Nama Anggota :
Oleh : Kelompok 7
Brak! Pintu yang diganjal oleh beberapa anak laki-laki itu didobrak oleh
gadis sinting yang sedang mencari lelaki lawan main petak umpetnya,
anak laki-laki yang menahan pintu itu tersungkur ke depan dan
mengaduh kesakitan, dasar Cyntia, badan mungil tetapi kekuatan
macam Hulk.
“Lo kenapa gak nungguin gue sih?” Cyntia bertanya dengan nada sok
merajuk.
Kelvin memutar bola matanya malas, ia kadang kesal dengan Cyntia ini,
bukan kadang lagi melainkan selalu kesal dengan gadis sinting yang ada
di sampingnya ini, selalu mengganggu dirinya dengan suara melengking
nan membahana yang dapat membuat telinga orang lain langsung
bengkak karena suara Cyntia, belum lagi celotehan atau kegiatannya
yang selalu mengganggu Kelvin membuat Kelvin naik darah dan ingin
melemparkan gadis sinting ini ke kutub utara agar mati dan tak
mengganggunya lagi, kejam memang, tetapi begitulah hal yang
terpikirkan oleh Kelvin di benaknya.
“Masih mending gue kek nenek lampir, daripada lo, muka kek pantat
panci gosong aja bangga. Udah, lo jauh-jauh dari gue.” Cyntia
mengambil spidol di dalam kotak pensil bergambar panda miliknya, lalu
memberi batas di tengah-tengah meja Cyntia dan Kelvin.
Cyntia menunggu dengan bosan di kamar Kelvin, sore ini Kelvin ingin
bercerita dengannya, tidak tahu apa yang akan diceritakan Kelvin,
sebagai seorang sahabat yang baik ia harus mendengarkan cerita
Kelvin, siapa tahu kalau Kelvin ingin cerita mengenai perasaannya
terhadap Cyntia.
Pintu kamar Kelvin terbuka dan tampaklah wanita yang usianya hampir
setengah abad tersenyum dan menghampiri Cyntia sambil membawa
nampan yang berisi susu strawberi dan coklat kesukaan mereka berdua
dan beberapa makanan ringan.
“Kelvin belum selesai mandinya, Cyn?” Wanita itu bertanya dengan
nada lembut khas keibuan pada Cyntia.
Wanita yang dipanggil mama oleh Cyntia itu tersenyum lebar, anak
tetangganya ini yang menjadi sahabat anaknya dari kecil ini memang
bisa membuat suasana hatinya bahagia, dengan tingkah dan ucapannya
yang asal ceplos saja itu.
“Ma, Cyntia laper. Tadi padahal udah makan dua mangkok mie bakso
buatan bunda, tapi laper lagi, mama masak apa?”
“Dasar ya perut karet, mama cuma buat sop dan perkedel, yuk ah kalo
mau makan, tinggalin aja tuyul itu.”
“Gue lagi suka sama adek kelas, Cyn.” Kelvin memulai ceritanya.
Deg! Entah kenapa terbesit rasa sakit di lubuk hati Cyntia, ia merasa
sakit saat tahu Kelvin menyukai orang lain, perasaannya tak
terbalaskan. Ia sangat tak menyangka jika Kelvin menyukai orang lain, ia
kira perasaannya terbalaskan, rupanya tidak. Percuma saja ia mengejar
dan selalu mengganggu Kelvin, ternyata perjuangannya sia-sia. Kelvin
menyukai orang lain, itulah faktanya.
“Lo dari tadi gak dengerin gue cerita, rese ah lo. Gak mau cerita ah
gue,” Kelvin merajuk.
“Lebay lo ah, gue dengerin nih, jadi lo jangan ngambekan. Cepetan
cerita atau gue tinggal buat makan karena dari tadi gue udah nahan
laper dan gue rela nahan rasa laper buat dengerin cerita lo.” Cyntia
berujar ketus.
“Awas lo ya gak dengerin gue. Gue lagi suka sama adek kelas, dia
orangnya cantik, polos-polos gimana gitu. Gue jatuh cinta pada
pandangan pertama sama dia, Cyn.”
“Bisalah, gak kayak lo. Gue lanjut lagi ya. Nah, gue pengen ngungkapin
rasa suka gue ke dia Cyn. Sebagai cewek, lo pasti tau kan apa aja yang
biasanya disukai cewek. Gue pengen minta bantuan lo buat nyiapin
hadiah untuk dia, gue pengen ngungkapinnya secepat-cepatnya.” Kelvin
berkata dengan semangat yang menggebu-gebu. Ia sangat bahagia bisa
menceritakan hal ini pada sahabatnya, sedangkan Cyntia hanya
tersenyum masam menahan rasa sakit hatinya.
