sistem bilangan dalam
elektronika digital dapat digunakan sebagai pengganti informasi
yang akan diolah dalam pemrosesan sampai diperoleh hasil olahan
yang mengandung informasi.
Adapun sistem bilangan yang umumnya digunakan dalam
elektronika digital diantaranya adalah sistem bilangan Desimal
102
(basis 10), Biner (basis 2), Oktal (basis 8) dan Heksadesimal (basis
16). Hubungan masing-masing sistem bilangan diperlihatkan pada
tabel 4.1. berikut.
Tabel 4.1. Kesetaraan Nilai Sistem Bilangan
103
ada pulsa diberikan pada pin 14, kecepatan dalam melakukan
penghitungan ini tergantung pada frekuensi perubahan pulsa.
Apabila pada pin 14 diberikan input pulsa clock, maka proses
penghitungan bilangan biner akan terjadi secara otomatis
ditunjukkan gambar 4.1 dibawah.
SW1 U1 D1
14 12
CKA QA
1 9
CKB QB
SW -SPDT 8 LED-GREEN
QC
11
2
QD D2
3
R0(1) R1
R0(2)
10k
74LS93 LED-GREEN
D3
LED-GREEN
D4
LED-GREEN
(a)
U1 D1
14 12
CKA QA
1 9
CKB QB
8 LED-GREEN
QC
11
2
QD D2
3
R0(1) R1
R0(2)
10k
74LS93 LED-GREEN
D3
LED-GREEN
D4
LED-GREEN
(b)
Gambar 4.1. Penerapan Rangkaian Penghitung Bilangan Biner
(a) manual, dan (b) otomatis.
• Representasi Binary-Coded-Decimal (BCD)
IC yang digunakan pada representasi BCD sama dengan
sebelumnya, yaitu IC 7493. Representasi BCD menggunakan
104
bilangan biner mulai dari 0000 hingga 1001 untuk melakukan
representasi bilangan desimal yang terkodekan dari 0 hingga 9.
IC 7493 dihubungkan sesuai dengan gambar 4.2.
SW1 U1 D1
14 12
R1
CKA QA
1 9 150
CKB QB
SW-SPDT 8 LED-GREEN
QC
11
2
QD D2
R0(1)
3
R0(2)
74LS93 LED-GREEN
D3
LED-GREEN
D4
LED-GREEN
(a)
U1 D1
14 12
R1
CKA QA
1 9 150
CKB QB
8 LED-GREEN
QC
11
2
QD D2
R0(1)
3
R0(2)
74LS93 LED-GREEN
D3
LED-GREEN
D4
LED-GREEN
(b)
Gambar 4.2. Penerapan Rangkaian Representasi BCD (a) manual, (b) otomatis.
105
Penghubungan output QB dan QD dengan kedua input
reset (R1 dan R2) memiliki fungsi ketika R1 dan R2 sama-sama
memiliki input 1, maka keseluruhan sel flip-flop yang terdapat
pada IC 7493 akan dibersihkan sehingga memiliki nilai 0.
Sehingga proses penghitungan akan diulangi kembali dari 0,
dan setiap kali input A menerima sinyal 1, maka proses
penghitungan akan dilakukan hingga nanti pada output IC 7493
menunjukkan 1001 dan kemudian dilakukan reset kembali. Hal
ini disebabkan, ketika input menjadi 1010, maka nilai 1 yang
terdapat pada output QB dan QD akan menjadi input bagi R1
dan R2. Hal inilah yang akan membuat proses reset terjadi, dan
penghitungan IC 7493 diulangi dari 0.
