Disusun
M. Hidayatul Fikri
235110989
Dosen Pengampu :
Yessi Yuzar, S.KM, M.Kes
2023/2024
Kata Pengantar
Puji syukur saya sampaikan kehadirat Allah SWT yang telah melimpahkan rahmat
dan karunian-Nya berupa nikmat dan kesehatan, iman dan ilmu pengetahuan sehingga
dapat menyelesaikan tugas Makalah yang berjudul “Hygiene Kerja Pada Pelayanan
Asuhan Kesehatan Gigi dan Mulut” Saya sepenuhnya menyadari bahwa masih banyak
kekurangan dalam penyusunan makalah ini, maka dari itu kritik dan saran yang bersifat
konstruktif sangat saya harapkan dei kesempurnaan makalah ini. Saya mengucapkan
terimakasih kepada Yessi Yuzar, S.KM, M.Kes bimbingan serta menilai dan memeriksa
makalah ini. Akhirnya, semoga makalah ini mendapatkan keridhaan dari Alah SWT dan dpat
memberikan manfaat bagi saya dan kepada semua pembaca.
Penyusun
DAFTAR ISI
Kata Pengantar.....................................................................................................................2
DAFTAR ISI.........................................................................................................................3
BAB I PENDAHULUAN.....................................................................................................4
A. Latar Belakang...........................................................................................................4
B. Identifikasi Masalah...................................................................................................4
C. Tujuan.........................................................................................................................4
BAB II PEMBAHASAN......................................................................................................6
A. Pengertian Alat Pelindung Diri..................................................................................6
B. Tujuan Dan Manfaat Alat Pelindung Diri (APD)......................................................7
C. Jenis-jenis Alat Pelindung Diri (APD).......................................................................7
D. Kegunaan Alat Pelindung Diri...................................................................................8
E. Kekurangan dan Kelebihan Alat Pelindung Diri........................................................9
F. Cara Memilih dan Merawat Alat Pelindung Diri.....................................................10
BAB III PENUTUP............................................................................................................12
A. Kesimpulan...............................................................................................................12
B. Saran.........................................................................................................................12
DAFTAR PUSTAKA.........................................................................................................13
A. Latar Belakang BAB I
PENDAHULUAN
Di dalam kegiatan sehari-hari dalam melakukan aktivitas, kita sering tidak menduga
akan mendapatkan resiko kecelakaan pada diri kita sendiri. Banyak sekali masyarakat yang
belum menyadari akan hal ini, termasuk di Indonesia. Baik di lingkungan kerja (perusahaan,
pabrik, atau kantor), di jalan raya, tempat umum maupun di lingkungan rumah.
Alat Pelindung Diri ( APD ) di lingkungan kerja adalah seperangkat alat yang
digunakan oleh tenaga kerja untuk melindungi seluruh/sebagian tubuhnya terhadap
kemungkinan adanya potensibahaya/kecelakaan kerja. Meskipun alat ini lebuh sering
digunakan di tempat kerja, namun juga dibutuhkan pula untuk melindungi diri dalam
kegiatan sehari-hari. APD tidak mencegah insiden bahaya, tetapi mengurangi akibat dari
kecelakaan yang terjadi.
B. Identifikasi Masalah
1. Apa definisi Alat Pelindung Diri (APD)?
2. Apa tujuan, dan manfaat Alat Pelindung Diri (APD)?
3. Apa saja jenis Alat Pelindung Diri (APD)?
4. Apa saja kegunaan Alat Pelindung Diri (APD)?
5. Apa saja kelebihan dan kekurangan Alat Pelindung Diri (APD)?
6. Bagaimana Cara Memilih dan Merawat Alat Pelindung Diri
C. Tujuan
1. Untuk mengetahui apa yang dimaksud dengan Alat Pelindung Diri (APD).
2. Untuk mengetahui apa manfaat dari penggunaan Alat Pelindung Diri (APD) bagi
kegiatan manusia.
