Anda di halaman 1dari 15

TUGAS KOMUNITAS I

“SAP PENGGUNAAN APD UNTUK TINDAKAN MENGELAS”

Disusun oleh:

Kelompok 2

1.Andiani putri julinar (C1017055)

2.Anik ariffiani (C1017056)

3.Fajar alfian r. (C1017065)

3.Fatmawati (C1017066)

4.Kezia lika adhisty (C1017075)

5.Kristianingrum (C1017076)

6.Nur kholida hanum (C1017086)

7.Novia tri A.W (C1017085)

8.Suci haryati (C1017095)

9.Sukma ali (C1017096)


SARJANA KEPERAWATAN DAN PROFESI NERS
SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN
BHAKTI MANDALA HUSADA SLAWI
2019
KATA PENGANTAR

Puji dan Syukur Penulis Panjatkan ke Hadirat Tuhan Yang Maha Esa karena
berkat limpahan Rahmat dan Karunia-Nya sehingga penulis dapat menyusun
makalah ini yang berjudul " SAP PENGGUNAAN APD UNTUK
TINDAKAN MENGELAS " tepat pada waktunya. Penulis menyadari bahwa
didalam pembuatan makalah ini berkat bantuan dan tuntunan Tuhan Yang
Maha Esa dan tidak lepas dari bantuan berbagai pihak, untuk itu dalam
kesempatan ini penulis menghaturkan rasa hormat dan terima kasih yang
sebesar-besarnya kepada semua pihak yang membantu dalam pembuatan
makalah ini. Akhir kata semoga makalah ini dapat memberikan manfaat
kepada para pembaca. Penulis menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari
kesempurnaan baik dari bentuk penyusunan maupun materinya. Kritik dan
saran dari pembaca sangat penulis harap kan untuk penyempurnaan makalah
selanjutnya.

Penyusun
SATUAN ACARA PENYULUHAN (SAP) CUCI TANGAN

Topik : Penggunaan APD Untuk Tindakan Mengelas

Sub Topik : Penggunaan APD

Sasaran : Tukang Las

Hari/Tanggal : Kamis 2 Oktober 2019

Waktu : 40 menit

Tempat : Ruang Las

Penyuluh : Indah Izzatun Nafsi

A. Tujuan Instruksional Umum (TIU)

Setelah di lakukan tindakan pendidikan kesehatan selama 1 x 30 menit di

harapkan peserta mampu menggunakan APD yang baik dan benar

B. Tujuan Instruksional Khusus (TIK)

Setelah mengikuti kegiatan pendidikan kesehatan 1x pertemuan, diharapkan

Klien memahami :

 Pengertian APD

 Bahaya Dalam Pengelasan

 Perlengkapan Keselamatan Kerja Pada Proses Pengelasan

C. Materi

Terlampir
D. Metode

1. Ceramah

2. Tanya jawab

3. Diskusi

E. Media

1. Materi SAP
2. Leafleat
3. Lembar Balik

F. Kegiatan

1. Waktu

2. Kegiatan Pendidikan Kesehatan

3. Respon Sasaran

Pelaksanaan Penyuluhan

1. Waktu 5 menit

Pembukaan :

1. Memberi salam
2. Menjelaskan tujuan penyuluhan
3. Menyebutkan materi/pokok bahasan yang akan disampaikan
Waktu 20 menit

Pelaksanaan :

Menjelaskan materi penyuluhan secara berurutan dan teratur.


