Anda di halaman 1dari 24

Mitigasi

Umrah
1442 H
​Dipersembahkan oleh : Musim Umrah 1442 H
seharusnya sudah di
mulai pada awal bulan
September 2020 lalu.
Namun sama seperti
Haji, kondisi pandemik
Covid-19 yang melanda
seluruh dunia pada
akhirnya juga menjadi
hambatan tersendiri bagi
pelaksanaan Umrah kali
ini. Untuk itu di perlukan
pembahasan komprehen
sif dalam mengidentifika
si permasalahan sekali
gus rumusan mitigasi
pelaksanaan Umrah, ser
ta langkah persiapan se
andainya Saudi Arabia
membuka kembali pe
nyelenggaraan ibadah
Umrah, sebagai panduan
bagi seluruh anggota
Himpuh untuk menen
tukan kebijakan keber
langsungan usahanya.
Mitigasi (Penyelenggaraan) Umrah 1442 H
Per : 9 Oktober 2020

Kerajaan Saudi Arabia secara bertahap akan kembali membuka penyelenggaraan ibadah
Umrah. Diawali dengan izin terbatas bagi warga setempat dan ekspatriat yang tinggal di sana,
Saudi juga sedang mempertimbangkan untuk membuka Umrah bagi muslim dari luar
negaranya, khususnya bagi negara yang sudah mendapat izin memberangkatkan jemaah.

Simpang-siurnya informasi terkait (telah) dibukanya kembali penyelenggaraan Umrah


mendorong Himpuh untuk menyusun sebuah informasi terkini yang bisa dijadikan panduan
khususnya bagi PPIU anggota Himpuh dalam mempersiapkan dan menetapkan kebijakan
keberlangsungan usahanya.

Kapan Saudi Arabia akan membuka penerbangan internasionalnya?

Dalam pernyataan resmi Kementerian Dalam Negeri Saudi Arabia pada tanggal 13 September
2020, pembukaan penerbangan Internasional reguler dan akses keluar/masuk Saudi Arabia
secara normal (sama seperti sebelum adanya pandemi Covid-19) akan dilaksanakan ​paling
cepat pada tanggal 1 Januari 2021​.

Apakah ada perkecualian?

Ya, pengecualian diberikan kepada :


1. Warga negara Saudi Arabia dengan kategori tertentu untuk bepergian keluar Saudi
Arabia.
2. Warga negara Dewan Kerjasama Teluk Arab pemegang visa yang valid.
3. Warga negara non-Saudi Arabia yang memiliki visa keluar dan masuk kembali, visa
kerja, visa izin tinggal atau visa kunjungan.

Dengan ketentuan mengikuti persyaratan kesehatan preventif dan prosedur yang ditetapkan
oleh otoritas Saudi Arabia terkait tindakan pencegahan penyebaran virus Covid-19. Salah
satunya adalah dibutuhkannya bukti bebas dari infeksi virus Covid-19 berdasarkan tes medis
yang dapat dipercaya (PCR) sekurangnya 48 jam sebelum tiba di Saudi Arabia.
Perkecualian ini mulai berlaku pada tanggal 15 September 2020.

Apakah pemegang visa Umrah / visa turis bisa masuk ke Saudi Arabia
sebelum 1 Januari 2021?

Tidak. Hingga saat ini warga negara non-Saudi Arabia yang diizinkan masuk ke Saudi Arabia
sebelum 1 Januari 2021 hanya yang memiliki visa keluar dan masuk kembali, visa kerja, visa
izin tinggal atau visa kunjungan. Terkait beredarnya informasi bahwa negara di luar Saudi
Arabia sudah bisa mengirimkan jamaah Umrahnya, itu adalah masih berbentuk rencana yang
disampaikan oleh Kementerian Haji dan Umrah Saudi Arabia dan sangat tergantung kondisi
pandemi Covid-19 di Saudi Arabia sendiri maupun di negara pengirim jamaah Umrah itu sendiri.
Namun saat ini otoritas Saudi Arabia sedang menyusun langkah-langkah persiapan
penyelenggaraan Umrah yang akan dibagi dalam 3 fase, dan diharapkan bisa mempercepat
pelaksanaannya sebelum tanggal 1 Januari 2021.

“ Penerbangan internasional baru akan dimulai 1 Januari 2021 dengan perkecualian


dan dimungkinkan untuk berlangsung lebih awal “

HIMPUH - 2

Apakah Indonesia termasuk negara yang diperbolehkan masuk ke Saudi
Arabia?

