PDF Laporan Praktikum Farmako - Compress
PDF Laporan Praktikum Farmako - Compress
PENDAHULUAN
(1) Anestesia Lokal: hilangnya rasa sakit tanpa disertai kehilangan kesadaran
Pada tahun 1776 ditemukan Anestesia Gas pertama, yaitu N2O, namun kurang efektif
sehingga ada penelitian lebih lanjut pada tahun 1795 menghasilkan Ether sebagai anestesia
inhalasi prototipe, yang kemudian berkembang hingga berbagai macam yang kita kenal saat
ini. Pada praktikum ini, kami melihat pengaruh pemberian Ether terhadap perubahan kondisi
kesadaran Kelinci yang dapat diamati dengan beberapa parameter penting.
1.2 Tujuan
1. Mahasiswa mampu melakukan anestesi umum dengan menggunakan eter pada
Kelinci percobaan.
2. Mahasiswa mampu mengamati stadium anestesi yang terjadi melalui parameter-
parameter antara lain:
1
3. Mahasiswa mampu menjelaskan stadium-stadium anestesi.
1.3 Manfaat
1. Mampu melakukan anestesi umum dengan menggunakan eter pada kelinci
percobaan.
2. Mampu mengamati stadium anestesi yang terjadi melalui parameter parameter antara
lain: respon nyeri, lebar pupil, jenis pernafasan, frekuensi jantung dan tonus otot.
3. Mampu menjelaskan stadium-stadium anestesi.
2
BAB II
METODE PRAKTIKUM
3
f. Lain-lain : muntah, ronkhi, warna telinga
3. Setelah hal tersebut dicatat, percobaan dapat dimulai.
4. Pasanglah sungkup corong anestesi pada moncong kelinci dengan baik kemudian
mulailah meneteskan eter dengan kecepatan kira-kira 60 tetes per menit.
5. Penetesan diteruskan sampai melewati stadium I, II, dan seterusnya.
6. Capailah stadium operasi – stage of anestesi dan perhatikan stadium ini kurang lebih
15 menit. Perhatikanlah dan periksa keadaan-keadaan, seperti refleks yang tersebut
diatas, tanpa menambah ether lagi.
7. Setelah itu bukalah sungkup dan biarkanlah binatang percobaan sadar atau siuman
kembali.
8. Hitung dan catatlah jumlah ether yang digunakan.
KETERANGAN
PERNAPASAN
Frekuensi 19 Kali/menit
Jenis Pernapasan Torakoabdominal
Teratur atau tidak Tidak teratur
MATA
Lebar Pupil 10 mm
Reflex Cahaya Ada
Reflex Kornea Ada
Gerakan Bola Mata Normal
OTOT
Tonus Ada Tahanan
Gerakan Ada
RASA NYERI
Pada Kuping Ada
Pada Kaki Ada
KEADAAN LAIN Keadaan Stress karena dipegangi
4
CATATAN WAKTU
5
Melemah Tidak ada
• Kaki Ada Ada Melemah Tidak ada
SALIVA Tidak Tidak Tidak 10‟ saliva
meningkat
AUSKULTASI
RONCHI
KEADAAN Stress Stress Melemah Tidak ada
LAIN respon seperti
tidur
Setelah selesai dengan 9 cc sampai pada Stadium III, kelinci kembali bangun dan bereaksi
kembali pada menit ke 3‟,30‟‟.
6
BAB IV
DISKUSI
7
produksi urine secara berlebihan. Sedangkan pada pembuluh darah otak, ether menyebabkan
vasodilatasi.
Ether menyebabkan mual dan muntah terutama pada waktu pemulihan, tetapi dapat
pula pada waktu induksi. Ini disebabkan oleh efek sentral ether atau akibat iritasi lambung
oleh ether yang tertelan. Aktivitas saluran cerna dihambat selama dan sesudah anesthesia.
Jumlah ether yang dibutuhkan tergantung berat badan dan kondisi penderita,
kebutuhan dalamnya anestesi dan teknik yang digunakan. Ether diabsorpsi dan disekresi
melalui paru dan sebagian kecil diekskresi juga melalui urine, air susu, keringat dan difusi
melalui kulit utuh.
Semua zat anestesi umum bekerja dengan menghambat SSP secara bertahap.
