Anda di halaman 1dari 49

MANAJEMEN PELAYANAN KESEHATAN

TINGKAT SEKUNDER TERSIER


RUMAH SAKIT TIPE D

(Dosen Pengampu: DR.dr. RA. Tuty Kuswardhani, SpPD-KGER )

Ni Putu Utami Rahayu 1682111006


Rai Riska Resty Wasita 1682111012
Putu Ayu Utami Dewi 1682111026
Ni Luh Putu Yudiarini 1682111027
K. Anis Paramita 1682111035

PROGRAM MAGISTER ILMU KESEHATAN MASYARAKAT


FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS UDAYANA
DENPASAR
2017
PENDAHULUAN

Dalam rangka pembangunan nasional, peningkatan akses


masyarakat terhadap layanan kesehatan yang berkualitas
merupakan salah satu agenda dari upaya mewujudkan Indonesia
yang sejahtera. Dalam menunjang sasaran tersebut, maka harus
didukung dengan upaya penigkatan kualitas rumah sakit.
Pengkategorian Rumah sakit telah memiliki aturan terkait
jenis, tipe dan tenaga kesehatannya yang tertuang Permenkes
nomor 56 tahun 2014 tentang Klasifikasi dan Perizinan Rumah
Sakit. Untuk memberikan pelayanan kesehatan yang terstandar,
pemerintah telah mewajibkan rumah sakit untuk melakukan
Akreditasi Rumah Sakit. Menurut Permenkes nomor 56 tahun
2014 tentang Klasifikasi dan Perizinan Rumah Sakit, tipe rumah
sakit dapat dibedakan menjadi Rumah Sakit Umum dan Rumah
Sakit Khusus, berdasarkan jenis pelayanan yang diberikan,
meliputi : pelayanan, sumber daya manusia,peralatan, serta
bangunan dan prasarana.
Rumah Sakit Umum sebagaimana dimaksud dalam Pasal 11
Permenkes nomor 56 tahun 2014 diklasifikasikan menjadi 4 kelas
yang didasari oleh beban kerja dan fungsi rumah sakit tersebut,
yaitu:
a. Rumah Sakit Umum Kelas A;
b. Rumah Sakit Umum Kelas B;
c. Rumah Sakit Umum Kelas C; dan
d. Rumah Sakit Umum Kelas D.
Rumah Sakit Umum Kelas D dapat diklasifikasikan menjadi:
a. Rumah Sakit Umum Kelas D; dan
b. Rumah Sakit Umum Kelas D pratama.
PEMBAHASAN
RUMAH SAKIT KELAS D
Rumah Sakit Kelas D
Pada saat ini kemampuan rumah sakit kelas D hanyalah
memberikan pelayanan kedokteran umum dan kedokteran gigi.
Sama halnya dengan rumah sakit kelas C, rumah sakit kelas D
juga menampung pelayanan yang berasal dari puskesmas.
Rumah sakit kelas D adalah rumah sakit yang bersifat transisi
karena pada suatu saat akan ditingkatkan menjadi rumah sakit C.
Dalam skema rantai efek peningkatan kualitas pelayanan
kesehatan (Berwick, 2001) rumah sakit dibagi menjadi 4
komponen yaitu patien (pasien), microsystem (sistem yang
kontak langsung dengan pasien), macrosystem (sistem yang
terkait dengan manajerial rumah sakit) dan environment
(lingkungan maupun kondisi yang berhubungan dengan rumah
sakit).
Contoh Rumah sakit Kelas D : RSU Gandaria, RSB Asih,
RSB Pusdikkes, RS Abdi Waluyo, RS Kasih Ibu Tabanan, RSU
Balimed Karangasem, RSU Dharma Yadnya.

A. Perundang-undangan Rumah Sakit Kelas D


Rumah sakit adalah layanan institusi kesehatan yang
memiliki ciri khas tersendiri yang ditentukan oleh perkembangan
ilmu pengetahuan, perkembangan tekhnologi dan kondisi sosial
ekonomi masyarakat. Rumah sakit ini pun memiliki legalitas
hokum sesuai dengan tipe rumah sakit tersebut. Berikut akan
kita bahas tentang perundang-undangan rumah sakit Kelas D
sesuai dengan Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia
Nomor 340/Menkes/Per/III/2010 yaitu:

Pasal 18
(1) Rumah Sakit Umum Kelas D harus mempunyai fasilitas dan
kemampuan pelayanan medik paling sedikit 2 (dua) Pelayanan
Medik Spesialis Dasar.

(2) Kriteria, fasilitas dan kemampuan Rumah Sakit Umum Kelas D


sebagaimana dimaksud pada ayat (1) meliputi Pelayanan Medik
Umum, Pelayanan Gawat Darurat, Pelayanan Medik Spesialis
Dasar, Pelayanan Keperawatan dan Kebidanan, Pelayanan
Penunjang Klinik dan Pelayanan Penunjang Non Klinik.

(3) Pelayanan Medik Umum terdiri dari Pelayanan Medik Dasar,


Pelayanan Medik Gigi Mulut dan Pelayanan Kesehatan Ibu Anak
/Keluarga Berencana.

(4) Pelayanan Gawat Darurat harus dapat memberikan


pelayanan gawat darurat 24 (dua puluh empat) jam dan 7 (tujuh)
hari seminggu dengan kemampuan melakukan pemeriksaan awal
kasus-kasus gawat darurat, melakukan resusitasi dan stabilisasi
sesuai dengan standar.

(5) Pelayanan Medik Spesialis Dasar sekurang-kurangnya 2 (dua)


dari 4 (empat) jenis pelayanan spesialis dasar meliputi Pelayanan
Penyakit Dalam, Kesehatan Anak, Bedah, Obstetri dan
Ginekologi.
(6) Pelayanan Spesialis Penunjang Medik yaitu laboratorium dan
Radiologi.

(7) Pelayanan Keperawatan dan Kebidanan terdiri dari pelayanan


asuhan keperawatan dan asuhan kebidanan.

(8) Pelayanan Penunjang Klinik terdiri dari Perawatan High Care


Unit, Pelayanan Darah, Gizi, Farmasi, Sterilisasi Instrumen dan
Rekam Medik

(9) Pelayanan Penunjang Non Klinik terdiri dari


pelayanan Laundry/Linen, Jasa Boga/Dapur, Teknik dan
Pemeliharaan Fasilitas, Pengelolaan Limbah, Gudang, Ambulance,
Komunikasi, Kamar Jenazah, Pemadam Kebakaran, Pengelolaan
Gas Medik dan Penampungan Air Bersih.

Pasal 19
(1) Ketersediaan tenaga kesehatan disesuaikan dengan jenis dan
tingkat pelayanan.

(2) Pada Pelayanan Medik Dasar minimal harus ada 4 (empat)


orang dokter umum dan 1 (satu) orang dokter gigi sebagai
tenaga tetap.

(3) Pada Pelayanan Medik Spesialis Dasar harus ada masing-


masing minimal 1 (satu) orang dokter spesialis dari 2 (dua) jenis
pelayanan spesialis dasar dengan 1 (satu) orang dokter spesialis
sebagai tenaga tetap.
(4) Perbandingan tenaga keperawatan dan tempat tidur adalah
2:3 dengan kualifikasi tenaga keperawatan sesuai dengan
pelayanan di Rumah Sakit.

(5) Tenaga penunjang berdasarkan kebutuhan Rumah Sakit.

Pasal 20

(1) Sarana prasarana Rumah Sakit harus memenuhi standar yang


ditetapkan oleh Menteri.
(2) Peralatan yang dimiliki Rumah Sakit harus memenuhi standar
yang ditetapkan oleh Menteri.
(3) Peralatan radiologi harus memenuhi standar sesuai dengan
ketentuan peraturan perundang- undangan.
(4) Jumlah tempat tidur minimal 50 (lima puluh) buah.

Pasal 21

(1) Administrasi dan manajemen terdiri dari struktur organisasi


dan tata laksana.

(2) Struktur organisasi sebagaimana dimaksud pada ayat (1)


paling sedikit terdiri atas Kepala Rumah Sakit atau Direktur
Rumah Sakit, unsur pelayanan medis, unsure keperawatan, unsur
penunjang medis, komite medis, satuan pemeriksaan internal,
serta administrasi umum dan keuangan.

(3) Tatakelola sebagaimana dimaksud pada ayat (1) meliputi


tatalaksana organisasi, standar pelayanan, standar operasional
prosedur (SPO), Sistem Informasi Manajemen Rumah Sakit
(SIMS), hospital by laws dan Medical Staff by laws.

Pasal 22
Kriteria klasifikasi Rumah Sakit Umum sebagaimana tercantum
dalam lampiran I Peraturan ini.

Dengan adanya peraturan ini tentunya masyarakat sudah


dapat mengetahui jenis-jenis pelayanan yang terdapat pada
rumah sakit tipe D sehingga dapat member informasi yang jelas
bagi pasien yang akan memanfaatkan layanan di rumah sakit ini
dan tidak menjadi korban rujukan apabila tidak dapat tertangani
karena sudah sangat jelas disebutkan diatas untuk fasilitas yang
dapat diakses pasien di rumah sakit tipe D ini.

