Anda di halaman 1dari 76

Jurnal Kesehatan Bakti Tunas Husada

Volume 17 Nomor 1 Februari 2017

EKSTRAK BUNGA KECOMBRANG (Etlingera elatior) SEBAGAI


INDIKATOR ALTERNATIF PADA MEDIA GULA-GULA

Korry Novitriani, Hesti Nita Hasanah, Azminatuz Zulfa,


Program Studi DIII Analis Kesehatan
Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Bakti Tunas Husada Tasikmalaya

Abstrak

Bunga kecombrang (Etlingera elatior) merupakan salah satu tanaman yang mengandung
senyawa flavonoid, saponin. Selain itu juga bunga kecombrang mengandung antosianin, warna
antosianin dapat digunakan sebagai indicator asam-basa. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui
apakah indicator dari ekstrak bunga bunga kecombrang dapat digunakan sebagai alternative pengganti
indicator brom cresol purple pada media gula-gula. Metode yang digunakan dalam penelitian ini
adalah metode ekstraksi yang dilakukan dengan cara maserasi dengan pelarut yang digunakan adalah
etanol 96%.
Hasil penelitian menunjukan adanya perubahan warna dari awal berwarna hijau menjadi merah
muda. Dengan adanya perubahan warna pada media tersebut maka dapat disimpulkan bahwa ekstrak
bunga kecombrang (Etlingeraelatior) dapat digunakan sebagai indicator alternative pada media gula-
gula.

Kata kunci: Indikator, Bunga kecombrang (Etlingera elatior), Antosianin, Media gula-gula

PENDAHULUAN kecombrang (Etlingera elatior) (Naupalin,


Antosianin merupakan salah satu 2005).
zat warna alami yang bersifat sebagai Dengan sifat yang demikian ini
antioksidan yang terdapat dalam tumbuh- maka antosianin dapat dipergunakan
tumbuhan. Antosianin tergolong pigmen sebagai indikator asam basa alami.
yang disebut flavonoid yang pada Indikator asam basa adalah senyawa
umumnya larut dalam air. Warna pigmen halokromik yang ditambahkan dalam
antosianin adalah merah, biru, violet dan jumlah kecil ke dalam sampel, umumnya
biasanya dijumpai pada bunga, buah- adalah larutan yang akan memberikan
buahan dan sayur-sayuran (Sari dkk, warna sesuai dengan kondisi pH larutan
2005). Perbedaan warna yang pada tersebut. Pemanfaatan indikator ini selain
antosianin ini dikarenakan banyaknya untuk memberikan titik akhir pada titrasi
jenis dari anto sianin dan antosianin ini dapat juga dipergunakan dalam
dapat berubah warna menyesuaikan mengidentifikasi keberadaan bakteri
dengan pH sekitarnya. dalam suatu media tertentu yang hasil
Telah ditemukan antosianin yang metabolismenya mengeluarkan hasil
berasal dari tanaman yang biasa sering samping berupa asam atau basa. Salah
digunakan yaitu bunga Rosella (Hibiscus satu media yang menggunakan indicator
sabdariffa L) (Izonfuo, 2006), bunga yang dipengaruhi oleh pH ini adalah
Sepatu (Hibiscus rose-sintesis L) (Siti media gula–gula. Media gula-gula ini
Nuryanti dkk, 2010) , bunga Kertas merupakan media selektif untuk
(Bougenville) (Suryatno dkk, 2014), bunga identifikasi bakteri yang mempunyai hasil

81
Jurnal Kesehatan Bakti Tunas Husada
Volume 17 Nomor 1 Februari 2017

samping metabolism berupa asam, media gula-gula dilakukan sama dengan


misalnya Escherichia coli. dalam pembuatan pada media gula-gula
standar hanya saja dalam penambahan
METODELOGI PENELITIAN
indicator brom kresol ungu diganti oleh
Ekstraksi bunga kecombrang
ekstrak bunga kecombrang.
(Moulana, dkk, 2012)
Bunga kecomrang sebanyak 10 HASIL DAN PEMBAHASAN
gram. Dilarutkan dalam 10 mL alcohol Ekstraksi bunga kecombrang
96% kemudian dimaserasi selama 24 jam Metode ekstraksi maserasi
pada suhu ruangan dan tidak terkena sinar merupakan proses pengekstrakan simplisia
matahari langsung kemudian disaring, dan dengan menggunakan pelarut dengan
hasil ekstrak bunga kecombrak siap beberapa kali pengocokan atau
digunakan. pengadukan pada temperatur ruangan
Penentuan Trayek pH (Euis, 2014) (kamar). Metode ini bertujuan untuk
Menyiapkan larutan buffer pH 1- mencari zat-zat berkhasiat yang tahan
13 yang sudah diukur dengan pH pemanasan maupun yang tidak tahan
meter. mereaksikan buffer pH 1-13 pemanasan. (Depkes RI, 2000). Ekstraksi
sebanyak 2 mL dengan ekstrak bunga dilakukan dengan menggunakan pelarut
kecombrang sebanyak 3 tetes. Dan etanol 96%), kemudian direndam selama
dilihat perubahan warna yang terjadi. 24 jam pada suhu ruangan karena
Uji indicator alami pada media gula- kestabilan antosianin dipengaruhi oleh
gula suhu, suhu yang terlalu tinggi akan
Menimbang masing-masing media menyebabkan kerusakan pada zat
gula-gula sebanyak 0,2 gram, memasukan antosianin.
air pepton 20 mL, brom kresol ungu 0,004 Penentuan Trayek pH
% 0,9 mL sampai berwarna ungu, Berdasarkan penentuan trayek pH
masukan kedalam tabung reaksi kecil dengan variasi pH yang dibuat 1,0-13,0
sebanyak 3 mL, tutup dengan sumbat dan terjadi 3 fenomena perubahan warna
kapas dan kertas payung kemudian di yang dihasilkan dari ekstrak bunga
o
autoclave pada suhu 121 C selama 15 kecombrang yang pertama pada pH 5,5-
menit, setelah media gula-gula dingin 6,0 (asam) terjadi perubahan warna dari
tanamkan suspensi E.coli dan suspensi merah muda menjadi bening, kedua pada
pseudomonas, inkubasi pada suhu 37oC pH 7,5- 8,0 (netral) terjadi perubahan
selama 24 jam, lalu lihat perubahan warna warna dari bening menjadi warna coklat
yang terjadi pada media gula-gula dan terakhir pada pH 10,5 - 11,0 (basa)
(standar). (gambar 1) perubahan warna tersebut
Untuk pengujian ekstrak bunga disebabkan adanya perubahan
kecombrang sebagai indicator alami pada