Pada 27 Februari 2020, ​General Authority of Civil Aviation (GACA), otoritas penerbangan Saudi
Arabia mengeluarkan sirkular yang menyatakan menangguhkan sementara akses masuk ke
Saudi Arabia untuk tujuan Umrah dan ziarah untuk 25 negara termasuk Indonesia terkait
mewabahnya Covid-19. Pengumuman ini ​belum dicabut / direvisi hingga tulisan ini dibuat​.
Bahkan pelarangan masuk kemudian berkembang juga diterapkan terhadap negara-negara non
pengirim jamaah Umrah. Informasi terbaru per tanggal 22 September 2020, negara India, Brazil
dan Argentina tercatat sebagai negara tambahan yang dilarang masuk ke Saudi Arabia,
termasuk di dalamnya seluruh penduduk dunia yang dalam 14 hari sebelum masuk ke Saudi
Arabia pernah mengunjungi ketiga negara tersebut.

Jadi, kapan penyelenggaraan Umrah dimulai?

Dalam pernyataan resmi Kementerian Dalam Negeri Saudi Arabia pada tanggal 13 September
2020, disampaikan bahwa rencana izin pembukaan kembali ​pelaksanaan Umrah akan
diumumkan secara bertahap​.

Pada siaran langsung Kementerian Haji dan Umrah Saudi Arabia dalam forum virtual pada
tanggal 21 September 2020, disebutkan ​rencana penyelenggaraan Umrah pasca pandemi
Covid-19 yang akan dilaksanakan melalui beberapa fase :

Fase Mulai Dari Keterangan Kapasitas


Per hari

1 4 Okt 2020 Umroh diizinkan untuk warga Saudi Arabia dan 6.000 jamaah
expatriat ​(warga non-Saudi Arabia yang sudah
berada dan tinggal/menetap di Saudi Arabia
untuk kepentingan bekerja dan sebagainya),
dengan jumlah 30% dari kapasitas kemampuan
layanan dengan penerapan protokol kesehatan.

2 18 Okt 2020 Umroh diizinkan untuk warga Saudi Arabia dan 15.000 jamaah
​ engan jumlah 75% dari kapasitas Umrah, 40.000
expatriat, d
kemampuan layanan dengan penerapan protokol Jamaah shalat
kesehatan.

3 1 Nov 2020 Umroh diizinkan untuk warga Saudi Arabia, 20.000 jamaah
expatriat ​dan jamaah dari negara lain​, dengan Umrah, 60.000
jumlah 100% dari kapasitas kemampuan layanan jamaah shalat
dengan penerapan protokol kesehatan.

Catatan :
Untuk Fase 3, pemerintah Saudi Arabia akan mengumumkan negara-negara mana yang
mendapat izin untuk mengirimkan jamaah Umrahnya.

Kementerian Agama RI, melalui Direktur Jenderal Penyelenggaraan Haji dan Umrah, Nizar,
pada tanggal 1 Oktober 2020 ​menegaskan bahwa kepastian keberangkatan jamaah Umrah
Indonesia masih menunggu pengumuman dan izin dari Saudi Arabia. Menurutnya, sampai saat ini
belum ada informasi resmi yang disampaikan berkenaan dengan kemungkinan akan diizinkannya
keberangkatan jemaah umrah asal Indonesia.
Sumber :
https://kemenag.go.id/berita/read/514221/dirjen-phu---keberangkatan-umrah-indonesia-masih-menu
nggu-izin-saudi

HIMPUH - 3

Apakah memungkinkan Umrah dimulai sebelum tanggal 1 Januari 2021​?

Pada kenyataannya penyelenggaraan ibadah Umrah ​sudah dimulai secara terbatas sejak
tanggal 4 Oktober 2020 lalu dengan pembatasan jumlah jamaah dan protokol kesehatan yang
sangat ketat. Kemudian dilanjutkan ke fase-fase berikutnya. Keberlanjutan penyelenggaraan
Umrah ini sangat ditentukan oleh kondisi pandemi di Saudi Arabia. Jika seluruh fase berhasil
dilalui tanpa terjadinya klaster ​pandemi Covid-19 baru, sangat dimungkinkan 1 November 2020
penyelenggaraan Umrah akan dibuka secara umum. Yang menjadi catatan adalah, pemerintah
Saudi Arabia ​belum ​merilis negara-negara mana yang diizinkan untuk mengirimkan jamaah
Umrahnya, baik untuk 1 November 2020 maupun 1 Januari 2021.

Bagaimana pelaksanaan Umrah di ketiga fase tersebut?

