Anda di halaman 1dari 11

MAKALAH

SEJARAH ANSURANSI SYARIAH

DOSEN PENGAMPU :

Santi Arafah,M.E.I

DI SUSUN OLEH :

Intan Sari (1942000022)

Dandi wicaksono (1942000031)

FAKULTAS EKONOMI BISNIS

PRODY PERBANKAN SYAHRIAH

UNIVERSITAS POTENSI UTAMA MEDAN

2021/2022
BAB II

PENDAHULUAN

Bisnis keuangan Islam telah memasuki era kebangkitan kembali. Penerapan


prinsip Islam pada sektor perekonomian mendapat dukungan dari pemerintah
walaupun pada dasarnya masyarakat Indonesia yang menjadi penggeraknya.
Kebangkitan bisnis keuangan Islam ini ditandai dengan banyaknya lembaga
keuangan Islam yang beroperasi seperti pada bidang perbankan, asuransi, leasing,
pegadaian, hotel, koperasi dan pada jenis lembaga keuangan lainnya.
Masyarakat lebih mengenal perbankan syariah dalam praktik keuangan Islam.
Namun sebenarnya, ekonomi Islam tidak identik dengan perbankan syariah. Hal ini
dapat dimaklumi karena masyarakat lebih banyak berhubungan dan membutuhkan
keberadaan bidang perbankan dibandingkan dengan lembaga keuangan lainnya.
Kondisi saat ini, tidak hanya perbankan Islam yang menunjukkan peningkatan dalam
pertumbuhannya. Lembaga keuangan Islam lainnya yang mengikuti trend tumbuh
dan berkembang adalah asuransi Islam.
Asuransi Islam tumbuh dan berkembang seiring dengan tumbuh dan
berkembangnya perbankan syariah. Walaupun demikian, banyak masyarakat yang
belum memahami apa dan bagaimana asuransi Islam tersebut. Hal ini membutuhkan
suatu informasi yang komprehensif untuk memberikan pemahaman kepada khalayak
umum agar tidak terdapat pemahaman yang keliru atas asuransi Islam. Oleh karena
itu, studi ini bertujuan untuk mengkaji secara menyeluruh tentang asuransi Islam
yang mencakup tentang sejarah asuransi Islam di dunia.
BAB II

