Anda di halaman 1dari 44

Pemerintah Kota Bogor

Provinsi Jawa Barat

Rencana Kontingensi Bencana Tanah


Longsor

Disusun Tahun 2022

1i
LEMBAR PENGESAHAN PIMPINAN DAERAH

Surat Keputusan/Peraturan Kepala Daerah:

1. komitmen pengerahan sumberdaya secara optimal untuk penanganan kedaruratan

2. tanggal mulai berlaku,

3. tanggal kadaluarsa,

4. jadwal pemutakhiran

5. klausul yang mewajibkan semua pihak mematuhi perencanaan kontingensi

2i
RINGKASAN EKSEKUTIF

Ringkasan eksekutif disusun maksimal 2 halaman yang terdiri dari 4 hal yaitu:

a. Ringkasan tentang latar belakan dan mandat perencanaan kontingensi. Bagian ini
merupakan ringkasan dari BAB II.
b. Ringkasan tentang karakteristik bahaya, skenario kejadian dan asumsi dampak. Bagian ini
merupakan ringkasan dari BAB II.
c. Penjelasan ringkas tentang tata kelola dan tata laksana penanganan kedaruratan. Bagian
ini merupakan ringkasan dari BAB III s/d BAB VI.
d. Penjelasan yang menegaskan kegiatan tindak lanjut yang harus dilakukan setelah
penyusunan perencanaan kontingensi. Bagian ini merupakan ringkasan dari BAB VII

3i
DAFTAR ISTILAH DAN SINGKATAN

Bagian ini memuat penjelasan istilah-istilah dan singkatan yang digunakan dalam Dokumen
Rencana Kontingensi untuk mempermudah pemahaman pembaca. Pengertian istilah tersebut
merujuk pada pengertian dan atau definisi yang ada dalam peraturan-peraturan dari pemerintah
atau pemerintah daerah. Apabila terdapat pengertian istilah lain, pemerintah daerah dapat
memberikan pengertian sesuai dengan konteksnya.

4i
DAFTAR ISI

LEMBAR PENGESAHAN PIMPINAN DAERAH ii


RINGKASAN EKSEKUTIF iii
DAFTAR ISTILAH DAN SINGKATAN iv
DAFTAR ISI v
BAB I PENDAHULUAN 1
1.1. Latar Belakang 1
1.2. Landasan Hukum 1
1.3. Maksud dan Tujuan 1
1.4. Ruang Lingkup 1
1.5. Kebijakan dan Strategi 2
1.6. Pendekatan, Metode, dan Tahapan Proses 3
1.7. Umpan Balik 3
1.8. Masa Berlaku dan Pemutakhiran 3
1.9. Konversi Rencana Kontingensi menjadi Rencana Operasi 4
BAB II. SITUASI 5
2.1. Karakteristik Bahaya 5
2.2. Skenario Kejadian 6
2.3. Asumsi Dampak 8
BAB III. TUGAS POKOK DAN FUNGSI POKOK ORGANISASI KOMANDO PENANGGULANGAN
DARURAT BENCANA 12
3.1. Tugas Pokok 12
3.2. Sasaran 12
BAB IV PELAKSANAAN 13
4.1. Konsep Operasi dan Sasaran Tindakan 13
4.2. Struktur Organisasi Komando 14
4.3. Fungsi dan Kegiatan Pokok 15
4.4. Tugas-Tugas Bidang 15
4.5. Instruksi Koordinasi 17
BAB V ADMINISTRASI DAN LOGISTIK 19
5.1. Administrasi 19
5.2. Logistik 20
BAB VI PENGENDALIAN 20
6.1. Komando 20
6.2. Kendali 21
6.3. Koordinasi 21
6.4. Komunikasi 21
6.5. Informasi 22
BAB VII RENCANA TINDAK LANJUT 23
7.1. Komitmen Parapihak dalam Penanganan Kedaruratan 23
7.2. Penyiapan Kesiapsiagaan 23
LAMPIRAN 24
Lampiran 1. Konversi Rencana Kontingensi menjadi Rencana Operasi: Penyusunan Rencana
Operasi Penanganan Darurat 24
Lampiran 2. Proyeksi Wilayah dan Penduduk Terdampak 25
Lampiran 3. Susunan Pelaksana Tugas 25
Lampiran 4. Jaring Komunikasi 26
Lampiran 5. Estimasi Ketersediaan dan Kebutuhan Sumberdaya 27
Lampiran 6. Album Peta 27

5i
Lampiran 7. Mata Rantai Peringatan Dini 27
Lampiran 8. Rencana Evakuasi 27
Lampiran 9. SOP / Protap 27
Lampiran 10. Lembar Komitmen 27
Lampiran 11. Lembar Berita Acara Penyusunan 28
Lampiran 12. Profil Lembaga/Organisasi 29

6i
BAB I PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang


Bagian ini menjelaskan latar belakang dan urgensi perencanaan kontingensi bagi daerah.

1. Gambaran umum daerah

2. Gambaran risiko bahaya

3. Gambaran umum urgensi perencanaan kontingensi, yaitu memberikan perlindungan dan rasa
aman kepada masyarakat.

1.2. Landasan Hukum


Regulasi yang dirujuk dalam perencanaan kontingensi, yaitu;

1. Undang-Undang

2. Peraturan Pemerintah

3. Peraturan/Instruksi/Keputusan Presiden

4. Peraturan/Keputusan/Instruksi Tingkat Kementerian

5. Peraturan BNPB

6. Peraturan Daerah

7. Peraturan/Keputusan Kepala Daerah

1.3. Maksud dan Tujuan


Narasi yang menyatakan tentang maksud dan tujuan atau manfaat penyusunan perencanaan
kontingensi bagi daerah yang bersangkutan.

Contoh:
Dokumen rencana kontingensi ini disusun sebagai landasan strategi, operasional, dan pedoman
dalam penanganan darurat bencana tsunami akibat gempabumi megathrust Jawa Timur dan
sebagai dasar untuk pengerahan sumberdaya dari seluruh pemangku kepentingan yang terlibat
dalam penanganan darurat bencana di wilayah Kabupaten Malang.

1.4. Ruang Lingkup


Yaitu penjelasan tentang ruang lingkup atau cakupan dokumen Rencana Kontingensi. Ruang
lingkup Rencana Kontingensi terdiri dari 3 (tiga) hal, yaitu:

1. Lingkup Bahaya dan Risiko Bencana, yaitu jenis bahaya/ancaman bencana yang disusun

7i
perencanaan kontingensinya.

2. Lingkup Wilayah Risiko, yaitu menjelaskan batas penanganan yang dikelola penanganan
kedaruratannya, seperti desa, kabupaten, provinsi, nasional, atau berbasis kawasan.

3. Lingkup Pelaksana Aksi, yaitu menjelaskan tata kelola dan tata laksana penanganan
kedaruratan. Selain pemerintah sebagai pemangku pemangku utama, semua pemangku
kepentingan penanggulangan bencana, baik lembaga usaha, kelompok masyarakat, perguruan
tinggi, dan lembaga non-pemerintah lainnya, yang dilibatkan dalam penanganan kedaruratan.

Contoh:
Ruang lingkup rencana kontingensi ini mencakup hal-hal yang perlu dilaksanakan untuk
menghadapi kemungkinan terjadinya peristiwa dan situasi darurat bencana tsunami akibat
gempabumi megathrust Jawa Timur di wilayah Kabupaten Malang, yaitu:
a. Pengumpulan data dan informasi dari berbagai unsur baik Pemerintah, Swasta, Lembaga
Non Pemerintah, dan Masyarakat
b. Pembagian peran dan tanggung jawab antar sektor
c. Proyeksi kebutuhan lintas sektor
d. Identifikasi, inventarisasi dan penyiapan sumber daya dari setiap sektor.
e. Pemecahan masalah berdasarkan kesepakatan-kesepakatan dan komitmen untuk
melakukan peninjauan kembali/kaji ulang Rencana Kontingensi, jika tidak terjadi bencana,
termasuk dilaksanakan geladi sebagai metode/alat uji coba rencana kontingensi.

1.5. Kebijakan dan Strategi


Bagian ini menjelaskan Kebijakan dan Strategi Penanganan Kedaruratan Daerah. Bagi daerah yang
sudah memiliki dokumen Rencana Penanggulangan Kedaruratan Bencana (RPKB), penanganan
kedaruratan dapat merujuk pada kebijakan dan strategi yang telah ditetapkan.

Kebijakan. Tanggap darurat mewujudkan pemberian hak masyarakat (yang dijamin dalam UU
Penanggulangan Bencana), yakni mendapatkan perlindungan sosial dan rasa aman, khususnya
bagi kelompok masyarakat rentan bencana; dimana setiap orang yang terkena bencana berhak
mendapatkan bantuan pemenuhan kebutuhan dasar.

Prinsip-prinsip penanggulangan bencana yakni cepat dan tepat, prioritas, koordinasi dan
keterpaduan, berdaya guna dan berhasil guna; transparansi dan akuntabilitas; kemitraan,
pemberdayaan, nondiskriminatif, dan nonproseliti.

Strategi. Penyelenggaraan penanggulangan bencana pada saat tanggap darurat meliputi:


pengkajian secara cepat dan tepat terhadap lokasi, kerusakan, dan sumber daya; penentuan
status keadaan darurat bencana; penyelamatan dan evakuasi masyarakat terkena bencana;
pemenuhan kebutuhan dasar; perlindungan terhadap kelompok rentan; dan pemulihan dengan
segera prasarana dan sarana vital.

