Anda di halaman 1dari 24

MAKALAH

METODOLOGI PENELITIAN

Tugas ini dikerjakan untuk memenuhi tugas mata kuliah

Metodologi Penelitian Kuantitatif

Dosen pengampu : Dr., Hardi Santosa, M.Pd.

Disusun oleh kelompok 2:


Kholid Azfar Akhmad
1800001182
Nisrina Hasna Safira 1900001058
Aulia Miftahhurrahmah 1900001060
Pradeska 1900001063
Rizka Pratitis 1900001077
Handono Lakstianto 1900001149

PROGRAM STUDI BIMBINGAN DAN KONSELING

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN

UNIVERSITAS AHMAD DAHLAN

2021
KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Allah Swt yang telah melimpahkan rahmat dan
hidayah- Nya kepada kami sehingga kami dapat menyelesaikan makalah yang
berjudul “Pemahaman mengenai jenis-jenis penelitian yang bersifat kuantitatif”

Disusunnya makalah ini bertujuan agar pembaca dapat mengetahui tentang


jenis-jenis penelitian yang bersifat kuantitatif. Kami menyadari bahwa dalam
penulisan makalah ini masih banyak kekurangannya. Oleh karena itu, kami sangat
mengharapkan adanya kritik dan saran yang membangun agar penulisan makalah
yang lebih baik lagi di masa yang akan datang.

Akhir kata, kami ucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah
berperan serta dalam penyusunan makalah ini dari awal sampai akhir. Semoga
Allah Swt senantiasa membantu segala usaha yang telah dilakukan. Aamiin.

Yogyakarta, 4 Oktober 2021

Penyusun

I
DAFTAR ISI

BAB 1................................................................................................................................1
PENDAHULUAN.............................................................................................................1
A. Latar Belakang.....................................................................................................2
B. Rumusan Masalah................................................................................................2
C. Tujuan...................................................................................................................2
BAB II...............................................................................................................................2
PEMBAHASAN...............................................................................................................2
A. Desain Eksperimen...............................................................................................2
B. Penelitian Tindakan Kelas...................................................................................6
C. Mix Method..........................................................................................................9
D. Single Subject Desain (Penelitian Subjek Tunggal).........................................14
BAB III...........................................................................................................................18
PENUTUP.......................................................................................................................18
A. Kesimpulan.........................................................................................................18
B. Saran...................................................................................................................18

II
III
BAB 1

PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Semakin pesatnya ilmu pengetahuan era saat ini, semakin pula banyak
peneliti yang mahir akan melakukan sebuah riset. Penelitian tersebut pasti
berhubungan dengan adanya ilmu pengetahuan dan teknologi. Dengan
adanya kemajuan yang sangat pesat, maka sebuah penelitian harus
ditingkatkan fungsinya, agar dapat memberikan kontribusi dalam proses
pengembangan ilmu pengetahuan dan teknologi. Artinya, penelitian
merupakan fasilitas untuk mendapatkan dan mengembangkan ilmu
pengetahuan yang mana setiap prosesnya tidak boleh diabaikan. Pada
intinya, penelitian merupakan prosedur sistematis dalam menjawab sebuah
permasalahan. Zickmund, 1994 menjelaskan bahwa penelitian merupakan
proses pengumpulan, pencatatan dan analisis data yang sistematik dan
obyektif untuk membantu pembuatan keputusan.
Dalam sebuah penelitian dilakukan dengan berbagai metodologi,
metodologi merupakan ilmu yang mempelajari tentang tata cara sistematis,
artinya ilmiah dalam melaksanakan sesuatu. Metode yang digunakan
ketika melakukan penelitian juga bervariatif, termasuk metodologi
penelitian kuantitatif. Penelitian kuantitatif, menurut Robert Donmoyer
(dalam Given, 2008: 713), adalah pendekatan-pendekatan terhadap kajian
empiris untuk mengumpulkan, menganalisa, dan menampilkan data dalam
bentuk numerik daripada naratif.
Dalam penelitian kuantitatif, terdapat beberapa jenis antara lain desain
eksperimen, penelitian tindakan kelas, mix method, dan single subject
desain.

B. Rumusan Masalah
1. Apa itu Desain Eksperimen? Ada berapa jenisnya?
2. Apakah Penelitian Tindakan Kelas itu dan berapakah karakteristiknya?
3. Apa itu Metode Mix Method? Ada berapa macam dan keunggulan
serta kekurangannya?
4. Apa itu Penelitian Subjek Tunggal? Ada berapa variasinya?

1
C. Tujuan
1. Mengetahui Desain Eksperimen beserta jenis-jenisnya.
2. Mengetahui Penelitian Tindakan Kelas beserta karakteristiknya.
3. Mengetahui Metode Mix Method beserta macamnya dan juga
kekurangan serta kelebihannya.
4. Mengetahui Penelitian Subjek Tunggal dan variasinya.

