Anda di halaman 1dari 11

PEMIKIRAN POLITIK TIMUR TENGAH

RIMA LUTFIANA

PENDAHULUAN

Timur Tengah secara geografis terletak di wilayah Asia bagian Barat ditambah
dengan Mesir yang berada di wilayah bagian utara Afrika. Bahasa yang digunakan
kebanyakan menggunakan bahasa Arab sebagai bahasa resmi mereka. Wilayah Timur
Tengah berikilm panas yang rata-rata bersuhu tinggi dan bisa mencapai 49 derajat
celcius pada musim panas. Curah hujannya juga sangat rendah sehingga kebanyakan
dari wilayah ini berupa gurun pasir. Pada umumnya perbatasan dari wilayah Timur
Tengah adalah Iran yang berada di timur, Mesir yang berada di barat, Turki yang
berada di selatan dan Samudera Hindia yang berada di selatan.

Menurut Dickson (Dickson, 2020) negara-negara yang termasuk dalam


wilayah Timur Tengah ada 16 negara. 16 negara tersebut merupakan negara
berdaulat yang diakui oleh PBB (Perserikatan Bangsa-Bangsa). Negara-negara itu
seperti 1) Arab Saudi (Riyadh), 2) Bahrain (Manama), 3) Irak (Baghdad), 4) Iran
(Tehran), 5) Israel (Jerusalem), 6) Kuwait (Kuwait City), 7) Lebanon (Beirut), 8)
Mesir (Kairo), 9) Oman (Muscat), 10) Qatar (Doha), 11) Siprus (Nicosia), 12) Suriah
(Damaskus), 13) Turki (Ankara), 14) Uni Emirat Arab (Abu Dhabi), 15) Taman
(Sanaa) dan Yordania (Amman).

Berbicara mengenai Timur Tengah pastilah tidak terlepas dari pemikiran


politiknya. Pemikiran politik ini berkaitan dengan pengaturan dan pemeliharaan
urusan rakyat. Negara-negara di wilayah Timur Tengah rawan terjadi konflik politik
dan keamanan. Konflik ini terjadi bukan hanya dari konflik internal saja namun juga
konflik eksternal antar-negara. Baik dari sesama negara Arab maupun dengan negara
non-Arab. Berbagai konflik ini terjadi diiringi dengan resolusi konflik yang minim
sehingga tidak hanya berpengaruh pada citra kawasan, tetapi juga mempengaruhi
stabilitas politik, keamanan dan ekonomi. Pemikiran politik di Timur Tengah yang
paling dominan adalah zionisme, nasionalisme Arab, ideologi kiri, Islam dan
demokrasi.

1
ISI PEMBAHASAN

Pemikiran politik merupakan pemikiran yang berkaitan dengan aturan dan


pemeliharaan urusan rakyat. Setiap gerakan tidaklah mungkin terjadi tanpa pemikiran
yang melatarbelakanginya. Pemikiran ini termasuk pemikiran yang paling tinggi
dibandingkan dengan pemikiran lain seperti pemikiran hukum, pemikiran faktual atau
pemikiran sastra. Pemikiran politik ini bisa dinamakan dengan ideologi atau
pandangan tentang hidup yang dimiliki sekelompok orang tentang dirinya dan dunia
di sekitarnya. Hal itu juga pembenaran dari segala tindakan yang diambilnya.

Secara umum, negara-negara di Timur Tengah masih memiliki sistem dan


budaya politik yang jauh dari nilai-nilai demokrasi. Bahkan sebagian besar masih
mempertahankan corak politik tradisional dan kerajaan. Meskipun sebagian besar
negara-negara di Timur Tengah memiliki simbol dan instrumen demokrasi namun
kenyataannya malah jauh dari nilai-nilai demokrasi.

Menurut George Soros (George Soros, 2006:171), ada sedikit negara di Timur
Tengah yang menerapkan demokrasi. Hal ini karena kawasan tersebut mengalami
kegagalan dalam sejarah panjang intervensi Barat. Intervensi dimaksudkan untuk
mengendalikan sumber daya alam khususnya minyak, bukannya membangun
demokrasi. Hal inilah yang membuat lahirnya pemerintahan otoriter yang didukung
oleh negara-negara dari Barat.