3. Untuk mengetahui jenis jenis Alat Pelindung Diri (APD).
4. Untuk mengetahui kegunaan Alat Pelindung Diri (APD).
5. Untuk mengetahui kelebihan dan kekurangan Alat Pelindung Diri (APD)
6. Untuk mengetahui Cara Memilih dan Merawat Alat Pelindung Diri (APD)
BAB II
PEMBAHASAN
APD dipakai sebagai upaya terakhir dalam usaha melindungi tenaga kerja apabila
usaha rekayasa (engineering) dan administratif tidak dapat dilakukan dengan baik. Namun
pemakaian APD bukanlah pengganti dari usaha tersebut, namun sebagai usaha akhir.
Alat Pelindung Diri harus mampu melindungi pemakainya dari bahaya- bahaya
kecelakaan yang mungkin ditimbulkan, oleh karena itu, APD dipilih secara hati-hati agar
dapat memenuhi beberapa ketentuan yang diperlukan. Menurut ketentuan Balai Hiperkes,
syarat-syarat Alat Pelindung Diri adalah :
1. APD harus dapat memberikan perlindungan yang kuat terhadap bahaya yang
spesifik atau bahaya yang dihadapi oleh tenaga kerja.
2. Berat alat hendaknya seringan mungkin dan alat tersebut tidak menyebabkan rasa
ketidaknyamanan yang berlebihan.
3. Alat harus dapat dipakai secara fleksibel.
4. Bentuknya harus cukup menarik.
5. Alat pelindung tahan untuk pemakaian yang lama.
6. Alat tidak menimbulkan bahaya-bahaya tambahan bagi pemakainya yang
dikarenakan bentuk dan bahayanya yang tidak tepat atau karena salah dalam
menggunakannya.
7. Alat pelindung harus memenuhi standar yang telah ada.
8. Alat tersebut tidak membatasi gerakan dan persepsi sensoris pemakainya. Suku
cadangnya harus mudah didapat guna mempermudah pemeliharaannya
9. APD harus dapat memberikan perlindungan yang kuat terhadap bahaya yang
spesifik atau bahaya yang dihadapi oleh tenaga kerja.
10. Alat harus dapat dipakai secara fleksibel.
11. Alat pelindung tahan untuk pemakaian yang lama.
12. Alat tidak menimbulkan bahaya-bahaya tambahan bagi pemakainya yang
dikarenakan bentuk dan bahayanya yang tidak tepat atau karena salah dalam
menggunakannya.
13. Alat pelindung harus memenuhi standar yang telah ada.
14. Alat tersebut tidak membatasi gerakan dan persepsi sensoris pemakainya.
Sedangkan manfaat dari penggunaan Alat Pelindung Diri (APD), antara lain :
a. Kekurangan oksigen
b. Pencemaran oleh partikel (debu, kabut, asap dan uap logam)
c. Pencemaran oleh gas atau uap
5. Alat Pelindung Tangan
Pakaian Pelindung: digunakan untuk melindungi tubuh dari benda berbahaya, misal
api, asap, bakteri, zat-zat kimia, dsb.
8. Safety Belt
Berguna untuk melindungi tubuh dari kemungkinan terjatuh, biasanya digunakan pada
pekerjaan konstruksi dan memanjat serta tempat tertutup atau boiler.
Manfaat dari penggunaan Alat Pelindung Diri (APD) yaitu untuk melindungi
seluruh atau sebagian tubuhnya terhadap kemungkinan adanya potensi
bahaya/kecelakaan kerja, dan mengurangi resiko penyakit akibat kecelakaan.
B. Saran
1. Sebaiknya dilakukan penyuluhan tentang APD kepada semua masyarakat agar dapat
mengurangi angka kecelakaan.
