Anda di halaman 1dari 16

vourG t TA}t .

l 2014 lsst{ 2407-2468

SEMINAR NASIONAL E
CALL FOR PAPER

PLURALISME
r ai"l EKONOMI DAN PENDIDIKAN

rn
The Le6rning
Unavoraity
InI'SAIE(ONO}C PBAAIGAAN
FA(LT S E(Oi{Ot{I
u{IVHSIT S tCeB[ MALANC
NopElE2014
Ptu idng ?furattene Dahm EFonomi Dan ?enti.di.fran ISSN 2{7-2468

KEARIFAN LOKAL PADA INDUSTRT KERAJINAN


KAIN TENUN SUTERA DI KABUPATEN WAJO

Inannr

ABSTRAX
Industri Kcrajinan f.ain Tcnun Sutcra n€npalan salah satu kesrifan
lotal Suru Bugis yang b€md.a di r.abupeten Wajo. Kaio lcnun sulcra menjadi
tEb6ssae tl4yuztat Busn y{rs d.hulu ha F disr@la ohn kabnsB
ban8sawan. Narnun s.iriDg waktu s.rDakin modem. kini sutela dapal diqulaLr
oleh semur kalangan. Sutera m€xrjsdi werisan leluht t yang keberadaannya hatus
dilestarilsn oleh gcrErasi s€lanjutnF nElalui pros€s belajardalam lingku"Snl
kelurgs. N nun pada perkcmbangsnnya" kain tenun sutera m€ndapal aanrangan
ddam pmscs produksi dan teknologi industri yang l€bih maju deng.n padat
rnodal. Koodisi ini rneniadi dilcmatis brgi industri sarunS su!€n bugis lokal
s.bar.i up.F $rekssrikan b!d.y. d.6 slavltl kck$ite ghbal (induslti
nodem} Tulisan ini b€nujurD utrtut mendeskip€ilsn hisoris indusbi t€'rjin n
tain renuo sutera b6gj oasysrat l bugiswrjo yrng mEnjadi idertilar budrF
lotal yans hrus dilesrarika4 m€lalui proses belajar drlam lioskunsm keluarsa
yarg mengandung s€jumlah pengetahu$ uDtut digur*an men8antisip€si
tonrangan-tant ngan Fng muncul bail int€rnal maupun ekslenul dalam
inleraksi nanusia dcngar lingkungann)a.

K.y word: K€aritu lrtd, IrdI3Ei K.r.jimn frin T.flun SuL[!, Pro!.s
Pemb€hjaradalam Lingf ungan Kch,Igx

PENDAHULUAN manusia salgat besar pengaruhnya


unfuk mempertahankan dan meles-
Budaya nasional timbul tarikan suatu kebudayaan.
sebagai budi daya rakyat untuk Salah satu aset budaya
mempertinggi derajat kemanusiaan. baogsa Iodonesia yang perlu
Kebudayaan tidak dapat dipisshkan dilestarikan dan dikembangkad ada-
dari manusia, karena manusia lah kerajinan kain tenun sutem di
sendirilah yang menciptakan Kabupater Wajo. Wajo adalah salab
kebudayaan sehingga mereka disebut satu kabupaten di Sulawesi Selatan
sebagai makhlukffiudaya. Dalam yarg terkenal sebagai daerab peng-
kaitamya dengan masalah kebu- hasil kain sutera Bugis yang cukup
dayaarl Sumaatrnadja (2000: 16) potensial. Kabupaten Wajo terletak
menegaskan bahwa Kelebiban sekitar 242 kilometer di sebelah
manusia dari makhluk-makhluk timur laut Kota Makassar. Pertenu-
hidup lainnya adalah manusia nan di kota yang mempunyai julukan
dikaruoiai akal pitir?D yarg sebagai '.Kota Sutera" merupakan
berkembang dan dapat dikem- industri rumah tangga yang
bangkan, manusia dapat mendidik bertumbuh-kembang dan bcrevolusi
diri sendiri, dan secara sengaja ia secara masif yang metrguasai hajat
dapat juga dididik,sehingga kemam- hidup sebagiao besar masyarakat di
puan intelektualnya semakin Kabupateo Wajo.
berkonbang. Oleh karcna itu, karya
Alanat Korespondensia:
Imnr\,, M.Pd, Do6e. Falultas Ekonomi Universjtas N eri Mak ssar
E MaiI ina.unm@gmail.com
255 | Inanna

Industri kerajiaan tenun panjang yang be.evolusi bsrsama-


Sutera di Kabupaten Wajo sama mas).arakat dan lingkungann).d
merupaka[ salah satu usaha yang dalam sistem lokal yang sudah
diwariskaa turun-temunm secaxa dialami bemama-sama. Proses
t'adisonal. Pada awfiya usaha evolusi yang begitu patrjangdan
kerajinan tenun sutera masih berupa mel€kat dalam masyarakat dapat
kegiatan sampingan yang bertujuan menjadikan kearifan lokal sebagai
untuk memeouhi kebutuhan seodiri. sumber orergi pot€nsial dari sistem
Namun kini indust kemjinan rakyat pengetahuao kolektif masyaiakat
itu berkembang medjadi sentra- untuk hidup bcrsama sccara dinamis
sentla (clwter) industri kecil. dan damai.
Kerajinar hi diarahkar uotuk Kearifan lokal pada hdustri
membuat prdut yang dapat tenun s-utem tidak terlepas drri
digunakan unhrk memenuhi kobutu- budaya Dasyarakat kreatif yang lelah
haD masyamkat dao sekaligus dijadi- b€rlaogsung cukup lama.
kan sebagai mata pencahariao pokok, Ketegantuogan masyarakal pada
terurana bagi masyarakat pedesaan sektor ini begitu tinggi baik
yang memiliki hnah garapan kurang pengusah4 pengrajin dan pekerja
subur atau sama sekdi tidat ehingga industsi tenutr sutera
memitiki tanah gatapan- merupakan pusat ekonomi masya-
Industri tenun sutem rakat di Labupaaen Wajo. Keajinan
mempakan pusat akivilas ekodomi tenun suteE merupakan benfuk
masyarakat lang berbasis pada industri kreatif yang mencerminkar
kearifan lokal. Soebadio dalam kemandtian masyarakat. Industri
Ayahohaedi (1986:,{Hl) menga- krcatif adalah industri yang berasal
takan bahwa kearifan lokal (local dari pelnanfaaran heativitas, kete-
genius) adalah identitavkepribadiar rampilao serta balat individu untuk
budaya bangsa yang menyebabkan menciptakan kesejahteraan serta
bangsa tersebut mampu mcnyemp lapangan pekdaan dcngan meng-
dall mengolah kebudayaan asing hasilkan dan mengeksploitasi daya
sesuai watak dan kemampuaD kEasi dan daya cipta individu
ss iri. I Kctut Gobyah Thiam (Definisi industri krcatif oleh
(http://www-balipos.co.id), Kementerian Pcndagalfan RD. Akti-
mengatakan bahwa kearifanlokal vitas ekonomi masyakat lokal, yang
adalah kebenaran yang telah saat ini menjadi iodustri kreatif
me radisi atau ajeg dalaosuatu merupakan salah satu Potensi
daerah.Kearifan lokal terbeDtuk ekonomi bagi masyarakat dan
sebagai keunggulan budaYa masYa- pernerintah di Kabupaten Wajo.Pada
rakat setempat mauPuo kondisi dasamya industri kreatif adalah
geografis dalam artiluas. Kerifan kelsojutantadisi kreativitas ekonomi
lokal merupakan produk budaya masya!'akat sehingga dapat
masa lalu yang patut secasterus- teride[tiflkasi secan historis ter-
menerus dijaditan pegarg8. hidup. masut nilai-nilai budaya Yang
Meskipun nilai lok8l tetapi nilai yang melatarbelakangi kehadiran industri
te*andung di dalatmya dianggap kreatif teBebut. Oleh karena ihr
satrgat universal. Kearifan lokal untuk keberlanjutan usaha dan
merupakan peogetahuan yang eks- penerusan nilai-nilai budaya lokal
plisit yang muncul dari Periode lang ada pada masyarakat, maka