Proses representasi BCD tidak hanya terpaku untuk
melakukan penghitungan dimulai dari 0000 hingga 1001 (atau
0 hingga 9 pada desimal), tetapi bisa juga untuk bilangan biner
lainnya. Hal ini bisa dicapai dengan melakukan konfigurasi R1
dan R2 terhubung pada output dari IC 7493 yang berada pada
pin 8, 9, 11, dan 12. Apabila R1 dan R2 sama-sama menerima
sinyal 1, maka IC 7493 akan mengalami pembersihan nilai pada
keseluruhan sel flip-flop. Pembersihan ini akan membuat IC
7493 mengalami proses penghitungan dimulai dari 0000 hingga
konfigurasi antara R1, R2, dengan output dari IC 7493 yang
ditentukan nantinya.
106
• Stopwatch Digital
Pada stopwatch digital, bisa dibagi menjadi beberapa
rangkaian yaitu: rangkaian Timer (clock), rangkaian Decade
Counter, dan rangkaian Decoder. Agar Bapak/Ibu lebih
memahami stopwatch digital yang akan kita bahas, maka lebih
baik lagi jika kita membahas masing-masing rangkaian yang
menjadi penyusunnya.
✓ Rangkaian Timer (Clock)
Rangkaian ini memiliki fungsi sebagai penghasil
pulsa clock yang akan membuat seluruh bagian dari sistem
bekerja secara sinkron. IC NE555 merupakan komponen
utama dalam perancangan rangkaian timer. Skema
rangkaian timer ini dapat dilihat pada gambar 4.3. berikut:
C1
1uF U1
2
4
R
CV
TR
1 8
GND VCC
RV1
DC
TH
50%
6
NE555
D1
100
LED-RED 10 R1
Gambar 4.3. Skema Rangkaian Timer Menggunakan IC
NE555
✓ Decade Counter
Rangkaian counter memiliki fungsi sebagai
pencacah atau penghitung pulsa clock yang masuk ke sistem
107
stopwatch digital. Karakteristik memori terdapat pada
rangkaian ini, dan memiliki peranan yang sangat penting
pada sistem. Counter yang digunakan pada sistem ini adalah
Asynchronous BCD Counter yang akan melakukan proses
penghitungan data input yang diberikan oleh IC NE555.
Output yang dihasilkan counter ini tersedia dalam format
data BCD (Binary Coded Decimal) secara asynchronous
(tidak sinkron/tidak simultan).
Proses penghitungan pada Asynchronous BCD
Counter dilakukan secara bertahap, dimana data output dari
flip-flop pertama menjadi input pada flip-flop kedua.
Kemudian output pada flip-flop kedua menjadi input dari
flip-flop ketiga. Selanjutnya output dari flip-flop ketiga
menjadi input pada flip-flop keempat dan seterusnya.
Rangkaian Asynchronous BCD Counter disusun
dengan menggunakan 4 buah JK flip-flop (JK-FF). JK-FF
menggunakan IC 7473 sebanyak 2 buah (untuk seterusnya
disebut sebagai IC 7473 A dan IC 7473 B), sesuai dengan
gambar 4.4.berikut:
108
R1
150
D1 D2 D3 D4
LED-BLUE LED-BLUE LED-BLUE LED-BLUE
U4:A
1
2 9
8
14 12 7 9 14 12 7 9
J Q J Q J Q J Q
4023
1 5 1 5
CLK CLK CLK CLK
3 13 10 8 3 13 10 8
K Q K Q K Q K Q
R
R
U1:A U1:B U2:A U2:B
2
6
74LS73 74LS73 74LS73 74LS73
Gambar 4.4. Rangkaian Asynchronous BCD Decade Counter dengan 4 buah JK-
FF
Pencacahan pada rangkaian Asynchronous BCD
Decade Counter dengan menghitung data secara berurutan
yang berasal dari input clock pada JK-FF pertama (pin 1 IC
7473 A). Output dari JK-FF pertama (pin 12 pin 1 IC 7473
A) menjadi input pada JK-FF kedua (pin 5 IC 7473 A).