8i
Contoh:
Kebijakan penanganan darurat bencana adalah arahan/pedoman umum yang bersifat mengikat
bagi para pihak yang terlibat sesuai dengan tugas dan fungsinya serta Struktur Komando
Penanganan Darurat Bencana dalam melaksanakan tugas pokok dan operasinya. Kebijakan-
kebijakan tersebut adalah sebagai berikut;
1) Menetapkan koordinasi pelaksanaan Penanggulangan Bencana (PB) secara terencana,
terpadu dan menyeluruh,
2) Memberikan perlindungan pada masyarakat terdampak,
3) Optimalisasi pos anggaran Biaya Tidak Terduga (BTT) APBD tahun berjalan untuk
penanggulangan kedaruratan bencana (PKB),
4) Mengajukan pendampingan dan fasilitas Dana Siap Pakai (DSP) kepada Pemerintah Pusat
melalui BNPB,
5) Membuka jejaring bantuan dari masyarakat, swasta, lembaga non pemerintah, dan luar
negeri,
6) Melibatkan masyarakat, relawan dan pemberi bantuan dalam pencarian dan pertolongan.
7) Membebaskan seluruh biaya pelayanan kesehatan untuk masyarakat terdampak bencana.
8) Melaksanakan sosialisasi dan pendampingan pemenuhan kebutuhan masyarakat pasca
bencana
9) Melakukan monitoring dan evaluasi penanganan penanggulangan bencana.

Strategi penanganan kedaruratan bencana adalah pedoman pelaksanaan umum bagaimana


kebijakan diimplementasikan selama operasi guna mencapai efektifitas kebijakan. Strategi-strategi
tersebut adalah;
1) Mengaktifkan Sistem Komando Penanggulangan Darurat Bencana (SKPDB),
2) Meningkatkan akses informasi satu data dalam penanganan penanggulangan bencana,
3) Melaksanakan pencarian dan pertolongan jiwa yang terdampak,
4) Memenuhi kebutuhan dasar masyarakat terdampak
5) Perbaikan sarpras vital serta pemulihan fungsi layanan umum dan layanan pemerintahan
diwilayah terdampak bencana,
6) Pembuatan pos bantuan,
7) Pengerahan personil pencarian dan pertolongan yang terlatih, sarana pencarian dan
evakuasi yang mencukupi dengan melibatkan masyarakat, relawan dan pemberi bantuan,
8) Pemanfaatan semua fasilitas umum yang aman milik pemerintah atau masyarakat sebagai
tempat evakuasi,
9) Pengobatan gratis bagi korban bencana dan Psychological First Aid,
10) Mendistribusikan cadangan logistik untuk pemenuhan kebutuhan dasar masyarakat
terdampak bencana,
11) Monitoring dan evaluasi penanganan penanggulangan bencana disemua sektor.

1.6. Pendekatan, Metode, dan Tahapan Proses


Bagian ini menjelaskan metode-strategi dalam penyusunan perencanaan kontingensi, yaitu;

1. Pendekatan dan metode yang dalam penyusunan (partisipatif)

2. Tahapan proses/kegiatan penyusunan

3. Para Pihak yang terlibat dalam penyusunan

9i
Contoh:
Pendekatan partisipatif dilakukan untuk memastikan bahwa penyusunan rencana kontingensi ini
disepakati para pihak yang terlibat dalam penangganan darurat bencana erupsi Gunungapi Rinjani-
Barujari.
Kegiatan penyusunan rencana kontingensi ini dilakukan dengan tahapan sebagai berikut:
1. Penyamaan persepsi terhadap semua pelaku penanggulangan bencana tentang pentingnya
rencana kontingensi erupsi Gunungapi Rinjani-Barujari.
2. Pengumpulan data dan pembaruan: Pengumpulan data dilakukan pada semua sektor
penanganan bencana dan lintas administratif.
2. Verifikasi data: Analisa data sumberdaya yang ada dibandingkan proyeksi kebutuhan
penanganan bencana saat tanggap darurat.
3. Penyusunan dokumen rencana kontingensi, pembahasan dan perumusan dokumen rencana
kontingensi disepakati dalam wokshop yang meliputi penilaian karakteristik bahaya dan
penentuan kejadian, pengembangan skenario, penyusunan kebijakan dan strategi,
perencanaan sektoral dan rencana tindak lanjut.
4. Penandatanganan komitmen, public hearing/konsultasi publik hasil rumusan rencana
kontingensi: Penyebaran/ diseminasi dokumen rencana kontingensi kepada pelaku
penanggulangan bencana (multi stake holder).

1.7. Umpan Balik


Bagian ini menjelaskan tentang peluang pemutakhiran/penyempurnaan dari parapihak.
Pemutakhiran terkait dengan data-data terbaru dan metode pemutakhiran/penyempurnaan.
Inisiatif reviu dan pemutakhiran perencanaan kontingensi dapat dikoordinasikan melalui BPBD
Provinsi Papua atau organisasi perangkat daerah yang memiliki tugas dan fungsi penanggulangan
bencana di daerah.

Contoh:
Untuk memastikan rencana kontingensi sesuai dengan situasi dan kondisi yang terbarukan maka
diperlukan masukan-masukan terutama terkait data-data, sehingga perlu dilakukan dengan
lokakarya atau rapat konsultasi. Inisiatif reviu dan pemutakhiran perencanaan kontingensi dapat
dikoordinasikan melalui BPBD Provinsi Papua.

1.8. Masa Berlaku dan Pemutakhiran


Bagian ini menjelaskan masa berlaku dan pemutakhiran perencanaan kontingensi. Secara umum
masa berlaku atau waktu yang harus dilakukan pemutahiran adalah 3 tahun. Pemutakhiran
sebelum masa berlaku dapat dilakukan dengan mempertimbangkan; adanya perubahan faktor
risiko (ancaman, kerentanan, dan kapasitas) dan adanya kejadian bencana di daerah.

Contoh:
Dokumen rencana kontingensi erupsi Gunungapi Rinjani-Barujari berlaku selama 3 (tiga) tahun.
Agar rencana kontingensi sesuai dengan situasi terbaru seperti misalnya: perubahan dinamika

10i
skala bencana, perubahan besaran dan bentuk atau jenis kerentanan, perubahan kapasitas atau
kemampuan sumberdaya maka dapat dilakukan kaji ulang atau update sesuai kebutuhan.

1.9. Konversi Rencana Kontingensi menjadi Rencana Operasi


Bagian ini menjelaskan penegasan perencanaan kontingensi sebagai basis penyusunan rencana
operasi.

Contoh:
Rencana kontingensi ini menjadi dasar dalam menyusun rencana operasi penanganan
kedaruratan erupsi Gunungapi Rinjani-Barujari. Aktivasi rencana kontingensi dilakukan setelah
mendapatkan data dan analisis kaji cepat bencana.

11i
BAB II. SITUASI

2.1. Karakteristik Bahaya


Bagian ini menjelaskan tentang karakteristik bahaya dan faktor-faktor risiko yang dituangkan
berdasarkan data analisa resmi dari lembaga kompeten dan kredibel. Karakter bahaya setidaknya
memberikan informasi tentang pemicu, tanda-tanda, unsur yang mengancam, frekuensi, periode,
durasi, tipe, kecepatan, jarak, dan lainnya. Perlu disampaikan juga kategori bahaya, apakah
berangsur / lambat (slow onset) atau tiba-iba / mendadak (rapid onset). Bagaimana system
peringatan dini yang ada, layanan informasi tentang bahaya tersebut dan lainnya. Karakter bahaya
ini akan berkaitan dengan masalah yang ditimbukannya, dan berujung pada dampaknya. Setiap
bahaya mempunyai karakter yang dipengaruhi oleh sumberdaya yang ada di lokasi tersebut.

Contoh:
Karakteristik Bahaya Bencana Tsunami yang dipicu gempabumi megathrust Jawa Timur
Kabupaten Malang
Generator gempa yang dapat memicu tsunami di selatan Provinsi Jawa Timur adalah zona
subduksi lempeng Australia dan Eurasia. Potensi kegempaan zona subduksi di Jawa, termasuk
Jawa Timur, besar kemungkinan mengikuti pola isolated locked-zone di batas subduksi Jawa, yaitu
gempa yang akan datang kemungkinan terjadi di daerah yang terdapat seismic gap (zona dengan
seismisitas rendah) di sepanjang zona seismik yang sempit (Pusgen, 2017). Data seismisitas
BMKG menunjukkan adanya zona seismik gap di selatan Jawa Timur. Zona seismik gap perlu
diwaspadai karena pada zona ini seharusnya relatif aktif secara tektonik, tetapi jarang terjadi
gempa signifikan dalam jangka waktu yang lama. Kondisi ini dikhawatirkan terjadi akumulasi energi
gempa, sehingga dapat terjadi gempa dengan magnitude yang tinggi serta dapat memicu tsunami
yang lebih besar.
Berdasarkan pengkajian dan modelling BMKG (2021) wilayah pesisir selatan Jawa tsunami yang
dipicu oleh gempabumi. Secara geologis, jarak garis pantai selatan Jawa dengan zona
pertumbukan (subduction zone) 200-250 km di mana pertumbukan 2 (dua) lempeng benua
Lempeng Indo-Australia dan Lempeng Benua Eurasia. Pertumbukan terjadi karena Lempeng Indo-
Australia yang bergerak ke utara menunjam Lempeng Benua Eurasia dengan kecepatan ± 7
cm/tahun.

