Anda di halaman 1dari 26

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Istilah Anestesia dikemukakan pertama kali oleh O.W. Holmes berasal dari bahasa
Yunani anaisthēsia (dari an- ‘tanpa’ + aisthēsis ‘sensasi’) yang berarti tidak ada rasa sakit.
Anestesi dibagi menjadi 2 kelompok yaitu:

(1) Anestesia Lokal: hilangnya rasa sakit tanpa disertai kehilangan kesadaran

(2) Anestesia Umum: hilangnya rasa sakit disertai hilang kesadaran.


Sejak jaman dahulu, anestesia dilakukan untuk mempermudah tindakan operasi,
misalnya pada orang Mesir menggunakan narkotika, orang China menggunakan Cannabis
indica, orang primitif menggunakan pemukulan kepala dengan kayu untuk menghilangkan
kesadaran.

Pada tahun 1776 ditemukan Anestesia Gas pertama, yaitu N2O, namun kurang efektif
sehingga ada penelitian lebih lanjut pada tahun 1795 menghasilkan Ether sebagai anestesia
inhalasi prototipe, yang kemudian berkembang hingga berbagai macam yang kita kenal saat
ini. Pada praktikum ini, kami melihat pengaruh pemberian Ether terhadap perubahan kondisi
kesadaran Kelinci yang dapat diamati dengan beberapa parameter penting.

1.2 Tujuan
1. Mahasiswa mampu melakukan anestesi umum dengan menggunakan eter pada
Kelinci percobaan.
2. Mahasiswa mampu mengamati stadium anestesi yang terjadi melalui parameter-
parameter antara lain:

 Pernapasan: Frekuensi, Jenis, Pernapasan Dalam, Terautur atau tidaknya


pernapasan
 Mata: Lebar pupil, Refleks cahaya, Refleks Kornea, Gerakan bola mata
 Otot: Tonus, Gerakkan
 Rasa Nyeri: Pada Kuping dan Kaki
 Saliva
 Auscultasi rochi

1
3. Mahasiswa mampu menjelaskan stadium-stadium anestesi.

1.3 Manfaat
1. Mampu melakukan anestesi umum dengan menggunakan eter pada kelinci
percobaan.
2. Mampu mengamati stadium anestesi yang terjadi melalui parameter parameter antara
lain: respon nyeri, lebar pupil, jenis pernafasan, frekuensi jantung dan tonus otot.
3. Mampu menjelaskan stadium-stadium anestesi.

2
BAB II
METODE PRAKTIKUM

2.1 Alat dan Bahan :


1. Stestoskop
2. Corong
3. Pinset
4. Hewan coba : Kelinci
5. Obat anestesi : Ether
6. Spuit 3cc
7. Kapas
8. Penggaris
9. Stopwatch/ Jam tangan

2.2 Cara Kerja :


1. Untuk percobaan ini digunakan kelinci yang besar, sehat, dan sebagai anastetik
digunakan eter.
2. Sebelum melakukan percobaan, periksa dan catatlah:
a. Keadaan pernapasan : frekuensi, dalamnya pernapasan, teratur atau tidak jenis
pernapasan (dada atau perut)
b. Keadaan mata : lebar pupil, reflek kornea, konjungtiva, pergerakan mata
c. Keadaan otot/pergerakan : keadaan gerakan, tonus otot bergaris
d. Keadaan saliva : saliva banyak atau sedikit
e. Rasa nyeri : keadaan rasa nyeri (dengan mencubit telinga)

3
f. Lain-lain : muntah, ronkhi, warna telinga
3. Setelah hal tersebut dicatat, percobaan dapat dimulai.
4. Pasanglah sungkup corong anestesi pada moncong kelinci dengan baik kemudian
mulailah meneteskan eter dengan kecepatan kira-kira 60 tetes per menit.
5. Penetesan diteruskan sampai melewati stadium I, II, dan seterusnya.
6. Capailah stadium operasi – stage of anestesi dan perhatikan stadium ini kurang lebih
15 menit. Perhatikanlah dan periksa keadaan-keadaan, seperti refleks yang tersebut
diatas, tanpa menambah ether lagi.
7. Setelah itu bukalah sungkup dan biarkanlah binatang percobaan sadar atau siuman
kembali.
8. Hitung dan catatlah jumlah ether yang digunakan.

2.3 Hasil Percobaan:

Inspeksi sebelum di beri Anestesi Ether:

KETERANGAN
PERNAPASAN
 Frekuensi 19 Kali/menit
 Jenis Pernapasan Torakoabdominal
 Teratur atau tidak Tidak teratur
MATA
 Lebar Pupil 10 mm
 Reflex Cahaya Ada
 Reflex Kornea Ada
 Gerakan Bola Mata Normal
OTOT
 Tonus Ada Tahanan
 Gerakan Ada
RASA NYERI
 Pada Kuping Ada
 Pada Kaki Ada
KEADAAN LAIN Keadaan Stress karena dipegangi

4
CATATAN WAKTU

Mulai Meneteskan Ether 0


Tercapainya Stadium I 1.00
Tercapainya Stadium II 4.48
Tercapainya Stadium III 7.58 (9 cc Tetes Ether)

Mulai Penetesan STADIUM I SATDIUM II STADIUM III


Ether
PERNAPASAN
• Frekuensi 19 Kali/menit 1‟31” 2‟ 5‟
17 kali/menit 15 kali/menit 12 kali/menit
• Jenis Torakoabdominal Torakoabdominal Abdominal Abdominal
• Teratur atau Teratur Teratur Tidak teratur Tidak teratur
tidak teratur
MATA
 Lebar Pupil 10mm 10mm 7mm 4mm
 Reflex Ada Ada Kedip sedikit Tidak berkedip
Cahaya mulai terlihat
menutup mata
 Reflex Ada Ada Kedip sedikit Tidak berkedip
Kornea mulai terlihat
menutup mata
 Gerakan Normal Normal Lemah Lemah
Bola Mata 8‟  Lakrimasi
dan Dilatasi
Pupil
OTOT
• Tonus Ada Tahanan Ada Tahanan Tidak ada 8‟
Tahanan Tidak ada
tahanan
•Gerakan Ada
RASA NYERI
• Kuping Ada Ada 6‟20” 8‟30”

5
Melemah Tidak ada
• Kaki Ada Ada Melemah Tidak ada
SALIVA Tidak Tidak Tidak 10‟  saliva
meningkat
AUSKULTASI
RONCHI
KEADAAN Stress Stress Melemah Tidak ada
LAIN respon seperti
tidur

Setelah selesai dengan 9 cc sampai pada Stadium III, kelinci kembali bangun dan bereaksi
kembali pada menit ke 3‟,30‟‟.