2
BAB II

PEMBAHASAN
A. Desain Eksperimen
Desain eksperimen dapat diartikan sebagai rencana, struktur dan
strategi yang dapat dijalankan sehingga permasalahan penelitian secara kuat
terjawab dan varian dapat dikendalikan. Disain eksperimen yang dipilih
terkait erat dengan tingkat validitas hasil penelitian yang akan diperoleh.
Dalam merancang penelitian perlu diperhatikan beberaha hal berikut:
a. Memenuhi kriteria seperti relevannya data yang diperoleh dengan
jawaban yang diinginkan sesuai dengan masalah dan hipotesis,
objektifitasnya, validitas data, realibilitas, teknis pelaksanaan yang efektif
dan efisien.
b. Optimasi yang berimbang antara validitas dalam dan luar penelitian.
Validitas dalam adalah kebenaran penelitian yang menyangkut
pertannyaan sejauh mana perubahan yang diamati dalam suatu penelitian
hanya terjadi karena perlakuan yang diberikan dan bukan karena pengaruh
factor lain. Sedangkan variabel luar adalah sejauh mana hasil suatu
penelitian dapat digeneralisasi pada populasi induk.

Ada beberapa jenis desain eksperimen yang digunakan yaitu:

a. Desain Praeksperimental
Dapat diartikan sebagai rancangan eksperimental palsu yang
hendaknya dihindari oleh penelitian. Desain praeksperimental dilakukan
dengan cara memberikan perlakuan pada subjek tanpa adanya kelompok
control atau jika tidak ada kelompok control tidak dilakukan pengendalian
terhadap variabel ekstra yang secara signifikan berpengaruh.

Bentuk dari desain prakesperimental adalah:

a) Desain Perlakuan Tunggal (One Shot Case Study)


Kelompok subjek diberikan perlakuan (X) kemudian dilakukan
pengamatan (O). dalam hal ini peneliti tidak menerima infromasi

3
mengenai akibat perlakuan dan tidak daparf mengontrol validitas
internal.

(X) O
Tx O1
Misal: “Pengaruh metode simulasi (X) terhadap
pemahaman konsep (O)”

b) Desain Perlakuan Ulang (One Group Pre-Posttest Design)


Peneliti menggunakan satu kelompok sibjek penelitian serta
melakukan pengukuran sebelum dan sesudah perlakuan. Perbedaan
hasil pengukuran dianggap sebagai efek perlakuan.

O (X) O
O1 Tx O2

c) Desain Perlakuan Statis (Static Group Comparation)


Peneliti menggunakan dua kelompok subjek yaitu kelompok
eksperimen (yang diberi perlakuan) dan kelompok control (tanpa
perlakuan). Pembagian kelompok tidak dilakukan dengan acak dan
efek perlakuan dikuru dari perbedaan hasil pengukuran kedua
kelompok. Kelemahan desain ini adalah adanya homogenitas antara
dua kelompok yang tidak diketauhi sehingga perubahan yang terjadi
pada eksperimen tidak dapat dinilai sebagai akibat dari perlakuan.

(X) → O
(-) → O

b. True Experimental Design


Dikatakan True Experimental Design atau desain penelitan yang
betul-betul karenadesain ini semua variabel luar dapat dikontrol sehingga
validitas internal yang diperoleh tinggi. Ciri dari desain ini adalah
pengelompokan subjek dengan cara acak (random).

4
Beberapa jenis True Experimental Design, yaitu:

a) Post Test Only Control Group Design


Merupakan desain eksperimen paling sederhana namun cukup
kuat. Desain ini hampir mirip dengan desain statis naukm dilakukan
pengacakan dalam pengelompokan subjek.

b) Pretest-Posttest Control Group Design


Dalam desain ini terdapat dua kelompok yang dipilih secara
acak kemudian diberikan pretest untuk mengetahui keadaan awal
adakah perbedaan antara kelompok eksperimen dan kelompok kontrol.
Desain ini merupakan desain paling efektif untuk menjukkan
hubungan sebab-akibat, namun juga paling rumit dilakukan.

c) The Solomon Four-Group Design


Dalam desain ini kelompok dibagi menjadi empaat secara acak.
Dua kelompk diberi pretest dan dua yang lain tidak diberikan.
Kemeudian satu dari kelompok pratest dan satu kelompok non-pratest
diberi perlakuan eksperimen, seteklah itu keempat kelompok tersebut

5
diberi posttest. Desian ini dapat dikatakan sebagai desain yang pa;ing
unggul untuk menguji validitas data tetapi kurang praktis dan
ekonomis.