82
Jurnal Kesehatan Bakti Tunas Husada
Volume 17 Nomor 1 Februari 2017

kesetimbangan dari antosianin. (Gambar


2)

Gambar 2. Bentuk Kesetimbangan Antosianin


(Sumber: Worlstad, dkk, 2005)

Faktor yang paling mempengaruhi


stabilitas antosianin adalah pH. Pada
B umumnya, antosianin lebih stabil dalam
Gambar 1. Trayek pH ekstrak kecombrang. media asam pada pH rendah daripada
A. pH 1,0-6,5. B. pH7,0-13
larutan alkali. Dalam larutan aqueous,
Hasil analisis trayek pH dari antosianin berada pada empat bentuk
ekstrak bunga kecombrang memberikan kesetimbangan yang tergantung pada pH:
perubahan warna yang menyatakan bahwa basa kuiononoidal, kation flavilium,
ekstrak ini dapat dimanfaatkan sebagai carbinol atau basapseudo dan kalkon. Pada
indikator alami untuk asam basa. kondisi asam (pH < 2), antosianin hadir
dalam bentuk kation flavilium yang
berwarna merah. Meningkatnya nilai pH
dapat menyebabkan menurunnya
intensitas warna dan konsentrasi kation
flavilium. Pada waktu yang sama, kation
flavilium terjadi dihidrasi menghasilkan
karbinol atau basapseudo yang tak
berwarna. Dan juga kehilangan proton
yang cepat karena pH yang meningkat
mengakibatkan perubahan bentuk kation
flavilium menjadi bentuk kuinonoidal.

83
Jurnal Kesehatan Bakti Tunas Husada
Volume 17 Nomor 1 Februari 2017

Ketika pH meningkat lagi, bentuk karbinol sumber nutrisi dan energi pada media bagi
berubah mejadi chalcone. Menurut bakteri. Jenis-jenis karbohidrat yang
Worlstad (2005) pada nilai pH berada di digunakan monosakarida dan disakarida.
antara 4-5,5 sangat sedikit warna yang Penggunaan karbohidrat yang berbeda-
tertinggal karena bentuk carbinol tak beda ini bertujuan untuk melihat stabilitas
berwarna dan kalkon yang berwarna dari perubahan warna antosianin. Dalm
kekuningan yang mendominasi. Hanya pembuatan media gula-gula dibutuhkan air
saja pada penelitian ini perubahan warna pepton, karbohidrat dan indikator. Dalam
menjadi kekuningan bergeser kearah basa pembuatan air pepton dibutuhkan bacto
hal ini kemungkinan karena masih adanya pepton, NaCl dan akuades. Bacto pepton
zat lain yang dapat dipengaruhi oleh berfungsi sebagai pertumbuhan bakteri
adanya perubahan pH dan dibuktikan sedangkan NaCl yang ditambahkan
dengan adanya perubahan warna menjadi mempunyai fungsi sebagai penghambat
kecoklatan pada pH 9,5-10,5. bakteri lain dan akuades berfungsi sebagai
Uji indicator alami pada media gula- pelarut. Untuk melihat stabilitas indikator
gula terhadap karbohidrat maka penambahan
Salah satu metode analisia yang karbohidrat diberikan secara bervariasi
menggunakan indikator adalah metode pada golongan monosakarida maupun
identifikasi bakteri. Salah satu media yang disakarida. Dimana karbohidrat yang
digunakan dalam identifikasi bakteri termasuk golongan monosakarida yaitu
adalah media gula-gula. glukosa dan manitol. Sedangkan yang
Dalam pembuatan media gula- termasuk golongan disakarida yaitu
gula digunakan karbohidrat sebagai laktosa, maltosa dan sukrosa.

1 2 3
1 2 3

A B

1 2 3
1 2 3

C D

84
Jurnal Kesehatan Bakti Tunas Husada
Volume 17 Nomor 1 Februari 2017

1 2 3

E
Gambar 3. Uji ekstrak kecombrang pada media gula-gula dengan variasi karbohidrat. A. glukosa B.
Laktosa C. maltose D. manitol E. sukrosa (1. Pembanding; 2. Kontrol positif dan 3. Kontrol negatif)

Pada saat menganalisis kestabilan Adanya H+ yang dihasilkan dari proses


ekstrak bunga kecombrang ini dilakukan fermentasi dapat merubah suasana pH
dalam tiga tabung, dimana pada tabung media, sehingga ekstrak bunga
pertama sebagai pembanding yang berisi kecombrang dapat berubah warna dari
ekstrak bunga kecombrang dalam media hijau dalam suasana basa menjadi warna
gula, pada tabung kedua sebagai kontrol merah muda dalam suasana asam. Pada
positif yang berisi ekstrak bunga tabung ketiga sebagai control negatif yang
kecombrang dalam media dan penanaman telah ditanam bakteri pseudomonas
bakteri Escherichia coli dan pada tabung didapatkan hasil yaitu pada media gula
ketiga sebagai kontrol negatif berisi terjadi perubahan warna dari hijau muda
ekstrak bunga kecombrang dalam media menjadi hijau tua.Warna hijau tersebut
gula dan penanaman bakteri berasal dari strain murni bakteri
Pseudomonas. pseudomonas dimana ketika bakteri ini
Pada tabung pertama sebagai ditanam pada media yang sesuai akan
pembanding berisi media dengan menghasilkan pigmen fluoresen berwarna
penambahan ekstrak bunga kecombrang hijau yaitu pioverdin dan dikarenakan
tidak memberikan warna. Pada tabung media gula-gula ini termasuk senyawa
kedua sebagai control positif, Berisi sama disakarida atau senyawa yang lebih
seperti tabung pertama hanya ditambahkan kompleks sehingga proses penguraiannya
adanya penanaman bakteri Escherichia sangat lambat. Tidak terjadinya perubahan
coli dan dari sini didapatkan hasil yaitu warna tersebut disebabkan tidak adanya
adanya perubahan warna dari warna media aktivitas fermentasi oleh bakteri, dapat
tidak berwarna menjadi warna merah dinyatakan bakteri pseudomonas tidak
muda dan menghasilkan gas. Perubahan memenfermasikan karbohidrat sebagai
ini disebabkan aktivitas fermentasi oleh sumber nutrisi, melainkan
Escherichia coli yang mengubah pH menggunakannya sebagai sumber karbon.
media menjadi asam, sesuai dengan reaksi (Gambar 3)
fermentasi sebagai berikut: Hanya saja pada media yang
C6H12O6 2C2H5OCOO + mengandung glukosa terjadi perubahan
+
2H warna dari kehijauan menjadi kuning,

