Anda di halaman 1dari 34

KELOMPOK 7

Nama Anggota :

1. Allif Ridwan Nursyidin


2. Anis Fitria
3. Fadilla Az Zahra
4. Ita Febriani

Analisis Unsur Intrinsik dan Ekstrinsik Cerpen “ Senja dan Hujan”

Oleh : Kelompok 7

‘Jangan sia-siakan hidupmu untuk mengejar seseorang yang hanya


membuatmu patah hati, lupakan dan lihatlah ke depan, kamu hidup
bukan untuk mengejar orang itu saja.’

Kelvin berjalan dengan langkah besar menuju kelasnya, ia ingin


menghindari sesuatu yang baginya adalah bencana yang luar biasa jika
sesuatu itu mengganggunya, membuat otaknya memanas dan hampir
meledak karena sesuatu itu. Selangkah lagi ia memasuki kelasnya itu,
terdengar suara melengking dari ujung sana, Kelvin memejamkan
matanya takut, astaga, mati saja ia.

“Kelvin! Tungguin gue dong!” Bukannya menunggu orang yang


memanggilnya, ia malah masuk ke kelasnya dan langsung menutup
pintu kelas itu, semua orang yang ada di dalam menatapnya dan
kembali melanjutkan aktivitas mereka seperti biasanya, mereka sudah
hafal suasana ini, setiap hari dan berulang-ulang.
“Hen, bilangin si sinting itu kalo gue belum dateng ya, gue mau
sembunyi dulu.” Setelah berkata seperti itu kepada ketua kelasnya, lalu
ia berlari ke arah meja guru dan bersembunyi di bawahnya, semua
teman sekelasnya menggeleng-gelengkan kepala melihat kelakuan
Kelvin dan Cyntia —si sinting yang disebutkan oleh Kelvin tadi,- bagai
anak kecil yang sedang bermain petak umpet, Kelvin yang ngumpet dan
Cyntia yang mencari, begitulah suasana kelas mereka setiap pagi.

Brak! Pintu yang diganjal oleh beberapa anak laki-laki itu didobrak oleh
gadis sinting yang sedang mencari lelaki lawan main petak umpetnya,
anak laki-laki yang menahan pintu itu tersungkur ke depan dan
mengaduh kesakitan, dasar Cyntia, badan mungil tetapi kekuatan
macam Hulk.

Mata Cyntia mulai mencari-cari keberadaan Kelvin, ia sebenarnya sudah


tahu di mana Kelvin, tetapi ia ingin bermain-main sebentar, berjalan
kesana kemari di area kelas yang cukup luas, mencari di kolong meja
semua temannya, dan akhirnya ia bertanya kepada ketua kelas yang
sok bijaksana.

“Mana Kelvin?” Ia bertanya dengan nada tenang, ujung matanya terus


melirik ke arah kolong meja guru, ada sesuatu berwarna abu-abu dan
hitam yang ia yakini pasti Kelvin.

“Belum dateng,” seperti yang telah ia duga, Hendra pasti mejawab


pertanyaannya dengan jawaban tersebut, maka dari itu ia melengus
meninggalkan Hendra dan mulai berjalan ke arah meja guru.

Sementara Cyntia berjalan menuju meja guru, yang bersembunyi malah


mengigil setengah mati, ia tidak mau emosinya meledak karena gadis
sinting yang notabenenya adalah sahabat sekaligus musuh yang sangat
mengganggunya.

“Ciluk Baaa!” Wajah menyebalkan Cyntia muncul membuat Kelvin


terkejut.

Kelvin dengan cepat menetralkan rasa terkejutnya, ia berdecak kesal,


lalu keluar dari tempat persembunyiannya itu, seluruh teman-
temannya terkekeh melihat pertunjukkan dua anak remaja yang seperti
anak kecil yang kurang bahagia saat kecilnya.

“Lo kenapa gak nungguin gue sih?” Cyntia bertanya dengan nada sok
merajuk.

“Lo nyebelin, pengen gue tampol.” Kelvin mengibas-ibaskan debu yang


menempel pada seragamnya sembari berjalan menuju bangkunya yang
terletak di urutan nomor tiga dinding sebelah kanan dekat pintu.

“Tapi ayah kan udah nyuruh lo buat barengan sama gue.”

Kelvin memutar bola matanya malas, ia kadang kesal dengan Cyntia ini,
bukan kadang lagi melainkan selalu kesal dengan gadis sinting yang ada
di sampingnya ini, selalu mengganggu dirinya dengan suara melengking
nan membahana yang dapat membuat telinga orang lain langsung
bengkak karena suara Cyntia, belum lagi celotehan atau kegiatannya
yang selalu mengganggu Kelvin membuat Kelvin naik darah dan ingin
melemparkan gadis sinting ini ke kutub utara agar mati dan tak
mengganggunya lagi, kejam memang, tetapi begitulah hal yang
terpikirkan oleh Kelvin di benaknya.

“Gue tadi udah nunggu lo ya di depan rumah, kata bunda, lo masih


dandan, udah tau muka jelek, mau didandan gimana pun, muka lo
masih tetep kek nenek lampir, yaudah gue tinggalin.” Ujarnya cuek,
membuat Cyntia berdecak pelan.

“Masih mending gue kek nenek lampir, daripada lo, muka kek pantat
panci gosong aja bangga. Udah, lo jauh-jauh dari gue.” Cyntia
mengambil spidol di dalam kotak pensil bergambar panda miliknya, lalu
memberi batas di tengah-tengah meja Cyntia dan Kelvin.

“Lo ngapain sih? Jelas-jelas lo yang ganggu, kenapa lo yang ngambekan


coba?” Kelvin menyingkirkan tangan Cyntia yang sibuk membuat batas
pada meja mereka.

“Lo ngatain gue sih!”

Kelvin menggeleng, mimpi apa ia punya sahabat seperti Cyntia ini? Si


sinting yang awalnya mengganggu eh ia juga yang merajuk, maunya apa
perempuan ini?

Kelvin tidak menanggapi lagi gadis sinting di sebelahnya ini, kepalanya


ia hadapkan ke jendela, menunggu bel masuk berbunyi.