Pemikiran di Timur Tengah cukup penting mulai dari pemikiran Mesir kuno,
pemikiran yang terdapat di Mesopotamia, pemikiran Syria lama, pemikiran Funisia
dan lain-lain. Pemikiran ini tidak kurang pentingnya yang bermuara pada agama-
agama besar Monoteis yang lahir di Timur Tengah. Pemikiran yang dominan di
Timur Tengah adalah zionisme, nasionalisme Arab, ideologi kiri, Islam dan
demokrasi.

Diantara pemikiran-pemikiran tadi, pemikiran yang paling tua adalah


Zionisme. Hal ini bukan karena akarnya yang terdapat dalam agama Yahudi tetapi
dalam kaitannya dengan kawasan Timur Tengah. Zionisme adalah pemikiran pertama
yang mempunyai tujuan pasti yaitu mendirikan suatu negara bagi Yahudi di Palestina
dan orang-orang Yahudi tertindas di seluruh dunia dapat pulang ke rumah mereka
masing-masing. Mereka meyakini bahwa tanah Palestina milik mereka karena katanya

2
mereka telah dijanjikan Tuhan sekitar 4000 tahun yang lalu. Di dalam sejarah, mereka
memang beberapa kali pernah tinggal di sana walaupun tidak di seluruhnya tetapi
hanya sebagiannya saja.

Nasionalisme Arab dapat ditempatkan pada tempat yang kedua karena ada
beberapa hal seperti bentuknya yang sekarang adalah nasionalisme. Nasionalisme ini
penting peranannya karena dijadikan alat untuk melepaskan diri dari pemerintahan
yang otoriter ataupun empirium, kekaisaran atau kegerejaan yang sewenang-wenang.
Selain itu dijadikan alat untuk melepaskan diri dari kolonialisme. Oleh karena itu,
ketika membicarakan nasionalisme Arab maka peranan atau pemikiran Nasrani cukup
besar. Zionismepun dapat dikatakan sebagai bentuk dari nasionalisme Yahudi ketika
agama Yahudi mengkhususkan diri hanya untuk kabilah Yahudi saja. Nasionalisme
Arab juga telah digunakan oleh Nasser dengan partai Baathnya di Syria, Irak dan lain-
lain sebagai komponen utama dari ideologinya.

Pemikiran kiri bersumber dari Marxisme seperti komunisme dan sosialisme


yang mendapat tempat penting di Timur Tengah. Umumnya negara-negara yang
menganut pemikiran ini berasal dari negara-negara baru yang merdeka dari
Penjajahan. Contohnya adalah Israel yang menyatakan sebagai negara sosialis dan
terdapat partai komunis walaupun tidak berkembang.

Pemikiran politik Islam sebenarnya telah menjadi bagian yang tidak


terpisahkan dari ajaran Islam itu sendiri. Hal ini karena Islam diyakini oleh
pemeluknya adalah agama yang komprehensif. Sejarah Islam telah ada sejak zaman
Nabi Muhammad SAW yang sampai sekarang memiliki kadar politik yang sangat
tinggi. Islam dihadapkan dunia Barat vis a vis dengan sikap saling bermusuhan. Hal
ini tidak hanya dalam konteks agama tetapi juga konteks politik.

Beberapa pemikiran politik tadi memiliki asal mula dan sejarahnya masing-
masing. Berikut penjelasan mengenai beberapa pemikiran politik di Timur Tengah:

1. Zionisme
Zionisme adalah gerakan Yahudi yang tersebar di seluruh dunia untuk
kembali ke Zion. Zion adalah bukit dimana kota Yerusalem berdiri. Zionisme
muncul pada abad ke-19. Hal-hal yang menjadi ciri menonjol zionisme ini