85
Jurnal Kesehatan Bakti Tunas Husada
Volume 17 Nomor 1 Februari 2017

warna kuning tersebut kemungkinan Nuryanti Siti, dkk, Indikator Titrasi Asam-
terbentuk karena glukosa merupakan Basa Dari Ekstrak Bunga Sepatu
senyawa monosakarida atau senyawa yang (Hibiscus rosa sinensis L),
lebih sederhana, sehingga dalam proses AGRITECH Vol.30 No.3: 178-
penguraiannya lebih cepat. 183, 2010
Sari Puspita, A Fitriyah, K Mukhamad,
Kesimpulan Unus, F Mukhamad, L Triana.
Berdasarkan hasil pengamatan 2005. Ekstraksi dan stabilitas
dapat disimpulkan bahwa ekstrak bunga antosianin dari kulit buah duwet
kecombrang (Etlingera elatior) dapat (Syzigium cumini). Jurnal Teknol
digunakan sebagai indicator alternative dan Industri PanganVol.XVI No.
pada media gula-gula. 2. 2005
Suyatno dan nurul hidtayati. Skirining
Daftar Pustaka fitokimia pada beberapa ekstrak
Departemen Kesehatan RI. Parameter dari tumbuhan bougenvil
standar umum ekstrak tumbuhan (bougenvillea glabra), bunga
obat ; Jakarta. Diktorat Jendral sepatu (hibicus rosa-sinensis l),
Pom – Depkes RI, 2000 dan daun ungu (graptophylum
Moulana, R. dkk. Efektifitas penggunaan pictum grif). Jurnal fmipa
jenis pelarut dan asam dalam UGM.Yogyakarta. 2014
proses Ekstraksi pigmen Worlstad Ronald E, Durst Robert W and
Antosianin kelopak bunga rosella Leeb Jungmin. Tracking color and
(Hibiscus sabdariffa L)Jurnal pigment changes in anthocyanin
Teknologi dan Industri Pertanian Product. Trends in food Science
Indonesia. 4 (3) : 20-25, 2012 and Techonology, 16, 423-428.
2005

86
Vol. 14 | No. 2 |1402-1407| April - June | 2021
ISSN: 0974-1496 | e-ISSN: 0976-0083 | CODEN: RJCABP
http://www.rasayanjournal.com
http://www.rasayanjournal.co.in

Senna FLOWER EXTRACT AS AN INDICATOR FOR


ACID-BASE TITRATION
N. Pattarapongdilok1, , P. Malichim2, N. Simmee2 and J. Sichaem3
1
Chemistry Program, Department of Science, Faculty of Science and Technology,
Bansomdejchaopraya Rajabhat University, 10600, Bangkok, Thailand
2
Science Program, Faculty of Education, Bansomdejchaopraya Rajabhat University, 10600,
Bangkok, Thailand
3
Research Unit in Natural Products Chemistry and Bioactivities, Faculty of Science and
Technology, Thammasat University Lampang Campus, 52190, Lampang, Thailand

Corresponding Author: olinpoo@gmail.com

ABSTRACT
Senna (Khi-Lek in Thai) is a plant that produces yellow flowers, and which grows naturally throughout Thailand. This
study investigated the use in the acid-base titration of extracts from the flowers of Senna siamea (Lam.) H.S. Irwin &
Barneby, Senna garrettiana (Craib) H.S. Irwin & Barneby, and Senna surattensis (Burm.f.) H.S. Irwin & Barneby.
The dried flower extracts were added to buffer solutions, HCl/NaOH solutions, and CH3COOH/NaOH solutions, and
any color change was observed. All three extracts caused the solutions to become darker brown as the pH increased.
Senna surattensis Burm. f. the extract produced the most easily observed change. This extract was therefore shown to
be an effective indicator in acid-base titration of 0.1 M HCl and 0.5 M NaOH. The solution changed visibly from
colorless to brown. Its effectiveness compared favorably with that of phenolphthalein, a standard laboratory indicator.
Senna extract is particularly appropriate for use in chemistry demonstrations at Thai schools as it is widely available,
economical, easy to prepare, safe in use, and environmentally friendly.
Keywords: Senna surattensis Burm. f., Senna garrettiana Craib, Senna siamea Lam., Indicator, Acid-base titration.
RASĀYAN J. Chem., Vol. 14, No.2, 2021