Penghambatan pertama dilakukan pada fungsi kompleks kemudian dilanjutkan sampai
medula oblongata (tempat pusat vasomotor dan pernafasan). Guedel (1920) membagi anestesi
umum menjadi 4 stadium. Praktikum yang dilakukan pada kelinci dengan obat anestetik ether
ini hanya sampai pada stadium ketiga.
Stadium I anestesi umum dicapai setelah 2 menit 31 detik. Hal ini ditandai dengan
terjadinya bradikardi. Tahap ini dimulai dari saat pemberian zat anestetik sampai hilangnya
kesadaran. Kesadaran kelinci masih tampak namun ukuran pupil mengecil dari keadaan awal.
Pada tahap ini, rasa sakit telah hilang (efek analgesia telah muncul).
Stadium II, yang disebut juga dengan stadium eksitasi atau delirium, dimulai dari
hilangnya kesadaran hingga permulaan stadium pembedahan. Kelinci memasuki stadium ini
pada setelah 4 menit 50 detik, yang ditandai dengan pernapasan cepat dan tidak teratur. Pada
stadium ini terlihat jelas adanya eksitasi dan gerakan yang tidak menurut kehendak, seperti
refleks bulu mata, pelebaran pupil mata (midriasis), tonus muskulus skeletal meningkat,
takikardia.
8
Eksitasi dapat disebabkan karena adanya depresi atau hambatan pada pusat inhibisi.
Pernafasan torakal–abdominal yang cepat dan tidak teratur diakibatkan oleh depresi
pernafasan sehingga terjadi retensi CO2 dan menuju pada Sympatho Adrenal Discharged
(SAD) yaitu pelepasan adrenalin dari kelenjar medula adrenalin dan noradrenalin dari ujung
saraf simpatis. Bola mata bergerak-gerak karena terjadi paralisa otot ekstrinsik bola mata
sehingga kontraksinya tak terkoordinir 6.
Stadium III yaitu stadium sejak mulai teraturnya lagi pernafasan hingga hilangnya
pernafasan spontan. Stadium ini ditandai oleh hilangnya pernafasan spontan, hilangnya
refleks kelopak mata dan dapat digerakkannya kepala ke kiri dan kekanan dengan mudah.
1. Plane 1
Kelinci memasuki plane ini setelah 4 menit 50 detik, ditandai dengan pernafasan teratur,
pernafasan torakal sama kuat dgn pernafasan abdominal, pergerakan bola mata tak teratur,
kadang-kadang letaknya eksentrik, pupil mengecil lagi (miosis) dan refleks cahaya
masih ada, lakrimasi akan meningkat, refleks farings dan muntah menghilang, tonus otot
menurun. Belum tercapai relaksasi otot lurik yang sempurna.
2. Plane 2
Kelinci memasuki plane ini setelah 6 menit 40 detik, ditandai dengan pernafasan yang teratur
tetapi kurang dalam bila dibanding plane 1 , volume tidal menurun dan frekwensi pernafasan
naik. Mulai terjadi depresi pernafasan torakal, bola mata terfiksir ditengah, pupil mulai
midriasis dengan refleks cahaya menurun dan refleks kornea menghilang
3. Plane 3
Kelinci memasuki plane ini setelah 7 menit 55 detik, ditandai dengan pernafasan abdominal
yang lebih dominan daripada torakal karena paralisis otot interkostal yang makin
bertambah sehingga pada akhir plane 3 terjadi paralisis total otot interkostal, juga mulai
terjadi paralisis otot-otot diafragma, relaksasi otot lurik sempurna , pupil melebar tetapi
belum maksimal dan refleks cahaya akan menghilang pada akhir plane 3 ini, lakrimasi
refleks farings & peritoneal menghilang, tonus otot-otot makin menurun.
4. Plane 4
9
Kelinci memasuki plane ini setelah 8 menit 25 detik, ditandai dengan pernafasan tidak
adekuat, pernafasan dengan perut sempurna karena kelumpuhan otot interkostal sempurna
,irreguler,„jerky‟ karena paralisis otot diafragma yang makin nyata, pada akhir plane 4,
paralisis total diafragma, tonus otot makin menurun dan akhirnya flaccid, pupil melebar
maksimal dan refleks cahaya menghilang.
