Anda di halaman 1dari 9

Menara Perkebunan 87(2), 95-103 DOI: http://dx.doi.org/10.22302/iribb.jur.mp.v87i2.

339
p-ISSN: 0125-9318/ e-ISSN: 1858-3768 Accreditation Number: 21/E/KPT/2018

Peningkatan kemurnian selulosa dan karboksimetil selulosa (CMC)


hasil konversi limbah TKKS melalui perlakuan NaOH 12%

The purity improvement of cellulose and carboxymethyl cellulose (CMC) from the conversion of
OPEFB waste using NaOH 12% treatment

Firda DIMAWARNITA*), Yora FARAMITHA & TRI-PANJI

Pusat Penelitian Bioteknologi dan Bioindustri Indonesia, Jl. Taman Kencana 1, Bogor 16128, Indonesia.

Diterima tgl 9 Juli 2019 / disetujui tgl 6 Oktober 2019

Abstract TKKS. Selulosa yang dimurnikan dari limbah


TKKS baglog menggunakan perlakuan NaOH
Carboxymethyl cellulose (CMC) is a versatile
10% hanya menghasilkan α-selulosa sebanyak
additive whose needs are fulfilled by imports. This
80,2%, yang kemudian dikonversi menjadi CMC
becomes an opportunity to develop local CMC
dengan kemurnian 73,4%. Tingkat kemurnian
products. CMC can be synthesized from the
yang tergolong rendah tersebut tidak memenuhi
cellulose of oil palm empty fruit bunches (OPEFB).
mutu CMC untuk pangan yang mensyaratkan
The use of OPEFB as a mixed ingredient of oyster
tingkat kemurnian diatas 99,5%. Penelitian ini
mushroom growing media (baglog) could help the
bertujuan untuk meningkatkan kemurnian selulosa
delignification process of OPEFB. Cellulose
dari limbah TKKS baglog melalui perlakuan
purified from baglog OPEFB waste using NaOH
menggunakan NaOH 12%. Dengan cara ini,
10% treatment only produced α-cellulose 80.2%
kemurnian CMC yang dihasilkan diharapkan lebih
which then being converted to CMC with the purity
tinggi. Produk CMC yang dihasilkan diamati
of 73.4%. Low purity of this CMC did not meet the
menggunakan SEM, FTIR dan XRD. Hasil
standard for food-grade which requires purity
penelitian menunjukkan bahwa α-selulosa yang
above 99.5%. This study aimed to improve the
diperoleh meningkat menjadi 84,54% pada
purity of cellulose from baglog OPEFB waste by
ekstraksi menggunakan NaOH 12%. CMC yang
using NaOH 12% treatment. In this way, the purity
dihasilkan memiliki tingkat kemurnian yang lebih
of the resulting CMC would be expected higher.
tinggi, yaitu: 95,24%. Upaya untuk meningkatkan
The resulting CMC product was observed using
nilai derajat substitusi dan viskositas masih
SEM, FTIR and XRD. The result showed that α-
diperlukan untuk mencapai spesifikasi yang
cellulose obtained increased to 84.54% by using
memenuhi mutu standar SNI. Hasil FTIR dan
12% NaOH treatment. The resulting CMC had a
XRD menunjukkan bahwa karakteristik CMC
higher purity level (95.24%). Efforts to increase
yang dihasilkan dari limbah TKKS baglog sudah
the degree of substitution and viscosity are still
mendekati CMC komersial ditinjau dari gugus
needed to achieve specifications that meet the
fungsi dan derajat kristalinitasnya.
quality standards of SNI. FTIR and XRD results
showed that the characteristics of CMC produced [Kata kunci: FTIR, jamur tiram putih, limbah
from baglog OPEFB waste were close to baglog, TKKS, XRD]
commercial CMC as indicated by their functional
groups and degree of crystallinity. Pendahuluan
[Keywords: FTIR, white oyster mushroom, baglog Karboksimetil selulosa atau dikenal dengan
waste, OPEFB, XRD] istilah CMC merupakan produk turunan dari
selulosa yang dapat larut dalam air pada suhu
Abstrak ruang dan digunakan sebagai bahan aditif (Saputra
et al. 2014). CMC mempunyai aplikasi yang
Karboksimetil selulosa (CMC) merupakan zat
sangat luas dalam berbagai industri. Berdasarkan
aditif serbaguna yang kebutuhannya masih
tingkat kemurniannya, aplikasi dari CMC terbagi
dipenuhi melalui impor. Hal ini menjadi peluang
dalam beberapa kelas, yaitu: [1] CMC dengan
untuk mengembangkan produk CMC lokal. CMC
kualitas teknis (<75%) diaplikasikan pada industri
dapat disintesis dari selulosa tandan kosong kelapa
pertambangan dan detergen; [2] CMC semi murni
sawit (TKKS). Penggunaan TKKS sebagai
(75-85%) diaplikasikan pada pengeboran minyak
campuran media pertumbuhan (baglog) jamur
dan gas; [3] CMC murni (>98%) diaplikasikan
tiram putih dapat membantu proses delignifikasi
pada industri kertas, tekstil, kaca, dan perminyak-
*) Penulis korespondensi: firda.dimawarnita@gmail.com
95
Peningkatan kemurnian selulosa dan karboksimetil selulosa (CMC) …………………….. (Dimawarnita et al.)