12i
Gambar…. Sumber Gempabumi Pemicu Tsunami dan Distribusi Gempa Bumi 2001-2020 (BMKG, 2021)

BMKG mencatat tiga kejadian yang dipicu oleh gempa di zona subduksi selatan Jawa Timur, yaitu
tahun 1859 (M 7,5) di selatan Kabupaten Pacitan serta tahun 1985 dan 1994 (M 7,8) di selatan
Banyuwangi (BMKG, 2019). Gempa tahun 1994 memicu terjadinya tsunami dengan tinggi
gelombang 13,9 meter dan menelan korban jiwa sekitar 250 orang. Di Kabupaten Malang, Desa
Tambakrejo, Kecamatan Sumbermanjing Wetan tercatat memiliki riwayat diterjang tsunami pada
tahun 1996 dan 2004.

Mengikuti modeling skenario terburuk tsunami akibat gempa megatrust BMKG tersebut diatas,
potensi gempabumi berkekuatan 8,7-8,8 berpotensi memicu tsunami di selatan Pulau Jawa, di
Jawa Timur wilayah berpotensi terdampak mencakup Kabupaten Pacitan, Kabupaten Trenggalek,
Kabupaten Tulungagung, Kabupaten Blitar, Kabupaten Malang, Kabupaten Lumajang, Kabupaten
Jember, wilayah pantai selatan dan pantai timur Banyuwangi, dan Kabupaten Situbondo. Di
Kabupaten Malang sendiri, 6 kecamatan dan 20 desa berpotensi terdampak tsunami akibat
gempabumi megathrust ini.

13i
2.2. Skenario Kejadian
Bagian ini memuat perincian skenario kejadian. Bagian ini juga memuat tentang bahaya primer
dan bahaya sekunder. Skenario dikembangkan dengan menggunakan perkiraan skenario yang
didasarkan dari data dan analisis resmi dari lembaga yang memiliki otoritas maupun memiliki
kompetensi dan kredibilitas. Pengembangan skenario juga dapat mempertimbangkan sejarah
kejadian bencana terburuk yang pernah terjadi. Penyajian Skenario Kejadian dapat dilengkapi
dengan tabel.

Contoh:
Kejadian gempabumi megathrust berpotensi memicu tsunami di selatan Pulau Jawa. Nilai
magnitude maksimum yang dipakai dan yang mungkin terjadi serta lokasi titik pusat gempa
mengadopsi skenario terburuk yang dibuat oleh Badan Meteorologi dan Geofisika (BMKG).

Gambar …. Peta Bahaya Tsunami Skenario Terburuk, Pantai Sendang Biru & Sekitarnya Kab. Malang (BMKG, 2021)

Ringkasan Skenario Kejadian

Waktu kejadian Tsunami terjadi pada hari Minggu, siang harI

Lokasi Pesisir pantai wilayah selatan Kabupaten Malang:


Pantai Clungup, Pantai Sendang Biru, __

Pemicu Kejadian Gempa berdurasi 20 detik dengan skala magnitude 8,7 – 8,8
atau Skala MMI V – VII, terjadi di zona subduksi megathrust Jawa
Timur: koordinat 10,23 LS dan 110,39 BT, Kedalaman 18 Km

Bahaya primer Reruntuhan akibat gempa dan terjangan gelombang tsunami. Tinggi

14i
gelombang maksimal 17-20 meter, kedatangan landaan tsunami ke
wilayah terdampak 17-20 menit

Peringatan Dini Peringatan dini potensi bencana tsunami dari BMKG dikeluarkan 5
Bencana menit setelah kejadian gempa

Cakupan wilayah 6 kecamatan dan 20 desa, yang terdiri dari;


terdampak

Bahaya sekunder Wabah atau sumber penyakit dari pembusukan bahan organik pada
sisa-sisa genangan tsunami.

Bahaya pendamping Epidemi atau Pandemi COVID-19

2.3. Asumsi Dampak


Bagian ini memuat tentang perkiraan akibat atau dampak langsung dari kejadian bencana sesuai
Skenario Kejadian yang ditetapkan. Identifikasi akibat/dampak langsung dituangkan dalam 5
aspek, yaitu kependudukan, fisik/infrastruktur, ekonomi, lingkungan, dan layanan
publik/pemerintahan. Identifikasi dampak langsung menjadi pertimbangan penyusunan sektor-
sektor atau bidang dan kegiatan penanganan kedaruratan. Asumsi dampak dapat disajikan dalam
format tabel.
1. Aspek Kependudukan, yaitu perkiraan tentang jumlah dan kondisi (meninggal, luka,
mengungsi). Detail data terpilah sebaiknya dirincikan dalam Lampiran Proyeksi Wilayah
dan Penduduk Terdampak. Data pilah penduduk dapat disajikan berdasarkan jenis
kelamin, usia, kerentanan; bayi, balita, bumil, busui, sakit, lansia, difabel, maupun
penduduk dengan komorbid.
2. Aspek Fisik/Infrastruktur, yaitu perkiraan jenis dan jumlah kerusakan atau perubahan
fisik infrastruktur. Selain permukiman penduduk, bagian ini juga merincikan jenis
infrastruktur publik vital yang mengalami kerusakan, seperti jalan, jembatan, jaringan listrik,
jaringan air, fasilitas energi, jaringan komunikasi, tempat ibadah, sarana pendidikan,
tempat pelayanan kesehatan, dan lainnya. Bentuk kerusakan dinilai dalam 3 kategori, yaitu
ringan, sedang, dan berat/hilang.
3. Aspek Ekonomi, yaitu perkiraan bentuk-bentuk kehilangan aset dan gangguan fungsi
ekonomi yang rusak atau tidak berfungsi.
4. Aspek Lingkungan, yaitu bentuk kerusakan/gangguan lingkungan hidup, baik kuantitas
maupun kualitasnya. Elemen lingkungan, meliputi air, udara, tanah, vegetasi dan lainnya.
5. Aspek Layanan Publik/Pemerintahan, yaitu perkiraan gangguan fungsi layanan publik
vital. Layanan publik tersebut meliputi; layanan administrasi pemerintahan
desa/kelurahan/daerah, layanan kesehatan, layanan pendidikan, , layanan ibadah dan
lainnya

Contoh:
A. Aspek Kependudukan
Asumsi jumlah penduduk yang akan terdampak langsung di tiga Kabupaten di Pulau Lombok
berdasarkan Kajian Risiko Bencana Tahun 2020 adalah sekitar 4.093 KK, 20.467 jiwa, terdiri dari
10.457 laki-laki, 12.375 perempuan. Jumlah penduduk terluka sekitar 91 orang, terdiri dari luka
ringan 68 orang, luka berat 23 orang, dan meninggal dunia 3 orang. Sedangkan jumlah wisatawan

15i
domestik terdampak diperkirakan sekitar 1.883 orang dan wisatawan mancanegara sekitar 129
orang (Laporan Pengunjung Gunung rinjani National Park 2020).
Berikut asumsi jumlah penduduk terdampak yang tersebar di Kabupaten Lombok Timur,
Kabupaten Lombok Tengah, dan Kabupaten Lombok Utara.
1. Kabupaten Lombok Timur
Asumsi lokasi terparah berada di Kecamatan Sembalun (Desa Sembalun Lawang, Desa Sembalun
Bumbung, Desa Sembalun Timbang Gading, Desa Sembalun), Kecamatan Suela (Desa Bebidas),
Kecamatan Wanasaba (Desa Karang Baru), Kecamatan Aik Mel (Desa Lanek Daya), Kecamatan
Pringgasela (Desa Timba Nuh, Desa Jurit Baru, Desa Pengadangan Barat), Kecamatan Sikur
(Desa Kembang Kuning, Desa Tete Batu, Desa Jeruk Manis, Desa Tete Batu Selatan), Kecamatan
Montong Gading (Desa Perian, Desa Jenggik Utara, Desa Pesanggrahan, Desa Pringgajurang
Utara) dengan jumlah penduduk terancam sebanyak 12.328 atau 16,5% dari jumlah penduduk
keseluruhan (16,5% x 74.370 jiwa). Adapun perkiraan dampak korban yang ditimbulkan sebagai
berikut:
Jiwa terancam : 12.328 orang (16,5% dari jumlah penduduk keseluruhan)
Meninggal : 1 orang
Hilang : 3 orang
Mengungsi : 11.173 orang (± 90% dari jumlah jiwa terancam)
Luka berat : 13 orang
Luka ringan : 51 orang

2. Kabupaten Lombok Tengah


Asumsi lokasi terparah berada di Kecamatan Batu Keliang Utara (Desa Karang Sidemen, Desa
Lantan, Desa Aik Berik, Desa Setiling) dan Kecamatan Kopang (Desa Aik Buai, Desa Waje
Geseng) dengan jumlah penduduk terancam sebanyak 6.563 atau 15% dari jumlah penduduk
keseluruhan (15% x 43.742 jiwa). Adapun perkiraan dampak korban yang ditimbulkan sebagai
berikut:
Jiwa terancam : 6.563 orang (15% dari jumlah penduduk keseluruhan)
Meninggal : 1 orang
Hilang :0
Mengungsi : 5.704 orang (± 87% dari jumlah jiwa terancam)
Luka berat : 7 orang
Luka ringan : 12 orang