B. PATIENT SAFETY
Pengertian Patient Safety
Menurut Permenkes RI Nomor 1691/Menkes/Per/VIII/2011,
Patient Safety atau keselamatan pasien di rumah sakit adalah
suatu sistem dimana rumah sakit membuat asuhan pasien lebih
aman yang meliputi asesmen resiko, identifikasi dan
pengelolaan hal yang berhubungan dengan resiko pasien,
pelaporan dan analisis insiden dan tindak lanjutnya serta
implementasi solusi untuk meminimalkan timbulnya resiko dan
mencegah terjadinya cedera yang disebabkan oleh kesalahan
akibat melaksanakan suatu tindakan atau tidak mengambil
tindakan yang seharusnya diambil

Tujuan Patient safety


Tujuan “Patient safety” adalah
1. Terciptanya budaya keselamatan pasien di rumah sakit
2. Meningkatkan akuntanbilitas rumah sakit terhadap pasien
dan masyarakat
3. Menurunkan Kejadian Tak Diinginkan di Rumah Sakit
4. Terlaksananya program-program pencegahan sehingga
tidak terjadi pengulangan KTD (Kejadian Tidak Diharapkan)
Menurut WHO Collaborating Centre for Patient Safety, 2 May
2007, ada 9 (Sembilan) solusi life saving, yaitu langkah-langkah
pelaksanaan keselamatan pasien di rumah sakit bagi petugas
medis, yaitu:
1. Perhatikan nama obat, rupa dan ucapan mirip (look-alike,
sound-alike Medication name)
2. Pastikan identifikasi pasien
3. Komunikasi secara benar saat serah terima/pengoperan
pasien
4. Pastikan tindakan yang benar pada sisi tubuh yang benar
5. Kendalikan cairan elektrolit pekat (concentrated)
6. Pastikan akurasi pemberian obat pada pengalihan
pelayanan
7. Hindari salah kateter dan salah sambung slang (tube)
8. Gunakan alat injeksi sekali pakai
9. Tingkatkan kebersihan tangan (hand hygiene) untuk
pencegahan infeksi nosokomial

Ada 6 (enam) sasaran keselamatan pasien, yang dikenal dengan


‘PATIENT SAFETY GOALS”, diantaranya:
a. GOAL 1 : Identify Patiens Correctly (Ketepatan
Identifikasi Pasien)
Cara identifikasi pasien:
 Nama pasien
 Nomor rekam medis
 Tanggal lahir
(Dilarang identifikasi dengan nomor kamar pasien atau
lokasi)
Identifikasi pasien dilakukan saat:
*pemberian obat
* pengambilan darah/produk darah
*pengambilan darah dan specimen lain untuk
pemeriksaan klinis
*sebelum memberikan pengobatan
*sebelum memberikan tindakan

Dalam identifikasi pasien diberikan gelang penanda


Gelang identitas :
Biru : Laki-laki
Pink : Perempuan
Gelang Penanda:
Merah : Alergi
Kuning : Resiko jatuh
Ungu : Do not resuscitate
b. GOAL 2. Improve Effective Communication
(Peningkatan komunikasi yang efektif)
Dalam berkomunikasi biasanya sering terjadi kesalahan,
kesalahan biasanya terjadi saat:
 Perintah diberikan secara lisan
 Perintah diberikan melalui telefon
 Saat pelaporan kembali hasil pemeriksaan kritis
Cara mengatasinya:
Perintah lisan/lewat telephone:
- Write back
- Spelling/read back
- Reconfirm
c. GOAL 3. Improve the safety of high-alert medication
(Peningkatan Keamanan Obat yang perlu di
waspadai (high-alert)
Obat yang perlu diwaspadai adalah obat yang sering
menyebabkan KTD atau kejadikan sentinel. Obat yang
perlu diwaspadai:
1. NORUM (Nama obat rupa mirip)
2. LASA (Look Alike Sound Alike)
3. Elektrolit konsentrat
Kesalahan bisa terjadi secara tidak sengaja pada keadaan
darurat

d. GOAL 4. Ensure correct site, correct procedure,


correct patient surgery (Kepastian Tepat Lokasi,
Tepat procedure, Tepat pasien operasi)
Kejadian salah lokasi, salah prosedur, salah pasien pada
operasi, adalah sesuatu yang mengkhawatirkan dan tidak
jarang terjadi di rumah sakit, penyebabnya antara lain:
1. Komunikasi yang tidak efektif/tidak adekuat antara
anggota tim bedah
2. Kurang/tidak melibatkan pasien di dalam penandaan
lokasi (site marking).
3. Tidak ada prosedur untuk verifikasi lokasi operasi
4. Asesmen pasien yang tidak adekuat
5. Penelaahan ulang catatan medis yang tidak adekuat
6. Budaya yang tidak mendukung Komunikasi Terbuka
Antar Anggota Tim
7. Resep yang tidak terbaca
8. Pemakaian singkatan
e. GOAL 5. Reduce the risk of health care associated
infections (Pengurangan resiko infeksi terkait
pelayanan kesehatan)
Misalnya: Bagaimana cara mencuci tangan yang baik dan
benar.
f. GOAL 6. Reduce the risk of patient harm resulting
form falls (Pengurangan resiko pasien jatuh)
Dengan cara:
1. Anjurkan pasien meminta bantuan yang diperlukan
2. Anjurkan pasien untuk memakai alas kaki anti slip
3. Sediakan kursi roda yang terkunci di samping tempat
tidur pasien
4. Pastikan bahwa jalur ke kamar kecil bebas dari
hambatan dan terang
5. Pastikan lorong bebas hambatan
6. Tempatkan alat bantu seperti walkers/tongkat dalam
jangkauan pasien
7. Pasang bedside rel
8. Evaluasi kursi dan tinggi tempat tidur
9. Pertimbangkan efek puncak obat yang diresepkan
yang mempengaruhi tingkat kesadaran dan gait
10. Mengamati lingkungan untuk kondisi
berpotensi tidak aman dan segera laporkan untuk
perbaikan
11. Jangan biarkan pasien dengan resiko jatuh
tanpa pengawasan data di daerah diagnostic atau
terapi
12. Pastikan pasien yang diangkut dengan
brandcard/tempat tidur, posisi bedside rel dalam
keadaan terpasang
13. Informasikan dan mendidik pasien dan atau
anggota keluarga mengenai rencana perawatan
untuk mencegah jatuh
14. Berkolaborasi dengan pasien atau keluarga
untuk memberikan bantuan yang dibutuhkan.

Untuk keselamatan pasien di rumah sakit ada 7 (tujuh)


langkah yang harus dikembangkan oleh pimpinan rumah
sakit, yaitu:
1. Bangun kesadaran akan nilai keselamatan pasien;
ciptakan kepemimpinan dan budaya yang terbuka
dan adil
2. Pimpin dan dukung staf anda; dengan membangun
komitmen yang kuat dan jelas tentang keselamatan
pasien di rumah sakit
3. Integrasikan aktivitas pengelolaan resiko;
kembangkan sistem proses pengelolaan resiko ,
lakukan identifikasi dan assessment terhadap hal-hal
yang potensial bermasalah
4. Kembangkan sistem pelaporan; pastikan staf anda
agar dengan mudah dapat melaporkan setiap
kejadian/insiden, serta rumah sakit mengatur
pelaporannya kepada Komite Keselamatan Pasien
(KKP)-RS
5. Libatkan dan berkomunikasi dengan pasien;
kembangkan cara-cara berkomunikasi yang terbuka
dengan pasien
6. Belajar dan berbagi pengalaman tentang
keselamatan pasien; dorong staf untuk melakukan
analisis akar masalah untuk belajar bagaimana dan
mengapa kejadian itu timbul
7. Cegah cedera melalui implementasi sistem
keselamatan pasien; gunakan informasi yang ada
tentang kejadian untuk melakukan perubahan sistem
pelayanan.

C. MIKROSYSTEM RUMAH SAKIT KELAS D


1. PELAYANAN MEDIS RUMAH SAKIT UMUM KELAS D
Rumah Sakit Umum Kelas D adalah Rumah Sakit Umum
yang mempunyai fasilitas dan kemampuan pelayanan medik
paling sedikit 2 (spesialis dasar). Kriteria, fasilitas dan
kemampuan Rumah Sakit Umum Kelas D meliputi:
a. Pelayanan Medik Umum terdiri dari Pelayanan Medik Dasar,
pelayanan Medik Gigi Mulut, dan Pelayanan kesehatan Ibu
dan Anak/ Keluarga Berencana
b. Pelayanan Gawat Darurat harus dapat memberikan
pelayanan gawat darurat 24 (dua puluh empat) jam dan 7
(Tujuh) hari seminggu dengan kemapuan melakukan
pemeriksaan kasus-kasus gawat darurat, melakukan
resusitasi dan stabilisasi sesuai dengan standar.
c. Pelayanan Medik Spesialis Dasar sekurang-kurangnya 2
(dua) dari 4 (empat) jenis pelayanan medik dasar meliputi
Pelayanan Penyakit Dalam, Kesehatan Anak, Bedah,
Obsteri dan Ginekologi.
d. Pelayanan Spesialis Penunjang Medik yaitu Laboratorium
dan Radiologi .
e. Pelayanan Keperawatan dan Kebidanan terdiri dari
Pelayanan Asuhan Keperawatan dan Asuhan Kebidanan.
f. Pelayanan Penunjang Klinik terdiri dari High Care Unit,
Pelayanan Darah, Gizi, Farmasi, Sterilisasi Instrumen dan
Rekam Medik.
g. Pelayanan Penunjang Non Klinik terdiri dari Pelayanan
Laundry/Linen, Jasa Boga/Dapur, Teknik dan Pemeliharaan
Fasilitas, Pengelolaan Limbah, Gudang, Ambulance,
Komunikasi, Kamar Jenazah, Pemadam Kebakaran,
Pengelolaan Gas Medik dan Penampungan Air Bersih.