Disusun
M. Hidayatul Fikri
235110989
Dosen Pengampu :
Yessi Yuzar, S.KM, M.Kes
2023/2024
Kata Pengantar
Puji syukur saya sampaikan kehadirat Allah SWT yang telah melimpahkan
rahmat dan karunian-Nya berupa nikmat dan kesehatan, iman dan ilmu pengetahuan
sehingga dapat menyelesaikan tugas Makalah yang berjudul “Hygiene Kerja Pada
Pelayanan Asuhan Kesehatan Gigi dan Mulut” Saya sepenuhnya menyadari bahwa
masih banyak kekurangan dalam penyusunan makalah ini, maka dari itu kritik dan saran
yang bersifat konstruktif sangat saya harapkan dei kesempurnaan makalah ini. Saya
mengucapkan terimakasih kepada Yessi Yuzar, S.KM, M.Kes bimbingan serta menilai
dan memeriksa makalah ini. Akhirnya, semoga makalah ini mendapatkan keridhaan dari
Alah SWT dan dpat memberikan manfaat bagi saya dan kepada semua pembaca.
Penyusun
DAFTAR ISI
Kata Pengantar..................................................................................................................2
DAFTAR ISI......................................................................................................................3
BAB I PENDAHULUAN...................................................................................................4
A. Latar Belakang......................................................................................................... 4
B. Identifikasi Masalah.................................................................................................4
C. Tujuan...................................................................................................................... 4
BAB II PEMBAHASAN....................................................................................................6
A. Sejarah Dental Hygine.................................................. Error! Bookmark not defined.
B. Pengertian Dental Hygine............................................. Error! Bookmark not defined.
C. Filosifi Dental Hygine...................................................Error! Bookmark not defined.
D. Kompetensi Dental Hygine...........................................Error! Bookmark not defined.
E. Terapis Gigi Indonesia..................................................Error! Bookmark not defined.
F. Falsafah Keperawatan Gigi Dan Mulut.........................Error! Bookmark not defined.
BAB III PENUTUP..........................................................................................................12
A. Kesimpulan............................................................................................................ 12
B. Saran.......................................................................................................................12
DAFTAR PUSTAKA.......................................................................................................13
D. Latar Belakang BAB I
PENDAHULUAN
Pada era globalisasi ini tuntutan akan pelayanan kesehatan yang bermutu dengan
memberikan kepuasan bagi para pengguna jasa pelayanan kesehatan menjadi sangat
penting. Profesionalisme yang ditunjukkan dengan perilaku kesehatan yang senantiasa
menerapkan ilmu pengetahuan dan ketrampilan diri dengan mengutamakan nilai-nilai
moral dan etika profesi sangat diperlukan. Salah satu penyedia pelayanan kesehatan di
Indonesia adalah seorang dokter gigi. Saat ini pelayanan yang banyak berkembang di
bidang kesehatan gigi dan mulut adalah tindakan yang bersifat kuratif dan rehabilitatif.
Namun mulai beberapa tahun lalu mulai gencar dilakukan upaya dalam meningkatkan
kualitas kesehatan gigi dan mulut berupa tindakan promotif dan preventif, di antaranya
edukasi tentng kesehatan gigi dan mulut. Oleh karena itu agar seorang dokter gigi dapat
bekerja secara optimal tentunya membutuhkan kolaborasi dengan profesi yang bisa
membantu dalam pelayanan kesehatan gigi terutama tindakan preventif dan promotif.
Oleh karena itu saat ini mulai berkembang akan adanya kebutuhan seorang Dental
Auxilaries yang terdiri dari dental hygienist, dental terapis, dental asistent di Indonesia.
