Disusun oleh:
Kelompok II
MUHARDIS
NUR ALIM NOOR
SUCIATI RAHAYU WIDYASTUTI
1
DAFTAR ISI
DAFTAR GAMBAR
2
A. PENDAHULUAN
a. Latar Belakang
Pada desain penelitian kuasi-eksperimen terdapat berbagai macam jenis desain, desain
tersebut digunakan sesuai dengan tujuan dari penelitian yang akan dilakukan. Karena dalam
memilih rancangan penelitian, seorang peneliti harus dengan cermat memilih desain
penelitian agar tidak salah dalam melakukan analisis data pada akhirnya. Dari berbagai jenis
desain penelitian kuasi-eksperimen, diantaranya adalah the noneguivalent control group
design dan counterbalaced designs. Terkadang tidak memungkinkan menempatkan suatu
subjek penelitian secara random ke dalam kelompok-kelompok. Peneliti memiliki kesulitan
untuk memperoleh izin menggunakan siswa di sekolah dengan mengelompokkan sesuai
kehendak peneliti. Peneliti terkadang harus menerima apa adanya kelas yang telah ada atau
telah dibentuk. Apabila kondisinya seperti itu, tidak ada jalan lain untuk dapat tetap
melakukan penelitian, namun dengan desain penelitian kuasi-eksperimen.
Dengan keadaan kelas yang sudah ada atau sudah terbentuk, dalam pelaksanaannya
peneliti memilih kelompok-kelompok subyek yang telah ada untuk ditetapkan sebagai
kelompok kontrol dan kelompok eksperimen. Oleh karena itu, kelompok-kelompok tersebut
berpeluang tidak setara dalam berbagai aspek. Dalam keadaan tersebut peneliti dapat
menggunakan desain kuasi-eksperimen the noneguivalent control group design dan
counterbalaced designs, jika tujuannya peneliti ingin melihat pengaruh dari suatu variabel
bebas terhadap variabel terikatnya dengan menggunakan kelompok kontrol.
Counterbalaced designs merupakan desain yang diciptakan untuk mengatasi
kelemahan-kelemahan desain penelitian yang tidak menggunakan kelompok kontrol dalam
penelitian kuasi-eksperimennya, terutama jika anggota sampel terbatas, tidak dapat
melakukan pretes, dan yang diuji lebih dari satu variasi perlakuan. Setiap desain penelitian
eksperimen maupun kuasi-eksperimen memang diperuntukan sesuai kondisi, untuk kondisi
dengan keterbatasan tertentu cocok atau sesuai dengan desain tertentu. Lalu secara lebih
terperinci, apa itu the noneguivalent control group design dan Counterbalaced designs?
Kapan digunakannya? Bagaimana langkah penyusunannya? Analisis statistika apa yang
digunakan? Bagiamana contoh kasus dari kedua desain penelitian tersebut?. Semua
pertanyaan tersebut akan terjawab pada pembahasan makalah ini.
d. TUJUAN PENULISAN
Adapun tujuan dalam penulisan makalah ini adalah :
1. Untuk mengetahui makna dan kegunaan dari the noneguivalent control group design.
2. Untuk mengetahui makna dan kegunaan dari counterbalaced designs.
e. METODE PENULISAN
Metode yang penulis pakai dalam penulisan makalah ini adalah metode kepustakaan yakni
menggunakan sarana kepustakaan untuk menggali bahan yang berkenaan dengan judul
makalah yang ada.
4
B. PEMBAHASAN
1. THE NONEQUIVALENT CONTROL GROUP DESIGN
Rancangan penelitian the nonequivalent control group design merupakan salah satu
rancangan penelitian kuasi-ekperimen. Dalam rancangan ini kelompok ekpserimen dan
kelompok kontrol diseleksi tanpa prosedur penempatan acak (without random assignment).
Pada kedua kelompik tersebut, dilakukan pre-test dan post-test. Namun hanya pada kelompok
eksperimen saja yang diperikan treatment. (Creswell, 2016).
Rancangan penelitian ini digambarkan sebagai berikut:
O X O
O O
Rancangan kelompok nonekuivalen ini disebut juga sebagai untreated control group
design with pretest and posttest. Rancangan penelitian ini dikategorikan sebagai rancangan
eksperimen kuasi (quasi experiment design). Rancangan ini sangat sering dipakai dalam
penelitian. Rancangan diatas juga digambarkan sebagai berikut:
Rancangan di atas (rancangan kuasi eksperimen) tidak menggunakan random
assignment sehingga ada kelemahan-kelemahan jika dibandingkan rancangan eksperimen
yang sebenarnya. Namun demikian, rancangan ini dilakukan dengan jadwal perlakuan dan
pengamatan yang sangat cermat. Rancangan ini memberikan landasan yang kuat untuk
memberikan alasan untuk mengendalikan ancaman yang berkaitan dengan validitas internal.
