Anda di halaman 1dari 71

Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 6 Tahun 2011 i

ii Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 6 Tahun 2011

UNDANG-UNDANG
REPUBLIK INDONESIA

NOMOR 6 TAHUN 2011

TENTANG

KEIMIGRASIAN
KATA PENGANTAR
DIREKTUR JENDERAL IMIGRASI

Assalamu’alaikum Wr. Wb.


Salam sejahtera untuk kita semua
Puji syukur kita panjatkan ke hadirat Allah SWT atas limpahan nikmat dan
karunia yang telah terlimpahkan pada kita semua, sehingga masih diberi
kesempatan untuk berkreasi mencetak dan menerbitkan Undang-Undang
Nomor 6 Tahun 2011 tentang Keimigrasian dalam 2 (dua) versi bahasa yaitu
bahasa Indonesia dan bahasa Inggris.
Reformasi birokrasi pada hakikatnya merupakan upaya untuk melakukan
pembaharuan dan perubahan mendasar terhadap sistem penyelenggaraan
pemerintahan, terutama menyangkut aspek-aspek kelembagaan (organisasi),
ketatalaksanaan (business process) dan sumber daya manusia sebagai
aparatur negara.
Saat ini Kementerian Hukum dan HAM terus bergerak pada ranah pelaksanaan
reformasi birokrasi dalam rangka mewujudkan tata kelola pemerintahan yang
baik (good governance). Dengan kata lain, pelaksanaan reformasi birokrasi
dimaksud merupakan langkah strategis untuk membangun aparatur negara
agar lebih berdaya guna dan berhasil guna dalam mengemban tugas umum
pemerintahan dan pembangunan nasional. Selain itu dengan sangat pesatnya
kemajuan ilmu pengetahuan, teknologi informasi dan komunikasi serta
perubahan lingkungan strategis menuntut birokrasi pemerintahan untuk
direformasi dan disesuaikan dengan dinamika tuntutan masyarakat.
Dalam upaya memenuhi dinamika tuntutan masyarakat, Direktorat Jenderal
Imigrasi pun mencetak dan menerbitkan Undang-Undang Nomor 6 Tahun
2011 tentang Keimigrasian. Undang-Undang yang baru ini lahir pada saat
pemerintah menggulirkan reformasi birokrasi sehingga mampu menampung
kebutuhan dan perkembangan hukum yang ada saat ini maupun di masa
mendatang.
Sebagaimana disebutkan di atas, buku ini dicetak dalam 2 (dua) bahasa, yaitu
bahasa Indonesia dan bahasa Inggris. Hal ini dimaksudkan agar kebutuhan
masyarakat terkait pemahaman dan pengetahuan tentang hukum
Keimigrasian dapat diterima kalangan subjek hukum Keimigrasian. Apalagi di
era globalisasi ini, kebutuhan Peraturan Perundang-undangan dalam bahasa
internasional merupakan hal yang sudah lazim. iv Undang-Undang Republik Indonesia

Nomor 6 Tahun 2011

Pencetakan dan penerbitan Undang-Undang Nomor 6 Tahun 2011 tentang


Keimigrasian dalam dua versi bahasa merupakan suatu upaya agar yang
berbahasa Inggris dapat dengan mudah memahami peraturan
perundangundangan Keimigrasian yang berlaku di Indonesia.
Buku ini disusun secara sistematik sehingga dapat dijadikan bahan acuan
dalam pelaksanaan tugas oleh pejabat atau pegawai di lingkungan
Kementerian Hukum dan HAM, khususnya di lingkungan Direktorat Jenderal
Imigrasi.
Saya sangat menghargai, merasa bangga dan berterima kasih atas upaya
Sekretariat Direktorat Jenderal Imigrasi menerbitkan Undang-Undang Nomor
6 Tahun 2011 tentang Keimigrasian dalam 2 (dua) bahasa.
Semoga Allah SWT senantiasa membimbing kita dalam upaya meningkatkan
produktivitas kinerja dalam menjalankan birokrasi.
Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 6 Tahun 2011 iii
Wassalamu’alaikum Wr. Wb.

Direktur Jenderal Imigrasi

Bambang Irawan
UNDANG-UNDANG REPUBLIK kehidupan bangsa dan
INDONESIA negara Republik
NOMOR 6 TAHUN 2011 Indonesia, sehingga
diperlukan peraturan
TENTANG perundang-undangan
yang menjamin kepastian
KEIMIGRASIAN hukum yang sejalan
dengan penghormatan,
DENGAN RAHMAT TUHAN YANG pelindungan, dan
MAHA ESA pemajuan hak asasi
manusia;
PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,
c. bahwa UndangUndang
Nomor 9 Tahun 1992
Menimbang : a. bahwa Keimigrasian tentang Keimigrasian
merupakan bagian dari sudah tidak memadai
perwujudan pelaksanaan lagi untuk memenuhi
penegakan kedaulatan berbagai perkembangan
atas Wilayah Indonesia kebutuhan pengaturan,
dalam rangka pelayanan, dan
menjaga ketertiban pengawasan di bidang
kehidupan berbangsa Keimigrasian sehingga
dan bernegara menuju perlu dicabut dan
masyarakat yang adil diganti dengan undang-
dan makmur berdasarkan undang baru yang lebih
Pancasila dan komprehensif serta
Undang-Undang mampu menjawab
Dasar Negara tantangan yang ada;
Republik d. bahwa berdasarkan p e r
Indonesia Tahun 1945; t i m b a n g a n
b. bahwa perkembangan sebagaimana dimaksud
global dewasa ini dalam huruf a, huruf b,
mendorong dan huruf c perlu
meningkatnya mobilitas membentuk Undang-
penduduk dunia yang Undang tentang
menimbulkan berbagai Keimigrasian;
dampak, baik yang
menguntungkan maupun Mengingat : Pasal 5 ayat (1), Pasal 20,
yang merugikan Pasal 26 ayat (2), dan
kepentingan dan

Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 6 Tahun 2011 1


Pasal 28E ayat (1) Keimigrasian, penegakan hukum,
Undang- keamanan negara, dan fasilitator
Undang Dasar Negara pembangunan kesejahteraan
Republik Indonesia Tahun masyarakat.
1945; 4. Menteri adalah menteri yang
Dengan Persetujuan Bersama menyelenggarakan urusan
DEWAN PERWAKILAN RAKYAT pemerintahan di bidang hukum dan
REPUBLIK INDONESIA hak asasi manusia.
5. Direktur Jenderal adalah
Direktur Jenderal Imigrasi.
Dan 6. Direktorat Jenderal Imigrasi
adalah unsur pelaksana tugas dan
PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA fungsi Kementerian Hukum dan Hak
Asasi Manusia di bidang
MEMUTUSKAN: Keimigrasian.
7. Pejabat Imigrasi adalah pegawai
Menetapkan : UNDANG-UNDANG yang telah melalui pendidikan
TENTANG KEIMIGRASIAN. khusus Keimigrasian dan memiliki
keahlian teknis Keimigrasian serta
BAB I memiliki wewenang untuk
KETENTUAN UMUM melaksanakan tugas dan tanggung
jawab berdasarkan Undang-Undang
Pasal 1 ini.
Dalam Undang-Undang ini yang 8. Penyidik Pegawai Negeri Sipil
dimaksud dengan: Keimigrasian yang selanjutnya
1. Keimigrasian adalah hal ihwal lalu disebut dengan PPNS (Investigation
lintas orang yang masuk atau keluar Authority) Keimigrasian adalah
Wilayah Indonesia serta Pejabat Imigrasi yang diberi
pengawasannya dalam rangka wewenang oleh undang-undang
menjaga tegaknya kedaulatan untuk melakukan penyidikan tindak
negara. pidana Keimigrasian.
2. Wilayah Negara Republik Indonesia 9. Orang Asing adalah orang yang
yang selanjutnya disebut Wilayah bukan warga Negara Indonesia.
Indonesia adalah seluruh wilayah 10. Sistem Informasi
Indonesia serta zona tertentu yang Manajemen
ditetapkan berdasarkan Keimigrasian adalah sistem
undangundang. teknologi informasi dan komunikasi
3. Fungsi Keimigrasian adalah bagian yang digunakan untuk
dari urusan pemerintahan negara mengumpulkan, mengolah dan
dalam memberikan pelayanan

2 Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 6 Tahun 2011


menyajikan informasi guna untuk melakukan perjalanan
mendukung operasional, antarnegara yang berlaku selama
manajemen, dan pengambilan jangka waktu tertentu.
keputusan dalam melaksanakan 17. Surat Perjalanan Laksana Paspor
Fungsi Keimigrasian. Republik Indonesia yang
selanjutnya disebut Surat
11. Kantor Imigrasi adalah unit Perjalanan Laksana Paspor adalah
pelaksana teknis yang menjalankan dokumen pengganti paspor yang
Fungsi Keimigrasian di daerah diberikan dalam keadaan tertentu
kabupaten, kota, atau kecamatan. yang berlaku selama jangka waktu
12. Tempat Pemeriksaan Imigrasi tertentu.
adalah tempat pemeriksaan di
pelabuhan laut, bandar udara, pos 18. Visa Republik Indonesia yang
lintas batas, atau tempat lain selanjutnya disebut Visa adalah
sebagai tempat masuk dan keluar keterangan tertulis yang diberikan
Wilayah Indonesia.
13. Dokumen Perjalanan adalah oleh pejabat yang berwenang di
dokumen resmi yang dikeluarkan Perwakilan Republik Indonesia atau
oleh pejabat yang berwenang dari di tempat lain yang ditetapkan oleh
suatu negara, Perserikatan Pemerintah Republik Indonesia
BangsaBangsa, atau organisasi yang memuat persetujuan bagi
internasional lainnya untuk Orang Asing untuk melakukan
melakukan perjalanan antarnegara perjalanan ke Wilayah Indonesia
yang memuat identitas dan menjadi dasar untuk pemberian
pemegangnya. Izin Tinggal.
14. Dokumen Keimigrasian adalah
Dokumen Perjalanan Republik 19. Tanda Masuk adalah tanda tertentu
Indonesia, dan Izin Tinggal yang berupa cap yang dibubuhkan pada
dikeluarkan oleh Pejabat Imigrasi Dokumen Perjalanan warga Negara
atau pejabat dinas luar negeri. Indonesia dan Orang Asing, baik
15. Dokumen Perjalanan Republik manual maupun elektronik, yang
Indonesia adalah Paspor Republik diberikan oleh Pejabat Imigrasi
Indonesia dan Surat Perjalanan sebagai tanda bahwa yang
Laksana Paspor Republik Indonesia. bersangkutan masuk Wilayah
Indonesia.
16. Paspor Republik Indonesia yang 20. Tanda Keluar adalah tanda tertentu
selanjutnya disebut Paspor adalah berupa cap yang dibubuhkan pada
dokumen yang dikeluarkan oleh Dokumen Perjalanan warga Negara
Pemerintah Republik Indonesia Indonesia dan Orang Asing, baik
kepada warga Negara Indonesia manual maupun elektronik, yang
Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 6 Tahun 2011 3
diberikan oleh Pejabat Imigrasi digunakan, baik untuk mengangkut
sebagai tanda bahwa yang orang maupun barang.
bersangkutan keluar Wilayah 28. Pencegahan adalah larangan
Indonesia. sementara terhadap orang untuk
21. Izin Tinggal adalah izin yang keluar dari Wilayah Indonesia
diberikan kepada Orang Asing oleh berdasarkan alasan Keimigrasian
Pejabat Imigrasi atau pejabat dinas atau alasan lain yang ditentukan
luar negeri untuk berada di Wilayah oleh undang-undang.
Indonesia. 29. Penangkalan adalah larangan
22. Pernyataan Integrasi adalah terhadap Orang Asing untuk masuk
pernyataan Orang Asing kepada Wilayah Indonesia berdasarkan
Pemerintah Republik Indonesia alasan Keimigrasian.
sebagai salah satu syarat 30. Intelijen Keimigrasian adalah
memperoleh Izin Tinggal Tetap. kegiatan penyelidikan Keimigrasian
dan pengamanan Keimigrasian
23. Izin Tinggal Tetap adalah izin yang dalam rangka proses penyajian
diberikan kepada Orang Asing informasi melalui analisis guna
tertentu untuk bertempat tinggal menetapkan perkiraan keadaan
dan menetap di Wilayah Indonesia Keimigrasian yang dihadapi atau
sebagai penduduk Indonesia. yang akan dihadapi.
24. Izin Masuk Kembali adalah izin 31. Tindakan Administratif Keimigrasian
tertulis yang diberikan oleh Pejabat adalah sanksi administratif yang
Imigrasi kepada Orang Asing ditetapkan Pejabat Imigrasi
pemegang Izin Tinggal terbatas dan terhadap Orang
Izin Tinggal Tetap untuk masuk 32. Penyelundupan Manusia adalah
kembali ke Wilayah Indonesia. perbuatan yang bertujuan mencari
25. Korporasi adalah kumpulan orang keuntungan, baik secara langsung
dan/atau kekayaan yang maupun tidak langsung, untuk diri
terorganisasi, baik merupakan sendiri atau untuk orang lain yang
badan hukum maupun bukan badan membawa seseorang atau
hukum. kelompok orang, baik secara
26. Penjamin adalah orang atau terorganisasi maupun tidak
Korporasi yang bertanggung jawab terorganisasi, atau memerintahkan
atas keberadaan dan kegiatan orang lain untuk membawa
Orang Asing selama berada di seseorang atau kelompok orang,
Wilayah Indonesia. baik secara terorganisasi maupun
27. Alat Angkut adalah kapal laut, tidak terorganisasi, yang tidak
pesawat udara, atau sarana memiliki hak secara sah untuk
transportasi lain yang lazim memasuki Wilayah Indonesia atau

4 Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 6 Tahun 2011


keluar Wilayah Indonesia dan/ atau 39. Perwakilan Republik Indonesia
masuk wilayah negara lain yang adalah Kedutaan Besar Republik
orang tersebut tidak memiliki hak Indonesia, Konsulat Jenderal
untuk memasuki wilayah tersebut Republik Indonesia, dan Konsulat
secara sah, baik dengan Republik Indonesia.
menggunakan dokumen sah
maupun dokumen palsu, atau tanpa
menggunakan Dokumen Pasal 2
Perjalanan, baik melalui Setiap warga negara Indonesia berhak
pemeriksaan imigrasi maupun melakukan perjalanan keluar dan masuk
tidak. Wilayah Indonesia.
33. Rumah Detensi Imigrasi adalah unit BAB II
pelaksana teknis yang menjalankan PELAKSANAAN FUNGSI KEIMIGRASIAN
Fungsi Keimigrasian sebagai tempat
penampungan sementara bagi Bagian Kesatu
Orang Asing yang dikenai Tindakan Umum
Administratif Keimigrasian.
34. Ruang Detensi Imigrasi adalah Pasal 3
tempat penampungan sementara (1) Untuk melaksanakan Fungsi
bagi Orang Asing yang dikenai Keimigrasian, Pemerintah
Tindakan Administratif Keimigrasian menetapkan kebijakan
yang berada di Direktorat Jenderal Keimigrasian.
Imigrasi dan Kantor Imigrasi. (2) Kebijakan Keimigrasian
35. Deteni adalah Orang Asing dilaksanakan oleh Menteri.
penghuni Rumah Detensi Imigrasi (3) Fungsi Keimigrasian di sepanjang
atau Ruang Detensi Imigrasi yang garis perbatasan Wilayah Indonesia
telah mendapatkan keputusan dilaksanakan oleh Pejabat Imigrasi
pendetensian dari Pejabat Imigrasi. yang meliputi Tempat Pemeriksaan
36. Deportasi adalah tindakan paksa Imigrasi dan pos lintas batas.
mengeluarkan Orang Asing dari
Wilayah Indonesia.
37. Penanggung Jawab Alat Angkut Pasal 4
adalah pemilik, pengurus, agen, (1) Untuk melaksanakan Fungsi
nakhoda, kapten kapal, kapten Keimigrasian sebagaimana
pilot, atau pengemudi alat angkut dimaksud dalam Pasal 3, dapat
yang bersangkutan. dibentuk Kantor Imigrasi di
38. Penumpang adalah setiap orang kabupaten, kota, atau kecamatan.
yang berada di atas alat angkut, (2) Di setiap wilayah kerja Kantor
kecuali awak alat angkut. Imigrasi dapat dibentuk Tempat
Pemeriksaan Imigrasi.
Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 6 Tahun 2011 5
(3) Pembentukan Tempat Pemeriksaan Sistem Informasi Manajemen
Imigrasi sebagaimana Keimigrasian sebagai sarana
dimaksud pada ayat (2) pelaksanaan Fungsi Keimigrasian di
ditetapkan berdasarkan dalam atau di luar Wilayah
Keputusan Menteri. Indonesia.
(4) Selain Kantor Imigrasi sebagaimana
dimaksud pada ayat (1), dapat (2) Sistem Informasi Manajemen
dibentuk Rumah Detensi Imigrasi di Keimigrasian dapat diakses oleh
ibu kota negara, provinsi, instansi dan/atau lembaga
kabupaten, atau kota. pemerintahan terkait sesuai dengan
(5) Kantor Imigrasi dan Rumah Detensi tugas dan fungsinya.
Imigrasi merupakan unit pelaksana BAB III
teknis yang berada di bawah MASUK DAN KELUAR WILAYAH
Direktorat Jenderal Imigrasi. INDONESIA

Pasal 5 Bagian Kesatu


Umum
Fungsi Keimigrasian di setiap Perwakilan
Republik Indonesia atau tempat lain di Pasal 8
luar negeri dilaksanakan oleh Pejabat (1) Setiap orang yang masuk atau
Imigrasi dan/atau pejabat dinas luar keluar Wilayah Indonesia wajib
negeri yang ditunjuk. memiliki Dokumen Perjalanan yang
sah dan masih berlaku.
(2) Setiap Orang Asing yang masuk
Pasal 6 Wilayah Indonesia wajib memiliki
Pemerintah dapat melakukan kerja Visa yang sah dan masih berlaku,
sama internasional di bidang kecuali ditentukan lain berdasarkan
Keimigrasian dengan negara lain Undang-Undang ini dan perjanjian
dan/atau dengan badan atau organisasi internasional.
internasional berdasarkan ketentuan
peraturan perundang-undangan. Pasal 9
(1) Setiap orang yang masuk atau
keluar Wilayah Indonesia wajib
Bagian Kedua melalui pemeriksaan yang dilakukan
Sistem Informasi Manajemen oleh Pejabat Imigrasi di Tempat
Keimigrasian Pemeriksaan Imigrasi.
(2) Pemeriksaan sebagaimana
Pasal 7 dimaksud pada ayat (1) meliputi
(1) Direktur Jenderal bertanggung pemeriksaan Dokumen Perjalanan
jawab menyusun dan mengelola dan/atau identitas diri yang sah.