Cyntia menunggu dengan bosan di kamar Kelvin, sore ini Kelvin ingin
bercerita dengannya, tidak tahu apa yang akan diceritakan Kelvin,
sebagai seorang sahabat yang baik ia harus mendengarkan cerita
Kelvin, siapa tahu kalau Kelvin ingin cerita mengenai perasaannya
terhadap Cyntia.

Pintu kamar Kelvin terbuka dan tampaklah wanita yang usianya hampir
setengah abad tersenyum dan menghampiri Cyntia sambil membawa
nampan yang berisi susu strawberi dan coklat kesukaan mereka berdua
dan beberapa makanan ringan.
“Kelvin belum selesai mandinya, Cyn?” Wanita itu bertanya dengan
nada lembut khas keibuan pada Cyntia.

Cyntia menggeleng samar, “belum ma, lama banget si tuyul itu.”

Wanita yang dipanggil mama oleh Cyntia itu tersenyum lebar, anak
tetangganya ini yang menjadi sahabat anaknya dari kecil ini memang
bisa membuat suasana hatinya bahagia, dengan tingkah dan ucapannya
yang asal ceplos saja itu.

“Namanya juga Kelvin, mandi sebentar itu keajaiban,” mama Kelvin


meng-iyakan ucapan Cyntia.

“Ma, Cyntia laper. Tadi padahal udah makan dua mangkok mie bakso
buatan bunda, tapi laper lagi, mama masak apa?”

“Dasar ya perut karet, mama cuma buat sop dan perkedel, yuk ah kalo
mau makan, tinggalin aja tuyul itu.”

Cyntia mengangguk, ia lalu beranjak dari duduknya diikuti oleh mama


Kelvin. Belum sempat mereka berdua keluar dari kamar Kelvin,
terdengar suara decitan pintu kamar mandi dan suara bass laki-laki
bertanya, “mau ke mana kalian?”

“Eh, si tuyul udah selesai mandinya, mau makan bentar ya.”

“Eh, ntar dong makannya, dengerin gue cerita dulu,”

Cyntia berdecak, sedangkan mama Kelvin sudah keluar dari kamar


Kelvin, ia tidak ingin mendengarkan perdebatan yang tiada habisnya
dari dua anak remaja yang seperti anak kecil itu, lebih baik ia keluar
daripada mendengarkan perdebatan tersebut. Di dalam perdebatan
dua remaja ini, tidak ada yang mau mengalah sama sekali, kalau sedang
bijak saja Kelvin atau Cyntia yang akan mengalah, tetapi kalau otak
mereka sedang batu-batunya, jangan harap perdebatan tersebut
selesai.

Sepertinya, kali ini Cyntia lah yang mengalah, ia dengan terpaksa


menahan rasa laparnya untuk mendengarkan cerita Kelvin si tuyul. Kali
ini, Kelvin merasa menang, ia sudah lelah mengalah dengan Cyntia.

“Cepetan elah.” Cyntia berucap kesal sambil melipat tangannya di


dadanya dan duduk di kasur empuk milik Kelvin.

Kelvin ikut duduk di kasurnya, ia tersenyum, dan memulai ceritanya.

“Gue lagi suka sama adek kelas, Cyn.” Kelvin memulai ceritanya.

Deg! Entah kenapa terbesit rasa sakit di lubuk hati Cyntia, ia merasa
sakit saat tahu Kelvin menyukai orang lain, perasaannya tak
terbalaskan. Ia sangat tak menyangka jika Kelvin menyukai orang lain, ia
kira perasaannya terbalaskan, rupanya tidak. Percuma saja ia mengejar
dan selalu mengganggu Kelvin, ternyata perjuangannya sia-sia. Kelvin
menyukai orang lain, itulah faktanya.

Bahu Cyntia diguncang-guncangkan oleh Kelvin, bukannya mendengar


cerita dari Kelvin, Cyntia malah melamun dengan pandangan lurus ke
depan, sia-sia saja mulutnya berkoar-koar cerita tetapi tidak
didengarkan.

“Hah? Kenapa Vin?” Cyntia tersadar dari lamunannya, membuat Kelvin


berdecak kesal.

“Lo dari tadi gak dengerin gue cerita, rese ah lo. Gak mau cerita ah
gue,” Kelvin merajuk.
“Lebay lo ah, gue dengerin nih, jadi lo jangan ngambekan. Cepetan
cerita atau gue tinggal buat makan karena dari tadi gue udah nahan
laper dan gue rela nahan rasa laper buat dengerin cerita lo.” Cyntia
berujar ketus.

“Awas lo ya gak dengerin gue. Gue lagi suka sama adek kelas, dia
orangnya cantik, polos-polos gimana gitu. Gue jatuh cinta pada
pandangan pertama sama dia, Cyn.”

Cyntia memutar bola matanya malas dan mensedah pelan. “Bisa ya lo


suka sama orang, gue kira lo gak bisa suka sama orang.” Cyntia
mengejek.

“Bisalah, gak kayak lo. Gue lanjut lagi ya. Nah, gue pengen ngungkapin
rasa suka gue ke dia Cyn. Sebagai cewek, lo pasti tau kan apa aja yang
biasanya disukai cewek. Gue pengen minta bantuan lo buat nyiapin
hadiah untuk dia, gue pengen ngungkapinnya secepat-cepatnya.” Kelvin
berkata dengan semangat yang menggebu-gebu. Ia sangat bahagia bisa
menceritakan hal ini pada sahabatnya, sedangkan Cyntia hanya
tersenyum masam menahan rasa sakit hatinya.

“O..oke, tapi lo temenin gue ya. Gue balik dulu.” Cyntia beranjak dari
kasurnya Kelvin, sementara Kelvin melongo melihat Cyntia, buru-buru
ia menahan tangan Cyntia sebelum ia keluar dari tangannya.

Kelvin membalikkan badan Cyntia yang tengah menunduk, ia heran


dengan sikap Cyntia, bukankah Cyntia biasa-biasa saja tadi, kenapa
sekarang menjadi muram begini. Ia sangat tahu ada sesuatu yang
membuat suasana hati Cyntia berubah tiba-tiba begini, mungkin karena
ceritanya kurang menarik.
Dilihatnya gadis di hadapannya yang sedang menunduk, ia meraih dagu
Cyntia namun gadis itu menolak, membuat Kelvin semakin terheran-
heran. “Lo kenapa sih?” pertanyaan itu meluncur dari bibir Kelvin, ini
bukan Cyntia yang ia sebut gadis sinting seperti biasanya, ini bukan
Cyntia yang selalu ceria, ini gadis lain bukan Cyntia.