6
BAB IV

DISKUSI

4.1 Diskusi Hasil


Anestesi umum merupakan tindakan menghilangkan rasa nyeri secara sentral disertai
hilangnya kesadaran dan bersifat irreversible. Anestesi umum yang sempurna menghasilkan
ketidaksadaran, analgesia, relaksasi otot tanpa menimbulkan resiko yang tidak diinginkan
dari pasien. Anestesi umum ini dapat dihasilkan dengan pemberian obat sesuai dengan bentuk
fisiknya, yaitu anestetik menguap, anestetik gas dan anestetik yang diberi secara IV
(intravena).
Praktikum pemberian anestesi umum pada kelinci ini menggunakan obat anestetik
menguap, yaitu ether. Anestetik yang menguap (volatile anesthetic) mempunyai 3 sifat dasar
yang sama, yaitu berbentuk cairan pada suhu kamar, mempunyai sifat anestetik kuat pada
kadar rendah dan relative mudah larut dalam lemak, darah dan jaringan. Kelarutan yang baik
dalam darah dan jaringan dapat memperlambat terjadinya keseimbangan dan terlewatinya
induksi. Namun hal ini dapat diatasi dengan memberikan kadar lebih tinggi dari kadar yang
dibutuhkan. Bila stadium yang diinginkan sudah tercapai, kadar disesuaikan untuk
mempertahankan stadium tersebut. Untuk mempercepat induksi dapat diberika zat anestetik
lain yang kerjanya cepat kemudian baru diberikan anestetik yang menguap.
Ether merupakan cairan tidak berwarna, mudah menguap, berbau, mudah terbakar,
mengiritasi saluran nafas dan mudah meledak. Ether juga merupakan anestetik yang sangat
kuat sehingga penderita dapat memasuki setiap tingkat anastesi. Ether dapat menghasilkan
efek analgesik dengan kadar dalam darah arteri 10-15 mg % walaupun penderita masih sadar
sehingga eter mempunyai sifat analgesik yang kuat sekali.
Ether dapat merangsang sekresi kelenjar bronkus dan mengiritasi saluran napas. Pada
induksi dan waktu pemulihan, ether menimbulkan salivasi, tetapi pada stadium yang lebih
dalam, salivasi akan dihambat dan terjadi depresi nafas. Ether menekan kontraktilitas otot
jantung, tetapi in vivo efek ini dilawan oleh meningginya aktivitas simpatis sehingga curah
jantung tidak berubah atau meninggi sedikit. Ether tidak menyebabkan sensitisasi jantung
terhadap katekolamin. Pada anestesi ringan, ether dapat menyebabkan dilatasi pembuluh
darah kulit sehingga timbul kemerahan terutama di daerah muka dan pada anestesi yang
lebih dalam kulit akan menjadi lembek , pucat, dingin dan basah. Ether juga menyebabkan
vasokonstriksi pembuluh darah ginjal sehingga terjadi penurunan laju filtrasi glomelurus dan

7
produksi urine secara berlebihan. Sedangkan pada pembuluh darah otak, ether menyebabkan
vasodilatasi.
Ether menyebabkan mual dan muntah terutama pada waktu pemulihan, tetapi dapat
pula pada waktu induksi. Ini disebabkan oleh efek sentral ether atau akibat iritasi lambung
oleh ether yang tertelan. Aktivitas saluran cerna dihambat selama dan sesudah anesthesia.
Jumlah ether yang dibutuhkan tergantung berat badan dan kondisi penderita,
kebutuhan dalamnya anestesi dan teknik yang digunakan. Ether diabsorpsi dan disekresi
melalui paru dan sebagian kecil diekskresi juga melalui urine, air susu, keringat dan difusi
melalui kulit utuh.
Semua zat anestesi umum bekerja dengan menghambat SSP secara bertahap.
Penghambatan pertama dilakukan pada fungsi kompleks kemudian dilanjutkan sampai
medula oblongata (tempat pusat vasomotor dan pernafasan). Guedel (1920) membagi anestesi
umum menjadi 4 stadium. Praktikum yang dilakukan pada kelinci dengan obat anestetik ether
ini hanya sampai pada stadium ketiga.

Sebelum percobaan dimulai, dilakukan pengamatan pada keadaan kelinci yang


nantinya akan digunakan sebagai kontrol. Pada keadaan normal, frekuensi pernapasan kelinci
adalah 19 kali/menit, iramanya teratur, dan jenis pernapasan adalah thorako-abdominal.
Selain itu, masih terdapat gerakan reflek dari kelinci ketika telinga kelinci disentuh
menggunakan pinset penjepit. Hal ini juga menunjukkan masih adanya rasa nyeri yang dapat
dirasakan kelinci tersebut. Tonus otot juga masih ada saat kaki kelinci dipegang dan kaki
tersebut menghasilkan tahanan otot. Keadaan mata kelinci saat keadaan normal
menunjukkan lebar pupil 10 mm, terdapat refleks cahaya, refleks kornea dan pergerakan
mata. Kelinci tidak mengalami hipersalivasi dan ronchi pada auskultasi tidak ada.

Stadium I anestesi umum dicapai setelah 2 menit 31 detik. Hal ini ditandai dengan
terjadinya bradikardi. Tahap ini dimulai dari saat pemberian zat anestetik sampai hilangnya
kesadaran. Kesadaran kelinci masih tampak namun ukuran pupil mengecil dari keadaan awal.
Pada tahap ini, rasa sakit telah hilang (efek analgesia telah muncul).