c. Quasi Experimental Design


Bentuk desain eksperimen ini merupakan pengembangan dari true
experimental design, yang sulit dilaksanakan. Desain ini mempunyai
kelompok kontrol, tetapi tidak dapat berfungsi sepenuhnya untuk
mengontrol variabel-variabel luar yang mempengaruhi pelaksanaan
eksperimen. Walaupun demikian, desain ini lebih baik dari pre-
experimental design. Quasi Experimental Design digunakan karena pada
kenyataannya sulit medapatkan kelompok kontrol yang digunakan untuk
penelitian. Dalam suatu kegiatan administrasi atau manajemen misalnya,
sering tidak mungkin menggunakan sebagian para karyawannya untuk
eksperimen dan sebagian tidak. Sebagian menggunakan prosedur kerja
baru yang lain tidak. Oleh karena itu, untuk mengatasi kesulitan dalam
menentukan kelompok control dalam penelitian, maka dikembangkan
desain Quasi Experimental. Desain eksperimen model ini diantarnya
sebagai berikut:
a) Time Series Design
Dalam desain ini pemilihan kelompk dilakukan dengan cara
memilih, bukan lagi secara acak. Sebelum diberi perlakuan,
kelompok diberi pretest sampai empat kali dengan maksud untuk
mengetahui kestabilan dan kejelasan keadaan kelompok sebelum
diberi perlakuan. Bila hasil pretest selama empat kali ternyata
nilainya berbeda-beda, berarti kelompok tersebut keadaannya
labil, tidak menentu, dan tidak konsisten. Setelah kestabilan
keadaan kelompok dapat diketahui dengan jelas, maka baru diberi

6
treatment/perlakuan. Desain penelitian ini hanya menggunakan
satu kelompok saja, sehingga tidak memerlukan kelompok
kontrol.

b) None-Equivalent Control Group Design


Desain ini hamper mirip dengan prestest-posttest control
group design, hanya saja kelompok eksperimen maupun kelompok
control tidak dipilih secara acak. Dalam desain ini, baik kelompok
eksperimental maupun kelompok kontrol dibandingkan, kendati
kelompok tersebut dipilih dan ditempatkan tanpa melalui random.
Dua kelompok yang ada diberi pretes, kemudian diberikan
perlakuan, dan terakhir diberikan postes.

c) Conterbalanced Design
Desain ini semua kelompok menerima semua perlakuan,
hanya dalam urutan perlakuan yang berbeda-beda, dan dilakukan
secara random.

B. Penelitian Tindakan Kelas


Penyelenggaraan pendidikan di lembaga pendidikan formal
dilaksanakan oleh tenaga pendidik (guru) dan tenaga kependidikan (kepala
sekolah dan pengawas). Dalam konteks pekerjaan tersebut, guru menerapkan
action research pada kegiatan belajar mengajar di kelas sedangkan kepala
sekolah menerapkan action research untuk memperbaiki manajemen sekolah.
Action research yang dilakukan oleh guru dinamakan penelitian tindakan

7
kelas (classroom action research) sedangkan action research yang dilakukan
kepala sekolah dinamakan penelitian tindakan sekolah (school action
research). Menurut O'Brien (2001) penelitian tindakan dilakukan ketika
sekelompok orang (siswa) diidentifikasi permasalahannya, kemudian peneliti
(guru) menetapkan suatu tindakan untuk mengatasinya. Selama tindakan
berlangsung, peneliti melakukan pengamatan perubahan perilaku siswa dan
faktor-faktor yang menyebabkan tindakan yang dilakukan tersebut sukses
atau gagal. Apabila peneliti merasa tindakan yang dilakukan hasilnya kurang
memuaskan maka akan dicoba kembali tindakan kedua dan seterusnya.
Dalam PTK, jarang ada keberhasilan yang dapat dicapai dalam satu kali
tindakan, oleh sebab itu PTK sering dilakukan dalam beberapa siklus
tindakan. Pengaruh action research kemudian dipelajari dan dilaporkan secara
mendalam dan sistematis.
Beberapa Karakteristik Penelitian Tindakan
a. Tema Penelitian Bersifat Situasional
Tema penelitian diangkat dari permasalahan yang dihadapi guru
dan siswa dalam kegiatan belajar mengajar sehari-hari atau kepala
sekolah dalam mengelola bawahannya. Berdasarkan masalah yang
ditemukan tersebut, dilakukan diagnosis faktor-faktor yang menjadi
penyebabnya dan dirancang alternatif tindakan untuk mengatasi
permasalahan. Sambil melaksanakan pekerjaan rutinnya tersebut,
peneliti mengamati perilaku subjek yang akan diberi tindakan supaya
mendapat data empirik untuk menyusun latar belakang masalah
penelitian. Mengingat masalah dan tindakan yang sangat situasional
ini, ada kemungkinan tindakan yang sama tidak cocok untuk
mengatasi masalah yang sama pada waktu dan kelas yang berbeda.
Dengan demikian, masalah dan tindakan bersifat eksklusif yaitu hanya
sesuai untuk masalah pada kelas dan waktu kejadian saat itu.
b. Tindakan diambil Berdasarkan Hasil Evaluasi dan Refleksi Diri.
Penelitian tindakan berbasis pada hasil evaluasi diri (self-
evaluative) dan pengambilan tindakan diputuskan berdasarkan refleksi
diri (self-reflective) dari peneliti. Proses pengambilan tindakan