3
adalah rasisime dan kolonialisme. Ciri lain yang dimilikinya berupa ideologi
yang jauh dari agama.
Zionisme juga disebut gerakan Yahudi internasional. Gerakan yang
muncul pada abad ke-19 ini ingin mendirikan sebuah negara Yahudi yang
pada waktu itu masih dikuasai oleh Kekaisaran Ottoman Turki. Pelopor
gerakan ini adalah Theodor Herzl yang menyusun doktrin zionisme pada tahun
1882 dan disistematisasikan dalam bukunya yang berjudul "Der Judenstaat
(Negara Yahudi)".
Pada tahun 1897 di Basel, Swiss keluarlah doktrin melaui kongres
zionis sedunia pertama. Peserta kongres mengeluarkan resolusi bahwa umat
Yahudi tidak sekedar umat beragama tetapi juga bangsa dengan tekad bulat
untuk hidup berbangsa dan bernegara. Dalam resolusi itu, kaum zionis
menuntut tanah air untuk kaum Yahudi.
Sebelumnya Inggris hampir menjanjikan tanah protektorat bagi
Uganda seperti yang telah diusulkan Theodor Herzl. Di kongres itu Herzl
menyatakan bahwa zionisme itu jawaban bagi diskriminasi dan penindasan
umat Yahudi yang berlangsung ratusan tahun. Pergerakan ini mengenal
kembali nasib umat Yahudi yang hanya bisa diselesaikan oleh tangan umat
Yahudi itu sendiri.
Pada tahun 1947, PBB merekomendasikan pemecahan Palestina
menjadi 2 negara yaitu Arab dan Israel. Pada tanggal 14 Mei 1948 sehari
sebelum habisnya perwalian Inggris di Palestina, para umat Yahudi
memproklamirkan kemerdekaan negara Israel dan melakukan agresi
bersenjata terhadap rakyat Palestina. Sehingga jutaan rakyat Palestina terpaksa
mengungsi ke Libanon, Syria, Yordania, Mesir dan lain-lain.
Kemudian terdapat istilah Palestina Refugees yang menjadi tema
dunia. Namun Israel menolak itu dan menganggap mereka telah memajukan
areal yang semula kosong dan terbelakang. Oleh karena kejadian itu, timbulah
peperangan antara Israel dengan negara-negara Arab tetangganya. Namun
karena pemimpin Arab sebenarnya ada di bawah pengaruh Inggris maka Israel
mudah merebut daerah Arab di Palestina yang telah ditetapkan PBB.
Banyak dari kaum Yahudi yang agamis menentang Zionisme.
Sebagian dari para Yahudi tidak mau mengakui Israel sebagai negara yang sah
dan oleh karena itu, mereka menolak untuk mengakuinya. Seorang negarawan

4
Israel yang bernama Amnon Rubinstein mengatakan bahwa zionisme adalah
sebuah pemberontakan melawan tanah air (Yahudi) mereka dan sinagog para
pendeta Yahudi. (Amnon Rubinstein, 1984: 19).
Pendeta Yahudi bernama Forsythe mengatakan bahwa sejak abad ke-
19, umat Yahudi telah semakin jauh dari agama dan perasaan takut kepada
Tuhan. Pendeta Forsythe juga mengatakan bahwa kekejaman dan kerusakan di
bumi itu adalah perbuatan yang dilakukan Amalek (dalam bahasa Taurat
memiliki arti orang-orang yang ingkar kepada Tuhan) dan umat Yahudi wajib
mengingkari inti dari Amalek, yaitu pembangkangan, ingkar kepada Tuhan,
bejat, meninggalkan Taurat, ketiadaan tata krama, kebejatan atau kebiadaban
dan ketiadaan wewenang di dalam hukum.
Zionisme yang tindakannya bertentangan dengan ajaran Taurat maka
disebut dengan bentuk fasisme. Fasisme ini tumbuh dan berakar pada
keingkaran agama dan bukan dari agama itu sendiri. Oleh karena itu,
sebenarnya yang harus bertanggung jawab atas pertumpahan di Timur Tengah
bukanlah Yahudi melainkan zionisme, yakni sebuah ideologi fasis yang tidak
berkaitan dengan agama sama sekali.
Akan tetapi, apa yang terjadi pada bentuk fasisme lain, zionisme juga
berupaya untuk menggunakan agama sebagai alat untuk meraih ttujuannya
Namun setelah negara Israel berdiri pada tanggal 15 Mei 1948 maka tujuan
dari kaum zionis berubah menjadi pembela negara baru.
2. Nasionalisme Arab
Nasionalisme Arab adalah reaksi dari dua hal seperti tantangan
penjajahan Barat terhadap tanah Arab dan tantangan zionisme Yahudi. Orang
Arab yang beragama kristen sangat populer dalam menonjolkan nasionalisme
Arab kepada masyarakat. Hal ini bertujuan untuk mengesampingkan Islam
sebagai faktor dominan di dalam politik Arab dan digantikan dengan
nasionalisme.
Contohnya adalah apa yang dilakukan partai Baath di Irak dan Syria
pada filsafat ideologinya yang dibentuk oleh Michael Aflak, yaitu seorang
guru yang berpendidikan dari kalangan Kristen Ortodok. Aflak menekankan
bahwa ke-Araban telah dan selalu ada dalam daftar panjang sejarah bukan ke-
Islam an yang datang setelahnya.