Stadium II, yang disebut juga dengan stadium eksitasi atau delirium, dimulai dari
hilangnya kesadaran hingga permulaan stadium pembedahan. Kelinci memasuki stadium ini
pada setelah 4 menit 50 detik, yang ditandai dengan pernapasan cepat dan tidak teratur. Pada
stadium ini terlihat jelas adanya eksitasi dan gerakan yang tidak menurut kehendak, seperti
refleks bulu mata, pelebaran pupil mata (midriasis), tonus muskulus skeletal meningkat,
takikardia.

8
Eksitasi dapat disebabkan karena adanya depresi atau hambatan pada pusat inhibisi.
Pernafasan torakal–abdominal yang cepat dan tidak teratur diakibatkan oleh depresi
pernafasan sehingga terjadi retensi CO2 dan menuju pada Sympatho Adrenal Discharged
(SAD) yaitu pelepasan adrenalin dari kelenjar medula adrenalin dan noradrenalin dari ujung
saraf simpatis. Bola mata bergerak-gerak karena terjadi paralisa otot ekstrinsik bola mata
sehingga kontraksinya tak terkoordinir 6.

Stadium III yaitu stadium sejak mulai teraturnya lagi pernafasan hingga hilangnya
pernafasan spontan. Stadium ini ditandai oleh hilangnya pernafasan spontan, hilangnya
refleks kelopak mata dan dapat digerakkannya kepala ke kiri dan kekanan dengan mudah.

Stadium III ini dibagi dalam 4 plane, yaitu :

1. Plane 1

Kelinci memasuki plane ini setelah 4 menit 50 detik, ditandai dengan pernafasan teratur,
pernafasan torakal sama kuat dgn pernafasan abdominal, pergerakan bola mata tak teratur,
kadang-kadang letaknya eksentrik, pupil mengecil lagi (miosis) dan refleks cahaya
masih ada, lakrimasi akan meningkat, refleks farings dan muntah menghilang, tonus otot
menurun. Belum tercapai relaksasi otot lurik yang sempurna.

2. Plane 2

Kelinci memasuki plane ini setelah 6 menit 40 detik, ditandai dengan pernafasan yang teratur
tetapi kurang dalam bila dibanding plane 1 , volume tidal menurun dan frekwensi pernafasan
naik. Mulai terjadi depresi pernafasan torakal, bola mata terfiksir ditengah, pupil mulai
midriasis dengan refleks cahaya menurun dan refleks kornea menghilang

3. Plane 3

Kelinci memasuki plane ini setelah 7 menit 55 detik, ditandai dengan pernafasan abdominal
yang lebih dominan daripada torakal karena paralisis otot interkostal yang makin
bertambah sehingga pada akhir plane 3 terjadi paralisis total otot interkostal, juga mulai
terjadi paralisis otot-otot diafragma, relaksasi otot lurik sempurna , pupil melebar tetapi
belum maksimal dan refleks cahaya akan menghilang pada akhir plane 3 ini, lakrimasi
refleks farings & peritoneal menghilang, tonus otot-otot makin menurun.

4. Plane 4

9
Kelinci memasuki plane ini setelah 8 menit 25 detik, ditandai dengan pernafasan tidak
adekuat, pernafasan dengan perut sempurna karena kelumpuhan otot interkostal sempurna
,irreguler,„jerky‟ karena paralisis otot diafragma yang makin nyata, pada akhir plane 4,
paralisis total diafragma, tonus otot makin menurun dan akhirnya flaccid, pupil melebar
maksimal dan refleks cahaya menghilang.

Stadium IV (paralisis medula oblongata), dimulai dengan melemahnya pernafasan perut


dibanding stadium III plana 4, tekanan darah tak terukur karena pembuluh darah kolaps,
jantung berhenti berdenyut dan akhirnya penderita meninggal. Kelumpuhan pernapasan pada
stadium ini tidak dapat diatasi dengan pernapasan buatan . Pada percobaan kali ini kelinci
tidak diberi anestesi hingga mencapai stadium IV karena stadium ini sangat berbahaya dan
dapat menyebabkan kematian.

Dalamnya anastesi yang berjalan bergantung pada kadar anastetik di dalam sistem
saraf pusat, serta dipengaruhi oleh berbagai faktor yang mempengaruhi transfer anastetik dari
alveoli paru darah dan dari darah ke jaringan otak, yaitu :

(1) Kelarutan zat anastetik

(2) Kadar anastetik dalam udara yang dihirup pasien (tekanan parsial)

(3) Ventilasi paru

(4) Aliran darah paru

(5) Perbedaan antara tekanan parsial anastetik di darah arteri dan darah vena.

Hasil praktikum membuktikan bahwa semakin banyak kadar anastesi yang diterima
oleh tubuh pasien, dalam hal ini binatang coba (Kelinci) maka kelinci akan merasakan
anastesi yang lebih dalam.

4.2 Jawaban Pertanyaan


1. Apakah semua stadium pada anastesi umum dengan Ether dapat terlihat pada
percobaa ini?
Ya, semua stadium pada anastesi umum dengan ether dapat terlihat dengan jelas.