Cyntia hanya menggeleng, melepaskan tangan Kelvin dengan pelan,


kemudian berbalik pergi setengah berlari agar Kelvin tak dapat menarik
lengannya seperti tadi, ia tidak ingin melihat Kelvin, ia tidak ingin Kelvin
melihatnya menangis, ia hanya perlu menenangkan dirinya di kamar
dengan setumpuk novel usangnya, hadiah ulang tahun yang diberikan
Kelvin untuknya setiap tahun.

Saat turun dari kamar Kelvin, ia melihat mama kelvin yang tengah
menunggunya di ruang makan, “mau ke mana Cyn? Gak jadi makan
sama mama?” pertanyaan yang dilontarkan mama Kelvin hanya
dibalasnya dengan senyuman sayu, lalu berlalu pergi keluar menuju
rumahnya.

Pintu kamar Kelvin diketuk lembut oleh seseorang, entah kenapa


hatinya sedang kacau sekarang, ia sangat tidak menyukai kalau Cyntia
begitu, ia suka Cyntia yang selalu ceria, bukan yang bermuram masam
seperti tadi dan tanpa alasan jelas ia meninggalkan Kelvin di kamarnya.

Ia membuka pintu kamarnya dan tampaklah mamanya dengan raut


wajah khawatir, sepertinya mamanya ini mengetahui apa yang terjadi
pada Cyntia atau hanya melihat penampilan Cyntia dan kemari hanya
untuk menanyakan ada apa yang terjadi antara mereka.
Mamanya buru-buru masuk ke kamarnya dan duduk di tepi kasur
miliknya, wajah mamanya masih menunjukkan raut khawatir, Kelvin
mendekati mamanya dan ikut duduk di tepi kasur samping mamanya.

“Ada masalah apa Kamu sama Cyntia?” Benar tebakan Kelvin, mamanya
pasti akan menanyakan hal itu, tetapi Kelvin tidak dapat menjawabnya,
ia saja tidak mengetahui kenapa Cyntia tiba-tiba bersikap seperti tadi,
diluar dugaannya sekali.

“Kelvin gak tau ma, tiba-tiba dia mau pulang, terus Kelvin tahan, Kelvin
tanya kenapa dia Cuma nunduk terus geleng, pergi keluar.” Ungkap
Kelvin sekenanya dan sebenarnya.

“Mama lihat Cyntia tadi menangis, mama kira kalian berantem, Kamu
tadi bahas apa sama Cyntia, mungkin ada kata-kata yang nyakitin hati
Cyntia,” Mamanya bertanya dengan lembut.

Kelvin merasa ia tidak melakukan kesalahan apapun, ia hanya bercerita


dengan Cyntia perihal akan mengungkakan perasaan kepada adik
kelasnya itu secepatnya, Cyntia juga sudah sepakat untuk
membantunya, kenapa Cyntia dapat berubah menjadi muram seperti
itu, ia sendiri heran.

“Kamu harus cari tau, perbaiki hubungan kalian seperti biasanya,


jangan perang dingin seperti ini. Mama keluar dulu, ya. Kamu pasti tahu
jawabannya nanti.” Setelah berkata seperti itu, mama Kelvin keluar
meninggalkan lelaki itu yang termenung sendirian.

Esok paginya, tidak ada suara lengkingan milik cyntia yang merasuki
gendang telinganya, tak ada lagi gangguan-gangguan dari Cyntia,
mereka sebangku namun seperti saling tak kenal, tak ada yang berani
untuk memulai pembicaraan, semua makhluk yang ada di dalam kelas
merasa heran karena tidak biasanya mereka berdua perang dingin
seperti ini, biasanya ada saja keriuhan yang disebabkan oleh mereka
berdua.

Sepanjang pelajaran, Kelvin merasa ada yang kurang dalam hari-


harinya, sesuatu yang memang harus menjadi santapan paginya,
namun sekarang telah hilang. Kemana gangguan-gangguan yang
ditujukan untuknya dari Cyntia, mana celotehan-celotehan yang bisa
membuat telinganya panas dan otaknya yang hampir meledak, ia
kehilangan hal itu, ia sangat merasa kehilangan.

Ia ingin memulai bicara dengan sahabatnya ini, tetapi lidahnya terasa


kelu untuk mengatakan satu kata pun, bibirnya seperti ada perekat
yang membuatnya terus merapat saat ingin berbicara dengan Cyntia.
Hatinya terasa sesak saat Cyntia melengos dan memalingkan wajahnya
kalau mereka berpapasan, cukup sudah, Kelvin sudah tidak tahan lagi
melihat tingkah Cyntia yang menjauhinya.

Cyntia duduk di halte bus, karena kesibukan OSIS nya, ia jadi pulang
terlalu sore, ia cemas apakah ada bus atau taksi yang lewat. Sudah
hampir se-jam ia menunggu bus atau taksi, bunda dan ayahnya sudah
berkali-kali menghubunginya dan hanya dijawabnya, “urusan OSIS
Cyntia belum selesai.” Tentu saja ia berbohong, ia tidak ingin
orangtuanya cemas, ia bisa jaga diri.

Tak lama dari itu, rintik hujan mulai menyelimuti jalan aspal. Hawa
dingin mulai merasuki tubuh Cyntia, diraba-rabanya tas mencari
sesuatu, tetapi nihil. Sial sekali, payung dan jaket tak ia bawa, habis
sudah nasib dirinya membeku di halte bus ini.
Terbesit keinginan dalam hatinya untuk menghubungi Kelvin, namun
egonya terlalu tinggi untuk meminta tolong pada Kelvin, ia sudah
berniat untuk menjauhi lelaki itu, takut-takut perasaannya semakin
besar dan semakin ia sakit hati.

Bibir Cyntia mulai pucat, tangan serta buku jarinya mulai terlihat putih,
hujan masih terus membasahi jalan, lampi-lampu mulai menyala
menerangi sepanjang jalan, tidak ada tanda-tanda apapun taksi lewat.