Protiding urafismc Dahfi *onomi Ddn ?endi.tri-Qan


Kearilan tokal... | 57

menjadi suatu keharu-san untuk stratEgi dari suatu kota alau wila)'ah
memb€laja*an kepada anak-anak untuk membuat positioning Yang
gererasi selartutnya dalam ling- kuat di dalam benak target pasar
kunga[ keluarga yang mengandung merek4 sepeni layaknya positioning
sejuo ah pengetahuan u{hrk meng- sebuah produk atau jasa sehingga
hadapi masalah-masalah yang rerkait kota dapat dikenal secara luas baik
dengan interaksi malusia dar regional maupun global (Pontoh,
lingkungatr sekitamya. 201l:4).Tujuan dsri peoulisan ini
Kegiatan ienun sutera )arrg adalah untuk mendeskripsikan
dilakukan olch mas,'arakat di historis industri korajinankaintcnun
Kabupaten wajo. Dalam proses sutera sebagai warisan budaya lokal,
p€ngembanga.nya masih mengalami proses pelestrrian budaya dalam
Magai tantangan baik faktor lingkungan keluarga, dan tantangan
intemal yang bcrsumber di dalam kain sutsra Wajo.
diri individu atau kelompok (sumber
daya matrusia) yang berla askan METODE PENELITIAN
pada sistem hubungan sosial yang
berlaku dalam masyarakat maupun Pendekatan yang dapat
faho. ekstemal yang bersumber dari diguoakan dalam mengtaji kearifan
lingkungan fisik (sumbe. daya lokal pada Industri Kerajinan Kain
lingkuogan) yang mempengaruhi TeDun Suteia di Kabupaten Wajo
pros€s tumbuh dan b€rtahannya Propinsi Sulawesi Selatan adalah
industri ini. IGrena itu keputusa[- pedekatan kualitatif detrgao metode
keputusanmasyarakat menyesuaikan analisis deskiptif.(Miles& Huber-
diri ternadap faktor ekstemal yang man; 1994, Moleong, 2014).D.ra
dapat dipandang sebagai suatu yang dapat dihasilkaD berupa kata-
benhtk mekanismeperubahal. Dalam kata tertulis yang dianalisis secara
hal ini unsur-unsur intemalnya msional. Prosedur pemecahan
tidakdapat s€penuhnya terlepas, masalah dilalokan berdasarkan
namun diwamai oleh uosur-unsur- pemikiran, penguDatan, dan wawan-
ektemal yang lelah menyebabkan cara lalgsung dengan para peng-
munculnya b€ntuk sisl€m pereko- usaha peograjin dalt
instansi
nomian yang semakin kompleks. p€morintah dan swasta Fng terkait
Adaptasi ekonomi sebagai dengan kegiatan industri kerajinan
suatu b€ntuk sikap ketert utan kain tenu[ sutera serr4 didukug
masyarakat menunjukkan bahwa dengatr studi literatur.
nilai-nilai budaya lokal mempunyai Pernilihan informan dilaku-
keterkaitan dengankernampuan daya katr dengan teknik purposiYe
saing industd lokal untuk mampu sampling dan snowballing sampling.
bertahan di €ra globalisasi. Keter- Dalam pemilihan informan, teknik
bukaan kepada pasar yang lebih purposive sampling dan snowballing
lu&steBebut telah mendorong sampling digunakao secara belsarna-
Kabupafen Wajo menerapkan suatu atr.
benfuk strategi pernasaran menyam-
paikan kekuatan kompelisi deogan
.elevaosi kota dengafl pemberian
citra kota atau city brunding.City PEMBAHASAN
branding dapal dikatakan sebagai