Kementerian Haji dan Umrah Saudi Arabia mengungkapkan beberapa persyaratan tertentu :

1. Hanya ​kelompok usia 18-65 tahun yang diperbolehkan melakukan Umrah pada
tahap awal.

2. Tidak ada orang yang diizinkan memasuki Masjid Al Haram kecuali setelah ​mendaftar
pada Aplikasi Umrah “EatMarna”​, yang sudah bisa di ​download ​pada ​handphone
bersistem operasi iOS maupun Android.

3. Calon jamaah Umrah ​harus menentukan tanggal dan waktu kapan ia akan
mengunjungi Masjidil Haram.

4. Satu orang hanya bisa melakukan pendaftaran bagi dirinya sendiri (tidak untuk
berkelompok / keluarga). Tidak bisa menambahkan pendamping, seperti istri atau anak,
karena setiap orang harus mendaftar diri secara terpisah.

5. Pendaftaran akan ditutup secara otomatis ketika ​kuota harian (sesuai fase) tercapai​.

6. Izin umrah akan diberikan secara ​gratis​.

7. Melalui aplikasi “EatMarna”, Kementerian memberikan kesempatan jamaah untuk


memilih akomodasi dan transportasi​.

8. Pusat isolasi ​akan dibuat di hotel untuk setiap peziarah yang menunjukkan gejala
apapun.

9. Pengaturan alternatif ​akan dibuat jika orang menghadapi masalah dalam mendaftar
melalui aplikasi yang disetujui.

10. Pelaku Umrah akan ​dibagi menjadi 12 kelompok ​dalam rentang 24 jam dan diberi
waktu masing-masing kelompok untuk ​melaksanakan ibadah Umrah dalam masa 3
jam​, dibantu oleh seorang tenaga kesehatan profesional.

Aplikasi Eatmarna juga digunakan bagi jamaah yang ingin melaksanakan shalat di Masjidil
Haram Mekkah, dimana hasil akhir dari registrasi di aplikasi ini adalah dalam bentuk ​Tasrih
(surat jalan). Tanpa ​Tasrih resmi dari aplikasi ​Eatmarna​, jamaah tidak bisa masuk ke dalam
Masjid.

Dikutip dari Arab News 3 Oktober 2020, tercatat jamaah yang mendaftar melalui aplikasi
tersebut sudah mencapai 309.686 orang. Artinya fase pertama (4-17 Oktober 2020) sudah
terpenuhi kuota 6.000 jamaah per hari untuk shalat dan ber-Umrah di Masjidil Haram.

HIMPUH - 4

Untuk teknis mobilisasi umrah, di fase pertama Thawaf akan dilakukan dalam dua jalur saja,
dengan 100 orang untuk setiap 15 menit dalam tujuh kali putaran. Total akan tercapai 400
orang per jam, sehingga dalam 15 jam perhari bisa mencapai 6 ribu jemaah.

Dengan kemungkinan menambah lintasan ketiga, menjadi 150 orang per 15 menit untuk tujuh
putaran, maka total akan menjadi 600 orang per jam. Sehingga dapat dilaksanakan oleh 6 ribu
jemaah Tawaf setiap 10 jam.

Sementara untuk mengantisipasi kerumunan massa, jamaah akan masuk ke Masjidil Haram
melalui Gerbang Ajyad dan Gerbang Raja Fahd. Kemudian diarahkan ke titik-titik berkumpul di
dalam Masjid, dibagi di beberapa lokasi di area perluasan Raja Fahd, sehingga setiap area
menampung 100 jamaah. Setelah itu menuju ​Mataf d ​ engan 100 orang untuk setiap grupnya,
dilanjutkan melakukan Tawaf sesuai jalurnya. Otoritas Masjidil Haram Mekkah juga
menyediakan jalur khusus bagi orang tua dan penyandang cacat.

Selesai Tawaf, jamaah diarahkan ke tempat shalat khusus untuk melaksanakan shalat sunnah,
kemudian melaksanakan Sa’i untuk menyempurkan manasik Umrah. Setelah menyelesaikan
Umrahnya, jamaah diarahkan ke pintu keluar yang ditentukan untuk kembali ke titik awal.

Adapun lokasi berkumpulnya jamaah adalah sebagai berikut :

● Fase pertama untuk 6 ribu jamaah perhari titik kumpul di Kudai dan Shabika.
● Fase kedua dengan 15 ribu jamaah perhari, titik kumpulnya di Kudai, Shabaka, dan Bab
Ali.
● Fase ketiga dengan 60 ribu jemaah perhari, titik kumpul terbagi di Kudai, Shabaka, Bab
Ali, Gaza, dan Jarwal.
● Fase keempat dengan 100% dari kapasitas, titik kumpulnya: Kudai, Shabaka, Bab Ali,
Gaza, dan Jarwal.