Output pada JK-FF kedua (pin 9 IC 7473 A) menjadi input
dari JK-FF ketiga (pin 1 IC 7473 B). Output dari JK-FF
ketiga (pin 12 IC 7473 B) menjadi input dari JK-FF keempat
(pin 5 IC 7473 B). Dan output JK-FF keempat (pin 9 IC
7473 B) dihubungkan ke input IC 4023.
Dalam proses pencacahan, ketika data
Asynchronous BCD Decade Counter mencapai nilai 9
(1001), maka IC 4023 akan mengirimkan sinyal terhadap
input reset pada masing-masing JK-FF. Dengan demikian
pencacahan yang dilakukan oleh Asynchronous BCD
109
Decade Counter kembali pada nilai 0 (0000), sesuai dengan
tabel 4.2. dan gambar timing diagram berikut:
Tabel 4.2. Tabel Input/Output Asynchronous BCD
Decade Counter
Output Asynchronous BCD Decade
Pencacahan Nilai
Counter
Clock Desimal
Q4 Q3 Q2 Q1
1 0 0 0 0 0
2 0 0 0 1 1
3 0 0 1 0 2
4 0 0 1 1 3
5 0 1 0 0 4
6 0 1 0 1 5
7 0 1 1 0 6
8 0 1 1 1 7
9 1 0 0 0 8
10 1 0 0 1 9
Output Asynchronous BCD Decade Counter
11
direset
110
Gambar 4.5. Timing Diagram Asynchronous BCD Decade Counter
✓ Rangkaian BCD ke Seven Segment
Agar mendapatkan nilai yang asli, maka decoder
dibutuhkan untuk menampilkannya. Pada rangkaian
Asynchronous BCD Decade Counter, output yang
dihasilkan berupa bilangan biner. Ketika kita ingin
menampilkan pada seven segment, maka dibutuhkan
dekoder dengan output sebanyak 2n.
Dekoder menerima input biner dari Asynchronous
BCD Decade Counter, kemudian melakukan pengubahan
yang nantinya ditampilkan pada seven segment. Dekoder
yang bisa digunakan memiliki dua jenis, yaitu IC TTL 7447
dan IC TTL 7448.
Kedua jenis IC ini (7447 dan 7448) memiliki fungsi
yang sama, tetapi berbeda dalam penerapannya. Dimana IC
7447 biasanya digunakan sebagai driver seven segment
111
common anoda, dan IC 7448 dipakai sebagai driver seven
segment common katoda ditunjukkan pada gambar 4.6.
berikut.
U1 R1
7 13
A QA
1 12
2
B QB
11
R2 150k
C QC
6 10
4
D QD
9
R3 150k
BI/RBO QE
5 15
3
RBI QF
14
R4 150k
LT QG
74LS48
R5 150k
R6 150k
R7 150k
150k
112
Tabel 4.3. Tabel kebenaran dekoder IC 7448 ke Seven Segment.
Desi Input Output
̅̅̅̅̅̅
𝑅𝐵𝑂
mal ̅̅̅̅
𝐿𝑇 ̅̅̅̅̅
𝑅𝐵𝐼 D C B A 𝑎̅ 𝑏̅ 𝑐̅ 𝑑̅ 𝑒̅ 𝑓̅ 𝑔̅
0 H H L L L L H L L L L L L H
1 H X L L L H H H L L H H H H
2 H X L L H L H L L H L L H L
3 H X L L H H H L L L L H H L
4 H X L H L L H H L L H H L L
5 H X L H L H H L H L L H L L
6 H X L H H L H H H L L L L L
7 H X L H H H H L L L H H H H
8 H X H L L L H L L L L L L L
9 H X H L L H H L L L H H L L
113
Berdasarkan gambar 4.7, kaki katoda dari LED yang
menyusun seven segmen terhubung menjadi 1 pin. Dengan
anoda LED berfungsi sebagai input pada masing-
masingnya. Kaki katoda yang terhubung ini menjadi
terminal negatif, kemudian pengendali segmen yang akan
diaktifkan diserahkan kepada masing-masing anoda.