2. Apakah penyebab terjadinya kelainan bunyi paru-paru?


Pada hewan percobaan (kelinci) diperiksa tanda-tanda vital dan normalnya terlebih
dahulu, dengan pemeriksaan auskultasi didengarkan bunyi suara paru-paru pada
kondisi normal atau sebelum di anestesi, terdengar suara paru normal. Bunyi paru

10
normal ditimbulkan oleh pergerakan turbulen udara dalam saluran napas, terutama di
trakea dan saluran napas besar. Getaran bunyi ini akan merambat melalui udara yang
terdapat pada bronkus utama menuju ke perifer paru. Ketika melalui udara pada
bronkiolus yang kecil, transmisi getaran suara menjadi sangat terbatas sehingga
getaran beralih memilih melewati parenkim paru.
Suara napas mempunyai dua komponen bunyi, yaitu bunyi bronkial yang berfrekuensi
tinggi dan bunyi vesikular yang berfrekuensi lebih rendah.
Suara tracheal mempunyai ciri suara dengan frekuensi tinggi, kasar, disertai dengan masa istirahat
(pause) antara fase inspirasi dan ekspirasi, dengan komponen ekspirasi terdengar sedikitlebih lama.
Suara nafas trakeal dapat ditemukan dengan menempelkan membran diafragma pada bagian lateral
leher atau pada fossa suprasternal. Sumber bunyinya adalah turbulensi aliran cepat pintu glottis. Suara
nafas bronkial mempunyai bunyi yang juga sama kasar, frekuensi tinggi,dengan fase inspirasi sama
dengan fase ekspirasi. Suara ini terdapat pada saluran nafas dengandiameter 4 mm atau lebih,
misalnya pada bronkus utama. Suara nafas bronkial dapat didengarkanpada daerah antara kedua
scapula. Karena karakteristik suara trakeal dan bronkial hampir sama,beberapa penulis
menggolongkannya menjadi satu terminologi, yaitu suara trakeobronkial

HASIL DAN ANALISA PADA PECOBAAN :


Pada hewan percobaan saat mulai dianestesi menggunakan ether saat menit ke
delapan mulai memperlihatkan tanda-tanda penurunan kesadaran, di ikuti dengan
bunyi jantung yang menjadi tenang atau regular yang pada sebelumnya bunyi jantung
terdengar sangat cepat (takikardi) mungkin dikarenakan kelinci panik.
Suara pernafasan pada kelinci dari yang kami dengarkan sangat cepat, kelinci juga
bernafas dengan pernafasan perut/ diafragma. Frekuensi nafas yang kami dapat
19x/menit. Tidak terdengar suara paru tambahan, berikut contoh suara paru tambahan:

a) Rales (crekles) adalah suara yang dihasilkan saat udara melewati jalan nafas yang
penuh eksudat, biasanya terdengar saat inspirasi, tidak hilang saat dibatukkan, terjadi
pada pneumonia, TBC.
b) Ronchi adalah suara yang dihasilkan saat udara melewati jalan nafas yang penuh
cairan / mukus, terdengar saat inspirasi maupun ekspirasi.
c) Wheezing adalah bunyi yang terdengar saat inspirasi maupun ekspirasi karena
penyempitan bronkus eksudat yang lengket pada pasien asma dan bronkitis.
d) Pleural Friction Rub adalah suara kering yang terdengar saat inspirasi maupun
ekspirasi pada peradangan pleura.

11
Pada percobaan ketika Hewan percobaan telah teranestesi akan terdengar suara ronchi
, karena saat terbius maka akan terjadi hipersalivasi , adanya Bradipnea : penurunan
frekuensi napas atau pernapasannya menjadi melambat ini disebabkan adanya efek
dari anestesi ether yang dihirup oleh hewan percobaab sehingga terjadi depresi pada
pusat pernapasan. Pada suara paru saat menilai tingkat kesadaran dan tanda vital tidak
mendpatkan suara ronchi pada auskultasi saat kelinci dalam keadaan terbius.

3. Pada saat manakah Operasi besar dan Operasi kecil dapat dilaksanakan?
Operasi Kecil:
Stadium II (delirium/eksitasi) yaitu hilangnya kesadaran hingga permulaan stadium
pembedahan. Tanda yang paling dapat diandalkan untuk mencapai stadium operasi
adalah hilangnya refleks kelopak mata dan adanya pernapasan yang dalam dan teratur.
Operasi Besar:
Stadium III (surgical) yaitu stadium sejak mulai teraturnya lagi pernafasan hingga
hilangnya pernafasan spontan. Stadium ini ditandai oleh hilangnya pernafasan
spontan, hilangnya refleks kelopak mata dan dapat digerakkannya kepala ke kiri dan
kekanan dengan mudah.

Stadium ini dibagi lagi menjadi 4 tingkat yaitu

a. Tingkat I : pernafasan teratur, spontan, gerakan bola mata tak teratur, miosis,
pernafasan dada dan perut seimbang. Belum tercapai relaksasi otot lurik yang
sempurna
b. Tingkat II : pernafasan teratur tetapi kurang dalam dibandingkan tingkat I, bola
mata tak bergerak, pupil melebar, relaksasi otot sedang, refleks laring hilang.
c. Tingkat III: pernafasan perut lebih nyata daripada pernafasan dada karena otot
interkostal mulai mengalami paralisis, relaksasi otot lurik sempurna, pupil lebih
lebar tetatpi belum maksimal
d. Tingkat IV: pernafasan perut sempurna karena kelumpuhan otot interkostal
sempurna, tekanan darah mulai menurun, pupil sangat lebar dan refleks cahaya
menghilang.

4. Apakah bedanya hasil anestesi yang diberikan Pramedikasi dengan yang tanpa
Premedikasi?
PREMEDIKASI:

12
Pemberian obat-obatan tertentu sebelum tindakan anestesi untuk membantu induksi
anestesia, pemeliharaan dan pemulihan yang baik.
Tujuan Premedikasi:
 Mengurangi kegelisahan/ kecemasan
 Mengurangi sekresi saliva
 Mencegah reflek-reflek yang tidak diinginkan
 Sebagai bagian dari anesthesia:
o Memudahkan induksi anesthesia
o Mengurangi dosis obat yang diperlukan untuk anesthesia
 Menghasilkan amnesia
 Menghasilkan analgesia
 Mencegah muntah post-operatif
Faktor-faktor yang mempengaruhi pemberian Obat Premedikasi:
 Umur
 Berat Badan
 Keadaan Fisik dan Psikis penderita
 Tehnik Anestei dan pembedahan
Cara Pemberian Premedikasi:
 Per Oral: pada malam sebelum pembedahan
 Intra Muscular : ½ - 1 jam sebelum pembedahan
 Intra Vena: beberapa menit sebelum pembedahan

TANPA PREMEDIKASI
Biasanya Anestesia tanpa premedikasi diberikan pada operasi kecil yang biasanya
menggunakan Anestesi lokal.
Anestesi Lokal:
Merupakan tindakan menghilangkan nyeri/sakit secara lokal tanpa disertai hilangnya
kesadaran.