Cyntia menunduk, lalu mendongak saat ada sinar yang menyinari tepat
di wajahnya, ia menyipit, itu motor Kelvin, jelas sekali. Dalam benaknya,
untuk apa Kelvin menjemputnya, toh lelaki itu menyukai orang lain,
kenapa Kelvin harus repot-repot memperdulikan dirinya?

“Cyntia! Pulang sekarang!” Kelvin turun dari motor dengan keadaan


basah kuyup, wajahnya menyiratkan kekhawatiran, tangannya langsung
menggenggam lengan Cyntia dan menariknya menuju motor.

“Gue gak mau pulang sama lo! Gue bisa naik taksi, lo duluan aja.”
Cyntia menghempaskan tangannya kasar, berujar dengan nada sedikit
berteriak karena suara hujan yang menghalangi.

“Bunda nelepon gue, dia cemas banget sama lo, Cyn.”

Cyntia masih tetap dalam pendiriannya, ia menggeleng keras. “Bilangin


bunda, kalo gue masih ada urusan di sekolah, lo pulang duluan, gue gak
mau pulang sama lo.”

“Gue salah apa sama lo, Cyn? Sampe-sampe lo gak mau pulang sama
gue? Gue udah muak Cyn dengan sikap lo yang seperti ini, gue pengen
lo yang dulu, Cyn. Yang selalu ganggu gue, yang selalu buat gue marah,
gue pengen semua itu terjadi lagi seperti biasa, Cyn.”
“Gak! Kita gak bisa seperti dulu, gue harus jaga jarak sama lo, gue harus
pergi jauh dari lo, gue gak mau deket sama lo lagi, selamanya.”

Kelvin tersentak, ia sangat terkejut dengan perkataan Cyntia barusan,


ditatapnya gadis itu, wajahnya pucat dan air mata mulai mengaliri
pipinya, direngkuhnya tubuh mungil Cyntia membiarkan gadis itu
menangis di dada bidang miliknya.

“Kasih tau gue alasannya, Cyn. Gue tersiksa dengan sikap lo yang
seperti ini.” Ujarnya dengan nada berbisik.

“Lo suka sama orang lain, Vin. Gue gak sanggup kalo deket dengan lo,
hati gue selalu sakit kalau tau lo suka sama orang lain, gue gak kuat.”

Dieratkannya pelukan Cyntia, “gue baru sadar, Cyn. Bukan dia yang gue
suka, melainkan gadis yang berada di dalam pelukan gue ini, hidup gue
berasa hampa tanpa kehadiran dia, hati gue berdesir sakit setiap dia
mengacuhkan gue, dan jantung gue selalu berdegup kencang bila dia di
dekat gue.”

Cyntia merenggangkan pelukannya, menatap manik mata Kelvin,


mencari kebohongan di sana, namun sepertinya kejujuran dan
kesungguhan lah yang ada di manik tersebut.

“I love you my best friend. Jadi pacar sama sahabat gue ya.” Kelvin
berbisik lembut, semakin mengeratkan pelukannya.

Di senja ini, hanya hujan dan pepohonan yang menyaksikan mereka,


kini Cyntia tahu, usahanya tak sia-sia, perasaannya terbalaskan. Senja
dan hujan, terima kasih telah menjadi saksi atas kejadian hari ini.
Apresiasi Prosa Cerpen Senja dan Hujan

Sinopsis

Kelvin dan Cyntia adalah dua orang remaja yang telah menjalin
persahabatan sejak mereka kecil, bertahun tahun telah mereka lewati
dengan riuh riuh canda tawa. Setiap saat, mereka selalu menunjukan
kekonyolannya dihadapan teman-teman, tidak dapat dipungkiri jika
Cyntia memiliki perasaan untuk sahabatnya yaitu Kelvin.

Saat Kelvin bercerita tentang perasaannya kepada Cyntia, tidak dapat


dipungkiri hatinya berbunga-bunga dia mengira Kelvin akan
mengungkapkan perasaannya pada Cyntia, namun hal itu berbanding
terbalik dengan apa yang Cyntia pikirkan, Kelvin menyukai adik
kelasnya, Cyntia tak habis pikir mungkin dia akan kehilangan
sahabatnya Kelvin, dia tidak dapat bersama lagi dengan Kelvin, sebisa
mungkin Cyntia menebarkan senyumnya pada Kelvin meskipun
akhirnya tak bisa membendung rasa sakitnya.

Pada saat itu Cyntia sudah kehilangan cerianya, tak ada satu katapun
yang terucap untuk Kelvin, teman-temannyapun heran dengan sikap
mereka saat ini. Kelvin pun mulai tidak kuat dengan sikap Cyntia
padanya, dia mulai menanyakan mengapa Cyntia berubah? Dan pada
akhirnya Cyntia mengungkapkan perasaannya, dan Kelvin sadar bahwa
yang dia suka itu Cyntia bukan wanita lain.

1. Tema

Persahabatan yang berujung cinta abadi.

2. Penokohan
Tokoh Cyntia
Tokoh Cyntia dalam cerpen ini, sebagai tokoh protagonis yang
diperankan oleh “Cyntia”. pengarang menggambarkan tokoh ini
sebagai orang yang jail, kanak-kanakan, mudah baper tetapi juga
baik hati.

Setelah berkata seperti itu kepada ketua kelasnya, lalu ia berlari


ke arah meja guru dan bersembunyi di bawahnya,
semua teman sekelasnya menggeleng-gelengkan kepala melihat
kelakuan Kelvin dan Cyntia —si sinting yang disebutkan oleh
Kelvin tadi,- bagai anak kecil yang sedang bermain petak umpet,
Kelvin yang ngumpet dan Cyntia yang mencari, begitulah suasana
kelas mereka setiap pagi.

Kelvin dengan cepat menetralkan rasa terkejutnya, ia berdecak


kesal, lalu keluar dari tempat persembunyiannya itu, seluruh
teman-temannya terkekeh melihat pertunjukkan dua anak remaja
yang seperti anak kecil yang kurang bahagia saat kecilnya.

Tokoh Kelvin

Tokoh Kelvin dalam cerpen ini, sebagai tokoh protagonis yang


diperankan oleh “ Kelvin”. Pengarang menggambarkan tokoh ini
sebagai orang yang kekanak-kanakan tetapi terkadang dewasa,
baik hati, tidak peka.