8
tersebut dapat dilakukan dengan mempelajari akar permasalahan yang
menyebabkan kegagalan kinerja dan hasil analisisnya kemudian
diungkapkan untuk mengambil tindakan baru. Kegiatan ini
berlangsung secara terus menerus, sehingga tidak menutup peluang
kepada guru untuk memodifikasi tindakan yang dianggap perlu selama
proses penelitian tindakan berlangsung.
c. Dilakukan Dalam Beberapa Putaran.
Paket tindakan terbagi menjadi beberapa putaran atau siklus. Hal
ini memberi kemungkinan satu macam dan satu kali tindakan saja
tidak cukup untuk mengatasi permasalahan yang dihadapi sehingga
perlu dilengkapi dengan tindakan-tindakan lain pada putaran waktu
(siklus) berikutnya. Kegiatan penelitian tindakan diakhiri sampai
permasalahan yang dihadapi dapat diatasi bukan pada satuan kegiatan
telah selesai dilakukan.
d. Penelitian Bertujuan untuk Memperbaiki Kinerja.
Penelitian bertujuan untuk pemberdayaan, perbaikan,
peningkatan mutu dan peningkatan kemampuan/ kompetensi.
Keberhasilan penelitian tindakan diketahui dari perubahan yang
terjadi sebelum, selama dan sesudah pelaksanaan tindakan. Penelitian
dinyatakan berhasil apabila tindakan dapat membuat orang yang
sebelumnya kurang berdaya menjadi lebih berdaya, terjadi
peningkatan nilai atau perbaikan kinerja, dan lain-lain tergantung pada
tujuan dilakukannya tindakan. Untuk mengetahui adanya perubahan,
peningkatan atau perbaikan selama pelaksanaan tindakan, maka perlu
dilakukan pengukuran yang berulangulang sesuai dengan
objek/masalah yang sedang diatasi dengan tindakan.
e. Dilaksanakan secara Kolaboratif atau Parisipatorif.
Kegiatan penelitian bersifat kolaboratif antara guru/kepala
sekolah, peneliti dan siswa. Kegiatan yang bersifat kolaboratif
mengandung pengertian bahwa masing-masing individu yang terlibat
dalam penelitian mempunyai tugas, tanggung jawab dan kepentingan
yang berbeda tetapi tujuannya sama yaitu memecahkan masalah untuk

9
peningkatan kualitas pembelajaran/manajemen sekolah. Dalam hal ini,
guru/kepala sekolah mempunyai kepentingan untuk meningkatkan
kemampuan mengajar, peneliti bertujuan mengembangkan ilmu
pengetahuan sedangkan subjek yang diteliti/siswa memiliki
kepentingan untuk meningkatkan kinerja/hasil belajar. Penelitian
tindakan kolaboratif sering dilakukan pada mata pelajaran yang
diampu oleh beberapa orang guru. Dalam pelaksanaan penelitian,
salah satu guru bertindak sebagai perancang dan pelaksana tindakan
sedangkan guru lain sebagai pengamat pelaksanaan tindakan.
Penelitian tindakan partisipatoris dirancang, dilaksanakan dan
hasilnya digunakan sendiri oleh peneliti. Kegiatan penelitian
sepenuhnya dilakukan oleh guru atau peneliti dan tidak diwakilkan
kepada orang lain. Selama proses penelitian berlangsung, guru/kepala
sekolah bertindak sebagai pelaksana tindakan sekaligus sebagai
pengamat perubahan perilaku. Guru harus langsung mencatat
kejadian-kejadian khusus setelah pelaksanaan tindakan supaya guru
tidak kehilangan informasi penting untuk dilaporkan. Untuk
membantu mengingat kejadian, guru dapat merekam dan
mendokumentasikan kejadian-kejadian penting tersebut.
f. Sampel Terbatas.
Penelitian tindakan mengambil sampel spesifik pada kelas atau
sekolah dengan sasaran kelompok siswa, kelompok guru atau
manajemen sekolah yang mengalami permasalahan. Pengambilan
sampel tidak dilakukan secara acak sehingga hasil penelitian tindakan
kelas tidak dapat digeneralisasikan untuk wilayah yang lebih luas.
Keputusan hasil penelitian ini hanya berlaku untuk sampel yang
diteliti.