5
Hal ini sama halnya ketika Khilafah Turki Utsmaniyah yang berpusat
di Istanbul (Konstantinopel) dianggap sebagai kelanjutan dari sistem khilafah
yang ada di dunia Islam. Hal ini menempatkan Turki sebagai penjajah non
Arab yang menjajah bangsa Arab. Inggris dan negara-negara Barat lainnya
kemudian menjanjikan bantuan sehingga ke-Islaman yang dibawa Khilafah
Turki Utsmaniyah dapat diganti dengan nasionalisme ke-Araban.
Dari sini beberapa orang beranggapan bahwa nasionalisme adalah
suatu penyakit Barat yang ditanam orang-orang Barat di dalam tubuh orang
Islam yang telah mencerai-beraikan persatuan orang Islam. Awalnya negara
Khilafah Turki Utsmaniyah bernaung 1 negara saja tetapi kemudian berubah
menjadi lebih dari 50 negara.
Pada tahun 1831 untuk mendukung gerakan nasionalisme Arab oleh
Muhammad Ali di Mesir dan Pasya Basyir di Libanon, Perancis membuat
strategi yang bernama "Devide et Impera". Dari sinilah dapat dilihat bahwa
sistem khilafah mulai lemah karena tergantikan oleh nasionalisme.

3. Ideologi Kiri
Ideologi kiri di wilayah Timur Tengah tentunya tidak lepas dari
pengaruh dan keberadaan negara Uni Soviet yang menjadi pusat pergerakan
ideologi di seluruh dunia. Keberadaan ideologi kiri dalam pemikiran Nasser
terlihat pada partai yang dibangunnya, yaitu Partai Baath. Partai ini
berbenturan dengan pemberian tempat pada agama umumnya dan pada Islam
khususnya. Dengan tumbangnya rezim komunis di negara Uni Soviet maka
posisi ideologi kiri di Timur Tengah mengalami penurunan dengan sendirinya.
4. Islam
Pemikiran Islam bersumber dari Al Quran dan As Sunnah. Menurut
Husain Abdullah dalam kitab Dirasaat Fil Fikri al-Islam, pemikiran Islam
adalah upaya menilai fakta dari sudut pandang Islam. Oleh karena itu,
pemikiran Islam mengandung tiga hal yaitu 1) Fakta (al-waqi), 2) Hukum
(justifikasi) dan 3) Keterkaitan fakta dengan hukum
Fakta disini bisa berupa benda atau perbuatan. Fakta berupa benda
hanya memiliki dua macam hukum, yakni haram dan mubah (halal). Jika fakta
itu berupa perbuatan maka hukumnya ada lima, yaitu fardhu (wajib), mandub

6
(sunah), makruh, mubah dan haram. Hukum dari fakta harus diambil dari
dalil-dalil syariat yaitu Al Quran, sunah rasul, ijma' dan qiyas.
Pemikiran Islam baik dari orang Arab atau dari selain orang Arab tetap
dipandang sebagai pemikiran Islam. Tidak ada perbedaan antara pemikiran
dari Imam Syafi'i yang berkebangsaan Arab, Imam al-Bukhari yang
berkebangsaan Uzbekistan, Abul A'la al-Mawdudi yang berkebangsaan India,
Muhammad Asad an-Namsawi yang berkebangsaan Austria, Hamka atau
Muhammad Natsr yang berkebangsaan Indonesia dan juga Syaikh Nawawi al-
Jawi dari Banten. Semuanya itu merupakan pemikiran Islam walaupun
terdapat keragaman bangsa, ras atau bahasanya pada setia individu yang
melakukan ijtihad atau nukilannya.
Berbeda halnya dengan pemikiran orang Arab sebelum datangnya
Islam baik itu pada zaman jahiliyah maupun zaman jahiliyah modern
sekarang bukanlah pemikiran Islam. Contohnya adalah pemikiran
nasionalisme Arab yang dikembangkan George Habbas melahirkan
pemberontakan bangsa Arab kepada Khilafah Turki Utsmaniyah dan bukan
berupa pemikiran Islam.
Pemikiran Islam ada dua macam, yaitu pemikiran yang berkaitan
dengan akidah, seperti iman kepada Allah, iman kepada malaikat, iman
kepada kitab, iman kepada rasul, iman kepada hari kiamat dan iman kepada
qada' dan qadar. Pemikiran yang berkaitan dengan hukum syariat seperti
shalat, zakat, puasa, haji, jual beli, sewa menyewa, akad nikah, pertanian
perindustrian dan lain-lain.
Pemikiran Islam dibangun atas dua asas, yaitu akal dan syariat.
a. Akal
Islam memerintahkan manusia untuk menggunakan akalnya. Hal ini
menunjukkan bahwa akidah Islam adalah akidah aqliyyah yang menjadi asas
bagi pemikiran Islam. Maksudnya akidah yang dibangun berdasarkan akal
pemikiran.
b. Syariat
Syariat merupakan asas pemikiran Islam. Sampai kapanpun pemikiran
Islam tidak akan keluar dari syariat. Pemikiran Islam bersumber dari Al
Quran, as-sunnah, ijma' dan qiyas. Semua pemikiran Islam tersebut datang
dari dalil-dalil kitabullah dan sunah rasul. Suatu pemikiran agar dianggap