6 Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 6 Tahun 2011


(3) Dalam hal terdapat keraguan atas b. tidak memiliki Dokumen
keabsahan Dokumen Perjalanan Perjalanan yang sah dan
dan/atau identitas diri seseorang, berlaku;
Pejabat Imigrasi berwenang untuk c. memiliki dokumen Keimigrasian
melakukan penggeledahan yang palsu;
terhadap badan dan barang bawaan d. tidak memiliki Visa, kecuali yang
dan dapat dilanjutkan dengan dibebaskan dari kewajiban
proses penyelidikan Keimigrasian. memiliki Visa;
Bagian Kedua e. telah memberi keterangan yang
Masuk Wilayah Indonesia tidak benar dalam memperoleh
Visa;
f. menderita penyakit
Pasal 10 Orang Asing menular yang membahayakan
yang telah memenuhi persyaratan kesehatan umum;
dapat masuk Wilayah Indonesia g. terlibat kejahatan
setelah mendapatkan Tanda Masuk. internasional dan tindak pidana
transnasional yang
Pasal 11 terorganisasi;
(1) Dalam keadaan darurat Pejabat h. termasuk dalam
Imigrasi dapat memberikan Tanda daftar pencarian orang untuk
Masuk yang bersifat darurat kepada ditangkap dari suatu negara
Orang Asing. asing;
(2) Tanda Masuk sebagaimana I. terlibat
dimaksud pada ayat (1) berlaku dalam kegiatan makar
sebagai Izin Tinggal kunjungan terhadap Pemerintah
dalam jangka waktu tertentu. Republik Indonesia;
atau
Pasal 12 j. termasuk dalam jaringan
Menteri berwenang melarang Orang praktik atau kegiatan
Asing berada di daerah tertentu di prostitusi, perdagangan orang,
Wilayah Indonesia. dan penyelundupan manusia.
(2). Orang Asing yang ditolak masuk
sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
Pasal 13 ditempatkan dalam pengawasan
(1) Pejabat Imigrasi menolak Orang sementara menunggu proses
Asing masuk Wilayah Indonesia pemulangan yang bersangkutan.
dalam hal orang asing tersebut:
a. namanya tercantum dalam Pasal 14
daftar Penangkalan;

Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 6 Tahun 2011 7


(1) Setiap warga negara Indonesia tidak a. tidak memiliki
dapat ditolak masuk Wilayah Dokumen
Indonesia. Perjalanan yang sah dan masih
(2) Dalam hal terdapat keraguan berlaku;
terhadap Dokumen Perjalanan b. diperlukan untuk kepentingan
seorang warga negara Indonesia penyelidikan dan penyidikan
dan/ atau status atas permintaan pejabat yang
kewarganegaraannya, yang berwenang; atau
bersangkutan harus memberikan c. namanya tercantum dalam
bukti lain yang sah dan meyakinkan daftar Pencegahan.
yang menunjukkan bahwa yang (2) Pejabat Imigrasi juga berwenang
bersangkutan adalah warga negara menolak Orang Asing untuk keluar
Indonesia. Wilayah Indonesia dalam hal Orang
(3) Dalam rangka melengkapi bukti Asing tersebut masih mempunyai
sebagaimana dimaksud pada ayat kewajiban di Indonesia yang harus
obtaining visa; diselesaikan sesuai dengan
ketentuan peraturan
perundangundangan.

Bagian Keempat
Kewajiban Penanggung Jawab Alat
(2), yang bersangkutan dapat Angkut
ditempatkan dalam Rumah Detensi
Imigrasi atau Ruang Detensi Pasal 17
Imigrasi. (1) Penanggung Jawab Alat Angkut yang
masuk atau keluar Wilayah Indonesia
Bagian Ketiga dengan alat angkutnya wajib melalui
Keluar Wilayah Indonesia Tempat Pemeriksaan Imigrasi.

Pasal 15 (2) Penanggung Jawab Alat Angkut yang


Setiap orang dapat keluar Wilayah membawa penumpang yang akan
Indonesia setelah memenuhi masuk atau keluar Wilayah Indonesia
persyaratan dan mendapat Tanda hanya dapat menurunkan atau
Keluar dari Pejabat Imigrasi. menaikkan penumpang di Tempat
Pemeriksaan Imigrasi.
Pasal 16 (3) Nakhoda kapal laut wajib melarang
(1) Pejabat Imigrasi menolak orang Orang Asing yang tidak memenuhi
untuk keluar Wilayah Indonesia persyaratan untuk meninggalkan
dalam hal orang tersebut: alat angkutnya selama alat angkut
tersebut berada di Wilayah
8 Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 6 Tahun 2011
Indonesia. memenuhi persyaratan yang
datang dengan alat angkutnya;
Pasal 18 g. menjamin bahwa Orang Asing
(1) Penanggung Jawab Alat Angkut yang diduga atau dicurigai akan
yang datang dari luar Wilayah masuk ke Wilayah Indonesia
Indonesia atau akan berangkat secara tidak sah untuk tidak
keluar Wilayah Indonesia turun dari alat angkutnya; dan
diwajibkan untuk: h. menanggung segala biaya yang
a. sebelum kedatangan atau timbul sebagai akibat
keberangkatan pemulangan setiap penumpang
memberitahukan rencana dan/atau awak alat angkutnya.
kedatangan atau rencana (2) Penanggung Jawab Alat Angkut
keberangkatan secara tertulis reguler wajib menggunakan sistem
atau elektronik kepada informasi pemrosesan pendahuluan
Pejabat Imigrasi; data penumpang dan melakukan
b. menyampaikan daftar kerja sama dalam rangka
penumpang dan daftar awak pemberitahuan data penumpang
alat angkut yang melalui Sistem Informasi
ditandatanganinya kepada Manajemen Keimigrasian.
Pejabat Imigrasi;
c. memberikan tanda atau Pasal 19
mengibarkan bendera isyarat (1) Penanggung Jawab Alat Angkut
bagi kapal laut yang datang dari wajib memeriksa Dokumen
luar Wilayah Indonesia dengan Perjalanan dan/atau Visa setiap
membawa penumpang; penumpang yang akan melakukan
d. melarang setiap orang naik atau perjalanan masuk Wilayah
turun dari alat angkut tanpa izin Indonesia.
Pejabat Imigrasi sebelum dan (2) Pemeriksaan sebagaimana
selama dilakukan pemeriksaan dimaksud pada ayat (1) dilakukan
e. melarang setiap orang sebelum penumpang naik ke alat
naik atau turun dari alat angkut angkutnya yang akan menuju
yang telah mendapat Wilayah Indonesia.
penyelesaian Keimigrasian (3) Penanggung Jawab Alat Angkut
selama menunggu sebagaimana dimaksud pada ayat
keberangkatan; (1) wajib menolak untuk
f. membawa kembali mengangkut setiap penumpang
keluar Wilayah Indonesia pada yang tidak memiliki Dokumen
kesempatan pertama setiap Perjalanan, Visa, dan/atau
Orang Asing yang tidak

Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 6 Tahun 2011 9


Dokumen Keimigrasian yang sah Keimigrasian yang disebut dengan area
dan masih berlaku. imigrasi.
(4) Jika dalam pemeriksaan (2) Area imigrasi merupakan area
Keimigrasian oleh Pejabat Imigrasi terbatas yang hanya dapat dilalui oleh
ditemukan ada penumpang penumpang atau awak alat angkut yang
sebagaimana dimaksud pada ayat akan keluar atau masuk Wilayah
(3), Penanggung Jawab Alat Angkut Indonesia atau pejabat dan petugas
dikenai sanksi berupa biaya beban yang berwenang.
dan wajib membawa kembali (3) Kepala Kantor Imigrasi
penumpang tersebut keluar bersamasama dengan
Wilayah Indonesia. penyelenggara bandar udara,
pelabuhan laut, dan pos lintas batas
menetapkan area imigrasi
Pasal 20 Pejabat sebagaimana dimaksud pada ayat
Imigrasi yang bertugas berwenang (1).
naik ke alat angkut yang berlabuh di (4) Penyelenggara bandar udara,
pelabuhan, mendarat di Bandar udara, pelabuhan laut, dan pos lintas batas
atau berada di pos lintas batas untuk dapat mengeluarkan tanda untuk
kepentingan pemeriksaan memasuki area imigrasi setelah
mendapat persetujuan kepala
Keimigrasian. Kantor Imigrasi.

Pasal 21 Dalam hal Pasal 23 Ketentuan


terdapat dugaan adanya pelanggaran lebih lanjut mengenai
terhadap ketentuan persyaratan dan tata cara masuk dan
sebagaimana dimaksud dalam Pasal 17 keluar Wilayah Indonesia diatur dengan
atau Pasal 18, Pejabat Imigrasi Peraturan Pemerintah.
berwenang memerintahkan
Penanggung Jawab Alat Angkut untuk
menghentikan atau membawa alat
angkutnya ke suatu tempat guna
kepentingan pemeriksaan Keimigrasian.
BAB IV
Bagian Kelima
DOKUMEN PERJALANAN REPUBLIK
Area Imigrasi
INDONESIA

Pasal 22
Pasal 24
(1) Setiap Tempat Pemeriksaan Imigrasi
(1) Dokumen Perjalanan
Indonesia ditetapkan suatu area
Republik
tertentu untuk melakukan pemeriksaan

10 Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 6 Tahun 2011


Indonesia terdiri atas: a. Paspor; dan b. Pasal 26
Surat Perjalanan Laksana (1) Paspor biasa diterbitkan untuk
warga Negara Indonesia.
Paspor.
(2) Paspor biasa sebagaimana
(2) Paspor terdiri atas:
dimaksud pada ayat (1) diterbitkan
a. Paspor diplomatik;
oleh Menteri atau Pejabat Imigrasi
b. Paspor dinas; dan
yang ditunjuk.
c. Paspor biasa.
(3) Surat Perjalanan Laksana Paspor Pasal 27
terdiri atas: (1) Surat Perjalanan Laksana Paspor
a. Surat Perjalanan Laksana untuk warga Negara Indonesia
Paspor untuk warga negara dikeluarkan bagi warga negara
Indonesia; Indonesia dalam keadaan tertentu
jika Paspor biasa tidak dapat
b. Surat Perjalanan Laksana
diberikan.
Paspor untuk Orang Asing; dan
(2) Surat Perjalanan Laksana Paspor
c. surat perjalanan lintas batas
untuk Orang Asing dikeluarkan bagi
atau pas lintas batas;
Orang Asing yang tidak mempunyai
(4) Dokumen Perjalanan Republik Dokumen Perjalanan yang sah dan
Indonesia sebagaimana dimaksud
negaranya tidak mempunyai
pada ayat (1) merupakan dokumen perwakilan di Indonesia.
negara.
(3) Surat Perjalanan Laksana Paspor
sebagaimana dimaksud pada ayat
Pasal 25
(2) diberikan dalam hal:
(1) Paspor diplomatik diterbitkan bagi
a. atas kehendak sendiri keluar
warga Negara Indonesia yang akan
Wilayah Indonesia sepanjang
melakukan perjalanan keluar
tidak terkena pencegahan;
Wilayah Indonesia dalam rangka
penempatan atau perjalanan tugas
b. dikenai Deportasi; atau
yang bersifat diplomatik.
c. repatriasi.
(2) Paspor dinas diterbitkan bagi warga
(4) Surat Perjalanan Laksana Paspor
negara Indonesia yang akan
diterbitkan oleh Menteri atau
melakukan perjalanan keluar
Pejabat Imigrasi yang ditunjuk.
Wilayah Indonesia dalam rangka
penempatan atau perjalanan dinas Pasal 28
yang tidak bersifat diplomatik. Surat Perjalanan Laksana Paspor dapat
(3) Paspor diplomatik dan Paspor dikeluarkan untuk orang perseorangan
dinas sebagaimana dimaksud pada atau kolektif.
ayat (1) dan ayat (2) diterbitkan oleh
Menteri Luar Negeri. Pasal 29
Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 6 Tahun 2011 11
(1) Surat perjalanan lintas batas atau Pasal 32
pas lintas batas dapat dikeluarkan (1) Menteri atau Pejabat Imigrasi yang
bagi warga negara Indonesia yang ditunjuk bertanggung jawab atas
berdomisili di wilayah perbatasan perencanaan, pengadaan,
negara Republik Indonesia dengan penyimpanan, pendistribusian, dan
negara lain sesuai dengan pengamanan blanko dan formulir:
perjanjian lintas batas. a. Paspor biasa;
(2) Surat perjalanan lintas batas atau b. Surat Perjalanan
pas lintas batas diterbitkan oleh Laksana
Menteri atau Pejabat Imigrasi yang Paspor; dan
ditunjuk. c. surat perjalanan lintas batas
atau pas lintas batas.
Pasal 30 (2) Menteri atau Pejabat Imigrasi yang
Setiap warga negara Indonesia hanya ditunjuk menetapkan spesifikasi
diperbolehkan memegang 1 (satu) teknis pengamanan dengan standar
Dokumen Perjalanan Republik bentuk, ukuran, desain, fitur
Indonesia yang sejenis atas namanya pengamanan, dan isi blanko sesuai
sendiri yang masih berlaku. dengan standar internasional serta
formulir:
Pasal 31 a. Paspor biasa;
(1) Menteri atau Pejabat Imigrasi yang b. Surat Perjalanan
ditunjuk berwenang melakukan Laksana
penarikan atau pencabutan Paspor Paspor; dan
biasa, Surat Perjalanan Laksana c. surat perjalanan lintas batas
Paspor, dan surat perjalanan lintas atau pas lintas batas.
batas atau pas lintas batas yang (3) Pejabat Imigrasi atau pejabat yang
telah dikeluarkan. ditunjuk berwenang melakukan
(2) Menteri Luar Negeri atau pejabat pengisian dan pencatatan, baik
yang ditunjuk berwenang secara manual maupun elektronik,
melakukan penarikan atau dalam blanko dan formulir:
pencabutan Paspor diplomatik dan a. Paspor biasa;
Paspor dinas. b. Surat Perjalanan
(3) Penarikan Paspor biasa dilakukan Laksana
dalam hal: Paspor; dan
a. pemegangnya melakukan tindak c. surat perjalanan lintas batas
pidana atau melanggar atau pas lintas batas.
peraturan perundang-
undangan di Indonesia; atau Pasal 33
b. pemegangnya termasuk dalam
daftar Pencegahan.
12 Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 6 Tahun 2011
Ketentuan lebih lanjut mengenai tata
cara dan persyaratan pemberian,
penarikan, pembatalan, pencabutan,
penggantian, serta pengadaan blanko dan standardisasi Dokumen Perjalanan
Republik Indonesia diatur dengan
Peraturan Pemerintah.

Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 6 Tahun 2011 13


BAB V Pasal 38
VISA, TANDA MASUK, DAN IZIN Visa kunjungan diberikan
TINGGAL kepada Orang Asing yang akan
melakukan perjalanan ke Wilayah
Bagian Kesatu Indonesia dalam rangka kunjungan
Visa tugas pemerintahan, pendidikan, social
budaya, pariwisata, bisnis, keluarga,
Pasal 34 jurnalistik, atau singgah untuk
Visa terdiri meneruskan perjalanan ke negara lain.
atas: Pasal 39
a. Visa diplomatik; Visa tinggal terbatas
b. Visa dinas; diberikan kepada Orang Asing:
c. Visa kunjungan; dan a. sebagai rohaniawan, tenaga ahli,
d. Visa tinggal terbatas. pekerja, peneliti, pelajar, investor,
lanjut usia, dan keluarganya, serta
Pasal 35 Orang Asing yang kawin secara sah
Visa diplomatik diberikan kepada Orang dengan warga negara Indonesia,
Asing pemegang Paspor diplomatik dan yang akan melakukan perjalanan ke
paspor lain untuk masuk Wilayah Wilayah Indonesia untuk bertempat
Indonesia guna melaksanakan tugas tinggal dalam jangka waktu yang
yang bersifat diplomatik. terbatas; atau
b. dalam rangka bergabung untuk
Pasal 36 bekerja di atas kapal, alat apung,
Visa dinas diberikan kepada Orang Asing atau instalasi yang beroperasi di
pemegang Paspor dinas dan Paspor lain wilayah perairan nusantara, laut
yang akan melakukan perjalanan ke teritorial, landas kontinen, dan/atau
Wilayah Indonesia dalam rangka Zona Ekonomi Eksklusif Indonesia.
melaksanakan tugas resmi yang tidak
bersifat diplomatic dari pemerintah Pasal 40
asing yang bersangkutan atau organisasi (1) Pemberian Visa kunjungan dan Visa
internasional. tinggal terbatas merupakan
kewenangan Menteri.
Pasal 37 (2) Visa sebagaimana dimaksud pada
Pemberian Visa diplomatik dan Visa ayat (1) diberikan dan
dinas merupakan kewenangan Menteri ditandatangani oleh Pejabat
Luar Negeri dan dalam pelaksanaannya Imigrasi di Perwakilan Republik
dikeluarkan oleh pejabat dinas luar Indonesia di luar negeri.
negeri di Perwakilan Republik Indonesia. (3) Dalam hal Perwakilan Republik
Indonesia belum ada Pejabat

Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 6 Tahun 2011 1


Imigrasi sebagaimana dimaksud c. tidak cukup memiliki biaya hidup
pada ayat (2), pemberian Visa bagi dirinya dan/atau keluarganya
kunjungan dan Visa tinggal terbatas. selama berada di Indonesia;
d. tidak memiliki tiket kembali atau
tiket terusan untuk melanjutkan
perjalanan ke negara lain;
visa dilaksanakan oleh pejabat dinas e. tidak memiliki Izin Masuk Kembali ke
luar negeri. negara asal atau tidak memiliki.
visa ke negara lain;
(4) Pejabat dinas luar negeri f. menderita penyakit menular,
sebagaimana dimaksud pada ayat gangguan jiwa, atau hal lain yang
(3) berwenang memberikan Visa dapat membahayakan kesehatan
setelah memperoleh Keputusan atau ketertiban umum;
Menteri. g. terlibat tindak pidana transnasional
yang terorganisasi atau
membahayakan keutuhan wilayah
Pasal 41 Negara Kesatuan Republik
(1) Visa kunjungan dapat juga diberikan Indonesia; dan/atau
kepada Orang Asing pada saat h. termasuk dalam jaringan praktik
kedatangan di Tempat Pemeriksaan atau kegiatan prostitusi,
Imigrasi. perdagangan orang, dan
(2) Orang Asing yang dapat diberikan penyelundupan manusia.
Visa kunjungan saat kedatangan
adalah warga negara dari Negara Pasal 43
tertentu yang ditetapkan (1) Dalam hal tertentu Orang Asing
berdasarkan Peraturan Menteri. dapat dibebaskan dari kewajiban
(3) Pemberian Visa kunjungan saat memiliki Visa.
kedatangan di Tempat Pemeriksaan (2) Orang Asing yang dibebaskan dari
Imigrasi sebagaimana dimaksud kewajiban memiliki Visa
pada ayat (1) dilaksanakan oleh sebagaimana dimaksud pada ayat
Pejabat Imigrasi. (1) adalah:
a. warga negara dari negara
Pasal 42 Permohonan tertentu yang ditetapkan
Visa ditolak dalam hal pemohon: berdasarkan Peraturan
a. namanya tercantum dalam daftar Presiden dengan
Penangkalan; memperhatikan asas timbal
b. tidak memiliki Dokumen Perjalanan balik dan asas manfaat;
yang sah dan masih berlaku;

2 Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 6 Tahun 2011


b. warga negara asing pemegang Pasal 46
Izin Tinggal yang memiliki Izin (1) Orang Asing pemegang Visa
Masuk Kembali yang masih diplomatik atau Visa dinas dengan
berlaku; maksud bertempat tinggal di
c. nakhoda, kapten pilot, atau Wilayah Indonesia setelah
awak yang sedang bertugas di mendapat Tanda Masuk wajib
alat angkut; mengajukan permohonan kepada
f. nakhoda, awak kapal, atau tenaga Menteri Luar Negeri atau pejabat
ahli asing di atas kapal laut atau alat yang ditunjuk untuk memperoleh
apung yang dating langsung dengan Izin Tinggal diplomatik atau Izin
alat angkutnya untuk beroperasi di Tinggal dinas.
perairan Nusantara, laut teritorial,
landas kontinen, dan/atau Zona (2) Orang Asing pemegang Visa tinggal
Ekonomi Eksklusif Indonesia. terbatas setelah mendapat Tanda
Masuk wajib mengajukan permohonan
Bagian Kedua kepada kepala Kantor Imigrasi untuk
Tanda Masuk memperoleh Izin Tinggal terbatas.

Pasal 44 (3)Jika Orang Asing sebagaimana


(1) Orang Asing dapat masuk Wilayah dimaksud pada ayat (1) dan ayat (2)
Indonesia setelah mendapat Tanda tidak melaksanakan kewajiban
Masuk. tersebut, Orang Asing yang
(2) Tanda Masuk diberikan oleh Pejabat bersangkutan dianggap berada di
Imigrasi di Tempat Pemeriksaan Wilayah Indonesia secara tidak sah.
Imigrasi kepada Orang Asing yang
telah memenuhi persyaratan masuk Pasal 47 Ketentuan
Wilayah Indonesia. lebih lanjut mengenai
persyaratan dan tata cara permohonan,
Pasal 45 jenis kegiatan, dan jangka waktu Visa,
(1) Tanda Masuk bagi Orang Asing serta tata cara pemberian Tanda Masuk
pemegang Visa diplomatik atau Visa diatur dengan Peraturan Pemerintah.
dinas yang melakukan kunjungan
singkat di Indonesia berlaku juga Bagian Ketiga
sebagai Izin Tinggal diplomatik atau Izin Tinggal
Izin Tinggal dinas.
(2) Tanda Masuk bagi Orang Asing yang Pasal 48
dibebaskan dari kewajiban memiliki (1) Setiap Orang Asing yang berada di
Visa atau pemegang Visa kunjungan Wilayah Indonesia wajib memiliki
berlaku juga sebagai Izin Tinggal Izin Tinggal.
kunjungan.
Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 6 Tahun 2011 3
(2) Izin Tinggal diberikan kepada Orang perpanjangannya diberikan oleh
Asing sesuai dengan Visa yang Menteri Luar Negeri.
dimilikinya.
(3) Izin Tinggal sebagaimana dimaksud
pada ayat (1) terdiri atas: Pasal 50
a. Izin Tinggal diplomatik; (1) Izin Tinggal kunjungan diberikan
b. Izin Tinggal dinas; kepada:
c. Izin Tinggal kunjungan; a. Orang Asing yang
d. Izin Tinggal terbatas; dan masuk
e. Izin Tinggal Tetap. Wilayah Indonesia dengan Visa
(4) Menteri berwenang melarang kunjungan; atau
Orang Asing yang telah diberi Izin b. anak yang baru lahir di Wilayah
Tinggal berada di daerah tertentu di Indonesia dan pada saat lahir
Wilayah Indonesia. ayah dan/atau ibunya pemegang
(5) Terhadap Orang Asing yang Izin Tinggal kunjungan.
sedang menjalani penahanan untuk (2) Izin Tinggal kunjungan sebagaimana
kepentingan proses penyidikan, dimaksud pada ayat (1) huruf b
penuntutan, dan pemeriksaan di diberikan sesuai dengan Izin Tinggal
sidang pengadilan atau menjalani kunjungan ayah dan/atau ibunya.
pidana kurungan atau pidana Pasal 51 Izin Tinggal
penjara di lembaga kunjungan berakhir karena pemegang
pemasyarakatan, sedangkan izin Izin Tinggal kunjungan: a. kembali ke
tinggalnya telah lampau waktu, negara asalnya;
Orang Asing tersebut tidak dikenai b. izinnya telah habis masa berlaku;
kewajiban sebagaimana dimaksud c. izinnya beralih status menjadi Izin
pada ayat Tinggal terbatas;
(1). d. izinnya dibatalkan oleh Menteri
atau
Pasal 49 Pejabat Imigrasi yang ditunjuk;
(1) Izin Tinggal diplomatik diberikan e. dikenai Deportasi; atau
kepada Orang Asing yang masuk f. meninggal dunia.
Wilayah Indonesia dengan Visa
diplomatik. Pasal 52
(2) Izin Tinggal dinas diberikan kepada Izin Tinggal terbatas diberikan kepada:
Orang Asing yang masuk Wilayah
Indonesia dengan Visa dinas. a. Orang Asing yang masuk Wilayah
(3) Izin Tinggal diplomatik dan Izin Indonesia dengan Visa tinggal
Tinggal dinas serta terbatas;

4 Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 6 Tahun 2011


b. anak yang pada saat lahir di Wilayah Pasal 54
Indonesia ayah dan/atau ibunya (1) Izin Tinggal Tetap dapat diberikan
pemegang Izin Tinggal terbatas; kepada:
c. Orang Asing yang diberikan alih a. Orang Asing pemegang Izin
status dari Izin Tinggal kunjungan; Tinggal terbatas sebagai
d. nakhoda, awak kapal, atau tenaga rohaniwan, pekerja, investor,
ahli asing di atas kapal laut, alat dan lanjut usia;
apung, atau instalasi yang b. keluarga karena perkawinan
beroperasi di wilayah perairan dan campuran;
wilayah yurisdiksi Indonesia sesuai c. suami, istri, dan/atau anak dari
dengan ketentuan peraturan Orang Asing pemegang Izin
perundangundangan; Tinggal Tetap; dan
e. Orang Asing yang kawin secara sah d. Orang Asing eks warga negara
dengan warga negara Indonesia; Indonesia dan eks subjek anak
atau berkewarganegaraan ganda
f. anak dari Orang Asing yang kawin Republik Indonesia.
secara sah dengan warga negara (2) Izin Tinggal Tetap sebagaimana
Indonesia. dimaksud pada ayat (1) tidak
diberikan kepada Orang Asing yang
Pasal 53 Izin Tinggal tidak memiliki paspor kebangsaan.
terbatas berakhir karena pemegang Izin (3) Orang Asing pemegang Izin Tinggal
Tinggal terbatas: Tetap merupakan penduduk
a. kembali ke negara asalnya dan tidak Indonesia.
bermaksud masuk lagi ke Wilayah
Indonesia;
b.kembali ke negara asalnya dan tidak
kembali lagi melebihi masa berlaku Pasal 55
Izin Masuk Kembali yang Pemberian perpanjangan pembatalan
dimilikinya; Izin Tinggal kunjungan, Izin Tinggal
c. memperoleh kewarganegaraan terbatas, dan Izin Tinggal Tetap
Republik Indonesia; dilakukan oleh Menteri atau Pejabat
d. izinnya telah habis masa berlaku; Imigrasi yang ditunjuk.
e. izinnya beralih status menjadi Izin
Tinggal Tetap; Pasal 56
f. izinnya dibatalkan oleh Menteri (1) Izin Tinggal yang telah diberikan
atau kepada Orang Asing dapat
Pejabat Imigrasi yang ditunjuk; dialihstatuskan.
g. dikenai Deportasi; atau (2) Izin Tinggal yang dapat
h. meninggal dunia. dialihstatuskan adalah Izin Tinggal
kunjungan menjadi Izin Tinggal
Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 6 Tahun 2011 5
terbatas dan Izin Tinggal terbatas Pasal 60
menjadi Izin Tinggal Tetap. (1) Izin Tinggal Tetap bagi pemohon
(3) Alih status Izin Tinggal sebagaimana sebagaimana dimaksud dalam
dimaksud pada ayat (2) ditetapkan Pasal 54 ayat (1) huruf a diberikan
dengan Keputusan Menteri. setelah pemohon tinggal menetap
selama 3 (tiga) tahun berturut-turut
Pasal 57 dan menandatangani Pernyataan
(1) Izin Tinggal kunjungan dan Izin Integrasi kepada Pemerintah
Tinggal terbatas dapat juga Republik Indonesia.
dialihstatuskan menjadi Izin Tinggal (2) Untuk mendapatkan Izin Tinggal
dinas. Tetap bagi pemohon sebagaimana
(2) Alih status sebagaimana dimaksud dimaksud dalam Pasal 54 ayat (1)
pada ayat (1) hanya dapat huruf b diberikan setelah usia
dilaksanakan berdasarkan perkawinannya mencapai 2 (dua)
Keputusan Menteri setelah tahun dan menandatangani
mendapat persetujuan Menteri Pernyataan Integrasi kepada
Luar Negeri. Pemerintah Republik Indonesia.
(3) Izin Tinggal Tetap bagi pemohon
Pasal 58 sebagaimana dimaksud dalam Pasal
Dalam hal Pejabat Imigrasi meragukan 54 ayat (1) huruf c dan huruf d dapat
status Izin Tinggal Orang Asing dan langsung diberikan.
kewarganegaraan seseorang, Pejabat
Imigrasi berwenang menelaah serta Pasal 61 Pemegang Izin
memeriksa status Izin Tinggal dan Tinggal terbatas
kewarganegaraannya. sebagaimana dimaksud dalam Pasal 52
huruf e dan huruf f dan pemegang Izin
Tinggal Tetap sebagaimana dimaksud
Pasal 59 dalam Pasal 54 ayat (1) huruf b dan
(1) Izin Tinggal Tetap diberikan untuk huruf d dapat melakukan pekerjaan
jangka waktu 5 (lima) tahun dan dapat dan/
diperpanjang untuk waktu yang tidak
terbatas sepanjang izinnya tidak
dibatalkan.
atau usaha untuk
(2)Pemegang Izin Tinggal Tetap untuk memenuhi kebutuhan hidup dan/atau
jangka waktu yang tidak terbatas keluarganya.
sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
wajib melapor ke Kantor Imigrasi setiap Pasal 62
5 (lima) tahun dan tidak dikenai biaya.

6 Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 6 Tahun 2011


(1) Izin Tinggal Tetap dapat berakhir dikenai Tindakan Administratif
karena pemegang Izin Tinggal Keimigrasian; atau
Tetap: g. putus hubungan
a. meninggalkan Wilayah perkawinan Orang Asing yang
Indonesia lebih dari 1 (satu) kawin secara sah dengan warga
tahun atau tidak bermaksud negara Indonesia karena
masuk lagi ke Wilayah perceraian dan/atau atas
Indonesia; putusan pengadilan, kecuali
b. tidak melakukan perpanjangan perkawinan yang telah berusia
Izin Tinggal Tetap setelah 5 10 (sepuluh) tahun atau lebih.
(lima) tahun;
c. memperoleh kewarganegaraan Pasal 63
Republik Indonesia; (1) Orang Asing tertentu yang berada di
d. izinnya dibatalkan oleh Menteri Wilayah Indonesia wajib memiliki
atau Pejabat Imigrasi yang Penjamin yang menjamin
ditunjuk; keberadaannya.
e. dikenai tindakan (2) Penjamin bertanggung jawab atas
Deportasi; atau keberadaan dan kegiatan Orang
f. meninggal dunia. Asing yang dijamin selama tinggal di
(2) Izin Tinggal Tetap dibatalkan karena Wilayah Indonesia serta
pemegang Izin Tinggal Tetap: berkewajiban melaporkan setiap
a. terbukti melakukan tindak perubahan status sipil, status
pidana terhadap negara Keimigrasian, dan perubahan
sebagaimana diatur dalam alamat.
peraturan perundang- (3) Penjamin wajib membayar biaya
undangan; yang timbul untuk memulangkan
b. melakukan kegiatan yang atau mengeluarkan Orang Asing
membahayakan keamanan yang dijaminnya dari Wilayah
negara; Indonesia apabila Orang Asing yang
c. melanggar Pernyataan bersangkutan:
Integrasi; a. telah habis masa berlaku Izin
Tinggalnya; dan/atau
d. mempekerjakan tenaga kerja b. dikenai Tindakan Administratif
asing tanpa izin kerja; Keimigrasian berupa Deportasi.
e. memberikan informasi yang
tidak benar dalam pengajuan (4) Ketentuan mengenai penjaminan
permohonan Izin Tinggal Tetap; tidak berlaku bagi Orang Asing yang
kawin secara sah dengan warga
f. Orang Asing yang bersangkutan negara Indonesia.

Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 6 Tahun 2011 7


(5) Ketentuan sebagaimana dimaksud Umum
dalam Pasal 62 ayat (2) huruf g
tidak berlaku dalam hal pemegang Izin Pasal 66
Tinggal Tetap tersebut putus hubungan (1) Menteri melakukan
perkawinannya dengan warga negara pengawasan Keimigrasian.
Indonesia memperoleh penjaminan (2) Pengawasan Keimigrasian meliputi:
yang menjamin keberadaannya a. pengawasan terhadap warga
sebagaimana dimaksud pada ayat negara Indonesia
(1). yang memohon dokumen
perjalanan, keluar atau masuk
Pasal 64 Wilayah Indonesia, dan yang
(1) Izin Masuk Kembali diberikan berada di luar Wilayah Indonesia;
kepada Orang Asing pemegang Izin dan
Tinggal terbatas atau Izin Tinggal
Tetap. b. pengawasan terhadap
(2) Pemegang Izin Tinggal terbatas lalu lintas Orang Asing yang
diberikan Izin Masuk Kembali yang masuk atau keluar Wilayah
masa berlakunya sama dengan Indonesia serta pengawasan
masa berlaku Izin Tinggal terbatas. terhadap keberadaan dan
kegiatan Orang Asing di Wilayah
(3) Pemegang Izin Tinggal Tetap Indonesia.
diberikan Izin Masuk Kembali yang
berlaku selama 2 (dua) tahun
sepanjang tidak melebihi masa Pasal 67
berlaku Izin Tinggal Tetap. (1) Pengawasan Keimigrasian terhadap
warga Negara Indonesia
(4) Izin Masuk Kembali berlaku untuk dilaksanakan pada saat
beberapa kali perjalanan. permohonan Dokumen Perjalanan,
keluar atau masuk, atau berada di
Pasal 65 luar Wilayah Indonesia dilakukan
Ketentuan lebih lanjut mengenai tata dengan:
cara dan persyaratan permohonan, a. pengumpulan, pengolahan,
jangka waktu, pemberian, serta penyajian data dan
perpanjangan, atau pembatalan Izin informasi;
Tinggal, dan alih status Izin Tinggal b. penyusunan daftar nama warga
diatur dengan Peraturan Pemerintah. negara Indonesia yang dikenai
BAB VI Pencegahan keluar Wilayah
PENGAWASAN KEIMIGRASIAN Indonesia;
c. pemantauan terhadap setiap
Bagian Kesatu warga Negara Indonesia yang
8 Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 6 Tahun 2011
memohon Dokumen (1) Untuk melakukan pengawasan
Perjalanan, keluar atau masuk Keimigrasian terhadap kegiatan
Wilayah Indonesia, dan yang Orang Asing di Wilayah Indonesia,
berada di luar Wilayah Menteri membentuk tim
Indonesia; dan pengawasan Orang Asing yang
d. pengambilan foto dan anggotanya terdiri atas badan atau
sidik jari. instansi pemerintah terkait, baik di
(2) Hasil pengawasan Keimigrasian pusat maupun di daerah.
sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
merupakan data Keimigrasian yang (2) Menteri atau Pejabat Imigrasi
dapat ditentukan sebagai data yang yang ditunjuk bertindak selaku
bersifat rahasia. ketua tim pengawasan Orang Asing.