Kelvin dengan cepat menetralkan rasa terkejutnya, ia berdecak


kesal, lalu keluar dari tempat persembunyiannya itu, seluruh
teman-temannya terkekeh melihat pertunjukkan dua anak remaja
yang seperti anak kecil yang kurang bahagia saat kecilnya.
“Bisalah, gak kayak lo. Gue lanjut lagi ya. Nah, gue pengen
ngungkapin rasa suka gue ke dia Cyn. Sebagai cewek, lo pasti tau
kan apa aja yang biasanya disukai cewek. Gue pengen minta
bantuan lo buat nyiapin hadiah untuk dia, gue pengen
ngungkapinnya secepat-cepatnya.” Kelvin berkata dengan
semangat yang menggebu-gebu. Ia sangat bahagia bisa
menceritakan hal ini pada sahabatnya, sedangkan Cyntia hanya
tersenyum masam menahan rasa sakit hatinya.

Tokoh Hendra

Tokoh Hendra dalam cerpen ini, sebagai tokoh tritagonis yang


diperankan oleh “ Hendra”. Pengarang menggambarkan tokoh ini
sebagai orang yang gampang di atur.

“Mana Kelvin?” Ia bertanya dengan nada tenang, ujung matanya


terus melirik ke arah kolong meja guru, ada sesuatu berwarna
abu-abu dan hitam yang ia yakini pasti Kelvin.

“Belum dateng,” seperti yang telah ia duga, Hendra pasti


mejawab pertanyaannya dengan jawaban tersebut, maka dari itu
ia melengs meninggalkan Hendra dan mulai berjalan ke arah meja
guru.

Tokoh Teman-Teman

Tokoh teman-teman dalam cerpen ini, sebagai tokoh tritagonis


yang diperankan oleh “Teman Kelvin dan Cyntia”.

“Hen, bilangin si sinting itu kalo gue belum dateng ya, gue mau
sembunyi dulu.” Setelah berkata seperti itu kepada ketua
kelasnya, lalu ia berlari ke arah meja guru dan bersembunyi di
bawahnya, semua teman sekelasnya menggeleng-gelengkan
kepala melihat kelakuan Kelvin dan Cyntia —si sinting yang
disebutkan oleh Kelvin tadi,- bagai anak kecil yang sedang
bermain petak umpet, Kelvin yang ngumpet dan Cyntia yang
mencari, begitulah suasana kelas mereka setiap pagi.

Tokoh Mama Kelvin

Tokoh Mama Kelvin dalam cerpen ini, sebagai tokoh protagonis


yang di perankan oleh “ Mama Kelvin”. Pengarang
menggambarkan tokoh ini sebagai tokoh yang baik hati, lembut
dan perhatian.

Pintu kamar Kelvin terbuka dan tampaklah wanita yang usianya


hampir setengah abad tersenyum dan menghampiri Cyntia sambil
membawa nampan yang berisi susu strawberi dan coklat
kesukaan mereka berdua dan beberapa makanan ringan.

Wanita yang dipanggil mama oleh Cyntia itu tersenyum lebar,


anak tetangganya ini yang menjadi sahabat anaknya dari kecil ini
memang bisa membuat suasana hatinya bahagia, dengan tingkah
dan ucapannya yang asal ceplos saja itu.

Mamanya buru-buru masuk ke kamarnya dan duduk di tepi kasur


miliknya, wajah mamanya masih menunjukkan raut khawatir,
Kelvin mendekati mamanya dan ikut duduk di tepi kasur samping
mamanya.

3. Plot/ alur cerita


Pengenalan

‘Jangan sia-siakan hidupmu untuk mengejar seseorang yang hanya


membuatmu patah hati, lupakan dan lihatlah ke depan, kamu
hidup bukan untuk mengejar orang itu saja.’

Kelvin berjalan dengan langkah besar menuju kelasnya, ia ingin


menghindari sesuatu yang baginya adalah bencana yang luar biasa
jika sesuatu itu mengganggunya, membuat otaknya memanas dan
hampir meledak karena sesuatu itu. Selangkah lagi ia memasuki
kelasnya itu, terdengar suara melengking dari ujung sana, Kelvin
memejamkan matanya takut, astaga, mati saja ia.

“Kelvin! Tungguin gue dong!” Bukannya menunggu orang yang


memanggilnya, ia malah masuk ke kelasnya dan langsung
menutup pintu kelas itu, semua orang yang ada di dalam
menatapnya dan kembali melanjutkan aktivitas mereka seperti
biasanya, mereka sudah hafal suasana ini, setiap hari dan
berulang-ulang.

Awal munculnya konflik

Kelvin ikut duduk di kasurnya, ia tersenyum, dan memulai


ceritanya.

“Gue lagi suka sama adek kelas, Cyn.” Kelvin memulai ceritanya.

Deg! Entah kenapa terbesit rasa sakit di lubuk hati Cyntia, ia


merasa sakit saat tahu Kelvin menyukai orang lain, perasaannya
tak terbalaskan. Ia sangat tak menyangka jika Kelvin menyukai
orang lain, ia kira perasaannya terbalaskan, rupanya tidak.
Percuma saja ia mengejar dan selalu mengganggu Kelvin, ternyata
perjuangannya sia-sia. Kelvin menyukai orang lain, itulah faktanya.

Peningkatan Konflik

Esok paginya, tidak ada suara lengkingan milik cyntia yang


merasuki gendang telinganya, tak ada lagi gangguan-gangguan
dari Cyntia, mereka sebangku namun seperti saling tak kenal, tak
ada yang berani untuk memulai pembicaraan, semua makhluk
yang ada di dalam kelas merasa heran karena tidak biasanya
mereka berdua perang dingin seperti ini, biasanya ada saja
keriuhan yang disebabkan oleh mereka berdua.

Sepanjang pelajaran, Kelvin merasa ada yang kurang dalam hari-


harinya, sesuatu yang memang harus menjadi santapan paginya,
namun sekarang telah hilang. Kemana gangguan-gangguan yang
ditujukan untuknya dari Cyntia, mana celotehan-celotehan yang
bisa membuat telinganya panas dan otaknya yang hampir
meledak, ia kehilangan hal itu, ia sangat merasa kehilangan.

Puncak Konflik

“Gak! Kita gak bisa seperti dulu, gue harus jaga jarak sama lo, gue
harus pergi jauh dari lo, gue gak mau deket sama lo lagi,
selamanya.”