Sebagaimana kita saksikan di atas, rancangan di atas tidak melakukan random
terhadap kelompok subjek bahwa garis putus-putus di antara kedua kelompok menunjukkan
kelompok-kelompok yang ditetapkan tidak dipilih secara random (nonrandomly assigned
groups).
Non-Equivalent Grup Desain adalah desain yang paling sering digunakan dalam
penelitian sosial. Hal ini terstruktur seperti sebuah eksperimen pretest posttest-acak. Dalam
NEGD, kita paling sering menggunakan grup utuh yang kita anggap sama seperti perlakuan
dan kelompok kontrol. Dalam pendidikan, kita bisa memilih dua kelas yang sebanding.
Dalam penelitian berbasis masyarakat, kita bisa menggunakan dua komunitas yang sama.
Kita mencoba untuk memilih grup yang semirip mungkin, tapi kita tidak pernah bisa yakin
kelompok-kelompok yang sebanding. Atau, dengan kata lain, tidak mungkin bahwa kedua
kelompok akan mirip jika mereka kita tugaskan melalui undian acak. Karena sering
kemungkinan bahwa kelompok-kelompok yang tidak setara. Berarti bahwa tugas yang kita
berikan untuk kelompok seharusnya tidak acak. Dengan kata lain, peneliti tidak menguasai
5
tugas untuk kelompok melalui mekanisme penugasan acak., ini yang dinamakan
desain kelompok non equivalent.
Metode penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah eksperimen kuasi
dengan pola nonequivalent control group design (pretest-postest yang tidak ekuivalen).
Eksperimen itu sendiri adalah observasi di bawah kondisi buatan (artificial condition) di
mana kondisi tersebut dibuat dan diatur oleh si peneliti. Sedangkan penelitian
eksperimental adalah penelitian yang dilakukan dengan mengadakan manipulasi
terhadap objek penelitian serta adanya kontrol. (Moh. Nazir, 2005).
Alasan peneliti memilih penelitian eksperimen karena suatu eksperimen dalam
bidang pendidikan dimaksudkan untuk menilai adanya pengaruh suatu tindakan terhadap
tingkah laku atau menguji ada tidaknya pengaruh tindakan itu. Tindakan di dalam
eksperimen disebut treatment yang artinya pemberian kondisi yang akan dinilai
pengaruhnya.
Dalam pelaksanaan penelitian eksperimen, kelompok eksperimen dan kelompok
kontrol sebaiknya diatur secara intensif sehingga kedua variabel mempunyai
karakteristik yang sama atau mendekati sama. Yang membedakan dari kedua kelompok
ialah bahwa grup eksperimen diberi treatment atau perlakuan tertentu, sedangkan grup
kontrol diberikan treatment seperti keadaan biasanya. Dengan pertimbangan sulitnya
pengontrolan terhadap semua variabel yang mempengaruhi variabel yang sedang diteliti
maka peneliti memilih eksperimen kuasi. Dasar lain peneliti menggunakan desain
eksperimen kuasi karena penelitian ini termasuk penelitian sosial.
Gambaran mengenai rancangan nonequivalent control group design (Sugiyono, 2007)
sebagai berikut,
O1 X O2
O3 O4
6
Untuk itu, dalam Sutrisno Hadi (2004 : 468-469) disebutkan
a . Pre eksperiment measurenment (pengukuran sebelum perlakuan),
b . Treatment (tindakan pelaksanaan eksperimen), dan
c. Post eksperiment measurenment (pengukuran sesudah eksperimen berlangsung).
PRE-TEST POST-TES
KELAS KONTROL (X2)
7
Treatmen di kelas eksperimen menggunakan perlakuan A, sedangkan dalam
kelompok kontrol menggunakan perlakuan B. Masing-masing perlakuan dilaksanakan
dalam waktu 2x 40 menit.
3). Tahap ketiga, Post Eksperiment Measurenment
Langkah ketiga sekaligus langkah terakhir adalah memberikan soal post test puisi
pada kelompok eksperimen maupun pada kelompok kontrol. Bentuk soal post test sama
seperti yang dahulu diberikan pada pre test. Hasilnya berupa data kemampuan akhir
siswa yang digunakan untuk mengetahui pengaruh yang ditimbulkan akibat dari
pemberian perlakuan.
Contoh Kasus:
Pengaruh Strategi Pengorganisasian Pembelajaran terhadap Hasil Belajar Siswa pada
Pembelajaran Matematika.
