Anda di halaman 1dari 23

Judul Makalah

“Organisasi Dan Penentuan Kebijakan Syariah”


Diajukan untuk memenuhi tugas Mata Kuliah
MANAJEMEN KEUANGAN SYARIAH
Dosen Pembimbing : Abdul Roni.,S.E.M.M

Disusun Oleh:
Muhammad Zhofrullah S.ES.1.2020.002
Ade Indriani M.S S.ES.1.2020.002

PROGRAM STUDI EKONOMI SYARIAH


INSTITUT AGAMA ISLAM (IAI)
SYEKH MAULANA QORI BANGKO
TAHUN AKADEMIK 2022
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Menurut pendapat para ahli ekonomi perdagangan antar negara sebaiknya
dibiarkan bebas dengan seminimum mungkin campur tang pemerintah, baik
dalam bentuk pengenaan tarif dan/atau hambatan lainnya. Hal ini didasari oleh
argumen bahwa perdagangan bebas akan memberikan manfaat yang lebih besar
dari kedua negara yang berdagang dan dunia pada umumnya, serta meningkatkan
kesejahteraan yang lebih besar dibandingkan jika tidak melakukan perdagangan.
Pembenaran yang datang dari teori perdagangan internasional bahwa, motivasi
utama dalam melakukan perdagangan internasional adalah untuk memperoleh
keuntungan yang disebut juga gains from trade. Keuntungan ini terdiri atas dua
jenis yaitu (1) keuntungan produksi (gains from specialization) dimana
perdagangan internasional mendorong terjadinya realokasi sumber daya ke sektor-
sektor yang lebih efisien sehingga biaya produksi lebih murah dan pendapatan
produsen meningkat. (2) adanya keuntungan konsumsi (gains of exchange)
dimana perdagangan internasional ini juga bisa memberikan kemudahan akses
terhadap barang-barang yang lebih murah. Menurut Salvatore (2004) dalam
Nongsia, Flora, Susan, Pos Hutabarat, dan Indraswati landasan teori perdagangan
internasional yang menjadi latar belakang terjadinya liberalisasi perdagangan
internasional. Antara lain teori keunggulan komparatif (comparative advantage)
dan teori faktor proporsi (factor endowment theory).
B. Rumusan Masalah
1. Apakah Saja Bentuk Organisasi Dalam Bisnis Syariah ?
2. Bagaiamanakah Penetapan Kebijakan Dalam Bisnis Syariah?
.

1
BAB II
PEMBAHASAN

A. Bentuk organisasi bisnis dalam perekonomian syariah


Dalam perekonomian Islam bentuk organisasi- organisasi bisnis secara
umum dikelompokan menjadi tiga bentuk, antara lain yaitu: organisasi bisnis
perusahaan perorangan (sole proprietorship), bentuk persekutuan/syirkah
(partnership), dan organisasi bisnis mudharabah.
1. Perusahaan perorangan (sole proprietorship)
Perusahaan perorangan (sole proprietorship) merupakan format
organisasi bisnis yang paling sederhana yang hampir ada dalam setiap sistem
ekonomi non- sosialis.
Seperti sistem ekonomi kapitalis, ekonomi islam mengizinkan
perusahaan swasta oleh individu dan tidak mengikatnya. Dalam perusahaan
ini pemilik bebas untuk memutuskan modal, apakah melalui pinjaman atau
menjual barang-barangnya dengan cara kredit.
2. Persekutuan (partnership)/ Syirkah
Kata syirkah berasal dari bahasa Arab yaitu dari kata Syarika-yasroku,
syarikan/syirkatan/syarikatan yang artinya menjadi sekutu atau serikat. Kata
dasarnya dapat dibaca Syirkah, dapat juga dibaca syarikah.
Akan tetapi menurut AL-Jaziri dalam fiqih ‘ala al-Madzahib al Ar-
Ba’ah dibaca syirkah.
Secara etimologis syirkah berarti mencampurkan kedua bagian tangan
atau lebih sedemikian rupa sehingga tidak dapat lagi dibedakan satu bagian
dengan bagian lainnya (An- Nabbani,1990)
Adapun menurut makna syariah, syirkah adalah suatu akad antara dua
orang atau lebih, yang bersepakat untuk melakukan suatu usaha dengan
tujuan memperoleh keuntungan.

2
Persekutuan (partnership) merupakan suatu hubungan antara dua orang
atau lebih untuk mendistribusikan laba (profit) atau kerugian (loses) dari
suatu bisnis yang dijalankan oleh semua pihak atau salah satu dari mereka
sebagai pengelola.
Syarikah memiliki klasifikasi yaitu syarikah hak milik (syarikatul amlak)
serta syarikah transaksi (syarikatul uqud). Syarikatul uqud memiliki lima jenis
yaitu, sebagai berikut:
1. Syarikah al- Inan
Syirkah antara dua orang atau lebih yang masing masing memberi kontribusi kerja
dan modal. Hukum dari syirkah ii adalah boleh berdasarkan dalil as- Sunnah dan
Al ijma’. Syarikah model ini dibangun dengan prinsip wakalah dan kepercayaan.
2. Syarikah al- Wujuh
Syirkah antara dua orang dengan modal berasal dari pihak diluar orang tersebut.
Syirkah al wujuh dapat terjadi karena adanya kedudukan, profesionalisme,
kepercayaan dari pihak lain untuk membeli secara kredit kemudian menjualnya
secara kontan.
3. Syarikah Abdan
Syirkah antara dua orang atau lebih mengandalkan tenaga atau keahliannya tanpa
kontribusi modal.
4. Syarikah mudharabah
Syirkah antara dua orang atau lebih dengan ketentuan, satu pihak memberikan
kontribusi kerja , sedangkan pihak lain memberikan kontribusi modal.
5. Syarikah Mufawadhah
Syirkah antara dua pihak atau lebih yang menggabungkan semua jenis syirkah
diatas.
c. Pembagian keuntungan dan kerugian (profit and Loss Sharing)
1. Keuntungan akan dibagikan diantara mitra pada tingkat ratio yang
disepakati.
2. Kerugian akan dibagikan dalam proporsi jumlah modal yang diinvestasikan.
3. Kerugian akan ditanggung oleh pemilik modal, sampai ia dapat menujukkan
bahwa kerugian muncul karena keahlian orang lain yang dipercayakan
menjalankan bisnis.