Dalamnya anastesi yang berjalan bergantung pada kadar anastetik di dalam sistem
saraf pusat, serta dipengaruhi oleh berbagai faktor yang mempengaruhi transfer anastetik dari
alveoli paru darah dan dari darah ke jaringan otak, yaitu :
(2) Kadar anastetik dalam udara yang dihirup pasien (tekanan parsial)
(5) Perbedaan antara tekanan parsial anastetik di darah arteri dan darah vena.
Hasil praktikum membuktikan bahwa semakin banyak kadar anastesi yang diterima
oleh tubuh pasien, dalam hal ini binatang coba (Kelinci) maka kelinci akan merasakan
anastesi yang lebih dalam.
10
normal ditimbulkan oleh pergerakan turbulen udara dalam saluran napas, terutama di
trakea dan saluran napas besar. Getaran bunyi ini akan merambat melalui udara yang
terdapat pada bronkus utama menuju ke perifer paru. Ketika melalui udara pada
bronkiolus yang kecil, transmisi getaran suara menjadi sangat terbatas sehingga
getaran beralih memilih melewati parenkim paru.
Suara napas mempunyai dua komponen bunyi, yaitu bunyi bronkial yang berfrekuensi
tinggi dan bunyi vesikular yang berfrekuensi lebih rendah.
Suara tracheal mempunyai ciri suara dengan frekuensi tinggi, kasar, disertai dengan masa istirahat
(pause) antara fase inspirasi dan ekspirasi, dengan komponen ekspirasi terdengar sedikitlebih lama.
Suara nafas trakeal dapat ditemukan dengan menempelkan membran diafragma pada bagian lateral
leher atau pada fossa suprasternal. Sumber bunyinya adalah turbulensi aliran cepat pintu glottis. Suara
nafas bronkial mempunyai bunyi yang juga sama kasar, frekuensi tinggi,dengan fase inspirasi sama
dengan fase ekspirasi. Suara ini terdapat pada saluran nafas dengandiameter 4 mm atau lebih,
misalnya pada bronkus utama. Suara nafas bronkial dapat didengarkanpada daerah antara kedua
scapula. Karena karakteristik suara trakeal dan bronkial hampir sama,beberapa penulis
menggolongkannya menjadi satu terminologi, yaitu suara trakeobronkial
a) Rales (crekles) adalah suara yang dihasilkan saat udara melewati jalan nafas yang
penuh eksudat, biasanya terdengar saat inspirasi, tidak hilang saat dibatukkan, terjadi
pada pneumonia, TBC.
b) Ronchi adalah suara yang dihasilkan saat udara melewati jalan nafas yang penuh
cairan / mukus, terdengar saat inspirasi maupun ekspirasi.
c) Wheezing adalah bunyi yang terdengar saat inspirasi maupun ekspirasi karena
penyempitan bronkus eksudat yang lengket pada pasien asma dan bronkitis.
d) Pleural Friction Rub adalah suara kering yang terdengar saat inspirasi maupun
ekspirasi pada peradangan pleura.
11
Pada percobaan ketika Hewan percobaan telah teranestesi akan terdengar suara ronchi
, karena saat terbius maka akan terjadi hipersalivasi , adanya Bradipnea : penurunan
frekuensi napas atau pernapasannya menjadi melambat ini disebabkan adanya efek
dari anestesi ether yang dihirup oleh hewan percobaab sehingga terjadi depresi pada
pusat pernapasan. Pada suara paru saat menilai tingkat kesadaran dan tanda vital tidak
mendpatkan suara ronchi pada auskultasi saat kelinci dalam keadaan terbius.
3. Pada saat manakah Operasi besar dan Operasi kecil dapat dilaksanakan?
Operasi Kecil:
Stadium II (delirium/eksitasi) yaitu hilangnya kesadaran hingga permulaan stadium
pembedahan. Tanda yang paling dapat diandalkan untuk mencapai stadium operasi
adalah hilangnya refleks kelopak mata dan adanya pernapasan yang dalam dan teratur.