114
✓ Prinsip Kerja
1. Komponen yang paling utama dalam rangkaian
Stopwatch Digital ini adalah terdapat pada clock (timer).
Semakin kecil nilai resistansi yang diberikan pada
rangkaian clock (timer), maka semakin cepat detakan
clocknya.
2. Pertama, tombol reset terlebih dahulu ditekan.
Kemudian untuk memulai menghitung, maka tekan
tombol start dan lepaskan tombol reset. Pada rangkaian
milidetik, millidetik terdiri dari satuan 0-9 dan 0-5. Pada
saat puluhan di posisi 5 dan satuan berada di posisi 9
yang berarti millidetik 59, maka rangkaian millidetik ini
akan me-reset menjadi 00 dan akan menambah 1 pada
satuan detik. Pada angka puluhan pada millidetik hanya
menunjukkan angka 5 karena pada saat menghitung
angka 6 (0110) digit yang benilai 1 akan terhubung
dengan master reset IC 7490 yaitu pada R01 terhubung
dengan Q2 melalui IC 7432 kemudian R02 terhubung
dengan Q1 melalui IC 7432.
3. Begitupun pada pengaturan detik, menit maupun jam
sama dengan pengaturan pada millidetik. Jika cacahan
telah sampai 59 maka rangkaian sebelumnya akan
mereset menjadi 00 dan akan menambah 1 pada satuan
rangkaian berikutnya.
4. Kemudian untuk menghentikan hitungan, maka tombol
stop/pause ditekan. Dan untuk mereset semua segment
menjadi 00.00.00.00 maka tekan sekali lagi tombol
reset. Rangkaian akan tereset karena adanya IC gerbang
OR (7432).
115
• Multiplexer dan Demultiplexer
Multiplexer memungkinkan proses transmisi berbagai
jenis data dalam satu saluran transmisi. Sebaliknya,
demultiplexer memungkinkan satu buah sumber melakukan
output yang beragam. Penerapan dari multiplexer dapat dilihat
sebagai berikut, yaitu:
✓ Audio Multiplexer
Dalam penerapannya, sinyal audio berasal dari
beberapa perangkat yang berbeda dipasang pada input dari
multiplexer. Kemudian berdasarkan input pada bagian
pemilihan (selected source), sinyal dari perangkat tertentu
yang akan ditampilkan pada bagian output multiplexer.
116
akan ditampilkan ditentukan berdasarkan selected source
dari multiplexer.
Prinsip kerja dari audio multiplexer ini adalah:
1. Jika selected source A bernilai 0, dan B juga bernilai 0.
Maka sinyal audio yang ditampilkan berasal dari MP3
Player.
2. Ketika selected source A bernilai 0, dan B bernilai 1.
Sinyal audio yang muncul pada output berasal dari
laptop sound card.
3. Saat selected source A bernilai 1, dan B memiliki nilai
0. Sinyal audio pada output berasal dari digital satelit.
4. Jika selected source A bernilai 1, dan B juga bernilai 1.
Maka sinyal audio pada output berasal dari digital cable
tv.
117
Gambar 4.10. Penerapan Demultiplexer pada Komputer
118
• Adder
Penerapan dari adder dapat diaplikasikan dengan
kalkulator sederhana. Kalkulator ini memiliki dua fungsi yaitu:
adder sebagai penambah, dan XOR sebagai pengurang. Skema
operasi dari kalkulator sederhana dapat dilihat pada gambar
4.11.berikut:
start
Dekoder Dekoder
7447 7447
ADDER XOR
Dekoder Output 7
7447 end
segmen
119
switch yang mana saat menjumlahkan kode binary tersebut
dimulai dari sisi kanan terlebih dahulu dimana nilai terkecil
atau (LSB) dan dilanjutkan dengan menjumlahkan kolom
berikutnya dengan memperhatikan apakah ada nilai pindah
(carry) yang harus dijumlahkan.
