Anda di halaman 1dari 13

HUMANIKA Vol. 20 No.

2 (2014) ISSN 1412-9418


Dinamika Perkembangan Industri Kerajinan Tenun Troso Di Jepara
Alamsyah

DINAMIKA PERKEMBANGAN
INDUSTRI KERAJINAN TENUN TROSO DI JEPARA

Oleh :
Alamsyah
alam_mahir@yahoo.com
Jurusan Sejarah Fakultas Ilmu Budaya Undip

ABSTRACT

Troso Weaving is a craft industry which has a long existence. This weaving become an
economic supSRUW IRU 7URVR SHRSOH¶V OLIH DQG WKH VXUURXQGLQJ FRPPXQLWLHV $W WKH EHJLQQLQJ
the industry existence just become a side activity of the communities, which then develop into
economic foundation of the communities. It shows that Troso Weaving has given an
HFRQRPLF FRQWULEXWLRQ IRU PRVW RI WKH FRPPXQLWLHV 7KURXJK WKLV LQGXVWU\ WKH FRPPXQLWLHV¶
economic activity is more dynamic. From this activity, there are hundreds enterpreneurs and
craftsmen born and even thousands workers rely on their life in this sector. Thus, this industry
has develop rapidly and become one of Jepara District economic icon.

Keyword: Dynamics, development, industry, handycraft, Troso

I. LATAR BELAKANG DAN


PERMASALAHAN
Troso merupakan sebuah desa yang Atas dasar uraian di atas maka
terletak di Kecamatan Pecangaan permasalahan yang diangkat antara lain
Kabupaten Jepara. Desa ini terkenal pertama bagaimana latar belakang historis
dengan produk tenun ikat Troso eksistensi tenun Troso. Kedua bagaimana
(Monografi Desa Troso Tahun 2013). dinamika tenun Troso Jepara dari masa ke
Berdasarkan tradisi lisan menunjukkan masa. Ketiga bagaimana relasi antara
bahwa tenun ikat Troso sudah lama eksis pengusaha dan pekerja dalam menopang
dan berkembang hingga sekarang perkembangan tenun Troso. Tiga
(Wawancara dengan Sunarto, Agustus permasalahan tersebut yang akan diuraikan
2013). Bagi masyarakat Desa Troso, dalam pembahasan artikel tentang
menenun merupakan salah satu aktivitas Dinamika Perkembangan Tenun Troso di
ekonomi yang telah dilakukan secara turun Jepara.
temurun. Pada awalnya usaha kerajinan
tenun di Desa Troso merupakan kegiatan II. METODE
sampingan masyarakat yang bertujuan
Metode yang digunakan dalam
untuk memenuhi kebutuhannya sendiri.
PHUHNRQVWUXNVL ³'LQDPLND 3HUNHPEDQJDQ
Dalam perkembangannya, aktivitas
,QGXVWUL .HUDMLQDQ 7HQXQ 7URVR GL -HSDUD´
menenun ini menjadi mata pencaharian
adalah metode sejarah yang meliputi
masyarakat (Eko Punto, 1992: 20; Bappeda
heuristik, kritik, interpretasi, dan
Jepara, 2006: 68, wawancara dengan
historiografi. Heuristik adalah tahapan atau
Jamal, Pebruari 2013).
kegiatan menemukan sumber, informasi,
dan jejak masa lalu (Garraghan, 1946:

24
HUMANIKA Vol. 20 No. 2 (2014) ISSN 1412-9418
Dinamika Perkembangan Industri Kerajinan Tenun Troso Di Jepara
Alamsyah

Gottschalk, 1986: 32). Heuristik dilakukan Pemerintah Desa Troso, 2013: 4-7). Mata
terhadap sumber primer dan sumber pencaharian penduduk Desa Troso
sekunder. Sumber primer diperoleh dari bervariasi, namun didominasi oleh
dokumen desa dan hasil wawancara, baik kegiatan yang berkaitan dengan tenun ikat
dept interview maupun menggunakan Troso baik sebagai pekerja atau buruh,
Focus Group Discussion (FGD). pengrajin maupun sebagai pengusaha.
Wawancara dilakukan terhadap pengusaha Secara rinci mata pencaharian penduduk
dan perkerja tenun Troso. Adapun sumber dapat dilihat pada tabel di bawah
sekunder diperoleh hasil riset sebelumnya,
dan dari berbagai pustaka yang relevan. Tabel :
Studi pustaka digunakan sebagai studi Mata pencaharian masyarakat
komparasi dalam menjelaskan fenomena- Penduduk Troso Tahun 2013
fenomena yang sama atau memiliki No Mata Pencaharian Jumlah
kemiripan dengan obyek kajian penelitian, 1. Petani 395
tetapi berbeda lokasi ataupun periodisasi 2. Buruh Tani 516
waktunya. Setelah data diperoleh, lalu 3. Buruh/Swasta 3.867
dilakukan kritik terhadap berbagai 4. PNS 248
informasi dan sumber tersebut baik kritik 5. Pengrajin 435
internal maupun kritik eksternal 6. Penjahit 160
(Garraghan, 1946: 229; Herlina, 2008: 24). 7. Sopir 72
8. Pedagang/wiraswasta/pengusaha 468
Pasca dilakukan kritik sumber,
9. Karyawan Swasta 415
tahapan selanjutnya adalah melakukan
10. Peternak 44
interpretasi, yang merupakan penafsiran
11. Nelayan -
terhadap berbagai fakta yang telah 12. Montir 6
ditemukan supaya fakta tersebut saling 13. Kontraktor 2
mengkait dan dapat dibunyikan. Kejujuran 14. Dokter 5
interpretasi ini menjadi penting yang harus 15. TNI/Polri 5
dilakukan oleh penulis (Garraghan, 1946: 16. Tukang Kayu 1.365
321; Herlina, 2008: 40).Setelah data 17. Tukang Batu 1.613
terkumpul, dikritik dan dinterpretasi, maka 18. Guru Swasta 325
dilakukan rekonstruksi terhadap Dinamika Sumber : Pemerintah Desa Troso, 2013: 47
Perkembangan Industri Kerajinan Tenun
Troso di Jepara. Tahapan terakhir adalah Kondisi ekonomi masyarakat Desa
melakukan historiografi yang merupakan Troso cukup baik. Penduduk selain bekerja
tahapan penulisan dengan mennggunakan di sektor industri kerajinan tenun juga
proses seleksi, imajinasi, dan kronologi bekerja di sektor lain seperti pertanian,
(Abdullah, 1984: 92). peternakan, dan yang lain. Di sektor tenun
Troso, pada tahun 2012 jumlah unit usaha
III. PEMBAHASAN tenun mengalami peningkatan sekitar 80 %
3.1. Kondisi Ekonomi Masyarakat bila dibandingkan tahun 2006. Pada tahun
Troso 2012 unit usaha tenun mencapai 435 unit,
Jumlah penduduk Desa Troso yang sedangkan pada tahun tahun 2006 hanya
mencapai 19.513 jiwa merupakan potensi sekitar 235 unit (Bappeda-LPEB STIENU,
ekonomi bila diberdayakan. Dari jumlah 2006: 25; Pemerintah Desa Troso 2013).
usia produktif yang telah bekerja
berdasarkan mata pencahariannya
mencapai 8.003 jiwa atau sekitar 41 % dari
total jumlah penduduk (Monografi