3. Kabupaten Lombok Utara


Asumsi lokasi terparah berada di Kecamatan Bayan (Desa Sambik Elen, Desa Loloan, Desa
Senaru, Desa Sukadana, Desa Bayan Baleg),dan Kecamatan Kayangan ( Desa Santong, Desa
Sesait, Gumantar, Selengen, Salut), dengan jumlah penduduk terancam sebanyak 4729 atau ±
15% dari jumlah penduduk keseluruhan (15% x 31529 jiwa). Adapun perkiraan dampak korban
yang ditimbulkan sebagai berikut:
Jiwa terancam : 1.576 orang (15% dari jumlah penduduk keseluruhan)
Meninggal : 1 orang
Hilang :0
Mengungsi : 4.114 orang (± 87% dari jumlah jiwa terancam)
Luka berat : 3 orang
Luka ringan : 5 orang

2. Aspek Fisik
Berdasarkan skenario erupsi G. Rinjani bahaya primer berupa awan panas, lontaran batu pijar, abu
vulkanik, dan gas beracun diperkirakan mengenai KRB III (3 km dari puncak). Diperkirakan fasilitas
dan sarana prasarana yang terkena adalah fasilitas umum jalur tracking G. Rinjani beserta pos-pos
pendakian. Selain itu, bahaya primer erupsi G. Rinjani lainnya berupa sebaran abu vulkanik (aliran
piroklastik) dan lahar dingin (bahaya sekunder) akan melanda hingga KRB I sejauh 8 kilometer. Hal
ini diperkirakan akan mengancam sarana prasarana serta aset yang berada di wilayah 3

16i
kabupaten, bahkan dampak abu vulkanik juga dirasakan di seluruh Pulau Lombok sampai ke Pulau
Bali dan Jawa timur. Adapun sarana prasarana yang diperkirakan terkena dampak ikutan bencana
erupsi G. Rinjani adalah sebagai berikut:

Tabel 1. Proyeksi Sarana Prasarana Terdampak Abu Vulkanik di 3 Kabupaten

No Jenis Kerusakan Terancam (%) Keterangan

1 Prasarana jalan dan jembatan 30 Rusak Ringan

2 Kantor Pemerintahan 30 Rusak Ringan

3 Instalasi Listrik 30 Rusak Ringan

4 Telekomunikasi (BTS) 30 Rusak Ringan

5 Prasarana Transportasi Darat 30 Gangguan operasional

6 Prasarana Transportasi Laut 30 Gangguan operasional

7 Prasarana Transportasi Udara 80 Tidak beroperasi

8 Prasarana Ekonomi (Pasar, Toko, Peternakan, 30 Rusak Ringan


Perikanan, Perkebunan, Pertanian)

9 Penginapan 30 Rusak Ringan

10 Pasar/pertokoan 30 Rusak Ringan

(Rencana Kontingensi G. Api Barujari/Rinjani NTB 2016)

Tabel 2. Proyeksi Sarana Prasarana Terdampak Lahar Dingin di 3 Kabupaten

No Jenis Kerusakan Kerusakan (%) Keterangan

1 Prasarana jalan dan jembatan 45 Rusak Berat

2 Kantor Pemerintahan 35 Rusak Sedang

3 Instalasi Listrik 35 Rusak Sedang

4 Telekomunikasi (BTS) 35 Rusak Sedang

5 Prasarana Sumber Daya Air 45 Rusak Berat

6 Prasarana Ekonomi (Pasar, Toko, 35 Rusak Sedang


Peternakan, Perikanan, Perkebunan,
Pertanian)

7 Penginapan 40 Rusak Sedang

8 Pasar/pertokoan 20 Rusak Sedang

(Rencana Kontingensi G. Api Barujari/Rinjani NTB 2016)

17i
Tabel 3. Proyeksi Jembatan Terdampak Lahar Dingin di 3 Kabupaten

No Kabupaten Kecamatan Nama Jembatan Koordinat

1 Lombok Tengah Batu Keliang Utara

2 Lombok Utara Bayan Jembatan Karang Bajo

Aikmel Jembatan Lanek Daya

Jembatan Juri Baru


3 Lombok Timur
Pringgasela Jembatan
Pengadangan

C. Aspek Ekonomi
Pada sektor ekonomi diperkirakan dampak yang ditimbulkan berupa kerugian baik di bidang
perdagangan, jasa, pariwisata, retail, industri, transportasi, pertanian, perkebunan, perikanan,
hingga hilangnya mata pencaharian masyarakat, menurut data InaRisk diperkiraan total kerugian
bisa mencapai 7,5 M. Untuk total kerugian akibat bandara ditutup selama beberapa hari mencapai
Rp 3 Miliar, terdiri dari kerugian yang dialami maskapai, bandara dan pedagang. Sementara PT
Angkasa Pura I mengalami kerugian mencapai ratusan juta dari airport tax yang diterima.

D. Aspek Lingkungan
Dampak erupsi G. Rinjani juga diperkirakan akan berpengaruh terhadap lingkungan berupa
kerusakan cukup parah pada kondisi air, tanah/lahan, udara, hutan. Berikut skenario dampak yang
ditimbulkan dari erupsi G. Rinjani.
1. Air dalam tanah (sumber mata air berasal dari sungai dan mata air sekitar G. Rinjani)
G. Rinjani merupakan sumber mata air utama bagi Pulau Lombok. Puluhan sungai di Pulau
Lombok berhulu di G. Rinjani. Erupsi G. Rinjani menyebabkan terganggunya stabilitas sumberdaya
air (kuantitas dan kualitas) di Daerah Tangkapan Air (DTA), selain itu juga menyebabkan
terganggunya aliran sungai yang berhulu dari G. Rinjani karena membawa material lahar hujan dan
luapan Danau Segara Anak hingga kawasan permukiman.
2. Udara
30% udara Lombok Utara, Lombok Tengah, Lombok Timur dan kawasan yang dilalui angin akan
tercampur abu vulkanik dengan ketebalan endapan 2-3 mm. Berdasarkan data satelit dan kondisi
lapangan, asap dan abu vulkanik Gunung Barujari berpotensi membahayakan keselamatan
penerbangan. Beberapa bandara dihentikan operasionalnya untuk sementara seperti Bandar
Udara Internasional Lombok (BIL) di Kabupaten Lombok Tengah yang melayani rute penerbangan
ke sejumlah provinsi di Indonesia dan luar negeri, Bandara Selaparang di Mataram yang
digunakan untuk kegiatan pelatihan penerbangan, Bandar Udara Sultan Muhammad Kaharuddin III
(Brangbiji) Kabupaten Sumbawa, Bandar Udara Ngurah Rai di Bali, dan Bandar Udara
Internasional Banyuwangi.
3. Tanah/lahan
Erupsi G. Rinjani diperkirakan berpengaruh terhadap berbagai bidang kehidupan manusia
termasuk bidang pertanian. Lahan pertanian penduduk dan vegetasi akan tertutup material erupsi
sehingga menyebabkan kerugian sektor ini. Kandungan pH yang tinggi pada abu vulkanik akan
menyebabkan tanaman rusak dan gagal panen. Dampak lahar dingin terhadap lahan pertanian
perlu diwaspadai karena berpengaruh pada pengurangan kesuburan lahan pertanian akibat
tergerus atau tertutup lahar. Wilayah yang kemungkinan terdampak lahar dingin adalah yang dekat
dengan bantaran sungai diantaranya yang dilewati Kokok Belimbing, Kokok Joga, Kokok Beringin,
Kokok Tanggek, Kokok Putih, Kokok Jelingo, Kokok Sedutan, Kokok Penggolong, Kokok Lenek,
Telabah Dasanagung, Kokok Bubak.
5. Hutan dan Flora Fauna di Taman Nasional Gunung Rinjani

18i
Dengan meningkatnya aktivitas G. Rinjani menyebabkan suhu air danau akan terus meningkat dan
akan mengganggu habitat flora dan fauna di area danau. Selain itu aneka tumbuhan endemik yang
dikenai aliran lava juga akan mengalami kerusakan baik tumbuhan besar maupun kecil.

E. Aspek Layanan Publik/Pemerintahan


Tidak ada

19i
BAB III. TUGAS POKOK DAN FUNGSI POKOK
ORGANISASI KOMANDO PENANGGULANGAN DARURAT
BENCANA

Bab ini menjelaskan tentang 2 hal, yaitu Tugas Pokok dan Sasaran. Tugas Pokok merupakan
uraian naratif/tabel tugas pokok organisasi komando penanggulangan darurat bencana di dalam
operasi tanggap darurat yang dilakukan dalam periode/proyeksi waktu operasi yang ditentukan.
Sedangkan sasaran merupakan uraian target pencapaian dari tugas pokok. Sasaran dapat
disajikan/dinyatakan dalam angka atau prosentase.