3
3. Hak- hak dan kewajiban para mitra usaha
Semua mitra usaha (partner) yang ikut ambil bagian dalam kontrak
organisasi bisnis ini, pada dasarnya memiliki hak- hak dan kewajiban yang
jelas dan mengikat mereka.
ü Hak – hak Mitra
Hak –hak seluruh Mitra
a. setiap mitra memiliki hak untuk menjual barang-barang dengan kredit
tanpa harus memperoleh izin tertulis dari mitra lainya dan seluruh mitra
akan terikat dengan masing-masing harus menjual barang-barang
dengan kredit.
b. Masing-masing mitra berhak untuk menerapkan semua hak yang
dimiliki dan melaksanakan semua aktifitas bisnisnya sebagai bagian
dari usaha tersebut.
c. Masing-masing mitra memiliki hak untuk mendapatkan keuntungan
yang kemudian dapat dipakai untuk menjalankan bisnis independeni,
tanpa persetujuan pihak lain terhadap pengelolaan bisnis itu.
Secara eksplisit, hak-hak yang dimiliki para mitra yaitu masing-masing dari
mereka harus memperoleh izin dari semua mitra lain dalam hal berikut ini:
a. Meminjamkan uang kepada pihak ketiga atau ke seorang mitra
b. Meminjam uang untuk perusahaan ke dari pihak ketiga atau seorang
mitra.
d. Membeli saham diperdagangkan atau aksesoris lainnya dengan kredit
pada saat bisnis kelebihan likuiditas kapan saja.
e. Mengundang pihak ketiga untuk menjadi mitra.
f. Mendapatkan modal lebih atas mudharabh dari pihak ketiga.
g. Memberi modal perusahaan dengan mudharabah kepihak ketiga.
h. Memberi bagian modal perusahaan kebeberapa bisnis lainnya.
i. Menjalankan bisnisnya sendiri, menggabungkan dengan bisnis
kemitraan.
j. Menjalankan nisnis sendiri dengan mitra yang dapat memengaruhi
bisnis kemitraan dalam kepastian apapun.

4
k. Kegiatan lain apa pun dari mitra ke bisnis kemitraan.

ü Kewajiban Mitra
a. Para mitra dapat dikenakan tanggung jawab secara luas dalam
kaitannya dengan modal yang dimiliki, termasuk dengan melakukan
pinjaman dari luar. Artinya apabila suatu persekutuan perusahaan tidak
melakukan pinjaman dari sumber manapun, maka dengan sendirinya
hal itu hanya mengikat pada saham yang dimiliki saja. Akan tetapi
apabila para mitra yang satu dengan lainnya menyetujui untuk
memnjam uang dari luar, maka dengan demikian para pihakakan terikat
kewajiban untuk melakukan pembayaran kepada kreditur dan akan
dapat dikenakan kewajiban sesuai dengan komitmen yang telah
disepakati.
b. Tidak seorangpun (dibawah syariah Islam) dapat dikenakan untuk
menjalankan tanggung jawab orang lain.
Jika kredit diperoleh dari total likuiditas bisnis yang ada, melalui
persetujuan dari semua mitra usaha, dan setelah itu bisnia mengalami
kerugian dan tidak sanggup mengatasinya, maka kerugian atas sejumlah
pinjaman tersebut akan menjadi tanggung jawab semua mitra dalam
porsi sama dan tidak dibebankan berdasarkan ratio atau perbandigan
modal yang diiikut sertakan.
b. Pemutusan Hubungan Kerja
Di dalam kontrak kerjasama ini, pemutusan hubungan kerjasama
dapat terputus jika:[
2. Salah satu dari kedua pihak melakukan tindakan- tindakan yang dapat
menyebabkan kerugian atas kepentingan- kepentingan pihak lain.
3. Salah satu dari pihak meninggal dunia, gila dan tertimpa sakit sehingga
tidak mampu untuk melaksanakan tugas- tugasnya.
4. Periode masa kontrak telah habis
5. Pekerjaan atau tujuan dari adanya hubungan kerjasama ini telah
terealisasi.
4. Mudharabah

5
Mudharabah adalah suatu hubungan antara dua orang atau lebih
dimana salah satu pihak menyediakan modal (investor) kepada pihak lain
yang berkedudukan sebagai pengelola untuk menjalankan suatu bisnis
(mudharib) dengan kesepakatan untuk mendapatkan tingkat keuntungan
tertentu.
Dari definisi di atas , dapat memberikan implikasi sebagai berikut:
· Persetujuan tidak terbatas hanya antara dua orang saja, akan tetapi
dapat terjadi lebih dari jumlah tersebut.
· Dalam setiap persetujuan terdapat dua pihak yang terlibat. Pertama,
pihak yang berkedudukan sebagai penyedia modal usaha tersebut
sebagai pihak utama, dan kedua, pihak yang berkedudukan sebagai
pengelola, yang disebut sebagai enterpreneur.
· Dalam hal ini pihak pengelola dapat membawa modalnya sendiri
untuk kepentingan bisnis atau usaha yang dijalankanya, akan tetapi hal
ini perlu juga mendapat persetujuan dari pihak pemilik modal. Dalam
hal ini, modal yang berada pada pihak pengelola bukan merupakan
suatu bentuk pinjaman, akan tetapi berfungsi untuk dijalankan dalam
bisnis yang telah disepakati oleh pemilik modal dengan kesepakatan
mendapatkan porsi keuntungan dari usaha tersebut.
a. Pengalokasian keuntungan dan kerugian[9]
Pengalokasian keuntungan antara pemilik modal dan pengelola dibuat
berdasarkan kesepakatan antara kedua belah pihak. Tidak boleh dibuat
berdasarkan jumlah atau nomihnal pasti sebelum berjalanya bisnis tersebut, hanya
dalam bentuk prosentase atas keuntungan yang diperoleh.
Sementara berdasarkan aturan umum syari’ah, pengalokasian kerugian yang
terjadi dalam bisnis mudharabah adalah ditanggung seluruhnya oleh pemilik
modal , dan tidak dapat ditangguhkan kepada pihak pengelola. Karena pihak
pengelola hanya berkedudukan sebagai agen dari pemilik modal, selama kerugian
yang terjadi bukan karena keteledoranya. Oleh karenanya pihak pengelola dalam
hal ini tidak mendapatkan bagian apa- apa jika terjadi kerugian dalam bisnis yang
dijalankanya.