“ Hingga 9 Oktober 2020 lalu, tercatat


24.000 jamaah sudah melaksanakan
ritual Umrah dengan aman, dan belum
ada laporan kasus Covid-19 atas
jamaah-jamaah tersebut. “

HIMPUH - 5

Persiapan apa yang sudah dilakukan oleh pemerintah Saudi Arabia dalam
menyongsong penyelenggaraan Umrah pada 4 Oktober nanti?

1. Masjid Al Haram disterilkan 10 kali sehari, mulai pekan depan disterilkan setiap sebelum
masuk dan keluar rombongan jemaah.
2. Mencuci toilet sebanyak 6 kali dalam sehari.
3. Mensterilkan karpet dan lokasi sekitar Masjidil Haram setiap waktu.
4. Mensterilkan wastafel dan air mancur Zamzam.
5. Mengganti alas wadah dan gelas bekas secara langsung dengan sterilisasi
berkelanjutan.
6. Memasang alat sterilisasi eskalator dan sterilisasi tangan di pintu masuk Masjidil Haram.
7. Mensterilkan sistem pendingin udara dengan sinar ultraviolet.
8. Membersihkan saringan udara 9 kali sehari dalam 3 tahapan.
9. Memberikan wewangian di Masjidil Haram dan koridornya sepanjang waktu.
10. Air Zamzam akan dibagikan dalam kemasan tertutup.
11. Akses untuk mendekat Ka’bah dan Hajar Aswad ditutup.
12. Tawaf dilaksanakan di luar sekat yang ada.
13. Tempat isolasi telah disiapkan jika ada jamaah yang terjangkit Covid-19.
14. Menata shaf shalat dengan jarak terpisah mengikuti protokol kesehatan.
15. Pemasangan pengukur suhu yang dapat memberikan peringatan ketika mendapati suhu
tinggi pada jamaah dan peziarah, di pintu-pintu utama memasuki Masjid.

Ketika Umrah dimulai nanti, bagaimana tata cara untuk mendapatkan visa?

Kedepannya visa Umrah akan menjadi satu kesatuan dengan hotel, transportasi (darat) dan
ground handling​ ​dalam bentuk paket​.

Kelak ‘paket’ visa Umrah ini dapat diperoleh melalui :


● Provider visa Umrah yang ​notabene ​adalah PPIU Indonesia.
● Online Travel Agent (OTA) Saudi Arabia.

Gambaran teknisnya akan terjadi dua skenario :


1. Muassasah visa Umrah di Saudi Arabia bekerjasama dengan provider Visa Umrah
(PPIU) di Indonesia untuk menjual paket Umrahnya yang di dalamnya sudah termasuk
pilihan hotel, transportasi darat dan ​ground handling​.
2. PPIU baik provider Visa Umrah maupun PPIU biasa, ​bahkan jamaah pun​, dapat
berhubungan langsung dengan Online Travel Agent (OTA) Saudi Arabia untuk
mendapatkan ‘paket Umrah’ tersebut di atas.

Diluar visa Umrah, Saudi Arabia bisa dikunjungi juga menggunakan visa turis yang bisa
diperoleh secara ​online melalui situs ​https://visa.visitsaudi.com​, saat ini masih terbatas untuk 49
negara dan Indonesia belum termasuk didalamnya.

Ke 49 negara tersebut adalah :


Amerika Serikat, Andorra, Australia, Austria, Belanda, Belgia, Brunei Darussalam, Bulgaria,
Canada, China (termasuk Hong Kong dan Macau), Croatia, Cyprus, Czech Republic, Denmark,
Estonia, Finland, Greece, Hungary, Iceland, Inggris, Irlandia, Italia, Jepang, Jerman,
Kazakhstan, Korea Selatan, Latvia, Liechtenstein, Lithuania, Luxemburg, Malaysia, Malta,
Monaco, Montenegro, New Zealand, Norwegia, Perancis, Polandia, Portugal, Romania, Russia,
San Marino, Singapura, Slovakia, Slovenia, Spanyol, Swedia, Switzerland dan Ukraina.

Catatannya adalah hingga saat ini belum ada informasi resmi tentang kapan visa Umrah
maupun visa turis dibuka kembali.

HIMPUH - 6

Apakah akan terjadi kenaikan biaya visa Umrah?