Pemberian anestetik lokal dapat dengan teknik:


 Anestesi permukaan, yaitu pengolesan atau penyemprotan analgetik lokal diatas
selaput mukosa seperti mata, hidung atau faring.
 Anestesi infiltrasi, yaitu penyuntikan larutan analgetik lokal langsung diarahkan di
sekitar tempat lesi, luka atau insisi. Cara infiltrasi yang sering digunakan adalah
blokade lingkar dan obat disuntikkan intradermal atau subkutan.

13
 Anestesi blok, yaitu penyuntikan analgetik lokal langsung ke saraf utama atau
pleksus saraf.
 Analgesi regional intravena, yaitu penyuntikan larutan analgetik lokal intravena.

5. Sebutkan pembagian dari obat-obat General Anestesi dan contohnya masing-masing!


General anestesi atau disebut Anestesi Umum :
Tindakan menghilangkan rasa nyeri/sakit secara sentral disertai hilangnya kesadaran
dan dapat pulih kembali (reversible).
Komponen trias anestesi ideal terdiri
1. Hilang kesadaran
2. Analgesik
3. Relaksasi otot
Anestesi umum biasanya melibatkan administrasi tiga obat-obatan yang berbeda:
1. Premedikasi (premedication)
2. Induksi anestesi (induction of anaesthesia)
3. Penjagaan anestesi (maintenance of anaesthesia)

Premedication
Premedikasi dilakukan pada tahap persiapan prabedah. Ada dua tujuan premedikasi,
yaitu: mencegah efek parasimpatomimetik dari anestesi dan reduksi kecemasan dan
nyeri. Obat-obatan yang digunakan dalam premedikasi adalah:
 Anxiolytics: untuk menghilangkan kecemasan
Contoh: benzodiazepine (diazepam, lorazepam, midazolam)
 Analgesics: jika ada rasa nyeri atau sebagai suplemen untuk agen anestesi
Contoh: paracetamol, NSAID, opium
 Parasympathetic blockers: antimuscaranic, untuk mengurangi sekresi bronchial dan
saliva
Contoh: atropine, hyoscine, glycopyrronium
 Acid aspiration prophylaxis
Contoh: cimetidine/ranitidine
 Antibiotic prophylaxis
Contoh: prosedur dental invasif
 Antithrombotic prophylaxis
Contoh: injeksi heparin subkutan

14
Induction and Maintenance of Anaesthesia
a. Anestesi Intravena
Merupakan metode yang umum digunakan. Efek anestesi hingga ke sistem saraf pusat.
Agen anestesi intravena yang ideal:
 Onset cepat
 Pemulihan cepat
 Analgesik pada konsentasi subanestesi
 Depresi minimal pada sistem kardiovaskuler dan pernapasan
 Tidak ada efek emetik
 Tidak menyebabkan fenomena exicitatory (batuk, cegukan, gerakan involunter)
pada induksi
 Tidak menyebabkan fenomena emergensi (mimpi buruk)
 Tidak ada interaksi dengan obat-obat neuromuscular blocking
 Tidak nyeri ketika diinjeksi
 Tidak venous sequelae
 Aman pada injeksi yang kurang hati-hati pada arteri
 Tidak menyebabkan efek toksik pada organ lain
 Tidak menghasilkan histamin
 Formulasi water soluble
 Long shelf-life
 Tidak menstimulasi porphyria
Contoh obat untuk Anestesi Intravena: Thiopentone, Propofol, Ketamine
Thiopentone
 Barbiturate yang sering digunakan
 Aksi cepat, biasanya dengan onset tidur perlahan, pasien hilang kesadaran dalam
waktu 30 – 45 detik, kemudian pulih kembali setelah 4-7 menit
 Tidak memiliki efek analgesik
 Alkalin kuat, dapat menyebabkan nekrosis parah pada kecelakaan administrasi
ekstravaskuler. Sebaiknya diinjeksikan melalui cateter untuk mencegah hal ini
 Tidak digunakan sebagai anestesi utama pada prosedur pembedahan, karena
menyebabkan zero-order elimination kinetic
 Dimetabolisme di hepar

15
 Efek samping: hipotensi, apnea, obstruksi jalan napas, aritmia, batuk, bersin,
reaksi hipersensitif
 Dosis: anak dan dewasa 3-5 mg/kg diberikan perlahan selama 10-15 detik
Propofol
Merupakan derivat fenol yang banyak digunakan sebagai anastesia intravena dan
lebih dikenal dengan nama dagang Diprivan. Pertama kali digunakan dalam praktek
anestesi pada tahun 1977 sebagai obat induksi.

Propofol digunakan untuk induksi dan pemeliharaan dalam anastesia umum, pada
pasien dewasa dan pasien anak – anak usia lebih dari 3 tahun. Mengandung lecitin,
glycerol dan minyak soybean, sedangkan pertumbuhan kuman dihambat oleh adanya
asam etilendiamintetraasetat atau sulfat, hal tersebut sangat tergantung pada pabrik
pembuat obatnya. Obat ini dikemas dalam cairan emulsi lemak berwarna putih susu
bersifat isotonik dengan kepekatan 1 % (1 ml = 10 mg).