INTRODUCTION
An indicator is a halochromic chemical compound that, when added in small amounts to a solution, changes
color at a specific pH or in a way that measures acidity, alkalinity, or the progression of a reaction.1 It is
used in an acid-base titration, a basic method of analyzing chemical content in which an acid and base at a
known concentration and standard solution (titrant) are reacted in an Erlenmeyer flask with a solution of
unknown concentration (titrant). Equivalence points are identified when the indicator changes color. The
endpoint or color change selected should be close to the equivalence point of the acid-base reaction.2-4 Most
chemical laboratories use synthetic acid-base indicators. However, natural extracts are safer, cheaper, and
easier to source, making them a desirable substitute.5,6 Natural flavonoids such as anthocyanins and
flavanones have been demonstrated to act as indicators.7-9 The current study focused on extracts from the
flowers of three Senna species, as these contain flavonoids and therefore were proposed to have the
chemical properties of an indicator
Senna siamea (Lam.) H.S. Irwin & Barneby is a perennial of the Fabaceae family that reaches a height of
8-15 m. The trunk is often bent, with gray to brown-black bark that has shallow furrows running along its
length. The leaves are dark green and made up of alternately arranged feathers. The plant bifurcates into a
bouquet of branches tipped with yellow flowers.10,11 Its extracts are used extensively in traditional Thai
medicine to treat constipation and to promote blood, bile, and appetite. The phytochemical constituents of
S. siamea Lam. include polyphenols,12 sterols,13 chromones,14 alkaloids,15 and flavonoids.16-18
Senna garrettiana (Craib) H.S. Irwin & Barneby (Fabaceae) is another perennial that reaches a height of
10 m. The trunk is straight and its thick bark is dark brown to black. The leaves take the form of an elongated
oval with a spear-like tip and the flowers are yellow to golden in color. The skin of the pod is smooth and
Rasayan J. Chem., 14(2), 1402-1407(2021)
http://dx.doi.org/10.31788/ RJC.2021.1425784 This work is licensed under a CC BY 4.0 license.
Vol. 14 | No. 2 |1402-1407| April - June | 2021

completely hairless.19,20 Phytochemical studies of S. garrettiana Craib have identified a range of compounds
including chrysophanol, cassialoin, cassigarols A-G, chrysophanic acid, chrysophanol dianthrone,
quercetin, piceatannol, piceatanol, protocatechuic aldehyde, scirpusin B, and betulic acid. Extracts have
been reported to be cytotoxic against cancer cells and embryos, to stimulate the uterus, and to prevent the
excretion of gastric juice.21
Senna surattensis (Burm. f.) H.S. Irwin & Barneby (Fabaceae) is a small- to a medium-sized shrub that
grows up to 7 m in height. The smooth leaves comprise a single feather layer, and sparse hair is arranged
alternately between the leaves and the belly. Flowers appear as a bouquet of elbows near the tips of the
branches. The petals are oval and yellowish green in color. The pods are flat and smooth with a shiny seed
surface. S. surattensis Burm. f. is used as a herbal remedy against fever and hiccups.19 Aqueous extracts of
this plant have been found to contain flavonoids, alkaloids, steroids, and amino acids.22
Little information is available on the chemical content of Senna flowers, but they are believed to contain
flavonoids.23,24 This suggests potential applications as an indicator for acid-base titration, though a literature
search turned up no reports of the extracts being used in this way. In this study, we investigated the color
change in Senna flower extracts when exposed to solutions of specific pH. We tested them as an indicator
for acid-base titration and compared their performance with that of a synthetic indicator. If an indicator
derived from Senna flowers can replace synthetic indicators it will find a special role as a teaching aid in
Thai schools, as Senna is widely available, cheap, convenient, and safe for the user and the environment.

EXPERIMENTAL
Flower extraction
Petals of S. siamea Lam., S. garrettiana Craib, and S. surattensis Burm. f. was collected from Suphanburi
province, Chanthaburi province, and Bangkok province, respectively. After drying at 60 oC for two hours,
extraction was performed at 100 oC for one hour using 6 g of dried leaf and 200 mL of deionized water.
After cooling to room temperature, the aqueous extracts were passed through white filter cloth and
Whatman number 1 filter paper. They were placed in a vacuum rotary evaporator at 60 ºC to prepare 5 %
(w/w) dried extract in water.

Color Change when placed in pH Solution


Five drops of 5%(w/w) extract was added to three solutions: buffer (pH 1-13), hard acid–hard base (pH 1-
14, prepared from hydrochloric acid (HCl) and sodium hydroxide (NaOH)), and soft acid–hard base (pH 1-
14, prepared from acetic acid (CH3COOH) and NaOH). The buffer solutions used were mixtures of the
following: HCl/potassium chloride (KCl) at pH 1 and 2, HCl/potassium hydrogen phthalate (KHP) at pH 3
and 4, KHP/NaOH at pH 5, potassium dihydrogen phosphate (KH2PO4)/NaOH at pH 6 to 8, HCl/sodium
tetraborate decahydrate (Na2B4O7·10H2O) at pH 9, HCl/sodium bicarbonate (NaHCO3) at pH 10 and 11,
and KCl/NaOH at pH 12 and 13.25-27

Titration
Those extracts that exhibited the strongest color change were chosen as the indicator for strong acid–strong
base titration (1.0 HCl titrated with 0.5 NaOH and 1.0 M NaOH) and weak acid–strong base titration (1.0
M CH3COOH titrated with 0.5 NaOH and 1.0 M NaOH). Five drops of extract were mixed with 15 mL of
acid solution in a 50 mL beaker. Titration with KHP solution was used to find the concentration of the base.
The experiments were repeated five times and the average base volumes and standard deviations were
compared with results obtained using phenolphthalein, a standard laboratory indicator. A pH meter was
used to measure the endpoint pH.