Seperti yang kita ketahui bersama, sebelum pandemi Covid-19 biaya visa adalah SAR 687,19
atau setara dengan USD 185. Adapun komponen visa Umrah terdiri dari :

Komponen Biaya (SAR) Informasi yang Himpuh dapatkan, setidaknya


akan terjadi kenaikan biaya visa dikarenakan
Visa Fee SAR 300,00 pemerintah Saudi Arabia mengenakan
kebijakan baru, dimana semula transaksi
Asuransi SAR 189,00 dikenakan pajak pertambahan nilai (VAT)
sebesar 5%, kemudian berubah menjadi
Electronic Services SAR 93,19 15% berlaku per 1 Juli 2020. Selain itu bisa
jadi nantinya akan masuk komponen baru di
Transportation SAR 105,00 biaya visa, yaitu layanan bagasi.
Biaya Total Visa SAR 687,119

Adakah persyaratan khusus untuk jamaah Umrah?

Mengacu kepada informasi resmi Kementerian Haji dan Umrah Saudi Arabia pada tanggal 21
September 2020, persyaratan untuk jamaah di ketiga fase penyelenggaraan Umrah pada masa
pandemi adalah :

1. Hanya ​kelompok usia 18-65 tahun yang diperbolehkan melakukan Umrah pada
tahap awal.

2. Kunjungan ke Masjid Al Haram baik untuk shalat maupun berUmrah wajib dilakukan
melalui ​Aplikasi Umrah “EatMarna”​.

3. Mematuhi protokol kesehatan, dengan menerapkan instruksi dan persyaratan kesehatan,


seperti penggunaan masker, menjaga jarak aman dan tidak saling bersentuhan.

Catatan penting lainnya yang kemungkinan akan diterapkan untuk jamaah Umrah Internasional
yang dihimpun dari berbagai sumber oleh Himpuh adalah sebagai berikut :

1. Kementerian Agama RI akan memprioritaskan pemberangkatan bagi jamaah Umrah


yang tertunda keberangkatannya akibat dampak ditutupnya akses masuk ke Saudi
Arabia pada tanggal 27 Februari 2020.

2. Kementerian Kesehatan RI sedang membuat panduan protokol kesehatan di masa


pandemi Covid-19 untuk jamaah Umrah, diantaranya adalah pembatasan yang diizinkan
untuk peserta Umrah dari Indonesia adalah di rentang usia 20-50 tahun, serta kewajiban
karantina pra dan pasca keberangkatan.

3. Pemerintah Saudi Arabia mewajibkan jamaah Umrah memiliki sertifikat / bukti valid tes
PCR negatif yang dikeluarkan dari laboratorium terverifikasi tidak melebihi 72 jam
sebelum tiba di Saudi Arabia. Catatan : jika peraturan tentang pembatasan usia nantinya
berubah, tes PCR tidak berlaku untuk anak usia 8 tahun kebawah.

4. Perjalanan di tangguhkan (kecuali tamu dengan undangan resmi pemerintah) ke dan dari
India, Brazil, dan Argentina, termasuk siapa pun yang telah berada di negara-negara ini
dalam (14) hari terakhir sebelum kedatangan mereka ke Saudi Arabia.

HIMPUH - 7

5. Semua tamu harus mengisi dan menandatangani Formulir Penafian Kesehatan
kemudian menyerahkannya ke pusat kendali kesehatan setibanya di bandara Saudi
Arabia.

6. Tamu dengan komorbid (penyakit penyerta bawaan) : hipertensi, diabetes melitus,


penyakit jantung, penyakit paru obstruktif kronis, gangguan pernafasan lainnya, penyakit
ginjal, asma, penyakit hati, TBC, gangguan imun dan kanker, kemungkinan besar juga
akan ditolak untuk terbang ke Saudi Arabia. Hukuman denda hingga deportasi akan
diterima bagi tamu yang menyembunyikan kondisi kesehatannya. Ibu hamil bisa jadi
akan termasuk dalam penolakan ini.

7. Kuota bagi jamaah Umrah dari seluruh dunia akan dibatasi 10.000 visa per hari.

8. Semua tamu akan menjalani karantina mandiri selama 2 hari di rumah setelah tiba
di Saudi Arabia, kemudian mengikuti tes PCR di akhir periode. Jika uji PCR tidak
dilakukan, karantina mandiri di rumah dilanjutkan selama 7 hari.

9. Semua tamu harus mengunduh dan mendaftar di Aplikasi Tatamman dan Tawakkalna.

10. Tamu harus menetapkan lokasi rumah / penginapannya melalui aplikasi Tatamman
dalam waktu 8 jam setelah kedatangan.

Catatan :
Butir 7 s/d 9 perlu konfirmasi lebih lanjut apakah persyaratan ini untuk WN Saudi
Arabia yang kembali ke negaranya atau berlaku umum.

11. Tamu wajib memantau gejala COVID-19, dan segera menghubungi 937 jika ada gejala
yang muncul atau pergi ke pusat kesehatan primer atau darurat jika perlu.