Adapun rencana atau desain penelitian ini menggunakan the nonequivalent control group
design dinyatakan sebagai berikut:
E : O1 X1 O2
K : O1 O2
Keterangan :
E : Kelompok Eksperimen
K : Kelompok Kontrol
X1 : Perlakuan untuk kelompok eksperimen 1 yaitu pembelajarannya menggunakan
Strategi Pengorganisasian Pembelajaran Berdasarkan Teori Elaborasi (treatmen pada
variabel bebas)
O1 : Pre-test
O2 : Post-test
8
2. COUNTERBALANCED DESIGNS
Menurut Fraenkel (1993), desain konterbalans menggunakan kelas di mana semua
kelas merupakan kelas eksperimen dan tidak ada kelas kontrol karena di dalam desain ini
dilakukan treatment di dalam setiap kelasnya, hanya saja perbedaannya adalah terletak pada
subbahasan atau kompetensi dasar yang dilakukan di setiap kelas dengan berbeda treatment.
Selanjutnya, Ary Donald (2010) menyatakan bahwa desain jenis ini umumnya
menggunakan lebih dari satu intact class (kelas yang sudah terbentuk sebelumnya) lalu
dirotasi perlakuannya pada interval waktu tertentu. Perbedaan utama antara jenis ini dengan
jenis sebelumnya adalah bahwa seluruh kelompok akan mengalami perlakuan yang sama,
tetapi dengan urutan yang berbeda-beda.
Jenis ini lazim digunakan apabila seorang pembelajar ingin melihat perbandingan efek
perlakuan yang sama kepada kelompok yang berbeda. Desain ini juga dapat digunakan jika
perlakuan yang akan diterapkan lebih dari satu jenis.
Kelebihan dari desain ini adalah seluruh kelompok mendapat perlakuan yang sama,
sehingga mengurangi risiko akan terjadinya kekecewaan dari satu kelompok karena merasa
diperlakukan tidak adil di dalam proses eksperimen. Tetapi bisa juga terjadi bahwa jika
perlakuan yang dikenakan harus secara berurutan atau sekuensial, maka hasil eksperimen
pada kelompok tertentu (yang terkena perlakuan tidak urut) akan mendapatkan hasil yang
berbeda. Risiko lain adalah kebosanan dari kelompok yang mendapat perlakuan, jika
perlakuan yang diberikan dianggap terlalu banyak.
Sedangkan kelemahan desain ini adalah interferensi perlakuan ganda yang potensial
yang dapat timbul bila kelompok yang sama menerima lebih dari satu perlakuan. Dengan
demikian, desain berimbang hanya dapat digunakan apabila perlakuan-perlakuan seperti yang
menyingkapkan pada yang satu, tidak akan memengaruhi evaluasi terhadap keefektifan yang
lain. (Emzir, 2008: 105).
Selanjutnya, Emzir (2008: 104) menjelaskan bahwa dalam desain berimbang ini,
semua kelompok menerima semua perlakuan, tetapi dalam urutan yang berbeda. Dalam
desain untuk tiga kelompok dan tiga perlakuan, jumlah kelompok dapat dilibatkan (dua atau
lebih), pembatasannya hanyalah jumlah kelompok sama dengan jumlah perlakuan. Perlakuan
terhadap kelompok dilakukan secara random. Untuk menentukan keefektifan perlakuan, rata-
rata performasi kelompok untuk setiap perlakuan dapat dibandingkan. Skor postes semua
kelompok untuk perlakuan pertama dapat dibandingkan dengan skor postes dari semua
9
kelompok untuk perlakuan kedua, dan selanjutnya, tergantung jumlah kelompok dan
perlakuan.
Berikut desain yang dimaksud.
X1 O2 X2 02 X3 O2
X1 O2 X2 02 X3 O2
X1 O2 X2 02 X3 O2
Keterangan:
X : Perlakuan
O2: Postes
Sementara itu, Martin melalui model pretest-treatment-posttest dan Ahiri (2008: 127)
menyatakan bahwa desain ini merupakan cara lain untuk menyetarakan kelompok-kelompok
subjek penelitian. Dalam desain ini, semua kelompok diberi perlakuan sama dalam waktu
yang berbeda selama masa eksperimen. Pengaruh perlakuan dapat diketahui dengan cara
membandingkan rata-rata skor tes akhir semua kelompok pada perlakuan 1, 2, dan 3. Desain
ini efektif untuk mengendalikan ancaman ciri khas subjek terhadap validitas internal. Namun
ancaman pengaruh perlakuan ganda terhadap validitas eksternal sulit dikendalikan.
Desain ini dilakukan dengan pertukaran kelompok pada waktu-waktu tertentu selama
masa eksperimen. Misalnya, untuk setengah masa eksperimentasi yang pertama, kelompok 1
mungkin menggunakan Metode A dan kelompok 2 menggunakan Metode B, kemudian
untuk setengah masa berikutnya keduanya bertukar metode.
