Anda di halaman 1dari 5

KERANGKA ACUAN KEGIATAN

PEMANTAUAN GARAM BERYODIUM


No. Kode : ...........
Terbitan : Pertama
No. Revisi : 00
Pemerintah Kota Tgl. Mulai Berlaku : 1 September 2015
Surakarta Halaman :1/5
UPTD Puskesmas Gajahan
Plt Kepala UPTD Puskesmas
Gajahan

Ditetapkan Oleh

dr. Tutik Asmi


NIP. 19730812 200501 2 013

A. Pendahuluan
Masalah GAKY merupakan masalah yang serius karena diperkirakan pada saat ini
terdapat sekitar 42 juta penduduk Indonesia tinggal di daerah yang lingkungannnya
miskin Yodium. Atas dasar prevalensi penderita GAKY hasil survey Nasional Gondok
Endemik 1980-1982. Diperkirakan di Indonesia telah terjadi deficit tingkat kecerdasan
sebesar 140 juta IQ-Points. Lebih jauh, telah diidentifikasi bahwa para penderita GAKY
memiliki produktifitas kerja yang rendah, sehingga dapat mengurangi penghasilan
sampai 15 persen.
Rendahnya produktifitas kerja mereka secara mikro berpengaruh terhadap ekonomi
keluarga dan secara makro berpegaruh terhadap Produk Domestik Bruto (PDB) Negara.
Selain hal-hal tersebut, akibat dari GAKY yang lain adalah:
 Lahir mati, cacat baaan, retardasi mental, lumpuh, tuli, gondok, gangguan
pertumbuhan, paada ibu hamil bisa terjadi keguguran.
 Pada tingkat ringan kekurangan iodium akan berkaitan menurunnya libido,
kesuburan, dan immunitas.
Penanggulangan GAKY yang paling tepat adalah dengan suplementasi yodium, baik
secara langsung melalui pemberian kapsul minyak beryodium (khusus daerah endemis)
maupun tidak langsung melalui garam beryodium, mengkonsumsi aneka ragam
makanan dari laut dan mengurangi zat goitrogenik (misal pada kol dan singkong).
Di masyarakat garam yang dikonsumsi adalah garam NaCl. Garam ini diperoleh dengan
proses penguapan air laut maupun cara lain, yang aman untuk digunakan sebagai
bahan makanan. Jenis air laut tersebut akan menghasilkan kualitas garam yang
berbeda-beda. Hal ini terutama disebabkan adanya perbedaan dalam metode
penguapan air laut dan sumber air laut yang digunakan.
Oleh karena berbedanya kualitas garam yang dihasilkan, maka dibuat suatu standar
garam konsumsi disesuaikan dengan kemampuan para produsuen dan kebutuhan
konsumen.
KERANGKA ACUAN KEGIATAN
PEMANTAUAN GARAM BERYODIUM
No. Kode : ...........
Terbitan : Pertama
No. Revisi : 00
Pemerintah Kota Tgl. Mulai Berlaku : 1 September 2015
Surakarta UPTD Puskesmas Gajahan
Halaman :2/5

Dalam SNI kadar yodium dalam darah yang ditentukan sebesar 30-80 ppm alam bentuk
KIO3, hal ini dikaitkan dengan jumlah garam yang dikonsumsi tiap orang per hari 5- 10
gram, sedangkan kebetuhan tubuh akan yodium adalah sekitar 100-150 µg tiap orang
perhari. SNI garam konsumsi diterapkan secara wajib terhadap produsen,
distributor/pedagang sesuaidengan Kepres No 69.Tahun 1994 tentang Pengadaan
Garam Beryodium untuk melindungi kesehatan masyarakat.Untuk itu perlu dipantau
agar garam konsumsi yang beredar tetap terjamin keamanannya.
Sebaran dan besar masalah garam yang beredar di berbagai daerah sangat penting
untuk diketahui, agar para pengelola progam dapat secara tepat merencanakan
penanggulangannya.Karena itu perlu dilakukan pemantauan garam beryodium secra
terintegrasi mulai dari tingkat produsen, distributor, pasar dan di tingkat masyarakat di
seluruh Indonesia.
Pelaksanaan pemantauan di Kota Surakarta tidak menggunakan sampel dari murid
SD/MI namun memanfaatkan posyandu. Hal ini didasarkan pada beberapa
pertimbangan, yaitu:
 Di wilayah kerja Puskesmas Gajahan mempunyaiSD/MI di wilayahnya 6 kelurahan
(22 SD), namun semua kelurahan mempunyai posyandu.
 Tidak seluruh murid SD/MI di wilayah kerja Puskesmas Gajahan adalah warga
Surakarta sehingga tidak menggambarkan konsumsi garam yodium kota Surakarta.
Melalui garam beryodium yang dibawa peserta posyandu dari rumah, sampel garam
dapat terkumpul dalam variasi yang cukup banyak, dan terkumpul dalam waktu yang
singkat.
Gerakan pemudayaan hidup sehat dan sadar gizi dapat dijadikan sarana untuk mendidik
masyarakat.
B. Latar Belakang
Garam beryodium: garam Natrium Chlorida (NaCl) yang diproduksi melalui proses
yodisasi yang memenuhi Standar Nasional Indonesia (SNI) kandungan yodium antara
30-80 ppm untuk konsumsi manusia atau ternak.
- Daerah Endemik Berat: daerah yang penduduknya mengalami pembesaran kelenjar
gondok dengan total Goiter Rate (TGR) ≥30,0%.
- Daerah Endemik Sedang: daerah yang penduduknya mengalami pembesasaran
kelenjar gondok dengan total Goiter Rate (TGR) 20,0 – 29,9%.
KERANGKA ACUAN KEGIATAN
PEMANTAUAN GARAM BERYODIUM
No. Kode : ...........
Terbitan : Pertama
No. Revisi : 00
Pemerintah Kota Tgl. Mulai Berlaku : 1 September 2015
Surakarta UPTD Puskesmas Gajahan
Halaman :3/5