Unit Gawat Darurat


Berdasarkan data Direktorat Jenderal Bina Pelayanan Medik
Depkes, pada tahun 2007 jumlah rumah sakit di Indonesia
sebanyak 1.319 yang terdiri atas 1.033 RSU dengan jumlah
kunjungan ke RSU sebanyak 33.094.000, sementara data
kunjungan ke IGD sebanyak 4.402.205 (13,3 % dari total seluruh
kunjungan di RSU), dari jumlah seluruh kunjungan IGD terdapat
12,0 % berasal dari pasien rujukan. Pasien yang masuk ke IGD
rumah sakit tentunya butuh pertolongan yang cepat dan tepat
untuk itu perlu adanya standar dalam memberikan pelayanan
gawat darurat sesuai dengan kompetensi dan kemampuannya
sehingga dapat menjamin suatu penanganan gawat darurat
dengan response time yang cepat dan penanganan yang tepat.
Semua itu dapat dicapai antara lain dengan meningkatkan
sarana, prasarana, sumberdaya manusia dan manajemen
Instalasi Gawat Darurat Rumah Sakit sesuai dengan standard dan
sesuai dengan tipe Rumah Sakit. Rumah Sakit tipe D memiliki
pelayanan Instalasi Gawat Darurat Level I sebagai standar
minimal untuk Rumah Sakit Kelas D dengan memberikan
pelayanan sebagai berikut:
1. Diagnosis & penanganan permasalahan pada:
A : Jalan nafas (airway problem),
B : Pernafasan (Breathing problem) dan
C : Sirkulasi pembuluh darah (Circulation problem)
2. Melakukan Stabilisasi dan evakuasi
Prinsip Umum :
1. Setiap Rumah Sakit wajib memiliki pelayanan gawat
darurat yang memiliki kemampuan : l Melakukan
pemeriksaan awal kasus-kasus gawat darurat l Melakukan
resusitasi dan stabilitasi (life saving)
2. Pelayanan di Instalasi Gawat Darurat Rumah Sakit harus
dapat memberikan pelayanan 24 jam dalam sehari dan
tujuh hari dalam seminggu.
3. Berbagai nama untuk instalasi/unit pelayanan gawat
darurat di rumah sakit diseragamkan menjadi Instalasi
Gawat Darurat (IGD).
4. Rumah Sakit tidak boleh meminta uang muka pada saat
menangani kasus gawat darurat.
5. Pasien gawat darurat harus ditangani paling lama 5 ( lima )
menit setelah sampai di IGD.
6. Organisasi Instalasi Gawat Darurat (IGD) didasarkan pada
organisasi multidisiplin, multiprofesi dan terintegrasi,
dengan struktur organisasi fungsional yang terdiri dari
unsur pimpinan dan unsur pelaksana, yang bertanggung
jawab dalam pelaksanaan pelayanan terhadap pasien
gawat darurat di Instalasi Gawat Darurat (IGD), dengan
wewenang penuh yang dipimpin oleh dokter.
7. Setiap Rumah sakit wajib berusaha untuk menyesuaikan
pelayanan gawat daruratnya minimal sesuai dengan
klasifikasi berikut.
Target Pencapaian Standar
1. Target pencapaian Standar Instalasi Gawat Darurat Rumah
Sakit secara nasional adalah maksimal 5 tahun dari tanggal
penetapan SK.
2. Setiap Rumah Sakit dapat menentukan target pencapaian
lebih cepat dari target maksimal capaian secara nasional.
3. Rencana pencapaian dan penerapan Standar Instalasi
Gawat DARURAT Rumah Sakit dilaksanakan secara
bertahap berdasarkan pada analisis kemampuan dan
potensi daerah.
Untuk Sumber Daya Manusia di lingkungan UGD juga memiliki
persyaratan yaitu:
1. Dokter Umum (+Pelatihan Kegawat Daruratan) GELTS,
ATLS, ACLS, dll On site 24 jam
2. Perawat Kepala S1 DIII (+Pelatihan Kegawat Daruratan)
Emergency Nursing, BTLS, BCLS dll sesuai Jam kerja
3. Perawat (+Pelatihan Emergency Nursing) On site 24 jam
4. Non Medis Bagian Keuangan Kamtib (24 jam) Pekarya (24
jam) On site 24 jam

Persyaratan Fisik Bangunan :


1. Luas bangunan IGD disesuaikan dengan beban kerja RS
dengan memperhitungkan kemungkinan penanganan
korban massal / bencana.
2. Lokasi gedung harus berada dibagian depan RS, mudah
dijangkau oleh masyarakat dengan tanda-tanda yang jelas
dari dalam dan luar Rumah Sakit.
3. Harus mempunyai pintu masuk dan keluar yang berbeda
dengan pintu utama (alur masuk kendaraan/pasien tidak
sama dengan alur keluar) kecuali pada klasifikasi IGD level
I dan II.
4. Ambulans/kendaraan yang membawa pasien harus dapat
sampai di depan pintu yang areanya terlindung dari panas
dan hujan (catatan: untuk lantai IGD yang tidak sama
tinggi dengan jalan ambulans harus membuat ramp).
5. Pintu IGD harus dapat dilalui oleh brankar.
6. Memiliki area khusus parkir ambulans yang bisa
menampung lebih dari 2 ambulans (sesuai dengan beban
RS)
7. Susunan ruang harus sedemikian rupa sehingga arus
pasien dapat lancar dan tidak ada “cross infection”, dapat
menampung korban bencana sesuai dengan kemampuan
RS, mudah dibersihkan dan memudahkan kontrol kegiatan
oleh perawat kepala jaga.
8. Area dekontaminasi ditempatkan di depan/diluar IGD atau
terpisah dengan IGD.
9. Ruang triase harus dapat memuat minimal 2 (dua) brankar.
10. Mempunyai ruang tunggu untuk keluarga pasien.
11. Apotik 24 jam tersedia dekat IGD.
12. Memiliki ruang untuk istirahat petugas (dokter dan
perawat)

Persyaratan Sarana
NO KELAS/ RUANG LEVEL KET
I
1 RUANG PENERIMAAN
a. R. Tunggu (Public
Area)
- Informasi -
- Tolilet +
- Telepon Umum -
- ATM -
- Kafetaria -
- Keamanan -
b. R. Administrasi
- Pendaftaran
pasien baru/ rawat -
- Keuangan -
- Rekam Medik + Tergantung IT Sistem
Bisa bergabung
c. R. Triase dengan ruangan lain
d. R. Penyimpanan
Strecher -
e. R. Informasi dan
Komunikasi -
2 RUANG TINDAKAN
a. R. Resusitasi +
b. R. Tindakan
- Bedah
- Non Bedah /
Medical Bisa bergabung
- Anak
- Kebidanan
Bagi IGD yang berada dekat
industri harus memiliki
c. R. Dekontaminasi +/- ruang ini
Bisa bergabung atau
terpisah dan dapat diakses
3 RUANG OPERASI - 24 jam
Bisa bergabung
4 RUANG OBSERVASI dengan ruangan lain
5. Ruang KHUSUS

a. R. Intermediate/
HCU
- Umum
- Cardiac/jantung
- Pediatric/anak Bisa bergabung atau terpisah
- Neonatus dan dapat diakses 24 jam
b. R. Luka Bakar
c. R. Hemodialisis
d. R. Isolasi

Rawat Jalan
Berdasarkan Keputusan Menteri kesehatan Nomor :
129/Menkes/SK/II/2008 tentang Standar Pelayanan Minimal
Rumah Sakit, standar minimal rawat jalan adalah sebagai
berikut:
1. Dokter yang melayani pada Poliklinik Spesialis harus 100 %
dokter spesialis.
2. Rumah sakit setidaknya harus menyediakan pelayanan
klinik anak, klinik penyakit dalam, klinik kebidanan, dan
klinik bedah.
3. Jam buka pelayanan adalah pukul 08.00 – 13.00 setiap hari
kerja, kecuali hari Jumat pukul 08.00 – 11.00.
4. Waktu tunggu untuk rawat jalan tidak lebih dari 60 menit.
5. Kepuasan pelanggan lebih dari 90 %

Rawat Inap
Standar minimal rawat inap di rumah sakit adalah sebagai
berikut:
1. Pemberian layanan rawat inap adalah Dokter spesialis, dan
perawat dengan minimal pendidikan D3.
2. Penanggungjawab pasien rawat inap 100 % adalah dokter.
3. Ketersediaan pelayanan rawat inap terdiri dari anak,
penyakit dalam, kebidanan, dan bedah.
4. Jam kunjung dokter spesialis adalah pukul 08.00 – 14.00
setiap hari kerja.
5. Kejadian infeksi paska operasi kurang dari 1,5 %.
6. Kejadian infeksi nosokomial kurang dari 1,5 %.
7. Kematian pasien lebih dari 48 jam : kurang dari 0,24 %.
8. Kejadian pulang paksa kurang dari 5 %.
9. Kepuasan pelanggan lebih dari 90 %.
2. KEPERAWATAN DI RUMAH SAKIT KLEAS D
Perencanaan tenaga atau staffing merupakan salah satu fungsi utama seorang
pemimpin organisasi, termasuk organisasi keperawatan. Perencanaan tenaga
keperawatan harus disesuaikan dengan kebutuhan dan tujuan pelayanan
keperawatan yang optimal dan bermutu tinggi. Perencanaan ketenagaan menjadi
permasalahan besar diberbagai organisasi keperawatan seperti di tatanan rumah
sakit.
Perencanaan ketenagaan harus sesuai dengan ketentuan atau pedoman yang
berlaku, tenaga yang dibutuhkan dalam memberikan pelayanan keperawatan harus
sesuai dengan standar keperawatan pada Rumah Sakit Kelas D berdasarkan
Peraturan Menteri Kesehatan RI Nomor 56 Tahun 2014 bahwa perbandingan
tenaga keperawatan dan tempat tidur adalah 2:3 dengan
kualifikasi tenaga keperawatan sesuai dengan pelayanan Rumah
Sakit. Untuk lebih akuratnya selain perencanaan tenaga keperawatan, maka
pimpinan keperawatan harus mempunyai keyakinan tertentu dalam organisasinya
seperti:
1. Rasio antara perawat dan klien didalam ruangan perawatan intensif adalah
1: 1 atau 1:2
2. Perbandingan perawat ahli dan terampil di ruang medikal bedah,
kebidanan, anak dan psikiatri adalah 2:1 atau 3:1
3. Rasio antara perawat dan klien shift pagi dan sore adalah 1:5 untuk malam
hari di ruang rawat dan lain- lain 1:10

