Anda di halaman 1dari 6

LAPORAN PENDAHULUAN

ASUHAN KEPERAWATAN PADA BAYI DENGAN PREMATUR


DI RUANGAN NICU RUMAH SAKIT KOTA MATARAM

OLEH :

ERWAN HADI
021.02.1148

PROGRAM STUDI PROFESI NERS


SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN (STIKES)
MATARAM
2022
Prematuritas adalah neonatus
dengan usia kehamilan Penyakit dan
kurang dari 37 minggu dan Etiologi Masalah yang Perawatan pada
mempunyai berat badan Sering Terjadi Pada Bayi Prematur
sesuai dengan berat badan Bayi Prematur
untuk masa kehamilan.

Resiko demografi Resiko medis Resiko prilaku dan Faktor resiko potensial PENYAKIT 1. Pengaturan Suhu
1. Ras 1. Persalinan dan lingkungan 1. Stres, iritibilitas 1. Sindrom distress pernapasan Tubuh Bayi
2. Umur (<16 kelahiran 1. Nutrisi buruk uterus 2. Aspirasi pneumonia 2. Intake
tahun) premature 2. Merokok (lebih dari 2. Kontraksi uterus 3. Perdarahan intraventrikular 3. Menghindari
3. Status sosial sebelumnya 10 rokok perhari) 3. Perubahan serviks 4. Fibroplasia Retrolental atau ROP Infeksi
ekonomi 2. Abortus trimester 3. Penyalahgunaan sebelum awitan 5. Hiperbilirubinemia 4. Observasi
rendah kedua alcohol danzat 4. Ekspansi volume 6. Hipotermi/hipertermi Pernafasan
4. Tingkat 3. Anomaly uterus lainnya (mis. pelasma yang MASALAH
pendidikan 4. Penyakit- Kokain) tidak adekuat
1. Fungsi Respirasi
penyakit medis 4. Jarang atau tidak 5. Defesiensi
mendapatkan progesterone 2. Jumlah alveoli yang berfungsi
perawatan antenatal 6. Infeksi masih sedikit,
3. Defisien tingkat surfaktan,
4. Kecilnya lumen pada respiratory
system,
5. Lemah atau tak ada reflek,
Gangguan pada 6. Belum sempurnanya aliran darah
kehamilan dan janin di paru-paru,
7. Potensial terjadi kollap dan
obstruksi pada saluran pernafasan
Persalinan prematur
Imaturitis integumen Usia dan BB ekstrim Imaturitis paru-paru Imaturasi fungsi Imaturitas sistem GI Imunitas tumkem
biokimia

Kulit tipis, kapiler rapuh, lemak sedikit Volume paru menurun Refleks hisap tidak ada Tidak hasilkan kalori
Imatur Lemak dan stres
pusat subkuta
Resiko kerusakan Peningkatan suhu Hipoksia Imatur produksi enzim
pengatur Respon lebih dari +O2
integritas kulit lingkungan an suhu
Tidak mampu/ingesti
Pola nafas tidak efektif menurun Penurunan surfaktan
Resiko tinggi Panas tubuh hilang
ditambah pelepasan
kekurangan volume
norepinefrin
cairan Resiko nutrisi kurang
Respon menggigil
dari kebutuhan
kurang maksimal
Vasokontriksi paru