- Daerah Endemik ringan: daerah yang penduduknya mengalami pembesasaran


kelenjar gondok dengan total Goiter Rate (TGR) 5,0 – 19,9%.
- Daerah Non Endemik: daerah yang pendududknya mengalami pembesaran kelenjar
gondok dengan total Goiter rate (TGR) < 5,0%.
- Kelurahan dengan garam baik: kelurahan dengan 90% sample yang diperiksa
dengan memenuhi syarat (mengandung yodium dengan kadar cukup).
- Kelurahan dengan Garam tidak Baik: kelurahan < 90% sample yang diperiksa
memenuhi syarat (mengandung yodium dengan kadar cukup).
C. Tujuan
Tujuan Umum :
Untuk memperoleh gambaran berkala tentang cakupan konsumsi garam beryodium
yang memenuhi syarat di masyarakat.
Tujuan Khusus
a. Diperolehnya informasi tentang konsumsi garam beryodium di tingkat kelurahan
dengan pengujian garam.
b. Diperolehnya informasi tentang bentuk garam yang digunakan di tingkat
masyarakat.
c. Diperolehnya informasi tentang tempat pembelian garam yang digunakan
masyarakat.
d. Diperolehnya informasi tentang ada/tidaknya merk dagang produk garam yang
dikonsumsi masyarakat.
E. Tata Nilai Program
Pelaksanaan pemantauan garam yodium dilaksanakan oleh petugas secara
profesional, akurat, santun, terstandarisasi dan memiliki inovasi untuk meningkatkan
cakupan
F. Tata hubungan kerja /Pembagian peran Lintas Program /Lintas Sektoral
Pemantauan Garam Yodium merupakan kegiatan yang melibatkan petugas gizi
Puskesmas. Sedangkan dengan lintas sektoral bekerjasama dengan Sekolah dan
Posyandu di wilayah kerja UPTD Puskesmas Gajahan
G. Kegiatan Pokok dan Rincian Kegiatan
1. Sosialisasi manfaat garam yodium yang dikonsumsi oleh masyarakat
2. Pengambilan sampel di masyarakat ( Posyandu) dan di Institusi sekolah
3. Pengujian sampel garam dengan menggunakan iodine test
KERANGKA ACUAN KEGIATAN
PEMANTAUAN GARAM BERYODIUM
No. Kode : ...........
Terbitan : Pertama
No. Revisi : 00
Pemerintah Kota Tgl. Mulai Berlaku : 1 September 2015
Surakarta UPTD Puskesmas Gajahan
Halaman :4/5

H. Cara melaksanakan kegiatan


1. Pengambilan sampel di masyarakat setiap RW (Posyandu) sebanyak 20 KK
2. Pengambilan sampel di Sekolah Dasar dilakukan dari kelas IV, V dan VI sesuai
jumlah siswa yang ada
3. Selanjutnya Sampel garam yang sudah diambil dilakukan pemeriksaan dengan
iodine tes sebanyak 3 tetes
4. Apabila garam berubah warna menjadi abu-abu dinyatakan positif mengandung
yodium
5. Apabila garam tidak berubah warna (putih) dinyatakan negatif mengandung yodium
6. Hasil pengujian kemudian direkapitulasi dan dikirim ke Dinas Kesehatan Kota
Surakarta
I. Sasaran
Masyarakat dan sekolah dasar di wilayah kerja Puskesmas Gajahan Surakarta
J. Jadwal Pelaksanaan Kegiatan
BULAN
No Kegiatan
I II III IV V VI VII VIII IX X XI XII
Pengambilan &
pemeriksaan sampel
1
garam yodium di
masyarakat
Pengambilan &
pemeriksaan sampel
2
garam yodium di
sekolah
Laporan pemantauan
3
garam yodium ke DKK

Kegiatan ini dijadwalkan dilaksanakan setiap tahun :


Pengumpulan data dilakukan serentak pada pekan pemantauan garam beryodium
di tingkat masyarakat yaitu bulan Juli, untuk Sekolah Dasar bulan Agustus bersamaan
dengan pemeriksaan screening setiap tahunnya.
KERANGKA ACUAN KEGIATAN
PEMANTAUAN GARAM BERYODIUM
No. Kode : ...........
Terbitan : Pertama
No. Revisi : 00
Pemerintah Kota Tgl. Mulai Berlaku : 1 September 2015
Surakarta UPTD Puskesmas Gajahan
Halaman :5/5

K. Evaluasi pelaksanaan kegiatan dan pelaporan


1. Waktu : selesai pelaksanaan kegiatan
2. Pelaksana
a. Kepala Puskesmas
b. Penanggungjawab program
3. Dokumen laporan yang berisi : laporan hasil kegiatan ditujukan kepada Kepala
Puskesmas

L. Pencatatan, pelaporan dan evaluasi kegiatan


1. Evaluasi terhadap ketepatan pelaksanaan waktu kegiatan
2. Evaluasi terhadap pelaksanaan kegiatan :
a. Waktu :
1) Setiap akhir pelaksanaan kegiatan sesuai jadwal
2) Tribulan ke-tiga
b. Pelaksana
1) Penanggung jawab program
c. Dokumen laporan yang berisi : notulen, rencana tindak lanjut, rekomendasi, hasil
olah dan analisis data, laporan evaluasi, laporan hasil kegiatan.

Anda mungkin juga menyukai