Operasi Besar:
Stadium III (surgical) yaitu stadium sejak mulai teraturnya lagi pernafasan hingga
hilangnya pernafasan spontan. Stadium ini ditandai oleh hilangnya pernafasan
spontan, hilangnya refleks kelopak mata dan dapat digerakkannya kepala ke kiri dan
kekanan dengan mudah.
a. Tingkat I : pernafasan teratur, spontan, gerakan bola mata tak teratur, miosis,
pernafasan dada dan perut seimbang. Belum tercapai relaksasi otot lurik yang
sempurna
b. Tingkat II : pernafasan teratur tetapi kurang dalam dibandingkan tingkat I, bola
mata tak bergerak, pupil melebar, relaksasi otot sedang, refleks laring hilang.
c. Tingkat III: pernafasan perut lebih nyata daripada pernafasan dada karena otot
interkostal mulai mengalami paralisis, relaksasi otot lurik sempurna, pupil lebih
lebar tetatpi belum maksimal
d. Tingkat IV: pernafasan perut sempurna karena kelumpuhan otot interkostal
sempurna, tekanan darah mulai menurun, pupil sangat lebar dan refleks cahaya
menghilang.
4. Apakah bedanya hasil anestesi yang diberikan Pramedikasi dengan yang tanpa
Premedikasi?
PREMEDIKASI:
12
Pemberian obat-obatan tertentu sebelum tindakan anestesi untuk membantu induksi
anestesia, pemeliharaan dan pemulihan yang baik.
Tujuan Premedikasi:
Mengurangi kegelisahan/ kecemasan
Mengurangi sekresi saliva
Mencegah reflek-reflek yang tidak diinginkan
Sebagai bagian dari anesthesia:
o Memudahkan induksi anesthesia
o Mengurangi dosis obat yang diperlukan untuk anesthesia
Menghasilkan amnesia
Menghasilkan analgesia
Mencegah muntah post-operatif
Faktor-faktor yang mempengaruhi pemberian Obat Premedikasi:
Umur
Berat Badan
Keadaan Fisik dan Psikis penderita
Tehnik Anestei dan pembedahan
Cara Pemberian Premedikasi:
Per Oral: pada malam sebelum pembedahan
Intra Muscular : ½ - 1 jam sebelum pembedahan
Intra Vena: beberapa menit sebelum pembedahan
TANPA PREMEDIKASI
Biasanya Anestesia tanpa premedikasi diberikan pada operasi kecil yang biasanya
menggunakan Anestesi lokal.
Anestesi Lokal:
Merupakan tindakan menghilangkan nyeri/sakit secara lokal tanpa disertai hilangnya
kesadaran.
13
Anestesi blok, yaitu penyuntikan analgetik lokal langsung ke saraf utama atau
pleksus saraf.
Analgesi regional intravena, yaitu penyuntikan larutan analgetik lokal intravena.
Premedication
Premedikasi dilakukan pada tahap persiapan prabedah. Ada dua tujuan premedikasi,
yaitu: mencegah efek parasimpatomimetik dari anestesi dan reduksi kecemasan dan
nyeri. Obat-obatan yang digunakan dalam premedikasi adalah:
Anxiolytics: untuk menghilangkan kecemasan
Contoh: benzodiazepine (diazepam, lorazepam, midazolam)
Analgesics: jika ada rasa nyeri atau sebagai suplemen untuk agen anestesi
Contoh: paracetamol, NSAID, opium
Parasympathetic blockers: antimuscaranic, untuk mengurangi sekresi bronchial dan
saliva
Contoh: atropine, hyoscine, glycopyrronium
Acid aspiration prophylaxis
Contoh: cimetidine/ranitidine
Antibiotic prophylaxis
Contoh: prosedur dental invasif
Antithrombotic prophylaxis
Contoh: injeksi heparin subkutan
14
Induction and Maintenance of Anaesthesia
a. Anestesi Intravena
Merupakan metode yang umum digunakan. Efek anestesi hingga ke sistem saraf pusat.