3. LOGISTIK DI RUMAH SAKIT KLEAS D


Rumah sakit merupakan suatu usaha yang melakukan produksi jasa sehingga
logistik dalam rumah sakit bukan logistik pendistribusian barang, tetapi hanya
menyangkut manajemen persediaan bahan barang serta peralatan yang dibutuhkan
untuk memproduksi jasa tersebut. Logistik dalam rumah sakit bermula dari
perolehan (procurement) dan berakhir dengan dokumen penuh dari usaha
pembedahan dan pengobatan. Sehingga dapat dikatakan bahwa manajemen
logistik dalam lingkungan rumah sakit adalah suatu proses pengolahan secara
strtegis terhadap pengadaan, penyimpanan, pendistribusian, serta pemantauan
persediaan barang (stock, material, supplies, inventory, etc) yang diperlukan bagi
produksi jasa rumah sakit.
Menurut bidang pemanfaatannya bahan dan barang yang harus disediakan di
rumah sakit dapat dikelompokkan menjadi :
a. Logistik Obat
Meliputi aktivitas logistik yang terkait dengan obat yang digunakan dalam proses
pelayanan kesehatan di rumah sakit. Obat merupakan salah satu komponen utama
pendapatan rumah sakit. Tantangan dalam melaksanakan logistik obat di rumah
sakit secara baik tergolong tinggi. Berbagai pihak terlibat dalam logistik obat di
rumah sakit.
b. Logistik Alat Kesehatan
Adalah kegiatan logistik yang terkait dengan alat kesehatan yang digunakan
dalam pelayanan kesehatan di rumah sakit. Masalah utama yang sering terjadi
adalah manajemen inventaris yang kurang baik, sehingga mengakibatkan alat
kesehatan yang disimpan berlebihan.
c. Logistik Food and Baverages
Adalah kegiatan logistik yang terkait dengan pelayanan gizi, baik untuk pasien
atau untuk karyawan rumah sakit. Masalah yang sering muncul adalah barang
hilang atau berkurang dan mutu proses yang bervariasi.
d. Logistik Bahan Habis Pakai
Adalah kegiatan logistik yang terkait dengan bahan-bahan yang dikategorikan
sebagai bahan habis pakai. Masalah yang paling sering dihadapi adalah sediaan
bahan habis pakai yang berlebihan.
e. Logistik Barang Kuasi
Adalah kegiatan logistik yang terkait dengan barang kelengkapan administrasi
rumah sakit. Masalah yang sering terjadi adalah sediaan barang kuasi ynag terlalu
banyak.
f. Logistik Peralatan Medis dan Non Medis
Adalah kegiatan logistik yang terkait dengan peralatan medis dan non medis yang
digunakan dalam memberikan pelayanan kesehatan. Masalah yang sering dihadapi
adalah penyimpanan alat dan persediaan suku cadang.
g. Logistik Sarana dan Prasarana Gedung
Adalah kegiatan logistik yang terkait dengan sarana dan prasarana gedung rumah
sakit. Nilai sarana dan prasarana gedung rumah sakit dapat mencapai sekitar 40%
dari nilai aset total rumah sakit. Masalah yang sering muncul :
1) Pembangunan sarana dan prasarana yang tidak efisien
2) Pemeliharaan saran dan prasarana yang tidak sesuai standar yang tidak
ditentukan.
h. Logistik Linen
Adalah kegiatan logistik yang terkait dengan bahan kelompok linen. Masalah
yang dihadapi adalah sediaan yang berlebihan dan proses yang bervariasi.

D. MAKROSYSTEM RUMAH SAKIT KELAS D


1. STRUKTUR ORGANISASI
Manajemen Rumah sakit yang berorientasi pada efisiensi
dan efektivitas serta peningkatan mutu pelayanan dapat
dilaksanakan melalui pendekatan organisasi fungsionil berbentuk
matriks yang didukung dengan segala perangkat organisasi yang
diperlukan yang ditetapkan dengan peraturan Menkes nomor :
1045/Menkes/Per/1X/2006 Pedoman Organisasi Rumah Sakit
dilingkungan Departemen Kesehatan. Dengan harapan rumah
sakit diharapkan dapat memberikan pelayanan yang efktif,
efisiensi dan bermutu.
Setiap Rumah Sakit harus memiliki organisasi yang efektif,
efisien, dan akuntabel. Struktur Rumah Sakit Umum Kelas D
terdiri dari :
1. Seorang Direktur
2. Direktur membawahi 2 Seksi dan 3 Subbagian
3. Masing masing Bidang terdiri paling banyak 3 Seksi
4. Bagian terdiri paling banyak 3 Subbagian
STRUKTUR ORGANISASI RUMAH SAKIT TIPE D

DIREKTUR

Wakil Direktur
Wakil Direktur
Administrasi & Keuangan Pelayanan

Kabag Kabag Kabag Bina Kepala Bidang Kepala Bidang Kepala Bidang
Keuangan Admin&Umum Program& Pelayanan Pekayanan Pelayanan
Publikasi Keperawatan Penunjang
Medik
Kasubag Kasubag
Akuntansi& Ketatausahaan Kasubag Kasie Kasie Peunjang
Kasie Pelayanan
Pelaporan Perencanaan & Pelayanan&Asu Medik
Medik
Kasubag Evaluasi han Kep.
Kasubag Kepegawaian& Kasie Penunjang
Kasie Rekam Non Medik
Perbendaharaan Diklat Kasubag Kasie Etika
Medik&SIRS Pengembangan
Hukum&Humas
Kasubag Kasubag Rt & Mutu
Verifikasi& Perlengkapan Kasubag Keperawatan
Anggaran Promkes RS