Resiko tinggi inefektif


terhadap termoregulasi Penurunan keefektifan
ventilasi paru

Gangguan pertukaran
gas
Intervensi Resiko kerusakan Intervensi Resiko tinggi kekurangan Intervensi Pola nafas tidak efektif Intervensi Resiko tinggi inefektif terhadap
integritas kulit volume cairan 1. Kaji frekuensi pernafasan termoregulasi
1. Inspeksi kulit, perhatikan 1. Dapatkan seri berat badan setiap dan pola pernafasan. 1. Kaji suhu dengan sering.
area kemerahan atau hari dengan menggunakan skala 2. Hisap jalan nafas sesuai 2. Tempatkan bayi pada penghangat
tekanan yang sama dan pada waktu yang kebutuhan. 3. Gunakan lampu pemanas selam prosedur.
2. Berikan perawatan mulut sama. 4. Kurangi pemajanan pada aliran udara: hindari
3. Tinjau ulang riwayat ibu
dengan menggunakan
2. Kaji haluaran melalui terhadap obat-obatan yang pembukaan pagar isolette yang tidak
salin atau gliserin swab.
Berikan jeli petroleum
pengukuran urin dari kantung dapat memperberat depresi semestinya.
untuk bibir. penampung atau melalui pernapasan pada bayi. 5. Ganti pakaian atau linen tempat bila basah.
3. Hindari penggunaan agens penimbangan / penghitungan 4. Posisikan bayi pada Pertahankan kepala bayi tetap tertutup.
topical keras; cuci dengan popok. abdomen atau posisi 6. Pantau system pengatur suhu, penyebar hangat,
hati – hati larutan 3. Pantau berat jenis urin setiap telentang dengan gulungan atau incubator. (pertahankan batas atas pada
povidon-iodin setelah selesai berkemih, atau setiap 2-4 pokok di bawah bahu untuk bayi 98,6oF, tergantung pada ukuran atau usia
prosedur jam, dengan megaspirasi urin menghasilkan sedikit bayi).
4. Berikan latihan rentang dari popok bila bayi tidak tahan hiperektensi . 7. Pertahankan kelembapan relatif  50-80%.
gerak, perubahan posisi dengan kantung penampung urin 5. Pertahankan suhu tubuh Oksigen lembap hangat 88-93 F(31-34C)
rutin, dan bantal bulu atau yang kantung penampung 8. Berikan penghangatan bertahap untuk bayi
optimal.(rujuk pada DK:
domba atau terbuat dari
yang direkatkan. termoregulasi , tidak efektif, yang stres dingin.
bahan yang lembut.
5. Minimalkan penggunaan
4. Tes urin dengan Dextrotix per resiko tinggi terhadap). 9. Kaji haluaran dan berat jenis urin.
plester untuk protokol. 6. erikan rangsangan taktil 10. Pantau penambahan berat badan berturut-turut.
mengamankan selang, 5. Minimalkan kehilangan cairan yang segera.( mis, gosokan 11. Perhatikan frekuensi dan jumlah masukan
elektroda, dan kantung yang tidak kasatmata melalui punggung bayi) bila terjadi 12. Pantau suhu bayi bila keluar dari lingkungan
urin, jalur I,V,dan penggunaan pakaian, suhu apnea. Pergatikan adanya hangtat
sebagainya. termonetral, dan menghangatkan sianosis, bradikardi, atau 13. Pantau pemeriksaan laboratorium,sesuai
6. Mandikan bayi dengan atau melembabkan oksigen. hipotonia. Anjurakan kontak indikasi( mis., GDA, Glukosa, serum,
menggunakan air steril 6. Pantau tekanan darah (TD), nadi, orang tua. elektrolit, dan kadar bilirubin).  (rujuk pada
dengan sabun ringan. Cuci dan tekanan arterial rerata 7. Tempatkan bayi pada matras DK: petukaran gas .)
hanya pada bagian tubuh (TAR) 14. Berikan D10 W dan ekspander volume secara
bergelombang.
yang benar benar kotor.
7. Evaluasi turgor kulit, membran 8. Pantau pemeriksaan intravena, bila diperlukan.
Minimalkan manipulasi
kulit bayi.
mukosa, keadaan fontanel laboratorium (Mis,. GDA,
7. Ganti elektroda hanya bila anterior. glikosa serum, elekrolit,
perlu 8. Berikan infus parenteral : dalam kultur,mdan kadar obat)
8. Berikan saleb antibiotic jumlah > 180 ml/kg, khususnya sesuai indikasi.
pada hidung, mulut dan pada PDA, displasia 9. Berikan oksigen sesuai
bibir bila pecah atau bronkopulmonal (BPD), atau indikasi.
teriritasi enterokolitis nekrotisan (NEC).
Intervensi Resiko nutrisi kurang dari kebutuhan Intervensi Gangguan pertukaran gas