25
HUMANIKA Vol. 20 No. 2 (2014) ISSN 1412-9418
Dinamika Perkembangan Industri Kerajinan Tenun Troso Di Jepara
Alamsyah

3.2. Deskripsi Historis Tenun Troso besar masyarakat, meskipun masih ada
Tenun ikat Troso merupakan suatu yang menjadikan aktivitas ini sebagai
industri kreatif yang mencerminkan pekerjaan sampingan.
kemandirian masyarakat. Industri kreatif Dari sisi teknologi menenun, dari
adalah industri yang berasal dari waktu ke waktu teknologi yang digunakan
pemanfaatan kreativitas, keterampilan, mengalami perkembangan. Pada tahun
serta bakat individu untuk menciptakan 1935 alat tenunnya masih sederhana
kesejahteraan serta lapangan pekerjaan berupa alat tenun gendhon atau Gedog.
dengan menghasilkan dan mengeksploitasi Pada periode 1940-an aktivitas menenun
daya kreasi dan daya cipta individu telah mengggunakan alat tenun Pancal.
(http://id.wikipedia.org/wiki/Industri_kreat Pada tahun 1956 hingga akhir abad ke-20
if). Di Jepara inilah tradisi industri kreatif alat tenun yang digunakan adalah Alat
seperti mengukir dan menenun telah ada Tenun Bukan Mesin (ATMB). Sejak akhir
cukup lama. Bila mendasarkan pada oral abad ke-20 hingga 2013 alat tenun yang
tradition, keberadaan tenun Troso digunakan didominasi oleh ATBM, alat
diperkirakan bersamaan dengan proses tenun semi mesin, dan alat tenun mesin.
Islamisasi pada masa kerajaan Mataram Tetapi alat tenun mesin jarang digunakan
yaitu sekitar abad ke-17. Di sisi lain, bila karena hanya bisa digunakan untuk
mendasarkan pada sumber Belanda dan membuat kain polos saja (Wawancara
hasil wawancara, eksistensi tenun sudah dengan Sunarto, Pebruari 2013;
ada sejak zaman Hindia Belanda, zaman http://st289154.sitekno.com/article/13949/t
Jepang, zaman orde lama, orde baru, enun-ikat-troso-karya-leluhur-
hingga orde reformasi (Alamsyah, 2012: yangditinggalkan.html, diunduh Januari
419). Tidaklah berlebihan bila kreativitas 2015)
masyarakat yang melahirkan diversifikasi Menurut Eko Punto (1992), pada
ekonomi yang berbasis soft skill ini telah tahun 1960-an banyak warga Desa Troso
eksis secara historis dan menjadi tradisi yang menenun sehingga aktivitas ini
masyakarat lokal Jepara dari waktu ke dipandang telah dimiliki turun temurun
waktu. oleh masyarakat di desa ini. Oleh karena
Algemeen Verslag memberitakan itu, sangatlah wajar bila warga desa Troso
bahwa aktivitas menenun di Jepara sudah merasa berkewajiban mengembangkan
ada sejak abad ke-19 (Algemeen Verslag kegiatan menenun. Menurut masyarakat
Residentie Jepara, 1831-1835). Aktivitas kegiatan menenun disamping menghasikan
ini memberi dampak menguntungkan bagi uang juga sebagai upaya menjaga tradisi
rumah tangga serta mendorong kegiatan kerajinan masyarakat (Eko Punto, 1992:
perdagangan meskipun dalam skala lokal 20; Bappeda Jepara, 2006: 68).
dan kecil. Kegiatan kerajinan pada masa itu
di Keresidenan Jepara belum diimbangi 3.3. Dinamika Perkembangan Tenun
dengan upah yang baik sehingga upah Troso
yang diterima pekerja masih rendah Kegiatan menenun di Desa Troso
(Fernando, 1996: 85). Pada awalnya, mengalami pasang surut. Masyarakat Troso
aktivitas kerajinan tenun di Desa Troso mulai intensif mengembangkan tenun pada
merupakan mata pencaharian sampingan tahun 1960-an. Produk yang dihasilkan
penduduk. Kegiatan kerajinan masyarakat berupa mori, lurik, dan sarung ikat.
desa hanya ditujukan untuk memenuhi Pembuatan tenun pada periode ini masih
kebutuhannya sendiri. Barulah pada PHQJKDVLONDQ SURGXN ³NDQWHW´ \DLWX WHQXQ
periode 1960-an, aktivitas tenun Troso ikat yang memakai sambungan tengah pada
menjadi mata pencaharian utama sebagian kain. Mereka membuat tenun ikat dengan