an; dan [4] CMC ekstra murni (>99,5%) mengandung TKKS dengan kondisi lignin yang
diaplikasikan pada industri makanan dan farmasi terdegradasi sebagian.
(Heinze & Koschella, 2005). Dalam bidang Proses delignifikasi secara kimiawi dilakukan
pangan, CMC dimanfaatkan sebagai stabilizer, melalui ekstraksi menggunakan NaOH.
thickener, emulsifier, dan gelling agent (Bono et al. Dimawarnita dan Tri-Panji (2018) memperoleh α-
2009). Aplikasi CMC yang luas ini selulosa dengan tingkat kemurnian 80,2% dari
mengimplikasikan bahwa kebutuhan akan produk proses ekstraksi menggunakan NaOH 10%. CMC
CMC sangat besar. Di Indonesia, kebutuhan yang kemudian dihasilkan dari selulosa tersebut
industri terhadap CMC masih harus dipenuhi memiliki tingkat kemurnian yang rendah yaitu
secara impor. Total impor CMC ke Indonesia 73,4%, sehingga belum memenuhi spesifikasi
adalah sekitar 5900 ton atau senilai US$ 19,5 juta mutu I CMC seperti yang diinginkan. Perbaikan
(Badan Pusat Statistik, 2018). Oleh karena itu, proses dari penelitian sebelumnya diperlukan agar
terdapat peluang yang besar untuk mendapatkan CMC dengan tingkat kemurnian
mengembangkan produk CMC lokal. yang tinggi. Beberapa upaya yang dapat dilakukan
Secara umum, terdapat dua proses utama dalam untuk mencapai mutu tersebut antara lain:
memproduksi CMC, yaitu: pemurnian selulosa dan perlakuan alkali, hidrolisis sulfat, dan peningkatan
sintesis CMC. Selulosa merupakan salah satu kemurnian α-selulosa.
komponen utama penyusun dinding sel tanaman Hasil penelitian Nur (2016) menunjukkan
selain hemiselulosa dan lignin. Pemisahan selulosa bahwa penggunaan NaOH 12% pada proses
dari 2 komponen lainnya dapat dilakukan melalui pemurnian selulosa mampu meningkatkan kadar
proses delignifikasi melalui perlakuan dengan α-selulosa pada jerami padi sehingga diperoleh
NaOH. Setelah selulosa diperoleh, selulosa CMC dengan tingkat kemurnian 98,86%. Tujuan
kemudian dikonversi menjadi CMC melalui proses dari penelitian ini adalah meningkatkan kemurnian
alkalisasi dan karboksimetilasi. Menurut Pitaloka CMC hasil konversi dari limbah baglog TKKS
et al. (2015) kedua proses tersebut merupakan melalui peningkatan pemurnian kandungan α-
faktor yang akan menentukan karakteristik CMC selulosa menggunakan perlakuan NaOH 12%.
yang dihasilkan.
Menurut SNI 06-3726-1995, terdapat 3 Bahan dan Metode
karakteristik yang menentukan kualitas CMC, Pembuatan baglog
diantaranya: derajat substitusi, kemurnian, dan
viskositas. Berdasarkan karakteristik tersebut, TKKS yang digunakan dalam penelitian ini