lssN 2407,2468
258 | Inanna

l. Dcskriptif Hirlortu B[d.Yr antara hasil tenun ters€bul, terdapat


Mencnun Prd! M$y.rrkrt Bugls- juga untuk kebutuhan Pelayaran,
Wrjo misalnya kail layar perahu (Kartiwa,
Paia ahli sejarah memper- 2007). Bshan tenun awalnYa
kirakan bahwa kebudayaan menenun diperoleh dari s€rat bataog pisafl8
awalnya dikenal pada kurang lcbih dan serat nenas. Kemudian mereka
5000 SM di daerah Mesopotamia dan metrgenal kapas yang dipilih sendiri.
Mesir yaDg kemudian tersebar ke Sementara b€nang sutera baru di
daerah Eropa dafl Asia termasuk di kenal di Nusantara pada abad ke 15-
lndoncsia. Menurut Pclras (2006) 16, kctika pedagang-pedagang dari
keterampilan menenun adalah luar membawa benang sutem.
keterampilan lokal yang dimiliki Menelusuri jejak sejarah
oleh nenek mo)€ng berbagai etiis di pertenunan Wajo, maka Tosora
Nusantara termasuk ctnis Bugis- meruapakan ruang yang tidak dapat
Makassar yang kemudian diperka)€ diabaikan. Diyakini oleh orarg wajo
dengan adanya interaki antara India bahwa pertenunan di Wajo
dan Cina. Keterampilan Menenun sebagaimana yang ada sekamng ini
adalah semacam local genius yang bermula dari Tosora, kemudia
dimiliki oleh etnis Bugis (Nawawi meoyebar ke berbagai tempat di
dan Custahi, 2002). waio. Hal ini berdasarkafl sejarah
Geldem (dalam Kahdar, bahwa Tosora mcrupakan lbu kola
2009) mengemukakan bahwa kerajaan Wajo pada masa lalu
kebudayaan menorun bagi masya- sehingga aktivitas ekonomi berpusat
rakat Bugis sudah dijalankar sejak di Tosora (IJmbaran Berita Sejarah
abad ke-13. Fenomena tersebut Lisan. Nomor 9 Maret, 1982).
dibuktikan dsngan adanya anefak Kegiatan menenun sebagai
bahan pakaian yang terbuat dari kulit Uoduk kebudayaan pada masa awal
kayu yang ditemukafl sekitar abad kemunculannya diperuntukkan bagi
ke-13 di wilayah Bugis. Hal ini kepenti.gan upacara adat dan
diperkuat dengan hasil penelitian k€rajaan, karena itu adalah rasional
Pel.as (2006) yang menernukan jika dikatakaa Tosor. meopakan
bahwa keterampilan beneoun meru- pusat perte[uoan pertama di Wajo.
pakan salah satu sumber penghasilan Fenomena tersebut sejalan dengan
orang Bugis pada masa kerajaan, temuan Maxwell (2003) bahwa kain
termasuk kerajaao Wajo. tetrur Asia adalah salah satu bentuk
Kemjaao Wajo berdiri pada seni yang paling kuat dan menarik.
tahun 1436. Kegiatan meoenun di Kain tcnun memainkan peran
Wajo sudah ada sejak abad ke-13. penthg dalam kehidupan pokris
Tenun mulai berkembadg pada abad upacara adat dan agama dari rakyat
ke-15 pada saat islam masuk di Asia selarna berabad-abad. Setelah
Sulawesi Selatan. Orang Wajo pada penghancuEn Tosom oleh pasukan
awalnya menenutr untuk memenuii kerajaan Bone kemudian ibu kota
kebutuhatr di lingkungan keluarga- kerajaao Wajo dipindahkan ke
Kain sarung dibuat untuk dipakai Sengkang (knbaran Berita Sejardh
sehari-hari, keoudian menghadiri Lisan. Nomor ll Maret 1985).
upacara adat, misalnya perkawinan Detrgan demikian perpindahatr ibu
dan kenduri. Para penenun menja- kota kerajaatr Wajo di masa lalu
lankan aktivitasnya di rumah. Di diikuti dengan perpindahan pusat

P.rd,ill4 ?ho,afis-rne Dahn X^onomi Dan ?edidifian


Kearilan tokal... | 259

aktivitas ekonomi, termasuk pertenu- petrgaman dalam meDunjang


nan. Kola Sengkang sebagai ibu kota ekonomi keluarga pada saat pen-
Kabupaten Wajo telah berkernbang dapatan suami sebagai petani tidak
menjadi pusat usaha industri/ cukup memenuhi kebutuhan
p€rdagangan kain tenun suteia keluarga.
Pcncnun di Kabupaten Wajo Pada tahun l95l terjadi
dalam kegiatan produksinya mellg- revolusi dalam hal pe,rggunaan alat
gunakan tiga macam alat tenun, yaitu t€nun di kalangan masyarakat Bugis
alat tenun gedogan, Alat Tenun pada umumnya dan masyarakat
Bukan Mesin (ATBM) dan Alat Wajo pada khususnya. Hal ini
Tenun Mesin (ATM). Pengraunaan ditandai dengan digunakamya Alal
alai teoun Gedogan oleh masyamkat Tenun Bukan Mesin (ATBM) dalam
setempat dimulai sejak abad ke-13 kegiatsn pertenunan. Wajo mem-
atau s€jak adanya kerajaan Wajo pakan salah satu dacrah di Propinsi
sampai pada saat ini. Alat ienun Sulawesi SelataD yang pertama kali
gedogan (bahasa lokal: tennung menggunakal Alat TeDutr Bukaa
wali<la) adalah alat tenun tradisional Mesin. ATBM masuk ke Wajo
yang semua pe.alatann ya digerakkan dibawa oleh dua orang sahabat yaitu
oleh tangan manusia. Alat tenun ini Akil Amin datrIbmhim Daeng
terseba, ke berbagai pelosok pedesa- Maffapi. Keduanya merupakan
an dan biasan)€ digunakan oleh ibu- p€dagang antar pulau yang sering
ibu rumah tangga dan para gdis bolat-balik Makassar Surabya.
desa. Kain yang dihasilkan dari alat Keduanya membeli ATBM di
terur gedogan ini lebih banyak wilayah Cresik Jawa Timur, dan
dalam bentuk sarung y,ang dalam membawanya ke Wajo sokaligus
bahasa lokal disebut dengan membawa tenaga tcknis dari Gresik
'Sabbe". Model alat tenun gedogan yanS akan menjsl.nkan ATBM dan
,sng digunak& di Wajo tormasuk sekaligus mengajarkan masyarakat
alat tenun berpen)€ngga belakang, Wajo menggunakan ATBM.
bentuknya mirip dengal alat tenun Pengguaaan Alat Tenun
berkeliling disambungkaD, walau Bukan Mesin (ATBM) di Kabupat€n
benang lungsinya tidak bersambung. Wajo semakin berkembang sejak
Hampir semua wilayah kecamatan di tahun 1965 melalui seordng tokoh
Wajo ditemukao penenun gedogan. perernpuan ,ang juga seorang
Sampai tahun 2012 terdapat 5ll3 balgsawan Bugis bcrnama datu Hj.
alat tenun gedogan. (Dinas Koperasi, Muddariyah Petta Balla' Sari. Beliau
Usaha Mikrc, Kecil dan Men€ngah mendata.gkan ATBM tersebut dari
dan Perindustian Kabupatetr Wajo Thailand sekaligus medatangkan
tahun 2012. diakses llNopember seseorang yaog akan mengajarkan
20r4). penggunaan alat tenun tersebut
Kegiatan tenun gedogan oleh kepada masyarakat di Kabupaten
masyarakat di Wajo, umumnya Wajo. Berkat prakarsa Datu Hj.
dilakukaa oleh kalangan percmpuan Muddariah Petta Balla'Sari (Rarreng
sebagai bagian tr"adisi yang diwaris- Tua Wajo) inilah s€hingga memacu
kan secam tunm temunrn dan ketekunafl dan wawasan kEativitas
mendatangkan keuntungao ekotromi. masyarakat dan pengrajh tenun
Kegiat& tenun gedoogatr bagi gedogan )/alrg laimya uotuk
masyarEkat Wajo merupakan katup mengembangkan kegiatan pertnunan