26
HUMANIKA Vol. 20 No. 2 (2014) ISSN 1412-9418
Dinamika Perkembangan Industri Kerajinan Tenun Troso Di Jepara
Alamsyah

PRWLI ³ORPSRQJ´ %DKDQ EDNX \DQJ jenis-jenis produk tenun. Upgrade


digunakan pada saat itu adalah benang kemampuan secara otodidak, pengetahuan
rayon. Pada tahun 1969 kegiatan produksi tentang teknologi, motif, maupun
tenun ikat Troso hanya melayani pemasaran, kemudian dibawa pulang dan
permintaan masyarakat lokal terutama disebarluaskan kepada masyarakat Troso.
sarung yang tengahnya disambung Kondisi yang positif ini akhirnya dapat
(Wawancara dengan Sunarto dan Ali diterima oleh warga Desa Troso, dan
Azhar, Januari 2013). mendorong munculnya kegairahan
Awal tahun 1970 dipandang sebagai masyarakat untuk memproduksi kain
masa sulit bagi eksistensi tenun Troso. tenun. Pengrajin mulai mengembangkan
Usaha tenun Troso yang dirintis jenis-jenis motif tenun yang baru seperti
masyarakat mengalami kebangkrutan tenun ala Bali, Sumba, dan Flores
karena hasil produksinya sulit dipasarkan. (Bappeda Jepara, 2006: 69)
Pemasaran hasil tenun ikat hanya dalam Perkembangan tenun ikat Troso
lingkup terbatas. Hasil tenun ikat berupa terjadi pada akhir tahun 1970-an. Pada
sarung hanya diminati pasar lokal Jepara periode ini, pengrajin tenun Troso mulai
saja. Pada periode ini, secara kuantitas melakukan kerja sama dengan pengrajin
produksinya melimpah atau over product, dari Bali. Perintisan kerja sama dengan
tetapi yang membutuhkan produk tenun pengrajin Bali dilakukan oleh tokoh
Troso tidak terlalu banyak. Dari sisi masyarakat Troso yang bernama Kusen.
permodalan, pengrajin tenun Troso juga Produk tenun yang dipesan oleh pengrajin
mengalami kesulitan karena tidak Bali mendorong dinamika pengrajin Troso.
didukung oleh perbankan. Kondisi ini Permintaan semakin banyak karena
membuat pengrajin sulit berkembang. PHQGDSDW ³OLPSDKDQ´ SHVDQDQ SURGXN GDUL
Akibatnya banyak masyarakat yang Bali. Mulai saat itu, tenun Troso
merantau ke luar daerah dengan berbagai berkembang agak pesat (Wawancara
profesi (Bappeda Jepara, 2006: 69; dengan Sunarto, dan Mulyanto, Januari
wawancara dengan Sunarto, Januari 2013). 2013).
Mereka melakukan migrasi atau boro ke Pada tahun 1988, perkembangan
daerah lain seperti ke Pekalongan, Klaten, tenun Troso didorong dengan adanya surat
dan ke Bali. Di Bali beberapa warga Troso edaran Gubernur Jawa Tengah nomor
mempelajari teknologi dan motif tenun ikat 025/219/1988 tentang pemakaian baju
yang ada di daerah Bali tersebut. Pekerja Tenun bagi Pegawai Negeri Sipil (PNS) di
dari Troso ini tidak hanya mengenal jenis lingkungan propinsi Jawa Tengah.
tenun dari Bali, namun juga mengenal Berdasarkan surat edaran tersebut, para
motif tenun ikat dari beberapa daerah PNS diwajibkan mengenakan produk tenun
sekitarnya seperti Sumba, Flores, dan pada setiap hari Jumat. Instruksi Gubernur
sebagainya. Sangatlah wajar bila pada ini sangat menolong para pengrajin
masa ini motif tenun banyak dipengaruhi sekaligus mengangkat sentra-sentra tenun
oleh motif Bali dan Sumba atau yang biasa yang ada di Jawa Tengah. Saat itu tenun
dinamakan motif Sumba. Interaksi warga Troso mencapai puncak popularitas dan
Troso dengan orang Bali inilah membuka pengrajin kewalahan melayani pesanan.
jalan bagi masyarakat Troso untuk Pada tahun 2000-an Bupati Jepara juga
menekuni kembali kegiatan tenun Troso membuat surat edaran yang substansinya
(Wawancara dengan Sunarto, Januari sama dengan surat Gubernur tersebut.
2013). Sinergi antara pemerintah Propinsi Jawa
Mereka menyadari bahwa Bali Tengah dan Pemerintah Kabupaten Jepara
merupakan pasar paling potensial bagi membuat aktivitas tenun meningkat pesat.

27
HUMANIKA Vol. 20 No. 2 (2014) ISSN 1412-9418
Dinamika Perkembangan Industri Kerajinan Tenun Troso Di Jepara
Alamsyah

Pada periode ini, produk tenun tidak hanya terkenal dengan sebutan Bom Bali II. Bom
berupa sarung, tetapi juga kain tenun dan Bali I belum memulihkan kondisi ekonomi
produk dari tenun lainnya. Adapun produk masyarakat Troso yang bergerak di sektor
tenun baju untuk kepentingan seragam tenun, disusul adanya peristiwa bom Bali II
pegawai terbuat dari jenis katun sehingga sangat berpengaruh terhadap
(Wawancara dengan Ali Azhar, Januari aktivitas tenun Troso. Hal ini disebabkan
2013). sebagian besar pengrajin tergantung pada
Pada tahun 1990, tenun Troso pesanan order dari pengrajin dan
mengalami perkembangan karena banyak pengusaha Bali. Produksi tenun ikat
permintaan. Pada tahun 1990-an, tenun barulah kembali bergairah mulai tahun
Troso mulai mengggunakan bahan yang 2006 saat permintaan dari Bali kembali
terbuat dari cotton, rayon, polyester, sutra, meningkat pesat hingga tahun 2014.
dan bahan yang diambil langsung dari alam Pasca terjadinya Bom Bali II, pada
(serat) (wawancara dengan Sunarto, akhir tahun 2005 Gubernur Jateng
Januari 2013). Pada tahun 1997, tenun membuat edaran soal kebijakan mengenai
Troso mengalami kemuduran karena pemakaian batik dan lurik bagi pegawai
terjadi krisis ekonomi di Indonesia negeri sipil (PNS) di seluruh Jateng pada
sehingga sebagian besar pengrajin gulung hari Kamis. Kondisi ini berdampak positif
tikar, meskipun tidak berhenti total. Pada terhadap pasar tenun ikat tradisional Desa
tahun 1998 tenun Troso kembali bangkit. Troso karena produksinya dapat naik
Pada tahun 1999 ada pengrajin yang hingga 100 %.
mampu bertahan dan sebagian besar (http://www.suaramerdeka.com/harian/0505
pengrajin mengalami kebangkrutan /17/eko12.htm). Kebijakan Gubernur Jawa
(http://www.suaramerdeka.com/harian/0407 Tengah ini juga diikuti oleh Bupati Jepara
/05/nas14.htm, diunduh Agustus 2014; pada tahun 2006 yang mewajibkan PNS di
Wawancara dengan Ali Azhar, Pebruari lingkungan kabupaten untuk mengenakan
2013 seragam batik pada hari Sabtu. Batik yang
Sejak tahun 2000, industri tenun diutamakan adalah produk lokal tenun
Troso sebenarnya sudah mulai bangkit. Troso.
Para pengrajin dan pengusaha banyak Pada bulan Agustus 2010 Gubernur
memperoleh order atau pesanan dari Bali. Jawa Tengah kembali mengkampanyekan
Namun situasi ini tidak berlangsung lama penggunaan seragam tenun lurik Troso
karena pada Oktober tahun 2002 terjadi untuk pakaian kerja PNS. PNS diwajibkan
peristiwa pengeboman di Bali (Bom Bali I) memakai pakaian tenun Troso pada hari
sehingga banyak produk yang dipesan dari Rabu. Pemakaian tenun lurik Troso
Troso ditunda atau dipending. Sebelum diharapkan mampu mengangkat produk
terjadi Bom Bali I, pesanan dari Bali lokal, menghidupkan perekonomian
cukup banyak. Pesanan dari Bali tersebut pedesaan, serta melestarikan kekayaan
sudah terlanjur dibuat oleh pengrajin local. Dukungan pemerintah ini turut
Troso. Namun dengan adanya peristiwa mendorong perkembangan Tenun Troso
Bali I, Produksi tidak diambil oleh (http://st289154.sitekno.com/article/13949/t
pengusaha Bali sehingga membawa enun-ikat-troso-karya-leluhur
pengaruh signifikan terhadap kegiatan yangitinggalkan.html; http//bajutenun
tenun Troso (wawancara dengan Sunarto, batik.wordpress.com/page, dikunjungi 20
Januari 2013). April 2014;
Kondisi tenun Troso diperparah http://m.suaramerdeka.com/index.php/read
dengan adanya pengeboman kedua di Bali /cetak/2010/01/29/97063).
pada bulan Oktober tahun 2005 yang