PEMBAHASAN

A. Sejarah Asuransi Syariah

Sejarah asuransi syariah di Indonesia, tidak terlepas dari sejarah asuransi di dunia.
Konsep asuransi syariah berasal dari budaya suku Arab dengan sebutan Al-Aqilah hingga
zaman Nabi Muhammad Saw. Konsep tersebut tetap diterima dan menjadi bagian dari
Hukum Islam, hal tersebut tercantum dalam hadist Nabi Muhammad Saw., diriwayatkan oleh
Abu Hurairah ra., dia berkata : Berselisih dua orang wanita dari suku Huzail, kemudian salah
satu wanita tersebut melempar batu ke wanita yang lain sehingga mengakibatkan kematian
wanita tersebut beserta janin yang dikandungnya. Maka ahli waris dari wanita yang
meninggal tersebut mengadukan peristiwa tersebut kepada Rasullulah Saw., maka Rasulullah
Saw., memutuskan ganti rugi dari pembunuhan terhadap janin tersebut dengan pembebanan
seorang budak laki - laki atau perempuan, dan memutuskan ganti rugi kematian wanita
tersebut dengan uang darah (diyat) yang dibayarkan oleh aqilah-nya (kerabat dari orang tua
laki - laki) . (HR. Bukhari).
Dalam Piagam Madinah yang merupakan konstitusi pertama di dunia, setelah hijarah
ke Madinah, dalam Pasal 3 yang berbunyi sebagai berikut : Orang Quraisy yang melakukan
perpindahan (ke Madinah) melakukan pertanggungan bersama dan akan saling bekeijasama
membayar uang darah di antara mereka. Jika seorang anggota suku melakukan pembunuhan
terhadap anggota suku yang lain, maka ahli waris korban akan memperoleh bayaran sejumlah
uang darah sebagai kompensasi oleh penutupan keluarga pembunuh, yang disebut sebagai
aqilah. Selain itu juga Rasulullah Saw., membuat ketentuan tentang penyelamatan jiwa para
tawanan, yang menyatakan bahwa jika tawanan yang tertahan oleh musuh karena perang,
harus membayar tembusan kepada musuh untuk membebaskan yang ditawan.1
Selain tersebut di atas Rasulullah Saw., juga telah menetapkan jumlah kompensasi
untuk berbagai kecelakaan seperti:
5 ekor unta untuk luka tulang dalam ;
10 ekor unta untuk kehilangan j ari tangan atau kaki ;
12.000 dinar (koin emas) untuk kematian.
Sejak zaman Rasulullah Saw., hingga saat ini kaum muslimin memiliki peran penting
dalam mengenalkan sistem asuransi kepada dunia. Pada tahun 200 H., banyak pengusaha
1Abdullah Amrin, Meraih Berkah Melalui Asuransi Syariah, Op.Cit, hlm. 3.
muslim yang memulai merintis sistem takaful, sebuah sistem pengumpulan dana yang akan
digunakan untuk menolong para pengusaha satu sama lain yang sedang menderita kerugian :
seperti ketika kapal angkutan barangnya menabrak karang dan tenggelam, atau ketika
seseorang dirampok yang mengakibatkan kehilangan sebagian atau seluruh hartanya. Istilah
tersebut lebih dikenal dengan nama “Shaking of RisW.
Kini para ahli ekonomi dan masyarakat Muslim menyadari bahwa dalam Islam
terdapat sistem ekonomi yang terbaik untuk seluruh umat manusia selain sebagai sistem
hidup terbaik, mereka mencoba membangkitkan kembali semangat tolong menolong dalam
bidang ekonomi, di antaranya dengan mendirikan perusahaan asuransi syariah. Asuransi
syariah pertama kali didirikan di Bahrain, lalu dengan cepat diikuti oleh negara muslim lain,
termasuk Indonesia.
Pada dekade 70-an di beberapa negara Islam, atau di negara-negara yang mayoritas
penduduknya muslim bermunculan asuransi yang prinsip operasionalnya mengacu kepada
nilai-nilai Islam dan terhindar dari ketiga unsur yang diharamkan Islam yakni, riba, gharar
dan maisir yakni pada tahun 1979 Faisal Islamic Bank of Insurance Co. Ltd., di Sudan dan
Islamic Insurance Co. Ltd.,di Arab Saudi.
Keberhasilan asuransi syariah ini kemudian diikuti oleh berdirinya Dar al-Mal al-
Islami di Geneva, Swiss dan Takaful Islami di Luxemburg, Takaful Islam Bahamas di
Bahamas dan al-Takaful al-Islami di Bahrain pada tahun 1983.2
Di Malaysia, Syarikat Takaful Sendirian Berhad berdiri pada tahun 1984. Di Asia
Tenggara sendiri, asuransi syariah pertama kali diperkenalkan di Malaysia pada tahun 1985
melalui sebuah perusahaan asuransi jiwa bernama Takaful Malaysia, selanjutnya diikuti oleh
negara-negara lain seperti Brunei, Singapura, dan Indonesia. Hingga saat ini asuransi syariah
semakin dikenal luas dan diminati oleh masyarakat dan negara-negara muslim maupun non-
muslim.
Kemudian usaha perasuaransian syariah di Indonesia tidak bisa lepas dari keberadaan
usaha perasuransian konvensional yang telah ada sejak lama. Sebelum terwujud usaha
perasuransian syariah, sudah terdapat berbagai macam perusahaan asuransi konvensional
yang telah lama berkembang. Dalam rangka pengembangan perekonomian umat jangka
panjang, maka masyarakat muslim perlu konsisten mengaplikasikan prinsip-prinsip
perniagaan syariah berdasarkan nash-nash (teks- teks dalil agama) yang j elas atau pendapat