E. Identifikasi Masalah
7. Bagaimana sejarah dari Dental Hygiene?
8. Apa peran dari Dental Hygiene?
9. Apa fungsi dari Dental Hygiene?
10. Apa kompetensi dari Dental Hygiene?
11. Bagaimana terapis gigi di Indonesia?
F. Tujuan
7. Untuk mengetahui sejarah dari Dental Hygiene.
8. Untuk mengetahui peran dari Dental Hygiene.
9. Untuk mengetahui fungsi dari Dental Hygiene.
10. Untuk mengetahui kompetensi dari Dental Hygiene.
11. Untuk mengetahui terapis gigi di Indonesia.
BAB II
PEMBAHASAN
Sungguh disayangkan profesi kesehatan gigi selain dokter gigi memang belum
banyak dikenal dan diminati secara luas. Pendidikan dan pelatihan untuk profesi ini
yang diselenggarakan di Australia pun belum dibuka untuk para pendaftar yang bukan
penduduk negara tersebut. Walaupun demikian asosiasi dental hygienist Australia
(ADHA) telah membuka kesempatan bagi para perawat gigi dari luar negara Australia
untuk dapat bekerja di negara tersebut, tentunya dengan persyarataan-persyaratan
yang cukup ketat untuk dapat memenuhi kriteria kualifikasi dental hygienist yang
disyaratkan oleh organisasi tersebut serta oleh Dental Board of NSW Australia.
Kondisi demikian hendaknya dapat menjadi suatu peluang dan tantangan bagi
dunia pendidikan tenaga kesehatan gigi di Indonesia, sehingga dapat mendorong
penyelenggaraan pendidikan kesehatan gigi yang dapat diterima oleh standar
internasional termasuk Australia.
Pada saat merawat pasien, seorang dental hygienist dituntut untuk bersikap
profesional serta memberikan pelayanan kepada pasiennya dengan berempati, benar-
benar tulus dalam memberikan perawatan. Pada saat menangani pasien, dibutuhkan
kesabaran dan ketulusan Anda sebagai perawat gigi, sehingga pasien dapat bersikap
kooperatif dalam perawatan kesehatan giginya. Perawatan kesehatan gigi memerlukan
waktu yang lama, kunjungan yang bertahap serta kadang-kadang dihambat oleh sikap
takut pasien terhadap perawatan kesehatan gigi (dental phobia).Untuk itu, diperlukan
perencanaan perawatan yang matang untuk menghindari kegagalan dalam perawatan
(pasien drop out).
K. Terapis Gigi Indonesia
Dental therapist di Indonesia diatur dalam Peraturan Pemerintah Republik
Indonesia nomor 20 tahun 2016. Disebutkan dalam PP tersebut bahwa Dental
therapist/terapis gigi dan mulut merupakan salah satu jenis tenaga kesehatan yang
telah lulus pendidikan kesehatan gigi, perawat gigi, atau terapis gigi dan mulut yang
memiliki kewenangan untuk menyelenggarakan pelayanan asuhan kesehatan gigi dan
mulut sesuai dengan bidang keahlian yang dimilikinya.
Kompetensi Terapis Gigi dan Mulut di Indonesia diatur juga dalam PP nomor
20 tahun 2016. Dalam peraturan tersebut disebutkan bahwa terapis gigi memiliki
kewenangan untuk melakukan pelayanan asuhan kesehatan gigi dan mulut sebagai
berikut:
1. Pengkajian
2. Penegakan diagnosa asuhan keperawatan gigi dan mulut
3. Perencanaan
4. Implementasi, dan
5. Evaluasi
Kegiatan konsep dasar asuhan kesehatan gigi dan mulut tersebut (Pengkajian,
Penegakan diagnosa asuhan keperawatan gigi dan mulut, Perencanaan, Implementasi,
dan, Evaluasi)
Dental hygiene
1) Praktek keilmuan yang telah diakui dalam pencegahan dan pengobatan penyakit
gigi dan mulut
2) Tenaga profesional yang telah lulus pendidikan dari institusi yang terakreditasi
3) Mitra dokter gigi
4) Integrasi peran dokter sebagai edukator, advokasi manager dan peneliti untuk
mencegah penyakit gigi dan mulut dan promosi kesehatan gigi
5) Expert dalam bidang konsultasi tentang intervensi kebersihan gigi
6) Membuat keputusan, perencanaan, pelaksanaan, evaluasi komponen kesehatan
gigi dari pelayanan asuhan kesehatan gigi dan mulut
7) Menetapkan diagnosa keperawatan gigi sesuai dengan tugas dan wewenang
yang ditetapkan (standard kompetensi)
Tingkat pendidikan perawat gigi Indonesia
a. Bidang kesehatan
1. DIV Perawat Gigi Pendidik/ DIV Keperawatan Gigi
2. S2 promosi Kesehatan Gigi atau Managemen Kesehatan Gigi dan mulut
a. Bidang lain.