28
HUMANIKA Vol. 20 No. 2 (2014) ISSN 1412-9418
Dinamika Perkembangan Industri Kerajinan Tenun Troso Di Jepara
Alamsyah

3.4. Penopang Tenun Troso merupakan perusahaan perseorangan yang


3.4.1. Pengusaha dimiliki oleh Ahmad Zain Al
Muttaqinnama. Perusahaan ini berdiri sejak
Di Troso terdapat ratusan pengusaha
tahun 2010 dengan jumlah karyawan 10
dan ribuan pekerja. Pengusaha tenun Troso
orang. Jenis produk yang dihasilkan dalam
adalah mereka yang memproduksi tenun
bentuk kain tenun, sarung tenun dengan
sendiri atau tidak memproduksi sendiri
kapasitas produksi 270 potong. Bahan
atau mengumpulkan produk dari pengrajin
bakunya berasal dari dalam negeri dengan
atau pekerja kemudian dipasarkan ke luar
omzet penjualan per bulan Rp
kota atau luar negeri. Berdasarkan data dari
17.000.000,-. Adapun volume penjualan
Kadin Jepara, pada tahun 2014 jumlah
per bulan 240 potong dengan daerah
perusahaan tenun Troso sekitar 80 unit
pemasarannya dalam negeri. Perusahaan
usaha (Tim Kadin, Jepara Direktori Bisnis
³.UDMDQ 7URVR´ GLGLULNDQ WDKXQ
2013, Jepara, 2013). Namun tidak semua
dengan jumlah karyawannya 60 orang.
pengusaha yang bergerak di tenun Troso
Pemilik perusahaan ini adalah Diah yang
terinventarisasi. Masih banyak unit usaha
memproduksi jenis kain troso dengan
tenun Troso yang belum teridentifikasi.
kapasitas produksi 500 lembar. Bahan
Diperkirakan di lapangan masih banyak
bakunya berasal dari benang impor dengan
unit usaha tenun yang belum tercantum di
omzet penjualan mencapai Rp
direktori Kadin Jepara.
100.000.000,- perbulan dan volume
Selain inventarisasi perusahaan di
penjualan per bulan 500 potong.
atas, maka untuk memperoleh gambaran
Produknya dipasarkan di dalam negeri.
yang agak mendalam, beberapa unit usaha
H. Ahmad Da`in ini mempunyai
tenun diuraikan sebagai berikut.
SHUXVDKDDQ ³ *H-(U *DOOHU\´ \DQJ EHUGLUL
3HUXVDKDDQ SHURUDQJDQ ³$] =DKUD³ EHUGLUL
tahun 2005 dengan jumlah karyawan 35
sejak tahun 2000. Perusahanan ini dimiliki
orang. Produk yang dihasilkan antara lain
oleh Abdul Jabar. Dia mempunyai
kain troso dengan kapasitas produksi
karyawan 9 orang dengan memproduksi
10.000 meter. Bahan baku berasal dari
tenun Ikat. Kapasitas produksinya 200
impor (India) dengan omzet penjualan per
potong dengan menggunakan teknologi
bulan Rp. 50.000.000,-. Adapun volume
tradisional atau manual dan bahan bakunya
penjualan per bulan 4000 meter serta
dari benang katun serta Poliester. Bahan
pemasarannya adalah diekspor. Perusahaan
baku ini diperoleh dari dalam negeri.
³$VUL´ LQL PLOLN H. Masruri yang berdiri
Omset penjualan per bulan sekitar Rp.
sejak 1999. Jumlah karyawannya 23 orang
150.000.000,- dengan volume per bulan
dan produk yang dihasilkan berupa kain
sekitar 150 Potong. Daerah pemasarannya
tenun dengan kapasitas 170 potong. Bahan
lebih banyak di lokal Indonesia.
bakunya berasal dari lokal dengan omzet
3HUXVDKDDQ SHURUDQJDQ ³&LWUD
penjualan per bulan Rp. 28.000.000,-.
Legowo ´ \DQJ EHUGLUL WDKXQ
Volume penjualan/Bulan 140 Potong
Perusahaan milik Ahmad Syaifuddin ini
dengan daerah pemasarannya dalam negeri.
mempunyai karyawan 10 orang. Dia
H. Nor Rohmad merupakan pemilik
memproduksi kain Troso dengan kapasitas
³6HNRFL $QWLTXH´ \DQJ EHUGLUL GHQJQ
produksi 1.000 m. Teknologi yang
jumlah karyawan 15 orang. Jenis produk
digunakan adalah tradisional dengan bahan
yang dihasilkan kain Troso dengan
baku benang yang berasal dari lokal.
kapasitas 2.000 meter. Baku bakunya dari
Omset penjualan per bulan sekitar Rp
dalam negeri dengan omzet
20.000.000,- dengan volume penjualan per
penjualan/bulan Rp. 35.000.000,-. Volume
bulan 500 m yang dipasarkan di sekitar
penjualan/bulan 1000 meter dan
Indonesia. PerusahDDQ ³%XQJD 0HODWL´
29
HUMANIKA Vol. 20 No. 2 (2014) ISSN 1412-9418
Dinamika Perkembangan Industri Kerajinan Tenun Troso Di Jepara
Alamsyah