C. Mix Method
a) Pengertian Mix Method
Metode penelitian adalah cara ilmiah untuk mendapatkan data
dengan tujuan dan kegunaan tertentu. Cara ilmiah yang dimaksud adalah

10
bahwasannya kegiatan penelitian itu didasarkan pada ciri-ciri keilmuan,
yaitu: rasional, empiris dan sistematis.
a. Penelitian Kuantitatif
Sudarwan Danim menyatakan bahwa Penelitian kuantitatif
merupakan studi yang diposisikan sebagai bebas nilai (value free).
Dengan kata lain, penelitian kuantitatif sangat ketat menerapkan
prinsip-prinsip objektivitas. Objektivitas itu diperoleh antara lain
melalui penggunaan instrumen yang telah diuji validitas dan
reliabilitasnya. Metode kuantitatif sering dinamakan metode
tradisional, positivistic, scientific dan metode discovery. Sedangkan
metoda kualitatif sering dinamakan sebagai metode baru,
postposivistic, artistic dan interpretive research (Hamidi, 2003:
14-16). Metode kuantitatif dinamakan metode tradisional, karena
metode ini sudah cukup lama digunakan sehingga sudah mentradisi
sebagai metode untuk penelitian. Metode ini disebut sebagai
metode positivistic karena berlandaskan pada filsafat positivisme.
Metode ini sebagai metode scientific karena telah memenuhi
kaidah-kaidah ilmiah yaitu konkrit/ empiris, objektif, terukur,
rasional dan sistematis. Metode ini juga disebut metode discovery,
karena dengan metode ini dapat ditemukan dan dikembangkan
berbagai iptek baru (Sugiyono, 2010: 38).
b. Penelitian Kualitatif
Beberapa pakar metodologi penelitian seperti Miller,
mendefinisikan metode kualitatif sebagai tradisi tertentu dalam
ilmu pengetahuan sosial yang secara fundamental bergantung pada
pengamatan terhadap manusia dalam kawasanya sendiri dan
berhubungan dengan orang-orang tersebut dalam bahasanya dan
dalam peristilahanya (Miller, 1982:281). Metode penelitian
kualitatif dinamakan sebagai metode baru karena popularitasnya
belum lama, metode ini dinamakan postpositivistik Karena
berlandaskan pada filsafat post positifisme. Metode ini disebut juga
sebagai metode artistic, Karena proses penelitian lebih bersifat

11
seni(kurang terpola),dan disebut metode interpretive karena data
hasil peneletian lebih berkenaan dengan interprestasi terhadap data
yang di temukan di lapangan. Metode penelitian kualitatif sering di
sebut metode penelitian naturalistik karena penelitianya di lakukan
pada kondisi yang alamiah (natural setting) disebut juga metode
etnographi, karena pada awalnya metode ini lebih banyak di
gunakan untuk penelitian bidang antropologi budaya; disebut
metode kualitatif, karena data yang terkumpul dan analisisnya
lebih bersifat kualitatif.
c. Mix Method
Metode penelitian yang diaplikasikan bila peneliti memiliki
pertanyaan yang perlu diuji dari segi outcomes dan prosesnya, serta
menyangkut kombinasi antara metode kuantitatif dan kualitatif
dalam satu penelitian. Karena berfokus pada outcomes dan proses,
maka desain MMR biasa digunakan dalam penelitian evaluasi
program. Namun sekarang, MMR sudah sering digunakan untuk
ilmu-ilmu sosial, seperti: konseling, psikologi sosial,
manajemen,dan pengorganisasian perilaku. Bryman dan Hanson,
Creswell dan Clark (2007: 5) mendefenisikan MMR sebagai desain
penelitian yang beranjak dari asumsi filosofi metode inquiri.
Sebagai metodologi, MMR memberikan panduan saat
mengumpulkandan menganalisis data dan pencampuran antara
pendekatan keduanya dilakukan pada saat proses penelitian.
Sebagai metode, MMR berfokus pada mengumpulkan,
menganalisa, dan pencampuran antara data kualitatif dan
kuantitatif dilakukan dalam satu atau serangkaian penelitian. Jadi
pada intinya, menggunakan pendekatan kuantitatif dan kualitatif
secara bersamaan (dikombinasikan) lebih dapat memberikan
pemahaman yang lebih baik terhadap permasalahan penelitian
daripada digunakan secara terpisah.
b) Keunggulan dan Keterbatasan Penelitian Mix Method
a. Keunggulan