INSTALASI

1. Direktur
2. Wakil Direktur Administrasi dan Keuangan, membawahi :
 Bagian Administrasi dan Umum;
 Bagian Keuangan; dan
 Bagian Bina Program dan Publikasi.
3. Wakil Direktur Pelayanan membawahi :
 Bidang Pelayanan Medis ;
 Bidang Pelayanan Keperawatan ; dan
 Bidang Pelayanan Penunjang,
4. Bagian Keuangan, membawahi :
 Sub Bagian Akuntansi dan Pelaporan;
 Sub Bagian Perbendaharaan; dan
 Sub Bagian Verifikasi dan Anggaran.
5. Bagian Administrasi dan Umum, membawahi :
 Sub Bagian Ketatausahaan;
 Sub Bagian Kepegawaian dan Diklat; dan
 Sub Bagian Rumah Tangga dan Perlengkapan.
6. Bagian Bina Program dan Publikasi, membawahi :
 Sub Bagian Perencanaan dan Evaluasi ;
 Sub Bagian Hukum dan Humas; dan
 Sub Bagian Promosi Kesehatan Rumah Sakit.
7. Bidang Pelayanan Medis, membawahi :
 Seksi Pelayanan Medis; dan
 Seksi Rekam Medis dan Sistem Informasi Rumah Sakit.
8. Bidang Pelayanan Keperawatan, membawahi :
 Seksi Pelayanan dan Asuhan Keperawatan; dan
 Seksi Etika dan Pengembangan Mutu Keperawatan.
9. Bidang Pelayanan Penunjang, membawahi :
 Seksi Penunjang Medis; dan
 Seksi Penunjang Non Medis
10. Kelompok Jabatan Fungsional
Sebagai upaya pemberdayaan pegawai dalam melaksanakan tugas pokok
dan fungsinya selalu di upayakan untuk meningkatkan pengetahuan dan
ketrampilan melalui pendidikan dan pelatihan secara berkesinambungan.
Uraian Tugas
1. Direktur
Direktur mempunyai tugas memimpin, menentukan kebijakan, membina,
mengkoordinasikan, mengawasi dan mengendalikan pelaksanaan tugas dan fungsi
RS sesuai dengan peraturan perundang-undangan yang berlaku.
2. Wakil Direktur Administrasi & Keuangan
Wakil Direktur Administrasi & Keuangan mempunyai tugas memimpin,
menentukan kebijakan, membina, mengkoordinasikan, mengawasi dan
mengendalikan pelaksanaan tugas dan fungsi Bagian Administrasi & Umum,
Keuangan, Bina Program dan Publikasi serta tugas-tugas lainnya yang diberikan
oleh atasan langsung.
a. Kepala Bagian Administrasi & Umum
Kepala Bagian Administrasi & Umum mempunyai tugas untuk menyiapkan
perumusan kebijakan, koordinasi, pembinaan, pengawasan dan pengendalian serta
bertanggungjawab terhadap kelancaran pelaksanaan kegiatan administrasi umum,
ketatausahaan, administrasi kepegawaian & diklat, perpustakaan, rumah tangga
dan perlengkapan. Dalam melaksanakan tugasnya dibantu oleh beberapa
subbagian terdiri dari :
1). Sub Bagian Ketatausahaan
Membantu Kepala Bagian Administrasi & Umum dalam perencanaan,
penyelenggaraan, pembinaan, pengawasan dan pengembangan kegiatan pelayanan
ketatausahaan, perpustakaan dan kearsipan dengan uraian sebagai berikut :
 Mengelola dan memberikan pelayanan administrasi ketatausahaan,
kearsipan, surat menyurat.
 Memberikan pelayanan kesejahteraan pegawai yang meliputi pengurusan
tabungan perumahan, asuransi kesehatan, korpri dan pembuatan karis dan
karsu.
 Menyiapkan dan menkoordinasikan pelaksanaan disiplin pegawai rumah
sakit
2). Sub Bagian Kepegawaian & Diklat
Membantu Kepala Bagian Administrasi & Umum dalam perencanaan,
penyelenggaraan, pembinaan, pengawasan dan pengembangan kegiatan
administrasi kepegawaian, pendidikan dan latihan, perencanaan kebutuhan tenaga
rumah sakit serta peningkatan disiplin pegawai.
3). Sub Bagian Rumah Tangga dan Perlengkapan.
 Membantu Kepala Kepala Bagian Administrasi & Umum dalam
perencanaan, penyelenggaraan, pembinaan, pengawasan dan pengembangan
kegiatan
 Merencanakan dan menyelenggarakan kebutuhan prasarana/ perlengkapan
rumah sakit
 Merencanakan dan menyelenggarakan kebutuhan rapat rutin dan penjamuan
tamu serta kegiatan ekstra rumah sakit
 Mengelola dan memberikan pelayanan administari rumah tangga dan
perlengkapan yang meliputi, pencatatan dan pemeliharaan inventaris barang
dan pendistribusian bahan habis pakai serta penyediaan kebutuhan rumah
tangga
 Melaksanakan pembinaan pengawasan dan pengembangan kegiatan
pengelolaan rumah tangga, peralatan dan perlengkatan
 Mengkoordinasikan pelaksanaan pemeliharaan kebersihan sarana,
prasarana, dan keindahan lingkungan RS
 Membuat dan menyampaikan laporan pelaksanaan tugas kepada atasan
langsung
 Melaksanakan tugas kedinasan lainnya yang berkaitan dengan kerumah
tanggaan.
b. Bagian Keuangan
Bagian keuangan mempunyai tugas untuk menyiapkan perumusan kebijakan,
koordinasi, pembinaan, pengawasan dan pengendalian serta bertanggungjawab
terhadap kelancaran kegiatan pelaksanan anggaran dan verifikasi, perbendaharaan,
akuntansi dan pelaporan serta tugas-tugas lainnya dari atasan langsung. Dalam
melaksanakan tugasnya dibantu oleh :
1). Sub Bagian Verifikasi dan Anggaran
Membantu Kepala Bagian Keuangan dalam perencanaan, penyelenggaraan,
pembinaan, pengawasan dan pengembangan kegiatan pelaksanaan anggaran,
verifikasi pelaksanaan anggaran RS.
 Koordinasi RBA, DPA SKPD
 Pembuatan Anggaran kas
 Verifikasi penerimaan dan pengeluaran
 Koordinasi dalam penyusunan dan perencanaan biaya2 pada RS
 Meaksanakan penatausahaan keuangan
 Meneliti kelengkapan dokumen dan keabsahan dokumen dan bukti2
pengeluaran
 Menguji kebenaran perhitungan atas pengeluaran,
 Menghitung dan menguji PPn dan PPh
 Mengusulkan pengesahan DPA BLU ke PPKAD
2). Sub Bagian Akuntansi dan Pelaporan
Membantu Kepala Bagian Keuangan dalam perencanaan, penyelenggaraan,
pembinaan, pengawasan dan pengembangan kegiatan pembukuan, akuntansi,
pengelolaan aset dan pelaporan keuangan RS.
 Melakukan penatausahaan keuangan RS
 Mencatat dan membukukan setiap transaksi keuangan
 Menjalankan akuntansi dan laporan keuangan SAK
 Menyusun laporan keuangan dan menyampaikan laporan triwulan, semester
dan tahunan
 Menyelenggarakan sisim informasi dan akuntansi keuangan RS
 Melakukan konsolidasi laporan RS
 Menyusun kebijakan akuntansi
 Dokumentas bukti penerimaan dan pengeluaran
3) Sub Bagian Perbendaharaan
Membantu Kepala Bagian Keuangan dalam perencanaan, penyelenggaraan,
pembinaan, pengawasan dan pengembangan kegiatan perencanaan penerimaan,
pengeluaran dan penyimpanan keuangan RS serta ketatausahaannya, pengelolaan
utang dan piutang RS.
 menyelenggarakan pembukuan dan pencatatan rekening kas
 melakukan dan melaksankan transaksi melalui pengeluaran rekening kas
 merencanakan penerimaan kas dan pengeluaran kas
 Merencanakan Penarikan dana sesuai ketentuan dari sumber non pendapatan
langsung
 Melaksanakan pemungutan pendapatan dan tagihan.
 menerbitkan cek
 menyetor penerimaan ke kas RS
 melaporkan pengelolaan kas
 menghitung dan menyetorkan pajak ke kas negara
c. Kepala Bagian Bina Program dan Publikasi
Kepala Bagian Bina Progran dan Publikasi mempunyai tugas untuk menyiapkan
perumusan kebijakan, koordinasi, pembinaan, pengawasan dan pengendalian serta
bertanggungjawab terhadap kelancaran pelaksanaan kegiatan perencanaan dan
evaluasi, hukum dan rekam medik, humas dan PKRS serta tugas-tugas lainnya
dari atasan langsung. Dalam melaksanakan tugasnya dibantu oleh beberapa
subbagian terdiri dari :
1). Sub Bagian Perencanaan dan Evaluasi
Membantu Kepal Bagian Bina Program dan Publikasi dalam perencanaan,
penyelenggaraan, pembinaan, pengawasan dan pengembangan kegiatan
penyusunan program, perencanaan strategi bisnis, perencanaan bisnis anggaran
serta evaluasi program kegiatan di RS.
 Perencanaan Program Kerja Sub Bagian Perencanaan dan Evaluasi.
 Perencanaan program kegiatan dan anggaran RS secara periodik dalam
bentuk RBA/Renja, RSB/Renstra.
 Perencanaan dan penyusunan kebutuhan RT, sarana dan prasaran RS
 Monitoring dan Evaluasi pelaksanaan progran/kegiatan RS
 Penyusunan laporan kinerja secara periodik
 Tugas-tugas lain dari atasan langsung.
 Sub Bagian Hukum dan Humas
Membantu Kepala Bagian Bina Program dan Publikasi dalam perencanaan,
penyelenggaraan, pembinaan dan pengawasan pelaksanaan kegiatan yang
berhubungan dengan kehumasan, protokoler, penyelenggaraan hukum dan
advokasi serta regulasi di RSUD.
 Perencanaan akan kebutuhan sarana dan prasarana penyelenggaraan
kegiatan Hukum dan Humas.
 Perencanaan program kerja Sub Bagian Hukum dan Humas
 Publikasi atas program kegiatan serta kebijakan RSUD kepada publik baik
secara langsung maupun melalui media.
 Membentuk citra dan opini RSUD yang baik.
 Dokumentasi seluruh kegiatan RSUD
 Perencanaan, pengaturan dan serta pengendalian pelaksanaan kegiatan
direksi RSUD
 Perlindungan hukum dan advokasi terhadap penyelenggaraan kegiatan
RSUD.
 Kajian hukum terhadap kebijakan atau regulasi RSUD.
 Tugas-tugas lain dari atasan langsung.
3) Sub. Bagian Promkes Rumah Sakit.
Membantu Kepala Bagian Bina Program dan Publikasi dalam perencanaan,
penyelenggaraan, pembinaan dan pengawasan pelaksanaan kegiatan, promosi
kesehatan di RSUD.
 Perencanaan kebutuhan sarana dan prasarana penyelenggaraan Promkes
Rumah Sakit.
 Perencanaan program kerja Sub Bagian Promkes Rumah Sakit.
 Penyelenggaraan Promkes di dalam gedung RSUD
 Penyelenggaraan Promkes di luar gedung RSUD.
 Tugas-tugas lain dari atasan langsung.
3. Wakil Direktur Bidang Pelayanan dan Keperawatan.
Wakil Direktur Bidang Pelayanan dan keperawatan mempunyai tugas memimpin,
menentukan kebijakan, membina, mengkoordinasikan, mengawasi dan
mengendalikan pelaksanaan kegiatan pelayanan medik, penunjang medik dan non
medik, pelayanan keperawatan serta tugas-tugas lainnya dari atasan langsung.
a. Bidang Pelayanan Medis
Menyiapkan perumusan kebijakan, koordinasi, pembinaan, pengawasan,
pengendalian dan perencanaan dan pelaporan kegiatan pelayanan medis, Rekam
medik, Sistem Informasi Rumah Sakit (SIRS), pelayanan peserta jaminan (Askes
Sosial, Askes Komersial, PJKMU, Jamkesmas, Jamsostek, Jamkesda) serta tugas-
tugas lainnya yang diberikan atasan langsung. Dalam melaksanakan tugasnya
dibantu oleh :
1). Seksi Pelayanan Medis
Membantu Kepala Bidang Pelayanan Medis dalam perencanaan, pengadaan,
penyelenggaraan, pengembangan dan pembinaan kegiatan penyelenggaraan
pelayanan medis, rujukan, kebutuhan tenaga medis, dan penggunaan fasilitas
pelayanan medis.
 Perumusan kebijakan strategi pelayanan medik berdasarkan peraturan
perundang-undangan yang berlaku.
 Pengawasan pelaksanaan pelayanan medik di UPF/Indtalasi, Rawat Jalan,
Rawat Inap, Rawat Darurat, Rawat Bedah dan Rawat Intensif.
 Pemberian petunjuk dan arahan kepada unit-unit pelayanan medik dalam
pelaksanaan tugas sesuai dengan rencana kerja.
 Evaluasi pelaksanaan pelayanan medik
 Membuat laporan hasil evaluasi pelayanan medik
 Tugas-tugas lain dari atasan.
2). Seksi Rekam Medik dan SIRS
Membantu Kepala Bidang Pelayanan dalam perencanaan, pengadaan,
penyelenggaraan, pengembangan dan pembinaan kegiatan pelayanan penunjang
medis dan non medis, kebutuhan tenaga penunjang medis dan non medis, logistik
pelayanan medis serta perencanaan fasilitas pelayanan medis, penunjang medis
dan non medis.
 Merencanakan program kerja di seksi rekam medik dan SIRS.
 Pengelolaan pelayanan rekam medik dalam hal pencatatan, penomoran,
pengisian, penyimpanan dan pendistribusian data rekam medik berdasarkan
kode etik, prosedur/ standar dan peraturan perundang-undangan yang
berlaku.
 Pelaporan hasil kegiatan rekam medik sebagai informasi kesehatan dan
pertanggung jawaban kepada atasan.
 Tugas-tugas lain dari atasan.
b. Bidang Keperawatan
Bidang Keperawatan mempunyai tugas untuk menyiapkan perumusan kebijakan,
koordinasi, pembinaan, pengawasan dan pengendalian pelayanan dan asuhan
keperawatan, etika dan mutu keperawatan serta tugas-tugas lainnya yang
diberikan atasan langsung. Dalam melaksanakan tugasnya dibantu oleh :
1). Seksi Pelayanan Asuhan Keperawatan
Membantu Kepala Bidang Keperawatan dalam perencanaan, penyelenggaraan,
pembinaan, pengawasan, dan pengembangan kegiatan pelayanan asuhan
keperawatan dan pengembangan kegiatan pelayanan asuhan keperawatan, logistik
keperawatan, ketenagaan dan fasilitas keperawatan.
 Menyusun rencana kerja tahunan
 Menyusun standar tenaga, sarana dan prasarana
 Mengevaluasi kebutuhan tenaga, sarana dan prasarana
 Menyusun dan melaksanakan program mutasi, rotasi dan retensi tenaga
keperawatan dengan mempertimbangkan usulan KARU
 Melaksanakan koordinasi dengan unsur terkait dalam pengawasan,
pengendalian dan penilaian terhadap pendayagunaan tenaga keperawatan
 Melaksanakan evaluasi kerja tahunan
 Tugas-tugas lain dari atasan.