Tugas pokok menyatakan:


1. Nama organisasi komando
2. Batasan waktu operasi (hari),
3. Tujuan-tujuan operasi, antara lain; a) penyelamatan jiwa; b) penyelamatan aset warga dan
pemerintah; dan c) pemenuhan kebutuhan dasar pengungsi/penyintas di wilayah terpapar
4. Prinsip-prinsip pelaksanaan operasi

3.1. Tugas Pokok


Contoh:
Komando Penanganan Darurat Bencana Tsunami Kabupaten Malang, melaksanakan operasi
penanganan darurat bencana tsunami dan tugas kemanusiaan selama 30 hari atau dapat
diperpanjang atau dipersingkat sesuai situasi di lapangan, secara cepat dan terpadu untuk
evakuasi, pencarian dan penyelamatan, perlindungan, pemenuhan kebutuhan dasar warga
terdampak, pemulihan sarana-prasarana vital, serta mengendalikan situasi darurat.

3.2. Sasaran
Contoh:
1. Tersusunnya rencana operasi penanganan darurat bencana dalam waktu 72 jam
2. Terselenggaranya koordinasi yang melibatkan 5 unsur helix dan 20 desa terdampak.
3. Terlaksananya pemenuhan kebutuhan dasar warga terdampak dengan setidaknya 80%
sumberdaya dan anggarannya bersumber dari DSP dan BTT.
4. Terkerahkan 90% sumber daya dari seluruh pihak terkait yang telah berkomitmen dalam
operasi penanganan darurat bencana.
5. Terselenggaranya 100% evakuasi warga terdampak atau korban.
6. Terlaksananya 100% pelayanan kesehatan untuk warga terdampak atau korban dan
pencegahan mencegah penularan COVID-19 di lokasi bencana.
7. Terselenggaranya 100% pemullihan fungsi sementara (rehabilitasi) sarana-prasarana vital
meliputi jaringan air, listrik, dan komunikasi.
8. Terlaksananya 30 hari operasi penanganan darurat bencana dengan tanggung jawab dan

20i
bertanggung gugat penuh.

21i
BAB IV PELAKSANAAN

4.1. Konsep Operasi dan Sasaran Tindakan


Konsep Operasi. Bagian ini memuat tentang definisi operasional dari setiap fase dalam Tahap
Tanggap Darurat dalam perencanaan kontingensi. Fase tersebut meliputi Fase Siaga Darurat, Fase
Tanggap Darurat, dan Transisi Darurat ke Pemulihan.

Sasaran Tindakan. Bagian ini menjabarkan dan merincikan sasaran tindakan atau target dari setiap
fase kedaruratan.

Contoh:
1. Fase Siaga Darurat; serangkaian tindakan penyelamatan awal yang dilakukan segera saat
potensi bahaya terdeteksi, meliputi penyelamatan dan evakuasi, pengamanan harta benda,
pemenuhan kebutuhan dasar, perlindungan kelompok rentan dan pengurusan pengungsi.
2. Fase Tanggap Darurat; serangkaian tindakan yang dilakukan segera saat bencana terjadi,
meliputi kaji cepat, layanan pengungsian dan perlindungan untuk menangani dampak buruk
yang ditimbulkan bencana, 
3. Fase Transisi Darurat; serangkaian tindakan layanan pengungsian dan perlindungan serta
pengelolaan data perencanaan rehabilitasi-rekonstruksi

Fase Siaga Darurat Fase Tanggap Darurat Fase Transisi Darurat

1…….. 1…….. 1……..

2…….. 2…….. 2……..

dst……. dst……. dst…….

Sasaran Tindakan

Fase Sasaran Tindakan


1 Tersedianya material, tim dan jadwal pelaksanaan diseminasi
sistem peringatan dini banjir bandang di kawasan berisiko
2 Terdesiminasinya sistem peringatan dini banjir bandang kepada
masyarakat di kawasan berisiko
3 Masyarakat di kawasan berisiko mengetahui Sistem Peringatan
Dini (SPD) banjir bandang dan memiliki perencanaan evakuasi
Siaga Darurat 4 Tersedianya Surat Keputusan Bupati tentang Status Siaga
Darurat Bencana
5 Terselenggaranya jejaring SPD banjir bandang
6 Masyarakat di kawasan berisiko melakukan evakuasi
penyelamatan nyawa dan harta benda
7 Terselenggaranya pemenuhan kebutuhan dasar dan
perlindungan sosial penyintas
Tanggap Darurat 1 Terselenggaranya kaji cepat di kawasan terdampak banjir
bandang

22i
Fase Sasaran Tindakan
2 Tersedianya data hasil kaji cepat yang diperbaharui setiap hari

3 Tersedianya Surat Keputusan Bupati tentang Status Tanggap


Darurat Bencana

4 Terselenggaranya rapat penyusunan rencana operasi

5 Tersedianya rencana operasi PDB Banjir Bandang

6 Terbentuknya SKPDB banjir bandang Kabupaten Bima

7 Terselenggaranya posko PDB banjir bandang

8 Terselenggaranya pemenuhan kebutuhan dasar dan


perlindungan sosial penyintas

9 Terselenggaranya pengamanan aset penyintas di kawasan


rawan bencana
1 Diterbitkannya Keputusan Bupati tentang Status Transisi Darurat
Ke Pemulihan
Transisi Darurat ke 2 Berfungsinya sementara sarana-prasarana layanan publik
Pemulihan
3 Pengakhiran status dari transisi darurat ke pemulihan yang
dilanjutkan dengan rehabilitasi dan rekonstruksi.

4.2. Struktur Organisasi Komando


Menggambarkan fungsi-fungsi dalam struktur organisasi penanggulangan kedaruratan bencana

23i
Contoh:

4.3. Fungsi dan Kegiatan Pokok


Bagian ini merupakan penjabaran kegiatan utama untuk mencapai Sasaran Tindakan.

Untuk mencapai seluruh sasaran tindakan, organisasi menurunkan setiap pekerjaan dari masing-
masing fungsi dalam bentuk kegiatan-kegaitan yang harus dijalankan setiap Fungsi dan
bidang/unit dibawahnya. Pastikan bahwa seluruh tindakan yang ditetapkan sebagai sasaran
operasi dapat tercapai.

Agar nanti perencanaan dan operasi benar-benar (nyata) dapat dilaksanakan, maka kegiatan-
kegiatan harus disusun sebagai strategi-taktis penanganan kedaruratan bencana – terutama pada
fungsi operasi. Kegiatan dapat dikelompokkan menjadi kegiatan prioritas dan kegiatan-kegiatan
lain, dimana kegiatan prioritas dirancang berdasarkan kemampuan sumberdaya yang tersedia.

Contoh:

TINDAKAN KEGIATAN POKOK

24i
TIndakan 1 ……………………. Kegiatan 1.1. ……………………

Kegiatan 1.2. ……………………

dst

TIndakan 2. …………………… Kegiatan 2.1. ……………………

Kegiatan 2.2. ……………………

dst

dst

Contoh Kegiatan Pokok.


1. Melakukan kajian pemenuhan kebutuhan penanganan darurat bencana berdasarkan hasil
kaji cepat dan rencana kontingensi;
2. Mengkoordinasikan instansi/lembaga terkait;
3. Mengendalikan pelaksanaan penanganan darurat bencana;
4. Memantau dan mengevaluasi pelaksanaan penanganan darurat bencana;
5. Melaksanakan manajemen informasi pelaksanaan penanganan darurat bencana;
6. Menyusun rencana kegiatan operasi penanganan darurat bencana;
7. Melakukan kajian awal upaya/rencana kegiatan rehabilitasi dan rekonstruksi;

4.4. Tugas-Tugas Bidang


Bagian ini memuat dan merincikan tugas-tugas dari setiap fungsi/bidang/subbidang

Contoh:
Pelaksana
Fungsi Penjabaran Tugas Sub-Bidang/ Unit/ Penjabaran Tugas
Seksi

1. Komando, …………………… Komando, Kendali, ……………………


Kendali, Koordinasi,
Koordinasi, Komunikasi dan
Komunikasi Informasi
dan Informasi
Sekretariat dan ……………………
Hubungan
Masyarakat
(Humas)

Keamanan dan ……………………


Keselamatan

Penghubung ……………………

25i
(perwakilan institusi)

2. Administrasi …………………… …………………… ……………………


dan Keuangan

3. Perencanaan …………………… …………………… ……………………

…………………… ……………………

…………………… ……………………

4. Operasi …………………… …………………… ……………………

…………………… ……………………

…………………… ……………………

5. Logistik …………………… …………………… ……………………

…………………… ……………………

…………………… ……………………

Fungsi Uraian Fungsi/Keterangan

Koordinasi dan ▪ Pelaporan seluruh kegiatan PDB kepada Pos Komando.


Pelaporan ▪ Pengkoordinasian kepada Pos Komando serta Pengawasan aktivitas
penanganan bencana di Pos Lapangan.

Koordinasi dan ▪ Membantu koordinator dalam penyusunan laporan seluruh kegiatan PDB
Pelaporan kepada Pos Komando
▪ Membantu Koordinator dalam pengkoordinasian kepada Pos Komando
serta Pengawasan aktivitas penanganan bencana di Pos Lapangan.

Administrasi ▪ Pelaksanaan fungsi tatakelola administrasi yang memenuhi prinsip


akuntabilitas dalam PDB di tingkat Pos Lapangan.
▪ Penyiapan wadah untuk saran, masukan, dan aduan dari masyarakat di
tingkat Unit Pos Lapangan

Koordinasi ▪ Pengkoordinasian kegiatan Evakuasi, Perlindungan dan Pengungsi


Kepada Pos Komando.
▪ Pelaksanaan Evakuasi, Perlindungan dan Pengungsi di Pos Lapangan.
▪ Penyiapan ruang isolasi dan identifikasi bagi korban bencana.
▪ Pelibatan dan pengkoordinasian dengan Forum PRB dan kelompok-
kelompok siaga bencana di tingkat kabupaten, kecamatan dan desa.