12
- Menghasilkan data yang lebih komprehensif
- Merupakan kompensasi dari keterbatasan dalam
menggunakan single method
- Mengizinkan melakukan investigasi dengan menggunakan
tipe pertanyaan yang berbeda
- Dapat menguji pertanyaan penelitian yang kompleks
- Menggunakan triangulasi yang dapat meninggikan
kredibilitas dari data yang ditemukan
b. Keterbatasan
- Peneliti membutuhkan kemampuan lebih untuk
melaksanakan dan menginterpretasikan hasil dari dua
desain penelitian
- Memerlukan data yang lebih luas
- Memerlukan waktu dan sumber yang lebih banyak
- Sulit untuk menggabungkan dua pendekatan tersebut pada
saat menulis
- Laporan dan membuat kesimpulan
c) Tipe – tipe Mix Method
Desain MMR dapat berbeda-beda, tergantung dari bobot
yang digunakan dari tiap pendekatan dan saat setiap metode
tersebut digunakan. Berikut adalah tipe tipe dari MMR yang biasa
digunakan.
 Notation.
Untuk membantu perabaca dalam mengidentifikasi tipe dari
desain yang telah digunakan, dalam penggabungannya
mengikuti sistem notasi yang dikombinasikan dengan diagram
visual untuk mengilustrasikannya kepada pembaca.
 Explanatory.
Dalam desain explanatory, data kuantitaif dikumpulkan
terlebih dahulu, dan tergantung hasilnya, data kualitatif
dikumpulkan setelahnya. Desain ini terdiri dari 2 fase,

13
pengumpulan dan penganalisaan dari data kuantitatif
mengikuti kumpulan dan analisa dari data kualitatif.
 Exploratory.
Desain exploratory dilaksanakan dalam dua fase atau desain
yang berurutan – data kualitatif yang telah didapatkan pertama
kali, kemudian dilanjutkan dengan fase kuantitatif. Pada disain
ini, hasil dari analisa data kualitatif digunakan untuk
membantu menetukan fokus dan tipe pengumpulan data pada
fase kuantitatif.
d) Karakteristik Mix Method
Mix Method mempunyai karakteristik tersendiri. Berikut
adalah karakteristik Mix Method:
1. Rasional
Penting untuk melakukan identifikasi dan
menjelaskan alasan mengapa seorang peneliti melakukan
penggabungan antara metode kualitatif dan kuantitatif.
Creswell menyarankan untuk memasukkan keempat hal
berikut ini dalam paragraf-paragraf awal,
a. Mengidentifikasi tipe desain,
b. Mendefinisikan karakteristik dari desain,
c. Tujuan atau alasan mengapa menggunakan tipe desain
tersebut.
2. Prioritas
Hal ini merujuk pada bobot atau ukuran dari metode
kuantitatif dan kualitatif yang diterima dalam penelitian.
Peneliti memiliki 3 pilihan dalam menentukan prioritas
tersebut:
a. Data kuantitatif dan kualitatif digunakan dengan proporsi
yang sama (desain triangulasi),
b. Data kualitatif lebih banyak dibutuhkan dibandingkan
dengan data kuantitatif (desain exploratory),

14
c. Data kuantitatif lebih banyak dibutuhkan dibandingkan
dengan data kualitatif (desain explanatory).
3. Sekuens/Waktu
Sekuens merujuk kepada waktu yang akan
digunakan saat melaksanakan Mix Method dan data apa saja
yang akan digunakan.
4. Penggabungan Data
Maksudnya adalah bagaimana data kualitatif dan
kuantitatif tersebut akan digabungkan.

D. Single Subject Desain (Penelitian Subjek Tunggal)

Penelitian subyek tunggal (juga dikenal sebagai eksperimen kasus


tunggal) sangat populer di bidang pendidikan khusus dan konseling. Desain
penelitian ini adalah berguna ketika peneliti mencoba untuk mengubah
perilaku individu atau sekelompok kecil individu dan keinginan untuk
mendokumentasikan perubahan itu. Tidak seperti percobaan yang benar
dimana peneliti secara acak memberikan peserta untuk control dan kelompok
perlakuan, dalam penelitian subjek tunggal peserta berfungsi baik sebagai
kontrol dan kelompok perlakuan. Peneliti menggunakan grafik garis untuk
menunjukkan efek dari intervensi tertentu atau pengobatan.
Salah satu faktor penting dari penelitian subjek tunggal adalah bahwa
hanya satu variabel yang berubah pada suatu waktu. Penelitian subjek tunggal
merupakan suatu desain penelitian yang menekankan pada perubahan
(modifikasi) konsep dasar perilaku dari individu sebagai tujuan utama. Desain
atau pendekatan ini termasuk ke dalam penelitian eksperimen. Penelitian
subjek tunggal atau sering disebut single subject research (SSR) sering
dipergunakan untuk mengeksplorasi subjek difabel (anak berkebutuhan
khusus). Contohnya “Bagaimana memahami proses berbahasa seorang
difabel?”. Tentu saja penelitian subjek tunggal dapat mendeskripsikan baik
dari segi pemahaman, kompetensi, dan performance berbahasanya.