2). Seksi Etika dan Mutu Keperawatan


Membantu Kepala Bidang Keperawatan dalam perencanaan, penyelenggaraan,
pembinaan, pengawasan dan pegembangan etika dan mutu keperawatan, serta
penyuluhan kesehatan.
 Menyusun program kerja tahunan
 Menyusun Protap/SOP standar pelayanan keperawatan, alat penilaian mutu
pelayanan keperawatan dan memantau pelaksanaannya.
 Melaksanakan pembinaan etika profesi perawat dan bidan, pengawasan
pelayanan keperawatan sesuai dengan bidangnya
 Berperan serta dalam penyusunan program utasi dan rotasi tenaga
keperawatan.
 Melaksanakan program orientasi dan bimbingan bagi mahasiswa
keperawatan yang menggunakan rumah sakit sebagai lahan praktek
 Pro aktif dalam penanganan yang melibatkan etik perawat dan bidan
 Melakukan klarifikasi terhadap perawat dan bidan yang terlibat masalah etik
 Melaksanakan kredensial terhadap perawat/bidan baru yang akan bekerja di
rumah sakit
 Melakukan kajian standar, prosedur, kebijakan dan pengembangan metode
pelayanan keperawatan.
 Melakukan presentasi kasus, audit keperawatan, death conference, ronde
keperawatan dan kegiatan ilmiah lainnya.
 Mengadakan penelitian keperawatan dalam upaya peningkatan mutu asuhan
keperawatan
 Melakukan monitoring program kerja setiap semester dan tahunan
 Melakukan evaluasi program kerja tiap akhir tahun
 Melaporkan kepada kepala bidang keperawatan tentang mutu asuhan
keperawatan secara berkala
 Tugas-tugas lain dari atasan.

c. Bidang Pelayanan Penunjang


Menyiapkan perumusan kebijakan, koordinasi, pembinaan, pengawasan,
pengendalian dan perencanaan dan pelaporan kegiatan pelayanan penunjang,
kebutuhan tenaga, pemeliharaan sarana dan prasarana, serta tugas-tugas lainnya
yang diberikan atasan langsung. Dalam melaksanakan tugasnya dibantu oleh :
1). Seksi Penunjang Medis
Membantu Kepala Bidang Pelayanan Penunjang dalam perencanaan, pengadaan,
penyelenggaraan, pengembangan dan pembinaan kegiatan penyelenggaraan
pelayanan penunjang medis, kebutuhan tenaga medis,.
 Perencanaan kegiatan penunjang medis
 Pengawasan dan pengendalian pelaksanaan kegiatan pelayanan di instalasi-
instalasi penunjang medis (Radiologi, Laboratorium, Farmasi, Gizi dan
Rehabilitasi Medis)
 Koordinasi dalam pelaksanaan kegiatan penunjang medis
 Evaluasi terhadap pelaksanaan kegiatan penunjang medis
 Tugas-tugas lain dari atasan langsung.
2). Seksi Penunjang Non Medis
Membantu Kepala Bidang Pelayanan Penunjang dalam perencanaan, pengadaan,
penyelenggaraan, pengembangan dan pembinaan kegiatan pelayanan penunjang
non medis, kebutuhan tenaga penunjang non medis, dan pemeliharaan sarana
rumah sakit.
 Perencanaan kegiatan penunjang non medis
 Pengawasan dan pengendalian pelaksanaan kegiatan pelayanan di instalasi-
instalasi penunjang non medis (IPS-RS, Loundry, CSSD, Pemulasaran
Jenazah, Ambulance dan Sanitasi)
 Koordinasi dalam pelaksanaan kegiatan penunjang non medis
 Evaluasi terhadap pelaksanaan kegiatan penunjang non medis
 Tugas-tugas lain dari atasan langsung.

2. KEUANGAN RUMAH SAKIT KELAS D


Rumah Sakit Pemerintah merupakan unit kerja dari Instansi Pemerintah
yang memberikan pelayanan kesehatan kepada masyarakat umum. Permasalahan
yang selalu timbul adalah sulitnya meramalkan kebutuhan pelayanan yang
diperlukan masyarakat maupun kebutuhan sumber daya untuk mendukungnya. Di
sisi lain pihak Rumah Sakit harus siap setiap saat dengan sarana, prasarana tenaga
maupun dana yang dibutuhkan untuk mendukung pelayanan tersebut. Di samping
itu Rumah Sakit sebagai unit sosial dihadapkan pada semakin langkanya sumber
dana untuk membiayai kebutuhannya, padahal di lain pihak Rumah Sakit
diharapkan dapat bekerja dengan tarif yang dapat terjangkau oleh masyarakat luas.
Untuk itu diperlukan berbagai upaya dalam mengatasinya. Sistem keuangan
Rumah Sakit yang merupakan salah satu kegiatan dari manajemen keuangan
adalah salah satu sasaran pertama yang harus diperbaiki agar dapat memberikan
data dan informasi yang akan mendukung para manajer Rumah Sakit dalam
pengambilan keputusan maupun pengamatan serta pengendalian kegiatan Rumah
Sakit.
Manajemen keuangan ialah bagaimana merencanakan dan memperoleh biaya
atau dana, kemudian mempergunakannya dengan efisien, dengan tujuan untuk
mencegah meningkatnya pembiayaan dan mencegah kebocoran yang tidak
berguna. Secara operasional manajemen keuangan di Rumah Sakit harus dapat
menghasilkan data, informasi dan petunjuk untuk membantu pimpinan Rumah
Sakit dalam merencanakan, mengendalikan dan mengawasi seluruh kegiatan agar
mutu pelayanan dapat dipertahankan/ditingkatkan pada tingkat pembiayaan yang
wajar.
Klasifikasi akuntamsi dalam keuangan ada 4 yaitu :
1. Aset Kewajiban Aset : Aset (assets) adalah semua hak yang dapat
digunakan dan di kelola dalam operasi perusahaan atau dalam operas
sebuah rumah sakit.
2. Kewajiban :
- Kewajiban lancar meliputi hutang yang akan dilunasi dalam waktu
satu tahun atau satu siklus normal, seperti : Fee dokter yang belum
dibayar, hutang pembelian obat, ATK dan lain-lain.
- Kewajiban tak lancar yaitu hutang yang tidak akan jatuh tempo
dalam waktu setahun, misalnya hutang investor.
3. Ekuitas (modal ) terdiri dari modal dasar, akumulasi sisa hasil usaha
dan modal yang berasal dari sumbangan.
4. Pendapatan adalah jumlah uang yang diterima oleh rumah sakit dari
aktivitasnya, kebanyakan dari penjualan produk obat-obatan dan/atau
jasa kepada pelanggan. Bagi investor, pendapatan kurang penting
dibanding keuntungan, yang merupakan jumlah uang yang diterima
setelah dikurangi pengeluaran.
5. Biaya merupakan pengorbanan sumber ekonomi atau sumber daya
berupa barang dan jasa yang di ukur dalam satuan uang dengan tujuan
untuk memperoleh suatu manfaat yaitu peningkatan laba di masa
mendatang.

Laporan Arus Kas Rumah Sakit


Berisi informasi tentang arus kas/setara kas masuk dan ke luar selama
periode tertentu yang berasal dari aktivitas operasi, investasi yang berjangka
pendek dan pendanaan. Tujuannya untuk menilai kemampuan organisasi Rumah
Sakit dalam menghasilkan kas dan menilai kebutuhan arus kas ke luarnya. Karena
dengan membaca laporan arus kas dapat diketahui :
a. Jumlah kas yang dihasilkan dalam suatu periode, berapa yang berasal
darikegiatan operasional, investasi dan pendanaan.
b. Berapa jumlah kas yang dikeluarkan untuk supplier, karyawan,
membayarbunga, pengembalian pinjaman
c. Bagaimana kemampuan Rumah Sakit menghasilkan kas dan
melunasikewajiban-kewajibannya.
d. Bagaimana terjadinya SHU dengan penerimaan dan pengeluaran kas dan
lain-lain.
Sumber penerimaan dan pemakaian kas diklasifikasikan sebagai berikut:
1. Aktivitas operasi merupakan penerimaan dan pengeluaran kas yang
berasal dari kegiatan usaha/transaksi yang berpengaruh pada sisa hasil
usaha. Metode melaporkan arus kas dari aktivitas operasi yang akan
digunakan adalah metode langsung. Contoh :
Sumber Penerimaan Kas
a. Kas diterima dari pelanggan (pasien)
b. Kas diterima dari bunga deposito
Sumber Pengeluaran Kas
a. Untuk pembayaran persediaan
b. Untuk pembayaran fee dokter
c. Untuk pembayaran beban operasoinal, beban bunga dan sebagainya.
Aktivitas investasi
Sumber penerimaan kas : penjualan aktiva tetap, pelunasan piutang
jangkapanjang dan lain-lain.Sumber pengeluaran kas : pembelian aktiva tetap,
investasi dan pemberianpiutang jangka panjang.
Aktivitas pendanaan
Sumber penerimaan kas : penambahan modal dasar, penambahan pinjamanjangka
panjang. Sumber pengeluaran kas : · Pelunasan pinjaman jangka panjang

Standar Akuntansi Keuangan merupakan pedoman/acuan dalam


penyusunan laporan keuangan yang disusun oleh Ikatan Akuntansi Indonesia
(IAI) 1994. Fungsi utama akuntansi di Rumah sakit adalah sebagai sumber
informasi yang diperlukan untuk pengambilan keputusan dalam pemecahan
masalah dan perencanaan untuk keberhasilan pengembangan Rumah Sakit. Secara
umum akuntansi tidak lepas dari biaya (cost), dengan perhitungan biaya yang
berbeda akan menghasilkan akuntansi biaya yang berbeda pulaserta berdampak
pada pengambilan keputusan yang berbeda. Dengandemikian untuk pengambilan
keputusan yang tepat serta keberhasilanperencanaan diperlukan sistem dan
pelaksanaan akuntansi Rumah Sakit secara optimal.
3. SDM RUMAH SAKIT KELAS D
Rumah sakit merupakan sebuah organisasi komplek yang
terdiri dari berbagai macam profesi kesehatan dan profesi
lainnya yang berhubungan dengan kegiatan pelayanan
kesehatan kepada masyarakat. Sebuah manajemen SDM yang
efektif dapat menciptakan suatu lingkungan kerja yang
memberikan nuansa kebersamaan, sederajat, menunjang
produktivitas, mendorong anggotanya untuk bekerja mencapai
tujuan organiasi, serta mampu memenuhi kebutuhan anggotanya
untuk mengaktualisasikan diri dan memenuhi harapan
individunya melalui penghargaan, perkembangan, dan
pengakuan akan jati dirinya.
Pelayanan kesehatan pada dasarnya merupakan suatu
proses yang komplek dan saling berkaitan antar praktisi
kesehatan. Beragam profesi kesehatan yang tergabung dalam
sebuah rumah sakit akan menjadi tantangan tersendiri bagi
manajemen SDM rumah sakit. Untuk itu diperlukan kerjasama
dan kolaborasi antara individu/profesi kesehatan tersebut dalam
upaya memberikan pelayanan kesehatan yang maksimal bagi
masyarakat.
Ketersediaan tenaga kesehatan disesuaikan dengan jenis
tingkat pelayanan, dibawah ini akan dijelaskan mengenai tenaga
kesehatan di jenis dan tingkat pelayanan pada Rumah Sakit
Umum Kelas D sesuai Peraturan Menteri Kesehatan Republik
Indonesia Nomor 56/Menkes/Per/III/2014 :
a. Pada Pelayanan Medik Dasar minimal harus ada 4 orang
dokter umum dan 1 orang dokter gigi sebagai tenaga
tetap.
b. Pada Pelayanan Medik Spesialis Dasar harus ada masing-
masing minimal 1 orang dokter spesialis dari 2 jenis
pelayaanan spesialis dasar dengan 1 orang dokter spesialis
sebagai tenaga tetap.
c. Perbandingan tenaga keperawatan dan tempat tidur adalah
2:3 dengan kualifikasi tenaga keperawatan sesuai dengan
pelayanan Rumah Sakit
d. Tenaga penunjang berdasarkan kebutuhan Rumah Sakit
4. SISTEM INFORMASI MANAJEMEN (SIM) RUMAH SAKIT

Sistem Informasi Manajemen Rumah Sakit (SIMRS) adalah suatu tatanan yang
berurusan dengan pengumpulan data, pengolahan data, penyajian informasi,
analisis dan penyimpulan informasi serta penyampaian informasi yang dibutuhkan
untuk kegiatan rumah sakit. SIMRS meliputi input, proses, output, balikan dan
kontrol. Dalam analisisnya SIMRS tidak terlepas dari kebutuhan komputerisasi
yang meliputi perangkat keras (hardware) dan perangkat lunak (software)
(Simarmata, 2006).
Di bawah adalah gambaran piramida dalam sistem informasi manajemen
(Kristanto, 2003).