Agen anestesi intravena yang ideal:
Onset cepat
Pemulihan cepat
Analgesik pada konsentasi subanestesi
Depresi minimal pada sistem kardiovaskuler dan pernapasan
Tidak ada efek emetik
Tidak menyebabkan fenomena exicitatory (batuk, cegukan, gerakan involunter)
pada induksi
Tidak menyebabkan fenomena emergensi (mimpi buruk)
Tidak ada interaksi dengan obat-obat neuromuscular blocking
Tidak nyeri ketika diinjeksi
Tidak venous sequelae
Aman pada injeksi yang kurang hati-hati pada arteri
Tidak menyebabkan efek toksik pada organ lain
Tidak menghasilkan histamin
Formulasi water soluble
Long shelf-life
Tidak menstimulasi porphyria
Contoh obat untuk Anestesi Intravena: Thiopentone, Propofol, Ketamine
Thiopentone
Barbiturate yang sering digunakan
Aksi cepat, biasanya dengan onset tidur perlahan, pasien hilang kesadaran dalam
waktu 30 – 45 detik, kemudian pulih kembali setelah 4-7 menit
Tidak memiliki efek analgesik
Alkalin kuat, dapat menyebabkan nekrosis parah pada kecelakaan administrasi
ekstravaskuler. Sebaiknya diinjeksikan melalui cateter untuk mencegah hal ini
Tidak digunakan sebagai anestesi utama pada prosedur pembedahan, karena
menyebabkan zero-order elimination kinetic
Dimetabolisme di hepar
15
Efek samping: hipotensi, apnea, obstruksi jalan napas, aritmia, batuk, bersin,
reaksi hipersensitif
Dosis: anak dan dewasa 3-5 mg/kg diberikan perlahan selama 10-15 detik
Propofol
Merupakan derivat fenol yang banyak digunakan sebagai anastesia intravena dan
lebih dikenal dengan nama dagang Diprivan. Pertama kali digunakan dalam praktek
anestesi pada tahun 1977 sebagai obat induksi.
Propofol digunakan untuk induksi dan pemeliharaan dalam anastesia umum, pada
pasien dewasa dan pasien anak – anak usia lebih dari 3 tahun. Mengandung lecitin,
glycerol dan minyak soybean, sedangkan pertumbuhan kuman dihambat oleh adanya
asam etilendiamintetraasetat atau sulfat, hal tersebut sangat tergantung pada pabrik
pembuat obatnya. Obat ini dikemas dalam cairan emulsi lemak berwarna putih susu
bersifat isotonik dengan kepekatan 1 % (1 ml = 10 mg).
16
lebih sering menyebabkan halusinasi dan kejang. Obat ini pertama kali diberikan pada
tentara Amerika selama Perang Vietnam. Ketamin hidroklorida adalah golongan fenil
sikloheksilamin, merupakan “rapid acting non barbiturate general anesthesia”. Ketalar
sebagai nama dagang yang pertama kali diperkenalkan oleh Domino dan Carson tahun
1965 yang digunakan sebagai anestesi umum.
Ketamin kurang digemari untuk induksi anastesia, karena sering menimbulkan takikardi,
hipertensi , hipersalivasi , nyeri kepala, pasca anasthesi dapat menimbulkan muntah –
muntah , pandangan kabur dan mimpi buruk. Ketamin juga sering menebabkan terjadinya
disorientasi, ilusi sensoris dan persepsi dan mimpi gembira yang mengikuti anesthesia,
dan sering disebut dengan emergence phenomena.
Penggunaan Ketamin:
Ketamin merupakan obat yang dapat diberikan secara intramuskular apabila akses
pembuluh darah sulit didapat contohnya pada anak – anak. Ketamin bersifat larut air
sehingga dapat diberikan secara I.V atau I.M. dosis induksi adalah 1 – 2 mg/KgBB secara
I.V atau 5 – 10 mg/Kgbb I.M , untuk dosis sedatif lebih rendah yaitu 0,2 mg/KgBB dan
17
harus dititrasi untuk mendapatkan efek yang diinginkan. Untuk pemeliharaan dapat
diberikan secara intermitten atau kontinyu. Emberian secara intermitten diulang setiap 10
– 15 menitdengan dosis setengah dari dosis awal sampai operasi selesai.
Efek Samping
Dapat menyebabkan efek samping berupa peningkatan sekresi air liur pada mulut,selain
itu dapat menimbulkan agitasi dan perasaan lelah , halusinasi dan mimpi buruk juga
terjadi pasca operasi, pada otot dapat menimbulkan efek mioklonus pada otot rangka
selain itu ketamin juga dapat meningkatkan tekanan intracranial. Pada mata dapat
menyebabkan terjadinya nistagmus dan diplopia.