RESULTS AND DISCUSSION


Color Change of 5%(w/w) Flower Extract when exposed to Solutions of Different pH
Buffer solutions of higher pH changed in color to darker brown when Senna extracts were added. The
change was most apparent when S. surattensis Burm. f. was added to solutions with pH 10-13 (Fig.-1).
Senna extracts were added to pH 1-14 mixtures of HCl and NaOH. The addition of S. siamea Lam. and S.
garrettiana Craib extract induced a color gradient from light brown to darker brown, reflecting the change
1403
Senna FLOWER EXTRACT AS AN INDICATOR N. Pattarapongdilok et al.
Vol. 14 | No. 2 |1402-1407| April - June | 2021

in pH. When S. surattensis Burm. f. extract was added, the solution was very light brown in the pH 1-9
range and dark brown in the pH 10-14 range (Fig.-2).
When added to CH3COOH-NaOH solutions of pH 1-14, S. siamea Lam. and S. garrettiana Craib extracts
induced a gradient from light brown to darker brown as the pH increased. S. surattensis Burm. f. extract
produced a light brown color at pH 1-10 and dark brown color at pH 11-14 (Fig.-3).
The buffer solutions changed to darker brown as the pH increased, suggesting that the extracts may be used
in strong acid–strong base titration (for example HCl-NaOH titration) or weak acid–strong base titration
(for example CH3COOH-NaOH titration). The color change was produced by flavonoids in the Senna
extracts7, 8, 28 which are brown when in base solution. S. surattensis Burm. f. extract produced the clearest
color contrast when added to acid and base solutions. The color change appeared at pH 10-13 for buffer
solutions, at pH 10-14 for HCl/NaOH, and pH 11-14 for CH3COOH/NaOH.

Fig.-1: Color Change in pH 1-13 Buffer Solutions with the Addition of Extract from
(a) S. siamea Lam., (b) S. garrettiana Craib, and (c) S. surattensis Burm.f.

Fig.-2: Color Gradient of pH 1-14 HCl-NaOH Solutions after Addition of (a) S. siamea Lam.,
(b) S. garrettiana Craib, and (c) S. surattensis Burm.f.
1404
Senna FLOWER EXTRACT AS AN INDICATOR N. Pattarapongdilok et al.
Vol. 14 | No. 2 |1402-1407| April - June | 2021

Fig.-3: Color Gradient of pH 1-14 CH3COOH-NaOH Solutions after Addition of (a) S. siamea Lam., (b) S.
garrettiana Craib (c), and S. surattensis Burm.f.
Titration
S. surattensis Burm. f. extract was tested as a titration indicator and its performance was compared with
that of phenolphthalein, a standard laboratory indicator that exhibits a clear change in color when added to
acid and base solutions. Table-1 shows the results. In HCl-NaOH titration with extract, the HCl solution
was colorless before titration, becoming brown at the endpoint of titration with 0.5 M NaOH and light
brown at the endpoint of titration with 1.0 M NaOH (Fig.-4).

Table-1: Acid-Base Titration using Phenolphthalein and S. surattensis Burm. f. Extract as an Indicator
Mean values of 0.5 M Mean values of 1.0 M NaOH
Titrand Indicator NaOH ± S.D. (mL)a ± S.D. (mL)a pH
(Color change) (Color change)
29.19 ± 0.06 14.56 ± 0.11
Phenolphthalein 8.22 -10.05
(Colorless to Pink) (Colorless to Pink)
1.0 M HCl
S. surattensis 29.17 ± 0.08 15.00 ± 0.52
9.34 -12.14
Burm. f. extract (Colorless to Brown) (Colorless to Light brown)
29.29 ± 0.11 14.64 ± 0.11
Phenolphthalein 8.22 -10.01
1.0 M (Colorless to Pink) (Colorless to Pink)
CH3COOH S. surattensis 29.72 ± 0.15 14.80 ± 0.08
11.14 -11.76
Burm. f. extract (Colorless to Brown) (Colorless to Light brown)
a
All values are means ± SDs from five replications.

Fig.-4: (a) HCl with Extract before Titration, (b) HCl at the endpoint of titration with 0.5 M NaOH,
(c) HCl at the endpoint of titration with 1.0 M NaOH

1405
Senna FLOWER EXTRACT AS AN INDICATOR N. Pattarapongdilok et al.
Vol. 14 | No. 2 |1402-1407| April - June | 2021

In the titration of CH3COOH and NaOH, the initial solution of CH3COOH and S. surattensis Burm. f.
extract was colorless. When titrated with 0.5 M NaOH, the solution became brown by the endpoint. When
titrated with 1.0 M NaOH, the solution became light brown by the endpoint (Fig.-5).

Fig.-5: (a) CH3COOH solution with extract before titration, (b) CH3COOH solution at the endpoint of titration with
0.5 M NaOH, (c) CH3COOH solution at the endpoint of titration with 1.0 M NaOH

The concentration of NaOH was reflected in the color intensity of the solution, which was darker brown
when titrated with 0.5 M NaOH than with 1.0 M NaOH. A color gradient was apparent at the endpoint, and
the estimate of pH was close to that given by phenolphthalein. Titration with 0.5 M NaOH produced a
positive error, as the light brown color was difficult to distinguish. The base volumes and color changes
were the same when HCl and CH3COOH were used as the titrant. The endpoints were at pH 9.34-12.14
when using HCl and at pH 11.14-11.76 when using CH3COOH. The use of HCl as titrant produced a wide
range of endpoints, whereas the use of CH3COOH produced a narrow pH range and a strong base period. S.
surattensis Burm. f. extract was shown to be a practical indicator for use in strong acid-strong base titration,
optimally at 5%(w/w) for titration of 0.1 M HCl and 0.5 M NaOH. As it can be derived from naturally-
occurring plants and extracted using water as a solvent, it is cheap and easy to prepare, safe to use, and
environmentally neutral.
CONCLUSION
This research investigated the color change in extracts from S. siamea Lam., S. garrettiana Craib, and S.
surattensis Burm. f. when added to solutions of different pH. Their performance as indicators in titration
was compared with that of a standard laboratory indicator. All three extracts induced a change in color to
darker brown as the pH of the solution was increased. Extract from S. surattensis Burm. f. produced the
most easily observed color change. When used as an indicator in HCl-NaOH titration, the solution changed
from colorless to brown at pH values of 9.34-12.14. In CH3COOH-NaOH titration, the change occurred at
pH 11.14-11.76. When the base concentration was stronger, the brown color of the solution was weaker.
The performance of S. surattensis Burm. f. extract was closest to that of phenolphthalein when used in the
titration of 1.0 M HCl and 0.5 M NaOH. Senna is readily available throughout Thailand. By simple
extraction with water, the flowers yield an indicator with practical applications in acid-base titration. It is
particularly appropriate for school chemistry demonstrations as it is economical, easy to prepare, safe in
use, and environmentally friendly.
ACKNOWLEDGEMENT
We would like to thank the Research and Development Institute of Bansomdejchaopraya Rajabhat
University for supporting the research fund, Faculty of Education and Faculty of Science and Technology
for Laboratory. In addition, we appreciate Asst. Prof. Dr. Tida Amorn’s suggestion.
REFERENCES
1. Encyclopedia.com, Available from: https://www.encyclopedia.com/environment/encyclopedias-
almanacs-transcripts-and-maps/indicator.
2. D. Harvey, Modern Analytical Chemistry, McGraw-Hill, Boston, p. 273(2000).