pemasarannya adalah lokal. H. Sairin ³6HNDU´ \DQJ GLPLOLNL ROHK ³Hadi


memiliki pHUXVDKDDQ ³$QHND :DUQD 6DPSXUQR´ Eerdiri 2000 dengan jumlah
%DWLN 6DODPDK´ \DQJ EHUGLUL WDKXQ karyawan 35 orang. Jenis produknya kain
dengan jumlah karyawannya 30 orang. dengan kapasitas produksi 1.500 meter.
Jenis produk yang dijual kain Tenun Troso Bahan bakunya dari dalam negeri dan
dengan kapasitas produksi 900 potong. impor. Omzet penjualan/bulan Rp.
Bahan bakunya lokal dengan omzet 50.000.000,-, volume penjualan/bulan :
penjualan/bulan Rp. 50.000.000,-. Volume 1.500 meter, dan pemasarannya dalam
penjualan/bulan : 200 potong dengan QHJHUL 3HUXVDKDDQ ³7XQDV +DUDSDQ´ LQL
pemasaran di dalam negeri. milik Hj. Masitoh yang berdiri 1985
H. Sumarlan Harnama merupakan dengan jumlah karyawannya 75 orang.
SHPLOLN SHUXVDKDDQ ³7HQXQ ,NDW 'HZL Jenis produknya kain dengan kapasitas
6KLQWD´ \DQJ EHUGLUL WDKXQ GHQJDQ produksi 30 meter. Bahan baku dari lokal
jumlah karyawan 120 orang. Jenis dan impor (Bandung & India). Omzet
produknya kaiin Ikat, Blanket, Sarung, penjualan/bulan Rp. 100.000.000,-,
Misris, Slayer Ikat dengan kapasitas volume penjualan/bulan 1.000 meter, dan
produksi : 2.500 potong. Bahan Bakunya SHPDVDUDQ GDODP QHJHUL 3HUXVDKDDQ ³1LOD
Cotton dari dalam negeri dan Impor. -XZLWD´ LQL PLOLN Kuntariono yang berdiri
Oomzet penjualan/Bulan : Rp. 1980 dengan jumlah karyawan 36 orang.
600.000.000, volume penjualan/bulan : Jenis produknya kain Katun dan Sutra.
2.000 potong, dan daerah pemasaran dalam Kapasitas produksinya 1.800 potong.
QHJHUL 3HUXVDKDDQ ³%H-'RQ¶W´ LQL PLOLN H. Bahan bakunya dari dalam negeri, omzet
Zaenal Abidin yang berdiri tahun 2000 penjualan/bulan Rp. 25.000.000,-, volume
dengan jumlah karyawan 20 orang. Jenis penjualan/bulan 1.800 Potong, dan daerah
produknya tenun Sutera dengan kapasitas pemasarannya dalam negeri.
produksi 1.000 meter, bahan bakunya 3HUXVDKDDQ ³$QJJUHN -D\D´ LQL
benang Sutera dari lokal dan impor. Omzet milik Rohani Syam yang berdiri sejak
penjualan/bulan : Rp. 110.000.000,-, tahun 1977 dengan jumlah karyawan 20
volume penjualan/bulan 1000 meter, dan orang. Jenis produknya Baron, Ikat,
pemasarannya dalam negeri. Perusahaan Blanket, Polos, Lurik, dengan kapasitas
³6HNRFL $QWLTXH´ LQL PLOLN H. Nor Rohmad 6.000 potong. Bahan bakunya Impor,
yang berdiri tahun 2005 dengan jumlah omzet penjualan/bulan Rp. 100.000.000,-,
karyawan : 15 orang. Jenis produknya kain Volume penjualan/bulan 2000 meter, dan
Troso dengan kapasitas produksi 2.000 pemasaUDQQ\D ORNDO 3HUXVDKDDQ ³/HVWDUL
meter. Bahan bakunya adalah benang dari ,QGDK´ LQL PLOLN Siti Zaetun dengan jumlah
dalam negeri. Omzet penjualan/bulan Rp. karyawannya 50 orang. Jenis produknya
35.000.000,-, volume penjualan/bulan kain tenun dengan bahan bakunya dai
1000 meter dengan pemasaran dalam lokal. Omzet penjualan/bulan Rp.
negeri. 100.000.000,-, volume penjualan/bulan
3HUXVDKDDQ ³$QHND :DUQD %DWLN 350 potong, dan pemasarannya di dalam
6DODPDK´ LQL PLOLN H. Sairin berdiri 1980 QHJHUL 3HUXVDKDDQ ³0XOLD 7XQJJDO´ LQL
dengan jumlah karyawan 30 orang. Jenis milik Syahidi Kemplur yang berdiri tahun
produknya kain Tenun Troso dengan 2010 dengan jumlah karyawannya 60
kapasitas produksinya 900 potong. Bahan orang. Jenis produknya kain tenun dengan
Bakunya dari dalam negeri, omzet kapasitas produksi 800 potong, bahan
penjualan/bulan Rp. 50.000.000,-, volume bakunya dari dalam negeri. Omzet
penjualan/bulan 200 potong, dan penjualan/bulan Rp. 125.000.000,-.
pemasarannya dalam negeri. Perusahaan Volume penjualan/bulan 150 Potong dan

30
HUMANIKA Vol. 20 No. 2 (2014) ISSN 1412-9418
Dinamika Perkembangan Industri Kerajinan Tenun Troso Di Jepara
Alamsyah

pemasarannya adalah lokal (Tim Dinas sangat cerah, merah misalnya. Biasanya
Koperasi, UMKM dan Pengelolaan Pasar pesanan-pesanan untuk daerah di luar Bali
Jepara, 2013) digunakan untuk seragam instansi-instansi
Para pengusaha pada dasarnya tertentu.
mempunyai kiat-kiat agar tetap eksis dalam Para pengusaha juga bekerja sama
menjalankan usahanya, baik pada saat dengan beberapa mall besar, di Jakarta,
krisis ekonomi tahun 1998 hingga situasi Semarang, dan mall di daerah yang lain
normal tahun 2014. Ketika krisis ekonomi untuk memasarkan produknya. Mereka
terjadi, pengusaha ada yang melakukan juga melakukan kerja sama dengaan
kerja sama dengan pihak konveksi dengan beberapa desainer dari Jakarta. Sebagian
cara menjahitkan kain hasil produksi kecil pengusaha memiliki showroom
dalam bentuk pakaian. Melalui model ini, sendiri yang digabung dengan tempat
pengusaha akan lebih mudah dalam produksi. Keberadaan showroom sangat
memasarkan produk di tengah krisis. Ada berpengaruh dalam peningkatan produksi,
juga pengusaha yang tetap bertahan dengan sebagai media pamer hasil produksi, dan
cara menaikkan harga jual tenun Trosonya, digunakan untuk melayani pembelian dari
jika pembeli tidak setuju maka barangnya para pengunjung.
tidak akan dikirim. Pasca krisis hingga Ada juga pengusaha yang
tahun 2014, para pengusaha mulai menggunakan strategi pemasaran unik dan
memperluas wilayah pemasaran yang sederhana. Jika tidak ada pemesan,
tidak hanya terfokus di Jakarta dan Bali pengusaha tetap memproduksi dan
tetapi juga ke daerah Lombok, menstok barang. Stok itu menurutnya pasti
Pekalongan, Solo, Jogja, Surabaya, akan laku karena motif yang dibuat sudah
Bandung, Kalimantan, Riau, Makasar, dibutuhkan untuk seragam instansi
Medan, dan luar negeri. Pasar tenun Troso tertentu, teutama diberikan kepada pegawai
di luar negeri antara lain ke Eropa, yang baru. Harga barang yang distok tidak
Malaysia, Singapura, dan Italia. Biasanya akan turun bahkan akan naik (Wawancara
mereka menginginkan barang yang dengan Rian Hidayat, Agustus 2014; Hj.
spesifik, yaitu panjang, tebal, dan besar. Hanim, Agustus 2014). Sistem pemasaran
Permintaan-permintaan konsumen yang pengusaha tenun sudah cukup maju, selain
spesifik biasanya diorderkan pada memanfaatkan berbagai pameran,
pengrajin binaan mereka atau dibuat oleh mencetak kartu nama, membuat tas khusus
pengusaha sendiri. Kebanyakan pemasaran untuk wadah belanjaan, mereka juga
produk tenun Troso didominasi ke daerah menggunakan media internet yang dapat
Bali. Hal ini terjadi karena telah ada menjangkau konsumen lebih luas. Pada
kerjasama dan hubungan baik yang sangat situsnya, dipamerkan berbagai produk
lama dengan Bali (Wawancara dengan Hj. unggulan yang sedang trend. Harga jual
Hanim dan Latif, Agustus 2014). kain tenun Troso bervariasi tergantung
Masing-masing pemesan biasanya bahan yang digunakan, motif, dan lama
sudah menetapkan motif dan warna yang pembuatan. Yang paling menentukan harga
harus dibuat. Misalnya untuk dipasarkan di adalah tergantung pada bahan baku yang
Bali, sebagaian besar motif yang dibuat digunakan (Wawancara dengan Hj. Hanim,
adalah motif Pagringsingan dengan Agustus 2014). Produk yang dihasilkan
berbagai warna yang lembut. Jenis produk selalu mengikuti kebutuhan pasar, trend
yang dijual juga bermacam-macam tidak pasar, dan pesanan dari pelanggan.
hanya kain untuk baju saja. Untuk pesanan Berkaitan dengan motif tenun, para
Sulawesi, biasanya motif sudah ditentukan, penusaha mengembangkan motif dengan
berikut dengan penggunaan warna yang berbagai ragam sekaligus selalu mengikuti