Pasal 68 Pasal 70
(1) Pengawasan Keimigrasian terhadap (1) Pejabat Imigrasi atau yang ditunjuk
Orang Asing dilaksanakan pada saat dalam rangka pengawasan
permohonan Visa, masuk atau Keimigrasian sebagaimana
keluar, dan pemberian Izin Tinggal dimaksud dalam Pasal 67 dan Pasal
dilakukan dengan: 68 wajib melakukan:
a. pengumpulan, pengolahan, a. pengumpulan data pelayanan
serta penyajian data dan Keimigrasian, baik warga
informasi; negara
b. penyusunan daftar nama Orang Indonesia maupun warga
Asing yang dikenai Penangkalan Negara asing;
atau Pencegahan; b. pengumpulan data lalu lintas,
c. pengawasan terhadap baik warga Negara Indonesia
keberadaan dan kegiatan Orang maupun warga negara asing
Asing di Wilayah Indonesia; yang masuk atau keluar
d. pengambilan foto dan sidik jari; Wilayah
dan Indonesia;
e. kegiatan lain yang dapat c. pengumpulan data warga
dipertanggungjawabkan secara negara asing yang telah
hukum. mendapatkan keputusan
(2) Hasil pengawasan Keimigrasian pendetensian, baik di Ruang
sebagaimana dimaksud pada ayat Detensi Imigrasi di Kantor
(1) merupakan data Keimigrasian Imigrasi maupun di Rumah
yang dapat ditentukan sebagai data Detensi Imigrasi; dan
yang bersifat rahasia.

Pasal 69
Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 6 Tahun 2011 9
d. pengumpulan data warga (2) Pemilik atau pengurus tempat
negara asing yang dalam proses penginapan wajib memberikan data
penindakan Keimigrasian. mengenai Orang Asing yang
(2) Pengumpulan data sebagaimana menginap di tempat penginapannya
dimaksud pada ayat (1) jika diminta oleh Pejabat Imigrasi
dilaksanakan dengan memasukkan yang bertugas.
data pada Sistem Informasi
Manajemen Keimigrasian yang Pasal 73 Ketentuan
dibangun dan dikembangkan oleh mengenai pengawasan terhadap
Direktorat Orang Asing sebagaimana dimaksud
Jenderal. dalam Pasal 68 ayat (1) huruf b, huruf c,
huruf d, dan huruf e tidak diberlakukan
terhadap Orang Asing yang berada di
Pasal 71 Wilayah Indonesia dalam rangka tugas
Setiap Orang Asing yang berada di diplomatik.
Wilayah Indonesia wajib: Bagian Kedua
a. memberikan segala keterangan Intelijen Keimigrasian
yang diperlukan mengenai identitas
diri dan/atau keluarganya serta Pasal 74
melaporkan setiap perubahan (1) Pejabat Imigrasi melakukan fungsi
status sipil, kewarganegaraan, Intelijen Keimigrasian.
pekerjaan,
Penjamin, atau perubahan (2) Dalam rangka melaksanakan fungsi
alamatnya kepada Kantor Imigrasi Intelijen Keimigrasian, Pejabat
setempat; atau Imigrasi melakukan penyelidikan
b. memperlihatkan dan menyerahkan Keimigrasian dan pengamanan
Dokumen Perjalanan atau Izin Keimigrasian serta berwenang:
Tinggal yang dimilikinya apabila
diminta oleh Pejabat Imigrasi yang a. mendapatkan keterangan dari
bertugas dalam rangka pengawasan masyarakat atau instansi
Keimigrasian. pemerintah;
b. mendatangi tempat atau
Pasal 72 bangunan yang diduga dapat
(1) Pejabat Imigrasi yang bertugas ditemukan bahan keterangan
dapat meminta keterangan dari mengenai keberadaan dan
setiap orang yang member kegiatan Orang Asing;
kesempatan menginap kepada c. melakukan operasi
Orang Asing mengenai data Orang Intelijen
Asing yang bersangkutan. Keimigrasian; atau

10 Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 6 Tahun 2011


d. melakukan pengamanan Indonesia.
terhadap data dan informasi (3) Tindakan Administratif Keimigrasian
Keimigrasian serta berupa Deportasi dapat juga
pengamanan pelaksanaan dilakukan terhadap Orang Asing
tugas Keimigrasian. yang berada di Wilayah Indonesia
karena berusaha menghindarkan
BAB VII diri dari ancaman dan pelaksanaan
TINDAKAN ADMINISTRATIF hukuman di negara asalnya.
KEIMIGRASIAN
Pasal 76
Pasal 75 Keputusan mengenai Tindakan
(1) Pejabat Imigrasi berwenang Administratif Keimigrasian sebagaimana
melakukan Tindakan Administratif dimaksud dalam Pasal 75 ayat (1) dan
Keimigrasian terhadap Orang Asing ayat (3) dilakukan secara tertulis dan
yang berada di Wilayah Indonesia harus disertai dengan alasan.
yang melakukan kegiatan
berbahaya dan patut diduga Pasal 77
membahayakan keamanan dan (1) Orang Asing yang dikenai Tindakan
ketertiban umum atau tidak Administratif Keimigrasian dapat
menghormati atau tidak menaati mengajukan keberatan kepada
peraturan perundangundangan. Menteri.
(2) Tindakan Administratif Keimigrasian (2) Menteri dapat mengabulkan atau
sebagaimana dimaksud pada ayat menolak keberatan yang diajukan
(1) dapat berupa: Orang Asing sebagaimana dimaksud
a. pencantuman dalam pada ayat (1) dengan Keputusan
daftar Menteri.
Pencegahan atau Penangkalan; (3) Keputusan Menteri sebagaimana
b. pembatasan, perubahan, atau dimaksud pada ayat (2) bersifat
pembatalan Izin Tinggal; final.
c. larangan untuk berada di satu (4) Pengajuan keberatan yang diajukan
atau beberapa tempat tertentu oleh Orang Asing tidak menunda
di Wilayah Indonesia; pelaksanaan Tindakan Administratif
d. keharusan untuk bertempat Keimigrasian terhadap yang
tinggal di suatu tempat tertentu bersangkutan.
di Wilayah Indonesia;
e. pengenaan biaya beban; dan/ Pasal 78
atau (1) Orang Asing pemegang Izin Tinggal
f. Deportasi dari yang telah berakhir masa
Wilayah berlakunya dan masih berada dalam
Wilayah Indonesia kurang dari 60
Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 6 Tahun 2011 11
(enam puluh) hari dari batas waktu
Izin Tinggal dikenai biaya beban
sesuai dengan ketentuan peraturan
perundangundangan.
(2) Orang Asing yang tidak membayar
biaya beban sebagaimana dimaksud
pada ayat (1) dikenai Tindakan
Administratif Keimigrasian berupa
Deportasi dan Penangkalan.
(3) Orang Asing pemegang Izin
Tinggal yang telah berakhir masa
berlakunya dan masih berada dalam
Wilayah Indonesia lebih dari 60
(enam puluh) hari dari batas waktu
Izin Tinggal dikenai Tindakan
Administratif Keimigrasian berupa
Deportasi dan Penangkalan.

Pasal 79

Penanggung Jawab Alat


Angkut yang tidak memenuhi kewajiban
sebagaimana dimaksud dalam Pasal 18
ayat (1) dikenai biaya beban.

Pasal 80 Biaya beban


sebagaimana dimaksud dalam Pasal 19
ayat (4) dan Pasal 79 merupakan
salah satu Penerimaan
Negara Bukan Pajak di
bidang
Keimigrasian.

12 Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 6 Tahun 2011


BAB VIII Keimigrasian berupa
RUMAH DETENSI IMIGRASI DAN pembatalan Izin Tinggal karena
RUANG DETENSI IMIGRASI melakukan perbuatan yang
bertentangan dengan
Bagian Kesatu peraturan perundang-
Umum undangan atau mengganggu
keamanan dan ketertiban
Pasal 81 umum;
(1) Rumah Detensi Imigrasi dapat d. menunggu
dibentuk di ibu kota negara, pelaksanaan
provinsi, kabupaten, atau kota. Deportasi; atau
(2) Rumah Detensi Imigrasi dipimpin e. menunggu
oleh seorang kepala. keberangkatan keluar Wilayah
Indonesia karena ditolak
Pasal 82 Ruang Detensi Imigrasi pemberian Tanda Masuk.
berbentuk suatu ruangan tertentu dan (2) Pejabat Imigrasi dapat menempatkan
merupakan bagian dari kantor Orang Asing sebagaimana dimaksud
Direktorat Jenderal, Kantor Imigrasi, pada ayat (1) di tempat lain apabila
atau Tempat Pemeriksaan Orang Asing tersebut sakit, akan
Imigrasi. melahirkan, atau masih anak-anak.

Bagian Kedua Pasal 84


Pelaksanaan Detensi (1) Pelaksanaan detensi Orang Asing
dilakukan dengan keputusan
Pasal 83 tertulis dari Menteri atau Pejabat
(1) Pejabat Imigrasi berwenang Imigrasi yang ditunjuk.
menempatkan Orang Asing dalam (2) Keputusan sebagaimana dimaksud
Rumah Detensi Imigrasi atau Ruang pada ayat (1) paling sedikit memuat:
Detensi Imigrasi jika Orang Asing a. data orang asing yang dikenai
tersebut: detensi;
a. berada di Wilayah Indonesia b. alasan melakukan detensi; dan
tanpa memiliki Izin Tinggal yang c. tempat detensi.
sah atau memiliki Izin Tinggal
yang tidak berlaku lagi; Bagian Ketiga
b. berada di Wilayah Indonesia Jangka Waktu Detensi
tanpa memiliki Dokumen
Perjalanan yang sah; Pasal 85
c. dikenai Tindakan Administratif (1) Detensi terhadap Orang Asing
dilakukan sampai Deteni
dideportasi.
Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 6 Tahun 2011 13
(2) Dalam hal Deportasi sebagaimana (2) Korban perdagangan orang dan
dimaksud pada ayat (1) belum Penyelundupan Manusia
dapat dilaksanakan, detensi dapat sebagaimana dimaksud pada ayat
dilakukan dalam jangka waktu (1) mendapatkan perlakuan khusus
paling lama 10 (sepuluh) tahun. yang berbeda dengan Deteni pada
. umumnya.
(3) Menteri atau Pejabat Imigrasi Pasal 88
yang ditunjuk dapat mengeluarkan Menteri atau Pejabat Imigrasi yang
Deteni dari Rumah Detensi Imigrasi ditunjuk mengupayakan agar korban
apabila jangka waktu sebagaimana perdagangan orang dan Penyelundupan
dimaksud pada ayat(2) terlampaui Manusia yang berkewarganegaraan
dan memberikan izin kepada Deteni asing segera dikembalikan ke negara
untuk berada di luar Rumah Detensi asal mereka dan diberikan surat
Imigrasi dengan menetapkan perjalanan apabila mereka tidak
kewajiban melapor secara periodik. memilikinya.

(4) Menteri atau Pejabat Imigrasi yang Pasal 89


ditunjuk mengawasi dan (1) Menteri atau Pejabat Imigrasi yang
mengupayakan agar Deteni ditunjuk melakukan upaya preventif
sebagaimana dimaksud pada ayat dan represif dalam rangka
(3) dideportasi. mencegah terjadinya tindak pidana
perdagangan orang dan
Bagian Keempat Penyelundupan Manusia.
Penanganan terhadap Korban (2) Upaya preventif sebagaimana
Perdagangan Orang dimaksud pada ayat (1) dilakukan
dengan:
Pasal 86 a. pertukaran informasi dengan
Ketentuan Tindakan Administratif negara lain dan instansi terkait
Keimigrasian tidak diberlakukan di dalam negeri, meliputi
terhadap korban perdagangan orang modus operandi, pengawasan
dan Penyelundupan Manusia. dan pengamanan Dokumen
Perjalanan, serta legitimasi dan
Pasal 87 validitas dokumen;
(1) Korban perdagangan orang dan
Penyelundupan Manusia yang b. kerja sama teknis dan pelatihan
berada di Wilayah Indonesia dengan Negara lain meliputi
ditempatkan di dalam Rumah perlakuan yang berdasarkan
Detensi Imigrasi atau di tempat lain peri kemanusiaan terhadap
yang ditentukan. korban, pengamanan dan
kualitas Dokumen Perjalanan,
14 Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 6 Tahun 2011
deteksi dokumen palsu, tindak pidana perdagangan
pertukaran informasi, serta orang dan Penyelundupan
pemantauan dan deteksi Manusia; dan
Penyelundupan Manusia c. kerja sama dalam bidang
dengan cara konvensional dan penyidikan dengan instansi
nonkonvensional; penegak hukum lainnya.
c. memberikan penyuluhan
hukum kepada masyarakat Pasal 90
bahwa perbuatan perdagangan
orang dan Penyelundupan
Manusia merupakan tindak Ketentuan lebih lanjut
pidana agar orang tidak mengenai pengawasan
menjadi korban; Keimigrasian, Intelijen
d. menjamin bahwa Keimigrasian, Rumah Detensi
Dokumen Perjalanan atau Imigrasi dan Ruang Detensi Imigrasi,
identitas yang dikeluarkan serta penanganan terhadap korban
berkualitas sehingga dokumen perdagangan orang dan
tersebut tidak mudah Penyelundupan Manusia diatur dengan
disalahgunakan, dipalsukan, Peraturan Pemerintah.
diubah, ditiru, atau diterbitkan
secara melawan hukum; dan
e. memastikan bahwa integritas
dan pengamanan Dokumen
Perjalanan yang dikeluarkan
atau diterbitkan oleh atau atas
nama negara untuk mencegah
pembuatan dokumen tersebut
secara melawan hukum dalam
hal penerbitan dan
penggunaannya.
(3) Upaya represif sebagaimana
dimaksud pada ayat (1) dilakukan
dengan:
a. penyidikan Keimigrasian
terhadap pelaku tindak pidana
perdagangan orang dan
Penyelundupan Manusia;
b. Tindakan Administratif
Keimigrasian terhadap pelaku

Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 6 Tahun 2011 15


BAB IX memiliki kewenangan
PENCEGAHAN DAN PENANGKALAN Pencegahan.
(3) Menteri Keuangan, Jaksa
Bagian Kesatu Agung, Kepala Kepolisian Negara
Pencegahan Republik Indonesia, Ketua Komisi
Pemberantasan Korupsi, Kepala
Pasal 91 Badan Narkotika Nasional, atau
(1) Menteri berwenang dan pimpinan kementerian/lembaga
bertanggung jawab melakukan yang memiliki kewenangan
Pencegahan yang menyangkut Pencegahan sebagaimana
bidang Keimigrasian. dimaksud pada ayat (2) huruf f
(2) Menteri melaksanakan Pencegahan bertanggung jawab atas keputusan,
berdasarkan: permintaan, dan perintah
a. hasil pengawasan Keimigrasian Pencegahan yang dibuatnya.
dan keputusan Tindakan
Administratif Keimigrasian; Pasal 92
b. Keputusan Menteri Keuangan Dalam keadaan yang mendesak pejabat
dan Jaksa Agung sesuai dengan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 91
bidang tugasnya masing-masing ayat (2) dapat meminta secara langsung
dan ketentuan peraturan kepada Pejabat Imigrasi tertentu untuk
perundang-undangan; melakukan Pencegahan.
c. permintaan Kepala Kepolisian
Negara Republik Indonesia Pasal 93
sesuai dengan ketentuan Pelaksanaan atas keputusan
peraturan perundang- Pencegahan sebagaimana dimaksud
undangan; dalam Pasal 91 dilakukan oleh Menteri
d. perintah Ketua Komisi atau Pejabat Imigrasi yang ditunjuk.
Pemberantasan Korupsi sesuai
dengan ketentuan peraturan Pasal 94
perundangundangan; (1) Pencegahan sebagaimana
e. permintaan Kepala Badan dimaksud dalam Pasal 91
Narkotika Nasional sesuai ditetapkan dengan keputusan
dengan ketentuan peraturan tertulis oleh pejabat yang
perundangundangan; dan/atau berwenang.
f. keputusan, perintah, atau (2) Keputusan sebagaimana dimaksud
permintaan pimpinan pada ayat (1) memuat
kementerian/lembaga lain yang sekurangkurangnya:
berdasarkan undangundang a. nama, jenis kelamin, tempat
dan tanggal lahir atau umur,