6
Dalam syariah Islam telah membuat kewajiban kepada siap yang
menginvestasikan uangnya akan bertanggung jawab untuk kemungkinan
terjadinnya kerugian dan keuntungan.i
Dalam syariah islam kerugian tidak ditanggung oleh muharib dengan alasan
mudharib tidak mendapatkan penghargaan atas pekerjaan yang telah
dikerjakannya.
b. Hak- hak pengelola (entrepreneur)
Berdasarkan persetujuan yang telah disepakati bersama dengan pihak pemilik
modal, seorang pengelola mempunyai hak- hak sebagai berikut: [10]
1. Mengelola atau membawa modalnya sendiri dalam bisnis tersebut.
2. memperoleh modal dari pihak ketiga untuk menjalankan bisnis mudharabah-
nya.
3. ikut serta dalam kerjasama dengan pihak ketiga.
4. menjual dan membeli barang- barang secara kredit.
5. mengikuti semua kebiasaan dari aturan perdagangan yang ada.
6. mengeluarkan atau meminjamkan modal awal kepada pihak ketiga untuk
menjalankan bisnis mudharabah-nya (tetapi tetap harus meminta izin kepada
pihak pemilik modal).
c. Konsep mudharabah ganda (Double mudharabah)
Mudharabah ganda adalah seseorang yang memperoleh keuntungan dari bisnis
mudharabah, dan keuntungan itu diberikan kepada pihak ketiga untuk
menjalankan bisnis lainya. Dalam hal ini pengusaha pertama memiliki dua peran.
Dalam hal ini pemilik memiliki dua peran yakni sebagai pengusaha untuk pemilik
dan bertindak sebagai pemilik.[11]
d. Mudharabah dan kewajiban para peserta
Konsep kewajiban di dalam bisnis mudharabah banyak memiliki kemiripan
dengan bentuk bisnis persekutuan yang disebutkan sebelumnya, seperti :
1. Kewajiban pemegang saham adalah dapat menyediakan modal yang akan
digunakan untuk menjalankan perusahaan tersebut.
2. Jika pihak pengelola bisnis mudharabah membeli barang secara cicilan
melebihi total modal yang ada melalui persetujuan pemilik modal, maka kedua-
duanya bertanggung jawab untuk melunasi utang yang ada tersebut.

7
3. Kerugian atau keuntungan yang diperoleh dari hasil pinjaman di luar modal
tersebut akan dibagi secar bersama antara pemilik modal dan pihak pengelola, dan
bukan berdasarkan perbandingan keuntungan yang disepakati dalam kontrak
mudharabah tersebut
4. Jika terjadi kerugian terhadap modal yang dipinjam saat diputar dalam usaha
yang dijalankan, maka pelunasan modal pinjaman ini harus didahulukan sebelum
mengembalikan modal awal yang dimiliki pemilik modal.
e. Pemutusan Kontrak Mudharabah
Seperti halnya dengan kemitraan , kontrak mudharabah dapat dicabut kembali
setiap saat, jika dala kontrak tersebut dapat menyebabkan kerugian bagi pihak
yang terkait, sebagaimana kontrak mudharabah itu dapat dibubarkan karena
kematian ataupun terganggunya akal salah satu pihak yang terlibat. Seperti halnya
bentuk persekutuan juga, kontrak mudharabah juga dapat dijalankan terus oleh
pihak lain yang terlibat mengelolanya. Dengan demikian hal ini akan memberikan
kesempatan bagi pihak yang tidak bubar untuk terus menjalankanya, dan tidak
perlu untuk membubarkanya.[12]
f. Mudharabah dan Penyertaan Saham Perusahaan (joint stock company)
Struktur penyertaan saham perusahaan modern sekarang ini, dapat ditemukan
beberapa variasi konsep yang serupa dengan konsep mudharabah, diantaranya:
1. Seperti mudharabah, dimana penyertan saham perusahaan juga memiliki
pembagian antara kepemilikan dan pengawasan.
2. Tidak adanya batasan jumlah pemegang saham yang terdapat di dala suatu
bentuk penyertaan saham perusahaan, sebagaimana halnya juga berlaku dalam
bentuk mudharabah.
3. Pemindahan saham atau bagian dari seorang pemilik modal kepada yang
lainya tidak akan menyebabkan perusahaan tersebut bubar, sebagaimana halnya
juga dalam mudharabah.