Kualitas CMC terbagi menjadi 2, yaitu: [1] mutu I diperoleh dari perkebunan kelapa sawit PTPN VIII
yang dapat diaplikasikan pada industri makanan Kertajaya, Banten. TKKS direndam dalam air
dan farmasi; dan [2] mutu II yang diaplikasikan selama 3 hari untuk menghilangkan sisa minyak
pada industri tekstil, kertas, deterjen, dan pada serabut. Setelah itu, TKKS dicacah hingga
perminyakan. CMC dengan kualitas mutu I berukuran 2-3 cm kemudian dikeringkan dengan
mensyaratkan tingkat kemurnian mencapai 99,5%, cara dijemur. Komposisi media tanam jamur tiram
derajat substitusi 0,7-1,2 dan viskositas > 26 cP. dalam penelitian ini disajikan pada Tabel 1.
Tingkat kemurnian yang sangat tinggi ini menjadi Seluruh bahan baku dicampur hingga merata
tantangan dalam mengembangkan CMC mutu I. dan didiamkan selama 24 jam dengan kondisi pH
Pada penelitian sebelumnya (Dimawarnita & 6-7 dan kelembaban 50-60%. Kemudian campuran
Tri-Panji, 2018) CMC telah berhasil disintesis dari media tersebut dibentuk menjadi baglog ukuran 1
limbah baglog jamur tiram berbahan baku TKKS. kg. Baglog disterilisasi dengan autoklaf pada suhu
TKKS digunakan sebagai bahan baku karena 120ºC selama ± 2 jam, kemudian dikeluarkan dan
TKKS merupakan salah satu sumber selulosa yang didinginkan. Bibit jamur tiram putih (P. ostreatus)
melimpah, belum dimanfaatkan secara optimal, diinokulasi ke dalam baglog. Baglog diinkubasi
dan mengandung selulosa yang tinggi. TKKS hingga miselium jamur tiram memenuhi
mengandung 32,57% selulosa, 27,70% permukaan baglog. Siklus produksi jamur tiram
hemiselulosa, dan 26,49% lignin (Dimawarnita & berlangsung selama lima bulan. Setelah melewati
Perwitasari, 2017). Dalam memproduksi CMC masa produksinya, limbah baglog diproses lebih
dari TKKS, selulosa perlu dimurnikan dari lanjut menjadi selulosa dan CMC.
komponen lainnya melalui proses delignifikasi.
Dimawarnita & Tri-Panji (2018) melakukan proses Tabel 1. Komposisi setiap baglog
Table 1. Composition of each baglog
delignifikasi secara biologi dan kimiawi. Proses
delignifikasi secara biologi dilakukan dengan Bahan Bobot (g)
memanfaatkan golongan jamur pelapuk putih Composition Weight (g)
(JPP) yang termasuk ke dalam Basidiomycetes. TKKS 468,75
JPP menghasilkan enzim ligninolitik secara Serbuk gergaji 468,75
ekstraseluler yang mampu mendegradasi lignin Dedak 44,64
(Hattaka, 1994). Untuk membantu mendegradasi CaCO3 13,39
lignin pada TKKS, bahan ini dimanfaatkan sebagai TSP 4,41
campuran media tanam jamur tiram putih, yang Total 1000,00
juga merupakan JPP. Limbah baglog jamur tiram