“O..oke, tapi lo temenin gue ya. Gue balik dulu.” Cyntia beranjak dari
kasurnya Kelvin, sementara Kelvin melongo melihat Cyntia, buru-buru
ia menahan tangan Cyntia sebelum ia keluar dari tangannya.
Saat turun dari kamar Kelvin, ia melihat mama kelvin yang tengah
menunggunya di ruang makan, “mau ke mana Cyn? Gak jadi makan
sama mama?” pertanyaan yang dilontarkan mama Kelvin hanya
dibalasnya dengan senyuman sayu, lalu berlalu pergi keluar menuju
rumahnya.
“Ada masalah apa Kamu sama Cyntia?” Benar tebakan Kelvin, mamanya
pasti akan menanyakan hal itu, tetapi Kelvin tidak dapat menjawabnya,
ia saja tidak mengetahui kenapa Cyntia tiba-tiba bersikap seperti tadi,
diluar dugaannya sekali.
“Kelvin gak tau ma, tiba-tiba dia mau pulang, terus Kelvin tahan, Kelvin
tanya kenapa dia Cuma nunduk terus geleng, pergi keluar.” Ungkap
Kelvin sekenanya dan sebenarnya.
“Mama lihat Cyntia tadi menangis, mama kira kalian berantem, Kamu
tadi bahas apa sama Cyntia, mungkin ada kata-kata yang nyakitin hati
Cyntia,” Mamanya bertanya dengan lembut.
Esok paginya, tidak ada suara lengkingan milik cyntia yang merasuki
gendang telinganya, tak ada lagi gangguan-gangguan dari Cyntia,
mereka sebangku namun seperti saling tak kenal, tak ada yang berani
untuk memulai pembicaraan, semua makhluk yang ada di dalam kelas
merasa heran karena tidak biasanya mereka berdua perang dingin
seperti ini, biasanya ada saja keriuhan yang disebabkan oleh mereka
berdua.
Cyntia duduk di halte bus, karena kesibukan OSIS nya, ia jadi pulang
terlalu sore, ia cemas apakah ada bus atau taksi yang lewat. Sudah
hampir se-jam ia menunggu bus atau taksi, bunda dan ayahnya sudah
berkali-kali menghubunginya dan hanya dijawabnya, “urusan OSIS
Cyntia belum selesai.” Tentu saja ia berbohong, ia tidak ingin
orangtuanya cemas, ia bisa jaga diri.
Tak lama dari itu, rintik hujan mulai menyelimuti jalan aspal. Hawa
dingin mulai merasuki tubuh Cyntia, diraba-rabanya tas mencari
sesuatu, tetapi nihil. Sial sekali, payung dan jaket tak ia bawa, habis
sudah nasib dirinya membeku di halte bus ini.
Terbesit keinginan dalam hatinya untuk menghubungi Kelvin, namun
egonya terlalu tinggi untuk meminta tolong pada Kelvin, ia sudah
berniat untuk menjauhi lelaki itu, takut-takut perasaannya semakin
besar dan semakin ia sakit hati.
Bibir Cyntia mulai pucat, tangan serta buku jarinya mulai terlihat putih,
hujan masih terus membasahi jalan, lampi-lampu mulai menyala
menerangi sepanjang jalan, tidak ada tanda-tanda apapun taksi lewat.
Cyntia menunduk, lalu mendongak saat ada sinar yang menyinari tepat
di wajahnya, ia menyipit, itu motor Kelvin, jelas sekali. Dalam benaknya,
untuk apa Kelvin menjemputnya, toh lelaki itu menyukai orang lain,
kenapa Kelvin harus repot-repot memperdulikan dirinya?
“Gue gak mau pulang sama lo! Gue bisa naik taksi, lo duluan aja.”
Cyntia menghempaskan tangannya kasar, berujar dengan nada sedikit
berteriak karena suara hujan yang menghalangi.
“Gue salah apa sama lo, Cyn? Sampe-sampe lo gak mau pulang sama
gue? Gue udah muak Cyn dengan sikap lo yang seperti ini, gue pengen
lo yang dulu, Cyn. Yang selalu ganggu gue, yang selalu buat gue marah,
gue pengen semua itu terjadi lagi seperti biasa, Cyn.”