 Induksi cepat (30 detik) dan pemulihan cepat pula (4 menit)


 Digunakan untuk induksi dan maintenance
 Terkadang terasa sakit ketika diinjeksikan intravena, dapat dikurangi rasa sakitnya
dengan lidocaine
Dosis dan Penggunaan
a. Induksi : 2,0 sampai 2.5 mg/kg IV.
b. Sedasi : 25 to 75 µg/kg/min dengan I.V infuse
c. Dosis pemeliharaan pada anastesi umum : 100 – 150 µg/kg/min IV (titrate to
effect).
d. Turunkan dosis pada orang tua atau gangguan hemodinamik atau apabila
digabung penggunaanya dengan obat anastesi yang lain.
d. Dapat dilarutkan dengan Dextrosa 5 % untuk mendapatkan konsentrasi yang
minimal 0,2%
e. Profofol mendukung perkembangan bakteri, sehingga harus berada dalam
lingkungan yang steril dan hindari profofol dalam kondisi sudah terbuka lebih
dari 6 jam untuk mencegah kontaminasi dari bakteri.
Ketamine
Ketamine (Ketalar or Ketaject) merupakan Arylcyclohexylamine yang memiliki struktur
mirip dengan Phencyclidine. Ketamin pertama kali disintesis tahun 1962, dimana awalnya
obat ini disintesis untuk menggantikan obat anestetik yang lama (phencyclidine) yang

16
lebih sering menyebabkan halusinasi dan kejang. Obat ini pertama kali diberikan pada
tentara Amerika selama Perang Vietnam. Ketamin hidroklorida adalah golongan fenil
sikloheksilamin, merupakan “rapid acting non barbiturate general anesthesia”. Ketalar
sebagai nama dagang yang pertama kali diperkenalkan oleh Domino dan Carson tahun
1965 yang digunakan sebagai anestesi umum.
Ketamin kurang digemari untuk induksi anastesia, karena sering menimbulkan takikardi,
hipertensi , hipersalivasi , nyeri kepala, pasca anasthesi dapat menimbulkan muntah –
muntah , pandangan kabur dan mimpi buruk. Ketamin juga sering menebabkan terjadinya
disorientasi, ilusi sensoris dan persepsi dan mimpi gembira yang mengikuti anesthesia,
dan sering disebut dengan emergence phenomena.

Penggunaan Ketamin:

 Sekarang sudah jarang digunakan

 Memiliki efek analgesik yang baik

 Anestesi bertahan hingga 15 menit

 Tidak menyebabkan hipotensi

 Jarang menyebabkan bronkospasme

 Tidak menghasilkan relaksasi otot

 Meningkatkan detak jantung juga meningkatkan tekanan intrakranial dan


intraokular

 Insidensi tinggi pada halusinasi

Dosis dan pemberian

Ketamin merupakan obat yang dapat diberikan secara intramuskular apabila akses
pembuluh darah sulit didapat contohnya pada anak – anak. Ketamin bersifat larut air
sehingga dapat diberikan secara I.V atau I.M. dosis induksi adalah 1 – 2 mg/KgBB secara
I.V atau 5 – 10 mg/Kgbb I.M , untuk dosis sedatif lebih rendah yaitu 0,2 mg/KgBB dan

17
harus dititrasi untuk mendapatkan efek yang diinginkan. Untuk pemeliharaan dapat
diberikan secara intermitten atau kontinyu. Emberian secara intermitten diulang setiap 10
– 15 menitdengan dosis setengah dari dosis awal sampai operasi selesai.

Efek Samping

Dapat menyebabkan efek samping berupa peningkatan sekresi air liur pada mulut,selain
itu dapat menimbulkan agitasi dan perasaan lelah , halusinasi dan mimpi buruk juga
terjadi pasca operasi, pada otot dapat menimbulkan efek mioklonus pada otot rangka
selain itu ketamin juga dapat meningkatkan tekanan intracranial. Pada mata dapat
menyebabkan terjadinya nistagmus dan diplopia.

Kontra indikasi

Mengingat efek farmakodinamiknya yang relative kompleks seperti yang telah disebutkan
diatas, maka penggunaannya terbatas pada pasien normal saja. Pada pasien yang
menderita penyakit sistemik penggunaanya harus dipertimbangkan seperti tekanan
intrakranial yang meningkat, misalnya pada trauma kepala, tumor otak dan operasi
intrakranial, tekanan intraokuler meningkat, misalnya pada penyakit glaukoma dan pada
operasi intraokuler. Pasien yang menderita penyakit sistemik yang sensitif terhadap obat –
obat simpatomimetik, seperti ; hipertensi tirotoksikosis, Diabetes militus , PJK dll.

b. Anestesi Inhalasi
Sangat berguna untuk anak-anak atau orang dewasa yang phobia. Juga digunakan untuk
pasien yang memiliki risiko aspirasi pulmonari. Agen anestesi inhalasi yang ideal:
 Memiliki odor yang sewajarnya, tidak mengiritasi saluran pernapasan
 Dapat menginduksi secara cepat dan cepat pula pulih
 Stabil secara kimiawi pada kemasan penyimpanan dan tidak berinteraksi dengan
material anaesthetic circuit atau dengan soda
 Tidak mudah terbakar dan eksplosif
 Dapat menyebabkan kehilangan kesadaran dengan analgesik dan relaksasi otot
 Cukup poten untuk adanya penggunaan inspirasi oksigen dengan konsentrasi
tinggi ketika dibutuhkan
 Tidak dimetabolisme oleh tubuh, tidak beracun, dan tidak merangsang reaksi
alergik

18
 Menghasilkan depresi yang minimal pada sistem kardiovaskuler dan pernapasan
dan harus tidak berinteraksi dengan obat-obat lain yang juga dipakai selama
anestesi
 Inert, berkurang secara cepat dan menyeluruh dalam bentuk yang tidak berubah
melalui paru-paru
Minimal alveolar concentration (MAC) adalah konsentrasi anestesi terendah pada
alveolus pulmonalis yang dibutuhkan untuk menghasilkan imobilitas terhadap respon
hingga stimulus sakit (incisi bedah) pada 50% individu. Hal ini diterima sebagai
perhitungan yang valid terhadap potensi anestesi umum inhalasi karena tetap konstan
pada tiap jenis bahkan pada beragam kondisi. MAC merefleksikan kapasitas anestesi
untuk masuk ke dalam sistem saraf pusat dan untuk mencapai konsentrasi yang cukup
pada membran neuronal.
Contoh obat untuk anestesi inhalasi: Halothane, Isoflurane, Desflurane, Sevoflurane,
Nitrous Oxide
Halothane
 Agen anestesi poten, dengan nilai MAC 0,76
 Non-iritan
 Depresan kardiak yang poten
 Konsentrasi inspirasi sekitar 30%, jika berlebihan akan segera menyebabkan
depresi miokardia dan pernapasan yang fatal
 Dapat menurunkan tonus otot bronkial, sehingga menguntungkan untuk pasien
yang berisiko mengalami bronkokonstriksi
 Pengulangan pemakaian halothane harus berselang 12 minggu
 Halothane dimetabolisme di hepar
 Dapat menyebabkan disfungsi hepar