1406
Senna FLOWER EXTRACT AS AN INDICATOR N. Pattarapongdilok et al.
Vol. 14 | No. 2 |1402-1407| April - June | 2021

3. D.C. Harris, Quantitative Chemical Analysis, Acid-Base Titrations, Craig Bleyer, New York, p. 199
(2007).
4. K.W. Whitten, R.E. Davis, M.L. Peck and G.G. Stanley, Chemistry, Cengage Learning, Belmont CA,
p. 379(2010).
5. N.S. Aminah, A.P. Wardana, A.N. Kristanti, B.V. Safitri and M. Rosa, Rasayan Journal of Chemistry,
12(4), 2116(2019), DOI:10.31788/RJC.2019.1245498
6. T. Tukiran and A.P. Wardana, Rasayan Journal of Chemistry, 11(2), 773(2018),
DOI:10.7324/RJC.2018.1121844
7. S. Singh, S.B. Bothara and S. Singh, Pharmacognosy Journal, 3(19), 35(2011),
DOI:10.5530/pj.2011.19.7
8. J.M. Bueno, P. Sáez-Plaza, F. Ramos-Escudero, A.M. Jiménez, R. Fett and A.G. Asuero, Critical
Reviews in Analytical Chemistry, 42(2), 126(2012), DOI:10.1080/10408347.2011.632314
9. M. Zulfajri and Muttakin, Rasayan Journal of Chemistry, 11(1), 135(2018),
DOI:10.7324/RJC.2018.1111983
10. Medthai, Available from: https://medthai.com/ขีเหล็ก/
11. M. Hongsirinirachorn, S. Threeprasertsuk, A. Chutaputti, Journal of the Medical Association of
Thailand, 86(6), 484(2003).
12. G. Kaur, M.S. Alam, Z. Jabbar, K. Javed and M. Athar, Journal of Ethnopharmacology, 108(3),
340(2006), DOI:10.1016/j.jep.2006.05.021
13. P. Ghosh, S. Thakur, T. Itoh and T. Matsumoto, Indian Journal of Chemistry Section B: Organic
Chemistry Including Medicinal Chemistry, 21, 796(1982).
14. B.Z. Ahn, U. Degen, C. Lienjayetz, P. Pachaly and F. Zymalkowski, Archiv der Pharmazie, 311(7),
569(1978), DOI:10.1002/ardp.19783110703
15. S. Oshimi, J. Deguchi, Y. Hirasawa, W. Ekasari, A. Widyawaruyanti, T.S. Wahyuni, N.C. Zaini, O.
Shirota and H. Morita, Journal of Natural Products, 72(10), 1899(2009), DOI:10.1021/np9004213
16. O. Kaisoon, S. Siriamornpun, N. Weerapreeyakul and N. Meeso, Journal of Functional Foods, 3(2),
88(2011),DOI:10.1016/j.jff.2011.03.002
17. A. Bukar, M. Dauda and A. Hassan, Bayero Journal of Pure and Applied Sciences, 2(1), 139(2009),
DOI:10.4314/bajopas.v2i1.58528
18. M. Kamagate, C. Koffi, N.M. Kouamé, A. Akoubet, N.A.R. Yao and H.M. Die-Kakou, The Journal of
Phytopharmacology, 3(1), 57(2014).
19. N. Rueangrangsi and T. Mangkhlakhup, Thai Herbal Books, Be Healthy Publisher, Bongkok, p. 141
(2003).
20. P. Subcharoen, Herbs in National Park of Central Region, Thai Traditional Medicine Textbook,
Nonthaburi, p. 145 (2006).
21. Thongthailand, Available from: http://www.thongthailand.com/index.php?lite=article&qid=307467
22. A.E.-M.M.R. Afify and H.M.M. Hassan, Asian Pacific Journal of Tropical Biomedicine, 6(9), 771
(2016), DOI:10.1016/j.apjtb.2016.07.006
23. T. Iwashina, Natural Product Communications, 10(3), 529(2015), DOI:10.1177/1934578X
1501000335
24. J.B. Harborne, The Flavonoids: Advances in Research since 1980, Springer Science+Business Media,
Dordrecht, p. 525(1988).
25. R.A. Robinson, R.H. Stokes, The Measurement and Interpretation of Conductance, Chemical Potential,
and Diffusion in Solutions of Simple Electrolytes, Electrolyte Solutions, Butterworths, London, (1968).
26. D.D. Lloyd, AnalChem Resources, Available from: http://delloyd.50megs.com/moreinfo/
buffers2.html.
27. N. Pattarapongdilok, P. Malichim, N. Simmee and J. Sichaem, International Journal of Chemical
Engineering and Applications, 10(1), 24(2019), DOI:10.18178/ijcea.2019.10.1.734
28. C. Paul, D.D. Chakraborty, A. Ghosh and P. Chakraborty, Journal of Applied Pharmaceutical Science,
4(9), 120(2014), DOI:10.7324/JAPS.2014.40921
[RJC-5784/2020]

1407
Senna FLOWER EXTRACT AS AN INDICATOR N. Pattarapongdilok et al.
HSL.01 Diisi sebelum menjalankan Penelitian/Experimen

Laboratorium Teknik Kimia


Program Studi Teknik Kimia Fakultas Teknik
Universitas Muhammadiyah Surakarta
Borang Kendali Bahan Berbahaya dan Beracun (BKB3)
Pengisian BKB3 merupakan syarat yang harus dipenuhi sebelum bekerja di Laboratorium sebagai asesmen
terhadap berbagai resiko pekerjaan yang melibatkan bahan yang berbahaya dan beracun (B3). B3 dapat
berupa bahan utama, produk, dan produk antara maupun produk samping dari proses. Borang ini harus
diisi secara lengkap, disetujui oleh pembimbing atau orang yang bertanggung jawab terhadap pekerjaan
yang dilakukan.