1. S1 Kesehatan Masyarakat
2. S1 Pendidikan
3. S1 Administrasi/Managemen
4. S1 Komputer
5. S1 Bahasa Asing
Tujuan pendidikan
D. Saran
INFEKSI NOSOKOMIAL
Disusun
M. Hidayatul Fikri
235110989
Dosen Pengampu :
Yessi Yuzar, S.KM, M.Kes
2023/2024
Kata Pengantar
Puji syukur saya sampaikan kehadirat Allah SWT yang telah melimpahkan rahmat
dan karunian-Nya berupa nikmat dan kesehatan, iman dan ilmu pengetahuan sehingga
dapat menyelesaikan tugas Makalah yang berjudul “Infeksi Nosokomial” Saya sepenuhnya
menyadari bahwa masih banyak kekurangan dalam penyusunan makalah ini, maka dari itu
kritik dan saran yang bersifat konstruktif sangat saya harapkan dei kesempurnaan makalah
ini. Saya mengucapkan terimakasih kepada Yessi Yuzar, S.KM, M.Kes bimbingan serta
menilai dan memeriksa makalah ini. Akhirnya, semoga makalah ini mendapatkan keridhaan
dari Alah SWT dan dpat memberikan manfaat bagi saya dan kepada semua pembaca.
Penyusun
DAFTAR ISI
Kata Pengantar...................................................................................................................32
DAFTAR ISI.......................................................................................................................33
BAB I PENDAHULUAN...................................................................................................34
A. Latar Belakang.........................................................................................................34
B. Identifikasi Masalah.................................................................................................34
C. Tujuan.......................................................................................................................35
BAB II PEMBAHASAN....................................................................................................36
A. Pengertian Infeksi Nosokomial................................................................................36
B. Hal-hal Yang Berhubungan Dengan Infeksi Nosokomial........................................36
C. Faktor-faktor Yang Mempengaruhi Infeksi Nosokomial.........................................37
D. Penyebab Infeksi Nosokomial..................................................................................37
E. Proses Penularan Infeksi Nosokomial......................................................................39
F. Tanda Dan Gejala Infeksi Nosokomial....................................................................41
G. Dampak Infeksi Nosokomial....................................................................................41
H. Contoh Infeksi Nosokomial......................................................................................41
I. Pengobatan Infeksi Nosokomial...............................................................................43
J. Pencegahan Infeksi Nosokomial..............................................................................44
BAB III PENUTUP............................................................................................................46
A. Kesimpulan...............................................................................................................46
B. Saran.........................................................................................................................46
DAFTAR PUSTAKA.........................................................................................................47
BAB I
PENDAHULUAN
G. Latar Belakang
Kesehatan merupakan anugerah yang paling berharga bagi manusia. Klien yang
mengaiami penyakit tertentu pergi berobat ke RS dengan harapan penyakitnya dapat
disembuhkan. Perawat sebagai bagian integral dalam peiayanan kesehatan memegang
peranan yang sangat penting dalam upaya mewujudkan dan nieningkatkan derajat kesehatan
niasyarakat yang optimal. Infeksi nosokomial sangat merugikan masyarakat pengguna
fasilites peiayanan kesehatan di RS. Kejadian Inos juga dapat digunakan sebagai indikator
mutu peiayanan kesehatan yang ada di RS.
