Anda di halaman 1dari 16

PRE-TEST BLOK 22

SHADRINA

NIM 200600238

1. Jelaskan yang dimaksud dengan rumusan masalah penelitian!


Definisi rumusan masalah berisi pertanyaan mengapa dan bagaimana terkait
penelitian atau topik yang dibahas dalam karya tulis ilmiah. Mengapa rumusan masalah
harus ada?
Menurut Munawar Syamsudin dalam tulisan berjudul “Dasar-dasar dan Metode
Penulisan Ilmiah” rumusan masalah ada karena tulisan ilmiah membahas mengenai
masalah tertentu.
Untuk menjawab masalah-masalah yang diteliti, seorang peneliti harus mampu
merumuskan pertanyaan masalah. Pertanyaan-pertanyaan yang memuat masalah tersebut
harus dijawab oleh peneliti dalam karya tulisnya. Untuk itu, rumusan masalah wajib ada
dalam penelitian.

DAPUS : Abdhul Y. 5 contoh rumusan masalah penelitian & skripsi. 2023 [cited 2023
August 30]. Available from:
https://deepublishstore.com/blog/contoh-rumusan-masalah/#Pengertian_Rumusan_Masal
ah

2. Jelaskan konsep FINER untuk pengujian kelayakan masalah penelitian!


Menurut Hulley dan Cummings, ada 5 syarat yang harus dipenuhi, yaitu : FINER
(Feasible, Interesting, Novel, Ethical, Relevant). Atau: kemampulaksanaan, menarik,
memberikan sesuatu pengetahuan yang baru, etis serta relevan. Yang dimaksud dengan
Feasible artinya adalah masalah yang akan diteliti berada dalam jangkauan kemampuan,
tersedianya subjek penelitian, dana, waktu, alat dan keahlian. Interesting artinya masalah
yang akan diteliti hendaknya menarik bagi peneliti. Novel artinya adalah penelitian yang
akan dilakukan dapat mengkonfirmasi, membenarkan atau membantah penelitian
terdahulu, atau melengkapi hasil penelitian sebelumnya, dan menemukan sesuatu yang
baru yang belum ada sebelumnya (orisinalitas). Ethical artinya penelitian yang akan
dilakukan harus tidak bertentangan dengan etika. Relevant artinya penelitian yang hendak
dilakukan harus sejalan dengan kemajuan ilmu, dan penelitian tersebut penting sebagai
dasar bagi penelitian selanjutnya, dan sesuai dengan keadaan zaman.
Masalah yang layak dan sesuai untuk diteliti harus dipertimbangkan terlebih dahulu
dari segi masalah, yang mana harus memberi sumbangan pada pengembangan teori dan
pemecahan masalah praktis. Pertimbangan dari segi peneliti juga perlu dilakukan.
Apakah masalah yang akan diteliti tersebut sesuai dengan kemampuan teoritis, apakah
penelitia menguasai metode yang akan digunakan, apakah tersedia data yang cukup,
biaya, waktu, alat dan perlengkapan.

DAPUS : Hidayat M. Metodologi penelitian biomedis. Bandung: Danamarta Sejahtera


Utama; 2008. 61-2 p

3. Jelaskan komponen-komponen yang harus ada pada latar belakang proposal


penelitian!
Di dalam latar belakang, peneliti harus dapat merumuskan berbagai argumentasi sehingga
“berani” menyimpulkan bahwa masalah yang diusulkan adalah masalah yang menarik,
penting dan dapat diteliti. Latar belakang terdiri dari beberapa komponen sebagai berikut:
A. Besar Masalah dan Dampak (komponen M=masalah dan D=dampak)
B. Area Spesifik (komponen A)
C. Apa saja yang sudah dilakukan/diketahui (komponen E=elaborasi)
D. Apa saja yang belum dilakukan/belum diketahui (komponen
K=kesenjangan/kontroversi)

A. Besar Masalah dan Dampak (Komponen M dan D)


Setiap latar belakang proposal penelitian akan dimulai dengan argumentasi peneliti
untuk menyampaikan bahwa masalah yang akan ditelitinya benar-benar merupakan
masalah yang besar dan memberikan dampak yang besar. Oleh karena besarnya
masalah bersifat relatif, besarnya masalah yang diteliti sangat bergantung pada
kemampuan peneliti untuk membuktikan bahwa masalah serta dampak yang diteliti
adalah besar.

B. Area Spesifik (komponen A)


Area spesifik yang dilahirkan dari komponen M dan D bisa beragam. Area Spesifik
dalam bidang kedokteran dan kesehatan paling tidak bisa dibagi kedalam area
penentuan besar masalah, diagnosis, faktor resiko, faktor penyebab/etiologism
pengobatan, prognosis dan patofisiologi.
Sebagai contoh untuk masalah diare peneliti bisa mengambil area spesifik yang
beragam seperti:
1. Penentuan besar masalah, yaitu dengan meneliti prevalensi diare
2. Diagnostik, yaitu dengan mencari cara bagaimana mendiagnosis diare agar lebih
akurat
3. Faktor resiko, yaitu dengan mencari faktor resiko terjadinya diare
4. Pengobatan, yaitu dengan melakukan uji klinis
5. Prognosis, yaitu dengan meneliti bagaimana keluaran dari pasien-pasien yang
mengalami diare, dan
6. Patofisiologi yaitu dengan melakukan pemeriksaan zat tertentu dalam tubuh
pasien

