Paraf Asisten
Rata-rata =
∑ Xi
n
353,1+ 358,0
= = 355,55 g
2
√
n
SD = ∑ ( xi−x )2
i=1
n−1
√
2 2
= ( 353,1−355,55 ) + ( 358,0−355,55 ) = 3,46
1
Pembahasan
Hasil analisis tekstur jelly dengan texture analyzer ditunjukkan oleh Tabel 1.
Terdapat sampel yang digunakan yaitu sampel Jelly X dan Jelly Y. Kedua sampel
memiliki diameter dan tinggi yang sama serta masing-masing diukur dengan dua kali
ulangan. Sampel Jelly X memiliki gel strength sebesar 355,55 ± 3,46 g, sedangkan nilai
gel strength sampel Jelly Y adalah 43,35 ± 4,88 g. Sampel Jelly X dinilai memiliki
kekuatan gel yang lebih tinggi dibanding Jelly Y. Hal tersebut sesuai literatur dari
Suptijah et al. (2013) yang menyatakan semakin tinggi nilai gel strength, jelly yang
terbentuk akan semakin kenyal.
Rata-rata =
∑ Xi
n
301,0+251,6
= = 276,3 g
2
√
n
SD = ∑ ( xi−x )2
i=1
n−1
√
2 2
= ( 301,0−276,3 ) + ( 251,6−276,3 ) = 34,9 g
1
- Hardness
Rata-rata =
∑ Xi
n
4998,9+ 4632,2
= = 4815,6 g
2
√
n
SD = ∑ ( xi−x )2
i=1
n−1
√
2 2
= ( 4998,9−4815,6 ) + ( 4632,2−4815,6 ) = 259,3 g
1
Pembahasan
Hasil analisis karakter tekstur hardness/kekerasan pada sampel keripik
ditunjukkan pada Tabel 2. Sampel yang digunakan adalah kerupuk ikan dan
kerupuk pangsit. Parameter yang diuji adalah brittleness dan hardness. Masing-
masing karakter dan sampel diuji sebanyak dua kali ulangan. Nilai brittleness
hanya terdeteksi pada sampel kerupuk ikan saja yaitu sebesar 276,3 ± 34,9 g.
Kerupuk pangsit mudah hancur saat ditekan dengan probe sehingga daya retaknya
(brittleness) tidak terdeteksi. Nilai hardness pada sampel kerupuk ikan dan kerupuk
pangsit berturut-turut adalah 4815,6 ± 259,3 g dan 705,8 ± 18,4. Sampel kerupuk
ikan dinilai bersifat lebih keras dibanding kerupuk pangsit. Hal tersebut sesuai
dengan literatur dari Haliza et al. (2012) yang menyatakan semakin tinggi nilai
hardness, maka bahan pangan cenderung lebih keras.
Jarak putus
%Elongasi = ×100 %
Jarak awal
17,94 mm
= × 100 %
20 mm
= 89,70%
Rata-rata =
∑ Xi
n
89,70+101,55
= = 95,63 %
2
√
n
SD = ∑ ( xi−x )2
i=1
n−1
√
2 2
= ( 89,70−95,63 ) + ( 101,55−95,63 ) = 8,38 g
1
Pembahasan
Hasil analisis tekstur sampel mi ditunjukkan pada Tabel 3. Terdapat dua
sampel yang dianalisis serta parameter analisisnya adalah jarak putus dan persen
elongasi. Analisis kedua parameter tersebut diulang sebanyak dua kali, kemudian
dihitung rata-rata persen elongasinya. Jarak putus yang semakin jauh akan
menghasilkan persen elongasi yang semakin tinggi (Waludi et al. 2019). Persen
elongasi dari sampel mi A dan mi B berturut-turut adalah 95,63 ± 8,38% dan 52,50 ±
2,55 %. Sampel mi A memiliki persen elongasi lebih tinggi dari sampel B sehingga
sampel mi A dinilai lebih sulit putus saat ditarik. Hal tersebut sesuai dengan
literatur dari Ekafitri (2010) yang menyatakan bahwa semakin besar persen
elongasi, sampel mie semakin elastis dan tidak mudah putus.
- Rata-rata =
∑ Xi
n
3,38 N +3,93 N +3,38 N
= = 3,56 N
3
√
n
- SD = ∑ ( xi−x )2
i=1
n−1
√
2 2 2
= ( 3,38−3,56 ) + ( 3,93−3,56 ) + ( 3,38−3,56 ) = 0,32 N
2
Pembahasan
Hasil analisis menggunakan Texture Profile Analysis (TPA) ditunjukkan pada
Tabel 1 dan Tabel 2. Terdapat lima parameter yang dianalisis yaitu hardness,
springiness, cohesiveness, gumminess, dan chewiness. Hardness/kekerasan adalah karakter
bahan pangan terkait daya tahan akibat gaya tekan (Istinganah et al. 2017). Semakin
Daftar Pustaka
Chandra MV, Shamasundar BA. 2015. Texture profile analysis and functional
properties of gelatin from the skin of three species of fresh water fish.
International Journal of Food Properties. 18(1): 572-580.
Ekafitri R. 2010. Teknologi pengolahan mie jagung: upaya menunjang ketahanan
pangan Indonesia. PANGAN. 19(3): 283-293.
Haliza W, Kailaku SI, Yuliani S. 2012. Penggunaan mixture response surface
methodology pada optimasi formula brownies berbasis tepung talas banten
(Xanthosoma undipes K. Koch) sebagai alternatif pangan sumber serat. J.
Pascapanen. 9(2): 96-100.
Indiarto RB, Nurhadi, Subroto E. 2012. Kajian karakteristik tekstur (texture profile
analysis) dan organolpetik daging ayam asap berbasis teknologi asap cair
tempurung kelapa. Jurnal Teknologi Hasil Pertanian. 5(2): 106-116.