Angka Infeksi Nosokomial yang rendah secara akurat merupakan bukti konkrit dari
kualitas peiayanan kesehatan dan keperawatan di RS. WHO 1986, melaporkan infeksi
nosokomial sebagai masalah global dan menjangkau paling sedikit sekitar 9 % dari 1,4 juta
pasien rawat inap di RS di seluruh dunia, bahkan di negara maju seperti Amerika Serikat
yang memiliki dana yang besar untuk menanggulangi infeksi nosokomial mempunyai angka
infeksi nosokomial sekitar 5-10%. Berbagai RS di Indonesia baik RS pemerintah maupun
swasta betum dapat dipastikan angka infeksi nosokomialnya karena belum adanya sistem.
H. Identifikasi Masalah
12. Apa pengertian dari Infeksi nosokomial?
13. Apa saja Hal-hal yang berhubungan dengan infeksi nosokomial?
14. Bagaimana faktor penyebab yang mempengaruhi infeksi nosokomial?
15. Apa Penyebab Infeksi Nosokomial?
16. Bagaimana Proses Penularan Infeksi nosokomial?
17. Apa Tanda dan gejala dari infeksi?
18. Apa Dampak infeksi nosocomial?
19. Contoh dari infeksi nosokomial?
20. Cara Pengobatan infeksi nosokomial?
21. Bagaimana Pencegahan infeksi nosokomial?
I. Tujuan
12. Untuk mengetahui pengertian Infeksi nosokomial
13. Untuk mengetahui hal-hal yang berhubungan dengan infeksi nosokomial
14. Untuk mengetahui faktor penyebab yang mempengaruhi infeksi nosocomial
15. Untuk mengetahui Penyebab Infeksi Nosokomial
16. Untuk mengetahui Proses Penularan Infeksi nosokomial
17. Untuk mengetahui Tanda dan gejala infeksi
18. Untuk mengetahui Dampak infeksi nosokomial
19. Untuk mengetahui contoh dari infeksi nosokomial
20. Untuk mengetahui Pengobatan infeksi nosokomial
21. Untuk mengetahui Pencegahan infeksi nosokomial
BAB II
PEMBAHASAN
1. Faktor endogen (umur, seks, penyakit penyerta, daya tahan tubuh dan kondisikondisi
lokal)
2. Faktor eksogen (lama penderita dirawat,kelompok yang merawat, alat medis, serta
lingkungan)
2. Bakteri
Bakteri dapat ditemukan sebagai flora normal dalam tubuh manusia yang
sehat. Keberadaan bakteri disini sangat penting dalam melindungi tubuh dari
datangnya bakteri patogen. Tetapi pada beberapa kasus dapat menyebabkan infeksi
jika manusia tersebut mempunyai toleransi yang rendah terhadap mikroorganisme.
Contohnya Escherichia coli paling banyak dijumpai sebagai penyebab infeksi saluran
kemih. Bakteri patogen lebih berbahaya dan menyebabkan infeksi baik secara
sporadik maupun endemik. Contohnya :
5. Faktor alat
Penularan ini dapat terjadi secara kontak langsung, kontak tidak langsung dan
droplet. Kontak langsung terjadi bila sumber infeksi berhubungan langsung dengan
penjamu, misalnya person to person pada penularan infeksi virus hepatitis A secara
fecal oral.
Penularan ini melalui benda mati yang telah terkontaminasi oleh kuman dan
dapat menyebabkan penyakit pada lebih dari satu penjamu. Adapun jenis-jenis
common vehicleadalah darah/produk darah, cairan intra vena, obat-obatan dan
sebagainya.
Penularan secara internal bila mikroorganisme masuk ke dalam tubuh vektor dan
dapat terjadi perubahan secara biologis, misalnya parasit malaria dalam nyamuk atau
tidak mengalami perubahan biologis, misalnya yersenia pestis pada ginjal (flea).
R. Tanda Dan Gejala Infeksi Nosokomial
a. Demam
b. bernapas cepat,
c. kebingungan mental,
d. tekanan darah rendah,
e. urine output menurun,
f. pasien dengan urinary tract infection mungkin ada rasa sakit ketika kencing dan darah
dalam air seni
g. sel darah putih tinggi
h. radang paru-paru mungkin termasuk kesulitan bernapas dan ketidakmampuan untuk
batuk.
i. infeksi : pembengkakan, kemerahan, dan kesakitan pada kulit atau luka di sekitar
bedah atau luka
1. Menyebabkan cacat fungsional, stress emosional dan dapat menyebabkan cacat yang
permanen serta kematian.