Kelvin tersentak, ia sangat terkejut dengan perkataan Cyntia


barusan, ditatapnya gadis itu, wajahnya pucat dan air mata mulai
mengaliri pipinya, direngkuhnya tubuh mungil Cyntia membiarkan
gadis itu menangis di dada bidang miliknya.
“Kasih tau gue alasannya, Cyn. Gue tersiksa dengan sikap lo yang
seperti ini.” Ujarnya dengan nada berbisik.

“Lo suka sama orang lain, Vin. Gue gak sanggup kalo deket dengan
lo, hati gue selalu sakit kalau tau lo suka sama orang lain, gue gak
kuat.”

Penurunan Konflik

Dieratkannya pelukan Cyntia, “gue baru sadar, Cyn. Bukan dia


yang gue suka, melainkan gadis yang berada di dalam pelukan gue
ini, hidup gue berasa hampa tanpa kehadiran dia, hati gue
berdesir sakit setiap dia mengacuhkan gue, dan jantung gue selalu
berdegup kencang bila dia di dekat gue.”

Cyntia merenggangkan pelukannya, menatap manik mata Kelvin,


mencari kebohongan di sana, namun sepertinya kejujuran dan
kesungguhan lah yang ada di manik tersebut.

Penyelesaian

Cyntia merenggangkan pelukannya, menatap manik mata Kelvin,


mencari kebohongan di sana, namun sepertinya kejujuran dan
kesungguhan lah yang ada di manik tersebut.

“I love you my best friend. Jadi pacar sama sahabat gue ya.”
Kelvin berbisik lembut, semakin mengeratkan pelukannya.

Di senja ini, hanya hujan dan pepohonan yang menyaksikan


mereka, kini Cyntia tahu, usahanya tak sia-sia, perasaannya
terbalaskan. Senja dan hujan, terima kasih telah menjadi saksi
atas kejadian hari ini.
4. Setting/latar cerita

a. Latar tempat

Kelas Cyntia dan Kelvin

Kelvin berjalan dengan langkah besar menuju kelasnya, ia ingin


menghindari sesuatu yang baginya adalah bencana yang luar biasa
jika sesuatu itu mengganggunya, membuat otaknya memanas dan
hampir meledak karena sesuatu itu. Selangkah lagi ia memasuki
kelasnya itu, terdengar suara melengking dari ujung sana, Kelvin
memejamkan matanya takut, astaga, mati saja ia.

Kamar Kelvin

Cyntia menunggu dengan bosan di kamar Kelvin, sore ini Kelvin


ingin bercerita dengannya, tidak tahu apa yang akan diceritakan
Kelvin, sebagai seorang sahabat yang baik ia harus mendengarkan
cerita Kelvin, siapa tahu kalau Kelvin ingin cerita mengenai
perasaannya terhadap Cyntia.

Halte Bus

Cyntia duduk di halte bus, karena kesibukan OSIS nya, ia jadi


pulang terlalu sore, ia cemas apakah ada bus atau taksi yang
lewat. Sudah hampir se-jam ia menunggu bus atau taksi, bunda
dan ayahnya sudah berkali-kali menghubunginya dan hanya
dijawabnya, “urusan OSIS Cyntia belum selesai.” Tentu saja ia
berbohong, ia tidak ingin orangtuanya cemas, ia bisa jaga diri.
b. Latar waktu

Pagi hari

Setelah berkata seperti itu kepada ketua kelasnya, lalu ia berlari


ke arah meja guru dan bersembunyi di bawahnya, semua teman
sekelasnya menggeleng-gelengkan kepala melihat kelakuan Kelvin
dan Cyntia —si sinting yang disebutkan oleh Kelvin tadi,- bagai
anak kecil yang sedang bermain petak umpet, Kelvin yang
ngumpet dan Cyntia yang mencari, begitulah suasana kelas
mereka setiap pagi.

Esok paginya, tidak ada suara lengkingan milik cyntia yang


merasuki gendang telinganya, tak ada lagi gangguan-gangguan
dari Cyntia, mereka sebangku namun seperti saling tak kenal, tak
ada yang berani untuk memulai pembicaraan, semua makhluk
yang ada di dalam kelas merasa heran karena tidak biasanya
mereka berdua perang dingin seperti ini, biasanya ada saja
keriuhan yang disebabkan oleh mereka berdua.

Sore hari

Cyntia menunggu dengan bosan di kamar Kelvin, sore ini Kelvin


ingin bercerita dengannya, tidak tahu apa yang akan diceritakan
Kelvin, sebagai seorang sahabat yang baik ia harus mendengarkan
cerita Kelvin, siapa tahu kalau Kelvin ingin cerita mengenai
perasaannya terhadap Cyntia.

Cyntia duduk di halte bus, karena kesibukan OSIS nya, ia jadi


pulang terlalu sore, ia cemas apakah ada bus atau taksi yang
lewat. Sudah hampir se-jam ia menunggu bus atau taksi, bunda
dan ayahnya sudah berkali-kali menghubunginya dan hanya
dijawabnya, “urusan OSIS Cyntia belum selesai.” Tentu saja ia
berbohong, ia tidak ingin orangtuanya cemas, ia bisa jaga diri.

c. Latar suasana

Gembira

“Ciluk Baaa!” Wajah menyebalkan Cyntia muncul membuat Kelvin


terkejut.

Kelvin dengan cepat menetralkan rasa terkejutnya, ia berdecak


kesal, lalu keluar dari tempat persembunyiannya itu, seluruh
teman-temannya terkekeh melihat pertunjukkan dua anak remaja
yang seperti anak kecil yang kurang bahagia saat kecilnya.

Gundah Gulana

Ia ingin memulai bicara dengan sahabatnya ini, tetapi lidahnya


terasa kelu untuk mengatakan satu kata pun, bibirnya seperti ada
perekat yang membuatnya terus merapat saat ingin berbicara
dengan Cyntia. Hatinya terasa sesak saat Cyntia melengos dan
memalingkan wajahnya kalau mereka berpapasan, cukup sudah,
Kelvin sudah tidak tahan lagi melihat tingkah Cyntia yang
menjauhinya.