Kontra indikasi
Mengingat efek farmakodinamiknya yang relative kompleks seperti yang telah disebutkan
diatas, maka penggunaannya terbatas pada pasien normal saja. Pada pasien yang
menderita penyakit sistemik penggunaanya harus dipertimbangkan seperti tekanan
intrakranial yang meningkat, misalnya pada trauma kepala, tumor otak dan operasi
intrakranial, tekanan intraokuler meningkat, misalnya pada penyakit glaukoma dan pada
operasi intraokuler. Pasien yang menderita penyakit sistemik yang sensitif terhadap obat –
obat simpatomimetik, seperti ; hipertensi tirotoksikosis, Diabetes militus , PJK dll.
b. Anestesi Inhalasi
Sangat berguna untuk anak-anak atau orang dewasa yang phobia. Juga digunakan untuk
pasien yang memiliki risiko aspirasi pulmonari. Agen anestesi inhalasi yang ideal:
Memiliki odor yang sewajarnya, tidak mengiritasi saluran pernapasan
Dapat menginduksi secara cepat dan cepat pula pulih
Stabil secara kimiawi pada kemasan penyimpanan dan tidak berinteraksi dengan
material anaesthetic circuit atau dengan soda
Tidak mudah terbakar dan eksplosif
Dapat menyebabkan kehilangan kesadaran dengan analgesik dan relaksasi otot
Cukup poten untuk adanya penggunaan inspirasi oksigen dengan konsentrasi
tinggi ketika dibutuhkan
Tidak dimetabolisme oleh tubuh, tidak beracun, dan tidak merangsang reaksi
alergik
18
Menghasilkan depresi yang minimal pada sistem kardiovaskuler dan pernapasan
dan harus tidak berinteraksi dengan obat-obat lain yang juga dipakai selama
anestesi
Inert, berkurang secara cepat dan menyeluruh dalam bentuk yang tidak berubah
melalui paru-paru
Minimal alveolar concentration (MAC) adalah konsentrasi anestesi terendah pada
alveolus pulmonalis yang dibutuhkan untuk menghasilkan imobilitas terhadap respon
hingga stimulus sakit (incisi bedah) pada 50% individu. Hal ini diterima sebagai
perhitungan yang valid terhadap potensi anestesi umum inhalasi karena tetap konstan
pada tiap jenis bahkan pada beragam kondisi. MAC merefleksikan kapasitas anestesi
untuk masuk ke dalam sistem saraf pusat dan untuk mencapai konsentrasi yang cukup
pada membran neuronal.
Contoh obat untuk anestesi inhalasi: Halothane, Isoflurane, Desflurane, Sevoflurane,
Nitrous Oxide
Halothane
Agen anestesi poten, dengan nilai MAC 0,76
Non-iritan
Depresan kardiak yang poten
Konsentrasi inspirasi sekitar 30%, jika berlebihan akan segera menyebabkan
depresi miokardia dan pernapasan yang fatal
Dapat menurunkan tonus otot bronkial, sehingga menguntungkan untuk pasien
yang berisiko mengalami bronkokonstriksi
Pengulangan pemakaian halothane harus berselang 12 minggu
Halothane dimetabolisme di hepar
Dapat menyebabkan disfungsi hepar
Isoflurane
Memiliki aksi yang serupa dengan halothane
Tetapi potensinya kurang sebagai depresan kardiak
Tidak menyebabkan hepatotoksik
Desflurane
Serupa denga isoflurane, tetapi kurang poten
Sevoflurane
Lebih poten daripada desflurane dan pemulihannya lebih cepat
19
Nitrous oxide
Anestesi lemah, dengan nilai MAC lebih dari 100
Kurang poten untuk induksi, sehingga dipakai untuk penjagaan anestesi
Untuk anestesi, digunakan campuran 70% nitrous oxide dan 30% oksigen
Untuk analgesik, digunakan campuran 50% nitrous oxide dan 50% oksigen
Paparan yang berulang akan menyebabkan depresi sumsum tulang
Tidak dimetabolisme tubuh
6. Cara Pemberian anestesi ini menurut metode apa? Sebutkan pula cara-cara yang lain.
Pada percobaan dalam praktikum Farmakologi kelompok kami, menngunakan metode
Anestesi Inhalasi dengan menggunakan Ether.