Pengumpulan ▪ Penyiapan tempat dan penampungan sementara logistik.


dan ▪ Pendistribusian logistik ke masyarakat terdampak.
Penyimpanan ▪ Pencatatan keluar masuk logistikdari penampungan sementara.
Logistik

Penyediaan ▪ Koordinasi Penyediaan hunian dan bantuan non pangan.


▪ Pelaporan

Layanan ▪ Koordinasi Penyediaan layanan air bersih, sanitasi hunian dan layanan
kesehatan.
▪ Pelaporan

Pengamanan ▪ Pengamanan dan penertiban lingkungan.

26i
dan Ketertiban ▪ Pengamanan evakuasi tanggap darurat dan distribusi bantuan logistik
kepada pengungsi.
▪ Mengkoordinir masyarakat yang tergabung dalam bidangpengamanan.
▪ Pelibatan Forum PRB dan kelompok- kelompok siaga bencana di tingkat
kabupaten, kecamatan dan desa

4.5. Instruksi Koordinasi


Memuat arahan/perintah/pokok-pokok mandat kepada organisasi komando penanganan darurat
bencana yang diberikan oleh otoritas, atau komandan kepada seluruh fungsi/sub-bidang/unit
dalam organisasi. Tujuanya adanya instruksi koordinasi untuk menggerakkan seluruh ’sistem’ atau
kesatuan tatalaksana organisasi penanggulangan kedaruratan bencana ini.

Contoh:
Instruksi Koordinasi
1. Pengkajian Cepat Akibat Bencana Tsunami.
BPBD Kabupaten Malang melakukan pengkajian cepat untuk menilai akibat langsung dari bencana
Tsunami Akibat Gempabumi Megathrust Jawa Timur. Pengkajian dilakukan dengan pengumpulan
data primer dan sekunder. Data primer dilakukan dengan menugaskan dan mengerahkan Tim
Reaksi Cepat ke lokasi terdampak bencana. Data sekunder dihimpun dari pelaporan, media
massa, instansi/lembaga terkait, masyarakat, internet, dan informasi lainnya yang relevan. Lingkup
kaji cepat meliputi:
• Apa : jenis bencana
• Bilamana : hari, tanggal, bulan, tahun, jam, waktu setempat
• Di mana : tempat/lokasi/daerah bencana
• Berapa : jumlah korban, kerusakan sarana dan prasarana
• Penyebab : penyebab terjadinya bencana
• Bagaimana : upaya yang telah dilakukan

2. Penetapan Status / Tingkat Bencana


Bupati Kabupaten Malang menetapkan Status Darurat Bencana Tsunami Kabupaten Malang
dengan mempertimbangkan:
a. Laporan BPBD Kabupaten Malang atas hasil pengkajian cepat Tsunami Akibat Gempabumi
Megathrust Jawa Timur.
b. Pertimbangan para pihak dalam forum rapat dengan instansi/lembaga/organisasi.
c. Penerbitan Surat Keputusan Bupati tentang Status Darurat Bencana Kabupaten Malang.
▪ Surat Keputusan Bupati sekaligus sebagai keputusan mengaktivasi rencana
kontingensi operasi penanganan kedaruratan, melalui pemutakhiran atau penyesuaian
situasi dan dampak kejadian yang ada, menjadi Rencana Operasi Penanganan
Darurat Bencana.
▪ Dalam Surat Keputusan Bupati sekaligus menegaskan keputusan aktivasi Sistem
Komando Penanganan Darurat Bencana Kabupaten Malang dan personil-personil
yang diberi mandat sebagai pengampu tugas pendukungan penanganan kedaruratan
bencana Tsunami Akibat Gempabumi Megathrust Jawa Timur.
▪ Dalam Surat Keputusan Bupati sekaligus memastikan dan menegaskan pemerintah

27i
kabupaten merupakan pengampu utama penanganan kedaruratan melalui Sistem
Komando Penanganan Darurat Bencana Kabupaten Malang dan Pos Komando
Kabupaten Malang.
▪ Dalam Surat Keputusan Bupati sekaligus memastikan penggunaan relokasi anggaran
Pemerintah Daerah Kabupaten Malang untuk penanganan kedaruratan bencana.
3. Penyusunan Rencana Operasi
Penyusunan Rencana Operasi Penanganan Kedaruratan Bencana berdasarkan Rencana
Kontingensi yang disesuaikan dengan intensitas dampak langsung bencana.
4. Penyelenggaraan Operasi Penanganan Kedaruratan Bencana Tsunami Akibat Gempabumi
Megathrust Jawa Timur, meliputi:
▪ Pengerahan sumberdaya Provinsi Jawa Timur
▪ Aktivasi Pos Lapangan
▪ Aktivasi Jaringan Komunikasi
5. Pengorganisasian Sistem Komando Tanggap Darurat Bencana Kabupaten Malang.

28i
BAB V ADMINISTRASI DAN LOGISTIK

5.1. Administrasi
Bagian ini menjabarkan mekanisme administrasi dan keuangan dalam penanganan kedaruratan.

Contoh:
Mekanisme administrasi dalam pendukungan penanganan darurat bencana tsunami pada situasi
Pandemi Covid-19 di Provinsi Jawa Timur adalah sebagai berikut:
a. Pada saat awal kejadian bencana, seluruh sumber daya lokal Provinsi Jawa Timur
dioptimalkan baik dari sektor pemerintah, lembaga usaha, lembaga sosial dan juga
masyarakat (seperti APBD, membuka rekening donasi dari ASN, swasta, lembaga sosial
dan masyarakat umum)
b. Jika sumberdaya keuangan Provinsi Jawa Timur tidak mencukupi dalam penanganan
bencana maka Pemerintah Provinsi Jawa Timur dapat meminta bantuan pada Pemerintah
Pusat.
c. Pemerintah Pusat, melalui BNPB, dapat memberikan instruksi pada pemerintah provinsi
terdekat yang memiliki kapasitas untuk membantu penanganan darurat bencana di Provinsi
Jawa Timur.
d. Pemerintah Provinsi Jawa Timur dapat meminta dukungan penanganan darurat bencana ke
Pemerintah Pusat terkait Dana Siap Pakai (DSP), Biaya Tidak Terduga (BTT),
Pendampingan administrasi kegiatan, serta logistik dan peralatan yang tidak dapat dipenuhi
oleh Provinsi Jawa Timur.
i. Mekanisme Pencairan Belanja Tidak Terduga (BTT) berdasarkan Permendagri No 77
Tahun 2020 tentang Pedoman Teknis Pengelolaan Keuangan Daerah:
1. Penetapan SK Tanggap Darurat.
2. Penetapan SK Struktur Komando Penanggulangan Darurat.
3. Penetapan SK Pengguna Anggaran dan bendahara penerima.
4. BPBD Provinsi Jawa Timur mengajukan surat permohonan dan rencana
kebutuhan belanja kepada Badan Pengelola Keuangan dan Aset Daerah (BKAD)
selaku Bendahara Umum Daerah (BUD).
5. Badan Pengelola Keuangan dan Aset Daerah (BKAD)selaku Bendahara Umum
Daerah (BUD) mencairkan dana kebutuhan belanja kepada BPBD Provinsi Jawa
Timur.
6. Badan Pengelola Keuangan dan Aset Daerah (BKAD)selaku Bendahara Umum
Daerah (BUD) mencairkan dana kebutuhan belanja paling lambat 1 hari kerja
terhitung sejak menerimanya rencana kebutuhan belanja.
ii. Mekanisme pencairan Dana Siap Pakai (DSP) berdasarkan Perka BNPB No 6A Tahun
2011 tentang Pedoman Penggunaan Dana Siap Pakai:
1. Penetapan SK Tanggap Darurat.
2. Penetapan SK Struktur Komando Penanggulangan Darurat.
3. Surat Usulan Gubernur tentang bantuan Dana Siap Pakai (DSP) ke BNPB.
4. Penetapan SK Pengguna Anggaran dan Bendahara Penerima.
5. Surat pernyataan siap menerima dana hibah.
6. Kwitansi dan berita acara penyerahan bantuan.
7. Kepala BPBD Jawa Timur berwenang mengelola bantuan Dana Siap Pakai
(DSP).

Adapun jenis sumber keuangan Penanganan Darurat Bencana Tsunami di Provinsi Jawa Timur
adalah sebagai berikut.