96
Menara Perkebunan 87(2), 95-103

Pemurnian selulosa diencerkan dengan air suling. Sebanyak 50 mL


larutan ditambah 10 mL K2Cr2O7 0,8 N dan 80 mL
Selulosa diisolasi dari limbah media
H2SO4. Larutan diaduk 10 menit dan didinginkan
pertumbuhan jamur tiram putih menggunakan
dalam suhu ruang kemudian ditambahkan 500 mL
perlakuan NaOH 12% dengan perbandingan 1:2
air suling dan dititrasi dengan Na2S2O3. Kadar
(b/v). Proses ekstraksi berlangsung selama 1 jam
hemiselulosa dihitung menggunakan rumus
pada suhu 100ºC. Selanjutnya residu hasil
sebagai berikut:
ekstraksi disaring dan dicuci menggunakan
aquades hingga pH netral, kemudian dikeringkan. 7,5 (𝑉- − 𝑉. )𝑥𝑁
Residu hasil delignifikasi ditambahkan NaOCl 5% 𝑋= − 1 (2)
𝑊
dengan perbandingan 1:10 (b/v), kemudian
diinkubasi selama 3 jam pada suhu 30ºC sambil Dimana:
sesekali diaduk. Residu kemudian disaring dan X = kadar hemiselulosa (%)
dicuci hingga pH netral. Residu dikeringkan pada V1 = volume titrasi blanko (mL)
suhu 60ºC selama 24 jam dan dihasilkan serbuk V2 = volume titrasi filtrat (mL)
selulosa. N = normalitas larutan natrium tiosulfat
W = berat sampel uji kering oven (g)
Pembuatan CMC
Selulosa yang diisolasi dari limbah baglog Analisis kadar lignin
digunakan untuk pembuatan CMC. Sebanyak 5 g Analisis lignin dilakukan sesuai dengan
selulosa kering ditambah 100 mL isopropanol, Metode Klason dan SNI 0492: 2008. Sebanyak 2 g
dihomogenkan kemudian dipindahkan ke dalam sampel diekstraksi menggunakan campuran
gelas piala 500 mL sambil diaduk menggunakan alcohol dan benzene dengan perbandingan 1:2
magnetic stirrer. Sebanyak 20 mL NaOH 12% (v/v). Sebanyak 40 mL H2SO4 72% ditambahkan
ditambahkan tetes demi tetes ke dalam campuran ke dalam campuran, penambahan dilakukan
tersebut dan didiamkan selama 1 jam pada suhu perlahan-lahan dalam bak perendam pada suhu
25ºC. Sebanyak 7 g natrium kloroasetat ditambah 20ºC sambil dilakukan pengadukan dan maserasi
ke dalam campuran, kemudian campuran dengan batang pengaduk selama 2-3 menit. Setelah
dipanaskan pada suhu 55ºC selama 3,5 jam. terdispersi sempurna, campuran ditutup dan
Campuran selanjutnya dinetralkan dengan asam didiamkan pada bak perendam selama dua jam.
asetat 90% sampai pH 7. Residu dicuci dengan 100 Kemudian aquades ditambahkan kedalam
mL ethanol 70% sebanyak 4 kali, kemudian campuran sebanyak 1540 mL sehingga konsentrasi
disaring dan dikeringkan pada suhu 60ºC selama H2SO4 menjadi 3%. Setelah itu, dipanaskan selama
24 jam. 4 jam dengan api kecil. Kemudian campuran
Analisis kadar α-selulosa didiamkan selama 24 jam sampai lignin benar-
benar mengendap. Setelah itu, lignin disaring,
Analisis kadar α-selulosa dilakukan dicuci dengan air, dan dikeringkan menggunakan
menggunakan metode SNI 0444:2009. Prinsip uji oven pada suhu 105ºC. Kadar lignin dihitung
kadar α-selulosa adalah sebagai berikut. Pulp menggunakan rumus sebagai berikut.
diekstraksi dengan larutan NaOH 17,5% pada suhu
25ºC. Bagian terlarut yang terdiri dari selulosa beta 𝐴
𝑋= 𝑥 100% (3)
dan gamma dioksidasi oleh kalium dikromat 𝐵
kemudian ditentukan secara volumetrik. Dimana:
Sedangkan α-selulosa merupakan bagian yang X = nilai kadar lignin (%)
tidak larut. Kandungan α-selulosa dihitung A = berat endapan lignin (g)
menggunakan rumus sebagai berikut: B = berat sampel uji kering oven (g)
6,85 (𝑉- − 𝑉. )𝑥𝑁𝑥20 Analisis bentuk morfologi dengan Scanning
𝑋 = 100 − (1)
𝐴𝑥𝑊 Electron Microscopy (SEM)
Dimana: Analisis dilakukan dengan menggunakan alat SEM
X = kadar α-selulosa (%) untuk mendapatkan bentuk morfologi dari limbah
V1 = volume titrasi blanko (mL) baglog jamur tiram, selulosa, CMC, dan CMC
V2 = volume titrasi filtrat (mL) komersial. Sampel diletakkan dan ditempel di atas
N = normalitas larutan ferro ammonium sulfat SEM specimen holder dengan menggunakan
A = volum filtrat selulosa yang dianalisa (mL) dobeltip karbon dengan bagian penampang lintang
W = berat sampel selulosa kering (g) mengarah vertikal ke atas atau menghadap lensa
obyektif. SEM dioperasikan dengan standar
Analisis kadar hemiselulosa parameter operasi sebagai berikut: tegangan = 20
kV; ukuran titik = 50 dan jarak kerja setinggi 10
Analisis kadar hemiselulosa (pentosan) mm. Jarak 10 mm dipilih sebagai kompromi
dilakukan dengan metode SNI 14-1304-1989 terhadap setingan untuk akuisisi sinyal sehingga
menggunakan filtrat hasil uji kadar selulosa yang pendeteksian X-Ray dan pencacahannya optimal.