B. Implementasi Syirkah dalam perusahaan bisnis


Perusahaan merupakan suatu unit kegiatan tertentu yang mengubah
sumber- sumber ekonomi menjadi bernilai guna berupa barang dan jasa dengan
tujuan untuk memperoleh keuntungan dan tujuan lainya. Dalam tuntunan syari’ah,

8
tujuan tersebut adalah falah, yaitu kesejahteraan di dunia dan kebahagiaan di
akhirat yang dirahmati Allah Swt.[13]
Menurut Ghazali, Omar dan Adit (2005:456), konsep “perusahaan” yang dikenal
sebagai syahsiyah i’tibariyah berdasarkan prinsip- prinsip qiyas dan ikhtisan
maslahih mursalah (kepentingan umum). Misalnya, keberadaan bayt- al-mal dan
lembaga wakaf yang menunjukkan pengakuan atas konsep perusahaan dengan
hukum yang terpisah.
Pada prinsipnya, kegiatan perusahaan dapat dikelompokkan menjadi tiga jenis
usaha:[14]
Pertama, jenis usaha perdagangan atau distribusi, yaitu usaha yang terutama
bergerak dalam kegiatan memindahkan barang dari produsen ke konsumen atau
dari tempat yang mempunyai kelebihan persediaan ke tempat yang memerlukan.
Kedua, jenis usaha produksi/ industri, yaitu jenis usaha terutama bergerak dalam
kegiatan prose pengubahan suatu barang menjadi barang lain menjadi barang yang
berbeda bentukatau sifatnya dan mempunyai nilai tambah.
Ketiga, jenis usaha komersial, yaitu usaha yang bergerak dalam kegiatan
pelayanan atau menjual jasa sebagai kegiatan utamanya.
Untuk memulai usaha atau bergabung dengan usaha yang sedang berjalan,
seseorang dapat memilih salah satu jenis usaha di atas. Setelah pilihan ditentukan,
kemudian dapat dilanjutkan dengan memilih bentuk usaha atau organisasi bisnis
yang sesuai.

C. Jenis akad dan implementasi dalam organisasi bisnis


Dalam organisasi bisnis atau dalam bentuk kepemilikan memiliki sepasang
keuntungan dan kerugian yang unik. Kunci untuk memilihnya yang benar adalah
dengan memahami karakteristik dan mengetahui masing-masing dan bagaimana
bentuk usaha ini mempengaruhi, baik dalam hal bisnis maupun pribadi.
Bentuk usaha yang terbaik harus ialah harus sesuai dengan keadaan, kepribadian,
keyakinan,ataupun kemampuan calon pembisnis.
Ditinjau dari sei kepemilikan bentuk organisasi bisnia terbagi menjadi tiga,yaitu
perusahaan perseorangan, perusahaan persekutuan,perusahaan perseroan.
Berikut karakteristik bentuk-bentuk organisasi bisnis tersebut:

9
1. Usaha Perseorangan
Karakteristik Usaha Perseorangan:
a. Menurut Soemarni dan Soeprihanto usaha ini dimiliki, dikelola dan dipimpin
oleh seorang yang bertangung jawab penuh (tudak terbatas) terhadap semua resiko
dan aktivitas perusahaan.
b. Dalam hail perizinan usaha relatif mudah didirikan dan paling mudah untuk
merintisnya.
c. Kelangsungan usaha ini relatif mudah terhenti.
d. Pendapatan memiliki resiko yang cukup sulit untuk memperoleh dana dari dari
pasar keuangan.
2. Usaha Pola Kemitraan
Karakteristik Partnership:[16]
a. Layak nya usaha perorangan, usaha kemitraan mengandung kewajiban yang
tidak terbatas bagi mitranya.
b. Kelangsungan usaha ini relative terbatas karena sangat bergantung pada
masing-masing mitra.
c. Pendapatan bisnis yang dihasilkan digabungkan dengan penghasilan pribadi
untuk tujuan pajak.
d. Mempunyai kesempatan memperoleh modal lebih banyak dari pasar
keuangan.

Kemitraan modern memiliki kemiripan dengan usaha-usaha yang dijalankan pada


masa klasik yaitu usaha dengan pola mudharabah dan musyarokah.
Berikut ini penjelasan mengenai uasaha dengan pola mudharabah, musyarokah,
kombinasi keduannya, musyarokah yang menurun, serta disandingkan dengan
kemitraan modern seperti firma dan CV.
a. Mudharabah ( qiradh/ muqaradah)
Pihak rabb al-mal (investor) pemilik dana dan asset, sedangkan manajer
(mudharib) bertanggung jawab mengelola bisnis dengan menyumbangkan
profesionalitas, keahlian manajerial dan keahlian teknis untuk memulai, dan
mengoperasikan perusahaan bisnis atau suatu proyek.

10
Fatwa Dewan Syariah Nasional No. 07/DSN-MUI/IV/2000 tentang Pembiayaan
Mudharabah mendasar pada salah satu sumber hukum ijma’ berikut. Diriwayatkan
sejumlah sahabat menyerahkan (kepada orang, mudharib) harta anak yatim
sebagai mudharabah dan taka da seorang pun menginkari mereka.
Pembagian keuntungan mudharabah yaitu keuntungan yang dihasilkan dibagi
sesuai dengan ratio yang disepakati sebelumnya, sedangkan jika terjadi kerugian,
tanggungan sepenuhnya kepada penyedia dana.
Mudharabah dibagi menjadi dua jenis, yakni Mudharabah Muthalaq dan
Mudharabah Muqayyadah:
§ Mudharabah Muthalaq (tidak dibatasi)
Mudharib boleh menginvestasikan dana yang diberikan dalam bisnis apapun yang
dinilai mereka layak.
§ Mudharabah Muqayyadah (dibatasi)
Rabb al-mal boleh menentukan jenis bisnis tertentu serta memberi batasan
mengenai tempat, cara, dan objek investasi.
Contoh batasan tersebut ialah tidak mencampurkan dana pemilik dengan dana
lainnya, tidak menginvestasikan dannya pada transaksi penjualan cicilan, tanpa
penjamin, atau tanpa jaminan, mengharuskan manajer untuk melakukan investasi
sendiri tanpa melalui pihak ketiga.
b. Musyarokah
Berdasarkan Fatwa DSN N0. 08/DSN-MUI/IV/2000 tentang Pembiayaan
Musyarokah menimbang bahwa kebutuhan masyarakat untuk meningkatkan
kesejahteraan dan usaha terkadang memerlukan dana dari pihak lain, antara lain
melalui pembiayaan musyarokah, yaitu pembiayaan berdasarkan akad kerjasama
antra dua belah pihak atau lebih untuk suatu usaha tertentu. Masing –masing ihak
memberi kontribusi dana dengan ketentuan bahwa keuntungan dan risiko
ditanggung bersama sesuai kesepakatan, dan pembiayaan musyarokah memiliki
keunggulan dalam kebersamaan dan keadilan, baik dalam berbagai keuntungan
maupun ridiko kerugian. [18]
Menurut fikih terdapat dua bentuk musyarokah yaitu Musyarokah ‘amlak (secara
otomatis) dan Musyarokah ‘uqud (atas dasar kontrak).