7
menjadi pemikiran Islam maka harus menggali dari dalil-dalil syariat seperti
iman kepada jin, syura dan jihad.
5. Demokrasi
Ada istilah baru dalam politik Timur Tengah khususnya negara-negara
Arab, yaitu The Arab Spring atau Musim Semi Arab. The Arab Spring adalah
bahasa politik yang mulai populer dalam politik internasional terutama di
negara-negara Arab. Orang barat menyebutnya dengan nama The Arab Spring
karena musim yang menjadi titik awal pertumbuhan demokrasi di negara-
negara Arab. (Burdah, 2014: 21). Pemikiran politik ini dimulai sejak awal
Januari tahun 2011. Hal ini membuat beberapa pemimpin otoriter di dunia
Arab jatuh atau lengser. Pemimpin tersebut seperti Zein al-Abidin Ben Ali
(Ben Ali) dari Tunisia, Hosni Mubarak dari Mesir, Moammar Khadafy dari
Libya dan dilanjutkan oleh Yaman, Bahrain serta Suriah yang masih
berlangsung sampai sekarang.
Masyarakat Arab menyebut pemikiran politik ini dengan sebutan al-
Tsaurat al-Arabiyyah, yaitu revolusi yang akan mengubah tatanan hidup
masyarakat menuju bangsa ideal yang setelah sekian lama dipimpin dengan
sistem yang otoriter, kekuasaan yang tidak dibatasi, mengekang kebebasan
masyarakat dan adanya kesenjangan antara masyarakat elit atau kaya dengan
masyarakat biasa atau miskin.
Disamping itu terjadinya The Arab Spring tidak terlepas dari
kebangkitan atau munculnya komunitas-komunitas intelektual di negara-
negara Arab. Di Tunisia sudak ada kelompok oposisi yang bergerak
membangun kesadaran publik, yaitu Moadda. Di Mesir juga muncul gerakan
Kefaya atau Kefaya Movement yang menggalang demonstrasi dalam
menyampaikan suara dan dukungan untuk perjuangan rakyat Palestina.
Gerakan ini terjadi pada tahun 2004 dan 2005.
Sementara itu di Suriah muncul gerakan yang disebut dengan
Damascus Spring pada awal pemerintahan Bashar al-Assad. Gerakan ini
adalah sebuah gerakan pembaharuan yang semua diberi tempat oelh Bashar al-
Assad. Tetapi gerakan ini tiba-tiba dilarang dalam sekejap dan berubah
menjadi Damascus Winter.
Oleh karena itu, pemikiran politik inilah yang menjadi awal untuk
mengakhiri sistem politik di negara-negara Arab yang tidak transparan dan