C. Elaborasi apa yang sudah dilakukan (komponen E)


Pada bagian ini, kita harus menuliskan berbagai penelitian yang sudah dilakukan
dalam bidang yang akan diteliti. Tujuan dari bagian ini adalah memberikan gambaran
apa saja yang sudah diteliti agar kita dapat mengidentifikasi apa yang masih belum
diketahui. Apakah kira memilih area spesifik diagnosis, elaborasilah penelitian yang
telah dilakukan yang berkaitan dengan diagnosis. Kita tidak perlu mengelaborasi area
lainnya. Apabila kita memilih area spesifik terapeutik, elaborasilah penelitian yang
telah dilakukan yang berkaitan dengan terapeutik.
Matriks elaborasi pada tabel dibawah ini sekadar contoh. Anda dapat membuat
matriks yang disesuaikan dengan substansi penelitian yang diteliti, misalnya Anda
menambahkan kolom metode pengukuran, lama follow up, dosis terapi dan lain
sebagainya

D. Kesenjangan apa saja yang ditemukan (Komponen K)


Bagian kesenjangan (K) adalah konsekuensi dari bagian elaborasi (E). Kita bisa
mengidentifikasi apa yang belum dketahui jika kira tahu apa yang sudah diketahui.
Dari komponen K inilah kita dapat menyimpulkan masalah penelitian apa yang
dilakukan. Sesuatu yang baru dalam penelitian mencakup salah satu dari aspek
populasi, desain penelitian, keluaran, dosis, alat ukur dan lain-lain. Berikut beberapa
contoh kesenjangan yang dapat ditemukan setelah melakukan elaborasi.
a. Penelitian sebelumnya menggunakan desain uji klinis tanpa blinding. Kita lalu
merencanakan penelitian uji klinis dengan blinding.
b. Penelitian sebelumnya menggunakan alat ukur yang kurang valied dan kurang
reliabel. Kita lalu merencanakan penelitian dengan menggunakan alat ukur
yang lebih Valid dan reliabel
c. Penelitian sebelumnya melakukan follow up selama tiga bulan. Kita lalu
merencanakan penelitian dengan lama follow up lebih lama, misalnya enam
bulan.
d. Penelitian sebelumnya menggunakan subjek dengan derajat penyakit berat dan
ringan. Kita lalu merencanakan penelitian dengan subjek penelitian berat saja.
e. Penelitian sebelumnya menggunakan dosis tingggi. Kita lalu merencanakan
penelitian dengan dosis yang lebih rendah.
f. Peneliti sebelumnya menggunakan keluaran keadaan klinis saja. Kita lalu
merencanakan penelitian dengan klinis, laboratorium dan mikrobiologi.

Setelah melakukan elaborasi, banyak kesenjangan yang mungkin kita peroleh. Pada
contoh pertema kesenjangan ada pada aspek cara pengukuran. Pada contoh kedua,
aspek alat ukur. Contoh ketiga aspek waktu pengukuran. Contoh keempat, aspek
populasi. Contoh kelima aspek dosis. Contoh keenam aspek keluaran. Jadi kita tidak
perlu khawatir dengan kesenjangan karena besar kemungkinan kesenjangan tersebut
akan selalu ada.

DAPUS: Dahlan S. Sistematika penulisan latar belakang [Internet]. 2023 [cited 2023
August 29]. Available from: https://id.scribd.com/doc/258083323/Sistematika-
Penulisan-Latar-Belakang

4. Jelaskan kepada siapa saja manfaat penelitian ditujukan!


Manfaat yang diharapkan dari hasil penelitian harus dijelaskan dalam usul penelitian.
Manfaat hasil penelitian yang dimaksud adalah manfaat penelitian bagi 1) perkembangan
ilmu pengetahuan dan teknologi, 2) bagi pembangunan nasional, daerah atau sektoral,
atau 3) bagi pengembangan lembaga atau institusi, bukan manfaat penelitian hanya bagi
peneliti.
Manfaat penelitian, sebagaimana halnya dengan tujuan penelitian, harus dijelaskan
secara spesifik pada usul penelitian. Manfaat yang diperoleh dari suatu penelitian harus
sebanding dengan curahan tenaga, waktu, dan biaya yang dikeluarkan. Mahal atau
murahnya suatu penelitian sesungguhnya tidak dapat dinilai dari jumlah absolut dari dana
yang dikeluarkan, tetapi dari manfaat yang diperoleh sebagai hasil penelitian tersebut.
Suatu penelitian yang menghasilkan temuan yang sangat berarti bagi perkembangan ilmu
pengetahuan dapat dikatakan murah walaupun biaya yang dikeluarkan untuk itu sangat
besar, sebaliknya suatu penelitian dengan biaya yang kecil sesungguhnya tergolong
mahal jika penelitian tersebut tidak memberikan sumbangan apa-apa terhadap ilmu
pengetahuan, teknologi, misalnya karena yang diteliti merupakan pengulangan dari
penelitian lain yang telah sering dilaksanakan.
Hal yang perlu dibuat berkenaan dengan tujuan penelitian adalah kegunaan atau
manfaat penelitian. Di atas kertas akan diperoleh beberapa manfaat penelitian jika setiap
tujuan penelitian tadi dapat dicapai. Manfaat-manfaat ini dapat dinyatakan dengan cara
sebagai berikut.
1) Kenali akibat-akibat negatif yang tidak diinginkan jika tujuan penelitian tidak
tercapai dan berarti masalah penelitian tidak terpecahkan.
2) Nyatakan bahwa penelitian yang akan dilakukan diyakini berguna dan
bermanfaat untuk menghindarkan akibat-akibat negatif itu.
Jadi keberhasilan peneliti dalam mencapai setiap butir tujuan penelitian, tentu berarti
pula akan dapat dipecahkannya masalah penelitian. Ini sekaligus berarti terhindarnya
akibat-akibat negatif tadi dan inilah pula yang dimaksud dengan butir-butir manfaat atau
kegunaan penelitian. Butir-butir manfaat penelitian itu biasanya dinyatakan tidak lebih
dari tiga macam, yaitu butir-butir yang dianggap penting saja.