29i
No Jenis Sumber Keuangan Penanganan Darurat Bencana Tsunami

1 APBN Dana Siap Pakai: BNPB

2 APBD Provinsi Belanja Tak Terduga: Pemprov ……….

3 Swasta Donasi tidak mengikat dari ………, ………, dst

4 NGO/CSO Donasi tidak mengikat dari ………, ………, dst

5 Akademisi Donasi tidak mengikat dari ………, ………, dst

6 Masyarakat Donasi tidak mengikat dari ………, ………, dst

5.2. Logistik
Bagian ini menjelaskan mekanisme logistik sumberdaya yang akan dikerahkan.

Contoh:

Mekanisme logistik dalam mendukung penanganan darurat bencana di wilayah di Provinsi Jawa
Timur adalah sebagai berikut:

1. Menjalankan protokol kesehatan Covid-19 di semua langkah dan tindakan sesuai dengan
peraturan yang berlaku.
2. Menyiapkan buffer stock (persediaan/cadangan) kebutuhan dasar yang disiapkan oleh
Dinas Sosial untuk mendukung operasi penanganan di tiap kabupaten jika diperlukan.
3. Melakukan koordinasi ke instansi Pemerintah Provinsi Jawa Timur yang terkait.
4. Memfasilitasi dan mengkoordinir kerjasama multipihak untuk pengadaan logistik.
5. Memfasilitasi dan mengkoordinir bantuan dengan kabupaten terdekat.
6. Permintaan bantuan ke provinsi terdekat (kebutuhan dasar dan peralatan)
7. Mendistribusikan kebutuhan tepat sasaran dan tepat waktu.
8. Memastikan penerimaan bantuan dan relawan masuk dalam satu pintu tercatat dan
termonitor dalam sistem Posko.
9. Menjaga alur penerimaan bantuan dan relawan dengan membangun mekanisme
pelaporan ke Posko.
10. Sistem pelaporan dan pencatatan di lapangan agar memisahkan antar relawan dan
bantuan barang kemanusiaan untuk menjaga transparansi dan akuntabilitas laporan.
11. Memberikan laporan kegiatan kepada Komandan PDB Provinsi Jawa Timur

BAB VI PENGENDALIAN

30i
6.1. Komando
Bagian ini menjabarkan mekanisme komando penanganan darurat bencana.

Contoh:
Komando Operasi Penanganan Darurat Bencana Tsunami Akibat Gempabumi Megathrust Jawa
Timur dipimpin Gubernur/Wakil Gubernur dan/atau Komandan yang ditunjuk oleh Gubernur.
a. Pos Komando
Pos Komando Tanggap Darurat Bencana Provinsi Jawa Timur, selanjutnya disebut Pos
Komando/Posko berfungsi sebagai pusat komando operasi darurat bencana untuk
mengkoordinasikan, mengendalikan, memantau, dan mengevaluasi pelaksanaan darurat bencana,
berkedudukan di Kantor XXXXXXX, Jl. YYYYYYY.
b. Pos Lapangan
Pos Lapangan Penanganan Darurat Bencana Provinsi Jawa Timur, selanjutnya disebut Pos
Lapangan PDB, berfungsi sebagai pelaksana operasi pendukungan penanganan darurat bencana
kepada SKPDB Kabupaten, berkedudukan dan lebur dalam Komando SKPDB di masing-masing
Pos Komando Kabupaten.

Kecamatan
(untuk renkon Kabupaten)
Pos Lapangan Koordinat
Kabupaten/Kota

(untuk renkon Provinsi)

c. Pos Pendukung
Pos Pendukung Provinsi Jawa Timur, selanjutnya disebut Pos Pendukung, berfungsi
memperlancar akses masuk, keluar, dan mobilisasi/distribusi bantuan penanganan darurat
bencana, baik dalam maupun luar negeri. Pos Pendukung berkedudukan seperti pada tabel 5.2.

Pos Pendukung Lokasi Koordinat

Pos Pendukung 1 Bandara Juanda Sidoarjo

Pos Pendukung 2 Pintu Keluar Tol

d. Pos Pendamping
Pos Pendamping Nasional, selanjutnya disebut Pospenas atau Pos BNPB berfungsi untuk
mempermudah akses dan efektivitas terhadap sumberdaya untuk penanganan tanggap darurat,

31i
berkedudukan di Kantor XXXXXXX, Jl. YYYYYYY.

6.2. Kendali
Bagian ini menjabarkan fungsi pengendalian penanganan kedaruratan oleh komandan PDB dalam
penanganan darurat bencana.

6.3. Koordinasi
Memuat mekanisme koordinasi para pihak untuk mengupdate perkembangan penanganan
darurat bencana.

6.4. Komunikasi
Bagian ini menjelaskan tentang moda komunikasi dan mekanisme komunikasi semua unsur yang
terlibat dalam penanganan darurat bencana.

Contoh:
Sarana dan prasarana Komunikasi merupakan salah satu fasilitas komando darurat bencana untuk
mengatur jalur informasi, mendukung arus komunikasi, kendali, koordinasi secara internal maupun
eksternal. Komandan melakukan komunikasi kepada semua unsur organisasi, pos lapangan, para
pihak yang terkait. Komandan PDB bertanggung jawab atas kejelasan arus komunikasi untuk
mendukung efektivitas operasi darurat tsunami dan menyampaikan informasi yang dapat
dipertanggungjawabkan dengan dibantu oleh Bagian Data Informasi melalui media dan alat
komunikasi. Moda komunikasi dalam komando penanganan darurat bencana Kabupaten Malang
adalah sebagai berikut:
a. Pos Komando
i. Telepon
ii. Telepon genggam/HP/Whatsapp
iii. Radio
1. Frekuensi Frekuensi Radio HF/SSB
Frekuensi Radio HF yang dialokasikan kementerian Komunikasi dan Informatika untuk
BNPB adalah 11.473,5 MHz. Penggunaan frekuensi diperuntukan BNPB dan BPBD.
2. Frekuensi Radio VHF
Frekuensi Radio VHF yang dialokasikan kementerian Komunikasi dan Informatika untuk
BNPB adalah 171.300 MHz, dengan frekuensi repeater 170.300 MHz untuk RX dan 165.300
MHz untuk TX dengan Tone TX 123. Penggunaan frekuensi diperuntukan BNPB dan BPBD.
3. Frekuensi Cadangan : …………… MHZ (RAPI)
4. Frekuensi Cadangan : …………… MHZ (ORARI)
iv. Faksimile:
v. Email:
vi. Website:

32i
b. Pos Lapangan
i. Telepon genggam/HP/Whatsapp
ii. Radio:
1. Frekuensi Utama: …………… MHZ
2. Frekuensi Cadangan: …………… MHZ

6.5. Informasi
Bagian menjelaskan tentang mekanisme mengumpulkan, menganalisis, dan mendistribusikan
informasi.

Contoh:
Informasi dapat diperoleh dan dianalisis dari berbagai sumber termasuk dari laporan dari aparat
desa dan kecamatan dan juga laporan dari berbagai media sosial secara real-time. Informasi
tersebut dapat dijadikan acuan untuk pengambilan keputusan oleh Komandan Operasi dan yang
terlibat di dalam Struktur Komando Penanggulangan Darurat Bencana. Pengelolaan informasi tidak
hanya mencakup pengolahan data saja, tetapi juga sistem dan aplikasi yang digunakan

33i
BAB VII RENCANA TINDAK LANJUT

Bab ini memuat dan menjelaskan 2 hal sebagai tindaklanjut setelah finalisasi penyusunan
perencanaan kontingensi, yaitu; Komitmen Para Pihak dalam Penanganan Kedaruratan dan
Penyiapan Kesiapsiagaan.

7.1. Komitmen Parapihak dalam Penanganan Kedaruratan


Bagian memuat komitmen parapihak dalam mengurangi dan menghilangkan kesenjangan
sumberdaya untuk penanganan kedaruratan

Contoh:
Agar dokumen rencana kontingensi dapat dilaksanakan sesuai dengan maksud dan tujuan
penyusunannya, diperlukan komitmen semua pihak, baik Pemerintah Daerah, Perguruan Tinggi,
Dunia Usaha, Media, maupun Organisasi Non Pemerintah, untuk dapat berperan, mengampu
tugas dan fungsinya dalam sistem komando penanganan darurat. Untuk memperkuat dan
mengikat bagi semua pihak yang terlibat, dokumen rencana kontingensi ditandatangani dalam
lembar komitmen, serta disahkan oleh Gubernur Provinsi Jawa Timur.

7.2. Penyiapan Kesiapsiagaan


Bagian ini memuat kegiatan simulasi/uji coba melalui penyelenggaraan kegiatan Simulasi Rapat
Koordinasi, Table Top Exercise, Uji Posko/Gladi Posko, dan Uji Lapang/Gladi Lapang.

Contoh:
Setelah disusun dan dikaji ulang, rencana kontingensi perlu diuji dengan berbagai cara di bawah
ini. Uji ini bertujuan memastikan bahwa rencana kontingensi sesuai untuk dilaksanakan dan para
pemangku kepentingan memahami apa saja peran mereka dan mengetahui kapan serta
bagaimana menjalankang peran tersebut.
1. Simulasi Rapat Koordinasi
Kegiatan ini merupakan finalisasi Rencana Kontingensi tingkat daerah. Ketentuan simulasi
yakni:
a. Dipimpin oleh Kepala Daerah/Sekretaris Daerah
b. Diawali dengan paparan setiap bidang operasi tentang kesiapan sumberdaya
c. Merumuskan hasil Rencana Kontingensi final disepakati bersama
2. Kegiatan Table Top Exercise (TTX)
Kegiatan ini merupakan latihan di dalam ruangan, untuk menguji kemampuan peran para pihak
dalam kedaruratan didasarkan pada rencana kontingensi.
3. Kegiatan Uji Posko/Geladi Posko

34i
Kegiatan diikuti oleh setiap unsur pemangku kepentingan yang terlibat dalam rencana
kontingensi sesuai bidang masing-masing. Uji/geladi posko ini bertujuan memastikan setiap
peserta mengetahui/memahami peran masing-masing dan bagaimana mekanisme dan tata
cara koordinasi antar instansi/lembaga maupun antar bidang operasi
4. Kegiatan Uji Lapang/Geladi Lapang
Merupakan latihan di lapangan bertujuan untuk menguji/evaluasi perencanaan bidang operasi.
Geladi lapang melibatkan sumberdaya yang ada di [nama wilayah].