11
§ Musyarokah ‘amlak (secara otomatis) adalah dua orang atau lebih yang
memiliki barang tanpa adannya akad.
Musyarokah jenis ini dibagi menjadi dua: 1. Syirkah jibary (paksaan) yaitu
syirkah yang ditetapkan kepada dua orang atau lebih yang bukan didasarkan atas
perbuatan keduannya, seperti seseorang ewariskan sesuatu, maka yang diberi
waris menjadi sekutu mereka. 2.Syirkah ikhtiari (suka rela) timbul karena adanya
kontrak dari dua orang yang bersekutu.
§ Musyarokah ‘uqud (atas dasar kontrak) merupakan bentuk transaksi yang terjadi
antara dua orang atau lebih untuk bersekutu dalam harta dan keuntungannya.
Musyarokah jenis ini menurut imam hambali dibagi menjadi 5 jenis akad yaitu
‘inan, hmudarabah, wujuh,’abdan, dan mufawadhah.[19]
1. Syirkah‘inan, cirinya besarnya penyertaan modal setiap anggota tidak sama,
setiap anggota berhak penuh aktif dalam pengelolaan perusahaan, pembagian
keuntungan dan kerugian bisa dillakukan menurut besarnya modal dan bisa
berdasarkan kesepakatan.
2. Syirkah Mudharabah, cirinya pemilik modal bersedia membiayai sepenuhnya
suatu proyek atau usaha dan pengusaha setuju untuk mengelola proyek tersebut,
pemilik modal tidak dibenarkan ikut dalam penelolaan usaha, tetapi
diperkenankan membuat usulan dan melakukan pengawasan, bagi hasil sesuai
kesepakatan, jika terjadi keruian ditanggung pemilik modal.
3. Syirkah Wuju, para anggota hanya mengandalkan nama baik mereka, tanpa
menyertakan modal, pembagian keuntunagn ataupun kerugian ditentukan
berdasarkan kesepakatan.
4. Syirkah’abdan, pekerjaan atau usahanya berkaitan, menerima peanan dari
piahak ketiga, keuntungan dan kerugian dibagi menurut kesepakatan.
5. Syirkah mufawadhah, adanya kesamaan dalam penyertaan mdal, anggota
harus aktif dalam pengelolaan usaha, pembagian untung rugi berdasarkan jumlah
modal.
c. Kombinasi Mudharabah dan Musytarokah atau Musytarokah atau
Mudharabah
Berdasarkan Fatwa DSN No.50/DSN-MUI /III/2006 tentang mudhdarabah
musytarakah, mendefinisikan bahwa mudhdarabah musytarakah adalah suatu

12
bentuk akad mudharabah yang menyeraratakan mudharib untuk menyertakan
modalnya dalam kerjasama investasi. Hal ini diperlukan karena
mengandung.unsur kemudahan dalam pengelolaannya dan dapat memberikan
manfaat yang lebih besar.
Karakteristik organisasi bisnis CV sebagai tahapan awal memperoleh titik temu
dengan landasan akad mudharabah musytarokah. Persekutuan komanditer
adalah perusahaan yang dibentuk oleh dua orang atau lebih ysng terdiri atas pihak
anggota yang aktif dan pihak anggota yang pasif.
PSAK No. 21 tentang Akuntansi Ekuitas dinyatakan bahwa ,modal suatu
persekutuan CV harus dipisahkan antara modal perseroan aktif dan modal
perseroan komanditer. Perseroan aktif adalah perseroan yang bertindak aktif
sebagai pengurus CV. Perseroan komanditer ada;ah persero yang hannya
bertanggung jawab sebatas modal CV menjadi bagiannya.
Berdasarkan uraian tersebut, organisasi bisnis CV dikatakan bahwa pada
umumnya ketentuan yang terdapat dalam akad mudharabah musytarakah relative
dapat melandasi bentuk CV.
Pembagian investasi antara pengelola dana dan pemilik dana ialah sesuai dengan
nisbah yang telah disepakati, yang selanjutnya bagian hasil setelah dikurangi
untuuk pengelola dana(sebagai mudharib) tersebut dibagi antara engeloladana
(musytarik) dengan pemodal sesuai porsi modal masing-masing.
3. Perseroan
Perseroan Terbatas (PT) adalah badan hukum perusahaan yang terpisah dari
pemiliknya yang disebut pemegang saham. [20]
Menurut PSAK N0. 21 tentang Akuntansi Ekuitas dinyatakan bahwa madal PT
terdiri atassaham dan tanggung jawab persero terbatas pada jumlah modak yang
disetor apabila PT telah disahkan Menteri Kehakiman. Dalam pemisahan
manajemen dan kepemilikan trsebut, pemegang saham tidak memilih dewan
direksi dan dapat menujuk manajemen senior.
Adanya komsep badan hukum pada perseroan terbatas atau disebut Naamloze
Vennotschap (NV) menyebabkan bentuk perusahaan ini jauh berbeda
dibandingkan dengan bentuk usaha perseorangan dan kemitraan.
Ciri perusahaan bentuk PT