16 Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 6 Tahun 2011


serta foto yang dikenai Pasal 95 Berdasarkan
Pencegahan; daftar Pencegahan sebagaimana
b. alasan Pencegahan; dan dimaksud dalam Pasal 94 ayat (7),
c. jangka waktu Pencegahan. Pejabat Imigrasi wajib menolak orang
(3) Keputusan Pencegahan yang dikenai Pencegahan keluar
disampaikan kepada orang yang Wilayah Indonesia.
dikenai Pencegahan paling lambat 7
(tujuh) hari sejak tanggal keputusan Pasal 96
ditetapkan.
(1) Setiap orang yang dikenai
(4) Dalam hal keputusan Pencegahan dapat mengajukan
Pencegahan dikeluarkan oleh keberatan kepada pejabat yang
pejabat sebagaimana dimaksud mengeluarkan keputusan
dalam Pasal 91 ayat (2), keputusan Pencegahan.
tersebut juga disampaikan kepada (2) Pengajuan keberatan sebagaimana
Menteri paling lambat 3 (tiga) hari dimaksud pada ayat (1) dilakukan
sejak tanggal keputusan ditetapkan secara tertulis disertai dengan
dengan permintaan untuk alasan dan disampaikan dalam
dilaksanakan. jangka waktu berlakunya masa
(5) Menteri dapat menolak permintaan Pencegahan.
pelaksanaan Pencegahan apabila (3) Pengajuan keberatan tidak
keputusan Pencegahan tidak menunda pelaksanaan Pencegahan.
memenuhi ketentuan sebagaimana
dimaksud pada ayat (2). Pasal 97
(6) Pemberitahuan penolakan (1) Jangka waktu Pencegahan berlaku
pelaksanaan Pencegahan paling lama 6 (enam) bulan dan
sebagaimana dimaksud pada ayat setiap kali dapat diperpanjang
(5) harus disampaikan kepada paling lama 6 (enam) bulan.
pejabat sebagaimana dimaksud (2) Dalam hal tidak ada keputusan
dalam Pasal 91 ayat (2) paling perpanjangan masa Pencegahan,
lambat 7 (tujuh) hari sejak tanggal Pencegahan berakhir demi hukum.
permohonan Pencegahan diterima (3) Dalam hal terdapat putusan
disertai dengan alasan penolakan. pengadilan yang berkekuatan
(7) Menteri atau Pejabat Imigrasi yang hukum tetap yang menyatakan
ditunjuk memasukkan identitas bebas atas perkara yang menjadi
orang yang dikenai keputusan alasan Pencegahan, Pencegahan
Pencegahan ke dalam daftar berakhir demi hukum.
Pencegahan melalui Sistem
Informasi Manajemen Keimigrasian. Bagian Kedua
Penangkalan
Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 6 Tahun 2011 17
Pasal 98 ketentuan sebagaimana dimaksud
(1) Menteri berwenang pada ayat (3).
melakukan Penangkalan. (5) Pemberitahuan penolakan
(2) Pejabat yang berwenang dapat permintaan Penangkalan
meminta kepada Menteri untuk sebagaimana dimaksud pada ayat
melakukan Penangkalan. (4) harus disampaikan kepada
pejabat sebagaimana dimaksud
Pasal 99 dalam Pasal 98 ayat (2) paling
Pelaksanaan Penangkalan sebagaimana lambat 7 (tujuh) hari sejak tanggal
dimaksud dalam Pasal 98 dilakukan oleh permintaan Penangkalan diterima
Menteri atau Pejabat Imigrasi yang disertai alasan penolakan.
ditunjuk. (6) Menteri atau Pejabat Imigrasi yang
ditunjuk memasukkan identitas
Pasal 100 orang yang dikenai keputusan
(1) Penangkalan sebagaimana
dimaksud dalam Pasal 98 Penangkalan ke dalam daftar
ditetapkan dengan keputusan Penangkalan melalui Sistem
tertulis. Informasi Manajemen Keimigrasian.
(2) Keputusan Penangkalan atas
permintaan pejabat sebagaimana Pasal 101
dimaksud dalam Pasal 98 ayat (2)
dikeluarkan oleh Menteri paling Berdasarkan
lambat 3 (tiga) hari sejak tanggal daftar Penangkalan sebagaimana
permintaan Penangkalan tersebut dimaksud dalam Pasal 100 ayat (6),
diajukan. Pejabat Imigrasi wajib menolak Orang
(3) Permintaan Penangkalan Asing yang dikenai Penangkalan masuk
sebagaimana dimaksud pada ayat Wilayah Indonesia.
(2) memuat sekurang-kurangnya:
a. nama, jenis kelamin, tempat Pasal 102
dan tanggal lahir atau umur, (1) Jangka waktu Penangkalan berlaku
serta foto yang dikenai paling lama 6 (enam) bulan dan
Penangkalan; setiap kali dapat diperpanjang
paling lama 6 (enam) bulan.
b. alasan Penangkalan; dan (2) Dalam hal tidak ada keputusan
perpanjangan masa Penangkalan,
c. jangka waktu Penangkalan. Penangkalan berakhir demi hukum.
(4) Menteri dapat menolak permintaan
Penangkalan apabila permintaan (3) Keputusan Penangkalan seumur
Penangkalan tidak memenuhi hidup dapat dikenakan terhadap
Orang Asing yang dianggap dapat
18 Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 6 Tahun 2011
mengganggu keamanan dan f. menahan, memeriksa, dan menyita
ketertiban umum. Dokumen Perjalanan;
g. menyuruh berhenti orang yang
Pasal 103 Ketentuan dicurigai atau tersangka dan
lebih lanjut mengenai memeriksa identitas dirinya;
pelaksanaan Pencegahan dan h. memeriksa atau menyita surat,
Penangkalan diatur dengan Peraturan dokumen, atau benda yang ada
Pemerintah. hubungannya dengan tindak pidana
BAB X Keimigrasian;
PENYIDIKAN i. memanggil seseorang untuk
diperiksa dan didengar
Pasal 104 Penyidikan keterangannya sebagai tersangka
tindak pidana Keimigrasian dilakukan atau saksi;
berdasarkan hukum acara pidana. j. mendatangkan ahli yang
diperlukan dalam hubungannya
Pasal 105 dengan
PPNS (Investigation Authority) pemeriksaan perkara;
Keimigrasian diberi wewenang sebagai k. melakukan pemeriksaan di tempat
penyidik tindak pidana Keimigrasian tertentu yang diduga terdapat
yang dilaksanakan sesuai surat, dokumen, atau benda lain
dengan ketentuan Undang-Undang ini. yang ada hubungannya dengan
tindak pidana
Pasal 106
Keimigrasian;
PPNS (Investigation Authority)
l. mengambil foto dan sidik
Keimigrasian berwenang:
jari tersangka;
a. menerima laporan tentang adanya
m. meminta keterangan dari
tindak pidana Keimigrasian;
masyarakat atau sumber yang
b. mencari keterangan dan alat bukti;
berkompeten;
c. melakukan tindakan pertama di
n. melakukan penghentian
tempat kejadian;
penyidikan; dan/atau
d. melarang setiap orang
o. mengadakan tindakan lain menurut
meninggalkan atau memasuki
hukum.
tempat kejadian perkara untuk
kepentingan Pasal 107
penyidikan; (1) Dalam melakukan penyidikan, PPNS
e. memanggil, memeriksa, (Investigation Authority)
menggeledah, menangkap, atau Keimigrasian berkoordinasi dengan
menahan seseorang yang disangka penyidik Kepolisian Negara Republik
melakukan tindak pidana Indonesia.
Keimigrasian;
Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 6 Tahun 2011 19
(2) Setelah selesai melakukan tersangka dan alat bukti kepada
penyidikan, PPNS (Investigation penuntut umum dengan disertai
Authority) Keimigrasian catatan mengenai tindak pidana
menyerahkan berkas perkara Keimigrasian yang disangkakan
kepada penuntut umum. kepada tersangka.

Pasal 108 Pasal 111


Alat bukti pemeriksaan tindak pidana PPNS (Investigation Authority)
Keimigrasian berupa: Keimigrasian dapat melaksanakan kerja
a. alat bukti sebagaimana dimaksud sama dalam penyelidikan dan
dalam hokum acara pidana; penyidikan tindak pidana Keimigrasian
b. alat bukti lain berupa informasi yang dengan lembaga penegak hukum dalam
diucapkan, dikirimkan, dan diterima negeri dan Negara lain sesuai dengan
atau disimpan secara elektronik ketentuan peraturan
atau yang serupa dengan itu; dan perundangundangan atau berdasarkan
c. keterangan tertulis dari perjanjian internasional yang telah
Pejabat Imigrasi yang berwenang. diakui oleh Pemerintah Republik
Indonesia.
Pasal 109 Pasal 112
Ketentuan lebih
Terhadap tersangka lanjut mengenai persyaratan, tata
atau terdakwa yang melakukan tindak cara pengangkatan PPNS
pidana keimigrasian sebagaimana (Investigation Authority)
dimaksud dalam Pasal 118, Pasal 119, Keimigrasian, dan administrasi
Pasal 120, Pasal 121, Pasal 122, Pasal penyidikan diatur dengan Peraturan
123, Pasal 126, Pasal 127, Pasal 128, Pemerintah.
Pasal 129, Pasal 131, Pasal 132, Pasal
133 huruf b, Pasal 134 huruf b, dan Pasal
135 dapat dikenai penahanan.

Pasal 110
(1) Terhadap tindak pidana
keimigrasian sebagaimana
dimaksud dalam Pasal 116 dan Pasal
117 diberlakukan acara
pemeriksaan singkat sebagaimana
dimaksud dalam hukum acara
pidana.
(2) PPNS (Investigation Authority)
Keimigrasian menyerahkan
20 Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 6 Tahun 2011
BAB XI denda paling banyak
KETENTUAN PIDANA Rp200.000.000,00 (dua ratus juta
IDR).
Pasal 113 Pasal 115
Setiap Penanggung Jawab Alat Angkut
yang tidak membayar biaya beban
Setiap orang yang sebagaimana dimaksud dalam Pasal 19
dengan sengaja masuk atau keluar ayat (4) dan Pasal 79 dipidana dengan
Wilayah Indonesia yang tidak melalui pidana penjara paling lama 1 (satu)
pemeriksaan oleh Pejabat Imigrasi di tahun dan/atau pidana denda paling
Tempat Pemeriksaan Imigrasi banyak Rp100.000.000,00 (seratus juta
sebagaimana dimaksud dalam Pasal 9 IDR).
ayat (1) dipidana dengan pidana penjara
paling lama 1 (satu) tahun dan/atau Pasal 116
pidana denda paling banyak Setiap Orang Asing yang tidak
Rp100.000.000,00 (seratus juta IDR). melakukan kewajibannya sebagaimana
dimaksud dalam Pasal 71 dipidana
dengan pidana kurungan paling lama 3
Pasal 114 (tiga) bulan atau pidana denda paling
(1) Penanggung Jawab Alat Angkut banyak Rp25.000.000,00 (dua puluh
yang masuk atau keluar Wilayah lima juta IDR).
Indonesia dengan alat angkutnya
yang tidak melalui Tempat Pasal 117
Pemeriksaan Imigrasi sebagaimana
dimaksud dalam Pasal 17 ayat (1) Pemilik atau
dipidana dengan pidana penjara pengurus tempat penginapan
paling lama 1 (satu) tahun dan/ atau yang tidak memberikan keterangan
pidana denda paling banyak atau tidak memberikan data
Rp100.000.000,00 (seratus juta Orang Asing yang menginap di rumah
IDR). atau di tempat penginapannya setelah
(2) Penanggung Jawab Alat Angkut diminta oleh Pejabat Imigrasi yang
yang sengaja menurunkan atau bertugas sebagaimana dimaksud dalam
menaikkan penumpang yang tidak Pasal 72 ayat (2) dipidana dengan
melalui pemeriksaan Pejabat pidana kurungan paling lama 3 (tiga)
Imigrasi atau petugas pemeriksa bulan atau pidana denda paling banyak
pendaratan di Tempat Pemeriksaan Rp25.000.000,00 (dua puluh lima juta
Imigrasi sebagaimana dimaksud IDR).
dalam Pasal 17 ayat (2) dipidana
dengan pidana penjara paling lama
2 (dua) tahun dan/atau pidana
Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 6 Tahun 2011 21
Pasal 118 kelompok orang, baik secara
Setiap Penjamin yang dengan sengaja terorganisasi maupun tidak
memberikan keterangan tidak benar terorganisasi, atau memerintahkan
atau tidak memenuhi jaminan yang orang lain untuk membawa
diberikannya sebagaimana dimaksud seseorang atau kelompok orang,
dalam Pasal 63 ayat (2) dan ayat (3) baik secara terorganisasi maupun
dipidana dengan pidana penjara paling tidak terorganisasi, yang tidak
lama 5 (lima) tahun dan pidana denda memiliki hak secara sah untuk
Rp paling banyak Rp500.000.000,00 memasuki Wilayah Indonesia atau
(lima ratus juta IDR). keluar dari Wilayah Indonesia
dan/atau masuk wilayah negara
Pasal 119 lain, yang orang tersebut tidak
(1) Setiap Orang Asing yang masuk dan/ memiliki hak untuk memasuki
atau berada di Wilayah Indonesia wilayah tersebut secara sah, baik
yang tidak memiliki Dokumen dengan menggunakan dokumen sah
Perjalanan dan Visa yang sah dan maupun dokumen palsu, atau tanpa
masih berlaku sebagaimana menggunakan Dokumen
dimaksud dalam Pasal 8 dipidana Perjalanan, baik melalui
dengan pidana penjara paling lama pemeriksaan imigrasi maupun tidak,
5 (lima) tahun dan pidana denda dipidana karena Penyelundupan
paling banyak Rp500.000.000,00 Manusia dengan pidana penjara
(lima ratus juta IDR). paling singkat 5 (lima) tahun dan
(2) Setiap Orang Asing yang dengan paling lama 15 (lima belas) tahun
sengaja menggunakan Dokumen dan pidana denda paling sedikit
Perjalanan, tetapi diketahui atau Rp500.000.000,00 (lima ratus juta
patut diduga bahwa Dokumen IDR) dan paling banyak
Perjalanan itu palsu atau dipalsukan Rp1.500.000.000,00 (satu miliar
dipidana dengan pidana penjara lima ratus juta IDR).
paling lama 5 (lima) tahun dan
pidana denda paling banyak (2) Percobaan untuk melakukan tindak
Rp500.000.000,00 (lima ratus juta pidana Penyelundupan Manusia
IDR). dipidana dengan pidana yang sama
sebagaimana dimaksud pada ayat
Pasal 120 (1).
(1) Setiap orang yang melakukan
perbuatan yang bertujuan mencari
keuntungan, baik secara langsung
maupun tidak langsung, untuk diri
sendiri atau untuk orang lain
dengan membawa seseorang atau Pasal 121
22 Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 6 Tahun 2011
Dipidana dengan pidana Pasal 123
penjara paling lama 5 (lima) tahun dan
pidana denda paling banyak Dipidana dengan pidana
Rp500.000.000,00 (lima ratus juta IDR): penjara paling lama 5 (lima) tahun dan
pidana denda paling banyak
a. setiap orang yang dengan sengaja Rp500.000.000,00 (lima ratus juta IDR):
membuat palsu atau memalsukan
Visa atau Tanda Masuk atau Izin a. setiap orang yang dengan sengaja
Tinggal dengan maksud untuk memberikan surat atau data palsu
digunakan bagi dirinya sendiri atau atau yang dipalsukan atau
orang lain untuk masuk atau keluar keterangan tidak benar dengan
atau berada di Wilayah Indonesia; maksud untuk memperoleh Visa
b. setiap Orang Asing yang dengan atau Izin Tinggal bagi dirinya sendiri
sengaja menggunakan Visa atau atau orang lain;
Tanda Masuk atau Izin Tinggal palsu b. setiap Orang Asing yang dengan
atau yang dipalsukan untuk masuk sengaja menggunakan Visa atau Izin
atau keluar atau berada di Wilayah Tinggal sebagaimana dimaksud
Indonesia. dalam huruf a untuk masuk dan/
atau berada di Wilayah Indonesia.
Pasal 122
Pasal 124
Dipidana dengan pidana Setiap orang yang dengan sengaja
penjara paling lama 5 (lima) tahun dan menyembunyikan atau melindungi atau
pidana denda paling paling banyak memberi pemondokan atau
Rp500.000.000,00 (lima ratus juta IDR): memberikan penghidupan atau
memberikan pekerjaan kepada Orang
a. setiap Orang Asing yang dengan Asing yang diketahui atau patut diduga:
sengaja menyalahgunakan atau a. berada di Wilayah Indonesia secara
melakukan kegiatan yang tidak tidak sah dipidana dengan pidana
sesuai dengan maksud dan tujuan penjara paling lama 2 (dua) tahun
pemberian Izin Tinggal yang dan/atau pidana denda paling
diberikan kepadanya; banyak Rp200.000.000,00 (dua
b. setiap orang yang menyuruh atau ratus juta IDR);
memberikan kesempatan kepada
Orang Asing menyalahgunakan atau b. Izin Tinggalnya habis berlaku
melakukan kegiatan yang tidak dipidana dengan pidana kurungan
sesuai dengan maksud atau tujuan paling lama 3 (tiga) bulan atau
pemberian Izin Tinggal yang pidana denda paling banyak
diberikan kepadanya. Rp25.000.000,00 (dua puluh lima
juta IDR).
Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 6 Tahun 2011 23
Pasal 125 tahun dan pidana denda paling
Setiap Orang Asing yang tanpa izin banyak Rp500.000.000,00 (lima
berada di daerah tertentu yang telah ratus juta IDR);
dinyatakan terlarang bagi Orang Asing
sebagaimana dimaksud dalam Pasal 48 c. memberikan data yang tidak sah
ayat (4) dipidana dengan pidana penjara atau keterangan yang tidak benar
paling lama 3 (tiga) tahun dan/atau untuk memperoleh Dokumen
pidana denda Rp300.000.000,00 (tiga Perjalanan Republik Indonesia bagi
ratus juta IDR). dirinya sendiri atau orang lain
dipidana dengan pidana penjara
Pasal 126 paling lama 5 (lima) tahun dan
Setiap orang yang dengan sengaja: pidana denda paling banyak
a. menggunakan Rp500.000.000,00
Dokumen Perjalanan Republik (lima ratus juta IDR);
Indonesia untuk masuk atau d. memiliki atau menggunakan secara
keluar Wilayah Indonesia, melawan hokum 2 (dua) atau lebih
tetapi diketahui atau patut Dokumen Perjalanan Republik
diduga bahwa Dokumen Indonesia yang sejenis dan
Perjalanan semuanya masih berlaku dipidana
Republik Indonesia itu palsu atau dengan pidana penjara paling lama 5
dipalsukan dipidana dengan pidana (lima) tahun dan pidana denda
penjara paling lama 5 (lima) tahun paling banyak Rp500.000.000,00
dan pidana denda paling banyak (lima ratus juta IDR);
Rp500.000.000,00 (lima ratus juta e. memalsukan Dokumen Perjalanan
IDR); Republik Indonesia atau membuat
Dokumen Perjalanan Republik
b. menggunakan Indonesia palsu dengan maksud
Dokumen Perjalanan Republik untuk digunakan bagi dirinya sendiri
Indonesia orang lain atau yang atau orang lain dipidana dengan
sudah dicabut atau yang pidana penjara paling lama 5 (lima)
dinyatakan batal untuk masuk tahun dan pidana denda paling
atau keluar Wilayah Indonesia banyak Rp500.000.000,00 (lima
atau menyerahkan kepada ratus juta IDR).
orang lain Dokumen Perjalanan
Republik Indonesia yang
diberikan kepadanya atau milik
orang lain dengan maksud Pasal 127
digunakan secara tanpa hak Setiap orang yang dengan sengaja dan
dipidana dengan pidana melawan hokum menyimpan Dokumen
penjara paling lama 5 (lima) Perjalanan Republik Indonesia palsu
24 Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 6 Tahun 2011
atau dipalsukan dengan maksud untuk Perjalanan Republik Indonesia atau
digunakan bagi dirinya sendiri atau Dokumen Keimigrasian lainnya dipidana
orang lain dipidana dengan pidana dengan pidana penjara paling lama 5
penjara paling lama 5 (lima) tahun dan (lima) tahun dan pidana denda paling
pidana denda paling banyak banyak Rp500.000.000,00 (lima ratus
Rp500.000.000,00 (lima ratus juta IDR). juta IDR).