31
HUMANIKA Vol. 20 No. 2 (2014) ISSN 1412-9418
Dinamika Perkembangan Industri Kerajinan Tenun Troso Di Jepara
Alamsyah

perkembangan zaman sehingga disukai produksinya. Dengan model ini, maka


oleh konsumen. Motif yang dikembangkan pengusaha tidak mendapat pengaruh besar
ada yang sama dengan pengusaha lain dan terhadap perubahan dan gejolak bahan
ada yang berbeda sama sekali karena baku. Menurutnya, orang-orang Bali
dibuat sendiri. Selain membuat motif bisanya akan mencari motif yang sudah
sendiri, pengusaha juga menerima pesanan ada di katalog. Jika suka dengan motif
motif sesuai keinginan pemesan/ pembeli. tertentu dan ada pesanan banyak, maka
Motif yang dibuat mengikuti langsung dikirim ke pemesan (Wawancara
perkembangan dan kebutuhan pasar. dengan Hj. Hanim, Agustus 2014).
Inovasi-inovasi dan perpaduan dengan Masalah yang sering dihadapi
motif pesanan dari setiap daerah juga pengusaha selain pekerja adalah naiknya
memiliki andil dalam perkembangan motif harga-harga kebutuhan (pewarna), dan
tenun ini. Motif tenun Troso antara lain harga Bahan Bakar Minyak (BBM) yang
sarung (goyor), baju barong, kaos Barong, naik. Untuk pewarna biasanya naiknya
Kain Motif Sumba, motif SBY, motif mencapai 50 % bahkan mencapai 75% -
Sumba, dan motif-motif yang lain. Moitif 100% . Hal ini mengakibatkan tingkat
Sumba merupakan icon daerah Sumba pendapatan mengalami penurunan.
yang diproduksi secara massal di Troso Pengusaha mendapatkan bahan baku tenun
karena diminati dan menjadi booming. berupa benang katun yang diimpor dari
Motif ini pada tahun 2013 mulai India dan ada yang dari lokal. Benang
mengalami kejenuhan karena tebal dan katun dan rayon 50% didatangkan dari
tidak dapat dijadikan baju untuk seragam. Cina, 50% merupakan benang produk
Pesanan luar Jawa rata-rata motifnya lokal. Benang impor ini kualitasnya lebih
ditentukan oleh pemesan. Misalnya dari bagus dan halus dibanding benang katun
Bali rata-rata meminta dibuatkan tenunan dalam negeri. Biasanya benang produk
dengan motif khas Bali. lokal ini diperoleh di Bandung, Adapun
Sistem pembelian dalam jumlah benang sutera diimpor dari Cina. Cina
besar ada yang menggunakan cek dan ada terkenal sebagai produsen sutera terbaik di
yang cash. Bila menggunakan sistem cek dunia. Bahan baku sutera 100%
maka potensi ditipu tinggi karena sering didatangkan dari Cina. Benang sutra dalam
mendapatkan cek kosong. Oleh karena itu negeri tidak digunakan dengan alasan
sistem pembelian ada yang diubah menjadi kurang bagus dan proses penenunannya
pembayaran tunai yaitu ada barang- ada sulit. Bahan baku ini kebanyakan dikirim
uang. Namun untuk pemasaran di mall dari Surabaya melalui para importir.
berbeda. Di mall yang dihitung adalah Kesulitan dalam menggunakan benang
barang yang laku terjual saja, barang yang impor adalah para importir sering
tidak laku dikembalikan dan ditukar mempermainkan harga. Ketika pesanan
dengan produk baru. Produk yang tidak meningkat para importir langsung
laku dijual di mall kemudian di jual di menaikkan harga bahan. Zat pewarna tenun
daerah lain ((Wawancara dengan Rian berasal dari Jerman, Polandia, dan Cina.
Hidayat, Agustus 2014) Importirnya dari Jakarta tetapi produknya
Berkaitan dengan proses produksi, buatan Jerman. Jika terjadi kenaikan BBM
ada pengusaha yang hanya memproduksi biasanya barang akan disimpan dan akan
ketika ada pesanan dan ada yang tetap menunggu sampai barangnya naik. Di sini
memproduksi meskipun tidak ada pesanan. ada permainan harga, barang yang
Jika tidak ada pemesanan atau pesanan seharusnya dikirim ke Jakarta akan di
baru sepi, pengusaha jenis ini tetap simpan dulu sampai harganya ikut naik
memproduksi dan menyetok hasil (Wawancara dengan Hj. Hanim, Agustus

32
HUMANIKA Vol. 20 No. 2 (2014) ISSN 1412-9418
Dinamika Perkembangan Industri Kerajinan Tenun Troso Di Jepara
Alamsyah

2014; Wawancara dengan Ali Azhar, pengelolaannya memegang peranan


Januari 2013). penting. Meskipun memberdayakan
Beberapa contoh produk yang anggota keluarga, sebagai perusahaan yang
dihasilkan antara lain kain tenun ikat sehat maka semua tenaga yang dilibatkan
dengan berbagai motif, kain lurik, kain harus mendapat apresiasi yang layak dan
polosan warna-warni, kain tenun sesuai dengan kemampuan perusahaan.
dibatik.kain baju tree in one (sarung, sel, Menurut sebagian pengusaha, penggunaan
ndang, baju), kain sarimbit (untuk suami manajemen tradisional dianggap mampu
istri), sarung dan selendang (satu stel untuk mengatasi masalah yang selama ini
busana wanita), sarung, sajadah, berbagai ditangani. Bahkan menurutnya lebih
jenis dan ukuran syal baik untuk pria sederhana. Terutama dalam pengelolaan
maupun wanita, berbagai jenis kerudung, keuntungan, karena kalau ada keuntungan
selendang sutra, berbagai jenis dapat langsung dipakai untuk menambah
perlengkapan rumah tangga, seperti: kain maupun memperbesar modal. Selama ini,
selimut dengan berbagai motif dan ukuran bila antara modal yang dimiliki masih
kain korden, taplak meja satu set dengan lebih besar dari piutang perusahaan, maka
bantalan kursi, taplak dari akar wangi, baik keuangan perusahaan tersebut dianggap
ukuran besar untuk meja tamu maupun sehat serta tidak mengganggu modal yang
kecil untuk meja telpon, taplak dari lidi, dikumpulkan. Dengan demikian, sebagian
baik ukuran besar untuk meja tamu besar pengusaha menganggap bahwa
maupun kecil untuk meja telpon, hiasan pengelolaan keuangan dengan cara
dinding dari lidi, berbagai jenis dan ukuran manajemen tradisional lebih mudah. Hal
sarung bantal, tempat tissue, tempat magic ini terutama berkaitan dengan penambahan
com, Bantal, dan berbagai jenis pakaian modal dan keamanan keuangan
jadi untuk pria, wanita, maupun anak-anak. perusahaan karena yang memegang dan
Dalam hal manejemen, yang mengelolanya adalah pemilik perusahaan
dilakukan adalah mencatat semua sendiri (Wawancara dengan Jamal, Januai
transaksi dalam kegiatan usaha dan 2013).
memantau keluar-masuknya uang sekaligus
melakukan pemisahan antara uang 3.4.2. Pekerja
perusahaan dan uang keluarga. Pemisahan
Pada periode 1960-an hingga periode
keuangan ini penting terutama untuk
1990-an tenaga kerja tenun Troso berasal
menghitung seberapa sehatkah perusahaan
dari masyarakat desa Troso dan desa
tersebut. Hal perlu dilakukan karena
sekitarnya. Pada periode tahun 2000-an,
manajemen keuangan masih
termasuk pada tahun 2014 terjadi perluasan
memberdayakan peran anggota keluarga
perekrutan tenaga kerja. Tenaga kerjanya
untuk mengelolanya terutama adalah istri
berasal dari desa Troso, desa sekitar Troso,
dari pemimpin perusahaan tersebut, bahkan
berasal dari luar Kecamatan Pecangaan,
ada yang melibatkan semua keluarganya.
dari beberapa kecamatan yang ada di
Keluarga mengawasi hasil produksi dan
Kabupaten Jepara, bahkan berasal dari luar
ketenagakerjaan, menantu dan anak
Kabupaten Jepara. Pada umumnya tenaga
perempuan berada di showroom untuk
kerja direkrut berdasarkan sistem
membantu penjualan dan memberitahu
kepercayaan, mengingat pekerjaan ini
mana yang baik mana yang rendah
membutuhkan adanya kesepahaman antara
kualitasnya (Wawancara dengan Rian
Pengusaha dan dan pekerja. Kalaupun ada
Hidayat Agustus 2014; dengan Jamal
pekerja yang dari luar kota, biasanya tidak
Januari 2013). Dengan menggunakan
diperbolehkan untuk membawa perkerjaan
manajemen keluarga, maka kontrol dalam
setengah jadi dan menyelesaikannya di
33
HUMANIKA Vol. 20 No. 2 (2014) ISSN 1412-9418
Dinamika Perkembangan Industri Kerajinan Tenun Troso Di Jepara
Alamsyah