DAPUS: Herlinda S, Said M, Gofar N, et al. Metodologi penelitian. Palembang:


Lembaga Penelitian Universitas Sriwijaya; 2010. 20-1 p

5. Jelaskan perbedaan antara kerangka teori dan kerangka konsep yang terdapat
pada proposal penelitian!
Kerangka teori pada dasarnya adalah garis besar atau ringkasan dari berbagai
konsep, teori, dan literatur yang digunakan oleh peneliti. Penentuan kerangka teori harus
sesuai dengan topik/permasalahan penelitian dan tujuan dari penelitian. Tidak terdapat
perbedaan yang khusus untuk menyusun kerangka teori pada penelitian kualitatif maupun
kuantitatif. Keduanya menggunakanpedoman dan aturan yang sama.
Misalnya pada penelitian kualitatif jika topik penelitian adalah implementasi
promosi kesehatan di RS (PKRS) yang bertujuan ingin mengevaluasi pelaksanaannya,
maka kerangka teori yang dipakai bisa menggunakan konsep promosi kesehatan, konsep
evaluasi program kesehatan, atau konsep evaluasi kinerja organisasi. Sementara pada
penelitian kuantitatif jika topik penelitian adalah masalah pembukaan pelayanan
kesehatan yang baru di RS yang bertujuan ingin menilai kelayakan pelayanan tersebut,
maka pemilihan kerangka teori bisa menggunakan konsep studi kelayakan, konsep
manajemen pelayanan, atau konsep manajemen keuangan.
Sedangkan kerangka konsep merupakan sebuah konsep yang didefinisikan dengan
konsep yang lain. Dengan definisi ini, pengertian teoritis sebuah konsep disampaikan
kepada pembaca dengan menggunakan kata-kata yang mendeskripsikan variabel tersebut.
Kerangka konsep yang baik harus berasal dari literatur dan teori yang ada atau
digunakan oleh peneliti. Sehingga kerangka konsep akan mengarahkan atau membimbing
peneliti, serta digunakan sebagai panduan dalam menganalisa dan intervensi.
Karakteristik kerangka konsep yang dianjurkan adalah:
1) Sesuai dengan pertanyaan dan tujuan khusus penelitian;
2) Bagian dari atau sub bagian dari kerangka teori; dan
3) Digunakan sebagai dasar dalam penyusunan hipotesa penelitian (Creswell, 2013).

Sehingga menurut Brink (2009) ketika seorang peneliti telah menetapkan


kerangka konsep maka sebaiknya lakukan evaluasi terhadap kegunaannya dengan
mengajukan dua pertanyaan sebagai berikut: - Apakah teori yang digunakan sudah sesuai
dengan masalah penelitian? - Apakah kerangka konsep sudah sejalan dengan keyakinan
dan nilai-nilai dalam penelitian? Dalam penyusunan proposal penelitian, kerangka konsep
harus mengikuti tujuan khusus dari penelitian.
Misalnya jika tujuan khusus penelitian adalah mengetahui hubungan antara jenis
kelamin dengan kejadian hipertensi, maka kerangka konsepnya berbentuk hubungan
antara variabel jenis kelamin (variabel independen) dengan kejadian hipertensi (variabel
dependen). Bentuk kerangka konsep pada berbagai penelitian bermacam-macam
tergantung selera peneliti. Beberapa peneliti menggunakan deskriptif naratif untuk
menggambarkan hubungan antar variabel. Sementara itu peneliti lain menggunakan
bagan/gambar dengan berbagai notasi seperti arah panah, garis, kotak-kotak, garis putus
dan sebagainya.

DAPUS : Heryana, A. Kerangka teori, konsep, dan definisi operasional. Jakarta: artikel
tidak dipublikasikan; 2019. 4-9 p

6. Jelaskan yang dimaksud dengan variabel penelitian!


Variabel merupakan karakteristik atau kualitas atau ciri-ciri yang dimiliki oleh
seseorang, benda, obyek atau situasi/kondisi. Dengan demikian variabel paling sedikit
memilki satu nilai. Misalnya variabel jenis kelamin terdiri dari dua nilai yaitu laki-laki
dan perempuan.
Variabel usia memiliki nilai yang lebih banyak dengan rentang antara 0 hingga 100,
atau di bawah 20 tahun, dan sebagainya. Variabel-variabel lainnya bisa memilki dua atau
lebih nilai seperti “kepuasan pasien” “kepuasan kerja perawat” “besaran gaji karyawan”
dan sebagainya.
Variabel merupakan elemen yang dapat dikuantifikasi dan terdiri dari berbagai jenis.
Selain variabel independen dan dependen, ada juga variabel eksternal, dan variabel
demografi.
Variabel independen disebut juga variabel “treatmen” atau variabel eksperimen.
Variabel ini mempengaruhi variabel lain dan menyebabkan perubahan atau berkontribusi
terhadap outcome. Variabel dependen merupakan variabel outcome sebagai efek atau
pengaruh dari variabel independen.
Pada penelitian eksperimen atau kuasi-eksperimen, peneliti memanipulasi variabel
ini dengan melakukan intervensi atau perlakuan untuk melihat pengaruhnya terhadap
variabel dependen. Yang perlu diperhatikan adalah penentuan sebuah variabel apakah
dependen atau independen tergantung topik penelitian yang dihadapi. Sebuah variabel
bisa menjadi variabel independen atau menjadi variabel dependen tergantung konteks
masalahnya.
Misalnya pada studi tentang pengaruh motivasi terhadap kepuasan kerja, sebagai
variabel dependen adalah kepuasan kerja. Namun pada kasus tertentu bisa jadi kepuasan
kerja mempengaruhi motivasi atau sebagai variabel dependen adalah motivasi. Beberapa
literatur menggunakan istilah yang berbeda-beda untuk menyebut variabel dependen dan
independen.
Sebenarnya sebuah variabel dalam penelitian merupakan konsep-konsep yang dapat
diukur dalam sebuah studi yang berhubungan dengan sebuah fenomena. Fenomena ini
dijelaskan dengan suatu kelompok atribut, karakter, atau sifat. Variabel diukur dalam
kondisi yang senatural mungkin tanpa adanya perlakuan baik terhadap variabel
independen maupun dependen.