Isoflurane
 Memiliki aksi yang serupa dengan halothane
 Tetapi potensinya kurang sebagai depresan kardiak
 Tidak menyebabkan hepatotoksik
Desflurane
 Serupa denga isoflurane, tetapi kurang poten
Sevoflurane
 Lebih poten daripada desflurane dan pemulihannya lebih cepat

19
Nitrous oxide
 Anestesi lemah, dengan nilai MAC lebih dari 100
 Kurang poten untuk induksi, sehingga dipakai untuk penjagaan anestesi
 Untuk anestesi, digunakan campuran 70% nitrous oxide dan 30% oksigen
 Untuk analgesik, digunakan campuran 50% nitrous oxide dan 50% oksigen
 Paparan yang berulang akan menyebabkan depresi sumsum tulang
 Tidak dimetabolisme tubuh

6. Cara Pemberian anestesi ini menurut metode apa? Sebutkan pula cara-cara yang lain.
Pada percobaan dalam praktikum Farmakologi kelompok kami, menngunakan metode
Anestesi Inhalasi dengan menggunakan Ether.

Secara umum, Obat-obatan Anestesi terdiri dari :

 Obat Pre- Medikasi,


 Obat Induksi Anestesi,
 Obat Anestesi Inhalasi,
 Obat Anestesi Intravena,
 Obat Anestesi Lokal/ Regional,
 Obat Pelumpuh Otot
 Analgesia Opioid
 Analgesia Non-Opioid

Berdasarkan Cara Penggunaanya:

1. Anastetika Inhalasi :
Contoh: Gas tertawa, Halotan, Enfluran, Isofluran, Scuofluran.
Obat – obat ini diberikan sebagai uap melalui saluran nafas.
Keuntungannya adalah resepsi yang cepat melalui paru – paru seperti juga
ekskresinya melalui gelembung paru (alveoli) yang biasanya dalam keadaan utuh.
Obat ini terutama digunakan untuk memelihara anastesi.
2. Anastetika Intravena :
Contoh: Thiopental, Diazepam dan Midazolam, Ketamin, dan Propofol.
Obat – obat ini juga dapat diberikan dalam sediaan suppositoria secara rectal, tetapi
resorpsinya kurang teratur.

20
Terutama digunakan untuk mendahului (induksi) anastesi total, atau memeliharanya,
juga sebagai anastesi pada pembedahan singkat.
3. Anestetika Intramuskular :
sangat populer dalam praktek anestesi, karena teknis mudah, relatif aman karena
kadar plasma tidak mendadak tinggi.
Keburukannya ialah absorpsi kadang diluar perkiraan, menimbulkan nyeri dibenci
anak-anak, dan beberapa bersifat iritan.
4. Subkutan :
Sekarang sudah jarang digunakan
5. Spinal :
Dimasukkan kedalam ruang subarakhnoid (intratekal) seperti pada Bupivacaine.
6. Lidah dan mukosa pipi :
Absorpsi lewat lidah dan mukosa pipi dapat menghindari efek sirkulasi portal, bersifat
larut lemak
Contoh: Fentanil lolipop untuk anak, Buprenorfin.
7. Rektal :
Sering diberikan pada anak yang sulit secara oral dan takut disuntik.
8. Transdermal :
Contoh krem EMLA (Eutectic Mixture of Local Anesthetic), campuran lidokain-
prokain masing-masing 2,5%. Krem ini dioleskan ke kulit intak dan setelah 1-2 jam
baru dilakukan tusuk jarum atau tindakan lain.
9. Epidural:
Dimasukkan kedalam ruang epidural yaitu antara duramater dan ligamentum flavum.
Cara ini banyak pada anestesia regional.
10. Oral :
Paling mudah, tidak nyeri, dapat diandalkan

7. Apa kerugian / keuntungan Ether sebagai general anesthesia?


KEUNTUNGAN KERUGIAN
Dapat dipakai pada semua jenis Operasi, Dapat menyebabkan Hiperglikemi
Cocok untuk prosedur operasi yang
singkat
Cukup aman Dibutuhkan waktu recovery yang lama
Dapat digunakan dengan tehnik Mudah terbakar
sederhana

21
Harga relatif murah Mempengaruhi metabolisme Hati
Mudah diperoleh Merangsang, berbau tidak enak,
menyebabkan Hipersekresi Kelenjar
Ludah, menyebabkan mual
Trauma Laryng kurang Kemungkinan Aspirasi besar, dapat
menyebabkan Iritasi Jalan napas

8. Anestesia manakah yang sebaiknya digunakan pada penderita Koch, Pulmonum


duplex yang aktif?
Anasthesi yang baik / dapat digunakan pada penderita Koch Pulmonum dupleks yang
aktif adalah anasthesi yang tidak mengiritasi saluran napas dan tidak merangsang
sekresi kelenjar bronkus, yaitu Ketamin, karena hanya menganasthesia area spesifik
saja di otak, dan tidak menyebabkan depresi pernafasan, sehingga nafas tetap normal.