tssN 2407-2468
260 | Inanna

di Ksbupaten Wajo denga[ Dominannya peng$maao ATBM di


mengadopsi ATBM tersebut Kecamatan Tanasitolo tidak terlepas
(Armayani, dklq 2009). Para gadis- dari banyaknya kalangao pengusaha
gadis desa diparggil ke rumah Petta tenul yang berasal dari wilayah
Balla'Sari unnrk belajar meog- tersebut-Prduksi sutera mengalami
gunakan ATBM. Dengan semakin peningkatan setelah penggunaan
bany"k gadis yarg pintar ATBM. Sistem teDun gedogatr yang
menggunakao ATBM, maka sernakin masih tradisional meoggunakan alar
teNeba ah pcnggunaan ATBM alat yang sangat sederhana.
dalam kegiatan pertenunan di Sedangkao pada sistem ATBM
masyarakat Wajo. Pada awalnya walaupun belum menggunakan
ATBM di Wajo hatrya memproduksi mesin sebagai pendukung pertenunan
kain saruDg Samarilda yang ters€but, rmun sudah mulai
bedentuk kotak-kotak. sejak tahun mengarah pada pengelolaan ),ang
1980-ar ATBM mulai memprcduksi semakin cepat. Umumnya Penenun
balo mattelnoog (corak tegak lurus), yang menggunakan ATBM mampu
bahkan dalam perkembangan menghasilkan kain tenun 4-8 metcr
selanjutnya sudah mulai tiap hari.
mempoduksiberbagai jetris kain Mernasuki awal tahun 2004,
yang lebih bervariasi seperti motif terjadi modemisasi alat perteounan.
tekstur polos, selendang, Hal ini ini dir.ndai masuknya Alat
perlengkapan pakaian, assessoris Tenun Mesin (ATM) yzng dibeli
rumah, hotel, rcstauran, kantor, dan salah seorang peDgusaha teoun asal
lain-lai[. Kegiatatr produksi penenun Wajo yang bemafta Haji Arifuddin
yang morggunakan ATBM dewasa dari seorang pcngusaha terun yang
ini lebih berdasarkan pada ada di Majayala Jawa BaBt.
permintaaan pasar atau seleE Sejumlah besar ATM dibeli oleh
koosurnen. Penenun A'IBM mem- Haji Arifuddin seharga kurang lebih
produksi kain sutem maupun kain Rp. I milyar. Gejala masuknya ATM
non sutem. Gambara[ mengerBi di wilayah Wajo mirip dengan
persebaran penggunaan ATBM, baik masu.knya ATBM yaitu kalangan
yang memproduksi kain tenun sutera pengusaha tenutr Wajo membawa
maupun non sutera diKabupaten peralatan tenun sekaligus mernbawa
Wajo tendapat l9l4 tetrun ATBM teoaga teknis dari Jawa yang akan
(Dinas Koperasi, Usaha Mikro, Kecil meojalar*an alat lenun ters€but
dan Mercngatr dan Perindustrian s€kaligus mengajarkan kepada
Kabuparen Wajo tahun 2012. diakses penduduk lokal cara-cara meng-
l3 Nopcmber 2014. operasikan ATM ten€but.
Kegiat2n p€rtenumn ATBM Pe[ggulaan kdiga alat tenun
di lkbupaten Wajo lebih dominan tersebut telap hidup berdampingan
berada di Kecamatan Tanasitolo dalam satu kawasan karena
dengan jumlah ATBM untuk sutera modemisasi alat tenun tidak
dan non sutem sebaryak 1.012. mematikan alat tenun tradisional.
Sokitar 75 % dari jumlah ATBM Alat tenun tradisional tetap masih
tersebut dimiliki oleh kal&gan digunakan oleh sebagian masyarakat
pengusaha teou[ di Wajo, sedaoglan di lGbupated wajo
sisanya dimiliki oleh peneDun Kain teDun sutera terus di
ATBM skala rurnah tangga. wilayah Wajo terus mcngalami

Pfttua ?tua-fisme Datarn faonomi Dan ?endi.tiian


Kearifan tokal... | 1

perkemba[gan yang ditandai Marcrial benang sutera Yang


denganbesamya psrmintaan masy- umumnya digunakan ialah benaag
arakat, baik regional maupun sutera Bomblx Mori Linnaeus yalg
macanegam. Kain sutera banyak di dipintal taqan dan mesin. Selain
ekspor ke nega.a Citra, Indiq b€nang suter4 umumnya pe[gajin
Thailand, Singapura dan Malaysia. juga morggunakan benang emas dan
Hal ini memacu masyarakat urtuk b€nang perak untr* mernbentuk
metrggiatkan industri kerajinan tenun ragam hias. Serat sutcra mentab
dengan melalukao hovasi terhadap harus kemudiao diolah agar siap
produksi mcreka sehingga pengrajin ditenun. Adapun urutan pengerjaan-
pertenunafl Sutera tidak hanya n,'a iatah sebagai beikut:
menghasilkan kain sarulg tetapi l) Mappatunmg, yakni
sudah mampu memprodutsi produk menggulungkan semt ke 6do-
kain lain scperti kain motif lekstu bulo al,I.t gelendong, dengiaIt
dalam bentuk kain putih dan wama, banfuarl.rorireng dan ganra.
maupun kain yang di tenu deogan Roweng i ah tempat serat
memadukan benang Suter:a dengan sewaktu akan dipindahkan ke
bahan serat lainnya sehingga bulo-bulo, agar tidak kusut. Alat
memberikar banyak pilihao bagi ini tertuat dad kayu datr bambu.
para peminat produk sutera. Sentra Sen]frntata ganra (sernacam alat
kerajinan sutra di Wajo telah iar,tra), atan oppolireh, ialah alat
menyediakan berbagai macam motif untuk memindahkan benang dari
kain sutra dan b€rkualitas tinggi. roweng ke bulo-bulo. Ganra
Motif kain sutra produksi daerah ini biasanya teduat dari kayu.
ada dua yaitu motif tradisional dan 2) Mangemp€, yakni
motif non-tradisional. Motif tra- menggabungkaa alau mera.gkap
disional at u yang lebih dikenal seral yang sudah dipisahkao
deogan molif Bugis ini terdiri dari dzlun bulo-bulo. Penggabungan
motif sobbi, balorinni, baliare, cobo, ini bertujuan untuk memperbesar
serta motif yang menyerupai ukiran- lembaran benang (memperbesar
ukiran Toraja. Sedatlgkarl motif non- ukuran denier). Dalam tahap ioi
tradisional tediri dari motif batik, bsnarg digintir agar jalinaonya
bergaris-garis, bergambar dan payet. lebih kuat, juga dcngan bantuan
Kerajinan kain tenun sutera garlra.
di wilayah Wajo telah memberikan 3) Maggatti danmakkajuneng,
identitas bagi Kabupaten Wajo memindahkan benang dari Drla-
sebagai Kota Suter:a yang merupakan bulo kembali ke roweng, agar
hasil krcatifitas budaya lokal yang benang kembali oedadi
harus tetap dilestarikan- Pemberian gulungan besar sehingga mudah
citra kota atau city branding dimasak dan diwamai.
menrpakan suatu strategi pemasaran 4) Pemasakan dan Pemutihan
kain tenun sulera lokal utrtuk mampu (degumming don bleaching\.
bertahan di era globalisasi. Proses pemasakan bertujuan
ulfut membuang serisin y,ang
2. Pro36 Pembu.t n K.in Tenun tcrkandung dalam bsnang suter4
Sutem agar benang lebih halus (tidak
o. Pengohhan Berlatrg kaku) dan wama mudah terserap.
Sementara pemutihan dilakukan