Materi :
1. Pengertian APD
2. Bahaya Dalam Pengelasan
3. Perlengkapan Keselamatan Kerja Pada Proses Pengelasan

Waktu 10 menit

Evaluasi :

1. Menyimpulkan inti penyuluhan


2. Menyampaikan secara singkat materi penyuluhan
Penutup :

1. Menyimpulkan materi penyuluhan yang telah disampaikan


2. Menyampaikan terima kasih atas perhatian dan waktu yang telah di
berikan kepada peserta
3. Mengucapkan salam

Evaluasi

1. Diharapkan klien dapat memahami pentingnya penggunaan APD saat

pengelasan

2. Diharapkan klien mengerti penggunaan APD yang benar

3. Diharapkan klien mengerti dampak bahaya akibat tidak menggunakan APD

yang benar
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 latar Belakang

Pengertian APD

Alat Pelindung Diri adalah alat-alat yang mampu memberikan perlindungan terhadap
bahaya-bahaya kecelakaan (Suma’mur, 1991). Alat Pelindung Diri harus mampu
melindungi pemakainya dari bahaya-bahaya kecelakaan yang mungkin ditimbulkan,
oleh karena itu, APD dipilih secara hati-hati agar dapat memenuhi beberapa
ketentuan yang diperlukan.

syarat-syarat Alat Pelindung Diri adalah :

1. APD harus dapat memberikan perlindungan yang adekuat terhadap bahaya


yang spesifik atau bahaya yang dihadapi oleh tenaga kerja
2. Berat alat hendaknya seringan mungkin dan alat tersebut tidak menyebabkan
rasa ketidaknyamanan yang berlebihan
3. Alat harus dapat dipakai secara fleksibel
4. Bentuknya harus cukup menarik
5. Alat pelindung tahan untuk pemakaian yang lama
6. Alat tidak menimbulkan bahaya-bahaya tambahan bagi pemakainya yang
dikarenakan bentuk dan bahayanya yang tidak tepat atau karena salah dalam
menggunakannya
7. Alat pelindung harus memenuhi standar yang telah ada
8. Alat tersebut tidak membatasi gerakan dan persepsi sensoris pemakainya
9. Suku cadangnya harus mudah didapat guna mempermudah pemeliharaannya
Suma’mur (1994) menggolongkan alat pelindung diri menurut bagian tubuh
yang dilindunginya ke dalam 8 golongan yaitu :

1.      Alat Pelindung Kepala

Tujuan dari penggunaan alat ini adalah melindungi kepala dari bahaya terbentur
dengan benda tajam atau keras yang menyebabkan luka tergores, terpotong, tertusuk,
terpukul oleh benda jatuh, melayang dan meluncur, juga melindungi kepala dari
panas radiasi, sengatan arus listrik, api, percikan bahan-bahan kimia korosif dan
mencegah rambut rontok dengan bagian mesin yang berputar Jenisnya berupa topi
pengaman yang terbuat dari plastik, fiberglass, bakelite.

2.      Alat Pelindung Mata

Masalah pencegahan yang paling sulit adalah kecelakaan pada mata, oleh karena
biasanya tenaga kerja menolak untuk memakai pengaman yang dianggapnya
mengganggu dan tidak enak dipakai. Kaca mata pengaman diperlukan untuk
melindungi mata dari kemungkinan kontak dengan bahaya karena percikan atau
kemasukan debu, gas, uap, cairan korosif partikel melayang, atau kena radiasi
gelombang elektromagnetik.

3.      Alat Pelindung Muka

Alat Pelindung Muka digunakan untuk mencegah terkenanya muka oleh partikel-
partikel yang dapat melukai muka seperti terkena percikan logam pada saat
melakukan pengelasan. Alat pelindung muka sekaligus pula dapat melindungi mata.
Alat pelindung muka yang biasa digunakan berupa tameng muka atau perisai muka
seperti goggles, helm pengelas dan topi penutup.