9. Apa keuntungan dan kerugian anestesia umum yang lain


KEUNTUNGAN DAN KERUGIAN BERBAGAI ANESTESIA

A. Anestesi local lebih disukai dalam beberapa hal oleh karena alasan sebagai berikut:
a. Tekniknya sederhana dan membutuhkaan peralatan minimal.
b. Obat ini tidak menyebabkan inflamasi.
c. Pendarahan lebih sedikit.
d. Kemungkinan mual dan muntah lebih sedikit.
e. Gangguan fungsi tubuh lebih sedikit
f. Dapat digunakan bila anestesi umum tidak dapat figunakan, berhubung oleh
karena penderita baru makan makanan.
g. Tidak terjadinya pencemaran lingkungan.
h. Memerlukan sedikit perawatan post operatif.
i. Komplikasi ke paru-paru minimal.
j. Lebih murah.

B. Anestesi regional menyebabkan hantaran sensoris komplit, yang akan menghalangi


impus yang buruk dari lapangan operasi. Ini bukanlah kasus dengan anestesi umum,
yang sesunguhnya tidak menghalangi impuls yang disebabkan bedah dari jangkauan
CNS dan menghasilkan respons stress dan kadang-kadang reflex yang abnormal.

22
C. Anestesi regional merupakan indikasi pada keadaan khusus dibawah ini, dimana kerja
sama pasien dibutuhkan.
a. Pengenalan tendon yang mengalami laserasi.
b. Thalamotomy.
c. Cordotomy.

D. Intravenous anestesi
a. Ultra short acting barbiturate
i. Keuntungan:
1. Induksi anestesi yang cepat dan menyenangkan.
2. Sebagai obat tambahan, cocok untuk maintenance anestesi.
3. Tidak menimbulkan sekresi kelenjar.
4. Tidak menyebabkan muntah.
5. Tidak mempunyai sifat meledak atau menguap.
ii. Kerugian:
1. Dapat menyebabkan depresi pernafasan hingga apnoe.
2. Analgesianya hanya sedikit sekali.
3. Relaksasi otot yang disebabkannya juga sedikit sekali.
4. Mempertinggi bahaya laryngo-spasme.
5. Depresi kardio-vaskular, terutama pada keadaan hipovolemik
atau pada pasien debil.
6. Dapat terjadi “shivering” (menggigil).
7. Efek farmakologinya para simpatomi-metik, misalnya dapat
menyebabkan bradikardi.
8. Dapat memperlama depresi kardio vascular atau pernafasan.
9. Tidak ada obat?zat antagonis nya (anti dotumnya).

b. Neurolept Analgesia
i. Keuntungan
1. Menyebabkan suatu ketenangan yang mendalam untuk
beberapa jam.
2. Berfungsi juga sebagai anti muntah.
3. Mempunyai efek blok yang lemah.
ii. Kerugian:
1. Tidak ada antidotumnya.

23
2. Mempunyai kerja vasodilator periphere yang dapat
menyebabkan pasien hipotensi.
3. Dosis yang besar dapat menyebabkan gejala extra pyramidal
(parkinsonisme). Namun dapat diobati dengan anti Parkinson
drugs.
4. Metabollismenya terbanyak di hepar, sekresinya 10% melalui
urine.

c. Neurolept anesthesia
i. Keuntungan
1. Tidak dijumpai sekresi lender.
2. Tidak terjadi iritasi vena atau jaringan.
3. System kardio-vaskular stabil.
4. Tidak ada gangguan pada konduksi otot-otot jantung
disebabkan oleh katekolamin (catecholaminess) seperti
adrenaline.
5. Tidak menyebabkan toksis pada hati atau ginjal.
6. Tekanan cairan otak (CSF) dan bola mata berkurang.
7. Tidak menyebabkan muntah.
8. Tidak meledak (explosive).
9. Recovery (bebas bius) cepat.
10. Menyebabkan periode ketenangan dan kehilangan rasa sakit
yang lebih lama.
ii. Kerugian
1. Depresi pernafasan atau apnoe bisa terjadi karena efek
Fentanyl/pelemas otot.
2. Perlu dilakukan control ventilation.
3. Efek pelemas otot harus di “reversed” (dengan antidotum).

d. Dissociative Anesthesia
i. Keuntungan
1. Cairan/ obat tidak menyebabkan iritasi pada pembuluh darah
atau jaringan.
2. Induksi anestesi dengan cepat.

24
3. Reflex larynx dan pliarynx tidak pernah terjadi sehingga jalan
nafas dapat dipelihara tanpa pemasangan endotrakheal tube.
4. Tonus otot dapat dipertahankan.
ii. Kerugian
1. Nadi, tekanan darah, dan tekanan bola mata meninggi.
2. Diplopia, gerakan-gerakan bola mata dan nystagmus mugnkin
terjadi. Itulah sebabnya pada operasi mata dimana dihindarkan
ketinggian tekana bola mata dan ketamin merupakan kontra
indikasi.
3. Halusinasi dan mimpi yang tidak enak dapat terjadi post
operatif (recovery period). Pada anak-anak, hal ini lebih sedikit
didapati.
4. Tidak ada antagonis nya (antidotum).

E. Obat Inhalasi
i. Ether
1. Keuntungan
a. Dapat dipakai pada semua jenis operasi
b. Cukup aman
c. Dapat digunakan dengan teknik sederhana
d. Harganya relative murah.
e. Mudah diperoleh.
2. Kerugian
a. Merangsang, bau tidak enak, sekresi banyak,
menyabkan mual muntah.
b. Recovery lama
c. Mudah terbakar.
d. Mempengaruhi metabolism hati.
ii. Flouthane
1. Keuntungan
a. Induksi cepat dan halus
b. Tidak merangsang tractus respiratorius
c. Bronchodilatasi
d. Cepat pulih
2. Kerugian

25
a. Over dosis cepat terjadi bila tidak diteliti
b. Sifat analgetic ringan
c. Hipotensi dan aritmia
d. Tremor post operatif
e. Harga mahal

BAB V
PENUTUP
5.1 KESIMPULAN
Bekerjanya Ether sebagai obat anestesi umum pada kelinci dapat dilihat dengan
pengamatan pada ciri-ciri tiap stadiumnya.

26

Anda mungkin juga menyukai