Pasal 128 Dipidana Pasal 130


dengan pidana penjara paling lama 5 Setiap orang yang dengan sengaja dan
(lima) tahun dan pidana denda paling melawan hokum menguasai Dokumen
banyak Rp500.000.000,00 (lima ratus Perjalanan atau Dokumen Keimigrasian
juta IDR): lainnya milik orang lain dipidana dengan
pidana penjara paling lama 2 (dua)
a. setiap orang yang dengan sengaja tahun dan/atau pidana denda paling
dan melawan hukum mencetak, banyak Rp200.000.000,00 (dua ratus
mempunyai, menyimpan, atau juta IDR).
memperdagangkan blanko
Dokumen Perjalanan Republik
Indonesia atau blanko Dokumen Pasal 131
Keimigrasian lainnya; Setiap orang yang dengan sengaja tanpa
b. setiap orang yang dengan sengaja hak dan melawan hukum memiliki,
dan melawan hukum membuat, menyimpan, merusak, menghilangkan,
mempunyai, menyimpan, atau mengubah, menggandakan,
memperdagangkan cap atau alat menggunakan dan atau mengakses data
lain yang digunakan untuk Keimigrasian, baik secara manual
mengesahkan Dokumen Perjalanan maupun elektronik, untuk kepentingan
Republik Indonesia atau Dokumen diri sendiri atau orang lain dipidana
Keimigrasian lainnya. dengan pidana penjara paling lama 5
(lima) tahun dan pidana denda paling
Pasal 129 banyak Rp500.000.000,00 (lima ratus
Setiap orang yang dengan sengaja dan juta IDR).
melawan hokum untuk kepentingan diri
sendiri atau orang lain merusak, Pasal 132
Pejabat Imigrasi atau pejabat lain yang
ditunjuk yang dengan sengaja dan
melawan hukum memberikan Dokumen
mengubah, menambah, mengurangi, Perjalanan Republik Indonesia dan/ atau
atau menghilangkan, baik sebagian memberikan atau memperpanjang
maupun seluruhnya, keterangan atau Dokumen Keimigrasian kepada
cap yang terdapat dalam Dokumen seseorang yang diketahuinya tidak
Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 6 Tahun 2011 25
berhak dipidana dengan pidana penjara operasi standar penjagaan Deteni di
paling lama 7 (tujuh) tahun. Rumah Detensi Imigrasi atau Ruang
Detensi Imigrasi yang
mengakibatkan Deteni melarikan
Pasal 133 diri dipidana dengan pidana penjara
Pejabat Imigrasi atau pejabat lain: paling lama 2 (dua) tahun;
a. membiarkan seseorang melakukan e. dengan sengaja dan melawan
tindak pidana Keimigrasian hukum tidak memasukkan data ke
sebagaimana dimaksud Pasal 118, dalam Sistem Informasi Manajemen
Pasal 119, Pasal 120, Pasal 121, Keimigrasian sebagaimana
Pasal 122, Pasal 123, Pasal 126, dimaksud dalam Pasal 70 dipidana
Pasal 127, Pasal 128, Pasal 129, dengan pidana kurungan paling
Pasal 131, Pasal 132, Pasal 133 lama 6 (enam) bulan.
huruf b, Pasal 134 huruf b, dan Pasal
135 yang patut diketahui olehnya Pasal 134
dipidana dengan pidana penjara Setiap Deteni yang
paling lama dengan sengaja:
5 (lima) tahun; a. membuat, memiliki, menggunakan,
b. dengan sengaja membocorkan data dan/atau mendistribusikan senjata
Keimigrasian yang bersifat rahasia dipidana dengan pidana penjara
kepada pihak yang tidak berhak paling lama 3 (tiga) tahun;
sebagaimana dimaksud dalam Pasal
67 ayat (2) dan Pasal 68 ayat (2) b. melarikan diri dari Rumah Detensi
dipidana dengan pidana penjara Imigrasi atau Ruang Detensi Imigrasi
paling lama 5 (lima) tahun; dipidana dengan pidana penjara
c. dengan sengaja tidak menjalankan paling lama 5 (lima) tahun.
prosedur operasi standar yang
berlaku dalam proses pemeriksaan
pemberangkatan atau kedatangan Pasal 135
di Tempat Pemeriksaan Imigrasi Setiap orang yang melakukan
yang mengakibatkan masuknya perkawinan semu dengan tujuan untuk
Orang Asing ke Wilayah Indonesia memperoleh Dokumen Keimigrasian
sebagaimana dimaksud dalam Pasal dan/atau untuk memperoleh status
13 ayat (1) atau keluarnya orang kewarganegaraan Republik Indonesia
dari Wilayah Indonesia dipidana dengan pidana penjara paling
sebagaimana dimaksud dalam Pasal lama 5 (lima) tahun dan pidana denda
16 ayat (1) dipidana dengan pidana paling banyak Rp500.000.000,00 (lima
penjara paling lama 2 (dua) tahun; ratus juta IDR).
d. dengan sengaja dan melawan
hukum tidak menjalankan prosedur Pasal 136
26 Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 6 Tahun 2011
(1) Dalam hal tindak
pidana sebagaimana dimaksud dalam
Pasal 114, Pasal 116, Pasal 117, Pasal
118, Pasal 120, Pasal 124, Pasal 128, dan
Pasal 129 dilakukan oleh Korporasi,
pidana dijatuhkan kepada pengurus dan
korporasinya.
(1) Penjatuhan pidana terhadap
Korporasi hanya pidana denda
dengan ketentuan besarnya pidana
denda tersebut 3 (tiga) kali lipat dari
setiap pidana denda sebagaimana
dimaksud pada ayat (1).
(2) Ketentuan pidana sebagaimana
dimaksud dalam Pasal 113, Pasal
119, Pasal 121 huruf b, Pasal 123
huruf b, dan Pasal 126 huruf a dan
huruf b tidak diberlakukan terhadap
korban perdagangan orang dan
Penyelundupan Manusia.

Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 6 Tahun 2011 27


BAB XII (2) Ketentuan Keimigrasian bagi lalu
BIAYA lintas orang yang masuk atau keluar
Wilayah Indonesia dengan
Pasal 137 menggunakan tanda masuk atau
Dana untuk melaksanakan tanda keluar dengan alat elektronik
UndangUndang ini dibebankan pada dapat diatur tersendiri melalui
Anggaran Pendapatan dan Belanja perjanjian bilateral atau multilateral
Negara. dengan memperhatikan ketentuan
Undang-Undang ini.
Pasal 138
(1) Permohonan Dokumen Perjalanan, Pasal 140
Visa, Izin Tinggal, Izin Masuk (1) Untuk menjadi Pejabat Imigrasi,
Kembali dan biaya beban diselenggarakan pendidikan khusus
berdasarkan Undang-Undang ini Keimigrasian.
dikenai biaya imigrasi. (2) Untuk mengikuti pendidikan khusus
(2) Biaya imigrasi sebagaimana Keimigrasian, peserta harus telah
dimaksud pada ayat (1) merupakan lulus jenjang pendidikan sarjana.
salah satu Penerimaan Negara (3) Penyelenggaraan pendidikan
Bukan Pajak di bidang Keimigrasian. khusus Keimigrasian sebagaimana
(3) Ketentuan lebih lanjut mengenai dimaksud pada ayat (1) diatur
biaya imigrasi sebagaimana dengan Peraturan Menteri.
dimaksud pada ayat (1) diatur
dengan Peraturan Pemerintah. BAB XIV
KETENTUAN PERALIHAN
BAB XIII
KETENTUAN LAIN-LAIN Pasal 141
Pada saat Undang-Undang ini mulai
Pasal 139 berlaku:
(1) Ketentuan Keimigrasian bagi lalu a. Izin Tinggal kunjungan, Izin Tinggal
lintas orang yang masuk atau keluar terbatas, dan Izin Tinggal Tetap
Wilayah Indonesia di daerah yang dikeluarkan berdasarkan
perbatasan diatur tersendiri dengan UndangUndang Nomor 9 Tahun
perjanjian lintas batas antara 1992 tentang Keimigrasian
Pemerintah Republik Indonesia dan dinyatakan tetap berlaku sampai
pemerintah negara tetangga yang jangka waktunya berakhir;
memiliki perbatasan yang sama b. suami atau istri dari perkawinan
dengan memperhatikan ketentuan yang sah dengan warga negara
Undang-Undang ini. Indonesia yang usia perkawinannya
lebih dari 2 (dua) tahun dan

28 Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 6 Tahun 2011


memegang Izin Tinggal terbatas Undang-Undang (Lembaran Negara
berdasarkan Republik Indonesia Tahun 2009
Undang-Undang Nomor 9 Tahun Nomor 145, Tambahan Lembaran
1992 tentang Keimigrasian dapat Negara Republik Indonesia Nomor
langsung diberikan Izin Tinggal 5064); dan
Tetap menurut ketentuan Undang- c. semua peraturan
Undang ini; perundangundangan yang
c. Dokumen Perjalanan Republik berkaitan dengan Keimigrasian yang
Indonesia yang telah dikeluarkan bertentangan atau tidak sesuai
berdasarkan Undang-Undang dengan UndangUndang ini, dicabut
Nomor 9 Tahun 1992 tentang dan dinyatakan tidak berlaku.
Keimigrasian dinyatakan tetap
berlaku sampai jangka waktunya Pasal 143
berakhir; dan Pada saat Undang-Undang ini mulai
d. perkara tindak pidana di bidang berlaku, peraturan pelaksanaan dari
Keimigrasian yang sedang diproses Undang-Undang Nomor 9 Tahun
dalam tahap penyidikan tetap 1992 tentang Keimigrasian (Lembaran
diproses berdasarkan Negara Republik Indonesia Tahun
UndangUndang tentang Hukum 1992 Nomor 33, Tambahan Lembaran
Acara Negara Republik Indonesia Nomor
Pidana. 3474) dinyatakan masih tetap berlaku
BAB XV sepanjang tidak bertentangan atau
KETENTUAN PENUTUP belum diganti dengan
yang baru berdasarkan
Pasal 142 Pada saat Undang-Undang ini.
Undang-Undang ini mulai berlaku:
a. Undang-Undang Nomor 9 Tahun
1992 tentang Keimigrasian
(Lembaran Negara Republik Pasal 144
Indonesia Tahun 1992 Nomor 33, Peraturan pelaksanaan Undang-Undang
Tambahan Lembaran Negara ini harus telah ditetapkan paling lambat
Republik Indonesia Nomor 3474); 1 (satu) tahun sejak Undang-Undang ini
b. Undang-Undang Nomor 37 Tahun diundangkan.
2009 tentang Penetapan Peraturan
Pemerintah Pengganti Pasal 145 Undang-
UndangUndang Nomor 3 Tahun Undang ini mulai berlaku pada tanggal
2009 tentang Perubahan atas diundangkan.
UndangUndang Nomor 9 Tahun
1992 tentang Keimigrasian menjadi Agar setiap orang mengetahuinya,
memerintahkan pengundangan
Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 6 Tahun 2011 29
UndangUndang ini dengan
penempatannya dalam Lembaran
Negara Republik
Indonesia.

Disahkan di Jakarta pada


tanggal 5 Mei 2011

PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

ttd
DR. H. SUSILO BAMBANG
YUDHOYONO

Diundangkan di Jakarta
pada tanggal 5 Mei 2011

MENTERI HUKUM DAN HAK ASASI


MANUSIA
REPUBLIK INDONESIA,

PATRIALIS AKBAR
LEMBARAN NEGARA REPUBLIK
Indonesia TAHUN 2011 NOMOR 52

Salinan sesuai dengan aslinya

KEMENTERIAN SEKRETARIAT NEGARA RI


Asisten Deputi Perundang-undangan
Bidang Politik dan Kesejahteraan
Rakyat,

Ttd,
Wisnu Setiawan

30 Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 6 Tahun 2011


PENJELASAN perkembangan tersebut, setiap warga
ATAS negara Indonesia memperoleh
UNDANG-UNDANG REPUBLIK kesempatan yang sama EXPLANATION
INDONESIA TO
NOMOR 6 TAHUN 2011 LAW OF THE REPUBLIC OF INDONESIA
TENTANG
KEIMIGRASIAN dalam menggunakan haknya untuk
keluar atau masuk Wilayah Indonesia.