1. Anastetika Inhalasi :
Contoh: Gas tertawa, Halotan, Enfluran, Isofluran, Scuofluran.
Obat – obat ini diberikan sebagai uap melalui saluran nafas.
Keuntungannya adalah resepsi yang cepat melalui paru – paru seperti juga
ekskresinya melalui gelembung paru (alveoli) yang biasanya dalam keadaan utuh.
Obat ini terutama digunakan untuk memelihara anastesi.
2. Anastetika Intravena :
Contoh: Thiopental, Diazepam dan Midazolam, Ketamin, dan Propofol.
Obat – obat ini juga dapat diberikan dalam sediaan suppositoria secara rectal, tetapi
resorpsinya kurang teratur.
20
Terutama digunakan untuk mendahului (induksi) anastesi total, atau memeliharanya,
juga sebagai anastesi pada pembedahan singkat.
3. Anestetika Intramuskular :
sangat populer dalam praktek anestesi, karena teknis mudah, relatif aman karena
kadar plasma tidak mendadak tinggi.
Keburukannya ialah absorpsi kadang diluar perkiraan, menimbulkan nyeri dibenci
anak-anak, dan beberapa bersifat iritan.
4. Subkutan :
Sekarang sudah jarang digunakan
5. Spinal :
Dimasukkan kedalam ruang subarakhnoid (intratekal) seperti pada Bupivacaine.
6. Lidah dan mukosa pipi :
Absorpsi lewat lidah dan mukosa pipi dapat menghindari efek sirkulasi portal, bersifat
larut lemak
Contoh: Fentanil lolipop untuk anak, Buprenorfin.
7. Rektal :
Sering diberikan pada anak yang sulit secara oral dan takut disuntik.
8. Transdermal :
Contoh krem EMLA (Eutectic Mixture of Local Anesthetic), campuran lidokain-
prokain masing-masing 2,5%. Krem ini dioleskan ke kulit intak dan setelah 1-2 jam
baru dilakukan tusuk jarum atau tindakan lain.
9. Epidural:
Dimasukkan kedalam ruang epidural yaitu antara duramater dan ligamentum flavum.
Cara ini banyak pada anestesia regional.
10. Oral :
Paling mudah, tidak nyeri, dapat diandalkan
21
Harga relatif murah Mempengaruhi metabolisme Hati
Mudah diperoleh Merangsang, berbau tidak enak,
menyebabkan Hipersekresi Kelenjar
Ludah, menyebabkan mual
Trauma Laryng kurang Kemungkinan Aspirasi besar, dapat
menyebabkan Iritasi Jalan napas
A. Anestesi local lebih disukai dalam beberapa hal oleh karena alasan sebagai berikut:
a. Tekniknya sederhana dan membutuhkaan peralatan minimal.
b. Obat ini tidak menyebabkan inflamasi.
c. Pendarahan lebih sedikit.
d. Kemungkinan mual dan muntah lebih sedikit.
e. Gangguan fungsi tubuh lebih sedikit
f. Dapat digunakan bila anestesi umum tidak dapat figunakan, berhubung oleh
karena penderita baru makan makanan.
g. Tidak terjadinya pencemaran lingkungan.
h. Memerlukan sedikit perawatan post operatif.
i. Komplikasi ke paru-paru minimal.
j. Lebih murah.
22
C. Anestesi regional merupakan indikasi pada keadaan khusus dibawah ini, dimana kerja
sama pasien dibutuhkan.
a. Pengenalan tendon yang mengalami laserasi.
b. Thalamotomy.
c. Cordotomy.
D. Intravenous anestesi
a. Ultra short acting barbiturate
i. Keuntungan:
1. Induksi anestesi yang cepat dan menyenangkan.
2. Sebagai obat tambahan, cocok untuk maintenance anestesi.
3. Tidak menimbulkan sekresi kelenjar.
4. Tidak menyebabkan muntah.
5. Tidak mempunyai sifat meledak atau menguap.
ii. Kerugian:
1. Dapat menyebabkan depresi pernafasan hingga apnoe.
2. Analgesianya hanya sedikit sekali.
3. Relaksasi otot yang disebabkannya juga sedikit sekali.
4. Mempertinggi bahaya laryngo-spasme.
5. Depresi kardio-vaskular, terutama pada keadaan hipovolemik
atau pada pasien debil.