12. Para tamu harus melakukan penilaian kesehatan harian di aplikasi Tatamman.

13. Tamu harus mengikuti prosedur kehati-hatian selama melakukan karantina mandiri di
rumah seperti yang dinyatakan dalam Formulir Penafian Kesehatan.

14. Jika seseorang yang berniat melakukan perjalanan ke Arab Saudi didiagnosis dengan
COVID-19 atau melakukan kontak dengan orang yang didiagnosis dengan COVID-19, ia
harus melaporkan kepada otoritas kesehatan di negaranya, dan tidak melakukan
perjalanan hingga 14 hari setelah diagnosis. Pelanggaran dapat dituntut dan akan
dikenakan denda sampai dengan SAR. 500.000, dan dimintai pertanggungjawaban atas
konsekuensi pelanggaran mereka terhadap orang lain.

15. Jarak sosial dan pelanggaran tindakan pencegahan dikenakan sanksi sebesar SAR.
1.000, termasuk tidak menggunakan masker wajah, tidak mempertahankan jarak sosial,
menolak pemeriksaan suhu di pintu masuk fasilitas umum atau pribadi, dan tidak
mematuhi protokol yang ditetapkan untuk orang dengan demam. Hukuman berlipat
ganda jika pelanggaran diulang.

HIMPUH - 8

Apakah pemerintah Indonesia sudah memiliki kebijakan khusus atas jamaah
yang tertunda keberangkatannya pasca penutupan Umrah 27 Februari 2020?

Pemerintah Indonesia dalam hal ini Kementerian Agama RI sudah melakukan mitigasi atas hal
tersebut. Tercatat pada tanggal 28 Februari 2020, Kementerian Agama RI, Kementerian
Koordinator PMK, Kementerian Perhubungan, perwakilan Maskapai Penerbangan dan Himpuh
serta asosiasi penyelenggara Umrah & Haji lainnya sudah melakukan pertemuan dengan hasil
sebagai berikut :

HIMPUH - 9

Lalu rapat kedua dilaksanakan pada awal April 2020, hasil selengkapnya sudah pernah
ditayangkan dan dapat di lihat kembali melalui link :
https://himpuh.or.id/blog/detail/93/mitigasi-pasca-penghentian-sementara-penyelenggaraan-ibad
ah-umrah-tahun-2020-akibat-pandemi-covid-19

Kemenag RI kembali akan mengadakan pertemuan pembahasan mitigasi Umrah 1442 H,


termasuk didalamnya rencana terhadap jamaah yang tertunda pasca ditutupnya Umrah 27
Februari lalu, pada tanggal 12-14 Oktober 2020 mendatang di Hotel Santika, Depok.

HIMPUH - 10

Kesimpulan

01 Pada tanggal 13 September 2020, Kementerian Dalam Negeri Saudi Arabia merilis
pernyataan resmi bahwa penerbangan Internasional ke wilayah Saudi Arabia untuk
keperluan Umrah & Wisata baru akan dibuka paling cepat 1 Januari 2020

02 Pemerintah Saudi Arabia sudah mempersiapkan segala hal berkenaan rencana


penyelenggaraan Umrah di masa pandemi Covid-19

03 Saudi Arabia memberikan sejumlah persyaratan bagi jamaah yang akan melaksanakan
ibadah Umrah dan menggunakan teknologi digital berbasis ​Artificial Intelligence untuk
pendaftaran, pembatasan usia, serta pelarangan terhadap jamaah dengan komorbid.

04 Penyelenggaraan Umrah akan dimulai secara terbatas pada 4 Oktober 2020 dan
diselenggarakan dalam 3 Fase.

05 Pada Fase ke-3 (1 November 2020), Umrah akan mulai diselenggarakan juga untuk
jamaah dari negara lain. Negara-negara yang berhak mengirimkan jamaahnya akan
ditentukan oleh otoritas berwenang Saudi Arabia.

06 Indonesia masih termasuk dalam daftar negara yang dicegah untuk mengirimkan
jamaah Umrahnya masuk ke wilayah Saudi Arabia

07 Saudi Arabia memberikan sejumlah persyaratan bagi jamaah yang akan melaksanakan
ibadah Umrah dan menggunakan teknologi digital berbasis ​Artificial Intelligence untuk
pendaftaran

08 Visa Umrah akan diberikan dengan penyertaan penginapan dan transportasi dalam
bentuk paket, melibatkan ​Online Travel Agent Saudi Arabia yang memiliki konsep
Business​ to ​Customer​.

09 Per 1 Juli 2020 pemerintah Saudi Arabia memberlakukan ketetapan soal pajak
pertambahan nilai yaitu dari semula 5% menjadi 15%. Dampaknya berbanding lurus
dengan komponen biaya Umrah : visa, penerbangan, penginapan, transportasi darat.