13
a. Hak dan kewajiban yang terbatas pada pemegang saham
b. Proses pendirian PT diperlukan adanya Akte Notaris dan biaya yang relative
tinggi serta waktu yang lama
c. Keberlangsungan usaha relative lama
d. Merupakan entitas yangterkena terkena pajak baik pajak pendapatan
perusahaan maupun pajak penghasilan pribadi
e. Mampu menggabungkan modal dari banyak pemegang saham
f. Lebih cenderung meningkatkan modalnya dari pasar keuangan baik pasaruang
maupun pasar modal.
Menurut Nafik, perusahaan perseroan merupakan wujud dari bentuk kombinasi
musytarokah dan mudharabah yang terbatas dan terbuka.
Berdasarkan tuntunan syariah, konsekuensi akad mudharabah atas pembagian
pendapatan ataupu pembagian laba bersih adalah dengan melibatkan dmanajer
(dewan direksi) sebagai mudharib dengan pemegang saham sebagai shahibulmaal.
Sedangkan berdasarkan hukum posituf Indonesia pada UU No.40 Tahun 2007: 1).
laba bersih yang diperoleh perseroan disishkan sebagai cadangan (laba ditahan)
untuk modal operasi perusahaan. Sisanya dibagikan kepada para pemegang saham
sebagai deviden. 2). Dewan direksi diberi gaji dan tunjangan yang ditentukan
RUPS, yang tidak bergantung pada jumlah pendapatan, laba bersih ataupun
deviden.
4. Perbandingan Mudharabah, Musytarakah, dan Perseroan
Salah satu ciri penting dari mudharabah adalah rasio keuntungan yang disepakati
sebelumnya, yaitu keuntungan harus didistribusikan antara pemodal dan
pengusaha. Hal ini mengatur setiap alokasi keuntungan secara absolut selain
sesuai rasio yang disepakati sebelumnya. Hal ini sama berlaku juga untuk
musyarokah. Adapun kerugian pada mudharabah benar- benar ditanggung oleh
pemilik modal, sedangkan pengusaha bertanggung jawab menanggung kerugian
hanya jika kerugian tersebut merupakan hasil dari kelalaian manajerial. Jika
terjadi kerugian dalam musyarokah, maka kedua belah pihak berbagi kerugian
tersebut menurut rasio investasi masing- asing pihak dalam proyek.
Mudharobah memberikan kewajiban terbatas atas pemilik modal seperti halnya
yang berlaku pada perusahaan modern. Musyarokah, disisi lain, mengandung

14
kewajiban yang tidak terbatas bagi para mitranya karena kedua belah pihak
merupakan pengambilan keputusan dalam bisnis tersebut.
Mengenai perubahan nilai aset yang terjadi dalam mudharobah, pengusaha tidak
dapat memperolehnya, baik keuntungan maupun kerugian, karena perubahan
tersebut. Keuntungan dan kerugian yang timbul tersebut hanya untuk pemilik
modal. Dalam musyarokah, keuntungan dan kerugian karena perubahan nilai aset
yang dibiayai oleh gabungan dana bersama dsudah sewajarnya diterima kedua
belah pihak.
5. Pemisahan Kepemilikan dan Agency Problem.
Dalam bentuk organisasi dan kontrak bisnis yang telah dijabarkan diatas, salah
satu cirinnya ialah terdapat pemisahan kepemilikan dari manajemen, yaitu pihak
manajer bertindak sebagai agen dari pemilik. Hal ini diperkirakan akan
menimbulkan agency problem (masalahan keagenan ), yaitu terdapat
kemungkinan manajer tidak melakukan keputusan yang sesuai dengan
kepentingan pihak pemilik.[21]
Bentuk mudharabah dikritik mengandung beberapa masalah keagenan yang relatif
tinggi. Ketika penyedia dana menanggung semua kerugian dalam kasus laba
negatif, hal ini mungkin di anggap bukan dalam posisi mewajibkan manajer untuk
mengambil tindakan yang sewajarnya atau menyerahkan segenap usaha yang
diperlukan untuk menghasilkan keuntungan yang diharapkan.
Selain itu, karena pemodal tidak memiliki hak untuk memantau secara langsung,
maka mereka dapat kehilangan investasi utamanya. Lebih lanjut manajer mungkin
saja memiliki dorongan untuk memperbesar pengeluaran proyek dan
meningkatkan konsumsi yang tidak menghasilkan manfaat berupa uang.
Agency problem akan berkurang dalam bentuk musyarokah karena masing-
masing modal mitra juga dipertaruhkan. Selain itu, kemitraan modal sendiri akan
meminimalkan masalah asimetri informasi karena semua mitra akan memiliki hak
untuk berpartisipasi dalam pengelolaan proyek investasi mereka

C. KEBIJAKAN DAN PENENTUAN TUJUAN PERUSAHAAN SYARIAH


PERUSAHAAN DALAM ISLAM

15
Adapun masalah pokok yang harus dipecahkan oleh produsen adalah
bagaimana komposisi dari faktor-faktor produksi yang digunakan, dan untuk
masing-masing faktor produksi tersebut berapakah jumlah yang akan digunakan.
Dalam memecahkan masalah ini dua aspek yang perlu diperhatikan:
1. Komposisi faktor produksi yang bagaimana bagi seorang muslim untuk
meningkatkan tingkat produksi yang tinggi atau;
2. Komposisi faktor produksi yang bagaimana bagi seorang muslim untuk
meminimumkan biaya produksi yang dikeluarkan untuk mencapai suatu
tingkat produksi tertentu
Berbagai usaha dipandang dari sudut ekonomi mempunyai tujuan yang
sama, yaitu mencari keuntungan optimum dengan jalan mengatur penggunaan
faktor-faktor produksi seefisien mungkin, sehingga usaha mengoptimalkan
keuntungan dapat dapat dicapai dengan cara yang efisien.