120
Gambar 4.12. Rangkaian Skematik Kalkulator
Sumber : (Ashiddiq, 2015)
✓ Prinsip Kerja
1. Switch S1 sampai S8 memberikan input berupa bilangan
biner yang nantinya diproses oleh adder ataupun XOR.
2. Jika input diarahkan ke adder, maka nilai pertama yang
diinputkan akan ditambahkan dengan nilai berikutnya.
3. Ketika input diarahkan ke XOR, maka nilai berikutnya
akan mengurangi nilai sebelumnya.
121
4. Hasil dari operasi yang dilakukan, dimunculkan pada
seven segment yang sebelumnya diubah menggunakan
dekoder.
4. Forum Diskusi
Temukanlah beberapa penerapan rangkaian digital enkoder dan
dekoder pada pada kehidupan sehari-hari. Jelaskan prinsip kerja
rangkaian tersebut serta blok diagramnya.
C. Penutup
1. Rangkuman
a. Penghitungan bilangan biner dapat dilakukan dengan IC jenis 7493.
b. Gerbang logika dasar dan Rangkaian Kombinasi serta Sekuensial
dapat diterapkan sebagai Stopwatch Digital, dan Kalkulator Biner
sederhana.
c. Multiplexer dapat diterapkan pada sistem audio.
d. Penerapan demultiplexer bisa dilakukan pada sistem komputer.
2. Soal Formatif
1. Berdasarkan gambar di bawah ini, nilai keluaran pada IC 7486 (pin
3 dan 6), IC 7408 (pin 3 dan 6), dan IC 7432 (pin 3) secara berurutan
adalah:
SW1 U1:A
1
3
SW-SPDT 2 U1:B
4
SW2 74LS86 6
5
SW-SPDT 74LS86
SW3 U2:B
4
6
SW-SPDT 5 U3:A
U2:A 1
1 7408 3
3 2
2
7432
7408
122
a. 0, 0, 1, 1, 1
b. 1, 0, 1, 1, 1
c. 0, 0, 0, 0, 0
d. 0, 1, 0, 0, 0
e. 1, 1, 0, 0, 0
2. Berdasarkan gambar di bawah ini, nilai keluaran pada IC 7486 (pin
3 dan 6), IC 7408 (pin 3 dan 6), dan IC 7432 (pin 3) secara berurutan
adalah:
SW1 U1:A
1
3
SW-SPDT 2 U1:B
4
SW2 74LS86 6
5
SW-SPDT 74LS86
SW3 U2:B
4
6
SW-SPDT 5 U3:A
U2:A 1
1 7408 3
3 2
2
7432
7408
a. 1, 0, 1, 1, 1
b. 0, 1, 1, 0, 1
c. 0, 0, 0, 0, 0
d. 0, 1, 0, 0, 0
e. 1, 0, 1, 0, 1
3. Hasil konversi bilangan 1458 = ….(2)
a. 001100101
b.101100101
c. 111100101
d.101110111
e. 101100111
4. Bilangan BE516 di konversi menjadi bilangan desimal adalah…
a. 304010
123
b. 304510
c. 301010
d. 300010
e. 301610
5. Persamaan untuk rangkaian berikut ini adalah…
a. Z = C. (B.C)
b. Z = A . (B+C)
c. Z = B . (A +B)
d. Z = C + (B.A)
e. Z = A + (B.C)
6. Hasil penyederhanaan persamaan F = ACD + ABCD adalah…
a. ABC + ABCD
b. ACD + BCD
c. ABCD + ABC
d. ABC + ABCD
e. ABCD + AB
7. Berdasarkan gambar di bawah ini, nilai keluaran pada IC 7486 (pin
3 dan 6), IC 7408 (pin 3 dan 6), dan IC 7432 (pin 3) secara berurutan
adalah:
124
SW1 U1:A
1
3
SW-SPDT 2 U1:B
4
SW2 74LS86 6
5
SW-SPDT 74LS86
SW3 U2:B
4
6