para pakar ekonomi Islam. Asuransi syariah merupakan lembaga ekonomi syariah yang dapat
membawa umat Islam kearah kemakmuran patut diwujudkan dan merupakan sebuah
2Ibid, him. 6.
keniscayaan.
Atas dasar keyakinan umat Islam dunia dan keuntungan yang diperoleh melalui konsep
asuransi syariah, maka lahirlah berbagai perusahaan asuransi yang menjalankan usaha
perasuransian berlandaskan prinsip syariah. Perusahaan ini bukan saja dimiliki orang Islam,
namun juga berbagai perusahaan milik nonmuslim serta ada yang secara induk perusahaan
berbasis konvensional ikut teijun memberikan layanan asuransi syariah dengan membuka
kantor cabang dan divisi syariah.3
Bersamaan beroprasinya bank syariah maka diperlukan kehadiran jasa asuransi syariah
juga. Berdasarkan pemikiran tersebut Ikatan Cendikiawan Muslim Indonesia (ICMI) pada
tanggal 27 j uli 1993 melalui Yayasan Abadi Bangsa bersama Bank Muamalat Indonesia
(BMI) dan perusahaan Asuransi Tugu Mandiri sepakat memprakarsai pendirian asuransi
takaful, dari tiga lembaga ini membentuk Tim Pembentukan Asuransi Takaful Indonesia atau
TEPATI, yang dipimpin oleh direktur utama PT Syariah Takaful Indonesia (STI), Rahmat
Saleh. Sebagai langkah awal, lima orang anggota TEPATI melakukan studi banding ke
Malaysia pada September 1993. Malaysia merupakan negara ASEAN pertama yang
menerpakan asuransi dengan prinsip syariah sejak tahun 1985. Di negara jiran ini, asuransi
syariah dikelola oleh Syarikat Takaful Malaysia Sdn. Bhd. Selanjutnya, STI mendirikan dua
anak perusahaan. Mereka adalah perusahaan asuransi jiwa syariah bernama PT Asuransi
Takaful Keluarga (ATK) pada 4 Agustus 1994 dan perusahaan asuransi kerugian syariah
bernama PT Asuransi Takaful Umum (ATU) pada 2 Juni 1995.
Setelah Asuransi Takaful dibuka, berbagai perusahaan asuransi pun menyadari cukup
besarnya potensi bisnis asuransi syariah di Indonesia. Hal tersebut kemudian mendorong
berbagai perusahaan ramai-ramai masuk bisnis asuransi syariah, di antaranya dilakukan
dengan langsung mendirikan perusahaan asuransi syariah penuh maupun membuka divisi
atau cabang asuransi syariah. Stretegi pengembangan bisnis asuransi syariah melalui
pendirian perusahaan dilakukan oleh Asuransi Syariah Mubarakah yang bergerak pada bisnis
asuransi jiwa syariah.
Sedangkan strategi pengembangan bisnis melalui pembukaan divisi atau cabang
asuransi syariah dilakukan sebagian besar perusahaan asuransi, antara lain PT MAA Life
Assurance, PT MAA General Assurance, PT Great Eastern Life Indonesia, PT Asuransi Tri
Pakarta, PT AIB Bumiputera 1912, dan PT Asuransi Jiwa BRIngin Life Sejahtera.Bahkan,
sejumlah pemain asuransi besar dunia pun turut tertarik masuk dalam bisnis asuransi syariah
di Indonesia. Mereka menilai Indonesia sebagai negara berpenduduk Muslim terbesar di
3Ibid, hlm. 7.
dunia merupakan potensi pengembangan bisnis cukup besar yang tidak dapat diabaikan. Di
antara perusahaan asuransi global yang masuk dalam bisnis asuransi syariah Indonesia adalah
PT Asuransi Allianz Life Indonesia dan PT Prudential Life Assurance.4
Saat ini, Indonesia dikenal sebagai salah satu negara dengan jumlah operator asuransi
syariah cukup banyak di dunia. Berdasarkan data Dewan Syariah Nasional Majelis Ulama
Indonesia (DSN MUI) terdapat 49 pemain asuransi syariah di Indonesia yang telah
mendapatkan rekomendasi syariah, tiga reasuransi syariah, dan enam broker asuransi dan
reasuransi syariah dimana perusahaan asuransi yang benar-benar secara penuh beroprasi
sebagai perusahaan asuransi syariah ada tiga, yaitu Asuransi Takaful Keluarga, Asuransi
Takaful Umum, Asuransi Mubarakah.5
Sejarah asuransi syariah di antaranya juga diwarnai oleh beberapa konferensi asuransi
Islam di antaranya adalah sebagai berikut :6
1. The Islamic Week yang diadakan di Damaskus, 1-6 April 1961 ;
2. Seminar yang diadakan di Maroko, 6 Mei 1972, yang menegaskan keabsahan bisnis
asuransi dengan pengecualian dari bisnis asuransi jiwa ;
3. Konferensi Ulama II yang diadakan di kairro pada tahun 1965 ;
4. Simposium ilmu hukum Islam yang diselenggarakan di Libya pada 6-11 Mei 1972 ;
5. Konferensi internasional ekonomi Islam pertama yang diadakan di Mekkah, 21-26 Februari
1976 ;
6. Konferensi Islam yang diadakan di Mekkah pada Oktober 1976.
Menguatkan data empiris, bahwa ternyata aqilah yang sudah berlaku semenjak zaman
Rasullullah Muhammad saw., menurut Moslehuddin, aqilah mengandung beberapa alasan
penting sebagai berikut :7
a. Aqilah merupakan tanggung jawab kolektif untuk membayar ganti rugi;
b. Mengurangi beban anggota perorangan jika diharuskan membayar ganti rugi, sehingga
tidak hanya satu orang yang dibebani;
Mempertahankan sepenuhnya kesatuan dan keija sama para anggota yang tak lain untuk
saling membantu