PROFIT OPTIMUM MERUPAKAN TUJUAN PERUSAHAAN


Al-habshi menjelaskan tentang teknik efisiensi terletak pada proses
produksi barang. Dia hanya membatasi pembatasannya dengan technical efficient
produk bersih. Oleh karena itu, perusahaan bermaksud untuk memproduksi
barang yang lebih banyak. Dalam criteria ekonomi, suatu sistem produksi
dikatakan lebih efisien bila memenuhi criteria:
1. Meminimalkan biaya untuk memproduksi jumlah barang yang sama
2. Mengoptimalkan produksi dengan biaya yang sama

PROFIT OPTIMAL
Dalam teori ekonomi konvensional profit maksimal merupakan tujuan
dasra atau utama suatu perusahaan. Perusahaan yang bertujuan selalu
memaksimalkan keuntungan sering disebut dengan perusahaan yang berperilaku
rasional. Para ahli ekonomi memberikan teori bahwa persaingan perusahaan
sempurna harus menggunakan teknik efisiensi dalam proses produksi, pada
tingkat output dalam produksi akan menjadi titik dimana biaya marginal sama
dengan biaya pendapatan (Marginal revenue = MR) .

16
Di dalam pasar monopoli, harga tidak dimunculkan, perusahaan lebih
cenderung mendikte harga, perusahaan bisa merubah produknya, perusahaan juga
bisa menentukan banyaknya pengeluaran yang diinginkan dalam memproduksi
barang. Seorang monopolis dapat menetapkan harganya dan menjual barang-
barang sebanyak jumlah barang yang akan diserap oleh harga tersebut, atau
perusahaan dapat memutuskan untuk menjual sejumlah output dan sejumlah harga
yang terbaik yang dapat diperolehnya.

PROFIT NORMAL DAN TIDAK NORMAL


Al-habshi mendefinisikan profit sebagai tingkat keuntungan ketika biaya
rata-rata sama dengan pendapatan. Profit normal ini mencakup keuntungan
pengusaha dalam faktor produksi. Sedangkan profit tidak normal, dibagi menjadi
dua yaitu profit super normal dan profit subnormal. Profit super normal diperoleh
ketika penghasilan rata-rata melebihi biaya rata-rata, dan ketika rata-rata kurang
dari biaya rata-rata maka perusahaan dikatakan memperoleh profit subnormal atau
rugi.
Jadi dalam perusahaan yang menginginkan profit super normal, maka
perlu meelebihi dari profit normal. Dalam hal ini, perlu ada kerja sama untuk
setiap faktor produksi, atau nilai produk tambahannya sangat diperlukan untuk
lebih meningkat sesuai dengan produk yang direncanakan.

Tujuan Perusahaan Menurut Perspektif Islam


Beberapa macam tujuan kegiatan produksi, seperti:
1. Pemenuhan kebutuhan-kebutuhan sendiri secara wajar
2. Pemenuhan kebutuhan masyarakat
3. Persediaan terhadap kemungkinan-kemungkinan di masa datang
4. Persediaan bagi generasi yang akan datang
5. Pemenuhan sarana bagi kegiatan sosial dan ibadah kepada Allah

IMPLIKASI EKONOMI

17
Dengan berbagai pandangan paar pemikir ekonomi tentang tujuan suatu
perusahaan, akan sangat memungkinkan munculnya berbagai macam teori.
Setelah diteliti tujuan dari perusahaan, al-habshi berkomentar sebagai berikut:
1. Dengan banyaknya ragam sasaran atau tujuan perusahaan, dan dipaksakan
membuat fungsi matematik atas ajaran Islam, maka hasilnya fungsi berisi tentang
keseimbangan antara perolehan moril dan spiritual
2. Dari penelitian, perusahaan seharusnya mampu memperoleh kekayaan yang
sewajarnya dari pengembanagn perusahaan untuk kebaikan umum
3. Para konsumen di dalam masyarakat Islam cenderung ingin menghasilkan
barang lebih banyak dan harganya lebih murah, keuntungan yang berlebihan
dalam artian super normal profit
4. Dengan cara diproduksinya barang-barang akan diharapkan bisa memenuhi
keperluan dasar, ketika kebutuhan dasar itu dipenuhi oleh perusahaan, maka dia
termasuk produksi barang-barang untuk kesejahteraan orang lain
5. Secara umum, kesejahteraan masyarakat tidak hanya dibebankan kepada
keadaan, namun harus dicapai dari kerjasama antar pengusaha

TATA KELOLA PERUSAHAAN DALAM ISLAM


Menurut Chapra dan Ahmed, tata kelola pada lembagakeuangan Islam
menekankan pada gagasan melindungi hak-hak semua stakeholder secara adil,
terlepas dari apakah mereka memiliki saham atau tidak. Mereka memandang
bahwa model tata kelola dalam sistem ekonomi Islam berpusat pada stakeholder,
yaitu gaya tata kelola dan struktur yang melindungi kepentingan dan hak-hak
semua stakeholder, bukan hanya pemegang saham. Tata kelola perusahaan secara
Islam berdasarkan model berorientasi stakeholder. Dalam model ini menyajikan
kandungan dua konsep dasar prinsip-prinsip syari’ah, yakni prinsip hak milik dan
prinsip kerangka kontrak. Tata kelola setiap perusahaan dalam Islam diatur oleh
syari’ah bagi semua stakeholder termasuk pemegang saham, manajemen, dan
stakeholder lain seperti karyawan, para pemasok, para pemodal, dan masyarakat.
Dewan syari’ah berperan memberikan nasihat dan mengawasi operasi
perusahaan untuk memastikan kegiatan tersebut sesuai dengan prinsip-prinsip
syari’ah. Dewan direksi yang bertindak atas nama pemegang saham mempunyai