Macam-Macam Variasi Desan Subjek Tunggal

15
a) Desain A-B
Pendekatan dasar peneliti menggunakan desain A-B adalah
untuk mengumpulkan data tentang subjek yang sama, beroperasi
sebagainya kontrol sendiri, di bawah dua kondisi atau fase. Kondisi
pertama adalah kondisi pretreatment (pra-perlakuan), biasanya
disebut (seperti yang disebutkan sebelumnya) periode baseline, dan
diidentifikasi sebagai A. Selama periode awal, subjek dinilai untuk
beberapa sesi sampai muncul bahwa perilaku khas nya telah andal
ditentukan. baseline sangat penting dalam penelitian tunggal-
subjek karena merupakan estimasi terbaik dari apa yang akan
terjadi jika intervensi tidak diterapkan. titik data yang cukup harus
diperoleh untuk menentukan gambaran yang jelas tentang kondisi
yang ada; tentu kita harus mengumpulkan minimal tiga titik data
sebelum menerapkan intervensi. Baseline, pada dasarnya,
memberikan perbandingan dengan kondisi intervensi.
Setelah kondisi awal telah ditetapkan, perlakuan atau
intervensi kondisi, diidentifikasi sebagai B, diperkenalkan dan
dipelihara untuk jangka waktu. Biasanya, meskipun tidak harus,
perilaku yang sangat spesifik yang diajarkan selama kondisi
intervensi, dengan instruktur yang melayani sebagai data kolektor
biasanya dengan merekam jumlah jawaban yang benar
b) Desain A-B-A
Desain A-B-A merupakan pengembangan dari desain dasar
A-B, yang mana terdapat pengulangan kondisi baseline setelah
intervensi dilakukan. Pada desain ini dasar penarikan kesimpulan
atas hubungan fungsional variable dependen dan variabel
independen lebih kuat dari pada desain A-B Perilaku sasaran
diukur berulang kali selama 3 tahapan yaitu: pertama, kondisi
baseline (A); kedua, kondisi intervensi (B) dan ketiga, kondisi
dimana intervensi ditarik dan kembali ke kondisi semula atau
baseline (A2). Pada ketiga tahapan tersebut dilakukan pengukuran
secara kontinyu hingga data stabil. Logika dari desain ini adalah

16
apabila apabila respon yang diinginkan atau pada perilaku sasaran
terdapat perubahan yang terlihat selama intervensi ditarik dan
kembali ke kondisi semula (baseline A2), maka dapat disimpulkan
bahwa kemungkinan terdapat efek atas intervensi yang diterapkan
atau terdapat hubungan fungsional antara variabel dependen dan
independen
c) Desain A-B-A-B
Desain A-B-A-B merupakan pengembangan dari desain A-
B-A, yang mana terdapat pengulangan atau replikasi pada masing-
masing fase baseline dan intervensi. Replikasi tersebut membuat
validitas internal dan kontrol terhadap variabel independen lebih
kuat dari pada desain A-B dan desain A-B-A Pada desain A-B-A-B
ini, dengan membandingkan dua fase baseline dan dua fase
intervensi maka penyebab perubahan perilaku apakah merupakan
pengaruh dari intervensi atau bukan, dapat terlihat dengan lebih
jelas, sehingga dasar penarikan kesimpulan atas hubungan
fungsional variabel dependen dan independen menjadi lebih kuat.
Tahapan dalam desain ini sama dengan desain A-B dan
desain A-B-A, pertama yaitu fase baseline (A1), pada fase ini
target behavior diukur hingga stabil. Kemudian intervensi
diterapkan atau masuk pada fase intervensi (B1), pada fase ini
target behavior di ukur hingga stabil. Selanjutnya dilakukan
pengulangan fase baseline (B2), pada fase ini target behavior
diukur hingga stabil. Kemudian dilakukan pengulangan pada fase
intervensi (B2), dan selama fase ini target behavior diukur. Setelah
selesai, kemudian data setiap fase dan masing-masing fase
dibandingkan untuk dilihat hasil atau efek dari intervensi
d) Desain B-A-B
Terkadang pada beberapa kasus, adakalanya pada subyek
terjadi sesuatu di luar kondisi normal yang membuat peneliti tidak
bisa menunggu kondisi baseline untuk menerapkan suatu