97
Peningkatan kemurnian selulosa dan karboksimetil selulosa (CMC) …………………….. (Dimawarnita et al.)

Identifikasi gugus fungsi dengan fourier transform terdegradasi oleh larutan alkali seperti larutan
infrared (FTIR) NaOH. Selain itu, proses ekstraksi yang
berlangsung pada suhu tinggi menghasilkan uap
Spektra inframerah dari struktur penyusun
panas yang membantu proses pengrusakkan
CMC direkam menggunakan spektrofotometer
struktur lignin (Nasrudin, 2012). Saat proses
infra merah (FTIR) yang beroperasi pada kisaran
delignifikasi, makromolekul lignin terurai menjadi
4000-400 cm-1. Sekitar 2 mg sampel CMC serbuk
molekul-molekul kecil yang membuatnya jadi
dicampurkan dengan 200 mg KBr standar
mudah terlarut (Chen & Wang, 2017). Reaksi yang
spektroskopi dan kemudian ditekan hingga
terjadi bersifat irreversible sehingga molekul-
membentuk pellet padat untuk kemudian dianalisis
molekul lignin yang telah rusak tersebut tidak
menggunakan FTIR.
dapat terkondensasi menjadi makromolekul lagi.
Analisis kisi kristal dengan X-ray diffraction Proses delignifikasi juga mempengaruhi
(XRD) kandungan hemiselulosa. Dalam larutan alkali dan
temperatur yang tinggi, aktivitas hemiselulosa
Sampel padatan yang akan dianalisis menjadi sangat meningkat sehingga sebagian
dihancurkan terlebih dahulu menggunakan mortar hemiselulosa menjadi mudah terdekomposisi dan
atau mill grinding. Setelah halus, serbuk tersebut
terlarut (Chen & Wang, 2017).
dimasukkan dalam tempat sampel XRD. Difraksi Konsentrasi NaOH yang digunakan dalam
diperoleh dari alat XRD yang dioperasikan pada
proses delignifikasi mempengaruhi jumlah lignin
pada 40 kV dan 40 mA menggunakan Cu sebagai
yang terdegradasi. Banyaknya lignin yang
sumber radiasi. Sudut scanning dari 0 sampai 90o. terdegradasi meningkat seiring dengan
Hasil dan Pembahasan meningkatnya konsentrasi NaOH yang digunakan.
Nasruddin (2012) memvariasikan konsentrasi
Ekstraksi α-selulosa dari limbah baglog jamur NaOH yang digunakan (2, 4, 6, dan 8%) dalam
tiram mendelignifikasi TKKS. Dari hasil penelitiannya
didapatkan penurunan kadar lignin terbesar
Proses ekstraksi selulosa dari 1 kg limbah diperoleh dari perlakuan menggunakan NaOH 8%.
baglog jamur tiram menghasilkan selulosa Dalam penelitian ini, proses delignifikasi
sebanyak 750 g. Kadar α-selulosa, hemiselulosa, menggunakan NaOH 12% pada suhu 100ºC
dan lignin dari selulosa yang dihasilkan disajikan selama 1 jam mampu mendegradasi dan
pada Tabel 2. Selulosa yang didapatkan dari hasil melarutkan seluruh lignin yang terkandung pada
delignifikasi menggunakan NaOH 12% limbah media tanam jamur tiram.
menunjukkan bahwa kandungan lignin sudah tidak
ada. Kemurnian α-selulosa sebesar 84,54% telah Carboxymethyl cellulose (CMC)
memenuhi syarat minimum >60% (Saputra et al., Proses alkalisasi dan karboksimetilasi dari
2014) untuk diproses menjadi CMC. Selain itu, 750g selulosa menghasilkan 500 g CMC. Hasil
kadar α-selulosa yang diperoleh ini lebih besar jika konversi CMC yang hanya sekitar 65% dari massa
dibanding dengan riset sebelumnya yang selulosa ini mungkin disebabkan oleh banyaknya
menggunakan limbah baglog dengan kandungan CMC yang ikut terbuang saat proses pencucian dan
TKKS 75% dimana diperoleh α-selulosa sebesar penyaringan. Adapun hasil karakteristik CMC
80,20% (Dimawarnita & Tri-Panji, 2018). Hasil ini yang diperoleh dalam penelitian ini dimuat pada
menunjukkan bahwa terdapat pengaruh kadar Tabel 3. Jika dibandingkan dengan CMC
NaOH terhadap tingkat kemurnian α-selulosa yang komersial dan CMC penelitian Dimawarnita dan
dihasilkan. NaOH 12% menghasilkan α-selulosa Tri-Panji (2018), CMC yang dihasilkan memiliki
dengan tingkat kemurnian yang lebih tinggi tingkat kemurnian tertinggi, yaitu 95,24%. Akan
dibanding menggunakan NaOH 10%. Tingkat tetapi, derajat substitusi dan nilai viskositas yang
kemurnian α-selulosa akan berpengaruh pada diperoleh cukup rendah, yaitu 0,17 dan 3 cP.
kualitas CMC yang dihasilkan. Semakin tinggi Sebaliknya, penelitian Dimawarnita & Tri-Panji
kemurnian α-selulosa yang dapat diekstraksi, maka (2018) menghasilkan CMC dengan tingkat
semakin baik pula kualitas CMC yang didapat kemurnian lebih rendah (73,4%) tetapi derajat
(Dimawarnita & Tri-Panji, 2018). substitusi dan viskositasnya memenuhi yang
Penurunan kandungan lignin yang terjadi disyaratkan SNI mutu I. Perbedaan karakteristik
disebabkan karena sifat lignin yang dapat

Tabel 2. Komposisi selulosa hasil ekstraksi dari limbah baglog jamur tiram putih
Table 2. Extracted cellulose composition from baglog waste of white oyster mushroom

No Parameter Metode Hasil Uji (%)


No Parameter Method Test result
1 α-selulosa SNI 0444 2009 84,54
2 Hemiselulosa SNI 14-1304-1989 14,85
3 Lignin SNI 0492: 2008 -