DAPUS: Heryana, A. Kerangka teori, konsep, dan definisi operasional. Jakarta: artikel
tidak dipublikasikan; 2019. 6-7 p

7. Jelaskan jenis penelitian!


Penelitian sering dikelompokkan menjadi empat kelompok besar, yakni penelitian
teoretis, eksperimental, rekayasa, dan kualitatif.
Penelitian teoretis umum dilaksanakan dalam pengembangan ilmu-ilmu dasar,
seperti fisika atau matematika.
Penelitian teoritik dimulai dengan mengidentifikasikan fenomena yang akan diteliti,
mengembangkan landasan teoretis untuk menghasilkan hipotesis, model, atau teori yang
akan diuji, menguji dengan metode analisis dan/atau numerik, dan menafsirkan, dan
mengevaluasi hasil pengujian.
Penelitian eksperimental banyak digunakan untuk pengembangan ilmu-ilmu terapan,
seperti ilmu pertanian. Penelitian eksperimental dilaksanakan dengan mengikuti prosedur
yang sistematik dan runtut, dengan tahapan mengidentifikasi, seleksi, dan merumuskan
masalah, melakukan studi pustaka atau penelusuran informasi yang berkaitan dengan
masalah yang dipilih, merumuskan hipotesis, merancang cara pengumpulan data,
melaksanakan pengumpulan data secara langsung melalui kegiatan ekperimen,
melakukan analisis data sesuai dengan rancangan penelitian yang digunakan dan tujuan
dari penelitian tersebut, dan menarik kesimpulan berdasarkan hasil analisis data yang
telah dilakukan dan sebagai jawaban terhadap hipotesis yang sesuai dengan masalah
penelitiannya.
Penelitian rekayasa dikembangkan untuk rancang bangun suatu alat, mesin, atau
produk tertentu lainnya. Penelitian ini dapat dirancang untuk mendapatkan sesuatu yang
sama sekali baru atau hanya untuk meningkatkan kinerjanya. Penelitian rekayasa adalah
suatu kegiatan penelitian yang tidak bersifat rutin, dan di dalamnya harus ada
peningkatan manfaat ditinjau dari proses atau produknya yang diyakini akan lebih unggul
dibanding proses atau produk terdahulu. Keunggulan tersebut dapat dipandang dari sisi
teknis, ekonomis, ekologis, dan/atau sosial budaya. Pelaksanaan penelitian rekayasa
dimulai dengan menetapkan ide, mengembangkan rancangan konseptual, mengevaluasi
rancangan konseptual, membuat rancangan teknis, membuat prototipe atau model,
menguji prototipe atau model, dan mengevaluasi keunggulan komparatif dengan produk
sebelumnya.
Penelitian kualitatif banyak digunakan pada ilmu-ilmu sosial. Pada penelitian ini,
informasi atau data yang dikumpulkan tidak dapat dikuantifikasikan dan lebih bermakna
apabila disajikan dalam bentuk uraian kualitatif. Penelitian kualitatif biasanya dimulai
dengan mengajukan pertanyaan penilaian mengenai hal-hal tertentu, menetapkan
rancangan penelitian yang sesuai dengan masalah yang diteliti dan tujuan dari kegiatan
penelitian tersebut, mengumpulkan data, menganalisis data, dan menginterpretasi hasil
data analisis. Penelitian kualitatif berdasarkan tujuannya dapat dibagi menjadi penelitian
deskriptif, penelitian eksploratori, dan penelitian eksplanotari. Berdasarkan dimensi
waktu dan ruang lingkupnya, penelitian kualitatif dibagi menjadi penelitian lintas
sektoral, yang melibatkan beberapa aspek pada saat yang bersamaan; dan penelitian
longtudinal, yang difokuskan pada aspek tertentu dengan kurun waktu yang relatif
panjang.

DAPUS: Herlinda S, Said M, Gofar N, et al. Metodologi penelitian. Palembang:


Lembaga Penelitian Universitas Sriwijaya; 2010. 9-11 p

8. Jelaskan desain penelitian!


Desain penelitian merupakan rancangan penelitian yang digunakan sebagai pedoman
dalam melakukan proses penelitian. Desain penelitian bertujuan untuk memberi pegangan
yang jelas dan terstruktur kepada peneliti dalam melakukan penelitiannya.
Menurut Fachruddin (2009, hlm. 213) desain penelitian adalah: kerangka atau
perincian prosedur kerja yang akan dilakukan pada waktu meneliti, sehingga diharapkan
dapat memberikan gambaran dan arah mana yang akan dilakukan dalam melaksanakan
penetian tersebut, serta memberikan gambaran jika peneletian itu telah jadi atau selesai
penelitian tersebut diberlakukan.
Nasution (2009, hlm. 23) juga menyatakan bahwa “desain penelitian merupakan
rencana tentang cara mengumpulkan dan menganalisis data agar dapat dilaksanakan
secara ekonomis serta serasi dengan tujuan penelitian.” Beliau mengemukakan kegunaan
dari desain penelitian, yaitu:
1) Desain memberi pegangan yang lebih jelas kepada peneliti dalam melakukan
penelitiannya;
2) Desian itu juga menentukan batas-batas penelitian yang bertalian dengan
tujuan penelitian;
3) Desain penelitian selain memberi gambaran yang jelas tentang macam-macam
kesulitan yang akan dihadapai yang mungkin juga telah dihadapi oleh peneliti
lain.