2. Dampak tertinggi pada negara berkembang dengan prevalensi HIV/AIDS yang tinggi.
3. Meningkatkan biaya kesehatan diberbagai negara yang tidak mampu dengan
meningkatkan lama perawatan di rumah sakit, pengobatan dengan obat-obat mahal
dan penggunaan pelayanan lainnya, serta tuntutan hukum.
Merupakan infeksi yang terjadi dalam kurun waktu 30 hari paska operasi jika
tidak menggunakan implan atau dalam kurun waktu 1 tahun jika terdapat implan dan
infeksi tersebut memang tampak berhubungan dengan operasi dan melibatkan suatu
bagian anotomi tertentu (contoh, organ atau ruang) pada tempat insisi yang dibuka
atau dimanipulasi pada saat operasi dengan setidaknya terdapat salah satu tanda :
Infeksi saluran kemih (ISK) adalah jenis infeksi yang sangat sering terjadi.
ISK dapat terjadi di saluran ginjal (ureter), kandung kemih (bladder), atau saluran
kencing bagian luar (uretra).
Bakteri utama penyebab ISK adalah bakteri Escherichia coli (E. coli) yang
banyak terdapat pada tinja manusia dan biasa hidup di kolon. Wanita lebih rentan
terkena ISK karena uretra wanita lebih pendek daripada uretra pria sehingga bakteri
ini lebih mudah menjangkaunya. Infeksi juga dapat dipicu oleh batu di saluran
kencing yang menahan koloni kuman. Sebaliknya, ISK kronis juga dapat
menimbulkan batu
Keadaan rumah sakit yang tidak baik dapat menimbulkan infeksi saluran
napas atas maupun bawah. Infeksi saluran napas atas bila tidak diatasi dengan baik
dapat berkembang menyebabkan infeksi saluran nafas bawah. Infeksi saluran nafas
atas yang paling banyak terjadi serta perlunya penanganan dengan baik karena
dampak komplikasinya yang membahayakan adalah otitis, sinusitis, dan faringitis.
Pengobatan pada infeksi nosokomial terkait erat dengan jenis infeksi yang
dialami. Banyak jenis infeksi yang terjadi bisa ditangani dengan antibiotik. Khususnya
untuk infeksi nosokomial yang disebabkan oleh bakteri gram positif, terdapat banyak
jenis antibiotik untuk mengatasinya. Sedangkan infeksi nosokomial yang disebabkan
bakteri gram negatif memiliki jenis antibiotik yang lebih sedikit untuk mengatasinya
Berikut ini adalah prosedur pengobatan infeksi nosokomial berdasar komplikasi yang
ditimbulkan:
1. Infeksi luka operasi:Infeksi luka operasi bisa ditangani dengan kombinasi antara
antibiotik dengan perawatan khusus luka pembedahan.
2. Infeksi aliran darah:Pengobatan antifungal (jamur) atau pengobatan antiviral (virus)
bisa dilakukan bersamaan dengan pemberian antibiotik.
3. Infeksi saluran kemih:Untuk melengkapi antibiotik, biasanya dokter akan memberikan
pengobatan antifungal (jamur) untuk menghindari terjadinya komplikasi yang lebih
parah.
4. Pneumonia:Setelah diberikan antibiotik, penderita pneumonia biasanya diberikan
analgesik antipiretik untuk meredakan nyeri sendi dan demam. Untuk meredakan
gejala flu, pasien biasanya diberikan pengobatan antiviral (virus)
Berikut ini beberapa hal yang harus diperhatikan untuk mencegah penularan
infeksi nosokomial adalah:
F. Saran
1. Sterilisasi alat kesehatan agar mengurangi dampak dari penularan infeksi nosokomial.