Judul Proyek/Penelitian/ Kesetimbangan Kimia


kegiatan (Title of activity)
Pembimbing/peneliti utama/ Anisa Ur Rahmah, Ph.D.
penanggung jawab
(Supervisor/principal
investigator)
Program studi/Study program Teknik Kimia
Tanggal pengisian/Date of 8 Oktober 2021
assessment
Lokasi penelitian/eksperimen Laboratotium Teknik Kimia UMS
(Nama gedung dan ruang)/location of
work

Bagian 1 Proyek/penelitian/kegiatan
1.1: Deskripsi singkat tentang proyek/penelitian/kegiatan

Bagian 2 Potensi bahaya


2.1: Bahan berbahaya yang digunakan atau dihasilkan
Bahan yang berbahaya Frase Resiko (Frase (Ambang Batas
(Hazardous Materials) (Risk Phrases) keselamatan) keselamatan)
Safety Phrases Workplace
exposure limit
(WEL)
CH3COOH, C2H4O2, H226, H314, P210, P260,
Bahan kimia HCl, NaOH H318, H335, P264, P280
H402
Carcinogens, CH3COOH H314, H402 P264, P280
mutagens or C2H4O2 H314 P264, P280
reproductive toxins HCl H314, H318, P260, P264, P280
(penyebab kanker,
mutasi gen, dan H335
beracun terhadap NaOH H314, H402 P264, P280
sistem reproduksi)
Dusts or fumes C2H4O2 H226 P210
(Debu kimia atau
uap/asap)
Asphyxiants/ganggu HCl H335 P260
an pernafasan
Bahan lain yang
berbahaya bagi

BKB3 v1 Page 1 of 4
HSL.01 Diisi sebelum menjalankan Penelitian/Experimen

kesehatan

Bagian 3 Resiko terhadap kesehatan


3.1: Penyakit atau kondisi yang disebabkan oleh bahan yang berbahaya tersebut

3.2: Kemungkinan Rute masuk ke tubuh manusia melalui


Pernafasan  Mulut/makan  suntikan  absorpsi/penyerapan  lainnya  Pilih semua yang
sesuai

3.3: Skala penggunaan bahan berbahaya tersebut


skala kecil  skala sedang  skala besar  praktek lapangan  hewan  Tanaman  Pilih semua yang
Maintenance  Cleaning  Other  sesuai
The substance will only be used in the laboratory during experiments.

3.4: Frekuensi penggunaan bahan berbahaya tersebut


Harian  Mingguan  Bulanan  lainnya  Pilih salah satu
On the average daily for a span of one month.

3.5: Jumlah maksimum atau konsentrasi yang dipakai


Bisa diabaikan  rendah  sedang  tinggi  Pilih salah satu

3.6: Dampak dari bahan berbahaya


Bisa diabaikan  rendah  sedang  tinggi  Pilih salah satu

3.7: Siapa saja yang terdampak oleh bahaya dan resiko


Staf  Mahasiswa  pengunjung  masyarakat umum  anak muda (<18 th)  *Ibu baru  lainnya 

3.8: Penilaian resiko terhadap kesehatan (sebelum penggunaan media kendali)


Tingkat resiko Bisa diabaikan  Rendah  sedang/rendah  sedang  tinggi  Pilih salah satu

3.9: Penilaian resiko terhadap lingkungan (sebelum penggunaan media kendali)


Level of risk Bisa diabaikan  rendah  Sedang/rendah  Sedang  tinggi  Pilih salah satu

Bagian 4 Alat kendali untuk mengurangi resiko


4.1: Tempat Penyimpanan
Laboratorium  Ruangan  area terkendali  penyimpanan  box  Pilih semua yang
Lemari asam  ruangan yang berventilasi  Akses yang terkontrol  lainnya  sesuai

4.2: Pengendalian lainnya

4.3: Penyimpanan bahan yang berbahaya tersebut

4.4: Transportasi of bahan yang berbahaya tersebut

4.5: Peralatan Pelindung Diri (PPD)


Jas Lab  Keseluruhan  Chemical suit  baju sekali pakai  Apron  Kaus tangan  Pilih semua yang
kacamata  kacamata/Goggles  pelindung muka  Kaus tangan  Alat pelindung sesuai
kepala sepatu keselamatan  lainnya 

4.6: Peralatan pelindung pernafasan (PPP)


Topeng sekali pakai  topeng penyaring (filter)  Pelindung setengah muka  Pilih semua yang
pelindung seluruh muka  Alat bantu pernafasan  alat pernafasan  Other  sesuai

BKB3 v1 Page 2 of 4
HSL.01 Diisi sebelum menjalankan Penelitian/Experimen

4.7: Manajemen Limbah dan pembuangan


cairan  padatan  Gas  anorganik  Organik  Cair  campuran  lainnya 

4.8: Memonitor penyebaran

4.9: Pengawasan terhadap kesehatan

4.10: Instruksi, Training, dan Supervisi


Instruksi khusus diperlukan untuk melakukan pekerjaan dengan selamat (Jika ya, isi detilnya di bawah) ya 

Training khusus diperlukan untuk melakukan pekerjaan dengan selamat (Jika ya, isi detilnya di bawah) ya 

A: Pekerjaan tidak dapat/tidak boleh dilakukan tanpa pengawasan langsung dari pembimbing/supervisor ya 
(Jika ya, isi detilnya di bawah)
B: Pekerjaan tidak dapat/tidak boleh dilakukan tanpa persejuan/izin dari pembimbing/supervisor (Jika ya, ya 
isi detilnya di bawah)
C: Pekerjaan dapat/ boleh dilakukan tanpa pengawasan langsung dari pembimbing/supervisor (Jika ya, isi ya 
detilnya di bawah)
Pembimbing