lssN 2407 2468


252 | lnanna

untuk meng-hasilkao b€nang bubuk sejenis erionit, bazis ("at


sutem yang putih bersih sehingga warna asam), sena makrcn/indah.
setelah dicelup wama dapat Pewama-pewama sintesis ini
terlihat lebih cerah. Untul proses didatangkan dari pulau Jawa, dan
pemutihan, pengajin umumnya dibeli olch pengajin dari toko
hanya menggunakan rinso, sabun ataupun tcngkulak setempat.
tan9ar. al4J.Mojang draa. Setelah Proses pewarnaan ialah tahap
diolah menjadi benang, sutera yang penting dalam l.aogkaiatr
siap dicelup wama. Prcses kegiatan pertenunan sutera di
pemintalan tidak umum Kabupaten Wajo, karena wama
dilakukan oleh pencrajin sangat menentukatr &lam pemben-
tenuftm. Para peograjio tenuEn tukatr ragam hias. Kecuali tenunan
sutera ini biasarya hanya sutem untuk waju ponco' yaflg baru
menggunakan berung j"di diwamai setelah sel€sai ditenun dan
sehingga mercka tidak perlu dijahit. Pros€s p€warnaan dapat
mengolah benang dari serat dilakukan dengan dua car4 yakni
sutem mentah lagi.Karena, para celup dan colet. Proses pencelupan
pengmjio tenunan ini memegang wama juga terbagi lagi dalam dua
tegui sebuah kons€p sedeahaDa cara, yakni celup pams dan celup
yakni membiar*an setiap orang dingin. celup panas ialah proses
hidup damai dengan rejekinya pewarn&rn benang mclalui
masing-masing. Jadi meskipun pemasakan, dan cclup dingin tidak
mercka mahir menenul mercka melalui proses pemasalan (cukup
tidak bemiat untuk mempelajari d€ngal air hangat). Penggunaannya
cam p€mintalan benang ini dapat ditentukan dari jenis
sehingga s€tiap penduduk pewarna yang akan digunakan,
memiliki kesempataD unhrk maupun intensitas wama lang ingil
memperoleh rejeki. Harmonisasi dihasilkan. Umumnya bila ingin
inilah yang juga dinilai sebagai menghasilkan waina tua/gelap,
salai satu modal dasar pedgrajin menggunakan cara celup
bnaha[nya te[unan sutera di paoas. Dan sebaliknya, jika wama
Kabupaten Wajo- yang diingiokan alah wama-wama
mudrpastol, p€ngrajin menggunak.m
b. Pro36 Pewrmaan cara celup dingin.
Sebelum masuknya pewama Pengraiin juga meng-
sintesis di IGbupaten Wajo, gunakan cara celup ikat, di mana
pengnjin menggunatal pew&na bagian-bagian benang ),ang tidak
alam seperti eksfak daun jati, pohon ingin diwarnai terlebih dulu diikat
cendan4 dan daun ,ix. Proses ultuk merifltatrgi lvarna sehingga
pewamaan kemudian mulai terbetrtuklah ragam hias. Cara ini
berkembang dengan penggunaan dapat dilakukar baik pada benang
pewarna sintesis. Pengrajh lebih lutrgsi (tenun ikal lungsi), benang
memilih pewama sinlesis kareoa pakan (renun ikat pakan), m.upun
lebih mudah dan lebih wama )arg pada keduanya.Sementara cara colet
dihasilkar l€bih terang. Pewama dilakukan dengan merlgoleskary'
sintesis yallg umum digunakan oleh mengisi pewama langsung pada
pengrajh tetrunan suteE di bagian-bagian benang ],ang ingir
Kabupaten Wajo ialah pcwama diberi wama. sepsrti melukis. Cara

?.crndin9 Nuratislne Dahm fkonofii Dan ?entrifri.an


Kearifan t kal... | 26.3

colet ini
sering digunakan untuk berikut0ya. Setibaaya di uadara
membentuk ragam hias tenun ikat. berikumya, benang disangkutkafl
Proses pewamaan ini dari atas ke bawah. Begltu
disebul cingga atau *anamba, kedua seterusnya proses berlangsung,
istilah tersebut bagi penduduk dengan tujua.o untuk mengafur
setempat berarti wama. Setelah benang lungsi sesuai dengan desain
dicelup, benang lalu dikelos kernbali yang sudah ada. Pros€s itrilah yang
ke bulo-bulo dergan bantr.lai roweng disebut tnarJal '.
dar ganra. Proses ini sering disebut Semeitam proses pencu-
proses mappaturung akhir. Benang cukan ialah proses pemasukan
yang sudah diwamai dan dikelos siap benang lusi ke masing-oasing
untuk drirar' (dihani). lubang are atau ra&*a. Prcses ini
mernbutuhkao ketekunan dan
c. Penghrni.n (LLstau) drn ketelilian yang tinggi. Karr.na ribuan
Petrcucuk-itr helai benang lulgsi harus tersusun
Proses penghanian (atau b€rjajar dengao rapi agar tidak
dalam bahasa Bugis disebut Jar', mcnjadi kusut saat perajinan
saulon, massau) dan pencucukan berlaogsung.Apabila setiap sela-sela
ialab proses p€rsiapan benang lungsi jot*o dan arc sudah terisi sehelsi
yang akan ditenun. Seb€lumnya b€mng tutrgsi, sela benang di depan
benang lungsi dikelos pada beberapa papposiala diselipkan waiTa dan
bulo-bulo s*ara terpisah sesuai diangkat hingga tercipta rongga
wama. lalu, dengan proses ini, diantara jajaran berEDg lungsi yang
benang-benang lungsi tersebut sudah diatur. Kefi]odiar, pdtekka
disusun sesuai dengan ragam hias dimasukkan di antara rongga di
yang diinginkan. depaa poppasiala, datl, ana' pessa
Benang yang tel6h dikelos ke diselipkan bersampingan dibelakang
bulo-bulo digaatlxt9 pada umbora patekko. Setelah patekko dan and'
sebefah kiri 6rghani. Umbarc ialah p"ssa terselip, papposiqlo dapat
dua kayu panjang yatrg digarhtng dilepas. Maka selesailah selurui
b€rseb€lahaD atauBm dipasang pada prcses,rajsar'dao pencucukan. Sisa
tian& tingginya €.ja. dada belang digulung ke tapelu untuk
pengha,li. Masing-masing ujung dijadikan benang pakan.Sctelah
umbara yatg searah dihubungkaa selesai disar' dan diclrctk, benarl,g
dengan tali. Di depan tali lungsi pun siap dipindatfiatr kea lat
penghubung tersebut dipasangkan len,um. Potek*o dipindahkan ke
tali gantungan alau tiang kayu yang pornalu' dale digulung sampai ke
dipalang uutuk melaaltkatt poppa- udbara la,Ju dipindahkan ke caca'.
siala, jakka,gulungengdan Tmng- Kemudian ano'Wssa juga
ngarekcn. SeB'eotar" ujung sebelah dipindahkan ke passa, dan benang
dalarn peralata.-peralatan tcNebut lungsi dibentangkaounhrk menyelip
disisipkan pada kedua utas tali kan du^ bilah palopa benampingan
penghubung r/rrrara.Setelah persia- derigaul ponpgereken Pada waktu
pan selesai, ujung benang da.i bulo- benang lungsi dipindahkan ke tempat
bulo disimpulkan pada ujuag dalam menenun, jok*ko, galungeng,
pappasiala dan disangkutkar pada pangngereken,patekko, dan ona'-
umbara d$i atas ke bawah dsn pe.rja tetap pads posisi yarlg sama.
diuraikan hingga ke umbaro