Adapun proses desain penelitian yang dikemukakan oleh Nasution (2009, hlm.56) desain
penelitian mencakup proses-proses sebagai berikut:
a) Identifikasi dan pemilihan masalah
b) Memformulasikan masalah penelitian dan membuat hipotesis
c) Membangun penyelidikan dan percobaan
d) Memilih dan mendefinisikan pengukuran variabel
e) Memilih prosedur dan teknik sampling yang digunakan
f) Menyusun alat serta teknik untuk mengumpulkan data
g) Membuat coding, serta mengadakan editing dan processing data
h) Menganalisa data dan pemilihan prosedur statistik
i) Penelitian laporan hasil penelitian

DAPUS: Karlina B. Pengaruh manajemen fasilitas terhadap mutu layanan diklat di pusat
pengembangan dan pemberdayaan pendidik dan tenaga kependidikan bidang mesin dan
teknik industri (PPPPTK BMTI) bandung. Jakarta: Universitas Pendidikan
Indonesia; 2015. 43 p.

9. Jelaskan yang dimaksud dengan lokasi dan waktu penelitian yang terdapat pada
suatu proposal penelitian!
Lokasi penelitian adalah tempat dilakukannya penelitian. Penetapan lokasi penelitian
merupakan langkah yang sangat penting dalam penelitian kualitatif, karena dengan
menentukan lokasi penelitian berarti objek dan tujuan penelitian sudah ditetapkan,
sehingga dapat mempermudah peneliti untuk melakukan kegiatan penelitian. Lokasi
penelitian bisa dilakukan pada lembaga atau wilayah tertentu dalam lingkungan
masyarakat. Waktu penelitian adalah lamanya proses penelitian.

DAPUS: Sukmadinata. Metode Penelitian Pendidikan. Bandung: Rosdakarya; 2007. 102


p

10. Jelaskan yang dimaksud dengan kriteria inklusi dan eksklusi!


Penentuan kriteria sampel akan sangat membantu peneliti dalam mengurangi bias hasil
penelitian. Hal ini diperlukan sebagai pengendali variabel penelitian yang tidak diteliti
tapi ternyata berpengaruh terhadap variabel dependen. Kriteria sampel dibedakan menjadi
dua bagian yaitu: inklusi dan eksklusi.
Nursalam (2008) menyatakan bahwa kriteria inklusi adalah karakteristik umum subjek
penelitian dari populasi target yang terjangkau dan akan diteliti. Sedangkan kriteria
eksklusi adalah menghilangkan subjek yang memenuhi kriteria inklusi dari studi karena
berbagai sebab, antara lain:
 Adanya keadaan atau penyakit yang mengganggu pengukuran maupun interpretasi
hasil. Contoh, dalam studi komparatif yang mencari hubungan suatu faktor risiko
dengan kejadian penyembuhan luka pasca operasi laparastomi, maka subjek dengan
kelainan imunologis tidak boleh diikutsertakan dalam kelompok kasus.
 Adanya keadaan yang mengganggu kemampuan pelaksanaan, seperti subjek yang
tidak memiliki tempat tinggal tetap sehingga sulit untuk ditindaklanjuti.
 Hambatan etis.
 Subjek menolak terlibat/berpartisipasi.
Kriteria inklusi dimaksudkan agar dapat diketahui dengan jelas terhadap siapa
keberhasilan atau kegagalan studi diberlakukan. Sedangkan kriteria eksklusi merupakan
kebalikan dari kriteria inklusi, yakni semua penderita yang tidak memenuhi kriteria
inklusi atau penderita yang memenuhi kriteria inklusi namun tidak bersedia ikut dalam
penelitian (Budiarto, 2002).
Menurut Oktavia (2015), persyaratan kriteria inklusi biasanya mencakup karakteristik
sebagai berikut:
 Klinis
 Diagnosis
 Demografi: jenis kelamin, usia
 Geografi
 Pasien yang dating dalam periode waktu
Sedangkan kriteria eksklusi merupakan suatu keadaan dimana subjek penelitian tidak
dapat mewakili sampel karena tidak memenuhi syarat sebagai sampel penelitian
(Oktavia, 2015).
Berikut contoh kriteria inklusi dan eksklusi pada penelitian menurut Sani K (2018):
1) Penelitian observasional
Judul penelitian : Hubungan tingkat pengetahuan terhadap upaya
pencegahan penyakit menular di Desa Makmur.
Kriteria inklusi : - Warga desa makmur yang sudah dewasa (usia ˃ 17
tahun).
-Bersedia menjadi responden
- Mampu berkomunikasi dengan aktif
Kriteria eksklusi : - Tidak dapat membaca, menulis dan mendengar
- Tempat tinggal tidak permanen
- Anak-anak (usia ˂ 17 tahun)
2) Penelitian eksperimen
Judul penelitian : Uji aktivitas antiinflamasi ekstrak daun pegagan pada
mencit putih yang diinduksi karagenan.
Kriteria inklusi : - Mencit putih berjenis kelamin jantan
- Dewasa (usia 4-6 minggu)
- Berat badan 20-40 gram
- Kondisi sehat (aktif, tidak cacat)
- Struktur anatomi normal
- Bagian tanaman yang digunakan adalah daun

Kriteria eksklusi : - Mencit mati atau sakit pada saat penelitian


berlangsung.