17
intervensi. Pada kasus tersebut, maka desain B-A-B yang dapat
digunakan.
Tahapan dalam desain ini yaitu fase intervensi (B1)
dilakukan terlebih dahulu, kemudian diikuti dengan fase baseline
(A1) dan selanjutnya pengulangan fase intervensi (B1). Setelah itu,
selama fase-fase tersebut berlangsung maka dilakukan pengukuran
hingga kondisi stabil kemudian data dibandingkan dan ditarik
kesimpulan hubungan fungsional antara variabel independen dan
variabel dependen
e) Desain A-B-C-B
Desain A-B-C-B merupakan modifikasi lebih lanjut dari
desain A-B dengan tambahan intervensi yang diidentifikasi dengan
C pada kondisi intervensi (B). Intervensi C difungsikan untuk
mengontrol perilaku target setelah intervensi awal dilakukan
Desain ini digunakan ketika terdapat multiintervensi yang
diterapkan pada perilaku sasaran. Tahapan dari desain ini yaitu:
pertama, kondisi baseline (A) diukur; kedua, intervensi pertama
diterapkan dan dilakukan pengukuran selama kondisi tersebut
(B1); ketiga, intervensi kedua (C) diterapkan serta data
dikumpulkan selama kondisi tersebut; keempat, intervensi pertama
(B1) kembali diterapkan dan dilakukan pengukuran selama kondisi
intervensi tersebut. Data-data tersebut kemudian dibandingkan dan
dilihat bagaimana hubungan fungsional antar variabelnya
f) Desain Reversal Lainnya
Selain desain A-B, desain A-B-A, desain A-B-A-B, desain
B-A-B dan desain A-B-C-B, masih banyak macam desain-desain
lain yang dikembangkan sebagai variasi dengan menambahkan
intervensi atau menambahkan pengulangan kondisi seperti desain
A-B-A-C, desain A-B-A-C-A-B-A-C, desain A-B-A-B-A-C-A dan
lain-lain

18
BAB III

PENUTUP
A. Kesimpulan
Dalam makalah ini, menjelaskan jenis-jenis penelitian yang
bersifat kualitatif, beserta jenis-jenisnya. Dimana tiap jenis penelitian
tersebut memberikan keunggulan dan juga memiliki kekurangannya
masing-masing.

Jenis-jenis penelitian ini dimaksudkan agar peneliti dapat mencapai


hasil yang diinginkan dengan cara yang sistematis, terukur dan sesuai
dengan kaidah keilmuan yang berlaku.

Jenis-jenis tersebut antara lain, adalah desain eksperimen yang


diartikan dengan rencana atau struktur yang ada dalam penelitian agar
masalah dalam penelitian dapat terjawab dengan jawaban yang kuat,
penelitian tindakan kelas adalah jenis research yang digunakan dalam
usaha untuk memperbaiki manajemen sekolah yang dilakukan oleh tenaga
pendidik dalam lembaga pendidikan formal, Mix Method digunakan untuk
mendapatkan data dengan tujuan dan kegunaan tertentu yang didasarkan
pada tiga ciri keilmuan yakni rasional, empiris dan sistematis, atau Single
Subject Design yang populer dalam dunia konseling, jenis ini digunakan
ketika peneliti mencoba mengubah perilaku individu tertentu dan memiliki
keinginan untuk mendokumentasikannya.

B. Saran
Walaupun terdapat kekurangan dalam penyampaian kami dalam
makalah ini, kami tentunya sangat berharap jika makalah kami dapat
memberikan sedikit manfaat dan tambahan pengetahuan bagi para
pembaca. Walau demikian, saran dan kritik tentu saja terbuka seluas-
luasnya demi peningkatan kami di masa yang akan datang.

19
DAFTAR PUSTAKA

Prahmana, Rully. (2021). Single Subject Research (Teori dan Implementasinya:


Suatu Pengantar).

Neuman, S.B., & McCormick, S. (1995). Single-subject experimental research:


Applications for literacy. Newark, Del., USA:International Reading
Association.

Jaedun, A. (2011). Metodologi penelitian eksperimen. Fakultas Teknik UNY, 12.

Setia, R. A. (2014). PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF


TIPE NUMBERED HEADS TOGETHER (NHT) TERHADAP
KEMAMPUAN BERPIKIR KRITIS PESERTA DIDIK PADA
MATA PELAJARAN KEARSIPAN: Studi Eksperimen Kuasi pada
Peserta Didik Kelas X Program Keahlian Administrasi
Perkantoran di SMK Negeri 3 Bandung (Doctoral dissertation,
Universitas Pendidikan Indonesia).
https://pspk.fkunissula.ac.id/sites/default/files/DESAIN%20PENELITIAN
%20EKSPERIMENTAL.pdf

MASRIZAL, Masrizal. Mixed Method Research. Jurnal Kesehatan Masyarakat


Andalas, 2012, 6.2: 53-56.

SUPRIYATI, Ninik. METODE PENELITIAN GABUNGAN (MIXED


METHODS). Widyaiswara BDK, 2015, 1-24.
Kasiram, M. (2010). Metodologi penelitian: Kualitatif–kuantitatif.
Prajitno, S. B. (2013). Metodologi penelitian kuantitatif. Jurnal. Bandung: UIN
Sunan Gunung Djati. (tersedia di http://komunikasi. uinsgd. ac.
id).
Ghony, M. D. (2016). Metodologi penelitian pendidikan: Pendekatan kuantitatif.
Syahrum, S., & Salim, S. (2014). Metodologi Penelitian Kuantitatif.
Mulyatiningsih, E. (2019). Metode Penelitian Tindakan Kelas. Ilmu Keolahragaan
Nasional, 8.

20

Anda mungkin juga menyukai