Top manajer :

SIM untuk

perencanaan strategis

Middle manajer :

SIM untuk perencanaan taktis

Lower manajer :

SIM untuk perencanaan operasional

Staff :

Gambar 1 : Sistem Informasi Manajemen

Manajemen rumah sakit adalah serangkaian kegiatan manajemen mulai dari tahap
perencanaan sampai tahap evaluasi yang berorientasi pada aspek input
(pelanggan, dokter, sarana, prasarana dan peralata), proses (pelayanan medik) dan
output (kepuasan pasien) (Soejitno, 2003).

Sistem informasi rumah sakit (SIRS) adalah suatu tatanan yang berurusan dengan
pengumpulan data, pengelolaan data, penyajian informasi, analisis dan
penyimpulan informasi serta penyampaian informasi yang dibutuhkan untuk
kegiatan rumah sakit meliputi, system informasi klinik, system informasi
administrasi, dan system informasi manajemen (Sabarguna, 2008).

Sistem informasi manejemen rumah sakit (SIMRS) merupakan himpunan atau


kegiatan dan prosedur yang terorganisasikan dan saling berkaitan serta saling
ketergantungan dan dirancang sesuai dengan rencana dalam usaha menyajikan
info yang akurat dan tepat waktu di rumah sakit. Selain itu, system ini berguna
untuk menunjang proses fungsi-fungsi manajemen dan pengambilan keputusan
dalam memberikan pelayanan kesehatan di rumah sakit. System tersebut saat ini
ditujukan untuk menunjang fungsi perencanaan dan evaluasi dari penampilan
kerja rumah sakit antara lain adalah jaminan mutu pelayanan rumah sakit yang
bersangkutan, pengendalian keuangan dan perbaikan hasil kerja rumah sakit
tersebut, kajian dalam penggunaan dan penaksiran permintaan pelayanan
kesehatan rumah sakit oleh masyarakat, perencanaan dan evaluasi program rumah
sakit, penyempurnaan laporan rumah sakit serta untuk kepentingan pendidikan
(Sabarguna, 2008).

5. FISIK RUMAH SAKIT


Fisik rumah sakit merupakan satu hal yang sangat penting
bagi sebuah rumah sakit. Bidang fisik termasuk bangunan,
performansi ruang, tata landscape, dan infrastruktur pendukung
mulai didekati dengan indikator kenyamanan, keindahan, serta
keberpihakan pada lingkungan yang kesemuanya membangun
citra layanan kesehatan di kelasnya. Bangunan yang indah,
fungsional, efisien, dan bersih memberikan kesan yang positif
bagi seluruh pengguna rumah sakit (MAP Organiser, 2009).
Rancangan fisik sebuah rumah sakit tanpa pertimbangan yang
masak tentang pihak-pihak yang nantinya beraktivitas di
dalamnya akan menghasilkan tempat kerja yang tidak berfungsi
maksimal / disfungsional (Lu dan
Hignett, 2011).
Persyaratan Umum Bangunan Rumah Sakit
a. Lokasi Rumah Sakit
1. Pemilihan lokasi.
Aksesibilitas untuk jalur transportasi dan komunikasi, lokasi
harus mudah dijangkau oleh masyarakat atau dekat ke
jalan raya dan tersedia infrastruktur dan fasilitas dengan
mudah, misalnya tersedia pedestrian, aksesibel untuk
penyandang cacat.
2. Kontur Tanah
Kontur tanah mempunyai pengaruh penting pada
perencanaan struktur,
dan harus dipilih sebelum perencanaan awal dapat dimulai.
Selain itu kontur tanah juga berpengaruh terhadap
perencanaan sistem drainase, kondisi jalan terhadap tapak
bangunan dan lain-lain.
3. Fasilitas parkir.
Perancangan dan perencanaan prasarana parkir di RS
sangat penting, karena prasarana parkir dan jalan masuk
kendaraan akan menyita banyak lahan. Perhitungan
kebutuhan lahan parkir pada RS idealnya adalah 1,5 s/d 2
kendaraan/tempat tidur (37,5m2s/d 50m2 per tempat
tidur)1 atau menyesuaikan dengan kondisi sosial ekonomi
daerah setempat. Tempat parkir harus dilengkapi dengan
rambu parkir.
4. Tersedianya utilitas publik.
Rumah sakit membutuhkan air bersih, pembuangan air
kotor/limbah, listrik, dan jalur telepon. Pengembang harus
membuat utilitas tersebut selalu tersedia.
5. Pengelolaan Kesehatan Lingkungan
Setiap RS harus dilengkapi dengan persyaratan
pengendalian dampak lingkungan antara lain :
a. Studi Kelayakan Dampak Lingkungan yang ditimbulkan
oleh RS terhadap lingkungan disekitarnya, hendaknya
dibuat dalam bentuk implementasi Upaya Pengelolaan
Lingkungan dan Upaya Pemantauan Lingkungan (UKL-UPL),
yang selanjutnya dilaporkan setiap 6 (enam) bulan
(KepmenKLH/08/2006).
b. Fasilitas pengelolaan limbah padat infeksius dan non–
infeksius (sampah domestik)
c. Fasilitas pengolahan limbah cair (Instalasi Pengolahan Air
Limbah (IPAL); Sewage Treatment Plan (STP); Hospital
Waste Water Treatment Plant (HWWTP). Untuk limbah cair
yang mengandung logam berat dan radioaktif disimpan
dalam kontainer khusus kemudian dikirim ke tempat
pembuangan limbah khusus daerah setempat yang telah
mendapatkan izin dari pemerintah.
d. Fasilitas Pengelolaan Limbah Cair ataupun Padat dari
Instalasi Radiologi
Fasilitas Pengolahan Air Bersih (Water Treatment Plant)
yang menjamin keamanan konsumsi air bersih rumah sakit,
terutama pada daerah yang kesulitan dalam menyediakan
air bersih.
6. Bebas dari kebisingan, asap, uap dan gangguan lain.
a. Pasien dan petugas membutuhkan udara bersih dan
lingkungan yang tenang.
b. Pemilihan lokasi sebaiknya bebas dari kebisingan yang
tidak semestinya dan polusi atmosfer yang datang dari
berbagai sumber.
7. Master Plan dan Pengembangannya.
Setiap rumah sakit harus menyusun master plan
pengembangan kedepan.
Hal ini sebaiknya dipertimbangkan apabila ada rencana
pembangunan bangunan baru. Review master plan
dilaksanakan setiap 5 tahun.
b. Massa Bangunan
1. Intensitas antar Bangunan Gedung di RS harus
memperhitungkan jarak antara massa bangunan dalam RS
dengan mempertimbangkan hal-hal berikut ini :
a. Keselamatan terhadap bahaya kebakaran;
b. Kesehatan termasuk sirkulasi udara dan pencahayaan;
c. Kenyamanan;
d. Keselarasan dan keseimbangan dengan lingkungan;
2. Perencanaan RS harus mengikuti Rencana Tata Bangunan &
Lingkungan
(RTBL), yaitu :
a. Koefisien Dasar Bangunan (KDB)
Ketentuan besarnya KDB mengikuti peraturan daerah
setempat. Misalkan ketentuan KDB suatu daerah adalah
maksimum 60% maka area yang dapat didirikan
bangunan adalah 60% dari luas total area/ tanah.
b. Koefisien Lantai Bangunan (KLB)
Ketentuan besarnya KLB mengikuti peraturan daerah
setempat. KLB menentukan luas total lantai bangunan
yang boleh dibangun. Misalkan Ketentuan KLB suatu
daerah adalah maksimum 3 dengan KDB maksimum
60% maka luas total lantai yang dapat dibangun adalah
3 kali luas total area area /tanah dengan luas lantai
dasar adalah 60%.
c. Koefisien Daerah Hijau (KDH)
Perbandingan antara luas area hijau dengan luas persil
bangunan gedung negara, sepanjang tidak bertentangan
dengan peraturan daerah setempat tentang bangunan
gedung, harus diperhitungkan dengan
mempertimbangkan:
1. daerah resapan air
2. Ruang terbuka hijau kabupaten/kota
Untuk bangunan gedung yang mempunyai KDB kurang
dari 40%, harus mempunyai KDH minimum sebesar
15%.
d. Garis Sempadan Bangunan (GSB) dan Garis Sepadan
Pagar (GSP) Ketentuan besarnya GSB dan GSP harus
mengikuti ketentuan yang diatur dalam RTBL atau
peraturan daerah setempat.
3. Memenuhi persyaratan Peraturan Daerah setempat (tata
kota yang berlaku).
4. Pengembangan RS pola vertikal dan horizontal
Penentuan pola pembangunan RS baik secara vertikal
maupun horisontal,
disesuaikan dengan kebutuhan pelayanan kesehatan yang
diinginkan RS (health needs), kebudayaan daerah
setempat (cultures), kondisi alam daerah setempat
(climate), lahan yang tersedia (sites) dan kondisi keuangan
manajemen RS (budget).
c. Zonasi
Pengkategorian pembagian area atau zonasi rumah sakit
adalah zonasi berdasarkan tingkat risiko terjadinya
penularan penyakit, zonasi berdasarkan privasi dan zonasi
berdasarkan pelayanan.
1. Zonasi berdasarkan tingkat risiko terjadinya penularan
penyakit terdiri dari:
a. area dengan risiko rendah, yaitu ruang kesekretariatan dan
administrasi, ruang komputer, ruang pertemuan, ruang
arsip/rekam medis.
b. area dengan risiko sedang, yaitu ruang rawat inap non-
penyakit menular, rawat jalan.
c. area dengan risiko tinggi, yaitu ruang isolasi, ruang
ICU/ICCU, laboratorium, pemulasaraan jenazah dan ruang
bedah mayat, ruang radiodiagnostik.
d. area dengan risiko sangat tinggi, yaitu ruang bedah, IGD,
ruang bersalin, ruang patolgi.
2. Zonasi berdasarkan privasi kegiatan terdiri dari :
a. area publik, yaitu area yang mempunyai akses langsung
dengan lingkungan luar rumah sakit, misalkan poliklinik,
IGD, apotek).
b. area semi publik, yaitu area yang menerima tidak
berhubungan langsung dengan lingkungan luar rumah
sakit, umumnya merupakan area yang menerima beban
kerja dari area publik, misalnya laboratorium, radiologi,
rehabilitasi medik.
c. area privat, yaitu area yang dibatasi bagi pengunjung
rumah sakit, umumnya area tertutup, misalnya seperti
ICU/ICCU, instalasi bedah, instalasi kebidanan dan penyakit
kandungan, ruang rawat inap.
3. Zonasi berdasarkan pelayanan terdiri dari :
a. Zona Pelayanan Medik dan Perawatan yang terdiri dari :
Instalasi Rawat Jalan (IRJ), Instalasi Gawat Darurat (IGD),
Instalasi Rawat Inap (IRNA), Instalasi Perawatan Intensif
(ICU/ICCU/PICU/NICU), Instalasi Bedah, Instalasi Rehabilitasi
Medik (IRM), Instalasi Kebidanan dan Penyakit Kandungan.
b. Zona Penunjang dan Operasional yang terdiri dari :
Instalasi Farmasi, Instalasi Radiodiagnostik, Laboratorium,
Instalasi Sterilisasi Pusat (Central Sterilization Supply
Dept/CSSD), Dapur Utama, Laundri, Pemulasaraan Jenazah,
Instalasi Sanitasi, Instalasi Pemeliharaan Sarana (IPS).
c. Zona Penunjang Umum dan Administrasi yang terdiri dari :
Bagian Kesekretariatan dan Akuntansi, Bagian Rekam
Medik, Bagian Logistik/ Gudang, Bagian Perencanaan dan
Pengembangan (Renbang), Sistem Pengawasan Internal
(SPI), Bagian Pendidikan dan Penelitian (Diklit), Bagian
Sumber Daya Manusia (SDM), Bagian Pengadaan, Bagian
Informasi dan Teknologi (IT).
d. Struktur Bangunan
Persyaratan pembebanan Bangunan Rumah Sakit.
1. Umum.
a. Setiap bangunan rumah sakit, strukturnya harus
direncanakan dan dilaksanakan agar kuat, kokoh, dan
stabil dalam memikul beban/kombinasi beban dan
memenuhi persyaratan keselamatan (safety), serta
memenuhi persyaratan kelayanan (serviceability) selama
umur layanan yang direncanakan dengan
mempertimbangkan fungsi bangunan rumah sakit, lokasi,
keawetan, dan kemungkinan pelaksanaan konstruksinya.
b. Kemampuan memikul beban diperhitungkan terhadap
pengaruh-pengaruh aksi sebagai akibat dari beban-beban
yang mungkin bekerja selama umur layanan struktur, baik
beban muatan tetap maupun beban muatan sementara
yang timbul akibat gempa, angin, pengaruh korosi, jamur,
dan serangga perusak.
c. Dalam perencanaan struktur bangunan rumah sakit
terhadap pengaruh gempa, semua unsur struktur
bangunan rumah sakit, baik bagian dari sub struktur
maupun struktur gedung, harus diperhitungkan memikul
pengaruh gempa rencana sesuai dengan zona gempanya.
d. Struktur bangunan rumah sakit harus direncanakan secara
detail sehingga pada kondisi pembebanan maksimum yang
direncanakan, apabila terjadi keruntuhan, kondisi
strukturnya masih dapat memungkinkan pengguna
bangunan rumah sakit menyelamatkan diri.
e. Untuk menentukan tingkat keandalan struktur bangunan,
harus dilakukan pemeriksaan keandalan bangunan secara
berkala sesuai dengan Pedoman Teknis atau standar yang
berlaku.
f. Perbaikan atau perkuatan struktur bangunan harus segera
dilakukan sesuai rekomendasi hasil pemeriksaan keandalan
bangunan rumah sakit, sehingga bangunan rumah sakit
selalu memenuhi persyaratan keselamatan struktur.
g. Pemeriksaan keandalan bangunan rumah sakit
dilaksanakan secara berkala sesuai dengan pedoman
teknis atau standar teknis yang berlaku, dan harus
dilakukan atau didampingi oleh ahli yang memiliki
sertifikasi sesuai.
2. Persyaratan Teknis.
a. Analisis struktur harus dilakukan untuk memeriksa respon
struktur terhadap beban-beban yang mungkin bekerja
selama umur kelayanan struktur, termasuk beban tetap,
beban sementara (angin, gempa) dan beban khusus.
b. Penentuan mengenai jenis, intensitas dan cara bekerjanya
beban harus sesuai dengan standar teknis yang berlaku,
seperti :
1) SNI 03–1726-1989 atau edisi terbaru: Tata cara
perencanaan ketahanan gempa untuk rumah dan
gedung.
2) SNI 03-1727-1989 atau edisi terbaru: Tata cara
perencanaan pembebanan untuk rumah dan gedung.
KESIMPULAN