8
tidak membatasi kekuasaan para pemimpin (presiden). Dengan adanya ini
masyarakat Arab dapat berpartisipasi dalam dunia politik baik itu untuk
memilih dan dipilih maupun dalam bentuk mengontrol jalannya pemerintahan.
Tujuannya adalah untuk mengedepankan kemaslahatan rakyat banyak,
memperbaiki taraf kehidupan, mengurangi tingkat kemiskinan dan
pengangguran, menghilangkan kesenjangan antara rakyat elit dan biasa serta
menjamin kesetaraan hak-hak politik untuk semua warganya.
Dengan demikian itulah demokrasi yang didambakan masyarakat Arab
baik sebelum bergejolaknya The Arab Spring ataupun sesudahnya. Setelah
bergulirnya demokrasi maka menjadi bahan pembicaraan yang sangat hangat
dan menarik untuk melihat masa depan politik wilayah tersebut. Demokrasi di
negara-negara Arab ini mulai berani disuarakan politiknya pada tahun 2011
yang membuka pintu dan ruang bagi masyarakat Arab dalam menyuarakan
aspirasinya di dalam politik terutama aspirasi berupa keinginan untuk menjadi
negara demokratis.
Serangkaian pemikiran politik The Arab Spring menjadikan terjadinya
gerakan yang menggugat kemapanan politik dari berbagai penguasa Timur
Tengah. Peristiwa ini menjadi awal lahirnya kembali harapan untuk
memantapkan jalan menuju kehidupan yang demokratis di negara-negara
Arab. Hal ini menjadi perubahan besar di Timur Tengah dan awal terbukanya
proses demokratisasi yang ditandai dengan kejatuhan para penguasa yang
otoriter.
Gejolak The Arab Spring juga menjadikan negara-negara Arab terkena
dampak. The Arab Spring menjadikan arena perebutan pengaruh negara-
negara besar. Keberadaan pihak asing dalam gejolak The Arab Spring tidak
terlepas dari kepentingan nasional mereka masing-masing. Hal ini dapat
dilihat bahwa kawasan Timur Tengah khususnya dunia Arab yang mempunyai
daya tarik atau pesonanya tersendiri.

9
KESIMPULAN

Pemikiran politik ini berkaitan dengan pengaturan dan pemeliharaan urusan


rakyat. Negara-negara di wilayah Timur Tengah rawan terjadi konflik politik dan
keamanan. Pemikiran politik di Timur Tengah yang paling dominan adalah zionisme,
nasionalisme Arab, ideologi kiri, Islam dan demokrasi.

Pemikiran yang paling tua adalah Zionisme. Hal ini bukan karena akarnya
yang terdapat dalam agama Yahudi tetapi dalam kaitannya dengan kawasan Timur
Tengah. Zionisme adalah pemikiran pertama yang mempunyai tujuan pasti yaitu
mendirikan suatu negara bagi Yahudi di Palestina dan orang-orang Yahudi tertindas
di seluruh dunia dapat pulang ke rumah mereka masing-masing.

Nasionalisme Arab dapat ditempatkan pada tempat yang kedua karena ada
beberapa hal seperti bentuknya yang sekarang adalah nasionalisme. Nasionalisme ini
penting peranannya karena dijadikan alat untuk melepaskan diri dari pemerintahan
yang otoriter ataupun empirium.

Pemikiran kiri bersumber dari Marxisme seperti komunisme dan sosialisme


yang mendapat tempat penting di Timur Tengah. Umumnya negara-negara yang
menganut pemikiran ini berasal dari negara-negara baru yang merdeka dari
Penjajahan. Contohnya adalah Israel yang menyatakan sebagai negara sosialis.

Pemikiran politik Islam sebenarnya telah menjadi bagian yang tidak


terpisahkan dari ajaran Islam itu sendiri. Hal ini karena Islam diyakini oleh
pemeluknya adalah agama yang komprehensif. Sejarah Islam telah ada sejak zaman
Nabi Muhammad SAW yang sampai sekarang memiliki kadar politik yang sangat
tinggi.

Orang barat menyebutnya dengan nama The Arab Spring karena musim yang
menjadi titik awal pertumbuhan demokrasi di negara-negara Arab. Pemikiran politik
ini dimulai sejak awal Januari tahun 2011. Hal ini membuat beberapa pemimpin
otoriter di dunia Arab jatuh atau lengser. The Arab Spring ini politik yang mulai
populer dalam politik internasional terutama di negara-negara Arab.

DAFTAR PUSTAKA

10
Abdurrahman, Ahmad Taufiq. "Zionisme, Analisis Sejarah dan
Perkembangannya".

Black, Anthony. 2001. "Pemikiran Politik Islam dari Masa Nabi hingga Masa
Kini". Jakarta: PT. SERAMBI ILMU SEMESTA.

Dickson. 2020. "Daftar Negara Timur Tengah"

Mulyana, Budi. 2008. "Pemikiran Politik di Timur Tengah".

Rubinstein, Amnon. 1984. "The Zionist Dream Revisited"

Sahide, Ahmad. 2019. "Demokratisasi Era The Arab Spring di Negara-Negara


Arab"

11

Anda mungkin juga menyukai