DAPUS: Budiarto, Eko. Metodologi Penelitian Kedokteran. Jakarta: Sebuah


Pengantar; 2003. EGC

11. Jelaskan mengenai Teknik sampling!


Dalam suatu penelitian survei, tidak perlu untuk meneliti semua individu dalam
suatu populasi, sebab di samping memakan biaya yang banyak, juga membutuhkan waktu
yang lama. Dengan meneliti sebagian dari populasi, diharapkan hasil yang diperoleh akan
dapat menggambarkan sifat populasi yang bersangkutan. Untuk dapat mencapai tujuan
ini, maka cara-cara pengambilan sebuah sampel harus memenuhi syarat-syarat tertentu.
Sebuah sampel harus dipilih sedemikian rupa sehingga setiap satuan unsur
mempunyai kesempatan dan peluang yang sama untuk dipilih, dan besarnya peluang
tersebut tidak boleh sama dengan nol. Di samping itu, pengambilan sampel secara acak
(random) harus menggunakan teknik yang tepat sesuai dengan ciri-ciri populasi dan
tujuan penelitian.
Menurut Teken (1965) suatu teknik pengambilan sampel yang ideal mempunyai
sifat-sifat (1) dapat menghasilkan gambaran yang dapat dipercaya dari seluruh populasi
yang diteliti, (2) dapat menentukan presisi (presicion) dari hasil penelitian dengan
menentukan simpangan baku (standard deviation) dari taksiran yang diperoleh, (3)
sederhana, sehingga mudah dilaksanakan, dan (4) dapat memberikan keterangan
sebanyak mungkin, dengan biaya yang serendahrendahnya.
Dalam menentukan teknik pengambilan sampel yang akan diterapkan dalam suatu
penelitian, seorang peneliti harus memperhatikan hubungan antara biaya, tenaga, dan
waktu di satu pihak, serta tingkat presisi di pihak lain. Jika jumlah biaya, tenaga, dan
waktu sudah dibatasi sejak semula, seorang peneliti harus berusaha mendapatkan teknik
pengambilan sampel yang menghasilkan presisi tertinggi. Perlu disadari bahwa tingkat
presisi yang tinggi tidak mungkin dapat dicapai dengan biaya, tenaga, dan waktu yang
terbatas. Di samping itu, perlu diperhatikan pula masalah “efisiensi” dalam memilih
teknik pengambilan sampel. Menurut Teken (1965: 39), metode A dikatakan lebih efisien
daripada metode B, jika untuk sejumlah biaya, tenaga, dan waktu yang sama, metode A
dapat memberikan tingkat presisi yang lebih tinggi; atau untuk tingkat presisi yang sama
diperlukan biaya, tenaga, dan waktu yang lebih rendah.

DAPUS: Triyono. Teknik sampling dalam penelitian. Kalimantan: Universitas Widya


Dharma; 2003. 1-2 p
12. Jelaskan perbedaan antara definisi konseptual dan definisi operasional!
Definisi operasional bukan hanya menjelaskan arti variabel namun juga
aktivitasaktivitas yang harus dijalankan untuk mengukur variabel-variabel tersebut, atau
menjelaskan bagaimana variabel tersebut diamati dan diukur. Definisi operasional harus
menjelaskan secara spesifik sehingga berdasarkan definisi ini, peneliti yang akan
mereplikasi studi dapat dengan mudah mengkonstruksikan teknik-teknik pengukuran
yang sama.
Misalnya definisi konseptual “orang yang lapar” di atas, dengan menggunakan
definisi operasional maka akan memiliki tiga jenis definisi (Bless & Higson-Smith, 2000
dalam Brink, 2009):
I. Seseorang yang telah kehilangan/kekurangan makanan selama 24 jam; atau
II. Seseorang yang dapat memakan roti kurang dari 10 menit; atau
III. Seseorang yang memiliki kadar gula darah di bawah level yang dianjurkan.
Setiap definisi di atas memberikan informasi yang berharga bagi peneliti yang
membutuhkannya dalam rangka mengidentifikasi fenonema “orang kelaparan”. Dengan
demikian peneliti akan memilih definisi yang sesuai dengan konteks masalah
penelitiannya.
Contoh lain adalah mengoperasionalkan definisi dari “obesitas” yaitu sebagai Indeks
Massa Tubuh (IMT) di atas 30 kg berat badan per m2 tinggi badan. Definisi ini
memudahkan siapapun dalam mengivestigasi obesitas karena memiliki sifat yang spesifik
dan mengarahkan peneliti.
Permasalahan yang dihadapi dalam menyusun definisi operasional adalah
ketidakmampuan peneliti untuk memperoleh informasi yang langsung berhubungan
dengan definisinya, sehingga terpaksa menggunakan informasi dari sumber sekunder.
Misalnya seorang peneliti tidak dapat mengakses data status sosial dari subyek, maka ia
dapat menentukannya dengan mengobservasi karakteristik lain seperti status
kepegawaian, tingkat pendidikan, pendapatan, atau domisili.

Definisi konseptual merupakan sebuah konsep yang didefinisikan dengan konsep


yang lain. Dengan definisi ini, pengertian teoritis sebuah konsep disampaikan kepada
pembaca dengan menggunakan kata-kata yang mendeskripsikan variabel tersebut.
Misalnya: “orang yang lapar adalah seseorang yang membutuhkan makanan” dan “nyeri
sesudah operasi adalah rasa tidak nyaman yang dialami seseorang setelah menjalani
operasi”.
Esensi dari definisi konseptual bukanlah salah atau benar, melainkan berguna atau
tidak bergunakah terhadap komunikasi dalam penelitian. Sehingga sebuah definisi
konseptual harus (Brink, 2009):
- Menunjukkan karakter yang berbeda atau paling berbeda, misalnya pada definisi
“orang yang lapar adalah seseorang yang membutuhkan makanan”
- Tidak menjelaskan seseuatu yang dipakai oleh konsep yang sama, misalnya “rasa
nyeri setelah operasi” sebaiknya jangan didefinisikan dengan rasa nyeri yang
dirasakan pasien setelah menjalani operasi
- Harus eksplisit dan jelas untuk menghindari misinterpretasi. Misalnya
mendefinisikan sesuatu sebagai obat, harus bisa membedakannya dengan definisi
narkotika atau obat tradisional
- Mencakup seluruh aspek/ide yang akan disampaikan oleh peneliti
- Memiliki arti dan pengertian dengan konteks atau teori lainnya
- Merefleksikan teori yang dipakai dalam penelitian
- Sesuai dengan penelitian, sehingga bukan hanya sekedar meng-copy dari sebuah
kamus
- Konsisten dengan penggunaan secara umum, literatur dan praktik penelitian.