Rumah sakit sebagai institusi pelayanan kesehatan wajib


memberikan pelayanan kesehatan yang terstandar, sehingga
pemerintah telah mewajibkan rumah sakit untuk melakukan Akreditasi
Rumah Sakit berdasarkan jenis pelayanan yang diberikan, meliputi:
pelayanan, sumber daya manusia, peralatan, serta bangunan dan
prasarana. Sehingga rumah sakit dibagi menjadi 4 kelas diantaranya
rumah sakit kelas A,B,C, dan D.
Rumah Sakit kelas D saat ini hanya memeiliki kemampuan
dalam memberikan pelayanan kesehatan dasar dengan tenga
dokter umum dan dokter gigi. Rumah sakit kelas D adalah rumah
sakit yang bersifat transisi karena pada suatu saat akan
ditingkatkan menjadi rumah sakit C.
Dalam rantai efek peningkatan mutu oleh Berwick (2001) sering digunakan 4
komponen yaitu (1) patien dengan memperhatikan keselamatan pasien (patien
safety) selama menerima perawatan di rumah sakit, (2) microsystem (pelayanan
medis, pelayanan keperawatan dan logistik rumah sakit), (3) macrosystem
(kepemimpinan, keuangan rumah sakit, SDM, SIM RS, dan fisik RS) dan (4)
environment (regulator, insurance, distributor, health schools, competitor).
Keempat komponen ini saling berhubungan dan memliki pengaruh dalam
meningkatkan keberhasilan dan kualitas manajemen pelayanan kesehatan di
rumah sakit.
Daftar Pustaka

Departemen Kesehatan Republik Indonesia. 2010. Peraturan Menteri Kesehatan


Republik Indonesia Nomor 340 tentang Peraturan Rumah Sakit Tipe D.
Jakarta
Depkes RI. 2006. Peraturan Menteri Kesehatan RI Nomor
1045/Menkes/Per/XI/2006 tentang Pedoman Organisasi Rumah Sakit Di
Lingkungan Departemen Kesehatan. Jakarta: Depkes RI. Diunduh dari
http://www.scribd.com/doc/98170919/Permenkes-1045-2006-
PedomanOrganisasi-Rs-Di-Lingkungan-Departemen-Kesehatan

Haryanto, Tonang Dwi. 2016. Rujukan Berjenjang.


http://www.kompasiana.com/tonangardyanto/rujukan-
berjenjang_568d9fc8d17a61580c935df6. Diakses 10 Maret
2017

Kemenkes/SK/II/PERMEN LH/08/2006 tentang Pedoman Penyusunan AMDAL


(Analisis Dampak Lingkungan)
Kemenkes RI No. 129 2008 Tentang Standar Pelayanan Minimal Rumah Sakit. Menteri
Kesehatan Republik Indonesia

Kristanto, Andri. Perencanaan Sistem Informasi dan Aplikasinya. Gava Media,


Yogyakart, 2003.
Lu, J., dan Hignett, S. 2011. Ergonomics Methods Applied To Healthcare
Architecture, Department Of Human Sciences, Loughborough University,
UK.

MAP Organiser.2009. Arsitektur Rumah Sakit, PT. Global Rancang Selaras


Menteri Kesehatan.2009. Standar Instalasi Gawat Darurat ( IGD ) Rumah Sakit.
Kementrian Kesehatan Republik Indonesia. Jakarta

Menteri Kesehatan. 2009. Standar Unit Rawat Inap dan Rawat Jalan Rumah
Sakit. Kementrian Kesehatan Republik Indonesia. Jakarta

Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia No.


1691/Menkes/Per/VIII/2011 tentang Keselamatan Pasien.

Peraturan Menteri Kesehatan RI Nomor 56 Tahun 2014 tentang Klasifikasi dan


Perizinan Rumah Sakit. Jakarta

Peraturan Daerah Kabupaten Gorontalo Nomor 18 Tahun 2011 Tentang


Pembentukan Organisasi dan Tata Kerja Rumah Sakit Umum Daerah Dr.
M.M Dunda Limboto Kabupaten Gorontalo

Rahmadani, Angga. 2016. Rumah Sakit Pemerintah Sebagai Sebuah Organisasi:


Struktur, Manajemen Dan Pengembangan Organisasi.
https://www.researchgate.net/publication/289674821

Sabarguna, Boy S,. System Informasi Rumah Sakit. Konsorsium RSI Jateng-DIY,
2008.
Simarmata, Janner. Pengenalan Teknologi Komputer dan Informasi. Andi Offset,
Yogyakarta. 2006.
Soejitno, Soedarmo, dkk,. Reformasi Perumahsakitan Indonesia grasindo, Jakarta,
2002.
Subagya. 1994 .Manajemen Logistik.Jakarta : PT Gunung Agung

Anda mungkin juga menyukai