98
Menara Perkebunan 87(2), 95-103

yang diperoleh mungkin salah satunya disebabkan dapat tersubstitusi menjadi gugus karboksil
perbedaan karakteristik yang diperoleh mungkin sehingga derajat substitusi yang diperoleh lebih
salah satunya disebabkan karena perbedaan kecil.
konsentrasi NaOH yang digunakan saat proses Konsentrasi NaOH yang digunakan juga
alkalisasi antara penelitian Dimawarnita dan Tri- mempengaruhi nilai viskositasnya. Penelitian yang
Panji (2018) dan penelitian ini, yaitu: 10% dan dilakukan oleh Asi et al. (2017) menunjukkan
12%. bahwa konsentrasi NaOH yang melebihi dosis
Proses pembuatan CMC berlangsung melalui 2 optimumnya dapat menurunkan nilai viskositas
tahapan reaksi kimia seperti yang ditunjukkan dari CMC yang dihasilkan. Hal ini ada kaitannya
pada persamaan 4 dan 5 (Saputra et al., 2014). juga dengan nilai derajat substitusi yang menurun.
Pada tahapan pertama, perendaman selulosa dalam Derajat substitusi yang rendah menunjukkan
larutan NaOH berfungsi untuk mengembangkan bahwa lebih sedikit gugus hidrofilik yang tersedia
rantai-rantai selulosa dan memutus gugus-gugus sehingga kemampuan polimer untuk mengikat
kristal sehingga diperoleh kompleks alkali antar molekul air menjadi berkurang (Asi et al.,
selulosa. Tahapan berikutnya, alkali selulosa 2017).
direaksikan dengan sodium monokloroasetat Berdasarkan hasil karakteristik pada Tabel 3,
sehingga membentuk sodium karboksimetil CMC yang diperoleh dalam penelitian ini
selulosa (CMC). Dalam proses pembuatan CMC, memenuhi standar SNI mutu II untuk tingkat
terdapat pula potensi terjadi reaksi lain yang kemurniannya. Oleh sebab itu diperlukan
menghasilkan produk samping berupa sodium perbaikan proses agar kedepannya CMC yang
glikolat (Persamaan 6). Hal ini terjadi akibat reaksi dihasilkan mempunyai derajat substitusi dan
antara NaOH berlebih dengan sodium viskositas yang memenuhi persyaratan SNI 06-
monokloroasetat. 3726-1995.
Analisis morfologi selulosa dan CMC
menggunakan SEM
Bentuk morfologi serat TKKS dari limbah
baglog budidaya jamur tiram ditunjukkan pada
Hasil penelitian yang dilakukan oleh Jia et al. Gambar 1(a). Pada perbesaran 350x terlihat adanya
(2016) menunjukkan bahwa peningkatan dosis banyak lubang pada permukaan pada serat TKKS.
NaOH sampai batas tertentu dapat meningkatkan Lubang-lubang ini merupakan bekas tempat
nilai derajat substitusi. Akan tetapi, pemberian kristal-kristal silika yang menempel pada
NaOH yang melebihi dosis optimumnya permukaan serat kayu (Isroi et al., 2012). Hal ini
menyebabkan nilai derajat substitusi menjadi menunjukkan bahwa pemanfaatan TKKS sebagai
menurun. Hal ini disebabkan NaOH media tanam jamur tiram selama 5 bulan membuat
berkonsentrasi tinggi akan bereaksi dengan kristal-kristal silika banyak terlepas dari serat
natrium kloroasetat membentuk natrium glikolat TKKS. Gambar 1(b) menunjukkan morfologi
yang mengakibatkan proses inaktivasi selulosa hasil ekstraksi dari serat TKKS. Terlihat
monokloroasetat (Sunardi, 2017). Oleh karenanya, bahwa permukaan selulosa tampak halus yang
lebih sedikit gugus hidroksil pada selulosa yang menunjukkan lignin telah terdegradasi akibat
proses alkalisasi menggunakan NaOH 12%.

Tabel 3. Karakteristik CMC dari limbah baglog 50% TKKS, 75% TKKS, dan komersial
Table 3. Characteristic of CMC from baglog waste with 50% OPEFB, 75% OPEFB, and commercial
Standar CMC
Produk CMC
CMC srandard
CMC products
(SNI 06-3726-1995)
CMC limbah baglog
(75% TKKS)
CMC limbah baglog CMC
Mutu I Mutu II (50% TKKS) CMC from baglog komersial
No Parameter Uji
waste (75%
No Test parameter Grade I Grade II CMC from baglog Commercial
OPEFB)
waste (50% OPEFB) CMC
(Dimawarnita &
Tri-Panji, 2018)
1 Derajat Substitusi
0,7 - 1,2 0,4 - 1,0 0,17 0,64 0,50
Subtitution degree
2 Kemurnian (%) 99,50 65,00 95,24 73,40 92,45
Purity (%)
3 Viskositas (cP) > 26 < 26 3 43 22
Viscocity (cP)