10 Selama belum ditemukan vaksin Covid-19, tes PCR menjadi sebuah kewajiban untuk
seluruh tamu yang akan mengunjungi Saudi Arabia kecuali anak usia di bawah 8 tahun.

11 Pemerintah Indonesia akan memprioritaskan keberangkatan Umrah bagi jamaah yang


tertunda akibat penutupan Umrah 27 Februari 2020.

HIMPUH - 11

Catatan Penting

Tidak kalah penting untuk Himpuh sampaikan kepada seluruh anggota adalah mengenai
tantangan penyelenggaraan Umrah di masa mendatang. Ada beberapa catatan mengenainya
yaitu :

1. Pelaksanaan Umrah di masa pandemi Covid-19.

2. Penanganan Covid-19 di Indonesia.

3. Kenaikan biaya Umrah yang tidak terelakan sebagai dampak diberlakukannya protokol
kesehatan Covid-19.

4. Regulasi pihak terkait di Indonesia yang belum menjangkau kondisi sesungguhnya di


lapangan.

5. Melemahnya daya beli masyarakat Indonesia.

6. Konsep ​open market​ yang diterapkan Saudi Arabia.

Pelaksanaan Umrah di masa pandemi penyakit Covid-19 sudah terbahas secara jelas di awal
tulisan ini. Walaupun terjadi dualisme informasi, Kementerian Dalam Negeri Saudi Arabia
menyatakan penerbangan Internasional baru akan dimulai paling cepat 1 Januari 2021, disisi
lain Kementerian Haji dan Umrah Saudi Arabia sudah mulai menyelenggarakan Umrah dalam 3
fase yang akan diakhiri dengan pembukaan penyelenggaraan Umrah untuk warga negara
lainnya dimulai pada 1 November 2020, yang perlu menjadi perhatian seluruh anggota Himpuh
adalah, ​Saudi Arabia belum merilis negara mana saja yang diizinkan mengirim jamaah
Umrahnya, dan terdapat sejumlah persyaratan ketat untuk calon jamaah Umrah​.

Penanganan Covid-19 di Indonesia akan menjadi tantangan tersendiri dan akan mempengaruhi
pertimbangan Saudi Arabia dalam mengizinkan jamaah Umrah asal Indonesia. ​Anggota
Himpuh harus terlibat aktif dalam kampanye penanganan Covid-19 di Indonesia​, yang
bisa dimulai dari sosialisasi dan edukasi di komunitas jamaah masing-masing tentang
pentingnya mentaati protokol kesehatan yang dicanangkan pemerintah kita.

Penerapan protokol kesehatan (Covid-19) yang ketat oleh otoritas Saudi Arabia secara
langsung ​akan berdampak terhadap biaya penyelenggaraan Umrah itu sendiri.
Penerbangan hanya diizinkan dengan kapasitas kursi terisi hingga 70%, hotel di Mekkah dan
Madinah wajib menyediakan fasilitas tambahan terkait protokol kesehatan dengan hunian
maksimal 2 (dua) orang perkamar, transportasi lokal dengan maksimal kapasitas 50%,
kewajiban tes PCR bagi jamaah Umrah, itu semua akan menyebabkan kenaikan biaya. Belum
lagi kebijakan perpajakan di Saudi Arabia dimana per 1 Juli 2020 dinaikan dari 5% menjadi
15%. Hal ini agar juga menjadi perhatian khusus bagi seluruh anggota Himpuh dalam
menentukan harga jual paket Umrahnya.

Sementara itu regulasi yang diciptakan instansi terkait di Indonesia ​belum mampu untuk
menjawab tantangan penyelenggaraan Umrah di masa depan​. Penyelenggara Umrah
(PPIU) dibelenggu dengan aturan-aturan yang tidak relevan dengan kondisi kekinian. Ditambah
UU Cipta Kerja ‘Omnibus Law’ yang jelas akan mempermudah (baca : dipermudah) pihak asing
untuk menjadi kompetitor PPIU lokal. Penegakan atas aturan pun masih kurang bisa dirasakan
hasilnya oleh PPIU, dimana penyelenggara Umrah ilegal masih bebas untuk beroperasi, dan
belum ada sanksi tegas terhadap PPIU yang memfasilitasi penyelenggara ilegal tersebut.
Dalam hal ini Himpuh akan terus berpartisipasi aktif dan menyuarakan kepentingan anggota
kepada regulator terkait.