rumah. Cara kerja sama tersebut hanya dan pulang menjelang sore hari. Namun
dilakukan dengan pekerja yang berdomisili semenjak ada peminjaman alat tenun dari
di Troso, dan hal itu biasanya dilakukan pengusaha kepada pekerja di tempat
setelah melakukan cukup waktu dalam tinggal pekerja, maka pekerja menjadi
bekerja sama. Artinya sudah saling lebih ringan dan upah yang diterima lebih
memberikan kepercayaan (Wawancara banyak karena tidak terpotong biaya
dengan Ikram, Agustus 2014) transportasi (wawancara dengan Subiah,
Di Troso saat ini terdapat ratusan dengan Handiri, dengan Komsin, dengan
pengusaha denganAlat ATBM-nya sekitar Hamin, Agustus 2014; http://For-
5.000 unit. Sedangkan tenaga kerja yang Mass.Blogspot.Com/2011/03/Desa-Tedunan-
terserap sekitar 7.500 orang. Tenaga kerja Demak-Potensial.Html). Pekerja tenun
yang diserap oleh perusahaan tenun ini bekerja dengan model borongan. Para
dilakukan secara gethok tular. Proses pekerja ini mendapat upah mingguan.
perekrutan tenaga kerja dilakukan tanpa Kebanyakan pekerjanya adalah para remaja
melalui proses test formal. Maksudnya, yang putus sekolah, wanita, dan orang tua.
biasanya anak-anak kecil yang masih (http://st289154.sitekno.com/article/13949/t
sekolah baik di SD, SMP, maupun SMA enun-ikat-
itu bermain-main dengan alat tenun yang trosokaryaleluhuryangditinggalkan.html;
ada di rumahnya karena orang tuanya Http://For-Mass.Blogspot.Com/2011/03/Desa-
memiliki pekerjaan sambilan sebagai Tedunan-Demak-Potensial.Html).
penenun. Ada yang suka membantu ngelos Seperti halnya di tempat kerajinan
benang, mencoba menenun, atau bahkan yang lain, penyediaan tenaga kerja
memperhatikan cara menggambar dan merupakan hal yang sulit pada saat ini. Hal
proses pengikatan serta pewarnaan. Pasca ini dapat terjadi karena tenaga kerja yang
pulang sekolah, anak ini ikut membantu sudah terampil biasanya melepaskan diri
orang tuanya, sehinggaa setelah mereka dari majikannya untuk dapat menjadi
lulus sekolah biasanya mereka ikut pada pengusaha mandiri meskipun hanya kecil-
indung semang orang tuanya, atau pada kecilan saja.
orang lain (wawancara dengan Ikram, Ada pula perusahaan yang seluruh
dengan Subiah, dengan Handiri, dengan tenaga kerja adalah tetangganya sendiri.
Komsin, dengan Hamin, Agustus 2014) Masing-masing tenaga kerja itu memiliki
Selain pekerja tenun berasal dari spesifikasi sendiri-sendiri di dalam
Troso dan dari kecamatan di sekitar Jepara, pekerjaannya. Ada yang tugasnya ngelos
banyak juga pekerja yang berasal dari benang, menggambar, mengikat,
Demak, Pati, Jepara, Rembang, mewarnai, hingga menenun. Biasanya
Pekalongan, Pemalang, Tegal, dan Lasem. proses produksi khususnya menenun
Biasanya mereka bekerja di industri tenun dibawa pulang oleh masing-masing
Troso karena ada saudaranya atau pegawainya. Setelah akhir minggu, yaitu
tetangganya yang pernah bekerja di Troso, hari Kamis sesudah jam 15.00 mereka
sehingga mereka tertarik untuk berbondong-bondong menyetorkan hasil
melakukannya. Saat ini tenaga kerja pekerjaannya sekaligus meminta upah atas
merupakan permasalahan utama pada hasil kerjanya. Para penenun setiap minggu
perkembangan industri pertenunan di bisa menenun hingga 6 hingga 7 potong
Troso. Banyak tenaga kerja unggul yang kain bermotif, masing-masing dengan
diperlukan, akan tetapi SDM yang tersedia panjang 2,5 m. Pekerja yang menenun
tidak seperti yang diharapkan. Pada kain polos akan lebih cepat selesai
awalnya, Pekerja industri tenun Troso yang sehingga per hari bias menyelesaikan
berasal dari luar desa Troso berangkat pagi sekitar 10 m. Untuk harga upah pekerja