“Gak! Kita gak bisa seperti dulu, gue harus jaga jarak sama lo, gue harus
pergi jauh dari lo, gue gak mau deket sama lo lagi, selamanya.”
“Kasih tau gue alasannya, Cyn. Gue tersiksa dengan sikap lo yang
seperti ini.” Ujarnya dengan nada berbisik.
“Lo suka sama orang lain, Vin. Gue gak sanggup kalo deket dengan lo,
hati gue selalu sakit kalau tau lo suka sama orang lain, gue gak kuat.”
Dieratkannya pelukan Cyntia, “gue baru sadar, Cyn. Bukan dia yang gue
suka, melainkan gadis yang berada di dalam pelukan gue ini, hidup gue
berasa hampa tanpa kehadiran dia, hati gue berdesir sakit setiap dia
mengacuhkan gue, dan jantung gue selalu berdegup kencang bila dia di
dekat gue.”
“I love you my best friend. Jadi pacar sama sahabat gue ya.” Kelvin
berbisik lembut, semakin mengeratkan pelukannya.
Sinopsis
Kelvin dan Cyntia adalah dua orang remaja yang telah menjalin
persahabatan sejak mereka kecil, bertahun tahun telah mereka lewati
dengan riuh riuh canda tawa. Setiap saat, mereka selalu menunjukan
kekonyolannya dihadapan teman-teman, tidak dapat dipungkiri jika
Cyntia memiliki perasaan untuk sahabatnya yaitu Kelvin.
Pada saat itu Cyntia sudah kehilangan cerianya, tak ada satu katapun
yang terucap untuk Kelvin, teman-temannyapun heran dengan sikap
mereka saat ini. Kelvin pun mulai tidak kuat dengan sikap Cyntia
padanya, dia mulai menanyakan mengapa Cyntia berubah? Dan pada
akhirnya Cyntia mengungkapkan perasaannya, dan Kelvin sadar bahwa
yang dia suka itu Cyntia bukan wanita lain.
1. Tema
2. Penokohan
Tokoh Cyntia
Tokoh Cyntia dalam cerpen ini, sebagai tokoh protagonis yang
diperankan oleh “Cyntia”. pengarang menggambarkan tokoh ini
sebagai orang yang jail, kanak-kanakan, mudah baper tetapi juga
baik hati.
Tokoh Kelvin
Tokoh Hendra
Tokoh Teman-Teman
“Hen, bilangin si sinting itu kalo gue belum dateng ya, gue mau
sembunyi dulu.” Setelah berkata seperti itu kepada ketua
kelasnya, lalu ia berlari ke arah meja guru dan bersembunyi di
bawahnya, semua teman sekelasnya menggeleng-gelengkan
kepala melihat kelakuan Kelvin dan Cyntia —si sinting yang
disebutkan oleh Kelvin tadi,- bagai anak kecil yang sedang
bermain petak umpet, Kelvin yang ngumpet dan Cyntia yang
mencari, begitulah suasana kelas mereka setiap pagi.
“Gue lagi suka sama adek kelas, Cyn.” Kelvin memulai ceritanya.
Peningkatan Konflik
Puncak Konflik
“Gak! Kita gak bisa seperti dulu, gue harus jaga jarak sama lo, gue
harus pergi jauh dari lo, gue gak mau deket sama lo lagi,
selamanya.”
“Lo suka sama orang lain, Vin. Gue gak sanggup kalo deket dengan
lo, hati gue selalu sakit kalau tau lo suka sama orang lain, gue gak
kuat.”
Penurunan Konflik
Penyelesaian
“I love you my best friend. Jadi pacar sama sahabat gue ya.”
Kelvin berbisik lembut, semakin mengeratkan pelukannya.
a. Latar tempat
Kamar Kelvin
Halte Bus
Pagi hari
Sore hari
c. Latar suasana
Gembira
Gundah Gulana
Kecewa
Bahagia
“I love you my best friend. Jadi pacar sama sahabat gue ya.”
Kelvin berbisik lembut, semakin mengeratkan pelukannya.
5. Konflik
Konflik psikis
Konflik sosial
“Gue salah apa sama lo, Cyn? Sampe-sampe lo gak mau pulang
sama gue? Gue udah muak Cyn dengan sikap lo yang seperti ini,
gue pengen lo yang dulu, Cyn. Yang selalu ganggu gue, yang selalu
buat gue marah, gue pengen semua itu terjadi lagi seperti biasa,
Cyn.”