4.      Alat Pelindung Telinga

Hilangnya pendengaran adalah kejadian umum di tempat kerja dan sering


dihiraukan karena gangguan suara tidak mengakibatkan luka. Alat pelindung telinga
bekerja sebagai penghalang antara bising dan telinga dalam. Selain itu, alat ini
melindungi pemakainya dari bahaya percikan api atau logam panas misalnya pada
saat pengelasan. Alat pelindung telinga dapat dibedakan menjadi 2 yaitu :

 Sumbat telinga

Alat ini memberikan perlindungan yang paling efektif karena langsung dimasukkan
ke dalam telinga

 Tutup telinga

Alat ini dipakai di luar telinga dan penutupnya terbuat dari sponge untuk memberikan
perlindungan yang baik

5.      Alat Pelindung Pernafasan

Secara umum alat pelindung pernafasan dapat dibedakan menjadi 2 alat yaitu :

 Respirator, yang berfungsi membersihkan udara yang telah terkontaminasi


yang akan dihirup oleh pemakainya
 Breathing Apparatus, yang mensuplay udara bersih atau oksigen kepada
pemakainya

6.      Alat Pelindung Tangan

Alat Pelindung Tangan merupakan alat yang paling banyak digunakan karena
kecelakaan pada tangan adalah yang paling banyak dari seluruh kecelakaan yang
terjadi di tempat kerja. Pekerja harus memakai pelindung tangan ketika terdapat
kemungkinan terjadinya kecelakaan seperti luka tangan karena benda-benda keras,
luka gores, terkena bahan kimia berbahaya, luka sengatan dan lain-lainnya.
7.      alat pelindung Kaki

Sepatu keselamatan kerja dipakai untuk melindungi kaki dari bahaya kejatuhan
benda-benda berat, terinjak benda yang berputar melalui kjaki, kepercikan larutan
asam dan basa yang korosif atau cairan panas, menginjak benda tajam. Sepatu
pelindung dan boot harus memiliki ujung sepatu yang terbuat dari baja dan solenya
dapat menahan kebocoran. Ketika bekerja di tempat yang mengandung aliran listrik,
maka harus digunakan sepatu tanpa logam yang dapat menghantarkan aliran listrik.
Jika bekerja di tempat biasa maka harus vdigunakan sepatu yang tidak mudah
tergelincir, sepatu yang terbuat dari karet harus digunakan ketika bekerja dengan
bahan kimia.

8.      Pakaian pelindung

Pakaian pelindung dapat berbentuk APRON yang menutupi sebagian dari tubuh yaitu

mulai dari dada sampai lutut dan overalla yang menutup seluruh badan. Pakaian

pelindung digunakan untuk melindungi pemakainya dari percikan cairan, api, larutan

bahan kimia korosif dan oli, cuaca kerja (panas, dingin, dan kelembapan). APRON

dapat dibuat dari kain, kulit, plastik, karet, asbes atau kain yang dilapisi aluminium.

Perlu diingat bahwa APRON tidak boleh dipakai di tempat-tempat kerja yang

terdapat mesin berputar.


1.2 Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang diatas, maka dapat di rumuskan masalah

“Bagaimana pengetahuan penggunaan APD yang baik dan benar saat melakukan

tindakan pengelasan

1.3 Tujuan Penelitian

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengetahuan klien saat melakukan

pengelasan
BAB II

TINJAUAN TEORI

2.1 Definisi

Pengelasan (Welding) merupakan suatu cara untuk menyambung dua benda padat

dengan jalan mencairkannya melalui pemanasan. Tenaga panas ini perlu untuk

mencairkan bahan bakar yang akan disambungkan dari kawat las sebagai bahan

pengisi. Setelah dingin dan membeku, terbentuklah ikatan yang kuat dan permanen

(Anisa Melati Farida, 2006:10). Pengelasan bukanlah suatu pekerjaan yang mudah

karena memiliki resiko fisik yang sangat tinggi sehingga dalam pengerjaannya

memerlukan keahlian serta peralatan khusus agar pekerja pengelas (welder) tidak

mengalami kecelakaan kerja.