HIMPUH - 12

Pandemi Covid-19 yang melanda seluruh dunia ternyata juga memiliki dampak ekonomi dan
sosial. Roda perekonomian melambat, perusahaan-perusahaan tidak memiliki sumber
pendapatan, sehingga harus mengambil kebijakan yang kemudian efeknya adalah karyawan
harus berkurang atau bahkan kehilangan penghasilannya. Indonesia sendiri sudah berkutat
kurang lebih 8 bulan dengan kondisi ini. Dan pada akhirnya Menteri Keuangan RI, ​Sri Mulyani,
dalam  konferensi  pers  APBN  pada  tanggal  22  September  2020  lalu  menyatakan  bahwa  per 
September  2020  ini,  pertumbuhan  ekonomi  Indonesia  ada  di  rentang  minus  2,9  persen  -  minus 
1,0  persen.  Secara umum dapat Himpuh sampaikan bahwa, pada kuartal berikutnya masyarakat 
akan  lebih  memprioritaskan  pengeluaran  untuk  kebutuhan  primernya  dibanding  kebutuhan 
lainnya.  Artinya,  anggota  Himpuh  harus  bersiap  menerima  kenyataan  lesunya  pasar  Umrah 
kelak, dan hal ini akan berlangsung tidak sebentar. 
 
Terakhir  adalah  konsep  ​open  market  yang  diusung  pemerintah  Saudi  Arabia  dalam 
per-Umrahan.  Konsep  ini  bukan  datang tiba-tiba namun sudah dipersiapkan sejak tahun 1422 H, 
20 tahun yang lalu! Perhatikan baik-baik skema di bawah ini : 
 

Dan kini saatnya sudah dimulai! Saudi Arabia membuka akses langsung ke pasar (jamaah)
Indonesia, tanpa melibatkan PPIU dan belum tersentuh oleh regulasi lokal di Indonesia!

Open Market diawali dengan pengukuhan Saudi Global Distribution System (SGDS) sebagai
satu-satunya pintu masuk ke dunia Umrah di Saudi Arabia. SGDS adalah ​booking engine /
mesin reservasi elektronik, yang ditujukan untuk memasarkan jasa bagi tamu-tamu yang akan
masuk ke Saudi Arabia baik untuk keperluan Umrah maupun ziarah (kunjungan/turis), ​melalui
Online Travel Agent (OTA) Saudi Arabia maupun Internasional​. Konsep ini terkait erat
dengan Visi 2030 Saudi Arabia yang menargetkan 100 juta kunjungan TURIS per tahun.

Saat ini sudah terdapat 31 OTA yang terintegrasi dengan SGDS (200 OTA lainnya dalam
proses), 750 perusahaan Umrah lokal / ​muassasah ​Visa, 6.500 vendor yang terdiri dari hotel,
transportasi darat, restoran, dan kedepannya SGDS akan terintegrasi juga dengan
maskapai-maskapai penerbangan.

HIMPUH - 13

Lalu apakah PPIU Indonesia akan betul-betul gigit jari? Jawabannya adalah tergantung
seberapa besar keinginan PPIU itu sendiri untuk tetap eksis. Himpuh tidak tinggal diam dan
sudah mempersiapkan konsep-konsep untuk menghadapi tantangan ini. Kata kuncinya adalah :
kolaborasi. Kolaborasi seluruh anggota Himpuh, kolaborasi dengan PPIU lainnya, kolaborasi
dengan regulator, bahkan juga kolaborasi dengan OTA Saudi Arabia. Ingatlah selalu bahwa
selaku pengusaha, anggota Himpuh harus mampu membaca kesempatan dan peluang.
Hambatan adalah tantangan!

SGDS memberikan peluang PPIU untuk berintegrasi di dalamnya, baik melalui OTA, melalui
Perusahaan lokal Saudi Arabia atau yang terendah sebagai ​broker / perantara saja. Tentunya
masing-masing level mempunyai hak dan kewajiban yang berbeda.

Demikian informasi ini disampaikan, sebagai persembahkan Himpuh untuk seluruh anggota
tercinta. Tetap semangat, yakin lah Allah selalu bersama orang-orang yang berusaha, bersabar
dan bersyukur.

“ ​Alhamdulillaah, Alhamdulillaah, Alhamdulillaah, ucapkanlah terus hingga


engkau tak mampu mengucapkannya ”

Jakarta, 11 Oktober 2020

- HIMPUH

HIMPUH - 14

Lampiran-lampiran

HIMPUH - 15

HIMPUH - 16

HIMPUH - 17

HIMPUH - 18

HIMPUH - 19

HIMPUH - 20

HIMPUH - 21

HIMPUH - 22

HIMPUH - 23

HIMPUH - 24

Anda mungkin juga menyukai