Bagian 5 Prosedur dalam keadaan Gawat Darurat


5.1: Prosedur dalam keadaan Gawat Darurat

5.2: Tumpahan sedikit


Prosedur yang harus Tutup dengan tanah kering, pasir kering atau material yang tidak mudah terbakar
dilakukan
Tindakan lainnya Lakukan evakuasi dan amankan area yang berbahaya ya 
Melaporkan ke penanggung jawab (eg principal investigator / school safety officer etc) ya 
5.3: Tumpahan yang banyak
Prosedur yang harus Memakai alat perindung diri terutama pelindung pernapasan
dilakukan
Tindakan lainnya Lakukan evakuasi terhadap lokasi ya 
Telepon petugas sekuriti dan pemadam kebakaran ya 
Melaporkan ke penanggung jawab (eg principal investigator / school safety officer etc) ya 
5.4: Pemadam kebakaran
Carbon dioksida  Air  Powder  Foam  Blanket  Automatic fire suppression  lainnya 

5.5: Pertolongan pertama


Cuci dengan air dan lepaskan pakaian yang terkontaminasi
Bilas Dengan air sebanyak-banyaknya

5.6: Daftar kontak pada kondisi darurat


Nama Kedudukan/posisi dalm proyek Telephone

Bagian 6 Persetujuan
6.1: Pengisi borang
Nama Tanda tangan Tanggal
April, Meirani, Fauzi 8 Oktober 2021
6.2: Penanggung jawab/peneliti utama
Nama Tanda tangan Tanggal

BKB3 v1 Page 3 of 4
HSL.01 Diisi sebelum menjalankan Penelitian/Experimen

Matriks Estimasi Resiko


Tingkat keparahan Kemungkinan keterjadian
Tinggi Sedang rendah terabaikan

Parah Tinggi Tinggi Sedang Effectively zero


Sedang Tinggi Sedang Sedang /Rendah Effectively zero
Rendah Sedang / Rendah Rendah Rendah Effectively zero
Terabaikan Effectively zero Effectively zero Effectively zero Effectively zero

BKB3 v1 Page 4 of 4
HSL.02 Risk Assessment v.01
Diisi sebelum melaksanakan penelitian
Laboratorium Teknik Kimia
Program Studi Teknik Kimia Fakultas Teknik
Universitas Muhammadiyah Surakarta
Penilaian Resiko (Risk Assessment)
Judul Penelitian/Title of project or Kesetimbangan Kimia
activity
Penanggung jawab/Responsible Anisa Ur Rahmah, Ph.D.
Person / Manager
Asal Institusi/Faculty/Prodi UMS/ TEKNIK /TEKNIK KIMIA
Tanggal Penilaian/Date of 8 OKTOBER 2021
assessment
Tempat Penelitian/Location of Laboratorium Teknik Kimia UMS
work
Pendahuluan
Borang penilaian resiko (risk assessment form) berikut dibuat memberi penilaian
terhadap aktivitas yang berpotensi menyebabkan bahaya dan resiko terhadap kesehatan
dan keselamatan, serta untuk mengidentifikasi cara dan metode yang tepat untuk
mencegah dan mengendalikan bahaya dan resiko tersebut. Hal ini juga bertujuan untuk
memastikan bahwa cara dan metode pengendalian sudah dilaksanakan dengan baik.
Aktivitas yang berpotensi bahaya dan resiko yang signifikan
Semua Aktivitas harus dinilai sehingga aktivitas yang berbahaya dan resiko yang
disebabkan aktivitas tersebut dapat diidenfikasi.

Metode pencegahan dan perlindungan untuk menghilangkan


atau mengurangi resiko sampai pada level yang dapat diterima.
Bagian ini mengidentifikasi cara pegendalian resiko yang diperlukan.

Telah
Bahaya/ Date
HCl dilaksankan
Hazard 1
 Menyebabkan luka bakar pada kulit dan kerusakan mata serta
Resiko/ Risks
penyebab iritasi pernapasan
Metode dan
 Menggunakan perlindung mata, perlindung muka, pakai perlindung
peralatan
dan sarung tangan
kendali

Bahaya/ Implemented Date


NaOH
Hazard 1
Resiko/ Risks  Menyebabkan luka bakar pada kulit dan kerusakan pada mata
Metode dan
 Menggunakan perlindung mata, perlindung muka, pakai perlindung
peralatan
dan sarung tangan
kendali

Bahaya/ Implemented Date


CH3COOH
Hazard 1

Page 1 of 2
HSL.02 Risk Assessment v.01
Diisi sebelum melaksanakan penelitian
 Menyebabkan luka bakar pada kulit dan kerusakan pada mata serta
Resiko/ Risks
beracun bagi kehidupan tanaman
Metode dan
 Menggunakan perlindung mata, perlindung muka, pakai perlindung
peralatan
dan sarung tangan
kendali

Bahaya/ Implemented Date


C2H2O4.2H2O
Hazard 1
Resiko/ Risks  Menyebabkan luka bakar pada kulit dan kerusakan pada mata
Metode dan
 Menggunakan perlindung mata, perlindung muka, pakai perlindung
peralatan
dan sarung tangan
kendali

Bahaya/ Implemented Date


Hazard 1
Resiko/ Risks 
Metode dan
peralatan 
kendali

Bahaya/ Implemented Date


Hazard 1
Resiko/ Risks 
Metode dan
peralatan 
kendali

Implemented Date
Emergency Procedures
Resiko/ Risks 
Metode dan
peralatan 
kendali

Additional Control Measures Implemented Date N/A


Bahaya/
Required
Hazard
(List and Implement)
Resiko/ Risks 
Metode dan
peralatan 
kendali
Penilai
Nama Tanda tangan Tanggal
8 OKTOBER 2021
Penanggung Jawab/Responsible Person / Manager
Nama Tanda tangan Tanggal
8 OKTOBER 2021

Page 2 of 2

Anda mungkin juga menyukai