Definisi konseptual memiliki kelebihan yaitu mampu menyampaikan perspektif


peneliti sesuai dengan konsep yang digunakan dalam penelitian. Namun definisi
konseptual juga memiliki kelemahahan yaitu tidak cukup menjelaskan bagaimana
variabel tersebut diukur atau dihitung atau diamati karena definisi ini tidak
menjelaskan langkah-langkah yang harus peneliti lakukan untuk mendapatkan
informasi yang diinginkan. Hal ini diatasi dengan bentuk definisi lain yaitu definisi
operasional.

DAPUS: Heryana, A. Kerangka teori, konsep, dan definisi operasional. Jakarta: artikel
tidak dipublikasikan; 2019. 9-10 p

13. Jelaskan mengenai skala ukur (beserta contoh)!


Pengukuran dapat didefinisikan sebagai suatu proses sistimatik dalam menilai dan
membedakan sesuatu obyek yang diukur. Pengukuran tersebut diatur menurut kaidah-
kaidah tertentu. Kaidah-kaidah yang berbeda menghendaki skala serta pengukuran yang
berbeda pula.
Dalam mengolah dan menganalisis data, kita sangat berkepentingan dengan sifat
dasar skala pengukuran yang digunakan. Operasi-operasi matematik serta pilihan
peralatan statistik yang digunakan dalam pengolahan data, pada dasarnya memiliki
persyaratan tertentu dalam hal skala pengukuran datanya. Ketidaksesuaian antara skala
pengukuran dengan operasi matematik /peralatan statistik yang digunakan akan
menghasilkan kesimpulan yang bias dan tidak tepat/relevan. Ada empat tipe pengukuran
atau skala pengukuran yang digunakan dalam statistika, yakni: nominal, ordinal, interval,
dan rasio.
Terkait dengan hal tersebut, tulisan ini akan mencoba memahami skala-skala
pengukuran yang ada serta perbedaan-perbedaannya.
a. Skala nominal
Skala Nominal merupakan skala yang paling lemah/rendah di antara skala
pengukuran yang ada. Skala nominal hanya bisa membedakan benda atau peristiwa
yang satu dengan yang lainnya berdasarkan nama (predikat). Skala pengukuran
nominal digunakan untuk mengklasifikasi obyek, individual atau kelompok dalam
bentuk kategori.
Pemberian angka atau simbol pada skala nomial tidak memiliki maksud
kuantitatif hanya menunjukkan ada atau tidak adanya atribut atau karakteristik pada
objek yang diukur. Misalnya, jenis kelamin diberi kode 1 untuk laki-laki dan kode 2
untuk perempuan. Angka ini hanya berfungsi sebagai label kategori, tanpa memiliki
nilai instrinsik dan tidak memiliki arti apa pun. Kita tidak bisa mengatakan
perempuan dua kali dari laki-laki. Kita bisa saja mengkode laki-laki menjadi 2 dan
perempuan dengan kode 1, atau bilangan apapun asal kodenya berbeda antara laki-
laki dan perempuan. Misalnya lagi untuk agama, kita bisa mengkode 1=Islam,
2=Kristen, 3=Hindu, 4=Budha dstnya. Kita bisa menukar angka-angka tersebut,
selama suatu karakteristik memiliki angka yang berbeda dengan karakteristik lainnya.

b. Skala ordinal
Skala Ordinal ini lebih tinggi daripada skala nominal, dan sering juga disebut
dengan skala peringkat. Hal ini karena dalam skala ordinal, lambang-lambang
bilangan hasil pengukuran selain menunjukkan pembedaan juga menunjukkan urutan
atau tingkatan obyek yang diukur menurut karakteristik tertentu.
Misalnya tingkat kepuasan seseorang terhadap produk. Bisa kita beri angka
dengan 5=sangat puas, 4=puas, 3=kurang puas, 2=tidak puas dan 1=sangat tidak puas.
Atau misalnya dalam suatu lomba, pemenangnya diberi peringkat 1,2,3 dstnya.
Dalam skala ordinal, tidak seperti skala nominal, ketika kita ingin mengganti
angka- angkanya, harus dilakukan secara berurut dari besar ke kecil atau dari kecil ke
besar. Jadi, tidak boleh kita buat 1=sangat puas, 2=tidak puas, 3=puas dstnya. Yang
boleh adalah 1=sangat puas, 2=puas, 3=kurang puas dstnya.