I. UMUM Dengan demikian berdasarkan


Dalam memasuki milenium ketiga, yang UndangUndang ini, ketentuan
ditandai dengan bergulirnya globalisasi mengenai Penangkalan tidak berlaku
di seluruh sektor kehidupan masyarakat terhadap warga Negara Indonesia.
dunia dan berkembangnya teknologi di
bidang informasi dan komunikasi yang Dampak era globalisasi telah
menembus batas wilayah kenegaraan, memengaruhi system perekonomian
aspek hubungan kemanusiaan yang negara Republik Indonesia dan untuk
selama ini bersifat nasional berkembang mengantisipasinya diperlukan
menjadi bersifat internasional, perubahan peraturan
bersamaan dengan tumbuh dan perundangundangan, baik di bidang
berkembangnya tuntutan terwujudnya ekonomi, industri, perdagangan,
tingkat kesetaraan dalam aspek transportasi. transportasi,
kehidupan kemanusiaan, mendorong ketenagakerjaan, maupun peraturan di
adanya kewajiban untuk menghormati bidang lalu lintas orang dan barang.
dan menjunjung tinggi hak asasi Perubahan tersebut diperlukan untuk
manusia sebagai bagian kehidupan meningkatkan intensitas hubungan
universal. negara Republik Indonesia dengan
dunia internasional yang mempunyai
Bersamaan dengan perkembangan di dampak sangat besar terhadap
dunia internasional, telah terjadi pelaksanaan fungsi dan tugas
perubahan di dalam negeri yang telah Keimigrasian. Penyederhanaan
mengubah paradigm dalam berbagai prosedur Keimigrasian bagi para
aspek ketatanegaraan seiring dengan investor asing yang akan menanamkan
bergulirnya reformasi di segala bidang. modalnya di Indonesia perlu dilakukan,
Perubahan itu telah membawa antara lain kemudahan pemberian Izin
pengaruh yang sangat besar terhadap Tinggal Tetap bagi para penanam modal
terwujudnya persamaan hak dan yang telah memenuhi syarat tertentu.
kewajiban bagi setiap warga negara Dengan demikian, diharapkan akan
Indonesia sebagai bagian dari hak asasi tercipta iklim investasi yang
manusia. Dengan adanya menyenangkan dan hal itu akan lebih
Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 6 Tahun 2011 31
menarik minat investor asing untuk 1992 tidak mengatur ancaman pidana
menanamkan modalnya di Indonesia. bagi orang yang mengorganisasi
kejahatan internasional. Mereka yang
Di dalam pergaulan internasional telah dapat dipidana berdasarkan Undang-
berkembang hokum baru yang Undang Nomor 9 Tahun 1992 adalah
diwujudkan dalam bentuk konvensi mereka yang diorganisasi sebagai
internasional, Negara Republik korban untuk masuk Wilayah Indonesia
Indonesia menjadi salah satu negara secara tidak sah.
Indonesia.
Pengawasan terhadap Orang Asing tidak
hanya dilakukan pada saat mereka
peserta yang telah menandatangani masuk, tetapi juga selama mereka
konvensi tersebut, antara lain Konvensi berada di Wilayah Indonesia, termasuk
Perserikatan Bangsa-Bangsa melawan kegiatannya. Pengawasan Keimigrasian
Kejahatan Transnasional yang mencakup penegakan hukum
Terorganisasi, 2000, atau United Keimigrasian, baik yang bersifat
Nations Convention Against administratif maupun tindak pidana
Transnational Organized Crime, 2000, Keimigrasian. Oleh karena itu, perlu pula
yang telah diratifikasi dengan Undang- diatur PPNS (Investigation Authority)
Undang Nomor 5 Tahun 2009 beserta Keimigrasian yang menjalankan tugas
dua protokolnya yang menyebabkan dan wewenang secara khusus
peranan instansi Keimigrasian menjadi berdasarkan Undang-Undang ini. Tindak
semakin penting karena konvensi pidana Keimigrasian merupakan tindak
tersebut telah mewajibkan negara pidana khusus sehingga hukum formal
peserta untuk mengadopsi dan dan hukum materiilnya berbeda dengan
melaksanakan konvensi tersebut. hukum pidana umum, misalnya adanya
pidana minimum khusus. Aspek
Di pihak lain, pengawasan terhadap pelayanan dan pengawasan tidak pula
Orang Asing perlu lebih ditingkatkan terlepas dari geografis Wilayah
sejalan dengan meningkatnya kejahatan Indonesia yang terdiri atas pulau-pulau
internasional atau tindak pidana yang mempunyai jarak yang dekat,
transnasional, seperti perdagangan bahkan berbatasan langsung dengan
orang, Penyelundupan Manusia, dan negara tetangga, yang pelaksanaan
tindak pidana narkotika yang banyak Fungsi Keimigrasian di sepanjang garis
dilakukan oleh sindikat kejahatan perbatasan merupakan kewenangan
internasional yang terorganisasi. Para instansi imigrasi. Pada tempat tertentu
pelaku kejahatan tersebut ternyata sepanjang garis perbatasan terdapat lalu
tidak dapat dipidana berdasarkan lintas tradisional masuk dan keluar
UndangUndang Keimigrasian yang lama warga negara Indonesia dan warga
karena Undang-Undang Nomor 9 Tahun negara tetangga. Dalam rangka
32 Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 6 Tahun 2011
meningkatkan pelayanan dan Terhadap warga negara Indonesia
memudahkan pengawasan dapat diatur berlaku prinsip bahwa setiap warga
perjanjian lintas batas dan diupayakan negara Indonesia berhak untuk keluar
perluasan Tempat Pemeriksaan Imigrasi. atau masuk Wilayah Indonesia. Namun,
Dengan demikian, dapat dihindari orang berdasarkan alasan tertentu dan untuk
masuk atau keluar Wilayah Indonesia di jangka waktu tertentu warga negara
luar Tempat Pemeriksaan Imigrasi. Indonesia dapat dicegah keluar dari
Kepentingan nasional adalah Wilayah Indonesia.
kepentingan seluruh rakyat Indonesia
sehingga pengawasan terhadap Orang Warga negara Indonesia tidak dapat
Asing memerlukan juga partisipasi dikenai tindakan Penangkalan karena hal
masyarakat untuk melaporkan Orang itu tidak sesuai dengan prinsip dan
Asing yang diketahui atau diduga berada kebiasaan internasional, yang
di Wilayah Indonesia secara tidak sah menyatakan bahwa seorang warga
atau menyalahgunakan perizinan di negara tidak boleh dilarang masuk ke
bidang Keimigrasian. Untuk negaranya sendiri.
meningkatkan partisipasi masyarakat, .Di samping permasalahan di atas,
perlu dilakukan usaha untuk terdapat beberapa hal yang menjadi
meningkatkan kesadaran hukum pertimbangan untuk memperbarui
masyarakat. Berdasarkan kebijakan Undang-Undang Nomor 9 Tahun 1992
selektif (selective policy) yang tentang Keimigrasian, yakni:
menjunjung tinggi nilai hak asasi
manusia, diatur masuknya Orang Asing
ke dalam Wilayah Indonesia, demikian a. letak geografis Wilayah Indonesia
pula bagi Orang Asing yang memperoleh dengan kompleksitas permasalahan
Izin Tinggal di Wilayah Indonesia harus lalu lintas antarnegara terkait erat
sesuai dengan maksud dan tujuannya dengan aspek kedaulatan negara
berada di Indonesia. Berdasarkan dalam hubungan dengan negara
kebijakan dimaksud serta dalam rangka lain;
melindungi kepentingan nasional, hanya b. adanya perjanjian internasional
Orang Asing yang memberikan manfaat atau konvensi internasional yang
serta tidak membahayakan keamanan berdampak langsung atau tidak
dan ketertiban umum diperbolehkan langsung terhadap pelaksanaan
masuk dan berada di Wilayah Indonesia. Fungsi Keimigrasian;
c. meningkatnya kejahatan
internasional dan transnasional,
seperti imigran gelap,
Penyelundupan Manusia,
perdagangan orang, terorisme,
narkotika, dan pencucian uang;
Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 6 Tahun 2011 33
d. pengaturan mengenai Deteni dan perdagangan orang dan
batas waktu terdeteni belum Penyelundupan Manusia;
dilakukan secara komprehensif; i. penegakan hukum Keimigrasian
e. Fungsi Keimigrasian yang spesifik belum efektif sehingga kebijakan
dan bersifat universal dalam pemidanaan perlu mencantumkan
pelaksanaannya memerlukan pidana minimum terhadap tindak
pendekatan sistematis dengan pidana Penyelundupan Manusia;
memanfaatkan teknologi informasi j. memperluas subjek pelaku tindak
dan komunikasi yang modern, dan pidana Keimigrasian, sehingga
memerlukan penempatan struktur mencakup tidak hanya orang
Kantor Imigrasi dan Rumah Detensi perseorangan tetapi juga Korporasi
Imigrasi sebagai unit pelaksana serta Penjamin masuknya Orang
teknis berada di bawah Direktorat Asing ke Wilayah Indonesia yang
Jenderal Imigrasi; melanggar ketentuan Keimigrasian;
f. perubahan sistem dan
kewarganegaraan Republik k. penerapan sanksi pidana yang lebih
Indonesia berdasarkan Undang- berat terhadap Orang Asing yang
Undang Nomor 12 Tahun melanggar peraturan di bidang
2006 tentang Kewarganegaraan: Keimigrasian karena selama ini
belum menimbulkan efek jera.
Republik Indonesia berkaitan dengan Dengan adanya pertimbangan
pelaksanaan Fungsi tersebut di atas, perlu dilaksanakan
Keimigrasian, antara lain mengenai pembaruan terhadap
berkewarganegaraan ganda UndangUndang Nomor 9 Tahun
terbatas; 1992 dengan membentuk undang-
g. hak kedaulatan negara dalam undang baru yang lebih
penerapan prinsip timbal balik komprehensif, guna menyesuaikan
(resiprositas) mengenai pemberian dengan perkembangan
Visa terhadap Orang Asing; kemasyarakatan dan kenegaraan
h. kesepakatan dalam rangka Indonesia, kebijakan atau peraturan
harmonisasi dan standardisasi perundangundangan terkait, serta
system dan jenis pengamanan surat bersifat antisipatif terhadap
perjalanan secara internasional, permasalahan di masa depan.
khususnya Regional Asean Plus dan
juga upaya penyelarasan atau II. PASAL DEMI PASAL
harmonisasi tindakan atau ancaman Pasal 1
pidana terhadap para pelaku Cukup jelas.
sindikat yang mengorganisasi
Pasal 2
Cukup jelas.
34 Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 6 Tahun 2011
Pasal 3 Pasal 6
Ayat (1) Cukup jelas.
Fungsi Keimigrasian dalam
ketentuan ini adalah sebagian dari Pasal 7
tugas penyelenggaraan negara di Sistem Informasi Manajemen
bidang pelayanan dan pelindungan Keimigrasian merupakan satu kesatuan
masyarakat, penegakan hukum dari berbagai proses pengelolaan data
Keimigrasian, serta fasilitator dan informasi, aplikasi, serta perangkat
penunjang pembangunan ekonomi berbasis teknologi informasi dan
nasional. komunikasi yang dibangun untuk
menyatukan dan menghubungkan
Ayat (2) sistem informasi pada seluruh
Cukup jelas. pelaksana Fungsi Keimigrasian secara
terpadu.
Ayat (3)
Fungsi Keimigrasian di sepanjang Pasal 8
garis perbatasan sesuai dengan Ayat (1)
tugasnya sebagai penjaga pintu Yang dimaksud dengan “dokumen
gerbang negara, bukan penjaga perjalanan yang sah dan masih
garis batas negara. berlaku” adalah dokumen
perjalanan yang dikeluarkan oleh
Pasal 4 pejabat yang berwenang dan masih
Cukup jelas. berlaku sekurang-kurangnya
Pasal 5 selama 6 (enam) bulan sebelum
Dalam hal belum ada Pejabat Imigrasi masa berlakunya berakhir.
pada Perwakilan Republik Indonesia
atau tempat lain di luar negeri, tugas
dan Fungsi Keimigrasian dilaksanakan Ayat (2)
oleh pejabat dinas luar negeri setempat Cukup jelas.
sesuai dengan ketentuan peraturan
perundangundangan. Pasal 9
Pejabat dinas luar negeri yang ditunjuk
dalam ketentuan ini adalah pejabat Ayat (1) Cukup
fungsional diplomat. Pejabat dinas luar jelas.
negeri yang melaksanakan tugas dan
Fungsi Keimigrasian terlebih dahulu Ayat (2)
memperoleh pengetahuan di bidang Selain pemeriksaan terhadap
Keimigrasian. Dokumen Perjalanan, apabila
diperlukan guna keakuratan,
ketelitian serta ketepatan objek
Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 6 Tahun 2011 35
pemeriksaan dapat dilakukan atau mendarat di Wilayah
terhadap identitas diri untuk Indonesia.
memberikan data dukung terhadap
kebenaran Dokumen Perjalanan Ayat (2)
yang dimiliki. Cukup jelas.

Ayat (3) Pasal 12


Penggeledahan dilakukan dalam Yang dimaksud “daerah tertentu”
rangka mencari kejelasan atas adalah daerah konflik yang akan
keabsahan Dokumen Perjalanan membahayakan keberadaan dan
dan identitas diri orang yang keamanan Orang Asing yang
bersangkutan. Apabila dari hasil bersangkutan.
penggeledahan tersebut ditemukan
adanya indikasi tindak pidana Pasal 13
Keimigrasian, prosesnya dapat Ayat (1)
dilanjutkan dengan melakukan Huruf a
penyelidikan Keimigrasian. Cukup jelas.
Huruf b
Pasal 10 Cukup jelas.
Cukup jelas. Huruf c
Cukup jelas.
Pasal 11 Huruf d
Ayat (1) Cukup jelas.
Yang dimaksud dengan “keadaan Huruf e
darurat” meliputi adanya alat Cukup jelas.
angkut yang mendarat di Wilayah Huruf f
Indonesia dalam rangka bantuan Berdasarkan surat permintaan
kemanusiaan (humanitarian dari instansi yang berwenang.
assistance) pada daerah bencana Huruf g
alam di Wilayah Paragraph (2) Self- Yang dimaksud dengan
“kejahatan internasional dan
Atau Indonesia (national disaster) kejahatan transnasional yang
atau dalam hal terdapat alat angkut terorganisasi” antara lain
yang membawa Orang Asing kejahatan terorisme,
berlabuh atau mendarat di suatu Penyelundupan manusia
tempat di Indonesia karena
kerusakan mesin atau cuaca buruk,
sedangkan alat angkut tersebut
tidak bermaksud untuk berlabuh

36 Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 6 Tahun 2011


perdagangan orang, pencucian
uang, narkotika, dan
psikotropika. Berdasarkan surat
permintaan dari instansi yang
berwenang. Huruf h
Berdasarkan surat permintaan
dari instansi yang berwenang.
Huruf i
Berdasarkan surat permintaan
dari instansi yang berwenang.
Huruf j
Berdasarkan surat permintaan
dari instansi yang berwenang.

Ayat (2)
Yang dimaksud dengan
“ditempatkan dalam pengawasan”
adalah penempatan Orang Asing di
Rumah Detensi Imigrasi atau Ruang
Detensi Imigrasi atau ruang khusus
dalam rangka menunggu
keberangkatannya keluar Wilayah
Indonesia. Dalam hal Orang Asing
datang dengan kapal laut, yang
bersangkutan ditempatkan di kapal
laut tersebut dan dilarang turun ke
darat sepanjang kapalnya berada di
Wilayah Indonesia hingga
meninggalkan Wilayah Indonesia.

Pasal 14
Cukup jelas.

Pasal 15
Cukup jelas.

Pasal 16
Ayat (1)
Cukup jelas.

Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 6 Tahun 2011 37


Ayat (2) Paragraph (2)
Ketentuan ini dimaksudkan untuk Masuk, awak kapal, atau
melindungi kepentingan nasional penumpang yang tertinggal.
atau menghindari kerugian Sistem Informasi Pemrosesan
masyarakat, misalnya orang asing Pendahuluan Data Penumpang
yang bersangkutan belum atau lazim juga disebut dengan Advance
tidak mau menyelesaikan Passenger Information System.
kewajiban pajaknya. Terhadap alat angkut yang belum
menggunakan Sistem Informasi
Pasal 17 Pemrosesan Pendahuluan Data
Cukup jelas. Penumpang, diberikan kesempatan
sampai dengan batas waktu
Pasal 18 tertentu.
Ayat (1)
Huruf a Pasal 19
Cukup jelas. Cukup jelas.
Huruf b
Cukup jelas. Pasal 20
Huruf c Cukup jelas.
Yang dimaksud dengan
“memberikan tanda atau Pasal 21
mengibarkan bendera isyarat” Yang dimaksud dengan “suatu tempat”
adalah antara lain mengibarkan adalah pelabuhan, Bandar
bendera “N” yang biasa udara, pos lintas batas atau tempat
digunakan dalam kebiasaan lainnya yang layak untuk
internasional. Huruf d Cukup dapat dilakukan pemeriksaan
jelas. Keimigrasian.
Huruf e
Cukup jelas. Pasal 22
Huruf f Ayat (1)
Cukup jelas. Yang dimaksud dengan “area
Huruf g imigrasi” adalah suatu area di
Cukup jelas. Tempat Pemeriksaan Imigrasi, yang
Huruf h dimulai dari tempat antrean
Dalam ketentuan ini yang pemeriksaan Keimigrasian pada
dimaksud dengan “setiap keberangkatan sampai dengan alat
penumpang dan/atau awak alat angkut atau dari alat angkut sampai
angkut” antara lain penumpang dengan konter pemeriksaan
yang tidak mendapat Tanda Keimigrasian pada kedatangan.

38 Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 6 Tahun 2011


Ayat (2) Paragraph (2)
Penetapan area imigrasi sangat untuk hal yang bersifat perdata,
penting artinya untuk menentukan antara lain dijadikan jaminan utang.
status seseorang apakah telah
dianggap keluar atau telah masuk Pasal 25
Wilayah Indonesia. Cukup jelas.
Pasal 26
Cukup jelas. Cukup jelas.
Ayat (3)
Kepala Kantor Imigrasi dalam
ketentuan ini membawahi Tempat
Pemeriksaan Imigrasi pada bandar
udara, pelabuhan laut, atau pos
lintas batas.
Ayat (4)
Ketentuan ini dilaksanakan
berdasarkan asas resiprositas
apabila diberikan kepada orang
asing dalam rangka tugas
diplomatik.

Pasal 23
Cukup jelas.

Pasal 24 Ayat
(1) Cukup
jelas.
Ayat (2)
Cukup jelas.
Ayat (3)
Cukup jelas.
Ayat (4)
Yang dimaksud dengan “dokumen
negara” adalah dokumen yang
setiap saat dapat ditarik kembali
apabila diperlukan untuk
kepentingan negara. Dokumen itu
bukanlah surat berharga sehingga
Dokumen Perjalanan Republik
Indonesia tidak dapat digunakan

Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 6 Tahun 2011 39


Pasal 27 yang merugikan negara dan/atau
Ayat (1) pelanggaran perundang-undangan
Yang dimaksud dengan “keadaan yang diancam pidana 5 (lima) tahun
tertentu” antara lain pemulangan atau lebih yang masih berada di
warga negara Indonesia dari negara Wilayah Indonesia atau telah
lain. berada di luar Wilayah Indonesia.
Ayat (2) Penarikan Paspor biasa terhadap
Cukup jelas. tersangka yang telah berada di luar
Ayat (3) negeri harus disertai dengan
Cukup jelas. pemberian Surat Perjalanan
Ayat (4) Laksana Paspor Republik Indonesia
Cukup jelas. yang akan digunakan dalam rangka
mengembalikan pelakunya ke
Pasal 28 Indonesia.
Surat Perjalanan Laksana Paspor dapat
dikeluarkan secara kolektif antara lain Pasal 32
kepada beberapa warga negara Cukup jelas.
Indonesia bermasalah di luar negeri
yang dipulangkan oleh pemerintah Pasal 33
negara asing secara bersama-sama. Cukup jelas.

Pasal 29 Pasal 34
Cukup jelas. Cukup jelas.

Pasal 30 Pasal 35
Cukup jelas. Visa diplomatik diberikan kepada Orang
Asing termasuk anggota keluarganya
Pasal 31 Ayat berdasarkan perjanjian internasional,
(1) Cukup prinsip resiprositas, dan penghormatan
jelas. (courtesy).
Ayat (2)
Cukup jelas. Pasal 36
Ayat (3) Visa dinas diberikan kepada Orang Asing
Yang dimaksud dengan “melakukan termasuk anggota keluarganya
tindak pidana atau melanggar berdasarkan perjanjian internasional,
peraturan perundang-undangan di prinsip resiprositas, dan penghormatan
Indonesia” adalah setiap orang (courtesy) dalam rangka tugas resmi
warga negara Indonesia yang yang tidak bersifat diplomatik.
disangka melakukan perbuatan

40 Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 6 Tahun 2011


Pasal 37 16. mengikuti rapat yang diadakan
Cukup jelas. dengan kantor pusat atau
perwakilan di Indonesia;
Pasal 38 17. melakukan audit, kendali mutu
Visa kunjungan dalam penerapannya produksi, atau inspeksi pada cabang
dapat diberikan untuk melakukan perusahaan di Indonesia;
kegiatan, antara lain: 1. wisata; 18. calon tenaga kerja asing dalam uji
coba kemampuan dalam bekerja;
19. meneruskan perjalanan ke negara
lain; dan
20. bergabung dengan alat angkut
2. keluarga; yang berada di Wilayah Indonesia.
3. sosial;
4. seni dan budaya; Pasal 39
5. tugas pemerintahan; Visa tinggal terbatas diberikan kepada
6. olahraga yang tidak Orang Asing yang bermaksud bertempat
bersifat komersial; tinggal dalam jangka waktu yang
7. studi banding, kursus singkat, dan terbatas dan dapat juga diberikan
pelatihan singkat; kepada Orang Asing eks warga Negara
8. memberikan bimbingan, Indonesia yang telah kehilangan
penyuluhan, dan pelatihan dalam kewarganegaraan Indonesia
penerapan dan inovasi teknologi berdasarkan Undang-Undang tentang
industri untuk meningkatkan mutu Kewarganegaraan Republik Indonesia
dan desain produk industri serta dan bermaksud untuk kembali ke
kerja sama pemasaran luar negeri Indonesia dalam rangka memperoleh
bagi Indonesia; kewarganegaraan Indonesia kembali
9. melakukan pekerjaan darurat dan sesuai dengan ketentuan peraturan
mendesak; perundang-undangan.
10. jurnalistik yang telah mendapat izin
dari instansi yang berwenang; Visa tinggal terbatas dalam
11. pembuatan film yang tidak bersifat penerapannya dapat diberikan untuk
komersial dan telah mendapat izin melakukan kegiatan, antara lain:
dari instansi yang berwenang; 1. Dalam rangka bekerja:
12. melakukan pembicaraan bisnis; a. sebagai tenaga ahli;
13. melakukan pembelian barang; b. bergabung untuk bekerja di
14. memberikan ceramah atau atas kapal, alat apung, atau
mengikuti seminar; instalasi yang beroperasi di
15. mengikuti pameran internasional; wilayah perairan Nusantara,
laut territorial, atau landas
kontinen, serta Zona Ekonomi
Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 6 Tahun 2011 41
Eksklusif Indonesia; a. penanam
c. melaksanakan tugas modal asing;
sebagai rohaniwan; b. mengikuti pelatihan
d. melakukan kegiatan yang dan penelitian ilmiah;
berkaitan dengan profesi c. mengikuti pendidikan;
dengan menerima bayaran, d. penyatuan keluarga;
seperti olahraga, artis, hiburan, e. repatriasi; dan
pengobatan, konsultan, f. lanjut usia.
pengacara, perdagangan, dan
kegiatan profesi lain yang telah Pasal 40
memperoleh izin dari instansi Cukup jelas.
berwenang;
e. melakukan kegiatan Pasal 41 Ayat
dalam rangka pembuatan film (1) Cukup
yang bersifat komersial dan jelas.
telah mendapat izin dari Ayat (2)
instansi yang berwenang; Orang Asing dari negara tertentu
f. melakukan yang dapat diberikan Visa
pengawasan kualitas barang kunjungan saat kedatangan antara
atau produksi (quality control); lain Orang Asing dari negara yang
g. melakukan inspeksi termasuk dalam kategori negara
atau audit pada cabang yang tingkat kunjungan wisata ke
perusahaan di Indonesia tinggi (tourist generating
Indonesia; countries) atau dari negara yang
h. melayani purnajual; mempunyai hubungan diplomatik
i. memasang dan yang cukup baik dengan negara
reparasi mesin; Indonesia, tetapi negara tersebut
j. melakukan pekerjaan tidak memberikan fasilitas bebas
nonpermanen dalam rangka Visa kepada warga negara
konstruksi; Indonesia. Ayat (3) Cukup jelas.
k. mengadakan
Pasal 42
pertunjukan;
l. mengadakan kegiatan Huruf a
Cukup jelas.
olahraga profesional;
m. melakukan kegiatan Huruf b
pengobatan; dan Cukup jelas.
n. calon tenaga kerja Huruf c
asing yang akan bekerja dalam Cukup jelas.
rangka uji coba keahlian. Huruf d
2. Tidak untuk bekerja: Cukup jelas.