2.2 Manfaat Penggunaan APD saat pengelasan

1. Mencegah terjadinya bahaya yang menyebabkan kerusakan fisik / sekitar

2. Dapat meminimalisir kecelakaan kerja


2.3 Akibat Tidak Menggunakan APD yang baik dan benar

Bahaya Pengelasan Menurut Yasari (2008), potensi bahaya pada saat melakukan

pengelasan antara lain:

1. Bahaya Cahaya/ Sinar Cahaya dari busur las dapat digolongkan pada sifatnya

yaitu cahaya yang dapat dilihat, ultra violet dan infra merah. Cahaya tersebut

tergolong dalam radiasi bukan pengion (non-ionizing). Bahaya cahaya (radiasi

cahaya) ini dapat menimbulkan luka bakar, kerusakan mata dan kerusakan kulit.

2. Bahaya Asap dan Gas Las 13 Asap las (fume) yang ada selama pengelasan

terutama terdiri dari oksida logam. Asap ini terbentuk ketika uap logam

terkondensasi dan teroksidasi. Komposisi asap ini tergantung pada jenis logam

induk, logam pengisi, flux dalam permukaan atau kontaminasi pada permukaan

logam. Gas-gas berbahaya dapat menyebabkan kerusakan pada sistem pernafasan

juga bagian tubuh tertentu. Adapun gas-gas berbahaya yang terjadi pada waktu

pengelasan adalah gas CO,CO2, NO, dan ozon.

3. Bahaya Percikan Api Selama dalam proses pengelasan menghasilkan percikan

dan terak las. Percikan dan terak las apabila mengenai kulit dapat menyebabkan

luka bakar. Oleh karena itu, juru las harus dilindungi agar terhindar dari hal ini

terutama apabila harus melakukan pengelasan tegak dan pengelasan diatas

kepala.

4. Bahaya Kebakaran Kebakaran terjadi karena adanya kontak langsung antara api

pengelasan dengan bahan-bahan yang mudah terbakar seperti solar, bensin, gas,
cat kertas dan bahan lainnya yang mudah terbakar. Bahaya kebakaran juga dapat

terjadi karena kabel yang menjadi panas yang disebabkan karena hubungan yang

kurang baik, kabel yang tidak sesuai atau adanya kebocoran listrik karena isolasi

yang rusak.

5. Bahaya Jatuh Didalam pengelasan dimana ada pengelasan di tempat yang tinggi

akan selalu ada bahaya terjatuh dan kejatuhan. Bahaya ini dapat menimbulkan 14

luka ringan ataupun berat bahkan kematian karena itu usaha pencegahannya

harus diperhatikan.

6. Bahaya Listrik Besarnya kejutan yang timbul karena listrik tergantung pada

besarnya arus dan keadaan badan manusia. 


BAB III

PENUTUP

3.1 kesimpulan

Pemakaian alat pelindung diri (helm, kedok las, masker, sarung tangan, apron,

safety shoes, dan hearing protection) dengan produktivitas kerja pada pekerja

bagian Pengelasan Membiasakan Penggunaan APD yang baik dan benar . dengan

menggunakan APD saat melakukan pekerjaan kecelakaan yang sering terjadi

dapat diminimalisirkan .

Saran

Penggunaan APD yang ditujukan untuk perindungan diri terhadap suatu

kecelakaan kerja. Penggunaan APD harus dibiasakan untuk meminimalisir

kecelakaan yang dapat merugikan pekerja atau sekitar lingkungan.


DAFTAR PUSTAKA

A.M. Sugeng Budiono,dkk, 2003, Bunga Rampai Hiperkes dan Kesehatan Kerja,

Semarang: Badan Penerbit Undip.

Ridley, John, 2008. Kesehatan dan Keselamatan Kerja (Ikhtisar) edisi ketiga.

Jakarta: Erlangga

Shikdar Ashraf& Naseem M. Sawaqed, 2004, Ergonomic and Occupational

health and safety in the oil Industry: a manager response. Journal Industrial

Engineering 47 (223-232).

Anda mungkin juga menyukai