34
HUMANIKA Vol. 20 No. 2 (2014) ISSN 1412-9418
Dinamika Perkembangan Industri Kerajinan Tenun Troso Di Jepara
Alamsyah

tergantung dari jenis kerumitan motif. tenaga desain dengan waktu 1.5 jam sekitar
Untuk jenis kain super yang harganya Rp. 40 ribu. Tenaga desain ini membutuhkan
400.000,- per meter, pekerja mendapatkan keahlian khusus dan jumlah pekerja yang
upah Rp. 80.000,- per potong kain. Untuk mempunyai keahlian ini terbatas sehingga
kain bermotif, pekerja mendapatkan upah upahnya menjadi mahal. Setiap Jumat,
Rp. 50.000,- untuk penenun laki-laki, dan para pekerja libur dan showroom sebagian
upah untuk penenun wanita sekitar Rp. besar tutup (Wawancara dengan Sholihul
30.000,-. Adapun untuk menenun kain Huda, Januari 2013).
sutera, upah pekerja tergantung dari
kehalusan hasil tenun. Ada empat varian IV. SIMPULAN
harga upah sutera, yaitu Rp. 25.000,-; Rp. Tenun Troso adalah industri
40.000,-; Rp. 60.000,- dan Rp. 70.000,- kerajinan yang lebih dekat ke arah usaha
(wawancara dengan Subiah, dengan kecil. Hampir semua kegiatan usaha tenun
Handiri, dengan Komsin, dengan Hamin, Troso dikelola oleh pemiliknya. Pada tahap
Agustus 2014; Wawancara dengan perintisan usaha, jenis usaha ini mengalami
Sunarto, dengan Jamal, Pebruari 2013). kesulitan mencari modal dari bank. Baru
Upah untuk pekerja juru gambar jika setelah berkembang, pinjaman dari bank
permintaannya sedikit justru mahal akan mudah diperoleh. Hampir sebagaian
harganya karena dikerjakan secara manual. besar pengusaha dan pengrajin lemah
Akan tetapi kalau jumlah permintaannya dalam pembukuan. Biasanya tidak
banyak justru murah, karena proses melakukan pembukuan dengan tepat atas
pengerjaannya hanya diblat (dicopy) saja, transaksi yang dilakukan. Selain itu
tidak dikerjakan satu satu. Seorang juru manajemen dikelola oleh pemilik. Yang
gambar biasanya tidak hanya melayani menjadi pengelola adalah individu yang
seorang pengusaha atau seorang induk mempunyai hubungan dengan pemilik.
semang saja, akan tetapi karena Semua kontak bisnis dan transaksi hanya
kepandaiannya itu, ia bisa memenuhi dia yang mengetahuinya.
beberapa permintaan juragan tenun. Secara historis, tenun Troso mampu
Demikian pula dengan tukang ikat dan bertahan dalam situasi apapun dengan
celup warna. Mereka biasa mendapatkan berbagai upaya yang dilakukan. Pemasaran
borongan untuk segera menyelesaikan produk tenun telah merambah sebagian
sebuah pesanan sehingga benang segera besar kota-kota besar di Indonesia dan
dapat ditenun. Untuk pesanan-pesanan sudah mampu menembus pemasaran luar
khusus seperti itu, para juragan harus negeri. Sistem pemasaran menggunakan
merogoh kocek yang cukup dalam karena showroom, via telpon dan hp, via intenet,
harus memberikan upah tambahan dan via facebook, via website, dan media online
ongkos lembur bai pekerja. lainnya. Dengan berbagai kreasi pemasaran
Biasanya para pemesan itu sudah tersebut, tenun troso Troso hingga tahun
memberikan motif yang harus dibuat serta 2014 telah membuat ekonomi masyarakat
warnanya. Dengan hanya berbekal gambar semakin dinamis dan sebagian besar
sketsa sederhana, seorang juru gambar masyarakat terlibat dalam proses ekonomi
akan dapat menerjemahkan gambar itu ke ini. Eksistensi tenun ikat troso menjadikan
dalam benang untuk ditenun menjadi kain ekonomi masyarkat berkembang menuju
yang indah. Upah bagi tenaga laki-laki ke arah yang lebih baik.
sebesar 38.700 per hari. Adapun upah bagi

35
HUMANIKA Vol. 20 No. 2 (2014) ISSN 1412-9418
Dinamika Perkembangan Industri Kerajinan Tenun Troso Di Jepara
Alamsyah

DAFTAR PUSTAKA

Arsip
Algemeen Verslag Residentie Jepara, 1831-1835
Monografi Desa Troso Tahun 2013

Buku dan Jurnal


Abdullah, Taufik. 1984. Ke Arah Penulisan Sejarah Sosial Daerah. Jakarta. Direktorat
Jarahnitra Proek IDSN
$ODPV\DK ³.UHDWLYLWDV (NRQRPL 0DV\DUDNDW /RNDO GL .HUHVLGHQDQ -HSDUD´ 'DODP
Jurnal Paramita V0l. 23, N0.1 ± Januari 2013 Terakreditasi B. Semarang: Unnes
Alamsyah, 2012. Dinamika Sosial Ekonomi di Keresidenan Jepara 1830-1900, Disertasi S3.
Bandung : Universitas Padjadjaran.
Bapeda Jepara-LPEB STIENU Jepara. 2006. Identifikasi dan Pengembangan Sentra Kawasan
Produksi di Kabupaten Jepara Tahun 2006 : Draft Laporan Sementara. Jepara.
)HUQDQGR 05 ³*URZWK RI 1RQ $JULFXOWXUDO $FWivities in Java in The Midle Decades
RI WKH 1LQHWHHQWK &HQWXU\´ GDODP Modern Asian Studies , Vol. 30, No.1 Cambridge
University Press
Garraghan, Gilbert J. 1946. A Guide to Historical Method. New York: Fordham University
Press
Gottschalk, Louis. 1986. Mengerti Sejarah. Terjemahan Nugroho Notosusanto. Jakarta: UI
Press
Hendro, Eko Punto. 1992. Ketika Tenun Mengubah Desa Troso. Semarang.
Herlina, Nina. 2008, Metode Sejarah. Bandung: Satya Hisorika.
Tim Dinas Koperasi, UMKM dan Pengelolaan Pasar Jepara, 2013. Profil Usaha Mikro Kecil
dan Menengah Kabupaten Jepara 2013. Jepara: Dinas Koperasi, UMKM dan
Pengelolaan Pasar.
Tim Kadin Jepara, 2013. Jepara Direktori Bisnis. Jepara: Kadin
Online
http://st289154.sitekno.com/article/13949/tenun-ikat-troso-karya-leluhur
yangditinggalkan.html, dikunjungi Januari 2015
http://www.suaramerdeka.com/harian/0407/05/nas14.htm, dikunjungi Agustus 2014
http://www.suaramerdeka.com/harian/0505/17/eko12.htm). dikunjungi Agustus 2014
http://st289154.sitekno.com/article/13949/tenun-ikat-troso-karya-leluhur-
yangitinggalkan.html; dikunjungi Agustus 2014
http//bajutenun batik.wordpress.com/page, dikunjungi April 2014
http://m.suaramerdeka.com/index.php/read/cetak/2010/01/29/97063) dikunjungi April 2014
http://For-Mass.Blogspot.Com/2011/03/Desa-Tedunan-Demak-Potensial.Html dikunjungi
April 2014
http://st289154.sitekno.com/article/13949/tenun-ikat-troso-
karyaleluhuryangditinggalkan.html, dikunjungi April 2014
http://For-Mass.Blogspot.Com/2011/03/Desa-Tedunan-Demak-Potensial.Html, dikunjungi
Agustus 2014
Kementerian Perdagangan RI. 2008. Definisi Industri Kreatif. Dikunjungi dari
http://id.wikipedia.org/wiki/Industri_kreatif, April 2012.

36

Anda mungkin juga menyukai