42 Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 6 Tahun 2011


Huruf e Pasal 45
Cukup jelas. Cukup jelas.
Huruf f
Penolakan dimaksud berdasarkan Pasal 46
surat permintaan dari instansi yang Ayat (1)
berwenang. Yang dimaksud dengan “bertempat
Huruf g tinggal di Wilayah Indonesia”
Penolakan dimaksud berdasarkan adalah dalam rangka tugas
surat permintaan dari instansi yang penempatan di perwakilan negara
berwenang. setempat atau perwakilan
Huruf h organisasi internasional. Ayat (2)
Penolakan dimaksud berdasarkan Cukup jelas.
surat permintaan dari instansi yang Ayat (3)
berwenang. Cukup jelas.

Pasal 43 Pasal 47
Ayat (1) Cukup jelas.
Cukup jelas. Pasal 48
Ayat (2) Ayat (1) Cukup
Huruf a jelas.
Yang dimaksud “pembebasan Ayat (2)
Visa” dalam ketentuan ini Cukup jelas.
misalnya untuk kepentingan Pada dasarnya setiap Orang Asing
pariwisata yang membawa yang masuk Wilayah Indonesia
manfaat bagi perkembangan wajib memiliki Visa. Berdasarkan
pembangunan nasional dengan Visa tersebut, Orang Asing
memperhatikan asas timbal diberikan Izin Tinggal di Wilayah
balik, yaitu pembebasan Visa Indonesia, tetapi ketentuan itu
hanya diberikan kepada Orang tidak diberlakukan terhadap Orang
Asing dari negara yang juga Asing yang berada di Wilayah
memberikan pembebasan Visa Indonesia karena menjadi korban
kepada warga negara tindak pidana perdagangan orang.
Indonesia. Huruf b Cukup jelas. Ayat (3)
Huruf c Cukup jelas.
Cukup jelas. Ayat (4)
Huruf d Yang dimaksud dengan “daerah
Cukup jelas. tertentu” adalah daerah konflik
yang akan membahayakan
Pasal 44 keberadaan, keselamatan, dan
Cukup jelas.
Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 6 Tahun 2011 43
keamananan Orang Asing yang negara Indonesia atau anak
bersangkutan. angkatnya.
Ayat (5)
Cukup jelas. Pasal 53
Cukup jelas.
Pasal 49
Cukup jelas. Pasal 54
Ayat (1)
Pasal 50 Huruf a
Cukup jelas. Yang dimaksud dengan
“rohaniwan” adalah pemuka
Pasal 51 agama yang diakui di Indonesia.
Cukup jelas. Huruf b
Pasal 52 Yang dimaksud
Huruf a dengan “keluarga” adalah
Cukup jelas. suami/istri, dan anak. Huruf c
Huruf b Cukup jelas.
Cukup jelas. Huruf d
Huruf c Cukup jelas.
Cukup jelas. Ayat (2)
Cukup jelas.
Huruf d Ayat (3)
Yang dimaksud dengan “wilayah Cukup jelas.
perairan” adalah perairan
pedalaman, perairan kepulauan, Pasal 55
dan laut teritorial. Cukup jelas.
Yang dimaksud dengan “wilayah
yurisdiksi” adalah wilayah di luar Pasal 56
wilayah perairan yang terdiri atas Ayat (1)
Zona Ekonomi Eksklusif, Landas Yang dimaksud
Kontinen, dan Zona Tambahan, dengan “alih status” adalah
negara memiliki hak berdaulat dan perubahan status keberadaan
kewenangan tertentu sebagaimana Orang Asing dari Izin Tinggal
diatur dalam ketentuan peraturan kunjungan menjadi Izin
perundang-undangan dan hokum Tinggal terbatas dan dari Izin
internasional. Huruf e Cukup jelas. Tinggal terbatas menjadi Izin
Huruf f Tinggal Tetap. Ayat (2) Cukup jelas.
Yang dimaksud dengan “anak” Ayat (3)
adalah anak dari duda/janda Orang Cukup jelas.
Asing yang kawin dengan warga
44 Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 6 Tahun 2011
Pasal 57 suatu perkawinan bertanggung
Cukup jelas. jawab kepada pasangannya dan/
atau anaknya.
Pasal 58 Ayat (5)
Yang dimaksud dengan “meragukan Cukup jelas.
status Izin Tinggal dan kewarganegaraan
seseorang” antara lain adanya data Pasal 64
Keimigrasian yang menunjukkan bahwa Cukup jelas.
yang bersangkutan diragukan status
kewarganegaraannya. Pasal 65
Cukup jelas.
Pasal 59
Cukup jelas. Pasal 66
Ayat (1)
Pasal 60 Cukup jelas.
Cukup jelas. Ayat (2)
Pengawasan Keimigrasian meliputi
Pasal 61 pengawasan, baik terhadap warga
Yang dimaksud dengan “keluarganya” negara Indonesia maupun Orang
adalah suami/istri, dan anak. Asing.
Pasal 62 Pasal 67
Cukup jelas. Cukup jelas.

Pasal 63 Pasal 68
Ayat (1) Cukup jelas.
Yang dimaksud dengan “Orang
Asing tertentu” adalah Orang Asing Pasal 69
yang memegang Izin Tinggal Ayat (1)
terbatas atau Izin Tinggal Tetap. Yang dimaksud dengan “badan atau
Ayat (2) instansi pemerintah terkait”
Yang dimaksud dengan ”perubahan misalnya Kementerian Dalam
status sipil” antara lain kelahiran, Negeri, Kementerian Luar Negeri,
perkawinan, perceraian, kematian, Kepolisian Negara Republik
dan perubahan lain, Indonesia, Tentara Nasional
misalnya perubahan jenis Indonesia, Kejaksaan Agung
kelamin. Ayat (3) Cukup jelas. Republik Indonesia, serta
Ayat (4) Kementerian Tenaga Kerja dan
Ketentuan mengenai penjaminan Transmigrasi.
tidak diberlakukan karena pada Ayat (2)
dasarnya suami atau istri dalam Cukup jelas.

Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 6 Tahun 2011 45


Pasal 70 Yang dimaksud dengan ”operasi
Cukup jelas. Intelijen Keimigrasian” adalah
kegiatan yang dilakukan
Pasal 71 berdasarkan suatu rencana
Huruf a untuk mencapai tujuan khusus
Yang dimaksud dengan ”perubahan serta ditetapkan dan
status sipil” antara lain kelahiran, dilaksanakan atas perintah
perkawinan, perceraian, dan Pejabat Imigrasi yang
kematian. berwenang. Huruf d Cukup
Jika telah dilaksanakan oleh jelas.
penjaminnya tidak
perlu lagi dilaksanakan oleh Pasal 75
Orang Asing yang bersangkutan. Ayat (1)
Huruf b Cukup jelas. Cukup jelas.
Ayat (2)
Pasal 72 Huruf a
Ayat (1) Cukup jelas.
Permintaan keterangan mengenai Huruf b
data dapat dilakukan, baik secara Cukup jelas.
manual maupun elektronik. Huruf c
Ayat (2) Larangan tersebut ditujukan
Cukup jelas. terhadap Orang Asing yang
keberadaannya tidak
Pasal 73 dikehendaki oleh pemerintah
Cukup jelas. berada di Wilayah Indonesia
tertentu.
Pasal 74 Huruf d
Ayat (1) Cukup Yang dimaksud dengan
jelas. “bertempat tinggal di suatu
Ayat (2) tempat tertentu” adalah
Yang dimaksud dengan penempatan di Rumah Detensi
”penyelidikan Keimigrasian” adalah Imigrasi, Ruang Detensi
kegiatan atau tindakan Pejabat Imigrasi, atau tempat lain.
Imigrasi untuk mencari dan Huruf e
menemukan suatu peristiwa yang Cukup jelas.
diduga sebagai tindak pidana Huruf f
Keimigrasian. Huruf a Cukup jelas. Cukup jelas.
Huruf b Ayat (3) Cukup
Cukup jelas. jelas.
Huruf c

46 Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 6 Tahun 2011


Pasal 76 (sepuluh) tahun berstatus sebagai
Cukup jelas. terdeteni dapat dipertimbangkan
untuk diberikan kesempatan
Pasal 77 menjalani kehidupan sebagaimana
Cukup jelas. hak dasar manusia pada umumnya
di luar Rumah Detensi dalam status
Pasal 78 tertentu dengan
Cukup jelas. mempertimbangkan aspek perilaku
selama menjalani pendetensian,
Pasal 79 tetapi tetap dalam pengawasan
Cukup jelas. Menteri atau Pejabat Imigrasi yang
ditunjuk melalui kewajiban
Pasal 80 pelaporan secara periodik.
Cukup jelas. Ayat (4)
Ketentuan ini dimaksudkan agar
Pasal 81 pengawasan terhadap kegiatan dan
Cukup jelas. keberadaan Deteni tidak
menimbulkan dampak yang negatif
Pasal 82 bagi masyarakat. Selain itu, upaya
Cukup jelas. Deportasi ke negaranya atau negara
Pasal 83 Ayat ketiga yang bersedia menerimanya
(1) Cukup tetap dilakukan.
jelas. Pasal 86
Ayat (2) Yang dimaksud dengan “korban
Yang dimaksud dengan “tempat perdagangan orang” adalah
lain” misalnya rumah sakit atau seseorang yang mengalami
tempat penginapan yang mudah penderitaan psikis, mental, fisik,
diawasi oleh Pejabat Imigrasi. seksual, ekonomi, dan/atau sosial,
yang diakibatkan tindak pidana
Pasal 84
perdagangan orang.
Cukup jelas.
Pasal 87
Pasal 85 Ayat
Ayat (1)
(1) Cukup
Yang dimaksud dengan “tempat
jelas.
lain” antara lain tempat
Ayat (2)
penginapan, perumahan, atau
Cukup jelas.
asrama yang ditentukan oleh
Ayat (3)
Menteri.
Jika terdeteni tidak dapat
Ayat (2)
dideportasi setelah lebih dari 10

Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 6 Tahun 2011 47


Yang dimaksud dengan “perlakuan Huruf e
khusus” adalah peraturan dalam Cukup jelas.
Rumah Detensi Imigrasi yang Huruf f
berlaku bagi terdetensi tidak Cukup jelas.
sepenuhnya diperlakukan bagi para Ayat (3) Cukup
korban karena para korban bukan jelas.
terdetensi.
Pasal 92
Pasal 88 Dalam ketentuan ini yang dimaksud
Cukup jelas. dengan “keadaan yang
mendesak” misalnya yang
Pasal 89 akan dicegah dikhawatirkan
Cukup jelas. melarikan diri keluar negeri
pada saat itu juga atau telah berada di
Pasal 90 Tempat Pemeriksaan Imigrasi untuk
Cukup jelas. keluar negeri sebelum keputusan
Pencegahan ditetapkan.
Pasal 91
Ayat (1) Yang dimaksud dengan “Pejabat
Cukup jelas. Imigrasi tertentu” adalah Pejabat
Ayat (2) Imigrasi di Tempat Pemeriksaan Imigrasi
Huruf a atau unit pelaksana teknis lain.
Cukup jelas.
Huruf b Pasal 93
Cukup jelas. Cukup jelas.
.
Huruf c Pasal 94
Kepolisian Negara Republik Ayat (1)
Indonesia berwenang Keputusan Pencegahan secara
mengajukan permintaan secara tertulis diterbitkan oleh instansi yang
langsung kepada Pejabat memintanya atau memohonkan untuk
Imigrasi yang berwenang di pelaksanaannya.
Tempat Pemeriksaan Imgrasi Ayat (2)
dalam keadaan mendesak Cukup jelas.
untuk mencegah orang yang Ayat (3)
disangka melakukan tindak Instansi yang menerbitkan
pidana dan melarikan diri keputusan Pencegahan tersebut
keluar negeri. berkewajiban menyampaikan
Huruf d kepada orang yang dikenai
Cukup jelas. Pencegahan.

48 Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 6 Tahun 2011


Ayat (4) yang dilaksanakan berdasarkan
Cukup jelas. alasan Keimigrasian.
Ayat (5) Ayat (2)
Cukup jelas. Pejabat yang berwenang dalam
Ayat (6) ketentuan ini adalah pimpinan
Cukup jelas. instansi pemerintah.
Ayat (7)
Cukup jelas. Pasal 99
Cukup jelas.
Pasal 95
Cukup jelas. Pasal 100
Cukup jelas.
Pasal 96
Yang dimaksud dengan “mengajukan Pasal 101
keberatan” adalah upaya Cukup jelas.
hukum yang diberikan kepada orang
yang terkena Pencegahan untuk Pasal 102 Ayat
melakukan pembelaan diri atas (1) Cukup
Pencegahan yang dikenakan kepada jelas.
dirinya. Ayat (2)
Cukup jelas.
Pasal 97 Ayat Ayat (3)
(1) Cukup Pelaksanaan ketentuan ayat ini
jelas. didasarkan pada asas kejahatan
Ayat (2) ganda (double criminality) oleh
Berakhir demi hukum merupakan masing-masing negara. Misalnya
alasan berakhirnya Pencegahan dan kejahatan peredaran uang palsu,
yang bersangkutan dapat terorisme, atau narkotika yang
melakukan perjalanan keluar dinyatakan sebagai tindak pidana di
Wilayah Indonesia. Indonesia dan di negara asal Orang
Ayat (3) Asing yang bersangkutan.
Cukup jelas.

Pasal 98 Pasal 103


Ayat (1) Cukup jelas.
Kewenangan Penangkalan
merupakan wujud dari pelaksanaan Pasal 104
kedaulatan negara untuk menjaga Cukup jelas.
keamanan dan ketertiban umum

Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 6 Tahun 2011 49


Pasal 105 Koordinasi dengan penyidik
Cukup jelas. Kepolisian Negara Republik
Indonesia dilakukan sejak
Pasal 106 diterbitkannya surat
Huruf a pemberitahuan dimulainya
Cukup jelas. penyidikan, pelaksanaan
Huruf b penyidikan sampai dengan
Cukup jelas. selesainya pemberkasan, dan
Huruf c penyampaian tembusan berkas
Cukup jelas. perkara kepada penyidik Kepolisian
Huruf d Negara Republik Indonesia.
Yang dimaksud Koordinasi ini dilakukan agar tidak
dengan “setiap orang” adalah terjadi tumpang tindih penyidikan.
orang perseorangan atau korporasi. Ayat (2) Cukup jelas.
Huruf e Cukup jelas.
Huruf f Pasal 108
Cukup jelas. Cukup jelas.
Huruf g
Cukup jelas. Pasal 109
Huruf h Cukup jelas.
Cukup jelas.
Huruf i Pasal 110
Cukup jelas. Cukup jelas.
Huruf j
Cukup jelas. Pasal 111
Huruf k Cukup jelas.
Cukup jelas.
Huruf l Pasal 112
Cukup jelas. Cukup jelas.
Huruf m
Pasal 113
Cukup jelas.
Cukup jelas.
Huruf n
Cukup jelas.
Pasal 114
Cukup jelas.
Huruf o
Cukup jelas.
Pasal 107
Ayat (1)

Pasal 115
50 Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 6 Tahun 2011
Cukup jelas.

Pasal 116

Cukup jelas.

Pasal 117

Cukup jelas.

Pasal 118

Cukup jelas.

Pasal 119

Cukup jelas.

Pasal 120

Cukup jelas.

Pasal 121

Cukup jelas.

Pasal 122

Cukup jelas.

Pasal 123

Cukup jelas.

Pasal 124

Cukup jelas.

Pasal 125

Cukup jelas.

Pasal 126

Cukup jelas.

Pasal 127 Article 127

Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 6 Tahun 2011


51
Cukup jelas.

Pasal 128 Article 128

Cukup jelas.

Pasal 129 Pasal 137


Cukup jelas. Cukup jelas.

Pasal 130 Pasal 138


Cukup jelas. Cukup jelas.
.
Pasal 131 Pasal 139
Cukup jelas. Cukup jelas.

Pasal 132
Cukup jelas. Pasal 140
Cukup jelas.
Pasal 133
Cukup jelas. Pasal 141
Cukup jelas.
Pasal 134
Cukup jelas. Pasal 142
Cukup jelas.
Pasal 135
Perkawinan semu adalah perkawinan Pasal 143
seorang warga Negara Indonesia Cukup jelas.
atau seorang asing pemegang Izin
Tinggal dengan seorang asing lain dan Pasal 144
perkawinan tersebut bukan merupakan Cukup jelas.
perkawinan yang sesungguhnya, tetapi
dengan maksud untuk memperoleh izin Pasal 145
tinggal atau Dokumen Perjalanan Cukup jelas.
Republik Indonesia. Dari sisi hukum
perkawinan itu merupakan TAMBAHAN LEMBARAN NEGARA
bentuk penyelundupan hukum. REPUBLIK Indonesia NOMOR 5216

Pasal 136
Cukup jelas.

52 Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 6 Tahun 2011


Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 6 Tahun 2011
53

Anda mungkin juga menyukai