6. Dapat terjadi “shivering” (menggigil).
7. Efek farmakologinya para simpatomi-metik, misalnya dapat
menyebabkan bradikardi.
8. Dapat memperlama depresi kardio vascular atau pernafasan.
9. Tidak ada obat?zat antagonis nya (anti dotumnya).
b. Neurolept Analgesia
i. Keuntungan
1. Menyebabkan suatu ketenangan yang mendalam untuk
beberapa jam.
2. Berfungsi juga sebagai anti muntah.
3. Mempunyai efek blok yang lemah.
ii. Kerugian:
1. Tidak ada antidotumnya.
23
2. Mempunyai kerja vasodilator periphere yang dapat
menyebabkan pasien hipotensi.
3. Dosis yang besar dapat menyebabkan gejala extra pyramidal
(parkinsonisme). Namun dapat diobati dengan anti Parkinson
drugs.
4. Metabollismenya terbanyak di hepar, sekresinya 10% melalui
urine.
c. Neurolept anesthesia
i. Keuntungan
1. Tidak dijumpai sekresi lender.
2. Tidak terjadi iritasi vena atau jaringan.
3. System kardio-vaskular stabil.
4. Tidak ada gangguan pada konduksi otot-otot jantung
disebabkan oleh katekolamin (catecholaminess) seperti
adrenaline.
5. Tidak menyebabkan toksis pada hati atau ginjal.
6. Tekanan cairan otak (CSF) dan bola mata berkurang.
7. Tidak menyebabkan muntah.
8. Tidak meledak (explosive).
9. Recovery (bebas bius) cepat.
10. Menyebabkan periode ketenangan dan kehilangan rasa sakit
yang lebih lama.
ii. Kerugian
1. Depresi pernafasan atau apnoe bisa terjadi karena efek
Fentanyl/pelemas otot.
2. Perlu dilakukan control ventilation.
3. Efek pelemas otot harus di “reversed” (dengan antidotum).
d. Dissociative Anesthesia
i. Keuntungan
1. Cairan/ obat tidak menyebabkan iritasi pada pembuluh darah
atau jaringan.
2. Induksi anestesi dengan cepat.
24
3. Reflex larynx dan pliarynx tidak pernah terjadi sehingga jalan
nafas dapat dipelihara tanpa pemasangan endotrakheal tube.
4. Tonus otot dapat dipertahankan.
ii. Kerugian
1. Nadi, tekanan darah, dan tekanan bola mata meninggi.
2. Diplopia, gerakan-gerakan bola mata dan nystagmus mugnkin
terjadi. Itulah sebabnya pada operasi mata dimana dihindarkan
ketinggian tekana bola mata dan ketamin merupakan kontra
indikasi.
3. Halusinasi dan mimpi yang tidak enak dapat terjadi post
operatif (recovery period). Pada anak-anak, hal ini lebih sedikit
didapati.
4. Tidak ada antagonis nya (antidotum).
E. Obat Inhalasi
i. Ether
1. Keuntungan
a. Dapat dipakai pada semua jenis operasi
b. Cukup aman
c. Dapat digunakan dengan teknik sederhana
d. Harganya relative murah.
e. Mudah diperoleh.
2. Kerugian
a. Merangsang, bau tidak enak, sekresi banyak,
menyabkan mual muntah.
b. Recovery lama
c. Mudah terbakar.
d. Mempengaruhi metabolism hati.
ii. Flouthane
1. Keuntungan
a. Induksi cepat dan halus
b. Tidak merangsang tractus respiratorius
c. Bronchodilatasi
d. Cepat pulih
2. Kerugian
25
a. Over dosis cepat terjadi bila tidak diteliti
b. Sifat analgetic ringan
c. Hipotensi dan aritmia
d. Tremor post operatif
e. Harga mahal
BAB V
PENUTUP
5.1 KESIMPULAN
Bekerjanya Ether sebagai obat anestesi umum pada kelinci dapat dilihat dengan
pengamatan pada ciri-ciri tiap stadiumnya.
26