ISSN 24{)7 2464


264 | Inanna

d. Petrenun.n (M.tteErutrg) hingga seluruh benang lungsi terjalin


Prcs€s p€nenunan atau dalam dengan bena.g pakan. Hasilnya
bahasa Bugis disebut matteonu[& digulung pada pessa, sehingga
ialah proses menlusurr benang pakan susuutl benang Iutrgsi yang belum
ke dalam benang lungsi sehingga ditenun (yang digulung pada
tcrjadi jalinan rnenyilang antara potet*o) terus mendekati ar.h posisi
keduanya. Matteonutrg d€ngan alar perajin sarnpai pros€s mattemutrg ini
tenun gedogan dilakutan s€cara selesai selululltlya.
manual oleh tangan. Posisi perejin Selama proses matten-nung,
berada dalam sikap duduk di antara setiap ssat benang lungsi dan pakan
pessa dol boko-boko, dengan kedua dibasahi dengan kanji (ada pula y'ang
kaki menjulur ke depan. Bcnang menggunakan air perasafl jeruk nipis,
lugsi direntangkan sepadjang kaki dalam bahasa Bugis disebut /erro
pelgrajin. Semenrara gulungan koposa) yadtg ditampung dalam
benang pakao pada kepelu panasi lalu dibenihkan dan
dimasukkan ke dalam taropong, dikeringkan dorgan 7a k*asorong dan
Boko-boko ditefipstkar. di punggung jdkka gemme, agar bsnang tidak
p€ngBjin dan dikaitkan ke pesia kusut dan tetap awet- Proses ini
deDgan menggunakan zlan. Setiap penting ulltuk menjaga kekuatan
ak I1 memasnkkrn benang pakan, benang selama bergesekao dengan
benang lungsi terlebih dahulu disisir alat tenun.
dengan menggunakan jok*a. Umuny4 pengrajin dapat
Pabbiccang are' diangkat untuk menger-jakatr selembar s5lullg dalam
membuka susunan benang lungsi, waktu 2minggu hingga bulan,
kem,udialr walida diselipkan ke sela tergantung pada kegiatan mereka
bukaan tersebut dar diletakkan sehari-hari, juga pada kerumitan
dengan posisi tegak lurus ragam hiasdya.
bersampingan dengan jakka.
Awereng j\ga membantu memisah- e. Penyempurnarn
karl susunan beoaog atas bawah agar Setelah proses penenunan selesai,
walida mrdah dis€lipkan. Hal ioi piogg.iran betung luogsi pada
bertujuan agar taropong n\rdalt patek*o dmt aaa pessa diguotilg
dilewati susunan berang dan l.lu gulungan h.sil tenunan pada
membuat jalinan antara lurEsi dan pessd dilepas. Hasil tenunan yang
pak^n. Setelah tarcpong dimasukkan btupa lippa sabbe' ada ydng dijual
ke dalam sela betrang lullgsi dari berbeDtuk lemb&ar, ada pula yang
kanan ke kiri, boung pakan disambung tcrlebih dahulu.
dirapatkdr oenggunaka walido
dergan cara melekannya (ditefte) ke 2. Upeye Mde3trrikrr K.in
arah//ita bebeiapa kali, lah) $'alido Terun Suter& Melrlui Prores
dikeluarkan. Pembeldman drlrm
Setelah itu benaog lungsi Lingkutrgrn Kelurrga.
disisir kembali dengal, jak*a, Manusi4 pada dasamya,
pobbiccang are' diangkat untuk adalah mal.hluk pencari makna
meryelipkan rearrr:da pada susunan dalam kehidupan melalui hubugao
berikuhya, raroporg dimasukkal dialektik antara individu dan
dari kiri ke kanan, lalu benang pskan masyarakat. Dalam pencarian makna
dilene lagi. Proses ini tenrs diulang ini, manusia menggunakan kemam-