SW-SPDT 5 U3:A
U2:A 1
1 7408 3
3 2
2
7432
7408
a. 0, 1, 1, 0, 0
b. 1, 0, 1, 1, 1
c. 1, 0, 0, 1, 1
d. 0, 1, 0, 0, 0
e. 1, 1, 1, 1, 1
8. Dekoder saluran n-ke-m memiliki:
a. Nilai m < n
b. Nilai m = n
c. Nilai m < 2n
d. Nilai m > 2n
e. Nilai m = 2n
9. Flip-flop RS memiliki kondisi yaitu set, reset, clear, dan
inderteminate. Kondisi indeterminate terjadi dengan adanya
konfigurasi input:
a. 𝑆 = 0, 𝑅 = 1, 𝑄 = 1 b. 𝑆 = 0, 𝑅 = 1, 𝑄 = 0
c. 𝑆 = 1, 𝑅 = 0, 𝑄 = 1 d. 𝑆 = 1, 𝑅 = 1, 𝑄 = 0
e. 𝑆 = 0, 𝑅 = 0, 𝑄 = 0
125
b. flip-flop RS dan flip-flop JK
c. flip-flop T atau flip-flop RS
d. flip-flop T atau flip-flop D
e. flip-flop T dan flip-flop D
Daftar Pustaka
Agarwal, A., & Lang, J. (2005). Foundations of analog and digital electronic
circuits. Elsevier/Morgan Kaufmann.
Millman, J., & Halkias, C. C. (1972). Integrated Electronics: Analog and Digital
Circuits and Systems. Texas: Mcgraw-Hill.
Patrick, D. R., Fardo, S., & Chandra, V. (2008). Electronic Digital System
Fundamentals. Fairmont Press; CRC Press.
Tugas Akhir
Desainlah rangkaian jam digital untuk tampilan jam, menit, dan detik
menggunakan seven-segment common Anoda sebagai tampilan ouputnya.
Tes Sumatif
1. Konversi bilangan 35110 = …..(8)
a. 5558
b. 5308
c. 5298
d. 5378
e. 5358
2. Jika diketahui tahun lahir Anto adalah 1998. Ubahlah angka desimal tahun
lahir Budi tersebut menjadi biner. Urutan angka sisa hasil pembagian biner
tahun lahir Budi adalah…..
a. 0110 1100 0100
b. 0111 1100 0100
126
c. 0110 1101 0100
d. 0110 1101 0101
e. 0110 1101 0111
3. Ubahlah bilangan oktal ke heksadesimal dari 2578 = ….(16)
a. AF16
b. AB16
c. AC16
d. BF16
e. BC16
4. Hasil operasi perkalian bilangan biner 111 dengan 110 adalah …….
a. 101110
b. 101011
c. 111010
d. 111110
e. 101010
5. Bilangan oktal adalah bilangan ber “Radix”….
a. 6
b. 7
c. 8
d. 2
e. 16
6. Hasil bagi bilangan biner 11110 dibagi dengan 1001 adalah …..
a. 11.110
b. 11.001
c. 10.110
d. 11.011
e. 11.010
7. Persamaan untuk rangkaian berikut ini adalah…
127
a. Z = (A + B). A
b. Z = (AB). A
c. Z = (A + B). A
d. Z = (A + B) + A
e. Z = A.B. A
8. Perhatikan tabel kebenaran dari persamaan Z = (A + B) . C berikut ini.
OUTPUT
Tabel Kebenaran Z = (A + B) . C
A B C A+B Z = (A + B) . C
0 0 0 0 0
0 0 1 V W
0 1 0 1 0
1 0 0 X Z
Isilah bagian dari tabel kebenaran yang diberi label huruf V,W dan X,Z
diatas.
a. 1 0 dan 1 0
b. 0 0 dan 1 0
c. 0 1 dan 1 0
d. 1 1 dan 1 0
e. 1 1 dan 1 1
128
9. Perhatikan tabel kebenaran berikut ini.
OUTPUT
Tabel Kebenaran
A B A+ B Z = (A + B). A
0 0 0 ….….