Kecewa

Deg! Entah kenapa terbesit rasa sakit di lubuk hati Cyntia, ia


merasa sakit saat tahu Kelvin menyukai orang lain, perasaannya
tak terbalaskan. Ia sangat tak menyangka jika Kelvin menyukai
orang lain, ia kira perasaannya terbalaskan, rupanya tidak.
Percuma saja ia mengejar dan selalu mengganggu Kelvin, ternyata
perjuangannya sia-sia. Kelvin menyukai orang lain, itulah faktanya.

Bahagia

“I love you my best friend. Jadi pacar sama sahabat gue ya.”
Kelvin berbisik lembut, semakin mengeratkan pelukannya.

Di senja ini, hanya hujan dan pepohonan yang menyaksikan


mereka, kini Cyntia tahu, usahanya tak sia-sia, perasaannya
terbalaskan. Senja dan hujan, terima kasih telah menjadi saksi
atas kejadian hari ini.

5. Konflik

Konflik psikis

Esok paginya, tidak ada suara lengkingan milik cyntia yang


merasuki gendang telinganya, tak ada lagi gangguan-gangguan
dari Cyntia, mereka sebangku namun seperti saling tak kenal, tak
ada yang berani untuk memulai pembicaraan, semua makhluk
yang ada di dalam kelas merasa heran karena tidak biasanya
mereka berdua perang dingin seperti ini, biasanya ada saja
keriuhan yang disebabkan oleh mereka berdua.

Konflik sosial

“Gue salah apa sama lo, Cyn? Sampe-sampe lo gak mau pulang
sama gue? Gue udah muak Cyn dengan sikap lo yang seperti ini,
gue pengen lo yang dulu, Cyn. Yang selalu ganggu gue, yang selalu
buat gue marah, gue pengen semua itu terjadi lagi seperti biasa,
Cyn.”

“Gak! Kita gak bisa seperti dulu, gue harus jaga jarak sama lo, gue
harus pergi jauh dari lo, gue gak mau deket sama lo lagi,
selamanya.”

Konflik fisikal

Tak lama dari itu, rintik hujan mulai menyelimuti jalan aspal. Hawa
dingin mulai merasuki tubuh Cyntia, diraba-rabanya tas mencari
sesuatu, tetapi nihil. Sial sekali, payung dan jaket tak ia bawa,
habis sudah nasib dirinya membeku di halte bus ini.

Terbesit keinginan dalam hatinya untuk menghubungi Kelvin,


namun egonya terlalu tinggi untuk meminta tolong pada Kelvin, ia
sudah berniat untuk menjauhi lelaki itu, takut-takut perasaannya
semakin besar dan semakin ia sakit hati.

6. Amanat

1. Jangan terlalu berharap kepada siapapun yang masih belum


bersungguh-sungguh
2. ‘Jangan sia-siakan hidupmu untuk mengejar seseorang yang
hanya membuatmu patah hati, lupakan dan lihatlah ke depan,
kamu hidup bukan untuk mengejar orang itu saja.’
3. Lebih menghargai orang terdekat kita
4. Mencoba membuka hatu dan lebih peka terhadap lingkungan
5. Saling menyayangi dengan keluarga dan teman
7. Sudut pandang
1. Sudut Pandang Orang Ketiga Serbatahu

Kisah cerita dari sudut ”dia”, namun pengarang atau narator dapat
menceritakan apa saja hal-hal dan tindakan yang menyangkut
tokoh ”dia” tersebut. Pengarang mengetahui segalanya.

Unsur Ekstrinsik Cerpen

1. Latar Belakang Masyarakat


Bukannya menunggu orang yang memanggilnya, ia malah masuk
ke kelasnya dan langsung menutup pintu kelas itu, semua orang
yang ada di dalam menatapnya dan kembali melanjutkan aktivitas
mereka seperti biasanya, mereka sudah hafal suasana ini, setiap
hari dan berulang-ulang.

2. Latar Belakang Pengarang

Nilai Agama

Nilai Sosial

“Mama lihat Cyntia tadi menangis, mama kira kalian berantem,


Kamu tadi bahas apa sama Cyntia, mungkin ada kata-kata yang
nyakitin hati Cyntia,” Mamanya bertanya dengan lembut.

“Kamu harus cari tau, perbaiki hubungan kalian seperti biasanya,


jangan perang dingin seperti ini. Mama keluar dulu, ya. Kamu
pasti tahu jawabannya nanti.” Setelah berkata seperti itu, mama
Kelvin keluar meninggalkan lelaki itu yang termenung sendirian.

Nilai Moral
Sepanjang pelajaran, Kelvin merasa ada yang kurang dalam hari-
harinya, sesuatu yang memang harus menjadi santapan paginya,
namun sekarang telah hilang. Kemana gangguan-gangguan yang
ditujukan untuknya dari Cyntia, mana celotehan-celotehan yang
bisa membuat telinganya panas dan otaknya yang hampir
meledak, ia kehilangan hal itu, ia sangat merasa kehilangan.

“Hen, bilangin si sinting itu kalo gue belum dateng ya, gue mau
sembunyi dulu.” Setelah berkata seperti itu kepada ketua
kelasnya, lalu ia berlari ke arah meja guru dan bersembunyi di
bawahnya, semua teman sekelasnya menggeleng-gelengkan
kepala melihat kelakuan Kelvin dan Cyntia —si sinting yang
disebutkan oleh Kelvin tadi,- bagai anak kecil yang sedang
bermain petak umpet, Kelvin yang ngumpet dan Cyntia yang
mencari, begitulah suasana kelas mereka setiap pagi.

8. Majas

1.Perbandingan

a. Perumpamaan
Semua orang yang ada di dalam menatapnya dan kembali
melanjutkan aktivitas mereka seperti biasanya, mereka sudah
hafal suasana ini, setiap hari dan berulang-ulang.

Setelah berkata seperti itu kepada ketua kelasnya, lalu ia berlari


ke arah meja guru dan bersembunyi di bawahnya, semua teman
sekelasnya menggeleng-gelengkan kepala melihat kelakuan Kelvin
dan Cyntia —si sinting yang disebutkan oleh Kelvin tadi,- bagai
anak kecil yang sedang bermain petak umpet, Kelvin yang
ngumpet dan Cyntia yang mencari, begitulah suasana kelas
mereka setiap pagi.

sebagai seorang sahabat yang baik ia harus mendengarkan cerita


Kelvin, siapa tahu kalau Kelvin ingin cerita mengenai perasaannya
terhadap Cyntia.

b. Metafora

“Dasar ya perut karet, mama cuma buat sop dan perkedel, yuk ah
kalo mau makan, tinggalin aja tuyul itu.”