Pro.ldi.g ?furatis-ma Datarn fftoiomi Dan ?enfr.tiian


Kearifan t-okal... | 265

puan kognitif untuk merykaji ulang masyarakat Bugis Wajo perlu


nilai-dilai budaya yang ada. (B€rger, dijunjung dan dipertahankan melalui
1994:3-4). Manusia menyadari pewarisan budaya tersebut kepada
bahwa lestarinya suatu kebudayaan generasi selanjutnya. Khusunya pada
sangat tergantung dari cala kaum per€mpuan. Pekerjaan
menumbuhkembangkan unsur kebu- menenun lebih dekat menjadi milik
dayaas tersebut. Di samping itu perempuar karcna lnemerlukatr
setiap masyarakat biasanyaakao ketekunsn, kessbara[ dan kelelitian,
melakukan seleki secara alami syaial-syarat tersebut hanyr tcrdapat
terhadap sctiap unsur kebuda)€an pada kaum pervnpuao, sehingga
yang mereka miliki. Umur yang dianggap paling panr.s untuk
kebudayaan yang dianggap tidak metrgerjakaD pekerjaan menenun
relevan dengatr kondisi kehidupan adalah ksum percmpuan.
pada masa itu seringkali diabaikan Setiap perempuan yaag
sehingga talpa disadari unsur lahir di Kabupateo wajo akatr
kebudayaan itu akan menjadi punah. mengalami suatu proses belajar
Sebaliknys, apabila unsur dalam lingkungan keluaryanya yang
kebudayaan itu dianggap dan dapat tediri atas berlhacarb aspek
memenuhi fasililas yang diperlukan kebidupan. Salah satu diartara aspek
dalam kehidupan, maka unsur kehidupan itu adalah membu.t lkain
kebudayaan itu akan sclalu dorgan cara menenun. Menenun
dipertalankao dan dikembangkan dianggap sebagai bagian dari
mengikuti waktu, tempat dan saran kehidupan perempuan di daerah
pendukungnya. Bahkan, kelompok tersebut. Setiap perempuan akan
pendukung suatu kebuda)"aan tidak dianggap tidat pdrtas lahir sebsgai
segan-sggan unfuk mencari unsur peonpuan jika belum bisa menenun.
kebudayaan lain untuk melengkapi oleh karena itu, sejak kanak-kanak
kebudayaan mereka s€hingga perempuan di Wajo diajari dan
terjadilah dinanika kebudayaan yang dilatih menenun oleh ibunya.
menggairahkan pendukungnya. Merupakan suatu keharusan bagi
(Malinowski, 1983; tauer, 1993). setiap gadis urtuk bisa menenutr
lntemalisasi, sosialisasi sebelum mercka m€oetnukan
daa enkulturasi hsrupakan jodohny4 karena untuk memprc-
prosesbelajaryangberhubuagandenga mosikal bahwa dalaD suatu keluarga
npola perkembangan kebudayaan. sudah mempunyai gadis yaflg boleh
Manusia pada hakikatnya adalah mencari jodoh adalah dengan cara
pelaku budaya yang tidak pernah memperlihatkan kain tenun yang
bertenti untuk meningkatkan telah diselesaikan oleb gadis
kualitas hidupnya deogan berusaha telsebut. Kain lenun tersebut
uatul meflgantisipasi kondisi dipajaog pada pintu keluar masuk
lingkungan alam di mana bertompat pekaralgal rumahnya terutama
tinggal kebudayaan yary dimiliki deogan posisi menghadap ke jalan
oleh manusia lllelalui suatu proses umum. Kebiasaan menenun tenrs
belajar yang mengandung sejumlah dilanjutkan serelah mereka menjadi
pengelahuan dalam rangka peles- ibu rumah taryga.Di samping mtuk
tarian budaya tersebut. metrgisi waktu loworrg, sekaligus
Kebudayaan bertenul juga hasilnya dapat digunakaa untuk
sebagai bentuk kearifan lokrl oleh membantu ekonomi keluarga teru-

ISSN 2{7-2468
266 | Inanna

tama pada musim paceklik. Tmdisi Mema^qrki tahun 1997,


menenun sangat kuat hingga ketika terjadi krisis ekonomi yang
bertahan dari generasi ke generasi. melanda Asia tenggara merupakan
Aktivitas metretrun puncak kisis yang dihadapi oleh
sepintas tampak sebagai suatu pam penenun di Wajo. Kegiatan
kegiatan sambilan yang seolah-olah merenun di Wajo pada masa ini
han)'a merupakan aktivitas peogisi nyaris lumpuh total karena
waktu luang bagi kaum perempuan kehilangaa bahan baku. Pada masa
pada masyarakat Bugis Wajo, namun lalu ketika tedadi kelargkaan bahan
apabila ditelusuri secara mcndalam baku di pasaran, para pcnonun masih
temyata aktivitas mene[rm yang bisa berharap dari benang tokal yang
dilakukan oleh kaum perempuatr di diploduksi petani di Wajo dan
Wajo mengandung sejumlah nilai. Kabupaten sekitamya. Akan tetapi
Pertam4 m€nenun mempunyd nilai seielah kisis ekonomi pada tahun
kedisiplinan. Setiap anak perempuan 1997 kelangkaao bahao baku tidak
yang lahir, sejak kecit s'rdah dapat diatasi.Iodusfi pertetrtulan
ditanamkan sifat kedisiplinan yang mengalami kemandekan, sebagian
tinggi dengan cara mempelajari besar industri pertenunan tutup
atuian yang berhubungan dengan karsna mengalami kelangkaan bahan
aktivitas menenun. Kedua. menenun baku dan melambungnya kebutuhan
mompunyai nilai esterika. Motif- pokok. Sebagai upaya menutupi
motif yang tergambar pada kain kelangkaan bahan baku, maka
tenun tidak hanya sekedar mengikuti pemerintah mengembangkan perke-
perkembatrgatr pasar, tetapi sebagian bunan murbey diKabupaten
besar masih te.ikat oleh nilai Enrekaog, Sidrap, Soppeng dan
tradisonal yong dikembangkan. Wajo yang mempakan sentra
Ketig4 menenun mempunyai Dilai poduksi bahan baku. Tetapi upaya
ekonomi. Nitai ekonomi inilah yang yang dilakukan pemeritrtah belum
secara tidak langsung mengangkat menjawab persolan kelangkaan
derajat perempuan dari sektor bahan baku yang dihadapi pedenun
domestik ke sektor publik. sutem. Meskiputr sulit, kegiatan
Dalam perkembangan- menetrutr di Waio tidak pemah
nya, proses pembclajamn menenun pudah. Paia pcnenun Mckad
lzng diberikan kepada anak-anak melanggengkan warisan leluhur
p€rempuan di Wajo tidak hanya mereka. Sebagian dari mereka
sebatas menghasilkan kain sutera mernilih penghematan bahan baku
sja, tetapi mereka diajari dan s€bagiafl lainnya monilih uatuk
mengadopsi motif kain tenun sesuai mengimpor bahan baku dari Cina
dengan kebutuhan pasar. Selain ittl dan Thailand.
aftk-anak juga di beri pengetahuan Di bidang pernasaran,
tedtang cara-cata memasarkan permasalahan yang muncul adalah
produk-produk kerajinatr sutera yang sering terjadinya peNaingan yang
telah dihasilkan terutama bagi anak- tidak s€hat di antara pengusaha
anak yang tidak berkesempatan sutera yang mengakibatkan ketidak-
unhk melanjutkan pendidikat. stabilan harya sehingga memicu
hubungan yang kurang harmonis di
3. Tatrtmgrn Kai[ Tenun Sutera antara p€ngusaha sutera. Muncul
Wsjo upaya monopoli bahan baku dan