4Ibid, him. 22.

5 Ibid, him. 8.
6Mohd Ma’sum Billah, Penerapan Hukum Dagang dan Keuangan Islam, Isu- Isu Kontemporer Terpilih, UIN Syarif
Hidayatullah, Jakarta, 2009, him. 165.
7Waldi Nopriansyah, Asuransi Syariah, Berkah Terakhir yang tak Terduga, Andi, Yogyakarta, 2016, him. 43.
Asuransi syariah resmi dikenalkan di Indonesia pada paruh keempat tahun 1994. PT.
Asuransi Takaful Keluarga berdiri pada tanggal 25 Agustus 1994 melalui SK Menkeu dan
menjadi Asuransi Takaful Indonesia.

Asuransi Takaful Indonesia berdiri setelah proses panjang. Setelah studi banfing dengan
Takaful Malaysia dan mengadakan seminar nasional, Tim Pembentuk Asuransi Takaful
Indonesia (TEPATI) yang berasal dari Yayasan Abdi Bangsa, Bank Muamalat Indonesia
Indonesia, Asuransi Jiwa Tugu Mandiri, Pejabat dari Departemen Keuangan dan Pengusaha
Muslim Indonesia mendirikan dua anak perusahaan asuransi pada 24 Februari 1994.
Keduanya yakni PT Asuransi Takaful Keluarga untuk asuransi jiwa dan PT Asuransi Takaful
Umum untuk asuransi umum.

Sejak itu, banyak perusahaan asuransi lain yang berdiri, baik perusahaan asuransi syariah
maupun unit syariah dari perusahaan asuransi konvensional, seperti:

 Asuransi Syariah Mubarakah yang berdiri pada 1997


 MAA Assurance pada 2000
 Asuransi Great Eastern tahun 2001
 Asuransi Tripakarta di tahun 2002
 Asuransi Bumi Putra, Beringin Jiwa Sejahtera, Asuransi Binagria dan Asuransi
Jasindo Takaful dan Asuransi Burnida di tahun 2003
 Asuransi Staci Jasa Pratama, Asuransi Central Asia, Asuransi Adira Syariah 2004,
Asuransi BNI Jiwasraya Syariah, Asuransi Sinar Mas, Asuransi Tokio Marine
Syariah, dan Reindo Divisi Syariah  

Hingga saat ini, industri asuransi syariah semakin berkembang di Indonesia. Berdasarkan
data Dewan Syariah Nasional (DSN) MUI per tahun 2019, jumlah asuransi syariah telah
mencapai 43 asuransi syariah, tiga reasuransi syariah dan enam broker asuransi dan
reasuransi syariah.

Usai sudah informasi mengenai sejarah asuransi syariah sejak konsep awalnya hingga
keberadaan asuransi syariah di Indonesia. Semoga dengan mengetahui sejarah asuransi
syariah dan perkembangannya, sahabat tidak lagi ragu untuk memiliki produk keuangan
khususnya proteksi yang juga syariah.
Semoga informasinya bermanfaat ya. Untuk kemudahan mendapatkan produk proteksi
syariah untuk sahabat, Wakalahmu sebagai marketplace asuransi khusus syariah pertama di
Indonesia hadir menawarkan beragam pilihan produk yang sesuai dengan kebutuhan sahabat.