Sementara Cyntia berjalan menuju meja guru, yang bersembunyi


malah mengigil setengah mati, ia tidak mau emosinya meledak
karena gadis sinting yang notabenenya adalah sahabat sekaligus
musuh yang sangat mengganggunya.

Esok paginya, tidak ada suara lengkingan milik cyntia yang


merasuki gendang telinganya

“Kamu harus cari tau, perbaiki hubungan kalian seperti biasanya,


jangan perang dingin seperti ini. Mama keluar dulu, ya. Kamu
pasti tahu jawabannya nanti.”

c. Asosiasi

Bibirnya seperti ada perekat yang membuatnya terus merapat


saat ingin berbicara dengan Cyntia.

Bagai anak kecil yang sedang bermain petak umpet

d. Personifikasi

Tak lama dari itu, rintik hujan mulai menyelimuti jalan aspal.
Hawa dingin mulai merasuki tubuh Cyntia, diraba-rabanya tas
mencari sesuatu, tetapi nihil.

Di senja ini, hanya hujan dan pepohonan yang menyaksikan


mereka.

Senja dan hujan, terima kasih telah menjadi saksi atas kejadian
hari ini.

d. Depersonifikasi

“Masih mending gue kek nenek lampir, daripada lo, muka kek
pantat panci gosong aja bangga. Udah, lo jauh-jauh dari gue.”

Sesuatu yang memang harus menjadi santapan paginya, namun


sekarang telah hilang. Kemana gangguan-gangguan yang
ditujukan untuknya dari Cyntia.

Tetapi kalau otak mereka sedang batu-batunya, jangan harap


perdebatan tersebut selesai.

f. Alegori
1) Fabel, cerita yang di dalamnya binatang-binatang berbicara dan
bertingkah laku seperti manusia
Contoh: Kancil dengan Buaya
Kancil yang cerdik
Bangou dengan kura-kura
2) Parabel, cerita yang membandingkan situasi yang khusus atau
yang umum dalam kehidupannya dengan situasi yang
dilukiskan dalam cerita itu
Contoh: Cerita Adam dan Hawa
Cerita Maryam dan Harun
Cerita Senja dan Hujan

g. Antitesis

Ia sangat tak menyangka jika Kelvin menyukai orang lain, ia kira


perasaannya terbalaskan, rupanya tidak.

gadis sinting yang notabenenya adalah sahabat sekaligus musuh


yang sangat mengganggunya.

Ia sudah berniat untuk menjauhi lelaki itu, takut-takut


perasaannya semakin besar dan semakin ia sakit hati.

h. Pleonasme

Ia sebenarnya sudah tahu di mana Kelvin, tetapi ia ingin bermain-


main sebentar.

Dan akhirnya ia bertanya kepada ketua kelas yang sok bijaksana.

i. Tautologi

‘Jangan sia-siakan hidupmu untuk mengejar seseorang yang hanya


membuatmu patah hati, lupakan dan lihatlah ke depan, kamu
hidup bukan untuk mengejar orang itu saja.’

Sementara Cyntia berjalan menuju meja guru, yang bersembunyi


malah mengigil setengah mati.
j. Koreksio/Epanortosis

Kelvin memutar bola matanya malas, ia kadang kesal dengan


Cyntia ini, bukan kadang lagi melainkan selalu kesal dengan gadis
sinting yang ada di sampingnya ini

2.Pertentangan

a. Hiperbola

“ Hidup gue terasa hampa tanpa kehadiran dia, hati gue berdesir
sakit setiap dia mengacuhkan, dan jantung gue selalu berdegup
kencang bila di dekatnya. “

Badan mungil tetapi kekuatan seperti hulk.

b. Litoses

“ Hidup gue terasa hampa tanpa kehadiran dia, hati gue berdesir
sakit setiap dia mengacuhkan, dan jantung gue selalu berdegup
kencang bila di dekatnya. “

c. Ironi

“ Namanya juga Kelvin, mandi sebentar itu ke ajaiban.”

d. Paradok

Ia sangat tak menyangka jika Kelvin menyukai orang lain, ia kira


perasaannya terbalaskan, rupanya tidak.

e. Klimaks

Cyntia merenggangkan pelukannya, menatap manik mata Kelvin,


mencari kebohongan di sana, namun sepertinya kejujuran dan
kesungguhan lah yang ada di manik tersebut.
f. Antiklimaks

Di senja ini, hanya hujan dan pepohonan yang menyaksikan


mereka, kini Cyntia tahu, usahanya tak sia-sia, perasaannya
terbalaskan. Senja dan hujan, terima kasih telah menjadi saksi
atas kejadian hari ini.

g. Anastrof/ Inversi

Esok paginya, tidak ada suara lengkingan milik cyntia yang


merasuki gendang telinganya.

Kelvin merasa ada yang kurang dalam hari-harinya, sesuatu yang


memang harus menjadi santapan paginya.

Lampu-lampu mulai menyala menerangi sepanjang jalan, tidak


ada tanda-tanda apapun taksi lewat.

h. Sinisme

“Gue tadi udah nunggu lo ya di depan rumah, kata bunda, lo


masih dandan, udah tau muka jelek, mau didandan gimana pun,
muka lo masih tetep kek nenek lampir, yaudah gue tinggalin.”

“Masih mending gue kek nenek lampir, daripada lo, muka kek
pantat panci gosong aja bangga. Udah, lo jauh-jauh dari gue.”

3. Pertautan
a. Polisendeton

Cyntia memakan makanan yang diberi susu strawberi dan coklat


dan beberapa makanan ringan.
b. Asindeto

Gue lagi suka sama adik kelas, dan orangnya cantik, polos.

4. Perulangan/ Repitisi

a. Aliterasi

Kesana kemari ke kelasnya.

Memutar matanya malas.

Masam menahan marah.

b. Asonansi

Masam menahan rasa.

Kesana kemari di area kelas.

Diraba-rabanya.

c. Antanaklasis

Anda mungkin juga menyukai