99
Peningkatan kemurnian selulosa dan karboksimetil selulosa (CMC) …………………….. (Dimawarnita et al.)

Gambar 2a dan 2b menunjukkan hasil SEM delignifikasi, limbah baglog yang dianalisis
CMC yang disintesis dari TKKS limbah baglog menggunakan FTIR menghasilkan gambar dengan
dan CMC komersial. Berdasarkan gambar tersebut puncak-puncak tajam pada bilangan gelombang
dapat dilihat bahwa morfologi CMC yang berasal 600-1000 cm-1 (Gambar 3a). Hal tersebut
dari limbah baglog memiliki bentuk serabut, mengindikasikan bahwa sampel masih
sedangkan CMC komersial memiliki bentuk mengandung pengotor, kemungkinan dari
berupa kepingan-kepingan silinder. Perbedaan senyawa dari kelompok alkohol, alkin, alkana,
morfologi tersebut disebabkan oleh perbedaan aril, dan alkena.
ukuran partikel masing-masing CMC. Diantara puncak tersebut terdapat gugus
Sampel CMC komersial berbentuk serbuk fungsional -OH untuk selulosa, yaitu pada panjang
halus yang homogen sedangkan CMC limbah gelombang antara 4000-2995 cm-1 (Morán et al.,
baglog masih berbentuk gumpalan dan serabut. 2008). Sedangkan pada Gambar 3b, puncak yang
Untuk mendapatkan kualitas CMC komersial, dihasilkan lebih sedikit dan lebih landai. Puncak
salah satu faktornya adalah menghomogenkan selulosa -OH muncul pada panjang gelombang
ukuran bahan baku yang digunakan (TKKS). 3275,60 cm-1. Terlihat bahwa proses ektraksi
Misalnya, ukuran TKKS dibuat berbentuk serbuk selulosa dari limbah baglog berhasil
dengan ukuran 400-600 mesh. Dengan bahan baku membersihkan pengotor yang terdapat pada
yang homogen maka proses reaksi alkalisasi dan limbah baglog.
karboksimetilasi pada pembuatan CMC dapat CMC hasil konversi dari selulosa
berjalan optimal. dibandingkan dengan CMC komersial
menunjukkan adanya kemiripan (Gambar 4). Hal
Analisis gugus fungsi selulosa dan CMC dengan tersebut sesuai dengan tingkat kemurnian CMC
FTIR limbah baglog yang diperoleh yaitu sebesar
Identifikasi gugus fungsi menggunakan FTIR 95,24%. Puncak yang muncul pada FTIR CMC
meliputi limbah baglog, selulosa, CMC limbah pada puncak 4000-1640 cm-1 meliputi: gugus asam
baglog, dan CMC komersial. Sebelum proses karboksilat, aldehid, alkana, dan gugus aromatik.

a b

Gambar 1. Hasil analisis SEM: limbah baglog (perbesaran 350x) (a); Selulosa hasil delignifikasi NaOH 12% (perbesaran
350x) (b)
Figure 1. The Result of SEM analysis: baglog waste (350x magnification) (a); Cellulose from delignification using
NaOH 12% (350x magnification) (b)

a b

Gambar 2. Hasil analisis SEM: CMC limbah baglog (perbesaran 500x) (a): CMC komersial (perbesaran 200x) (b)
Figure 2. The Result of SEM analysis: CMC baglog waste (500x magnification) (a); commercial CMC (200x
magnification)

100
Menara Perkebunan 87(2), 95-103

Hasil ini menunjukkan bahwa CMC yang dipero- puncak intensitas yang muncul (Wahyuni &
leh pada penelitian ini telah menyerupai CMC Hastuti, 2012). Hasil analisis XRD pada CMC
komersial. limbah baglog dan CMC komersial menunjukkan
kemiripan puncak pada sudut 2θ = 25o (Gambar 5).
Analisis kisi kristal selulosa dan CMC dengan
Hal tersebut mengindikasikan bahwa CMC limbah
XRD
baglog yang dihasilkan mempunyai kristalinitas
Analisis dengan XRD dilakukan untuk yang setara dengan CMC komersial. Hasil ini
mengetahui kristalinitas suatu material. Teknik lebih baik jika dibandingkan dengan hasil
difraksi sinar X merupakan teknik umum yang penelitian sebelumnya (Dimawarnita & Tri-Panji,
dipakai untuk mengetahui karakteristik 2018).
kristalografi suatu material melalui puncak-

Gambar 3. Hasil FTIR limbah baglog (a); selulosa limbah baglog (b)
Figure 3. FTIR results of baglog waste (a); cellulose from baglog waste (b)

Gambar 4. Hasil FTIR CMC limbah baglog (a); CMC komersial (b)
Figure 4. FTIR results of CMC from baglog waste (a); commercial CMC (b)

Gambar 5. Perbandingan Hasil XRD CMC limbah baglog (a); dan CMC komersial (b)
Figure 5. Comparison of XRD results between CMC from baglog waste (a); and commercial CMC (b)
101
Peningkatan kemurnian selulosa dan karboksimetil selulosa (CMC) …………………….. (Dimawarnita et al.)