0 1 1 1
1 0 1 ….…
1 1 1 0
x
A
y
z B
129
e. 11 dan 11
11. Ubahlah Y = AB + C menjadi bentuk NOR adalah…
a. Y = (A + C) + (B + C)
b. Y = (A + C) + (B + C)
c. Y = (A + C) + (B + C)
d. Y = (A + C) + (B + C)
e. Y = (A + C) + (B + C)
a. Y = A + B + C
b. Y = A + B.C
c. Y = (A + C) (B + C)
d. Y = (A + C) (B + C)
e. Y = (A + C) (B + C)
a. Y = (AB).(C)
b. Y = (A B) +(C)
c. Y = (AB) +(C)
d. Y = (AB + (C)
e. Y = (AB) +(C)
d. A + B
130
e. B + A
15. Perhatikan bagian dari tabel kebenaran berikut.
INPUT OUTPUT
A B S Cn
0 1 1 …..
1 1 0 …..
131
e. 3 Gerbang XOR-2 input, 2 gerbang AND-2 input, dan 1 Gerbang OR-
3 input
18. Rangkaian logika yang berfungsi memilih data yang ada pada inputnya
untuk saluran
ke outputnya dengan banyuan sinyal pemilih atau sinyal kontrol
adalah….
a. Demultiplexer
b. Multiplexer
c. Half Adder
d. Full Adder
e. Encoder
19. Perhatikan gambar berikut merupakan gambar untuk soal no 19 dan 20.
U1:A U2:A
1
3 1 2
2
7404 U1:C
7408 U2:C
9
SW2 8 5 6
10
7404
SW-SPDT 7408
Output pada pin 3, pin 6, dan pin 8 dari IC 7408 memiliki nilai:
a. 0, 0, 1
b. 0, 1, 0
c. 1, 0, 1
d. 1, 1, 0
e. 1, 1, 1
20. Perhatikan gambar pada soal no 19 di atas.Output pada pin 2, pin 4, dan
pin 6 dari IC
7404 memiliki nilai:
132
a. 0, 0, 1
b. 0, 1, 0
c. 1, 0, 1
d. 1, 1, 0
e. 1, 1, 1
21. Gambar berikut merupakan gambar untuk soal 21 dan 22.
Output pada pin 3, pin 6, dan pin 8 dari IC 7408 memiliki nilai:
a. 0, 0, 1
b. 0, 1, 0
c. 1, 0, 1
d. 1, 1, 0
e. 1, 1, 1
22. Perhatikan gambar pada soal no 21 di atas. Output pada pin 2, pin 4, dan
pin 6 dari IC
7404 memiliki nilai:
a. 0, 0, 1
b. 0, 1, 0
c. 1, 0, 1
d. 1, 1, 0
e. 1, 1, 1
133
23. Berdasarkan gambar di bawah ini, nilai keluaran pada IC 7486 (pin 3 dan
6), IC 7408 (pin 3 dan 6), dan IC 7432 (pin 3) secara berurutan adalah:
SW1 U1:A
1
3
SW-SPDT 2 U1:B
4
SW2 74LS86 6
5
SW-SPDT 74LS86
SW3 U2:B
4
6
SW-SPDT 5 U3:A
U2:A 1
1 7408 3
3 2
2
7432
7408
a. 0, 0, 1, 1, 1
b. 1, 0, 1, 1, 1
c. 1, 1, 0, 0, 0
d. 0, 1, 0, 0, 0
e. 1, 1, 1, 1, 1
24. Berdasarkan gambar di bawah ini, nilai keluaran pada IC 7486 (pin 3 dan
6), IC 7408 (pin 3 dan 6), dan IC 7432 (pin 3) secara berurutan adalah:
SW1 U1:A
1
3
SW-SPDT 2 U1:B
4
SW2 74LS86 6
5
SW-SPDT 74LS86
SW3 U2:B
4
6
SW-SPDT 5 U3:A
U2:A 1
1 7408 3
3 2
2
7432
7408
a. 0, 0, 1, 1, 1
b. 1, 0, 1, 1, 1
134
c. 1, 1, 0, 0, 0
d. 0, 1, 0, 0, 0
e. 1, 1, 1, 1, 1
25. Berdasarkan gambar di bawah ini, nilai keluaran pada IC 7486 (pin 3 dan
6), IC 7408 (pin 3 dan 6), dan IC 7432 (pin 3) secara berurutan adalah:
SW1 U1:A
1
3
SW-SPDT 2 U1:B
4
SW2 74LS86 6
5
SW-SPDT 74LS86
SW3 U2:B
4
6
SW-SPDT 5 U3:A
U2:A 1
1 7408 3
3 2
2
7432
7408
a. 1, 0, 0, 1, 1
b. 1, 0, 1, 1, 1
c. 0, 1, 1, 0, 0
d. 0, 1, 0, 0, 0
e. 1, 1, 1, 1, 1
26. Kelemahan flip-flop SR adalah….
a. Munculnya output yang tidak dapat didefinisikan ketika (S dan R = 1)
untuk gerbang
NOR sedangkan gerbang NAND (S dan R= 0)
b. Munculnya output yang tidak dapat didefinisikan ketika (S dan R = 1)
untuk gerbang XOR sedangkan gerbang NAND (S dan R= 0)
c. Munculnya output yang tidak dapat didefinisikan ketika (S dan R = 0)
untuk gerbang NOR sedangkan gerbang NAND (S dan R= 1)
d. Munculnya output yang tidak dapat didefinisikan ketika (S=0 dan R =
1) untuk gerbang XOR sedangkan gerbang NAND (S = 1 dan R= 0)
135
e. Munculnya output yang tidak dapat didefinisikan ketika (S dan R = 1)
untuk gerbang XOR sedangkan gerbang NAND (S dan R= 0)
27. Suatu rangkaian logika jika dikatakan memiliki input jenis active-low
jika rangkaian tersebut memberikan input….
a. Rendah
b. Tinggi
c. Rendah ketika aktif
d. Tinggi ketika aktif
e. Semua salah
28. Jam digital terdiri dari tiga bagian rangkaian utama yaitu jam, menit dan
detik. Penyusun bagian detik adalah…
a. Pencacah modulo BCD dan pencacah modulo 3
b. Pencacah modulo oktal dan pencacah modulo 6
c. Pencacah modulo BCD dan pencacah modulo 6
d. Pencacah modulo 2 dan pencacah modulo 3
e. Pencacah modulo desimal dan pencacah modulo 6
29. Jam digital dapat dioperasikan dengan frekuensi jala-jala….
a. 100 HZ - 200 HZ
b. 50 HZ atau 60 HZ
c. 1000 HZ - 2000 HZ
d. 2000 HZ
e. 3000 HZ
30. Osilator kristal pada jam digital berfugsi sebagai…
a. Ouput dari bagian jam
b. Ouput bagian menit
c. Output bagian detik
d. Sumber clock dasar
e. Sumber arus atau daya
136
Kunci Jawaban Tes Formatif KB 1-4
✓ Kegiatan Belajar 1
Nomor soal Kunci Jawaban
1 C
2 D
3 B
4 E
5 C
6 C
7 A
8 A
9 D
10 A
✓ Kegiatan Belajar 2
Nomor soal Kunci Jawaban
1 C
2 D
3 B
4 D
5 A
6 E
7 E
8 D
9 E
10 B
✓ Kegiatan Belajar 3
Nomor soal Kunci Jawaban
1 E
2 B
3 D
4 D
5 A
6 C
7 C
8 A
9 C
10 E
137
✓ Kegiatan Belajar 4
Nomor soal Kunci Jawaban
1 E
2 B
3 A
4 B
5 E
6 B
7 C
8 C
9 D
10 D
138