Prosiding ?htratisme Datam XLonomi l)dn ?endidiftan


Kearilan Lokal... | 267

produk temm dari pengusaha yaag pelnas3ranhasil produksi sehingga


lebih besar sehingga beberapa tidak heran, jika orang Sengkang
pengusaha kecil harus jatuh bangun (baca: Bugis waio)terkeoal dengan
mernpertahankan usahanya. Para diaspora ekonomi dengan medium
Spekulan membuat harga produk kain sutera.
tenun tidak stabil. Kondisi ini Namun. eksistensi kain sutem
diperparah ketika pemerintah daerah (lipa sabbe) sebagai identitasyang
tidak melalorkan kontrol terhadap mendukung struktur sosial orang
harga sutera- Untuk mengatasi Seqkatrg Oaca: Bugis Wajo)
persolan tersebut maka dibentuklah mengalami berbagai macam
Asosiasi Sutera di Sulawesi Selatao tantatrgan. Banyaknya tantangal
yang bemama StC (Silk Solution yang bisa jadi berakibat hilangnya
CeDtre). Asosiasi ini diharapkatr identitas lipa sabb€. Taffangan yatrg
dapat menjembatani berbagai paling utama adalah harus globalisasi
kepentitrgan, mengatur etika yang memugkinkan pesatnya
pemasamn kain tenun dan teknologi yangmemungkinkan lipa
meningkatkan segala aspek yang sabbe tidak mampu "berkontestasi"
berkaitan dengan persuteraan. Salah dengan kain-kain produk teknologi
satu sasaran dari Asosiasi modem. Kondisi sepeni ini
persuteman adalah mengembangkan memerlukan partisipasi semua
usaha persuteraan dari hulu ke hilir. steakholder seperti penenun, petani
Iodustri hulu meliputi kegiatan mulai budidaya ulat suter4 budayawan,
dari produki telur untuk sutera pemodal, pemerintah, datr pelaku
sampai kokod pintal dan kokon usaha agar tetap melestarikan
akhir. Pam pelaku industri hulu ini €kistensinya dengan memadukan
adalah para petani sutera, perusahaan aspek ekonomi dan kcarifan lokal
swasta, pemerintah melalui sebagai warisan budaya leluhur.
perhutani. Kemudian industri hilir
melliputi kegiatan pertenunan dan DAFTAR RUJUKAN
industri kerajinan sutera.
Adinihardj4 Kusnaka. 2008.
PENUTUP Dinarnika Budaya Lokol.
Bandung: CV. Indra Pmhasta
Kain Sutera (lipa sabb€) BeNama Pusat Kajian LBPB.
merupakan warisan budaya ,?ng Armayani., Nuryamin., Mahaliha A.
harus dijagakelestariannya.Meskipun Gele., dan Ridwan A.
keberadaan sutera ters€but hasil Pamelleri. 2008. Profil
kreatifitas budayasebagai hasil difirsi PeEuteraan di Kabupatetr
kebudayaan, namun kain sutera Wajo. Sengkang: Pemda
adalah identitas budayabagi Kota Wajo.
Sengkang.Identitas ini sudal Arsip Nasional Republik Indonesia.
membenhrk srukil masyarakarsejak 1982. Lembaran Berita
ratusatr tahun sebagai etnik yang Sejarah Lisan, Nomor 9
memiliki peradaban budaya. Keb€ra- Maret 1982.
daa[ sarung suteaa secara holistik ANip Nasional Republik Indonesia.
selain sebagai identitas, juga 1985. Lembaron Berita
menopang perekonomian sejak Sejoruh Lisan, Nomor I I
proses pembuatan hingga pada Marct 1982

lssN 2407-2468
268 | Inanna

Ayatrohaedi. 1986. Malioo,*ski, Bronislaw. 1983.


Kopribadian Budaya Balgsa Dinamika Bagi Pembahan
(local Genius), Pu$raka Jaya, Budaya (terjemahatr). Kuala
Jakarta. Lumpur: Dewan Bahasa dan
Bsdan Pusst Statistik. 2012- Pustala Kemeoterian
Kabupaten wajo Dalam Pelajaran.
Angka. Sengkang Mattulad4 l995.tatoa: Satu Lukisao
Berger, Petter L. 1994. l-angit Aralitis Tedladap
Suci: Agama S€bagei Antropologi Politik
Realitas Sosial. Jskarta: OrangBugi s.Hasanuddin
LP3ES. University Press: Ujung
Cresweel, John W. 1994. Research Pandang
D€sigtt Qualitative and Maxwell, Robyn- 2003. Textile of
Quantitaive Approaches, Southeast Asia. Revised
Thausald Oats: Saga Edition. Australlia: Oxford
Publications. University Press.
Dinas Koperasi, Usaha Mikro, Kecil Miles, B. Mattew dan A. Michacl
dan Me[engah dan Huberman. 1994. Anolisis
Perindustrian Kabupsten Dato Kuolitatd Jakafia: Ul
Wajo lahun 2012. diaks€s 13 Pr€ss.
Nopemb€r 2014. Moleong, Lexy J. 2014.
I Ketut Cobydh, "Berpijak pada Metodologi Pelelitian
Kearifan Lokal", dalam Kualitatif. Barldutrg: Remaja
http://www.balipos. co,i4 Rosdakarya.
didownload l719/03. Nawawi, Muhammad dan SP.
Kshdar, IGhfiati. 2009. ,ldaptosi Gustami. 20[2. Seni
Estetik Pada CoruL Lippa Kerajinan Temm Sutela
,!gir.Bandung: PPS Institut Tradisional Bugis Wajo
Teknologi Bandung. Disertosi Sulawesi Selalan Antara
(Tidak Dipublikasikan). Tantangan dan Haaapan.
Kartiw4 Suwatrdi. 2N7. Rogon Jumal Sosiohumaoika (15) l:
Kain Tradisionol Indonesia.: l-14, Januari 2012.
Tenun lkot, Jakfita: PT. Yog)rakafla: Fakultas Sastra
Gramedia- UCM.
Kenenterian Pedagangan Rt. 2008. Pebas, Christiar. 2006. Manusia
Definisi IndustriKreatit Bugrs. Terjemahan
Didowaload Abdunahman Abu, dLk. '"fhe
dadhttp J/id.wikipedia.org/wi Bugis". Oxford: Blackwell.
ki/Itrdustri_krcadf, diakses 19 Potrtoh, N.K. 2011. PemrEtr City
Nopember 2012. Branding Sebagai Pembentuk
Koentjaraningrar. 1999. Identitas Kota(Onlinc)
Maousis dan Kebudayaan di diakses I 3Nopernber 2014
lndorcsi4 Penerbit Suksxdj4 Putu. 2012. Pereopuan
Djambatan, Jakana Sukar4 Menenun Modal
l3uler, Roben H. 1993. Budaya. 2012. Deopasar:
PeNpektif Tentarg Udayana University Press.
Pembahan Sosial. Jakarla: Suma8tnadja, Nursid. 2000.
Rineka Cipta. Manusia Dalam Konteks

Pr{6iili,e ?hrafisme Datarn taonorni Dan ?en{idi.Qan


Kearifan tokal... | 269

Sosisl Budaya dan Taha. Tasrifin. 2013. Lipo Sabbe'


Lingkungan Hidup. Bandung: Sengkong: Identilos don
Alfabeta. Tonlangon Teknologi Satufig
Syukur, Muhammad.dkk. 2014. Sutera Bugis. Makas$r:
Transformasi Penorun Bugis- Fakultas Ilmu Sosial dan
Wajo Menuju Modemitas. Ilmu Politik, Universitas
Paramita, Volume 24, No. I, Negeri Hasanuddin.
Januari 2014. ISSN: 0854-
0039, Halaman, 67-77.

ISSN 2407-2468

Anda mungkin juga menyukai