Dua kelompok yang ada diberi pretes, kemudian diberikan perlakuan, dan terakhir
diberikan postes. Desain berimbang dilakukan untuk menyetarakan kelompok-kelompok
subjek penelitian. Dalam desain ini, semua kelompok diberi perlakuan yang sama dalam
waktu yang berbeda selama masa eksperimen.
Contoh desain berimbang adalah sebagai berikut.
Desain ini melibatkan dua kelompok subjek, dimana:
1. Kelompok 1 pada awalnya diberi perlakuan A diikuti oleh perlakuan B. Pada akhir masing-
masing perlakuan diberi tes akhir.
2. Kelompok 2 pada awalnya diberi perlakuan B diikuti oleh perlakuan A. Pada akhir masing-
masing perlakuan diberi tes akhir.
10
Untuk lebih jelasnya lihat gambar berikut.
11
Dalam melakukan penelitian dengan desain konterbalans langkah-langkah yang ditempuh
sebagai berikut:
a. menetapkan sejumlah jenis perlakuan yang akan dieksperimenkan.
b. menetapkan sejumlah kelompok sebanyak jumlah jenis perlakuan yang akan
dieksperimenkan.
c. melakukan pemberian perlakuan, masing-masing kelompok mendapat sejumlah jenis
perlakuan secara bersilang, dalam sejumlah sesi sesuai dengan jumlah jenis perlakuan
yang diberikan.
d. Melakukan postest setiap kali selesai pemberian satu jenis perlakuan pada setiap
kelompok.
e. Menghitung rata-rata setiap jenis perlakuan pada setiap kelompok yang mengalami
tiap jenis perlakuan.
f. Melakukan analisis data menggunakan metode statistika analisis variansi.
Contoh Kasus:
Pembelajaran Bermodel Siklus Belajar 7E untuk Meningkatkan Keterampilan Berpikir
Kritis dan Penguasaan Konsep Siswa pada Materi Hidrokarbon
12
C. KESIMPULAN
Metode penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah eksperimen kuasi
dengan pola nonequivalent control group design (pretest-postest yang tidak ekuivalen).
Eksperimen itu sendiri adalah observasi di bawah kondisi buatan (artificial condition) di
mana kondisi tersebut dibuat dan diatur oleh si peneliti. Sedangkan penelitian
eksperimental adalah penelitian yang dilakukan dengan mengadakan manipulasi terhadap
objek penelitian serta adanya kontrol. Desain nonequivalent control group design dalam
menganalaisis statistikanya dengan cara ANACOVA atau Uji-T Independen.
Menurut Fraenkel (1993:253), desain konterbalans menggunakan kelas di mana
semua kelas merupakan kelas eksperimen dan tidak ada kelas kontrol karena di dalam desain
ini dilakukan treatment di dalam setiap kelasnya, hanya saja perbedaannya adalah terletak
pada subbahasan atau kompetensi dasar yang dilakukan di setiap kelas dengan berbeda
treatment. Desain konterbalans menggunakan analisis statistikanya dengan uji ANAVA.
13
DAFTAR PUSTAKA
Ahiri, Jafar. 2008. Metodologi Penelitian Pendidikan. Kendari: Universitas Haluoleo Press.
Ary, Donald et al. 2010. Introduction to Research in Education 8th edition, Wardswoth
Cengage Learning.
Campbell, Donald T dan Stanley, Julian C. 1963. Experimental and Quasi-Experimental
Designs for Research. Houghton Mifflin Company: U.S.A.
Creswell, John W. 2015. Research Desaign : Pendekatan Metode Kualitatif, Kuantitatif, dan
Campuran. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.
Emzir. 2008. Metodologi Penelitian Pendidikan: Kuantitatif dan Kualitatif. Bandung: PT
Rajagrafindo Persada.
Fraengkel, J.R.,Walle, N.E. 1993. How to Design Anda Evaluate Resesarch inEducation.
New York:M. Braw-Hill Publishing company.
Moh. Nazir, 2003. Metode Penelitian. Cetakan Kelima, Jakarta, Ghalia Indonesia
Mohammad, Ali. 2011. Memahami Riset Prilaku Sosial. Bandung: Pustaka Cendikia Utama.
Punaji Setyosari. (2010). Metode Penelitian Pendidikan dan Pengembangan. Jakarta:
Kencana Prenada Media Group
Sugiyono. 2007. Metode Penelitian Administratif. Bandung: Alfabeta
Yusuf, A Muri. 2014. Metode Penelitian Kuantitatif Kualitatif dan Penelitian Gabungan.
Jakarta: Prenadamedia Group
http:// 45266954-eksperimen-semu.html
Shuttleworth,
Martyn. Counterbalanced Measures Design. (https://explorable.com/counterbalanced-
measures-design), diunduh 25 November 2016 Pukul 14.50.
14
15
16