1. Kaji maturitas refleks berkenaan dengan pemberian makan (mis, menghisap, 1. Tinjau ulang informasi yang berhubungan dengan kondisi bayi,
menelan, gag, dan batuk). seperti lama persalinan, tipe kelahiran, agar skor, kebutuhan tindakan
2. Auskultasi terhadap adanya bising usus. Kaji status fisik dan status pernapasan. resusitas saat kelahiran, dan obat-obatan ibu yang di gunakan selama
3. Mulai pemberian makan sementara atau dengan menggunakan selang sesuai ke hamilan / kelahirann, termasuk betametason.
indikasi. 2. Perhatian usia gestasi, berat badan, dan jenis kelamin.
4. Kaji pernapasan yang tepat dari selang pemberian makan pada bayi, gunakn 3. Kaji status pernafasan, perhatikan tanda-tanda disters pernafasan
prosedur pengkleman yang tepat untuk mencegah masuknya udara kedalam ( miss ; retraksi, pernafasan cuping hidung , mengorok, retraksi,
lambung. ronki, atau krekels).
5. Masukan ASI/formula dengan perlahan selama 20 menit pada kecepatan 1 4. Gunakan pemantauan oksigen transkuta atau oksimeter nadi . catat
ml/menit. kadar tiap jam, ubah sisi alat setiap  3-4 jam .
6. pernapasan, dan lama waktu yang diperlukan untuk makan. 5. Hisap hidung dan orofaring dengan hati-hati, sesuai kebutuhan btasi
7. Penuhi kebutuhan menghisap pada bayi dengan menggunakan dot selama waktu obstruksi jalan nafas dengan kateter 5-10 detik. Observasi
pemberian makan perselang..      Tunda drainase postural selama sedikitnya 1 pemantauan oksigen trankutan oksimeter nadi sebelum dan selam
jam setelah pemberian makan. penghisapan berikan “kantung” ventilasi setelah penghisapan.
8. Perhatikan adanya diare, muntah, regurgitasi, residu lambung berlebihan, atau 6. Pertahankan keneetrlan suhu denngan suhu tubuh pada 97,7F (dalam
hasil positif dari tes guaiak. (Rujuk pada DK: konstipasi, resiko tinggi 0,5F).Rujuk pada DK: termoregolasi, tidak efektifresiko tinggi
terhadap). terada).
9. Pertahankan termonetral lingkungan dan oksigenasi jaringan yang tepat. 7. Pantau masukan haluaran cairan: timbang berat badan sesuai indikasi
Gangguan pada bayi harus seminimal mungkin. berdasarkan protokol.
10. Pantau bayi terhadap reaksi lokal atau sistemik untuk pemberian makan 8. Tingkatan istirahat;minimalkan rangsangan dan pengunaan
parenteral (mis, peningkatan suhu, trombosis pembuluh darah, dispnea, energi.Posisikan bayi pada abdomen bila mungkin berikan
muntah, atau sianosis). matras”tidak rata” sesuai indikasi
11. Catat pertumbuhan dengan membuat pengukuran BB setiap hari dan setiap 9. Observasi terhadap tanda-tanda vital dan lokasi sianosis.
minggu dari panjang badan dan lingkar kepala. 10. Berikan oksigen sesiuai kebutuhan, dengnanmasker kap, selang
12. Mulai pemberian makan dengan air steril, glukosa, dan ASI atau formula, endotrakeal atau fentilasi mekanik dengan menggunakan tekanan
dengan tepat. jakan napas positif konstan dan fentilasi mandotari intermiten(IMV),
13. Beri makan sesering mungkin sesuai indikasi berdasarkan BB bayi dan atau pernapasan tekann positif intermiten dan tekanan ekspirasi akhir
perkiraan kapasitas lambung. positif.
14. Gunakan formula pekat untuk memberikan 120-150 kal/kg/hari atau lebih, 11. Pantau pemberian oksigen dan durasi pemberian.
dengan protein 3-4 g/kg/hari. Tambahkan suplemen ke ASI untuk pemberian 12. Beri makan dengan selang nasogastrik atau orogastrik sebagai
makan melalui selang sesuai kebutuhan. pengganti penberian makan dengan AS, bila tepat.
DAFTAR PUSTAKA

Bobak, loedermik Jansen.2004.Buku Ajar Keperawatan Edisi 4.Jakarta:EGC


Doenges,Marilyn.2001.Rencana Perawatan Maternal Bayi Pedoman untuk Perencanaan dan
Dokumentasi Perawatan Klien Edisi2.Jakarta:EGC
Novita Regina.2011.Keperawatan Maternitas.Bogor:Ghalia Indonesia
http://rheakampus.blogspot.com/2012/11/askep-bayi-prematur_23.html

Anda mungkin juga menyukai