Sejarah Asuransi Syariah: Awal Kemunculan Konsep Istilah Asuransi Syariah

Jauh sebelum zaman Nabi Muhammad, masyarakat Arab kuno yang kala itu hidup nomaden
dan bersifat kesukuan sudah mempunyai satu konsep yang sama dengan asuransi. Bagaimana
konsep yang dimaksud?

Muhammad Ajib dalam bukunya mengutip Zainuddin Ali dan mengatakan bahwa ada satu
budaya Arab kuno bernama aqilah.

Jadi, jika ada salah satu anggota suku yang terbunuh oleh anggota dari suku berbeda,
keluarga atau ahli waris korban akan menerima sejumlah uang. Uang ini disebut dengan
istilah diyat.

Diyat dijadikan sebagai kompensasi yang diterima oleh keluarga korban pembunuhan. Diyat
sendiri diberikan oleh kerabat terdekat dari pembunuh kepada ahli waris korban pembunuhan.
Oleh karena itu, budaya ini disebut dengan aqilah, yang memiliki arti saudara dekat
pembunuh. 

Selain itu, aqilah juga dapat dimaknai dengan saling bertanggung jawab bagi keluarga. Hal
ini dapat menggambarkan bahwa suku Arab pada saat itu harus siap untuk melakukan
kontribusi financial atas nama pembunuhan untuk membayar sejumlah uang kepada keluarga
atau ahli waris korban.

Jika dilihat lebih dekat, konsep aqilah serupa dengan asuransi. Kesiapan dan kerelaan suku
Arab kuno secara finansial untuk membayarkan diyat, sama dengan keharusan membayar
premi dalam asuransi. Sedangkan sejumlah diyat yang diterima oleh keluarga anggota suku
yang terbunuh, sama dengan santunan atau uang pertanggungan yang diterima keluarga
pemilik polis saat terkena risiko.
Budaya ini terus dijalankan hingga pada masa Nabi Muhammad SAW. Nabi menerima
konsep ini untuk dijadikan bagian dari hukum Islam pada masa itu. Selanjutnya, aqilah
diwajibkan pada masa kekhalifahan Umar bin Khatab.

Istilah asuransi baru mulai muncul sebagai hasil pemikiran ulama Islam kontemporer.
Pembahasan mengenai asuransi terintegrasi dengan bahasan perbankan di bawah kajian
ekonomi Islam.

Di antara para ulama kontemporer tersebut, nama Ibnu Abidin, Muhammad Nejatullah al
Shiddiqi, Muhammad Muslehuddin, Fazlur Rahman, Mannan, Yusuf al Qardhawi dan Mohd.
Ma’shum Billah tercatat dalam khazanah sebagai ulama yang menekuni kajian asuransi.

Para ulama menyoroti hal mendasar dalam asuransi konvensional yang tidak sesuai dengan
kaidah agama Islam. Di antaranya ialah aspek nilai yang terkandung, seperti matrealistis,
individualistis, kapitalis. Nilai-nilai tersebut diganti dalam asuransi syariah menjadi semangat
keadilan, kerja sama dan saling tolong-menolong.

BAB III
KESIMPULAN
Sejarah Asuransi Syariah - Tidak hanya produk dan layanan konvensional, beberapa tahun ke
belakang sudah berkembang tren syariah. Semua industri di antaranya kosmetik, pariwisata,
makanan, dan keuangan mengikutsertakan halal sebagai tagline dalam produk atau layanan
mereka. Asuransi juga tidak ketinggalan.

Oleh karena itu, asuransi syariah juga berkembang dan memiliki pasar yang tidak sedikit di
Indonesia. Sebelum tahu tentang sejarah asuransi syariah, sahabat pasti sudah tahu tentang
pengertian asuransi syariah sendiri kan? Bisa jadi, terlintas di pikiran sahabat mengenai
perkembangan asuransi syariah setelah tahu poin-poin dasar tentang asuransi syariah.

DAFTAR PUSTAKA
Abdullah Amrin, Meraih Berkah Melalui Asuransi Syariah, Op.Cit, hlm. 3
Mohd Ma’sum Billah, Penerapan Hukum Dagang dan Keuangan Islam, Isu- Isu
Kontemporer Terpilih, UIN Syarif Hidayatullah, Jakarta, 2009, him. 165.
Waldi Nopriansyah, Asuransi Syariah, Berkah Terakhir yang tak Terduga, Andi,
Yogyakarta, 2016, him. 43.

Anda mungkin juga menyukai