Kesimpulan Dimawarnita F & Tri-Panji (2018). Sintesis


karboksimetil selulosa dari sisa baglog jamur
Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan
tiram (Pleurotus ostreatus). Menara
dapat disimpulkan bahwa terdapat pengaruh
Perkebunan, 86(2), 96-106.
perlakuan menggunakan NaOH 12% dalam
meningkatkan kemurnian α-selulosa dan CMC Hattaka A (1994). Lignin-modifying enzymes
yang disintesis dari limbah baglog TKKS. from selected white-rot fungi: production and
Dibanding perlakuan menggunakan NaOH 10%, role from in lignin degradation. FEMS
kandungan α-selulosa yang diperoleh meningkat microbiology reviews 13(2-3), 125-135.
menjadi 84,54%. α-Selulosa yang kemudian
Heinze T & A Koschella (2005). Carboxymethyl
dikonversi menjadi CMC menggunakan NaOH
ethers of cellulose and starch – a review.
12% pada saat alkalisasi menghasilkan CMC
Macromol. Symp 223, 13-39.
dengan tingkat kemurnian sebesar 95,24%; derajat
subtitusi 0,17; dan viskositas 3 cP. Diperlukan Isroi, MM Ishola, R Millati, S Syamsiah, MN
perbaikan dan optimasi proses agar produk CMC Cahyanto, C Niklasson, & MJ Taherzadeh
yang dihasilkan mempunyai derajat substitusi dan (2012). Structural changes of oil palm empty
viskositas yang memenuhi standar mutu SNI. Hasil fruit bunch (opefb) after fungal and phosphoric
FTIR dan XRD menunjukkan bahwa karakteristik acid pretreatment. Molecules 17, 14995-15012.
CMC yang dihasilkan dari limbah baglog sudah
Jia F, H Liu, & G Zhang (2016). Preparation of
mendekati CMC komersial ditinjau dari gugus
carboxymethyl cellulose from corncob.
fungsi dan derajat kristalinitasnya.
Procedia Environ Sci 31, 98-102.
Ucapan Terima kasih Morán JI, VA Alvarez, VP Cyras & A Vázquez
Kami ucapkan terima kasih kepada Sdri Rina (2008). Extraction of cellulose and preparation
Nisrina atas sumbangsihnya dalam penelitian ini. of nanocellulose from sisal
Bpk Ir. Suharyanto, M.Si atas dukungan dan fibers. Cellulose, 15(1), 149-159.
arahannya pada penelitian ini sehingga penelitian Nasruddin N (2012). Delignifikasi tandan kosong
ini dapat berjalan dengan lancar. Juga kepada kelapa sawit dilanjutkan dengan hidrolisis
Badan Pengelola Dana Perkebunan Kelapa Sawit bertahap untuk menghasilkan glukosa. Jurnal
(BPDPKS) tahun 2016 yang telah mendanai Dinamika Penelitian Industri 23(1), 1-11.
penelitian ini sehingga dapat berjalan dengan
lancar sesuai output yang dijanjikan. Nur, R. (2016). Sintesis dan Karakterisasi CMC
(Carboxymethyl Cellulose) yang Dihasilkan
Daftar Pustaka dari Selulosa Jerami Padi. Jurnal Sains dan
Asi SA, M Mousavi, & M Labbafi (2017). Teknologi Pangan, 1(3), 222-231.
Synthesis and characterization of Pitaloka AB, NA Hidayah, AH Saputra & M
carboxymethyl cellulose from sugarcane Nasikin (2015). Pembuatan CMC dari selulosa
bagasse. J Food Process Technol 8(8), 1-6. eceng gondok dengan media reaksi campuran
Badan Pusat Statistik (2018). Buletin statistik larutan isopropanol-isobutanol untuk
perdagangan luar negeri impor. Februari 2019. mendapatkan viskositas dan kemurnian tinggi.
Diunduh dari Jurnal integrasi proses 5(2), 28-32.
https://www.bps.go.id/publication/download. Saputra AH, L Qadhayna & AB Pitaloka (2014).
[10 Juli, 2019] Synthesis and characterization of
Bono A, PH Ying, FY Yan, CL Muei, R Sarbatly & carboxymethyl cellulose (CMC) from water
D Krishnaiah (2009). Synthesis and hyacinth using ethanol-isobutyl alcohol
characterization of carboxymethyl cellulose mixture as the solvents. Int J Chem Eng
from palm kernel cake. Advanced in Natural Appl 5(1), 36-40.
and Applied Sciences 3(1), 5-11. SNI 0492:2008. Pulp dan Kayu-Cara Uji Kadar
Chen H & L Wang (2016). Technologies for Lignin-Metode Klason. BSN
Biochemical Conversion of Biomass. In: SNI 0444:2009. Pulp-Cara Uji Kadar Selulosa
Chapter 3- Pretreatment Strategies for Alfa, Beta, dan Gamma. BSN
Biochemical Conversion of Biomass.
Cambridge, Academic Press. SNI 06-3726-1995. Standar Mutu CMC. BSN.

Dimawarnita F & U Perwitasari (2017). SNI 14-1304-1989. Cara Uji Kadar Pentosan
Pemanfaatan tandan kosong kelapa sawit untuk Dalam Pulp Kayu. BSN.
produksi jamur tiram (Pleurotus sp.) dan enzim SNI 14-1304-1989. Cara Uji Kadar Pentosan
ligninase. Jurnal Mikologi Indonesia 1(2), Dalam Pulp Kayu. BSN.
100-108.

102
Menara Perkebunan 87(2), 95-103

Sunardi, NM Febriani, & AB Junaidi (2017). Wahyuni MS & Hastuti E (2012). Karakterisasi
Preparation of carboxymethyl cellulose cangkang kerang menggunakan XRD dan X
produced from purun tikus (Eleocharis dulcis). Ray PHYSICS Basic Unit. Jurnal Neutrino
AIP Conference Proceedings 1868 020008, 1- 3(1), 32-43.
8.

103

Anda mungkin juga menyukai