18
tugas memantau dan mengawasi kegiatan bisnis secara keseluruhan. Para
pemegang saham memiliki kewajiban menyediakan modal usaha. Para menejer
mempunyai tugas mengelola perusahaan sebagai wujud pemberian kepercayaan
dari seluruh stakeholder, bukan hanya dari pemegang saham.
Para stakeholder lainnya, seperti nasabah dan pelanggan, memiliki tugas
memenuhi semua kewajiban kontrak mereka. Selain itu, Negara sebagai salah satu
stakeholder menjadi lembaga eksternal yang menciptakan kerangka regulasi dan
berkewajiban menjamin terlaksananya kontrak dari kasus pelanggaran oleh pihak
mana pun. Dengan demikian, definisi stakeholder bukan hanya tertuju kepada
para pemegang saham atau kepada mereka yang berpartisipasi aktif dalam proses
pengambilan keputusan, tetapi termasuk juga stakeholder non investor atau non
pemilik, yaitu pihak yang berpartisipasi langsung atau tidak langsung dalam
perusahaan.

RELEVANSI TUJUAN PERUSAHAAN DAN TATA KELOLA PERUSAHAAN


Kata kelola perusahaan merupakan salah satu elemen pokok dalam setiap
pengembangan perusahaan karena memainkan peran untuk merancang dan
menyebarluaskan prinsip keadilan, akuntabilitas, dan transparansi. Secara umum,
definisi tata kelola perusahaan dapat dibagi menjadi dua bagian. Pertama, dalam
arti sempit kata kelola perusahaan dapat didefinisikan sebagai suatu sistem formal
akuntabilitas manajemen senior kepada pemegang saham. Kedua, dalam arti luas
tata kelola perusahaan mencakup keseluruhan jaringan hubungan formal dan
informal yang menyangkut sector perusahaan dan konsekuensinya bagi
masyarakat secara umum.
Konsep tata kelola perusahaan dari perspektif Islam tidak banyak berbeda
dengan definisi konvensional karena hal tersebut mengacu pada sebuah sistem,
yaitu perusahaan diarahkan dan dikendalikan agar memenuhi tujuan perusahaan
dengan melindungi kepentingan dan hak semua stakeholder. Namun demikian,
paradigma konvensional memperlihatkan perbedaan karakteristik atau cirri-ciri
dibandingkan dengan sistem konvensional ketika berkenaan dengan persoalan
konsep pengambilan keputusan yang lebih luas dengan menggunakan dasar

19
pemikiran (premis) epistemology sosial-ilmiah Islam yang didasarkan pada
ketauhidan Allah.
Tata kelola perusahaan dalam Islam dan Barat berperan sangat penting
dalam rangka memenuhi tujuan tertentu dan tujuan perusahaan. Sebenernya, Islam
sudah lebih jauh menambahkan nilai-nilainya dengan menggunakan unsure
maqosid syari’ah yang tidak ditemukan dalam konsep Barat. Maqosid syari’ah
bermakna perlindungan atas kesejahteraan manusia, yang terletak dalam bentuk
perlindungan hak asasi berupa keyakinan agama, hidup, intelektual, keturunan,
dan kesejahteraan.
Secara umum diketahui bahwa tujuan utama perusahaan adalah untuk
memaksismalkan nilai kesejahteraan pemegang saham. Dalam konteks tata kelola
perusahaan Islam, terdapat beberapa studi yang telah dilakukan khususnya pada
lembaga keuangan Islam dan ditemukan model tata kelola perusahaan alternative.
Studi tersebut menyatakan bahwa perusahaan Islam dapat mengambil model yang
sama sekali berbeda atau membuat versi modifikasi dari model stakeholder-
oriente sebagai alternative kerangka tata kelola perusahaan. Studi yang pertama
mengacu pada model tata kelola perusahaan berdasarkan prinsip konsultasi yang
menegaskan bahwa semua stakeholder memiliki tujuan yang sama, yaitu tauhid
atau keesaan Allah.

20
BAB III
KESIMPULAN
A. KESIMPULAN
Bentuk Organisasi Dalam Perekonomian Syariah dibagi menjadi 3 bagian
yakni: kepemilikan tunggal, kemitraan (syirkah), dan Mudharabah.
a. kepemilikan tunggal adalah format organisasi bisnis yang paling sederhana
yang hampir ada dalam setiap sistem ekonomi non- sosialis.
b. kemitraan (syirkah) merupakan suatu akad antara dua orang atau lebih, yang
bersepakat untuk melakukan suatu usaha dengan tujuan memperoleh keuntungan.
c. Mudharabah adalah suatu hubungan antara dua orang atau lebih dimana salah
satu pihak menyediakan modal (investor) kepada pihak lain yang berkedudukan
sebagai pengelola untuk menjalankan suatu bisnis (mudharib) dengan kesepakatan
untuk mendapatkan tingkat keuntungan tertentu.
Dalam organisasi bisnis tersebut terdapat bebberapa jenis akad pada setiap
organisasinya. Misalnya saja dalam Musytarokah terdapat jemis jenis akad
seperti:
a. Musytarokah ‘amlak dibagi menjadi dua jenis yaitu jibary dan ikhtiyari.
b. Musytarokah ‘uqud terdiri dari 5 jenis yaitu ‘inan, hmudarabah,
wujuh,’abdan, dan mufawadhah.

21
DAFTAR PUSTAKA

Ambo Aco, Andi Hutami Endang,(2006), “Jurnal Analisis Bisnis E-Commerce


pada Mahasiswa Universitas Islam Negeri”.
Dwi Novitasari dan Fidiastuti, Januari 2018 “Jurnal Riset Manajemen,Vol.
5,No. 1”.
Fransiska Vania Sudjatmika, (2017) “Jurnal Pengaruh harga, Ulasan Produk,
Kemudahan, Dan Keamanan Terhadap Keputusan Pembelian Secara Online di
Tokopedia.com. AGORA Vol. 5, No. 1”.

22

Anda mungkin juga menyukai