35i
LAMPIRAN
Lampiran 1. Konversi Rencana Kontingensi menjadi Rencana Operasi:
Penyusunan Rencana Operasi Penanganan Darurat
Contoh:
Berdasarkan Formulir 8. Perka No 24 Tahun 2010 tentang Penyusunan Rencana Operasi Darurat
Bencana. Disesuaikan.

RENCANA OPERASI DARURAT BENCANA

Lembar No.____ dari ____ lembaran

Nama Lokasi (koordinat peta) : __________________

Tanggal waktu pembuatan Rencana Operasi : __________________

RENCANA OPERASI :
__________________________________________________________
__________________________________________________________
Nomor : _________________________________________

PENUNJUKAN:

1. Peta : Nasional/Wilayah/Daerah
2. Skala : __________________________ (skala peta)
3. Tahun : __________________________ (tahun pengeluaran peta)
4. Daerah Waktu : _______ WIB / WITA / WIT
5. Landasan Hukum : __________________________ (landasan hukum pembuatan
Rencana Operasi)
6. Dokumen : Rencana Kontingensi _____________________________

DAERAH WAKTU : WIB / WITA / WIT


SANDI OPERASI :
SUSUNAN TUGAS :

1. Situasi
a. Macam/ jenis bencana yang telah terjadi terdiri dari: (tulis informasi dari Informasi
Bencana)
1) Macam/ jenis bencana, tanggal waktu kejadian, lokasi/ daerah bencana,
korban manusia, kerusakan bangunan, sarana, prasarana umum, ekonomi dan
dampak sosial.
2) Informasi lanjutan tentang perkembangan situasi bencana dan informasi
dukungan bantuan kemanusiaan.
b. Kebijakan Pemerintah Pusat/ Pemerintah Daerah.

36i
2. Tugas Pokok
Lihat Bab III

3. Pelaksanaan
a. Konsep Operasi dan Sasaran Operasi
Lihat BAB IV SUB BAB 4.1
b. Struktur Organisasi dan Penjabaran Komando Tanggap Darurat Bencana.
Lihat BAB IV SUB BAB 4.2 dan SUB BAB 4.3
c. Instruksi dan Koordinasi.
Lihat BAB IV SUB BAB 4.4
d. Administrasi dan Logistik
Lihat BAB V
e. Pengendalian
Lihat BAB VI
f. Penutup

Tanggal ______________(penetapan)

Ditetapkan oleh: Komandan Darurat Bencana

Lampiran :

A. Surat Penetapan Status Darurat Gubernur

B. Struktur Organisasi dan Susunan Pejabat Operasi

C. Penjabaran tugas pejabat operasi

D. Jaring Komunikasi

E. Rencana Dukungan Anggaran

Lampiran 2. Proyeksi Wilayah dan Penduduk Terdampak


Lampiran ini menyajikan proyeksi/estimasi wilayah dan penduduk terdampak bencana sesuai
skenario kejadian. Lampiran ini merupakan penjabaran dari BAB II Sub-Bab 2.3. Asumsi Dampak.
Detail pilah proyeksi penduduk terdampak tergantung pada ketersediaan data pilah dari
organisasi perangkat daerah (OPD) pemangku wali data.

Lampiran 3. Susunan Pelaksana Tugas


No Fungsi/SubBagian/Unit Organisasi
1 Komandan Tanggap Darurat
Wakil Komandan
2 Sekretariat Pemimpin (Lead)
Pendukung

37i
No Fungsi/SubBagian/Unit Organisasi
3 Humas Pemimpin (Lead)
Pendukung
4 Penghubung Pemimpin (Lead)
Pendukung
5 Bidang Administrasi dan Pemimpin (Lead)
Keuangan Pendukung
6 Bidang Keamanan Dan Pemimpin (Lead)
Keselamatan Pendukung
7 Bidang Perencanaan Koordinator
Unit Data dan Informasi Pemimpin (Lead)
Pendukung
Unit Strategi Pemulihan Pemimpin (Lead)
Pendukung
8 Bidang Operasi Koordinator
Unit Pencarian dan Pemimpin (Lead)
Pertolongan Pendukung
Unit Air Bersih dan Sanitasi Pemimpin (Lead)
Pendukung
Unit Kesehatan Pemimpin (Lead)
Pendukung
9 Bidang Logistik Koordinator
Unit Transportasi Pemimpin (Lead)
Pendukung
Unit …………. Pemimpin (Lead)
Pendukung
Unit …………. Pemimpin (Lead)
Pendukung

Lampiran 4. Jaring Komunikasi


Contoh:
Contoh Konfigurasi Jaring Komunikasi BNPB

Contoh Konfigurasi Jaring Komunikasi Karhutla – Asian Games 2018

38i
Lampiran 5. Estimasi Ketersediaan dan Kebutuhan Sumberdaya
Lampiran 6. Album Peta
1. Peta Bahaya
2. Peta Wilayah Terdampak
3. Peta Jalur dan Titik Evakuasi
4. Peta Operasi Penanganan Kedaruratan
Lampiran 7. Mata Rantai Peringatan Dini
Lampiran 8. Rencana Evakuasi
Lampiran 9. SOP / Protap
Lampiran ini memuat SOP-SOP atau Protap-protap yang digunakan penanganan kedaruratan.

Lampiran 10. Lembar Komitmen


Lampiran ini memuat lembar komitmen instansi/lembaga/organisasi dalam penanganan
kedaruratan, baik pemerintah, dunia usaha, perguruan tinggi, media massa, dan organisasi
masyarakat sipil.

Contoh Templat :

-------- Kop Surat Pemerintah Daerah --------

Lembar Komitmen

Kami yang bertanda tangan di bawah ini, menyatakan akan melaksanakan langkah - langkah sebagai

39i
tindak lanjut dari Kegiatan Penyusunan Dokumen Rencana Kontingensi Kab. Malang Provinsi Jawa
Timur yang dilaksanakan di Hotel Grand Mercure Malang Jl. Raden Panji Suroso No.7, Purwodadi,
Kec. Blimbing, Kota Malang, Jawa Timur, pada tanggal 1 Desember 2021, dengan kegiatan
sebagaimana dimaksud pada tabel di bawah ini:

NO KEGIATAN

1. Diseminasi Rencana Kontingensi Ancaman Bencana Tsunami

2. Uji coba Rencana Kontingensi melalui simulasi dan gladi

3. Pemutakhiran data secara berkala Rencana Kontingensi setidak-tidaknya sekali setiap tahun

4. Perpanjangan masa berlaku suatu Rencana Kontingensi apabila sampai pada akhir masa
berlakunya bencana yang direncanakan tanggapan daruratnya tidak terjadi

5. Aktivasi dengan penyesuaian Rencana Kontingensi menjadi Rencana Operasi Penanganan


Darurat Bencana pada saat terjadi bencana

6. De-aktivasi Rencana Kontingensi dengan menyatakannya tidak berlaku jika sampai pada
akhir masa berlakunya tidak terjadi bencana

7. Aktivasi kembali Rencana Kontingensi yang telah dinyatakan tidak berlaku untuk dapat
dijadikan Rencana Operasi dengan pemutakhiran seperlunya jika sewaktu- waktu diperlukan

Nama Nama Nama


Jabatan& Jabatan& Jabatan&
Instansi/lembaga Instansi/lembaga Instansi/lembaga

Lampiran 11. Lembar Berita Acara Penyusunan


Contoh templat:

-------- Kop Surat Pemerintah Daerah --------

BERITA ACARA
PENYUSUNAN RENCANA KONTINGENSI
MENGHADAPI BENCANA ...........................................

Telah dilaksanakan lokakarya penyusunan dokumen Rencana Kontingensi Menghadapi


Bencana ............................ pada tanggal dd/mm/yyyy s.d dd/mm/yyyy di

40i
Kabupaten/Kota/Provinsi ............................. Lokakarya telah dilaksanakan secara partisipatif
dengan melibatkan perwakilan dari Organisasi Pemerintah, Organisasi Non Pemerintah,
Lembaga Usaha, Organisasi Masyarakat Sipil dan Akademis. Proses penyusunan dokumen
telah menggunakan Data dan Informasi dari Lembaga yang berpartisipasi.

Nama Nama Nama


Jabatan& Jabatan& Jabatan&
Instansi/lembaga Instansi/lembaga Instansi/lembaga

Nama Nama Nama


Jabatan& Jabatan& Jabatan&
Instansi/lembaga Instansi/lembaga Instansi/lembaga

Nama Nama Nama


Jabatan& Jabatan& Jabatan&
Instansi/lembaga Instansi/lembaga Instansi/lembaga

Nama Nama Nama


Jabatan& Jabatan& Jabatan&
Instansi/lembaga Instansi/lembaga Instansi/lembaga

41i
Lampiran 12. Profil Lembaga/Organisasi

42i
43i
44i

Anda mungkin juga menyukai