c. Skala interval
Skala interval mempunyai karakteristik seperti yang dimiliki oleh skala nominal
dan ordinal dengan ditambah karakteristik lain, yaitu berupa adanya interval yang
tetap. Dengan demikian, skala interval sudah memiliki nilai intrinsik, sudah memiliki
jarak, tetapi jarak tersebut belum merupakan kelipatan. Pengertian “jarak belum
merupakan kelipatan” ini kadang-kadang diartikan bahwa skala interval tidak
memiliki nilai nol mutlak.
Misalnya pada pengukuran suhu. Kalau ada tiga daerah dengan suhu daerah A =
10oC, daerah B = 15oC dan daerah C=20oC. Kita bisa mengatakan bahwa selisih
suhu daerah B, 5oC lebih panas dibandingkan daerah A, dan selisih suhu daerah C
dengan daerah B adalah 5oC. (Ini menunjukkan pengukuran interval sudah memiliki
jarak yang tetap). Tetapi, kita tidak bisa mengatakan bahwa suhu daerah C dua kali
lebih panas dibandingkan daerah A (artinya tidak bisa jadi kelipatan). Kenapa ?
Karena dengan pengukuran yang lain, misalnya dengan Fahrenheit, di daerah A
suhunya adalah 50oF, di daerah B = 59oF dan daerah C=68oF. Artinya, dengan
pengukuran Fahrenheit, daerah C tidak dua kali lebih panas dibandingkan daerah A,
dan ini terjadi karena dalam derajat Fahrenheit titik nolnya pada 32, sedangkan dalam
derajat Celcius titik nolnya pada 0. Contoh lainnya, misalnya dua orang murid, si A
mendapat nilai 70 sedangkan si B mendapat nilai 35. Kita tidak bisa mengatakan si A
dua kali lebih pintar dibandingkan si B.

d. Skala rasio
Skala rasio adalah skala data dengan kualitas paling tinggi. Pada skala rasio,
terdapat semua karakteristik skala nominal,ordinal dan skala interval ditambah
dengan sifat adanya nilai nol yang bersifat mutlak. Nilai nol mutlak ini artinya adalah
nilai dasar yang tidak bisa diubah meskipun menggunakan skala yang lain. Oleh
karenanya, pada skala ratio, pengukuran sudah mempunyai nilai perbandingan/rasio
Pengukuran-pengukuran dalam skala rasio yang sering digunakan adalah
pengukuran tinggi dan berat. Misalnya berat benda A adalah 30 kg, sedangkan benda
B adalah 60 kg. Maka dapat dikatakan bahwa benda B dua kali lebih berat
dibandingkan benda A.

DAPUS: Junaidi. Memahami skala-skala pengukuran. Jambi: Fakultas Ekonomi dan


Bisnis Universitas Jambi; 2015. 1-4 p

14. Jelaskan yang dimaksud dengan kalibrasi untuk pengumpulan data penelitian!
Kalibrasi adalah serangkaian kegiatan untuk menetapkan hubungan, dalam kondisi
tertentu antara suatu nilai besaran yang ditunjukan oleh peralatan ukur atau sistem
pengukuran, atau nilai yang dipresentasikan oleh bahan ukur atau bahan acuan dengan
nilai terkait yang direalisasikan oleh standar (Vocabulary of Basic and General Teams in
Metrology-VIM 1993).
Kalibrasi menentukan perbedaan (deviasi) antara pembacaan alat ukur atau bahan
ukur (yang digunakan sebagai standar) dengan (taksiran) nilai benar. Hasil kalibrasi dapat
berupa penetapan koreksi yang berkaitan dengan penunjukan alat ukur.
Kalibrasi dapat juga menetapkan sifat metrologis lainnya, termasuk efek besaran
berpengaruh. Hasil kalibrasi direkam dalam dokumen yang biasa disebut sertifikat
kalibrasi. Deviasi atau penyimpangan dapat dinyatakan sebagai koreksi atau kesalahan
(error) dengan model matematis : E = R – T atau C = T – R di mana E : Kesalahan, C :
Koreksi, R : Pembacaan alat ukur dan T : (Taksiran) nilai benar.
DAPUS: Irawan A. Kalibrasi spektrofotometer sebagai penjaminan mutu hasil
pengukuran dalam kegiatan penelitian dan pengujian. Indonesian Journal of
Laboratory. 2019;1(2):1-2

15. Jelaskan penulisan daftar Pustaka menggunakan Teknik Vancouver!


Cara menulis daftar pustaka dengan metode Vancouver ini sedikit berbeda dengan
metode Harvard. Letak perbedaan sangat jelas. Dan kebanyakan sitasi jurnal ilmiah
mengacu kepada cara menulis daftar pustaka dengan metode Vancouver. Metode
penulisan daftar pustaka yang mengikuti metode Harvard mayoritas diikuti oleh penulis
karya tulis ilmiah, seperti skripsi, makalah, tesis dan karya tulis ilmiah lainnya. Secara
umum juga mengikuti cara menulis daftar pustaka yang sudah umum bahkan tidak
mengikuti kedua metode tersebut, metode Harvard dan Vancouver.
Langkah – langkah dalam cara menulis daftar pustaka dengan metode Vancouver
Adapun langkah-langkah yang dapat ditempuh dalam cara menulis daftar pustaka dengan
metode Vancouver adalah sebagai berikut:
- Menggunakan bullet angka
- Angka tersebut menjadi rujukan dalam sitasi sebuah karya tulis yang dibuat •
Nomor rujukan (referensi) yang ada di dalam karya tulis itu harus sama dengan
urutan penulis yang ada dalam daftar pustaka
- Tidak perlu mengurutkan tahun publikasi tulisan
- Nama tidak perlu diurutkan berdasarkan alfabetis

Karena terdapat beberapa versi penulisan Vancouver Style untuk referensi artikel
jurnal, maka JSFK menggunakan Vancouver Style dengan ketentuan sebagai berikut:

- nama author ditulis maksimal 6, selanjutnya digantikan dengan et al.


- nama jurnal ditulis dengan versi singkat (abbreviation name tanpa menggunakan
tanda titik setelah singkatan)
- tahun ditulis tanpa disertai bulan dan tanggal
- nomor halaman ditulis versi singkat (contoh: 653–659 ditulis menjadi 653–9)
- DOI ditulis berupa URL https dan tidak diakhiri dengan tanda titik

DAPUS : Lin HY, Lee YT, Chan YW, Tse G. Animal models for the study of primary
and secondary hypertension in humans. Biomed Rep. 2016;5(6):653–9

Anda mungkin juga menyukai