“Gak! Kita gak bisa seperti dulu, gue harus jaga jarak sama lo, gue
harus pergi jauh dari lo, gue gak mau deket sama lo lagi,
selamanya.”
Konflik fisikal
Tak lama dari itu, rintik hujan mulai menyelimuti jalan aspal. Hawa
dingin mulai merasuki tubuh Cyntia, diraba-rabanya tas mencari
sesuatu, tetapi nihil. Sial sekali, payung dan jaket tak ia bawa,
habis sudah nasib dirinya membeku di halte bus ini.
6. Amanat
Kisah cerita dari sudut ”dia”, namun pengarang atau narator dapat
menceritakan apa saja hal-hal dan tindakan yang menyangkut
tokoh ”dia” tersebut. Pengarang mengetahui segalanya.
Nilai Agama
Nilai Sosial
Nilai Moral
Sepanjang pelajaran, Kelvin merasa ada yang kurang dalam hari-
harinya, sesuatu yang memang harus menjadi santapan paginya,
namun sekarang telah hilang. Kemana gangguan-gangguan yang
ditujukan untuknya dari Cyntia, mana celotehan-celotehan yang
bisa membuat telinganya panas dan otaknya yang hampir
meledak, ia kehilangan hal itu, ia sangat merasa kehilangan.
“Hen, bilangin si sinting itu kalo gue belum dateng ya, gue mau
sembunyi dulu.” Setelah berkata seperti itu kepada ketua
kelasnya, lalu ia berlari ke arah meja guru dan bersembunyi di
bawahnya, semua teman sekelasnya menggeleng-gelengkan
kepala melihat kelakuan Kelvin dan Cyntia —si sinting yang
disebutkan oleh Kelvin tadi,- bagai anak kecil yang sedang
bermain petak umpet, Kelvin yang ngumpet dan Cyntia yang
mencari, begitulah suasana kelas mereka setiap pagi.
8. Majas
1.Perbandingan
a. Perumpamaan
Semua orang yang ada di dalam menatapnya dan kembali
melanjutkan aktivitas mereka seperti biasanya, mereka sudah
hafal suasana ini, setiap hari dan berulang-ulang.
b. Metafora
“Dasar ya perut karet, mama cuma buat sop dan perkedel, yuk ah
kalo mau makan, tinggalin aja tuyul itu.”
c. Asosiasi
d. Personifikasi
Tak lama dari itu, rintik hujan mulai menyelimuti jalan aspal.
Hawa dingin mulai merasuki tubuh Cyntia, diraba-rabanya tas
mencari sesuatu, tetapi nihil.
Senja dan hujan, terima kasih telah menjadi saksi atas kejadian
hari ini.
d. Depersonifikasi
“Masih mending gue kek nenek lampir, daripada lo, muka kek
pantat panci gosong aja bangga. Udah, lo jauh-jauh dari gue.”
f. Alegori
1) Fabel, cerita yang di dalamnya binatang-binatang berbicara dan
bertingkah laku seperti manusia
Contoh: Kancil dengan Buaya
Kancil yang cerdik
Bangou dengan kura-kura
2) Parabel, cerita yang membandingkan situasi yang khusus atau
yang umum dalam kehidupannya dengan situasi yang
dilukiskan dalam cerita itu
Contoh: Cerita Adam dan Hawa
Cerita Maryam dan Harun
Cerita Senja dan Hujan
g. Antitesis
h. Pleonasme
i. Tautologi
2.Pertentangan
a. Hiperbola
“ Hidup gue terasa hampa tanpa kehadiran dia, hati gue berdesir
sakit setiap dia mengacuhkan, dan jantung gue selalu berdegup
kencang bila di dekatnya. “
b. Litoses
“ Hidup gue terasa hampa tanpa kehadiran dia, hati gue berdesir
sakit setiap dia mengacuhkan, dan jantung gue selalu berdegup
kencang bila di dekatnya. “
c. Ironi
d. Paradok
e. Klimaks
g. Anastrof/ Inversi
h. Sinisme
“Masih mending gue kek nenek lampir, daripada lo, muka kek
pantat panci gosong aja bangga. Udah, lo jauh-jauh dari gue.”
3. Pertautan
a. Polisendeton
Gue lagi suka sama adik kelas, dan orangnya cantik, polos.
4. Perulangan/ Repitisi
a. Aliterasi
b. Asonansi
Diraba-rabanya.
c. Antanaklasis